Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan Sosiologi Jerman

Kelompok 3 :
1. Dewi Khairun’Nisa /22510017
2. Nabilla Ayu Agistya Hadi /22510003
3. Hilda Ayu Rofida /22510013
• Menurut Karl Marx
Bila kita berbicara tentang sejara awal sosisologi Perancis maka akan berkaitan
dengan riwayat kemajuan dari pencerahan dan revolusi Perancis,
reaksi,konservatif, dan makin besarnya pengaruh gagasan sosiologi
SaintSimon,Comte,dan Durkheim, maka sosiologi jerman sendiri awal
perkembangannya sudah terbagi-bagi. Perpecahan karl marx (dab
pendukungnnya), yang berada ditepi bidang sosiologi, dengan tokoh
berkebangsaan Jerman yaitu Weber dan Georg Simmel.
Akar dan Sifat dari Teori Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx adalah salah satu aliran marxisme. Marxisme sendiri adalah sasuatu
pandangan atau cara pandang yang berorientasi pada struktur social dan
Lembaga social didalam masyarakat. Awalnya Karl Marx hanya menyusun sebuah
teori besar yang berkaitan dengan system ekonomi, social politik dengan teori-
teori tersebut maka disebut marxis. Karl Marx adalah keturunan yaudi yang
dilahirkan dijerman pada tahun 1818 dan wafat pada umur 65 tahun (1883). Marx
merupakan mahasiswa di Universitas Berlin yang dipengaruhi oleh filsuf Jerman
yang bernama G.W.F. Hegel pada tahun 1770 sampai 1831.
Hegel
Pemikiran Hegel merupakan pemikiran dominan yang mempengaruhi Karl Marx.
Dua konsep yang mencerminkan ensansi filsafat hegel yaitu ada dialektika dan
idealisme. Dialektika adalah cara bagimana kita berfikir dan citra tentang dunia.
Sebagai cara berfikir disini Hegel menekankan pentingnya proses,
hubungan,inamika,konflik dan kontradiksi. Hegel cenderung menerapkan
dialektika hanya pada gagasan, sedanglan karl marx dialektika diterapkan pada
aspek kehidupan yang bersifat material contohnya pada aspek ekonomi.
Kemudian untuk idealisme menitik beratkan arti penting pemikiran dan produk
mental dari pada dunia material seperti aspek ekonomi tadi. Kemudian definisi
social yang terpenying bagi kehidupan fisik dan material, kedalam bentuk yang
ekstrem yang ada hanyala permikiran dan kontruksi psikologis dan juga
mementingkan gagasan yang dihasilkan oleh proses mental itu sendiri.
Menurut pendekatan dialektika Hegel,kontradiksi berkembang antara keadaan
manusia sebagaimana adanya keadaan yang seharusnya meraka rasakan
ada.Individu mulai menyadari bahwa penyelesaian kontradiksi terakhir terletak
dalam perkembangan dan perluasan roh masyarakat bagi keseluruhan. Kemudian
Hegel mengemukakan teori umum tentang evolusi kehidupan. Yang merupakan
sebuah teori subjektif yang berpendirian bahwa perubahan terjadi pada tingkatan
kesadaran.
Feurbach
Ludwig Feuerbach merupakan jembatan penting antara Marx dan Hegel.Sebagai
seorang Hegelian muda ia bersikap kritis terhadap hegel, karen menitik
beratkannya yang terlalu berlebihan dan besar terhadap kesadaran roh
masyarakat.hegelian sendiri adalah suatu Gerakan filsafat yang berkembang pada
abad ke 19. Yang mana pemikiran ini berpusat kepada sejara dan logika yang
mengutamakan realita dan pada dialekta untuk menguasai ide absolut mengenai
suatu fenomena. Bagi Feurbach Tuhan adalah esensi kehidupan manusia yang
mereka proyeksikan menjadi sebuah kekuatan impersonal.orang menepatkan
tuhan diluar dan diatas diri sendiri, yang akibatnya mereka terasing dari tuhan
dan memproyeksikan serangkain karakteristik positif kepada tuhan bahwa ia
sempurna dan maha kuasa, sementara mereka mereduksi diri mereka sendiri
sebagai mahluk yang tidak sempurna, tidak berdaya, dan penuh dosa.
Marx, Hegel, dan Feurbach
Feurbach menegaskan bahwa agama semacam ini ditaklukan dan penaklukan itu
dapat dibantu oleh filsafat matearialis dimana orang (bukan agama) menjadi
objek dan tujuan tertinggi bagi dirinya sendiri. Marx dipengaruhi sekaligus
bersikap kritis terhadap hegel dan feurbach. Marx mengambil posisi ini bukan
karna diterapkannya orientasi materialis namun juga karna minatnya pada
aktivitas “praktis”. Marx juga mengambil posisi yang berbeda, yang menyatakan
bahwa masalah kehidupan modern dapat diacak kembali pada sumber yang rill,
misalnya kapitalisme. dengan demikian solusinya hanya dapat ditemukan pada
hancurkannya struktur tersebut dengan aksi kolektif dan jumlah orang yang
benar. Aksi kolektif sendiri adalah perilaku yang dilakukan Bersama dengan
sejumlah orang dan tidak bersifat rutin. Kemudian karl marx juga setuju dengan
kritikan feurbach terhadap hegel terkait dengan beberapa hal atau persoalan.
Seperti pada materialism dan penolakan terhadap teori Hegel yang abtrak. Tetapi
disini Marx lebih tidak puas terhadap pendapat Feurbach. Hal ini dikarenakan
Feurbach hanya memfokuskan diri didunia religious sementara Marx percaya
bahwa yang harus dianalisis adalah dunia social, khususnya ekonomi.
Ekonomi Politik dan Teori Marx
Disini karl Marx mengemukakan sebuah teori ekonomi politik. Adanya teori nilai
kerja ini yang menyatakan bahwa laba kapitalis didasarkan pada eksploitasi baru.
Para kapitalis menjalankan tipuan yang sederhana dengan membayar pekerjaanya
lebih rendah daripada nilai yang benar-benar mereka hasilkan dalam satu priode
kerja. Teori Karl menawarkan teori masyarakat kapitalis yang didasarkan pada
pandangannya mengenai hakikat manusia. Marx percaya bahwa manusia itu
mahkluk produktif, artinya menghasilkan sandang, pangan, papan dan kebutuhan
lainnya. Produktivitas mereka merupakan cara yang dialami yang mereka gunakan
untuk mengekspresikan kekereativitas dasar mereka selain itu dorongan ini
diekspresikan secara Bersama dengan manusia lain. Kemudia muncul konsep
aliansi yaitu putusnya hubungan alamiah antar individu dengan individu dengan
yang mereka produksi. Aliensi terjadi karena kapitalisme berubah menjadi system
2 kelas dimana kaum kapitalis yang berjumlah sedikit menguasai proses produksi,
produk, dan waktu kerja bagi orang yang bekerja untuknya. Dan disini Karl Marx
tidak perna menganggap drinya sebagi seorang sosiologi
• Menurut Max Weber
Sosiologi Jerman dari awal perkembangannya sudah terbagi-bagi. Perpecahan
berkembang antara Karl Marx (dan para pendukungnya), yang tetap berada
dibidang sosiologi, yaitu tokoh besar aliran utama sosiologi Jerman, Max Weber
dan Georg Simmel. Meskipun teori Marxian itu sendiri dianggap tidak dapat
diterima, tetapi gagasannya masuk ke dalam aliran utama sosiologi Jerman. Kita di
sini akan membahas perbedaan antara teori Marxian dan teori non-Marxian.
Hegel. Menurut Ball, “Sulit bagi kita memahami seberapa besar pengaruh Hegel
terhadap pemikiran Jerman di perempat kedua abad 19. Sebagian besar orang
Jerman termasuk beberapa para pemuda Marx di Universitas Berlin dibentuk oleh
gagasan Hegel dan oleh perpecahan yang berkembang antara pengikut Hegel
setelah kematiannya”. Ada 2 Hegel yang berkembang yaitu “Hegelian Tua” yang
artinya terus menganut gagasan gurunya, sedangkan “Hegelian Muda” yaitu
berkarya menurut trasidi Hegelian. Dua konsep yang mencerminkan esensi filsafat
Hegel adalah dialektika dan idealisme (Hegel 1807/1967:821/1967). Dialektika
adalah cara berpikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir dialektika
menekankan arti penting dari proses, hubungan dinamika, konflik dan kotradiksi
cara berpikir yang cenderung lebih dinamis. Sedangkan itu dialektika dihubungkan
dengan Hegel, namun ia sudah ada dalam filsafat sejak dulu. Marx, yang terdidik
dalam tradisi Hegelian, mengakui bahwa arti penting dialektika.
Marx merasa bahwa dialektika ini dapat diterapkan pada aspek kehidupan yang
bersifat material seperti hal nya pada aspek ekonomi, sedangkan Hegel cenderung
menerapkan dialektika hanya pada dunia gagasan. Sebenarnya Hegel
menawarkan sejenis teori evolusi tentang kehidupan dalam artian idealistik, awal
mulanya manusia hanya dibekali kemampuan panca indra untuk memahami dan
mengamati dunia di sekitar mereka. Manusia bisa memahami dunia di sekitar
mereka dengan cara melihat, mencium, dan merasakan kehidupan fisik dan sosial.
Kemudian manusia mengembangkan kemampuan itu untuk menyadari,
memahami dan lebih mengembangkan diri mereka sendiri. Seperti itulah manusia
mulai memahami bahwa mereka dapat menjadi lebih baik daripada keadaan nya
semula. Hegel kemudian mengemukakan teori umum tentang evolusi kehidupan.
Adapun yang disebut Feuerbach adalah jembatan sangat penting yang
menghubungkan antara Hegel dan Marx. Ludwig Feuerbach (1804-1872). Sebagai
Hegelian Muda, Feuerbach telah banyak mengkritik Hegel, misalnya terhadap
penekanan berlebihan Hegel pada kesadaran dan juga semangat masyarakat.
Feuerbach menerima filsafat materialis, karenanya ia telah menegaskan bahwa
yang begitu diperlukan adalah meningkatkan idealisme subjektif. Yang kemudian
memusatkan pada perhatian bukan pada gagasan,tapi pada realitas material
kehidupan manusia.
Dalam Feuerbach mengkritik Hegel ia menekankan pada agama. Menurutnya
Tuhan esensi terhadap kehidupan manusia yang di proyeksikan menjadi suatu
kekuatan impersonal. Manusia telah menempatkan Tuhan diatas dan ada di
sekeliling mereka dan membangun ciri positif bagi Tuhan (bahwa ia maha
sempurna, maha suci, dan maha kuasa). Sementara itu mereka para manusia
merendahkan diri mereka sendiri, menjadikan diri mereka tidak sempurna dan
juga penuh dosa. Menurut Feuerbach masalah tentang keyakinan agama seperti
itu harus diatasi dengan dibantu fisafat materialis yang menempatkan manusia
(bukan agama) menjadi objek tertinggi pada diri mereka sendiri dan menjadi
tujuan di dalan diri mereka sendiri. Marx, Hegel, Feuerbach. Marx dipengaruhi
sekaligus mengkritikHegel dan Feuerbach. Mengikuti Feuerbach, Marx mengkritik
Hegel tentang kesetiaan terhadap filsafat idealis. Marx berpendirian seperti itu
bukan karena ia menganut orientasi materialis tetapi karen minatnya dalam
aktivitas praktis. Contoh fakta sosial, terkait kekayaan dan negara, oleh Hegel
dibicarakan lebih sebagai gagasan daripada sebagai sesuatu yang nyata sebagai
kesatuan material. Menurut Hegel, proses evolusi terjadi begitu saja di luar
kontrol individu dan di luar aktivitas mereka. Marx merasa idealisme Hegel lebih
mengarah ke orientasi politik yang begitu konservatif. Tetapi pendirian Marx
sangat berbeda, Marx menyatakan bahwa masalah kehidupan modern dapat
dirujuk ke berbagi sumber materialnya yang rill (misalnya, struktur kapitalisme).
Ekonomi Politik. Materialisme Marx dan juga penekanannya terhadap sektor
ekonomi menyebabkan pemikirannya yang sejalan dengan pemikiran kelompok
politik (seperti Adam Smithdan David Ricardo). Marx memuji bhawa premis dasar
mereka yang menyatakan tenaga kerja merupakan sumber dari seluruh kekayaan,
premis inilah yang membuat Marx memutuskan bahwa merumuskan teori nilai
tenaga kerja. Marx juga dipengaruhi oleh para ekonom politik yang
menggambarkan kehidupan sistem pada kapasitas dan eksploitasi kapasitas
terhadap kaum buruh. Marx juga meneliti semua dukungan dan dorongan umum
mereka terhadap kapasitas maupun cara mereka mendesak para buruh bekerja
untuk mencapai kesuksesan ekonomi di dalam perusahan kapitalis. Pemikiran
ekonomi konservatif demikian sukar diterima Marx, dan karena itu ia bertekad
untuk mengadakan perubahan radikal dari kapitalisme ke sosialisme. Marx dan
Sosiologi. Marx bukanlah seorang sosiolog dan tak menganggap dirinya sebagai
sosiolog. Meskupun karyanya terlalu sangat luas untuk dicakup dalam pengertian
sosiologi, tetapi ada satu teori sosiologi yang ditemukan dalam karya Marx. Sejak
awal ada sosiolog yang sangat dipengaruhi oleh Marx dan telah ada serangkaian
panjang sosiologi Marxian, terutama di Eropa. Tetapi menurut kebanyakan
sosiolog awal, karya Marx merupakan sebuah kekuatan negatif, sesuatu yang
bertentangan atau sesuatu yang tidak berhubungan dengan sosiologi yang
mereka kembangkan. Sampai akhir-akhir ini teori sosiologi, terutama di Amerika,
telah ditandai permusuhan atau ketidaktahuan tentang sosiologi Marxian.
Namun, reaksi negatif terhadap karya Marx masih menjadi kekuatan utama dalam
penyusunan beberapa teori sosiologi (Gurney , 1981). Alasan yang mendasar dari
penolakan terhadap pemikiran Marx ini bersifat ideologis. Gagasan radikal Marx
dan perubahan sosial radikal yang ia ramalkan dan juga yang coba ia kembangkan,
sudah jelas menakutkan dan begitu dibenci oleh pemikir konservatif. Pemikiran
sosiologi Marx ditolak karena dianggap berbau ideologi.
Ada berbagai tuduhan bahwa Marx bukanlah seorang teoritis sosiologi yang
serius. Tetapi, ideologi per se tidak dapat dijadikan alasan yang nyata untuk
menolak Marx, karena karya Comte, Durkheim, dan pemikir konservatif yang lain
pun banyak kadar ideologinya. Sebenarnya yang telah ditolak oleh para teoritis
sosiologi bukanlah eksistensi ideologinya, tetapi ciri-ciri ideologi tertentu saja.
Tentu berbagai banyak alasan lain mengapa Marx tak diterima oleh banyak
teoritis-teoritis awal. Marx rupanya lebih dekat sebagai ekonom ketimbang
sosiolog. Alasan lain dari penolakan awal terhadap Marx adalah ciri dari perhatian
Marx. Perhatian Marx tertuju pada revolusi, yang bertolak belakang dengan
perhatian sosiolog konservatif yang begitu menginginkan reformasi dan
perubahan secara tertib. Perbedaan lain yang menonjol adalah perbedaan
landasan filosofis antara teori sosiologi Marxian dan sosiologi konservatif.
Sebagian besar teoritisi konservatif sangat dipengaruhi oleh fisafat Immanuel
Kant. Teori Marx. Marx menawarkan sebuah teori yang membahas tentang
masyarakat kapasitas berdasarkan citranya mengenai sifat mendasar pada
manusia. Marx yakin bahwa manusia pada dasarnya mempunyai sikap produktif,
yang artinya untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja di dalam dan dengan
alam. Dengan manusia bekerja seperti itu, mereka bisa menghasilkan makanan,
pakaian, peralatan, perumahan, dan kebutuhan lainnya yang memungkinkan
untuk hidup mereka. Dengan kata lain manusia pada hakikatnya adalah makhluk
sosial. Marx sebenarnya sedikit sekali memimpikan keadaan masyarakat seperti
yang diimpikan pemikir sosialis utopian (Lovell, 1922). Ia lenih memikirkan upaya
untuk membantu mematikan kapitalisme. Untuk menciptakan sosialisme, orang
harus bertindak pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat. Sosialisme
menurut pengertian paling mendasar adalah suatu masyarakat yang mula-mula
orang akan mendekati citra ideal Marx tentang produktivitas. Dengan bantuan
teknologi modern orang dapat berinteraksi dengan alam dan dengan orang lain
secara selaras.
Akar dan sifat dari Teori Max Weber (1864-1920) don Georg Simmel (1858-1918).
Meski Marx dan pengikutnya di akhir abad 19 dan awal abad 20 tetap berada
pada luar aliran utama sosiologi Jerman, Weber dan marx. Albert Solomon,
mengklaim sebagian besar dari teori Weberian berkembang “dalam perdebatan
sengit dan panjang dengan hantu Marx” (1945:596). Ini mungkin merupakan
pernyataan yang berlebihan, tetapi bebagai macam cara teori Marxian berperan
negatif terhadap teori Weberian. Teori Weberian mendapatkan bahan dari teori
Marxian (Burger, 1976). Kita dapat menjernihkan mengenai sumber sosiologi
Jerman dengan menguraikan setiap pandangan hubungan antara Marx dan
Weber (Antonio dan Glassman, 1985; Schoreter, 1985). Perlu kita ingat bahwa
Weber tak akrab dengan karya Marx (banyak di antara karya Marx belum
ditertibkan hingga sesudah Weber meninggal) dan Weber lebih banyak bereaksi
pada karya pengikut Marx daripada karya Marx sendiri (Antonio , 1985;29 Turner,
1981:1920). Weber lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada gagasan dan
pengaruhnya terhadap ekonomi. Weber memandang gagasan sebagai otonom
yang besar pengaruhnya terhadap dunia ekonomi. Weber memang banyak sekali
mencurahkan perhatiannya pada berbagai macam gagasan, terutama pada sistem
ide-ide kegamaan. Berdasarkan karya Weber, para pakar berkesimpulan bahwa
Weber mengembangkan gagasan yang bertentangan dengan gagasan Marx.
Pandangan keduanya mengenai hubungan Weber dan Marx adalah bahwa ia tak
banyak menentang marx, namun ia mencoba membalikkan perspektif teoritisnya.
Dari sini Weber dipandang lebih banyak bekerja menurut tradisi Marxian
ketimbang menentang. Interpretasi karya Weber ini jelas menempatkannya
sangat begitu dekat dengan teori Marxian. Contoh yang lebih baik dari pandangan
bahwa Weber terlihat dalam proses membalikkan teori Marxian adalah bidang
stratifikasi. Dalam karyanya tentang stratifikasi ini Marx memusatkan perhatian
pada kelas sosial, salah satu dimensi stratifikasi ekonomi. Marx menyatakan
gagasan tentang stratifikasi sosial harus diperluas sehingga bisa mencakup
stratifikasi berdasarkan prestisme (status) dan kekuasaan. Kedua pandangannya
yang dilukiskan di atas sama-sama mengakui pentingnya teori Marx bagi Weber.
Adapun unsur kebenaran dalam kedua pandangan itu. Pengaruh-pengaruh lain
terhadap Weber, Pengaruh Kant terhadap Weber dan terhadap sosiologi Jerman
pada umumnya terlihat dari akar filsafat yang berbeda. Bukan Kant, melainkan
Hegel, yang pengaruh filsafatnya terhadap teori Marxian sangat penting. Menurut
Kant, kehidupan adalah sebuah kejadian membingungkan yang tak pernah dapat
dipahami secara langusung. Kant membedakan antara isi dan kehidupan nyata. Isi
dapat dipahami melalui bentuk. Penekanan pada bentuk ini menyebabkan
berbagai kualitas karya sosiolog penganut tradisi filsafat Kant lebih statis daripada
karya sosiolog Marxis penganut tradisi Hegel. Teori Weber. Marx pada dasarnya
mengemukakan teori kapitalisme, sedangkan karya Weber pada dasarnya adalah
teori tentang proses resionalisasi (Brubaker, 1984; Kalberg,1980,1990,1994). Yang
menjadi sasaran perhatian kita disini adalah salah satu dari empat jenis proses
yang diidentifikasi oleh Kalrberg (1980, : lihat juga Brubaker, 1981) yakni
rasionalitas formal. Dalam hal ini pilihan dibuat dengan merajuk pada kebiasaan,
hukum dan peraturan yang diterapkan secara universal. Ketiganya berasal dari
berbagai struktur besar, terutama struktur birokrasi dan ekonomi. Weber
mengembangkan dalam konteks studi ini menjadi sebuah perbandingan antara
sejarah masyarakat Barat, Cina, India dan beberapa masyarakat lainnya. Weber
melihat birokrasi (dan proses historis birokrasi) sebagai contoh klasik rasionalisasi,
Weber memasukkan diskusinya mengenai proses birokrasi ke dalam yang lebih
luas tentang lembaga politik. Ia membedakan antara tiga jenis sistem otoritas
tradisional, karismatik, dan rasional legal. Sistem masyarakat otoritas legal hanya
dapat berkembang pada masyarakat Barat modern dan hanya dalam sistem
otoritas rasional legal itulah birokrasi modern dapat berkembang. Weber juga
membuat analisis rinci dan canggih tentang rasionalisasi fenomena seperti agama,
hukum, kota, bahkan musik sekalipun. Diskusi ini tertuang dalam analisis Weber
yang lebih luas tentang hubungan antara hukum dan kapitalisme. Dalam studi ini
juga Weber telah mengakui bahwa peran sentra agama juga begitu penting,
agama telah memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kapitalisme Barat.
Tetapi gagal mengembangkan kapitalisme pada masyarakat lain. Penerimaan
teori Weber. Salah satu nya alasan adalah karena teori Weber terbukti secara
politik lebih mudah diterima ketimbang radikalisme Marxian. Meskipun Weber
mengakui kecaman keras terhadap berbagai aspek masyarakat kapitalis modern,
ia sampai pada kesimpulan penting yang sama dengan Marx. Tapi ia tidak
menganjurkan cara penyelesaian masalah dengan cara radikal (Heins, 1993). Ia
merasa pemberontakan radikal yang ditawarkan Marx dan sosiolog lainnya lebih
banyak mengandung mudaratnya ketimbang manfaatnya. Salah seorang di antara
tokoh lainnya yang terbukti menarik adalah Weber (yang lainnya Durkheim,
Vilfredo Pareto). Bagaimanapun juga rasionalisasi tak hanya memengaruhi
masyarakat kapitalis, tetapi juga masyarakat sosialis. Dapat dilihat dari sudut
pandanga Weber, rasionalis merupakan masalah yang lebih besar dalam
masyarakat sosialis ketimbang masyarakat kapitalis. Yang paling disukai dari
Weber adalah cara ia saat menyajikan pendapatnya, ia menghabiskan sebagian
besar usianya untuk mempelajari sejarah secara rinci dan kesimpulan politis yang
dibuatnya selalu dalam konteks riset. Alasan lain yang membuat Weber lebih
dapat diterima adalah karena ia menurut tradisi filsafat yang juga membentuk
sosiolog yang kemudian Weber berkarya menurut tradisi filsafat Kant yang anra
lain berarti bahwa ia cenderung berpikir dalam hubungan sebab akibat. Cara pikir
yang seperti ini akan lebih dapat diterima oleh para sosiolog. Terakhir, Weber
tampil dengan menawarkan pendekatan dengan kehidupan sosial yang jauh lebih
bervariasi ketimbang Marx. Marx hampir secara total memasuki kajian-kajian
ekonomi sedangkan Weber tertarik pada berbagai aspek fenomena sosial. Di awal
karirnya Weber lebih dikenal sebagai sejarawan yang memusatkan perhatian pada
masalah sosiologi. Memang ia menjadi sosiolog Jerman Van dominan pada
zamannya. Pada 1910 Weber (bersama dengan, George Simmel) mendirikan
masyarakat sosiologi Jerman (Glatzer, 1998). Karya Weber berpengaruh besar di
Jerman, dan lebih besar lagi pengaruhnya di Amerika utara setelah Parsons
(memperkenalkan gagasan (gagasan teoritis Eropa lainnya terutama Durkheim)
kepada mahasiswa Amerika.
• Menurut Georg Simmel
Georg Simmel mendirikan masyarakat sosiologi di Jerman, ia juga seorang teoritis
sosiologi yang sangat luar biasa, salah satu keistimewaannya adalah dia cepat
berpengaruh besar terhadap perkembangan teori sosiologi Amerika, sadangkan
Marx dan Weber diabaikan selama bertahun-tahun. Karya Simmel ini membantu
menentukan pekembangan salah satu pusat kajian sosiologi Amerika Universitas
Chicago dan teori utamanya, yakni interkasionisme simbolik. Georg Simmel
diperkenalkan sebagai tokoh penting dalam memperkenalkan konsep interaksi
sosial sebagai cara untuk memahami masyarakat. Simmel memperkenalkan
metode analisis sosiologi formal, yang mengkombinasikan metode kuantitatif dan
kualitatif dalam studi sosiologi. Ia membedakan antara interaksi sosial yang intens
dan erat, seperti keluarga dan teman dekat, dengan interaksi sosial yang lebih
formal dan dangkal, seperti di tempat kerja atau di pasar. Konsep ini
memperkenalkan pemahaman yang lebih dalam mengenai bentuk dan pola
interaksi sosial dalam masyarakat. Selain itu, Simmel juga memberikan kontribusi
dalam pemahaman mengenai sosialisasi. Bila Weber dan Marx sibuk dengan
masalah besar seperti rasionalisasi masyakarat dan ekonomi kapitalis, Simmel
sangat terkenal dengan masalah – masalah kecil terutama tindakan dan interaksi
individual.
Simmel menganggap bahwa individu dan masyarakat merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan dan terus berinteraksi satu sama lain. Ia juga
memperkenalkan konsep formalisme sosiologi yang menekankan pentingnya
metode formal dalam mempelajari interaksi sosial dan fenomena sosial. Simmel
juga dianggap kurang memperhatikan aspek struktural dalam masyarakat. Gaya
Simmel dalam karyanya tentang interaksi itulah sebagian yang menyebabkan ia
mudah diterima oleh teoritisi sosiologi Amerika awal. Ia sering menulis buku –
buku tebal seperti yang di tulis Marx dan Weber, ia pun menulis esai tentang
topik – topik menarik seperti kemiskinan, pelacuran, orang kikir dan pemborosan.
Menurut Simmel kultur dalam masyarakat modern dan seluruh komponennya
yang beraneka ragam itu ( termasuk ekonomi uang) aan berkembang, dan begitu
sudah berkembang, maka arti penting (peran) individu mulai menurun.
Contohnya begitu teknologi industry menyertai ekonomi modern berkambang
dan makin canggih akhirnya tenaga kerja dikonfrontasiakan dengan mesin –
mesin industry. Akibatnya pengendakian tenaga kerja terhadap mesin it menjadi
sedikit. Simmel berpendapat bahwa dalam kehidupan modern, perkembngan
kultur yang lebih luas menyebabkan peran individu makin merosot. Meskipun
para sosio;og terbiasa mimkirkan implikasi lebih luas dari karya Simmel, pengaruh
awal Simmel terutama adalah melalui studinya tentang fenomena sosial berskala
kecil, seperti bentuk – bentuk interaksi dan jenis – jenis orang yang beriteraksi.

Anda mungkin juga menyukai