Anda di halaman 1dari 3

Pemikiran Karl Marx dirujuk dengan istilah “materialisme dialektik” dan “materialisme historis”.

Tapi sesungguhnya Marx sendiri tidak pernah menggunakan nama – nama tersebut. Istilah
“materialisme historis” untuk pertama kalinya dipakai oleh Engels, ketika Marx sudah meninggal dunia.
Sedangkan nama “materialisme dialektik” dikemukakan pada tahun 1891 oleh pemikir Rusia bernama
Plekhanov. Meskipun demikian, dalam konteks sejarah filsafat, sudah ada kesepakatan bahwa dua
istilah tersebut dipakai untuk menunjukkan inti ajaran dari Marx sejauh dipengaruhi oleh filsafat Hegel.

Hegel sudah menegaskan bahwa dinamika sejarah manusia dimungkinkan oleh roh absolute
yang merupakan prinsip dasar sejarah manusia yang menyatakan diri dan menjadi sadar akan dirinya
sendiri dalam manusia. Dalam pandangan Marx sejarah yang dinamis berlangsung bukan karena roh
absolut menyatakan diri, melainkan manusia bertemu dengan dunia materi. Dalam pertemuan itu
terjadilah humanisasi alam materi, artinya manusia mengolah alam itu sehingga menjadi sumber
kehidupan baginya. Manusia memiliki kemampuan rasional untuk mengolah alam materi dalam proses
produksi. Alam materi diubah kedalam wawasan kehidupan manusia. Bagi Marx kemajuan sejarah
ditentukan oleh kemajuan ekonomi masyarakat. Semakin tinggi suatu produksi dalam masyarakat
semakin majulah bangsa itu. Produksi yang dihasilkan adalah sintesis. Dalam sintesis ini unsure manusia
dan materi bersatu dan mendapatkan bentuk baru yang menentukan kemajuan sejarah. Jadi menurut
Marx sejarah berkembang karena perjumpan manusia dan alam material dan perkembangan itu
berlangsung menurut prinsip dialektika dimana tingkat produksi merupakan indikasi terpenting
kemajuan sejarah.

Menurut Marx perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang ekonomi. Majunya bidang
ekonomi menentukan kemajuan di semua bidang lain dalam kehidupan masyarakat. Dalam istilah Marx,
bidang ekonomi adalah “infra-struktur” at au bangunan dasar dari suatu masyarakat. Sedangkan bidang
lain (politik, hukum, moral, agama, ideology, kebudayaan filsafat,dsb) adalah bangunan atas atau
“supra-struktur” . Akan tetapi menurut analisis Marx, kehidupan ekonomi masyarakat jamanya justru
sedang sakit. Gangguan pada lapisan infrastruktur ini mengakibatkan semua bidang kehidupan menjadi
tak beres. Gangguan itu terletak pada hubungan ekonomis yang tidak seimbang.

Yang dimaksud oleh Marx dengan hubungan ekonomis ialah hubungan antara pemilik modal
(kaum kapitalis) dan para buruh (kaum proletar). Dalam hubungan ini terdapat ketimpangan karena
pemilik modal yang hanya segelintir orang menguasai buruh. Akibatnya, secara ekonomis terjadi kelas –
kelas sosial berkonflik. Kaum kapitalis menjadi kelas atas karena menguasai bidang produksi dan hidup
dari penghisapan kaum buruh. Sedangkan kaum proletar menjadi kelas bawah yang terpaksa menjual
tenaga kerja mereka kepada pemilik modal dengan upah yang amat rendah. Karena infrastruktur
dikuasai oleh kaum kapitalis, maka mereka pun menguasai suprastuktur yaitu bangunan politik Negara.
Atas dasar itu, agama, pandangan – pandangan moral dan nilai – nilai budaya pun memberika legitimasi
terhadap struktur kekuasaan kelas atas. Situasi seperti itu menyebabkan konflik berkepanjangan dalam
masyarakat. Maka bagi Marx satu – satunya jalan pembebasan yang harus ditempuh adalah revolusi,
suatu perjuangan yang dilakukan masyarakat (teristimewa kaum proletar) untuk merebut alat – alat
produksi yang dimiliki kaum borjuis dan dijadikan milik bersama. Disinilah muncul komunisme, suatu
paham yang memandang segala sesuatu sebagai milik bersama.

Tetapi bagi Marx, ketimpangan hubungan ekonomis tidak saja menyebabkan munculnya kelas –
kelas sosial yang saling bertentangan tetapi juga menghasilkan alienasi – alienasi yaitu suatu
keterasingan yang dialami manusia. Bagi Marx terdapat tiga bentuk alienasi yang dialami kaum buruh.
Pertama alienasi ekonomis, situasi ekonomi masyarakat seperti alat – alat produksi dimiliki oleh kaum
kapitalis dan dipinjamkan kepada kaum buruh. Konsekuensinya adalah sebagian besar dari pemilik
produsi dimiliki oleh para pemilik modal. Situasi ini menyebabkan buruh merasa terasing, bukan saja alat
– alat produksi yang digunakan setiap hari tetapi juga hasil kerja nya. Produksi selalu diambil dan
dilemparkan jauh dari kaum buruh. Fakta ini menyebabkan kaum buruh yang miskin semakin miskin.
Kemiskinan menjadi bendera alienasi ekonomis kaum buruh.

Kedua, alienasi sosial yaitu adanya kelas – kelas sosial yang saling bertentangan dalam
masyarakat dan tak menyatu secara sosial. Kelas kaum kapitalis berdiri sebagai majikan berhadapan
dengan kelas proletar merupakan mayoritasnya. Antara kedua kelas ini terjadi pertentangan
kepentingan dan cita – cita. Akibatnya kelas kapitalis sengaja mengasingkan diri dari kelas proletar,
sedangkan kelas proletar merasa terasing dari majikannya. Alienasi sosial ini memecahkan masyarakat
pada umumnya.

Ketiga, alienasi religious, Karl Marx menuduh agama (teristimewa agama Kristen) pada
jamannya telah menyebabkan pula alienasi religious dalam masyarakat jamannya agama sebagai salah
satu faktor suprastruktur telah dipakai oleh kelas kapitalis yang menguasai ekonomi (infrastruktur)
untuk kepentinganya sendiri. Agama telah dimanfaatkan sebagai “candu bagi rakyat”untuk menidurkan
kaum proletar. Agama menjanjikan kebahagiaan atau keselamatan keselamatan kekal bagi mereka yang
menderita di dunia ini(matius 5 : 3). Atas cara itu, kaum proletar pasrah menerima kenyataan dan tidak
tergerak untuk melakukan revolusi perbaikan nasib. Marx mengatakan bahwa pengaruh agama ini
menyebabkan manusia terasing dari dunianya sendiri, karena diberikan harapan utopis tentang
kebahagiaan yang akan dicapai di dunia akhirat. Padahal dengan begitu agama menghilangkan
kreatifitas manusia dan digantikan keramah – tamahan, kelemah – lembutan, dan cinta kasih yang
mengarah kepada masa depan yang tak menentu. Oleh karena agama mengasingkan manusia dari
dunianya sendiri yakni dipakai untuk melegitimasi ketidakadilan yang sedang berlangsung maka
sebaiknya faktor suprastruktur ini dilenyapkan.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa bagi Marx

- Perkembangan sejarah tergantung pada perkembangan dunia materi secara dialektik


- Konsekuensi ekonomi atau kesejahteraan material menjadi infrastruktur
- Dalam perspektif itu aspek moral dan spiritual menjadi sekunder.

Singkatnya marx meletakan alam materi sebagai landasan sejarah dan kesejahteraan masyarakat
sebagai ukuran kualitas kehidupan suatu masyarakat. Semakin maju masyarakat ditentukan oleh
perkembangan ekonomi yang baik dan mensejahterakan seluruh masyarakat. Dalam perspektif itu dunia
spiritual menjadi sekunder

Anda mungkin juga menyukai