Anda di halaman 1dari 19

Minggu, 29 November 2015

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi

MAKALAH
Pemikiran Aliran Monetaris
Disusun Untuk Memenuhi MataKuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi yang dibimbing Oleh Nurul
Setianingrum, SE., MM.

Oleh :
Zainudin (083144030)
Muhammad Subhan (083144026)
LailiatulHidayati (083144045)
Aisyah (083144020)
Rofiqoh (083144042)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
SEPTEMBER 2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ..................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3.Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Aliran Monetaris .......................................................................................... 3
2.2. Kritikan terhadap Kebijaksanaan Investasi Keynesian ................................ 5
2.3. Pokok-pokok Pikiran Aliran Monetaris ....................................................... 6
2.4. Tokoh-tokoh Aliran Monetaris .................................................................... 8
2.5.Milton Friedman Mengembalikan Pemikiran Klasik Adam Smith
……………………………………………………………………… ............... 9
2.6. Perbedaan Monetaris dengan Keynesian ………………………… ............ 10

BAB III : PENUTUP


Kesimpulan ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 16

KATA PENGANTAR
Bismallahirrahmanirrahim

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena izin dan ridhonya kami

dapat merampungkan makalah ini.Selanjutnya shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW. Yang telah menata cara hidup bermasyarakat berdasarkan ajaran agama

yang benar.

Makalah ini membahas tentang “Aliran Monetaris” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Sejarah Pemikiran Ekonomi yang diampu oleh Ibu Nurul Setianingrum, SE., MM. Kami dalam

makalah ini berusaha mengumpulkan referensi serta berusaha menulis makalah ini dengan sebaik

mungkin agar dapat dimengerti oleh pembaca.

Akhirnya kepada Allah juga kami memohon ampun, sekiranya terjadi kesalahan dalam

penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat, Amin Ya Rabbal Alamin.

Jember, September 2015


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berawal dari bebarapa pandangan Keynes yang tidak disukai pakar-pakar

ekonomi. Pandangan itu antara lain tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam

mengarahkan dan membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Selama kurang

lebih tiga dekade setelah Perang Dunia II ajaran Keynes mendominasi alam pikiran

perumus kebijaksanaan di negara-negara barat. Hal itu bahkan menjalar ke negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia. Melalui kebijaksanaan fiskal yang bersifat counter-

cyclical dan fine-tunning negara-negara barat, terutama Amerika Serikat berhasil

mengendalikan besarnya permintaan masyarakat tanpa diiringi inflasi seperti yang pernah

terjadi pada tahun 30-an.

Dan serangan Friedman terhadap pandangan Keynes telah mengurangi dominasi

makroekonomi Keynesian dalam mempromosikan kebijaksanaan ekonomi pemerintah.

Walaupun ajaran-ajaran Keynes pernah berhasil memecahkan masalah-masalah ekonomi

yang dihadapi dengan berbagai kebijaksanaan jangka pendek, keberhasilannya tidak

berlangsung lama. Berkali-kali prediksi yang didasarkan pada ajaran Keynes meleset dan

tidak berhasil memecahkan masalah stagnasi yang dihadapi ekonomi dunia setelah tahun
70-an. Apalagi, dalam menyelesaikan masalah stagflasi, kebijaksanaan fiskal dan

moneter Keynes boleh dikatakan lumpuh total.

Sehingga aliran Monetaris menentang beberapa pandangan Keynes yang berujung

dengan pembentukan aliran sendiri dalam madzhab ekonomi. Pada bab berikutnya akan

dipaparkan tentang seluk beluk aliran Monetaris.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana latar belakang Aliran Monetaris?

1.2.2. Bagaimana kritikan terhadap kebijaksanaan investasi Keynesian?

1.2.3. Apa saja pokok-pokok pikiran aliran Monetaris?

1.2.4. Siapa saja tokoh-tokoh aliran Monetaris?

1.2.5. Bagaimana Milton Friedman mengembalikan pemikiran klasik Adam

Smith?

1.2.6. Apa perbedaan Monetaris dengan Keynesian?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

1.3.1. Untuk mengetahui latar belakang Aliran Monetaris.

1.3.2. Untuk mengetahui kritikan terhadap kebijaksanaan investasi Keynesian.

1.3.3. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran aliran Monetaris.

1.3.4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran Monetaris.


1.3.5. Untuk mengetahui Milton Friedman mengembalikan pemikiran klasik Adam

Smith.

1.3.6. Untuk mengetahui perbedaan Monetaris dengan Keynesian.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Aliran Monetaris

Selama kurang lebih tiga dekade setelah Perang Dunia II ajaran Keynes

mendominasi alam pikiran perumus kebijaksanaan di negara-negara barat. Hal itu bahkan

menjalar ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Melalui kebijaksanaan

fiskal yang bersifat counter-cyclical dan fine-tunning negara-negara barat, terutama


Amerika Serikat berhasil mengendalikan besarnya permintaan masyarakat tanpa diiringi

inflasi seperti yang pernah terjadi pada tahun 30-an.

Pada tahun 50-an dan 60-an sebagian besar ekonom percaya bahwa boom dan

depresi merupakan penyakit masa lampau yang tidak perlu dikhatiekan akan muncul

kembali. Misalnya, kalau output rendah dan banyak orang menganggur, Keynesian

menganjurkan ditingkatkannya pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek padat

karya. Melalui proyek-proyek padat karya ini, output nasional akan meningkat, lapangan

pekerjaan baru terbuka sehingga tenaga kerja banyak tertampung, dan dengan sendirinya

masalah pengangguran akan teratasi. Terjadinya inflasi dipersepsikan karena pengeluaran

agregat terlalu besar. Maka, untuk memberantas inflasi tersebut pemerintah perlu

mengurangi atau meningginya tingkat pajak. Hal lain yang perlu dilakukan adalah

mengurangi jumlah uang yang beredar melalui kebijaksanaan uang tepat (tight money

policy). Selanjutnya, inflasi akan turun dengan sendirinya.1[1]

Pada tahun 60-an orang percaya bahwa ada hubungan terbalik antara inflasi

dengan tingkat pengangguran. Artinya, selama ini para ahli percaya jika inflasi tinggi,

tingkat pengangguran rendah. Sebaliknya, jika pengangguran tinggi, tingkat inflasi

rendah sesuai teori Phillips. Akan tetapi, gejala-gejala ekonomi yang terjadi pada tahun

70-an tidak sinkron dengan anggapan tersebut. Pada waktu itu, harga-harga menunjukkan

kecenderungan peningkatan yang sangat tinggi, didorong oleh naiknya harga-harga

1[1] Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 193.
minyak tahun 1973/1974. Yang sungguh merisaukan, pada saat terjadinya kenaikan

harga-harga (inflasi) tersebut pengangguran meningkat.

Dengan demikian, teori Keynesian yang menyatakan bahwa selama masih banyak

pengangguran maka selama itu pula pengangguran masyarakat (public spending) dapat

ditingkatkan tanpa menimbulkan inflasi, tidak lagi menunjukkan kebenaran dalam

realitas. Nyatanya, kegiatan yang diarahkan untuk menurunkan inflasi pada tahun 70-an

telah menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran. Usaha untuk mengurangi

pengangguran melalui pengeluaran pemerintah telah menyebabkan semakin parahnya

inflasi.

Saat terjadi dua kali resesi yang sangat tajam pada tahun 1974 dan 1982, tingkat

harga-harga tidak turun padahal, sesuai dengan teori yang dianut ketika itu, terjadinya

resesi dan depresi seharusnya menyebabkan tersendat-sendatnya perekonomian yang

diiringi oleh turunnya harga-harga secara umum. Karena yang terjadi dalam kenyataan

sudah sering tidak sama dengan yang seharusnya terjadi menurut resep Keynes, sejak saat

itu ajaran-ajaran Keynes terpaksa ditinjau kembali dan bahkan didiskreditkan. 2[2]

2.2. Kritikan terhadap Kebijaksanaan Investasi Keynesian

Ada bebarapa pandangan Keynes yang tidak disukai pakar-pakar ekonomi.

Pandangan itu antara lain tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam

mengarahkan dan membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Kritik paling

2[2] Ibid: 194


vokal datang dari pakar-pakar ekonomi neo-klasik konservatif. Mereka dapat dibagi atas

dua golongan, yaitu golongan tua dan golongan muda. Dari golongan tua dapat

disebutkan beberapa nama seperti: Menger, Friedrich August von Heyek, dan Ludwig

von Mises (semuanya dari Austria), Wilhelm Ropke, Lionel Robbins (dari Inggris).

Semuanya mencela kebijaksanaan campur tangan pemerintah Keynes sama kerasnya

dengan celaan mereka terhadap paham sosialisme.

Celaan palimg keras datang dari kelompok yang menamakan dirinya libertarian.

Mereka ini menempatkan kebebasan individu diatas segala-galanya. Mereka pun melihat

bahwa intervensi pemerintah dalam bentuk apapun sebagai ancamann bagi kebebasan

individu. Alasan penolakan tersebut diwakili oleh pendapat Friedrich August von Heyek

yang teruang dalam bukunya The Road to Serfdom (1944). Dalam buku tersebut, Hayek

mengatakan: “sekali pemerintah melakukan intervensi pasar, ini akan mengarah pada

sosialisme, yang akhirnya akan menyebabkan berkurangnya kebebasan”. Jika

kecenderungan ke arah peningkatan pengawasan pemerintah tidak dikekang, mereka

khawatir sebagai individu-individu, orang akan berubah sekadar menjadi hamba bagi

pemerintah. Lebih jauh Hayek mengatakan: “Orang bisa percaya bahwa ia bebas, tetapi

dalam kenyataan kebebasan telah hilang karena pikiran tiap orang sudah dicekoki oleh

pemerintah, dan apa-apa yang diinginkan mereka terpaksa disesuaikan dengan apa-apa

yang diinginkan oleh pemerintah”.3[3]

3[3] Ibid: 195


Dari “golongan muda” muncul Milton Friedman dari University of Chicago.

Friedman adalah pendukung berat perekonomian bebas. Pendapatnya berbeda dengan

tokoh-tokoh tua libertarians yang sama sekali tidak menginginkan campur tangan

pemerintah dalam batas-batas tertentu justru diperlukan untuk menciptakan suatu

perekonomian di mana pasar bebas dapat berfungsi lebih efektif.4[4]

2.3. Pokok-pokok Pikiran Aliran Monetaris

Serangan Friedman terhadap pandangan Keynes telah mengurangi dominasi

makro ekonomi Keynesian dalam mempromosikan kebijaksanaan ekonomi pemerintah.

Walaupun ajaran-ajaran Keynes pernah berhasil memecahkan masalah-masalah ekonomi

yang dihadapi dengan berbagai kebijaksanaan jangka pendek, keberhasilannya tidak

berlangsung lama. Berkali-kali prediksi yang didasarkan pada ajaran Keynes meleset dan

tidak berhasil memecahkan masalah stagnasi yang dihadapi ekonomi dunia setelah tahun

70-an. Apalagi, dalam menyelesaikan masalah stagflasi, kebijaksanaan fiskal dan

moneter Keynes boleh dikatakan lumpuh total.

Ketidakberhasilan ajaran-ajaran Keynes dalam memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi melahirkan suatu aliran baru yang disebut “aliran monetaris”, yang

mengutamakan kebijaksanaan moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi waktu itu.

Istilah ini pertamakali digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai

studi di bidang ekonomi moneter dan kebijaksanaan moneter. 5[5]

4[4] Ibid: 196

5[5] Ibid: 197


Friedman slalu menekankan bahwa perilaku dalam laju dalam laju pertumbuhan

jumlah uang beredar akselerasi dan deselerasi sangat mempengaruhi aktivitas-aktivitas

ekonomi ril. Ketidakstabilan dalam pertumbuhan moneter akan tercermin dalam berbagai

aktivitas ekonomi. Dari hasil studi historisnya, ia menyimpulkan bahwa secara umum

laju perumbuhan uang yang tinggi akan menyebabkan terjadinya booms dan inflasi.

Sementara itu, penurunan dalam laju pertumbuhan uang dapat menimbulkan resesi dan

kadang-kadang bahkan juga deflasi.

Friedman memperingatkan, walaupun laju pertumbuhan uang sangat menentukan

unjuk kerja GNP, dampaknya sendiri berlangsung setelah beberapa waktu (adanya lag).

Jangka waktu ini sulit diperkirakan secara pasti. Lamanya lag tersebut bisa enam bulan

(short lag) dan bisa juga sekitar dua tahun (long lag). Karena sukar diprediksi. Friedman

sangat menganjurkan untuk tidak terlalu sering bermain-main dengan kebijaksanaan

moneter. Perekonomian jangan terlalu sering distel (fine-tunning) seperti yang dianjurkan

kubu Keynesian. Hal itu disebabkan dampak kebijaksanaan moneter yang berubah-ubah

justru bisa membuat perekonomian tidak stabil.6[6]

2.4. Tokoh-tokoh Aliran Monetaris

Sebetulnya aliran monetaris sudah berdiri sejak lama. Hanya saja pandangan-

pandangan kaum monetaris ini baru diperhatikan setelah tejadinya kasus membubungnya

inflasi yang dibarengi dengan semakin tingginya tingkat pengangguran pada tahun70-an.

6[6] Ibid., 198.


Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912)

profesor ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di komisi sumber daya

alam di Washington, ia bergabung dengan staf peneliti National Bureau of Economic

Research tahun 1937 (dalam usia 25 tahun). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam

mengembangkan ilmu ekonomi, ia mendapat hadiah Nobel tahun 1976.

Friedman dan monetaris sering dianggap sebagai synonyms. Akan tetapi, ini tidak

berarti ia sebagai satu-satunya. Tokoh-tokoh lain yang dianggap sealiran atau pendukung-

pendukung aliran monetaris antara lain: Karl Brunner (University of Rochester), Allan

Meltzer dan Bennet McCallum (dari Carnegie Mellon), Thomas Mayer (University of

California, Davis), Phillip Cagan (Columbia University), David Laidler dan Michael

Parkin (University of Western Ontario), dan William Poole (Brown University). Perlu

juga dicatat, pendukung aliran monetaris tidak terbatas pada ahli-ahli ekonomi dari

kalangan akademis saja. Lembaga seperti Federal Reserve Bank dari St. Louis dan

komite-komite kongres juga banyak menganut perspektif monetaris.7[7]

2.5. Milton Friedman Mengembalikan Pemikiran Klasik Adam Smith

Revolusi Keynesian telah menguasai akademia sampai 1950-an dan 1960-an

sehingga para ekonom pasar bebas tak banyak didengar di kampus-kampus sampai

7[7] Ibid., 199.


Milton Friedman berhasil mengubah iklim intelektual dari model Keynesian ke model

klasik Adam Smith.

Selama tiga puluh tahun, seluruh generasi ekonomi tidak menyadari seberapa

besar bahsya yang ditimbulkan oleh Federal Reserve terhadap ekonomi dari 1929

sampai 1933. Mereka mendapat kesan bahwa Federal Reserve telah melakukan segala

sesuatu yang secara manusiawi dimungkinkan untuk menjaga agar depresi tidak

bertambah parah tetapi mereka tidak berdaya untuk menghadapi kekuatan deflasi yang

kuat. Menurut apologi resmi dari Federal Reserve, sistem, lembaga ini telah berbuat

sebaik-baiknya, tetapi tidak mampu menghentikan penurunan.

Friedman secara radikal mengubah pandangan konvensional ini. “Kontraksi

besar”, demikian Friedman dan Schwartz menyebutnya, “Sesungguhnya adalah saksi dari

betapa pentingnya kekuatan moneter”. Ditempat lain Friedman menjelaskan “awal 1930-

an bukan saksi atas tidak relevannya faktor moneter dalam mencegah depresi, tetapi

merupakan saksi merupakan saksi tragis bagi penting pentingnya fakto moneter dalam

menghasilkan depresi.” Pemerintah bertindak “tidak tepat” dalam membalikkan resesi

dan malah memperparah depresi terburuk abad ini. Salah satu alasan dari pengabaian

kebijakan moneter ini adalah bahwa pemerintah tidak mempublikasikan jumlah

persediaan uang. 8[8]

Friedman mengatakan, “jika Federal Reserve Sytem pada 1929 sampai 1933

mempublikasikan statistik kuantitas uang, saya tidak percaya bahwa depresi besar akan

8[8] Apridar, Teori Ekonomi Sejarah Dan Perkembangannya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 82.
terjdi seperti itu. ” jadi, Friedman menyimpulkan, “fakta bahwa depresi besar, seperti

periode pengangguran lainnya, lebih karna diakibatkan oleh mis manajemen pemerintah

ketimbang oleh ketidakstabilan dari ekonomi swasta.” Libih jauh dia menulis, “depresi

bukan kegagalan sistem usaha bebas, tetapi kegagalan tragis dari pemerintah.” Sejak saat

itu, berkat karya Friedman dan Schwartz, buku-buku ajar ekonomi pelan-pelan mengganti

“kegagalan pasar” dengan “kegagalan pemerintah” dalam bagian tentang depresi besar.

Solusi Friedman, pendekatan yang lebih baik adalah mengadopsi standar uang

(fiat money), sebuah sistem yang didasarkan pada uang kertas yang tidak dapat

ditukarkan lagi yang mencakup 100 persen persyaratan cadangan pada permintaan

deposit (checking account) di Bank, dan kemudian mengadopsi aturan legislatif yang

mensyaratkan persediaan uang dinaikkan pada tingkat yang tetap yang kira-kira sama

dengan tingkat pertumbuhan nasional. Friedman menyarankan target moneter antara 3-5

persen. Aturan moneter ini akan mudah untuk diimplementasikan sehingga bahkan

sebuah komputer dapat menggantikan Federal Reserve System.9[9]

2.6. Perbedaan Monetaris dengan Keynesian

Banyak perbedaan pandangan antara kubu keynesian dan monetaris dalam melihat

gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat,10[10]atau jumlah

total dari barang-barang yang diminta dalam perekonomian,11[11] kubu keynesian

9[9] Ibid., 83.

10[10] Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2014),200.

11[11]Rudiger Dornbusch, Makro-Ekonomi (Jakarta : Erlangga, 1992), 59.


percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat

output rendah ( low level equilibrium). Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung

lebih kecil dari penerimaan agregat. Selain itu, hal ini disebabkan pula kurang ampuhnya

mekanisme pasar dalam melakukan penyesuaian upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya

kekuatan serikat buruh dan praktik-praktik oligopolistik dari pihak perusahaan-

perusahaan.

Kaum monetaris tidak percaya pada teori keynesian yang mengatakan bahwa

perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan

kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi

keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.12[12] Para ahli ekonomi dari aliran

monetaris ini menyerang pandangan dari aliran keynesian, khususnya neo-keynesian

terutama menyangkut penentuan pendapatan(income determination) yang oleh mereka

dinilai tidak benar (incorrect). Kaum monetaris menghendaki agar analisis tentang

penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar

( money supply) didalam perekonomian.13[13]

Karena perbedaan cara pandang diatas, impikasi kebijaksanaan darikedua kubu

tersebut juga berbeda. Misalnya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi

dan dalam mengatasi pengangguran, kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan yang

bersifat ekspansif. Sebaliknya, kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter

yang kontraktif. Investasi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan

12[12]Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), 200.

13[13]Muana Nanga, Makro Ekonomi ( Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2005), 50.
kebijaksanaan fiskal tidak disenangi frietman. Misalnya, ada usaha untuk meningkatkan

output dengan menurunkan pajak. Menurut keynesian, langkah ini akan meningkatkan

output. Dalam “Bahasa” kurva IS-LM yang dikembangkan keynesian, hal ini, terjadi

karena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak kekanan. Akan tetapi,

menurut kaum monetaris hal seperti ini tidak akan terjadi. Hal itu karena dalam

perekonomian yang sudah memanfaatkan sumberdaya secara penuh, kurva LM berbentuk

tegak lurus. Dampak dari pergeseran kurva IS tidak akan memberi pengaruh pada output

(crowding-out effect). 14[14]

Dan menurut keynes, pentingnya peranan modal dalam pertumbuhan

perekonomian dimana penggunaan modal itu ditekankan kepada permintaan yang tinggi,

dan permintaan yang tinggi itu diharapkan dapat diikuti oleh penawaran yang tinggi pula.

Ternyata tidak berhasil menimbulkan, inflasi, depresi.

Asumsi keynes :

1. Perekonomian bisa full employment & tidak full employment

2. Perekonomian berada dalam tiga sektor ( konsumen, produsen, pemerintah)

3. Adanya campur tangan pemerintah

4. Perekonomian dianalisa dalam jangka pendek.15[15]

Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang utama

(main determinant) dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga didalam suatu

perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi

14[14]Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), 201

15[15]Lia Amalia, Ekonomi Pembangunan ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), 13-14


tingkat output dan kesempatan kerja (level output and employment); sedangkan dalam

jangka panjang (long-run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi(

rate of inflation). Bahkan dalam sebuah tulisanya dimajalah newsweek (1977), Milton

Friedman pernah menulis sebagai berikut:

“There is one and only one basic cause of inflation, too haigh a rate of growth in quantity

of money..... there is one and only one basic cure for inflation, slowing monetary

growth.”

Sedangkan dalam salah satu tulisannya yang lain, Milton Friedman mengatakan

“inflasi itu slalu ada dimana saja dan merupakan fenomena moneter” pertumbuhan

moneter atau jumlah uang beredar yang berlebihan (excessive monetary growth) menurut

kaum moneteris bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter

yang tidak stabil (unstable monetary growth) bertanggungjawab atas timbulnya gejolak

atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena itu pertumbuhan moneter memiliki pengaruh, baik

terhadap variabilitas di dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output, maka kebijakan

moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya

suatu tingkat pertumbuhan moneter yang konstan (constant monetary growth) dan tetap

terkendali pada tingkat yang rendah.16[16]

BAB III

PENUTUP

16[16] Muana Nanga, Makro Ekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan (Jakarta: RajaGrafindo Persada), 51.
Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Aliran Monetaris muncul karena saat terjadi dua kali resesi yang sangat tajam pada tahun

1974 dan 1982, tingkat harga-harga tidak turun padahal, sesuai dengan teori yang dianut

Keynesian ketika itu, terjadinya resesi dan depresi seharusnya menyebabkan tersendat-

sendatnya perekonomian yang diiringi oleh turunnya harga-harga secara umum. Karena

yang terjadi dalam kenyataan sudah sering tidak sama dengan yang seharusnya terjadi

menurut resep Keynes, sejak saat itu ajaran-ajaran Keynes terpaksa ditinjau kembali dan

bahkan didiskreditkan.

2. Ada bebarapa pandangan Keynes yang tidak disukai pakar-pakar ekonomi. Pandangan

itu antara lain tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan

membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Sehingga memacu aliran

Monetaris mengkritik aliran Keynes.

3. Ketidakberhasilan ajaran-ajaran Keynes dalam memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi melahirkan suatu aliran baru yang disebut “aliran monetaris”, yang

mengutamakan kebijaksanaan moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi waktu itu.

Istilah ini pertamakali digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai

studi di bidang ekonomi moneter dan kebijaksanaan moneter.

4. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912)

profesor ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di komisi sumber daya

alam di Washington, ia bergabung dengan staf peneliti National Bureau of Economic


Research tahun 1937 (dalam usia 25 tahun). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam

mengembangkan ilmu ekonomi, ia mendapat hadiah Nobel tahun 1976.

5. Revolusi Keynesian telah menguasai akademia sampai 1950-an dan 1960-an sehingga

para ekonom pasar bebas tak banyak didengar di kampus-kampus sampai Milton

Friedman berhasil mengubah iklim intelektual dari model Keynesian ke model klasik

Adam Smith.

6. Banyak perbedaan pandangan antara kubu keynesian dan monetaris dalam melihat

gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat, atau jumlah total

dari barang-barang yang diminta dalam perekonomian, kubu keynesian percaya bahwa

perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah ( low

level equilibrium).

DAFTAR PUSTAKA

Apridar. 2013. Teori Ekonomi Sejarah Dan Perkembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Deliarnov. 2014. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : Rajawali Pers.


Lia Amalia. 2007. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Muana Nanga. 2005. Makro Ekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Rudiger Dornbusch. 1992. Makro-Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai