Anda di halaman 1dari 6

Pengantar

Konsep filsafat yang ditawarkan oleh Karl Marx mempunyai dampak yang sangat besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, sejarah pemikiran modern, kebudayaan, seni, bahkan filsafat.
Begitu banyak hal yang ia tawarkan mulai dari pemikirannya tentang alienasi, filsafat pekerjaan,
materialism historis, hingga komunisme. Seperti kita ketahui bersama, lewat tulisan tulisannya,
Marx sebenarnya menolak usaha usaha yang bersifat moralis belaka. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini, saya akan mencoba menggali lebih dalam mengenai konsep materialism
historis.
Pandangan materialism historis adalah pandangan tentang factor factor pokok yang menentukan
perkembangan sejarah. Pandangan ini bersamaan dengan teorinya tentang revolusi merupakan
bagian dari konsep Marx yang paling berpengaruh dan tetap merupakan inti dari segala macam
Marxisme.
Pandangan materialism sejarah banyak dipahami salah, baik oleh kaum marxis sendiri maupun
oleh lawan lawan mereka. Kata yang paling menyesatkan ialah kata materialis. Karena itu
Marxisme sering disebut sebagai salah satu bentuk materialism. Padahal di seluruh karya Marx
hamper tidak ditemukan uraian apapun tentang materialism, yaitu sebagai anggapan bahwa
realita terakhir alam semesta ialah materi. Alam semesta tidak pernah dipersoalkan oleh Marx.
Marx hanya bicara tentang perkembangan masyarakat, dan dalam hubungan ini materialis hanya
berarti bahwa kegiatan atau pekerjaan jasmaniah atau produksi adalah kegiatan dasar manusia
dan bukan pemikirannya.[1]
Pandangan Materialisme Sejarah
Materialisme dalam Marx berarti bahwa kegiatan dasar manusia adalah kerja sosial. Di sini
dia menerima pengandaian Feuerbach bahwa kenyataan akhir adalah obyek indrawi, dan
dalam Marx objek indrawi itu harus dipahami sebagai kerja atau produksi. Istilah sejarah
mengacu pada Hegel yang pengandaian-pengandaiannya tentang sejarah diterima oleh Marx.
Tetapi, sejarah di sini bukan menyangkut perwujudan diri Roh, melainkan perjuangan kelaskelas untuk mewujudkan dirinya mencapai kebebasan/emansipasi.
Sosialisme Marx berdasarkan pada penelitian syarat-syarat obyektif perkembangan masyarakat.
Marx menolak pendasaran sosialisme pada pertimbangan-pertimbangan moral. Menurutnya
sosialisme terwujud bila syarat-syarat obyektif penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat
produksi terpenuhi dan keadaan tersebut harus diciptakan.
Hukum dasar perkembangan masyarakat ialah bahwa produksi kebutuhan-kebutuhan material
manusia menentukan bentuk masyarakat dan pengembangannya. Fakta sederhana itu ialah
bahwa manusia pertama-tama harus makan, minum, bertempat tinggal, dan berpakaian. Setelah
itu baru mereka melakukan kegiatan politik, ilmu pengetahuan, seni, agama, dan seterusnya.
Jadi, produksi nafkah hidup material bersifat langsung. Dengan demikian tingkat perkembangan
ekonomis sebuah masyarakat atau jaman menjadi dasar dari bentuk-bentuk kenegaraan,
pandangan-pandangan hukum, seni, dan bahkan perkembangan pandangan-pandangan religius
orang-orang yang bersangkutan.

Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial
merekalah yang menentukan kesadaran mereka. Pemikiran ini tidak bertolak dari apa yang
dikatakan orang, tidak dari bayangan dan cita-cita orang, juga tidak dari yang dipikirkan orang,
melainkan dari manusia yang nyata dan aktif. Dari proses hidup nyata merekalah perkembangan
refleks-refleks serta gema-gema ideologis tentang proses hidup itu dijelaskan.
Keadaan sosial menyangkut produksi masyarakat, pekerjaan masyarakat. Manusia ditentukan
oleh produksi mereka: apa yang mereka produksi dan cara mereka berproduksi. Pandangan ini
disebut materialis. Disebut materialis karena sejarah manusia dianggap ditentukan oleh syaratsyarat produksi material. Jadi Marx memakai kata materialisme bukan dalam arti filosofis, yakni
sebagai pandangan/kepercayaan bahwa seluruh realitas adalah materi, melainkan ia ingin
menunjuk pada faktor-faktor yang menentukan sejarah. Faktor-faktor tersebut bukanlah pikiran
melainkan keadaan material manusia dan keadaan material adalah produksi kebutuhan material
manusia. Cara manusia menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk hidup itulah yang disebut
keadaan manusia dan cara itulah yang menentukan kesadaran manusia. Cara manusia berpikir
ditentukan oleh cara ia bekerja. Jadi, untuk memahami sejarah dan arah perubahannya, manusia
tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia, melainkan bagaimana ia bekerja
dan bagaimana ia berproduksi.
Kualitas hidup ditentukan oleh kedudukannya dalam masyarakat dan keanggotaan dalam kelas
sosial tertentu sangat menentukan cara seseorang memandang dunia. Maka kesadaran dan citacita manusia ditentukan oleh kedudukannya dalam kelas sosial. Demikian juga cara berproduksi
menentukan adanya kelas-kelas sosial; keanggotaan menentukan kepentingan orang, dan
kepentingan menentukan apa yang dicita-citakan. Maka, hidup rohani masyarakat, kesadarannya,
agamanya, moralitasnya, nilai-nilai budaya, dan seterusnya bersifat sekunder. Sekunder karena
hanya mengungkapkan keadaan primer, struktur kelas masyarakat, dan pola produksi. Sejarah
tidak ditentukan oleh pikiran manusia, melainkan oleh cara ia menjalankan produksinya. Maka,
perubahan masyarakat tidak dapat dihasilkan oleh perubahan pikiran, melainkan oleh perubahan
dalam cara produksi[2].
Basis dan Bangunan Atas
Cara produksi kehidupan material mengkondisikan proses kehidupan sosial, politik, dan
spiritual pada umumnya. Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka,
sebaliknya, keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka. Marx membagi
lingkup kehidupan manusia dalam dua bagian besar, yang satu adalah dasar nyata atau
basis, dan yang lain adalah bangunan atas. Dasar atau basis itu adalah bidang produksi
kehidupan material, sedangkan bangunan atas adalah proses kehidupan sosial, politik, dan
spiritual. Kehidupan bangunan atas ditentukan oleh kehidupan dalam basis.
Basis/Materi (Ekonomi) - Unterbau
Basis ditentukan 2 faktor: (1) tenaga-tenaga produktif, dan (2) hubungan-hubungan produksi.
Tenaga2 produktif adalah kekuatan-kekuatan yang dipakai untuk mengerjakan dan mengubah
alam. Unsur-unsur tenaga produktif adalah alat-alat kerja, manusia dengan kecakapannya, dan
pengalaman-pengalaman dalam produksi.

Hubungan2 produksi adalah hubungan kerjasama atau pembagian kerja antara manusia yang
terlibat dalam proses produksi. Hubungan ini adalah strukur pengorganisasian sosial produksi.
Misalnya, pemilik modal dan pekerja. Dan karena struktur kelas pada hakekatnya ditentukan
oleh sistem hak milik, maka hubungan2 produksi itu sama juga dengan hubungan hak milik.
Struktur kelas dalam masyarakat bukan sesuatu yang kebetulan, melainkan ditentukan oleh
tuntutan efisiensi produksi, atau oleh tingkat perkembangan tenaga2 produksi. Maka yang
pertama menentukan hubungan2 produksi atau struktur kelas suatu masyarakat adalah tenaga2
produktif. Hubungan2 itu tidak tergantung pada kemauan orang, melainkan pada tuntutan
objektif produksi.
Bangunan Atas/Superstruktur (Kesadaran) - berbau
Terdiri dari 2 unsur: (1) tatanan institusional dan (2) tatanan kesadaran kolektif (bangunan atas
ideologis).
Tatanan institusional adalah semacam lembaga yang mengatur kehidupan bersama dalam
masyarakat di luar bidang produksi, seperti organisasi sebuah pasar, sistem pendidikan, sistem
kesehatan masyarakat, sistem lalu lintas, dan terutama sistem hukum dan negara
Tatanan kesadaran kolektif memuat segala sistem kepercayaan, norma-norma dan nilai yang
memberikan kerangka pengertian, makna, dan orientasi spiritual kepada usaha manusia,
termasuk mengenai pandangan dunia, agama, filsafat, moralitas masyarakat, nilai2 budaya, seni,
dsb.
Marx bertolak dari pengandaian bahwa institusi-institusi, agama, moralitas, dan sebagainya
ditentukan oleh struktur kelas dalam masyarakat. Menurutnya, negara selalu mendukung kelaskelas atas, dan agama serta sistem nilai lainnya memberikan legitimasi kepada kekuasaan kelas2
atas itu. Hubungan2 produksi dalam basis selalu berupa struktur2 kekuasaan, tepatnya struktur
kekuasaan ekonomis. Hal itu ditandai kenyataan bahwa bidang produksi dikuasai oleh para
pemilik. Maka teori tentang basis/bangunan bawah dan bangunan atas berarti bahwa struktur2
kekuasaan politis dan ideologis ditentukan oleh struktur hubungan hak milik, atau oleh struktur
kekuasaan di bidang ekonomi. Yang menguasai bidang ekonomi, pada mumnya para pemilik,
juga menguasai Negara, sehingga kekuasaan Negara selalu mendukung kepentingan mereka.
Begitu pula kepercayaan-kepercayaan dan sistem-sistem nilai berfungsi memberi legitimasi
kepada kekuasaan kelas-kelas atas. Dalam arti ini struktur kekuasaan politis dan spiritual dalam
masyarakat selalu mencerminkan struktur kekuasaan kelas-kelas atas terhadap kelas-kelas bawah
dalam bidang ekonomi.
Teori Kelas - Perubahan sosial masyarakat
Marx tidak pernah menguraikan teori kelasnya. Mirip dengan filsafat pekerjaan, teori kelas
bukanlah sebuah teori eksplisit, melainkan suatu pemikiran yang melatarbelakangi uraian Marx
tentang hukum perkembangan sejarah, tentang kapitalisme, dan tentang sosialisme.

Marx tidak pernah mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kelas. Mengikuti definisi
termasyur Lenin,kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan
masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Bagi Marx, kelas
sosial merupakan gejals khas pasca-feodal. Menurutnya sebuah kelas baru bisa dianggap kelas
dalam arti sebenarnya apabila dia bukan hanya secara objektif merupakan golongan sosial
dengan kepentingan tersendiri, melainkan juga menyadari diri sebagai kelas atau sebagai
golongan khusus dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta
mau memperjuangkannya.
Kelas Atas dan Kelas Bawah
Menurut Karl Marx pelaku-pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu-individu tertentu,
melainkan kelas-kelas sosial. Menurutnya, akan terlihat bahwa dalam dalam setiap masyarakat
terdapat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai. Sebenarnya bukan 2 kelas
yang diajukan Marx, melainkan 3 kelas, yaitu kaum buruh (mereka yang hidup dari upah), kaum
pemilik modal (hidup dari laba), dan para tuan tanah (hidup dari rente tanah). Tetapi dalam
analisis keterasingan para tuan tanah tidak dibicarakan dan pada akhir kapitalisme para tuan
tanah akan menjadi sama dengan para pemilik modal.
Berangkat dari analisis keterasingan. Keterasingan dalam pekerjaan terjadi karena orang-orang
yang terlibat dalam pekerjaan jatuh dalam 2 kelas sosial yang berlawanan, yaitu kelas buruh dan
kelas majikan. Kelas buruh melakukan pekerjaan dengan menjual tenaga kerja kepada kelas
pemilik karena tidak memiliki tempat dan sarana kerja, sedang kelas majikan adalah para pemilik
alat-alat kerja: pabrik, mesin, dst.
Jadi, dalam sistem produksi kapitalis 2 kelas tersebut saling berhadapan, meski keduanya juga
saling membutuhkan. Buruh dapat bekerja bila pemilik membuka tempat kerja baginya dan
majikan beruntung apabila ada buruh yang mengerjakan alat-alat kerjanya. Tetapi saling
ketergantungan itu tidak seimbang. Buruh tidak dapat hidup kalau tidak bekerja, sebaliknya,
meskipun si pemilik tidak menjalankan alat-alat kerjanya, mereka msih bisa bertahan lebih lama.
Mereka dapat hidup dari modal yang dikumpulkannya. Dengan demikian kelas pemilik ialah
kelas yang kuat dan para pekerja adalah kelas yang lemah. Dan hubungan antara kedua kelas
tersebut pada hakikatnya merupakan hubungan penghisapan atau eksploitasi. Hubungan antara
kelas atas dan kelas bawah juga merupakan hubungan kekuasaan: yang satu berkuasa atas yang
lain - kelas atas berkuasa atas kelas bawah.
Pertentangan antara kedua kelas bukan karena buruh iri atau para majikan egois, melainkan
karena kepentingan dua kelas itu secara objektif berlawanan satu sama lain. Bagi Marx, setiap
kelas sosial bertindak sesuai dengan kepentingannya dan kepentingannya itu ditentukan oleh
situasi yang objektif. Di sini majikan mengusahakan laba sebanyak mungkin, dan sebaliknya
buruh ingin upah sebanyak-banyaknya. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan: (1) tampak
betapa besar peran struktural dibandingkan segi kesadaran dan moralitas di mana pertentangan
antara buruh dan majikan bersifat objektif, (2) karena kepentingan yang secara objektif
bertentangan, maka keduanya mengambil sikap dasar yang berbeda: kelas pemilik/kelas atas
bersikap konservatif dan kelas buruh/bawah bersikap progresif dan revolusioner, (3) bagi Marx,
setiap kemajuan dalam susunan masyarakat hanya dapat tercapai melalui revolusi. Itulah

sebabnya mengapa Marxisme menentang semua usaha untuk memperdamaikan kelas-kelas yang
saling bertentangan karena hal itu sama sekali tidak mungkin.
Ajaran nilai-lebih dan Kehancuran Kapitalisme
Fetisime Komoditas
Di dalam sistem kapitalis terdapat sesuatu yang gaib. Kegaiban komoditas itu terletak pada
kenyataan bahwa barang-barang yang berlainan dapat dinilai dengan harga yang sama. Misalnya,
sebuah televisi sama harganya dengan seekor kambing, atau sama dengan lima puluh buku, dst.
Sepertinya ada sesuatu yang tidak tampak yang melampaui perbedaan yang nampak secara
inderawi, yaitu nilainya sebagai komoditas. Maka, nilai komoditas itu menjadi semacam
kenyataan supra-empiris yang disebutnya fetish. Lalu darimana nilai lebih dari komoditas itu
berasal? Jumlah kerja yang dilakukan pekerja berubah menjadi nilai tukar produknya. Harga
komoditas itu adalah endapan kerja. Menurut Marx, hukum ekonomi kapitalis adalah
ekuivalensi. Jadi, harga bahan baku + harga tenaga kerja = harga komoditas. Lalu, darimana
pemilik modal mendapat keuntungan? Marx menunjukkan bahwa nilai lebih ini diperoleh karena
pekerja bekerja melampaui waktu yang wajar. Kelebihan waktu itu adalah kerja tanpa upah. Jadi,
keuntungan itu diperolah dari kerja tanpa upah itu. Di sini, Marx menemukan sifat eksploitatif
dari kapitalisme, karena, menurutnya, proses akumulasi modal adalah proses perampasan tenaga
lebih kaum buruh yang tidak dibayar dan menjadi keuntungan kaum kapitalis.
Ajaran kehancuran kapitalisme adalah ajaran yang sangat deterministis. Di kemudian hari ajaran
itu disebut ekonomisme, yaitu ajaran bahwa perkembngan sejarah ditentukan hukum-hukum
ekonomi yang bersifat niscaya. Menurut analisis Marx, proses eksploitasi kaum buruh melalui
nilai lebih akan menghasilkan krisis-krisis yang niscaya. Krisis disebabkan oleh kenyataan
bahwa perusahaan-perusahaan besar menelan perusahaan kecil, sampai akhirnya jumlah kaum
kapitalis menjadi semakin mengecil dan pemiskinan massa semakin meningkat. Cepat atau
lambat, namun niscaya, pertumbuhan kapitalisme itu secara otomatis akan menumbuhkan
kesadaran revolusioner dari pihak massa yang dipermiskin dan dieksploitasi. Pengangguran
bertambah, inflasi membumbung, produksi tak terjual, dst., dan sistem kapitalis akan
menghancurkan dirinya sendiri. Itulah saat munculnya masyarakat sosialis, yaitu masyarakat
tanpa kelas yang dalam bayangan Marx muncul bagaikan matahari, bersifat otomatis[3].
Evaluasi terhadap Materialisme Historis
Pandangan materialism historis merupakan dasar klaim Karl Marx bahwa sosialismenya adalah
ilmiah. Marx merasa telah menghilangkan segala kesewenangan dan unsure kebetulan sebagai
factor penentu sejarah, karena ia menghilangkan kebebasan kehendak manusia sebagai factor
perubahan masyarakat yang relevan. Semuanya akhirnya ditentukan oleh suatu factor objektif,
yaitu tenaga tenaga produktif. Diantara tenaga tenaga produktif, unsure alat kerja adalah yang
paling pertama. Dan pemakaian alat kerja ditentukan oleh bentuknya yang objektif, bukan oleh
kehendak orang lain. Begitu pula penyempurnaan dan pengembangan alat alat kerja baru bukan
karena selera orang, melainkan karena tekanan objektif kebutuhan untuk mempermudah usaha
untuk menjamin kebutuhan hidup. Tenaga tenaga produktif itu menentukan hubungan hubungan
produksi dan hubungan hubungan itu menentukan pelembagaan politis masyarakat serta struktur

legitimasi ideologis. Dengan demikian perkembangan sejarah sampai sekarang dapat dijelaskan
secara ilmiah dan pasti, dan arah perkembangan masyarakat di masa depan dapat dikalkulasi
berdasarkan analisis system ekonomi yang terdapat pada saat sekarang. Karena itu, tidak salahlah
mereka yang menganggap teori inti Marx sebagai deterministic: kebebasan manusia tidak
memainkan peranan, sejarah ditentukan oleh factor factor ekonomis objektif.[4]
Meskipun Marx adalah seorang pemikir yang penting, ia mendekati banyak soal secara berat
sebelah, hanya dalam perspektif social ekonomis. Yang positif dalam pemikiran Marx ialah
bahwa ia telah membuka kedok dari banyak system nilai yang disebut suci dan sopan, dan yang
memang sama sekali tidak suci dan sopan. Marx membersihkan masyarakat dan gereja gereja
dari banyak hal yang diberi cap kehendak Tuhan, tetapi yang sebetulnya hanya bersifat
ketidakadilan yang sama sekali tidak dikehendaki Tuhan.
Marx member arah yang lebih praktis terhadap filsafat, dan banyak tuntutan dari manifesto
komunis yang dalam abad yang lalu masih kelihatan mustahil, sekarang sudah diterima secara
umum sebagai hak hak asasi manusia di banyak Negara.[5]

Anda mungkin juga menyukai