Anda di halaman 1dari 6

Bermula dari Benih

Menuju ke Kemandirian Petani


Oleh: Endang Sutarya dan Dwi Munthaha*

Modernisasi teknologi pertanian selain berdampak pada peningkatan produksi,


ternyata telah menghilangkan kemampuan petani untuk mampu mandiri. Berbagai
keahlian petani saat ini telah lenyap bergantung pada kuasa industri. Petani harus
mengkonsumsi berbagai asupan, mulai dari benih, pupuk serta racun pembunuh
hama. Ongkos produksi menjadi mahal dan pertanian tidak lagi mampu menjamin
kualitas penghidupan petani.

Keterpurukan petani sudah menjadi wacana umum di mana-mana. Baik dari


masyarakat petani sampai ke tingkat pejabat penentu kebijakan. Sayangnya, wacana
tersebut tidak berkembang menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan. Petani dipaksa
terus menerus menelan getirnya kehidupan sebagai petani, sementara banyak pihak yang
mengambil keuntungan dari kondisi tersebut.
Situasi yang tidak menguntungkan tersebut, bermula dari berjalannya skenario
revolusi hijau. Saat itu, petani yang sebagian besar hidup dengan cara subsisten, dibebani
tanggung jawab besar untuk menjamin ketersediaan pangan bangsa. Cara yang dilakukan
kemudian adalah mengubah budaya pertanian yang ada menjadi sebuah usaha produktif pro
pasar yang sarat dengan penggunaan teknologi (modernisasi). Sayangnya teknologi
tersebut tidak sepenuhnya dikuasai oleh petani, karena petani hanya menjadi alat produksi
yang berkiblat pada orientasi hasil (panen dalam skala besar).
Dalam rangka mencapai ambisi besar pemenuhan kebutuhan pangan, langkah
keliru diambil oleh pemerintah di masa lalu. Terjadi penyeragaman prioritas tanaman pangan
(padi). Politik penyeragaman yang didukung oleh kekuatan militer (aparat), membuat aneka
varietas padi lokal di negeri ini lenyap entah ke mana. Padahal, ketika petani menggunakan
varietas-varietas tersebut, hampir tidak banyak masalah dihadapi. Tekanan tersebut
membuat petani mulai menyesuaikan pola baru, di mana benih dan asupan lainnya bukan
lagi berasal dari kreatifitas mereka, melainkan barang pabrikan yang siap digunakan.
Konsekuensinya, petani menjadi konsumtif untuk keperluan produktif mereka sendiri.
Perkembangannya, kebutuhan produksi menjadi lebih mahal dibandingkan hasil produksi. Di
saat banyak pengorbanan yang telah dilakukan oleh petani, pemerintah dengan mudah
menerima berbagai kebijakan lembaga ekonomi internasional untuk memperlancar
dinamisasi kepentingan ekonomi global.
Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan berskala internasional meraup keuntungan
besar. Dampaknya, berbagai elemen produksi yang dahulu dikuasai oleh petani, saat ini
justru berasal dari perusahaan-perusahaan multi internasional. Alhasil, petani semakin sulit
untuk berkembang karena beragamnya permasalahan yang sebelumnya sudah mereka
hadapi. Situasi ini yang berakibat pada penurunannya jumlah petani. Sebagian besar
generasi muda kemudian enggan memilih profesi sebagai petani, karena diharuskan lebih
banyak berkorban ketimbang penghargaan yang mereka terima.

Program Pemuliaan dan Penganekaragaman Tanaman oleh Petani


Dari paparan singkat dari sedikit aspek yang menjadi permasalahan petani tersebut,
Yayasan FIELD Indonesia (FIELD) mencoba mengintrodusir pemuliaan tanaman, sebagai
salah satu aspek yang penting untuk dikuasai oleh petani. Dimulai tahun 2002, FIELD di
Kabupaten Indramayu bekerjasama dengan Pedigrea/Participatory Enhancement of

*
Farmers Initiative Ecological Livelihood and Democracy (FIELD Indonesia)
Jl. Tanjung Mas Utama B8/8 Perum Tanjung Mas Raya, Jakarta Selatan. Telp/Fax 021 7811145 E-
mail: fieldind@indosat.net.id.
Diversity of Genetic Resources in Asia menginisiasi Program Pemuliaan Tanaman Berbasis
Keanekaragaman Hayati melalui Sekolah Lapang Petani.
Program ini lahir atas dasar realitas petani yang mulai terganggu akan mahalnya
benih di pasaran. Bahkan, tidak jarang petani harus tertipu karena kualitas benih yang dibeli,
ternyata tidak seperti sesuai harapan. Sementara ketika ingin menghasilkan sendiri benih
yang berkualitas, banyak kendala yang dihadapi. Selain kemampuan teknis, jebakan
peraturan (Undang-undang Perlindungan Varietas Tanaman/UUPVT) juga menjadi masalah.
Saat ini, banyak jenis tanaman yang sudah dipatenkan, sehingga tidak dengan leluasa bagi
petani untuk mengembangkan kreativitasnya. Dari kondisi tersebut, pilihan pemuliaan
tanaman oleh petani adalah varietas local.
Pilihan lokasi Kabupaten Indramayu, karena daerah tersebut merupakan daerah
lumbung padi, di mana pengaruh revolusi hijau sudah sedemikian kuat melekat di
masyarakat taninya. Kecendrungan sikap pragmatis di dalam usaha tani adalah tantangan
yang hendak dihadapi dari program ini.

Bagan Strategi Program

Tim
Inti
Lokakarya
Petani Pemandu Seminar
Advokasi Petani
atas Hak
Pemuliaan
Studi Peningkatan Bank Benih tanaman benih
TOT SL Genetik Masyarakat

Organisasi Dinas Kesepakatan - Community


Petani penggunaan Regrestry (Deklarasi
Pertanian Benih Masyarakat tentang
Koordinasi awal Benih, Protokol
program Masyarakat)
- Peraturan
Badan Pemerintah (Perdes,

FIELD Penelitian
Benih

Pengorganisasian Kegiatan

Kegiatan ini dimulai dengan melakukan koordinasi bersama organisasi petani Ikatan
Petani Pengendalian Hama Terpadu (IPPHTI) Kabupaten Indramayu. Dari sana disepakati
bahwa program dilaksanakan di 11 desa dari 11 kecamatan. Sebelum kegiatan teknis
dilakukan, pengelola program yang tergabung dalam tim inti yang terdiri dari petani-petani
pemandu, menginformasikan rencana dan tujuan program ke pihak Dinas Pertanian
setempat. Untuk tanaman padi koordinasi juga dilakukan dengan Badan Penelitian Tanaman
Padi (Balitpa) sebagai lembaga pemerintah penyedia material benih/galur. Material itu
merupakan alat belajar bagi petani untuk melakukan penyilangan. Sebelum sekolah
lapangan pemuliaan tanaman, dibutuhkan material sebagai alat belajar yang masih
berbentuk F2 sampai F6. Penyilangan itu dilakukan terus menerus hingga dihasilkan varietas
baru. Varietas yang berasal dari Balitpa tidak dapat dikembangkan lebih jauh karena terikat
dengan perjanjian, bahwa galur yang diberikan hanya digunakan sebagai alat belajar agar
tidak bertentangan dengan UU PVT.
Kegiatan ini diorganisir sendiri oleh petani. Petani-petani pemandu yang
mengorganisir kegiatan disebut juga sebagai Tim Pendukung Lapangan (TPL). TPL
kemudian memfasilitasi Training for Trainers (ToT) untuk menghasilkan petani pemandu
Sekolah Lapang. Sekolah Lapangan dilaksanakan selama 1 musim tanam. Setelah SL
berakhir, peserta SL melakukan kegiatan tindak lanjut untuk terus melakukan penyilangan
hingga mendapatkan varietas baru.
Pola yang dikembangkan oleh petani menggunakan metode sains petani melalui
CARA BELAJAR LEWAT PENGALAMAN” yaitu: Mengalami – Mengungkapkan –
Menganalisis – menyimpulkan – menerapkan – Mengalami.

Menentukan Varietas Idaman


Saat SL, petani mempelajari cara-cara penyilangan tanaman, baik padi maupun
sayur-sayuran. Untuk menentukan varietas tanaman yang diinginkan, varietas turunan (asal)
yang dipilih disesuaikan dengan keinginan petani. Pada umumnya petani berkeinginan
menghasilkan varietas yang dapat berproduksi tinggi. Ciri-cirinya jumlah anakan banyak,
ukuran malai panjang, jumlah bulir malai banyak dan lebih berat. Selain itu varietas yang
diinginkan tahan terhaap hama dan penyakit, dapat beradaptasi dengan iklim setempat dan
factor-faktor ekologis lainnya (kekeringan, dapat bersaing dengan gulma),serta memiliki rasa
yang enak dan pulen. Varietas tersebut diharapkan juga dimudah untuk ditanam secara
organic, tidak membutuhkan asupan kimia hingga baik untuk kesehatan manusia. Mereka
menyebutnya sebagai varietas idaman petani.

Tahapan Penyilangan:
I. Pemilihan sumber Bahan Baku :
1. Varietas lokal
2. Varietas baru
3. Kerabat liar atau galur

Materi induk harus dikumpulkan, ditanam, dievaluasi dan dipelihara. Juga dilakukan
dokumentasi agar dapat menentukan data dasar yang harus dipertahankan, untuk
digunakan sebagai panduan dalam membandingkan satu varietas dengan varietas lainnya.
Pertimbangan penting dalam seleksi bahan baku induk antara lain; Umur, Tinggi tanaman,
Jumlah anakan, Jumlah bulir yang berisi, Panjang malai, Rasa, Resistensi terhadap
hama/penyakit, Kemampuan beradaptasi dengan kondisi local, Asal varietas, serta respon
terhadap pupuk

II. Sinkronisasi :
Dua varietas disilangkan semasa tahap berbunga, yaitu tahap ketika mengebiri dan
menyerbukan. Karena tidak semua varietas mempunyai umur matang yang sama, penting
bagi pemulia untuk menetapkan waktu dan menjadwalkan tanggal penanaman dari satu
induk (betina) dan induk lainnya (jantan) sehingga mereka akan berbunga pada waktu yang
sama. Proses ini disebut sinkronisasi. Contohnya, andai kita akan menyilangkan varietas A
dan B. Varietas A umur matangnya 120 hari sedang varietas B umur matangnya 100 hari.
Maka tanaman A harus ditanam 20 hari lebih awal dari tanaman B.

III. Lokasi
Lokasi pemuliaan sebaiknya cukup tersedia air atau bisa juga disesuaikan dengan tujuan
pemuliaan. Usahakan terjangkau agar mudah dikontrol.

IV. Pengebirian dan Penyerbukan


Alat-alat yang digunakan adalah; Gunting-kecil, tajam, runcing dan bagus kualitasnya, Pinset
(jepitan) tidak tajam (atau bisa bambu kecil seperti tusuk gigi), Kertas minyak dibentuk
seperti amplop, Lakban atau penjepit kertas, Spidol atau pensil, Label pot, Kaca Pembesar

- Pengebirian
1. Cari malai padi yang baru keluar sepertiga bagian
2. Buka seluruhnya usahakan daun bendera jangan sampai rusak
3. Sepertiga malai bagian atas di buang karena sudah
menyerbuk sendiri
4. Sepertiga malai bagian bawah gabahnya dibuang karena
masih muda dibuang belum siap kawin
5. Sepertiga malai bagian tengah di jarangi (dibuang sebagian
agar jarak antar butir lebih renggang), sisakan 20 – 30 butir.
6. Butir padi di potong miring membentuk 45o ½ bagian, agar
memudahkan kita untuk mengebiri (emaskulasi).
7. Buang bunga jantan yang berwarna kuning dan berjumlah
enam pasang dengan menggunakan pinset atau tusuk gigi.
8. Pada waktu mengebiri jangan sampai merusak putik, karena apabila putik mati maka
tidak bisa diserbuki
9. Setelah bunga jantan dibuang, malai ditutup dengan amplop (dari kertas minyak)
agar tak terserbuki oleh serbuk sari dari luar
10. Amplop yang digunakan untuk menutup diberi keterangan varietas apa yang
disilangkan, tanggal persilangan dan nama penyilang
11. Waktu pengebirian dilakukan dari jam 2 siang sampai selesai
12. Penyerbukan dilakukan esok harinya.

- Penyerbukan
1. Esoknya pagi-pagi setelah pengebirian kita ambil pejantan yang diinginkan
2. Pengambilan pejantan maksimal jam 6 pagi, ini dimaksudkan agar malai belum
menyerbuk sendiri.
3. Ciri induk jantan yang baik adalah : yang baru keluar sepertiga malainya
4. Alat untuk pejantan adalah gelas dan air atau air panas apabila diperlukan
5. Sediakan gelas yang berisi air, untuk air harus sesuai cuaca :
6. Cuaca mendung dengan air suam-suam kuku
7. Cuaca panas dengan air biasa
8. Pejantan kita buka seluruhnya dan taruh diatas gelas berisi air
9. Lalu pejantan kita jemur, waktu penjemuran kira-kira dari jam 8 sampai dengan siap
kawin.
10. Ciri-ciri pejantan siap kawin apabila : (a) pejantan sudah mekar, (b) sentuh bunga
jantan dengan ujung kuku, apabila serbuk sari menempel di kuku maka pejantan siap
kawin, (c) usahakan dalam penjemuran bunga jantan terlindungi dari terpaan angin
agar serbuk sari tidak hilang.
11. Sebelum penyerbukan sebaiknya periksa dahulu
bunga yang telah kita kebiri kemarin dengan
menggunakan kaca pembesar, untuk
memastikan kondisinya siap diserbuki.
12. Setelah pejantan siap kawin maka amplop pada
induk betina kita buka, lalu serbuksari kita
masukkan ke malai yang dikebiri dengan cara malai
jantan disentuh dengan jari agar serbuk sari masuk
dan menyerbuki induk betina.
13. Penyerbukan bisa juga dilakukan dengan cara
langsung mendekatkan tanaman yang sudah dikebiri
ke pada tanaman padi pejantan bila serbuk sarinya sudah dikawinkan.
14. Atau bisa juga dengan membawa calon pejantan dari lahan dan masukan juga ke pot
lalu saat akan di kawinkan tinggal di dekatkan saja dengan betinanya.
15. Harus diperhatikan sebaiknya saat penyerbukan diusahakan lokasinya tidak ada
angin agar serbuk sari jangan sampai banyak yang tertiup angin.
16. Pengecekan dilakukan 5 hari sampai satu minggu (periksa juga dari serangan
serangga pemakan buah seperi semut dll), dan panen dilakukan 20-25 hari setelah
persilangan.
17. Panen dilakukan dengan gunting lalu dijemur dengan amplopnya untuk
dikecambahkan.

Dalam SL, petani mempelajari berbagai jenis dan teknik penyilangan. Dari jenis
penyilangan diketahui ada 4 metode; Silang tunggal. Silang Ganda, Silang puncak dan
Silang Balik. Metode penyilangan ini memunculkan keanekaragaman gen yang kemudian
membuat petani dapat menambah keinginannya akan varietas yang diinginkan.
Di awal penyilangan varietas yang berbeda, maka akan didapat turunan pertama yang
biasa disebut Filial 1 (F1). F1 harus dipelihara dan kemudian ditanam untuk mengetahui
hasilnya. Pada turunun kedua (F2), baru terjadi pemecahan gen, yang menghasilkan
potensi keanekaragaman hayati. Seleksi tanaman dimulai tergantung pada penggunaan
teknik seleksi. Sedang pilihan jenis tanaman ditentukan oleh varietas idaman yang
diinginkan petani sendiri. Teknik seleksi yang digunakan adalah;

1. Metode Bulk (Kasar)


Seleksi dengan metode bulk, sering dimanfaatkan untuk menghasilkan galur-galur
toleran terhadap lingkungan. Pada F1 populasi dari persilangan varietas pendek
dengan varietas lokal tinggi pada umumnya gagal menghasilkan galur-galur yang
baik.
Pada generasi lanjut (F6-F7), bila tidak dipelihara tanaman pendeknya, maka
hampir semua populasi terdiri dari tanaman tinggi, karena tanaman pendek yang
diinginkan punah akibat persaingan bebas selama proses mendelisasi
(pemecahan gen) F2 – F7

2. Metode Pedigrea
Merupakan metode yang sangat efektif untuk memilih tanaman yang mempunyai
sifat-sifat dominan seperti umur, tinggi tanaman, serta beberapa resistensi terhadap
hama dan penyakit. Seluruh keragaman genetik yang timbul pada F2 diamati
dengan cermat dan dipilih hanya tanaman-tanaman yang menonjol
pertumbuhannya. Pertanaman F2 dan seleksi galur selanjutnya ditanam dengan
jarak 25 x 25 cm, 1 bibit/rumpun. Kelengkapan data pengamatan dan pendukung
lainnya harus betul-betul lengkap agar pada galur-galur selanjutnya mudah dalam
pengelolaanya.

Pengalaman program yang dilaksanakan di kabupaten Indramayu menunjukkan,


bahwa petani memiliki kemampuan untuk membuat benih sendiri. Bahkan, ada beberapa
kasus yang justru membutuhkan penelitian khusus, karena di fase F6 ada beberapa galur
persilangan petani telah menunjukkan keseragaman bentuk dan hasil yang memuaskan. Di
Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, penyilangan Varietas Ciherang dan Galur Kebo
yang kemudian mereka sebut Ciborang, serta Bongong yang berasal dari Galur Kebo dan
Varietas Lokal Longong, mendapat perhatian dari hampir seluruh warga desa. Ujicoba
penanaman galur tersebut menunjukkan kualitas serta kuantitas hasil yang melebihi varietas
lain yang ditanam di sana. Kenaikan produksi mencapai 30% hingga 50% dari varietas yang
biasa mereka gunakan. Masyarakat kemudian menggunakan benih hasil pemuliaan petani
itu di lahan mereka. Temuan ini cukup mengejutkan, karena dalam teori pemuliaan tanaman,
hasil seragam baru dapat diketahui pada F 8 dan perlu pengujian multi lokasi hingga F 12
untuk mengetahui kemampuan adaptasi benih tersebut di berbagai tempat (jika akan
disebarkan).

Mengembalikan Hak Atas Benih


Untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diharapkan dari hasil kerja keras petani,
masyarakat Desa Jengkok kemudian sepakat untuk membuat deklarasi, yang menyatakan
galur baru mereka adalah milik dari Masyarakat Jengkok. Deklarasi masyarakat tersebut
merupakan komitmen untuk menegaskan, bahwa pemuliaan tanaman adalah hak petani
berikut hasil yang mereka dapat. Cara itu ditempuh agar petani mampu melindungi haknya
dari kepentingan industri benih. Langkah yang mengesankan dan bertujuan mulia itu
ditunjukkan dengan komitmen mereka untuk tidak memperjualbelikan benih hasil persilangan
petani.
Deklarasi tersebut ditandatangani oleh semua komponen masyarakat desa tersebut.
Termasuk di dalamnya Camat, Kepala Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama dan
masyarakat lainnya. Di dalam deklarasi tersebut, mereka lampirkan daftar hasil dari
pemuliaan tanaman, dilengkapi dengan sejarah asal-usul serta perkembangannya.
Tentunya, kelengkapan data dari proses pemuliaan benih menjadi penting untuk dipenuhi,
karena itu adalah pertahanan terakhir mereka, ketika ada pihak luar yang ingin memiliki
benih tersebut. Deklarasi dari Masyarakat dinyatakan, karena peraturan yang ada tidak
cukup kuat melindungi hak petani atas benih. Peraturan tersebut lebih mengarah pada
kepentingan bisnis, di mana petani sulit untuk memenuhinya. Sementara jika mengacu pada
nilai-nilai demokrasi, peraturan harus dapat dipastikan berpihak pada kepentingan rakyat.
Karena sejatinya, demokrasi adalah bentuk dari kedaulatan rakyat. Dan petani sedang
melakukan upaya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai