Anda di halaman 1dari 6

CRITICAL REVIEW

JUDUL BUKU : Classical Social Theory and Modern Society


Marx, Durkheim, Weber
PENULIS : Edward Royce
PENERBIT : ROWMAN & LITTLEFIELD,
FOKUS : Hal 23 -30
NAMA : Dwi Munthaha
NPM : 18011865034
Jurusan : Magister Ilmu Politik Universitas Nasional

Materialisme Historis
Gagasan inti dari prespektif materialisme historis menurut Karl Marx adalah
keutamaan ekonomi. Dengan pendekatan ekonomi, dapat dipahami sifat
masyarakat, dinamika perubahan sosial, lintasan sejarah dan garis-garis masa
depan manusia. Yang dimaksud ekonomi ini adalah pengorganisasian kegiatan
produktif, di mana orang berkumpul untuk memenuhi kebutuhannya akan makaan,
tempat tinggal dan pakaian. Marx meringkasnya sebagai mode of production.
Produksi merupakan dasar dari semua kehidupan sosial dan semua kenyataan
sejarah.
Pemikiran Marx ini lahir sebagai kritik terhadap idealisme filosofi Hegel dan filsafat
Jerman pasca Hegel. Dianggapnya ideologi Jerman begitu abstrak dan menahan
diri untuk mempelajari “dunia nyata”. Marx mengusulkan prosedur yang lebih
membumi, mulai dari "individu nyata, aktivitas mereka dan kondisi material di mana
mereka hidup". Dia menggeser fokus dari spekulasi abstrak ke analisis konkret, dari
filsafat dan metafisika ke ekonomi dan sejarah. Pendekatan materialis ini,
menempatkan tahap pusat sistem ekonomi, didasarkan pada apa yang dianggap
Marx sebagai fakta fundamental dari keberadaan sosial. Manusia dapat hidup jika
mampu mengekrepsikan dirinya dalam bentuk kerja dan berinteraksi dengan alam.
Hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan yang secara kodrati hidupnya
terfasilitasi oleh alam. Manusia secara sadar mengupayakan sarana
penghidupannya.

Konsepsi Materialisme tentang Masyarakat

Mode of production bagi Marx dapat menentukan karakter masyarakat. Dalam


sejarahnya, bagaimana sistem produksi ini diatur untuk memenuhi kebutuhan
manusia, bentuknya berubah-ubah. Beberapa cara produksi yang berbeda telah
muncul sepanjang sejarah, termasuk perbudakan, feodalisme, dan kapitalisme.
Mode of production sendiri, dicirikan oleh kombinasi spesifik yakni, kekuatan
produksi dan hubungan produksi. Kekuatan produksi terdiri dari 2 faktor:

1. Alat produksi, mencakup tanah, peralatan, mesin, bahan baku;


2. Tenaga kerja, berupa keterampilan, keahlian dan pengetahuan teknis para
pekerja.

Kekuatan-kekuatan produksi digerakkan oleh hubungan-hubungan produksi . Hal


tersebut bukan hanya dilihat sebagai proses teknis, tetapi juga proses sosial, yang
mengandaikan sistem organisasi sosial yang pasti. Kerangka kerja sosial ini
dibentuk oleh hubungan kepemilikan yang juga berati kendali atas alat-alat produksi
dan tenaga kerja . Hubungan-hubungan produksi yang berlaku menetapkan aturan-
aturan permainan ekonomi — siapa yang memiliki hak, kekuasaan, dan hak
istimewa apa. Hubungan sosial memiliki tergantung pada sistem yang berlaku,
misalnya sistem kapitalisme berbeda dengan masa perbudakan atau feodalisme,
yang membedakan status pekerja upahan dengan budak.

Hubungan-hubungan produksi, yang mendasari teori kelas Marx, terikat dengan


distribusi kekuatan ekonomi, lebih khusus kekuatan untuk memanfaatkan tenaga
kerja orang lain. Marx biasanya membayangkan struktur ekonomi ini dalam bentuk
sistem dua kelas:

(1) kelas minoritas pemilik, kelas dominan, yang memonopoli tanah, pabrik, dan alat-
alat produksi lainnya, dan

(2) kelas mayoritas produsen, kelas bawahan, massa orang yang benar-benar
melakukan pekerjaan dan memproduksi barang-barangnya.

Untuk memahami masyarakat, Marx menggunakan konsep pertentangan kelas. Di


masa perbudakan, dikenal tuan dan budak, sedang kapitalisme disebutnya
borjuis(kapitalis) dan proletar(pekerja). Kelas yang menguasai alat produksi, lebih
dominan dan hidup dari kerja kelas di bawahnya. Kecendrungan ini berlaku ajeg dan
menjadi eksplotasi kelas, di mana kelas borjuis atau tuan mampu mengamulasi
assetnya, sedang kelas proletar hidup semakin dalam penderitaan. Antagonisme
hubungan produksi inilah yang menjadi dasar sejarah perjuangan kelas.

Dalam konteks masyarakat, cara produksi memiliki konsekuensi yang lebih luas,
dia membentuk seluruh konfigurasi masyarakat, melahirkan "cara hidup yang pasti".
Dan karena itu adalah kerangka kerja di mana individu menghuni dunia ekonomi
mereka dan melatih kemampuan produktif mereka, itu membentuk karakter dan
kualitas manusia juga. Individu dalam masyarakat dipahami serupa dengan kondisi
material produksinya, apa yang mereka hasilkan dan bagaimana mereka
menghasilkan. Sesuai hakekat manusia, setiap individu melalui kerja dapat
mengubah dunia alaminya. Setiap individu dapat mengembangkan kekuatan dan
gagasan baru.
Pemahaman dasar untuk mengenali masyarakat melalui ekonomi/materi seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, bagian lainnya oleh Marx disebut bangunan
atas/ superstruktur. Superstruktur terdiri dari 2 unsur: (1) tatanan institusional dan (2)
tatanan kesadaran kolektif (bangunan atas ideologis).

Tatanan institusional adalah semacam lembaga yang mengatur kehidupan bersama


dalam masyarakat di luar bidang produksi, seperti organisasi sebuah pasar, sistem
pendidikan, sistem kesehatan masyarakat, sistem lalu lintas, dan terutama sistem
hukum dan negara

Tatanan kesadaran kolektif memuat segala sistem kepercayaan, norma-norma dan


nilai yang memberikan kerangka pengertian, makna, dan orientasi spiritual kepada
usaha manusia, termasuk mengenai pandangan dunia, agama, filsafat, moralitas
masyarakat, nilai2 budaya, seni, dsb.

Dalam hal kesadaran, Marx mempertegas kritik awalnya pada Hegel, dengan
menggarisbawahi perbedaan antara idealisme dan materialisme, "bukan kesadaran
bahwa menentukan hidup, tetapi hidup yang menentukan kesadaran.”

Argumen substruktur-superstruktur ini tidak berarti kita dapat dengan mudah


mengurangi kesadaran sosial menjadi kondisi ekonomi, juga tidak menyiratkan
bahwa pemikiran dan gagasan tidak memiliki realitasnya sendiri. Bagi Marx, tentu
saja, substruktur ekonomi mempengaruhi suprastruktur politik dan budaya secara
lebih mendalam daripada sebaliknya.

Konsepsi Materialisme Historis

Berbeda dengan ahli sejarah yang melihat sejarah sebagai sesuatu peristiwa yang
spektakuler atau kisah-kisah tentang orang-orang dengan pemikiran yang hebat,
Marx melihat sejarah dari kehidupan ekonomi : industri dan pertukaran, kepemilikan
properti dan kekuatan produktif, perdagangan dan konsumsi, pembagian kerja dan
perjuangan kelas.

Konsepsi Materialisme Historis menurut Marx :

Pertama, Akumulasi terus menerus kekuatan produktif yang semakin memperjelas


perbedaan kelas.

Kedua, kekuatan produksi dan hubungan produksi. Ketika pengenalan metode


produksi baru mengubah proses kerja dan meningkatkan produktivitas, hubungan
sosial produksi juga diubah. Kemajuan teknologi menyebabkan pergeseran dalam
struktur kelas dan dalam kerangka sosial masyarakat yang lebih besar.
Ketiga, konflik antara kekuatan-kekuatan produktif. Argumen dasar Marx di sini
adalah bahwa pada titik tertentu hubungan-hubungan produksi tidak mampu
mengakomodasi potensi yang dibangun oleh kekuatan-kekuatan produksi, dan
keadaan ini menciptakan tekanan untuk perubahan mendasar dalam struktur
ekonomi masyarakat.17

Keempat, begitu mencapai titik krisis, Marx berpendapat, kontradiksi antara


kekuatan dan hubungan produksi meresmikan "era revolusi sosial." Ini akhirnya
diselesaikan dengan penghancuran struktur ekonomi lama bersama dengan
"keseluruhannya yang luar biasa" superstruktur ”dan penggantiannya dengan mode
produksi baru yang cocok untuk pertumbuhan kekuatan produksi yang
berkelanjutan.

Bentuk Praksis dari Materialisme

Konsisten dengan kritiknya terhadap ideologi Jerman, Marx menyatakan bahwa


pembebasan tidak berhenti dalam kesadaran dengan konsepsi dunia yang keliru,
tetapi dunia nyata. Marx menggolongkan dirinya sebagai materialis praksis.
Tujuannya materialis semacam ini adalah "merevolusi dunia yang ada" bukan
hanya membebaskan orang dari ide-ide yang salah arah, tetapi secara praksis
melakukan gerakan perubahasn. Misi politik yang sebenarnya bukanlah mengubah
pemikiran, melainkan untuk menghapuskan kondisi yang menindas dengan cara
praksis dan obyektif.

Kritik Marx terhadap agama memberikan ilustrasi yang berguna tentang logika
materialisme praksis ini. Agama, Marx terkenal menyatakan, adalah "candu rakyat";
ia melakukan fungsi ideologis. Dengan membuang keinginan untuk dunia yang lebih
baik ke dalam kehidupan setelah kematian, itu mendorong penerimaan bahkan dari
status quo yang paling tidak menyenangkan. Tetapi tidak seperti banyak kritikus,
Marx tidak hanya mengutuk agama, mengeksposnya sebagai khayalan, atau
mencela itu karena menyatakan kebohongan.

Dalam konteks ini menurut Marx tidak relevan mengkritik agama karena
objektivasinya tidak nyata (bukan eksistensi duniawi). Tugas yang benar-benar
mendesak adalah yang praksis: untuk memerangi penderitaan dengan
memberontak melawan "dunia tanpa hati", Jadi, berbeda dengan banyak orang
sezamannya yang filosofis yang meyakini kritik agama sebagai esensi kritik sejati,
Marx mengusulkan pendekatan yang lebih praktis dan materialis: untuk
menggantikan" kritik surga "dengan" kritik bumi ".

Marx bertolak dari pengandaian bahwa institusi-institusi, agama, moralitas, dan


sebagainya ditentukan oleh struktur kelas dalam masyarakat. Menurutnya, negara
selalu mendukung kelas-kelas atas, dan agama serta sistem nilai lainnya
memberikan legitimasi kepada kekuasaan kelas atas itu. Hubungan- hubungan
produksi dalam basis selalu berupa struktur-struktur kekuasaan, tepatnya struktur
kekuasaan ekonomis. Hal itu ditandai kenyataan bahwa bidang produksi dikuasai
oleh para pemilik. Maka teori tentang basis/bangunan bawah dan superstruktur
berarti bahwa struktur2-struktur kekuasaan politis dan ideologis ditentukan oleh
struktur hubungan hak milik, atau oleh struktur kekuasaan di bidang ekonomi. Yang
menguasai bidang ekonomi, pada umumnya para pemilik, juga menguasai Negara,
sehingga kekuasaan Negara selalu mendukung kepentingan mereka. Begitu pula
kepercayaan-kepercayaan dan sistem-sistem nilai berfungsi memberi legitimasi
kepada kekuasaan kelas-kelas atas. Dalam arti ini struktur kekuasaan politis dan
spiritual dalam masyarakat selalu mencerminkan struktur kekuasaan kelas-kelas
atas terhadap kelas-kelas bawah dalam bidang ekonomi.

Perspektif materialis Marx menunjukkan pesan politik ganda. Pertama, ini


menyiratkan bahwa pembebasan manusia sejati dan peningkatan nyata dalam
kesejahteraan umat manusia hanya dapat dicapai dengan membalik struktur
ekonomi masyarakat, dengan mengubah keadaan material kehidupan manusia.

Kedua juga menunjukkan bahwa struktur ekonomi masyarakat tidak dapat diubah
hanya dengan "upaya kemauan." Manusia menciptakan sejarahnya sendiri," kata
Marx. Namun hal itu tidak bisa sesukanya yang dipilih sendiri, tetapi dalam situasi
yang secara langsung ditemui, diberikan dan ditransmisikan dari masa lalu.

Apakah revolusi sosial itu mungkin atau tidak tergantung pada keadaan historis,
pada "realitas situasi." Agar revolusi sosial dapat terjadi, dibutuhkan tingkat
perkembangan ekonomi yang tepat. Perbudakan , misalnya, tidak dapat dihapuskan
tanpa perbaikan dalam produksi pertanian, dan sosialisme tidak dapat menggantikan
kapitalisme tanpa peningkatan substansial dalam kekuatan produktif masyarakat.
Masalah yang hadapi sekarang diturunkan kepada kita oleh sejarah, tetapi kita juga
bergantung pada sejarah untuk memberi kita sumber daya dan peluang untuk
mengatasi masalah tersebut.

Daftar Pustaka

Magnis-Suseno, Franz. Pemikran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan


Revisionisme. Jakarta: Gramedia, 1999.

Royce, Edward. Classical Social Theory and Modern Society. Marx, Durkheim,
Weber , US, Rowman & Littlefield;2015

Anda mungkin juga menyukai