Anda di halaman 1dari 8

1

A. Neo-Hegealisme

a. Sejarah Neo-Hegealisme

Hegealisme adalah gerakan filsafat yang berkembang pada abad ke 19 dan

dicetus oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Pemikiran ini berpusat pada

sejarah dan logika dan mengutamakan realita daripada hal-hal dialektik untuk

menguasai ide absolut mengenai suatu fenomena. 1 Terbentuknya hegealisme

ditandai dengan pembentukan sekolah filsafat yang terbentuk sekitar 30 tahun

yang memperkuat arah filsafat Jerman. Hegealenisme berarah maju dan

diarahkan untuk memprovokasi reaksi-reaksi besar dan merupakan pemikiran

yang berorientasi kepada perlawanan. Terdapat empat tahap pembentukan dari

Hegealisme:

1. Terjadi di salah satu sekolah Hegelian di Jerman pada periode tahun

1827-1850. Karena sering terlibat polemik terhadap lawan-lawan

pemikirannya, sekolah ini kemudian terbagi menjadi 3 kelompok.

Kelompok kanan yang melibatkan murid-murid asli dari hegel, memiliki

pemikiran untuk mempertahankan pemikiran aslinya yakni menentang

bahwa pemikiran ini bersifat liberal dan pantaestik (berpusat kepada

ketuhanan). Kelompok kiri yang berisi pemikir-pemikir muda

hegealinisme yang memiliki pemikiran bahwa pendekatan dialektik

merupakan dasar dari sebuah pergerakan pemikiran dan memandang

bahwa perbandingan Hegel mengenai apa yang merupakan dasar dari

sebuah pergerakan pemikiran dan memandang bahwa perbandingan

1
Hegealisme. Brittanica. Diakses tanggal 14 Mei 2014.
2

Hegel mengenai apa yan merupakan rational dan realitas sebagai sebuah

perintah untuk memajukan realitas budaya dan politik. Maka, para

hegelian muda mengiterpretasi dengan setukan revolusioner bahwa

Hegelianisme memiliki unsur pantaestik, ateistik dan liberl. Kelompok

tengah adala kelompok yang lebih mementingkan keaslian dari

Hegelianisme dan sistemnya yang signifikan dengan ketertarikan khusus

terhadap permasalahan logika.

2. Tahap kedua (1850-1904) Hegealianisme tersebar di negara-negara

lain , munculah gerakan yang bernama Neo-hegelianisme yang berpusat

kepada logika dan reformasi dialektika. Di sisi lain, pada awal abad ke-

20 muncul sebuah gerakan berbeda di Jerman setelah Wilhelm, seorang

pemikir pendekatan kritis kepada ilmu sejarah dan humanistik,

menemukan catatan-catatan Hegel pada masa muda yang tidak

diterbitkan

3. Tahap ketiga yang disebut sebagai renaisans Hegel dan dicirikan dengan

ketertarikan terhadap Pitologil dari terbitan catatan-catatan dan dari

penelitian sejarah, pemikiran ini menjangkau sebuah rekonstruksi dari

kejadian menurut pemikiran Hegel yang sarat akan unsur kebudayaan,

terutama Pencerahan (enlightment) dan Romantisme yang menimbulkan

sikap irasionalistik dan eksistensialist dalam filsafat.

4. Tahap keempat, setelah periode perang dunia kedua, pembaharuan

dalam ilmu-lmu marksisme di Eropa menimbulkan sebuah relasi

pemikiran antara Hegel dan Karl Marx dan tentang nilai-nilai dari ide
3

Hegel yang mempengaruhi Marksisme yang secara khusus berpusat

kepada masalah-masalah sosial dan politik. Tahap keempat dari sejarah

hegelianisme ini juga mempelajari ulang pemikiran-pemikiran dasar dari

helegianisme pada tahap pertama.

Filsafat Hegel adalah usaha yang paling luas dan ambisius yang

pernah dilaksanakan guna memberikan suatu penjelasan teoritis yang

lengkap tentang uiversum. Dia tidak puas menganalisa pengetahuan atau

kehendak atau natural science, logika, sejarah dan hukum. Semuanya itu

disatukan oleh hegel menjadi satu kebulatan / kesatuan yang maha besar

dimana semua antinomy dan konflik idealisme dari seluruh ide yang riel

dilenyapkan. Ide merupakan daya fikir (ratio) dan Roh (spirit). Keduanya

akan mencakup segala sesuatu karena ide itu mengungkapkan mulai dari

hal yang paling sederhana sampai kepada hal-hal yang komplek melalui

proses dialektik. Oleh karenanya tidak mungkin ada dualisme macam

apapun.

Dalam teorinya dia memakai system monistis yaitu system yang

mempersatukan antara ilmu alam kodrat dan sosial, kebebasan dan

keharusan, kehendak dan pikir, individu dan bangsa dengan menggunakan

methode dialektik. Methode dialektik adalah suatu ajaran yang

menyattakan bahwa pada setiap konsep tersembunyi lawannya sendiri.

Ide yang meliputi seluruh kenyataan berkembang melalui suatu

proses dialektik yang berlangsung secara logis akan melahirkan apa yang

dinamakan Triad yaitu these, antithese dan synthese. Contoh pengertian


4

ada lawannya tidak ada. Proses dari ada menjadi tidak ada disebut

becoming. Ide adalah sebagai sythese dari daya pikir dan Roh (Spirit).

Melalui pikiran lahirlah trilogy yang terdiri dari:

 Abstrack right, yaitu lingkungan hak dan kewajiban yang dimiliki

oleh warga negara sebagai pribadi bukan sebagai warga negara.

Abstrak rig inni akan berkembang melalui dialektika berupa:

Property, sebagai these, Contrak sebagai antithese dan kesalahan

sinthesenya.

 Moralitas yakni sebagai pelaksanaan kehendak seseorang yang

seseuai dengan kehendak universal dan rationilnya. Dengan

demikian kehendak individu tidak bertentangan dengan kehendak

umum.

 Social thic (etika) yang mencakup : Keluarga (these), Masyarakat

(antithese) dan negara (synthese).

Melalui roh melahirkan pulah roh subjective sebagai these

yang akan berdalek berupa perasaan sebagai these, pikir sebagai antithese

dan kesadaran sebagai these, pikir sebagai antithese dan kesadaran

sebagai synthese serta roh objective melahirkan lembaga hukum serta

lembaga social. Kemudian roh subjective dan roh objective bersynthese

menjadi roh absolute yang akan menghasilkan : Seni, agama dan filsafat.

Kemudian melalui system monistik akan melahirkan : lembaga hukum,

ethica dan politik.


5

b. Tokoh Neo-Hegealisme

Penganut Neo-Hegealisme Modern yang terkemukan adalah

Binder dan Laurenz yang kedua menghendaki penyerahan yang hampir

bersifat mutlak dari individu kepada Negara atas nama integrasi dialektik.

Adalah mengherankan bahwa dalam hal baik ahli filsafat hukum jerman

Binder maupun ahli filsafat hukum Italia Del Vicchio, perubahan kearah

Negara yang kuat bercorak Facist bersesuaian dengan perubahan dari Neo

Kantianisme kepada neo Hegelisme. Tokoh Neo-hegelisme Inggris

Bosanquet mencapai kesimpulan-kesimpulan yang sedikit lebih modern

melalui argument yang sama dan juga berbahaya dalam mana ajaran

“Volunte Generale” dari Roseau dicampur dengan lialektik Hegel.

Menurut Bosanquet kehendak sejati dari individu adalah apa yang akan

dikehendakinya andaikan ia secara moral dan intelektuil telah berkembang

sepenuhnya. Dan baginya sebagaimana menurut kebanyakan penganut neo

Hegelisme, negara mencerminkan tingkah aku moral dan intelektual yang

telah dimurnikan ini tentang mana rata-rata individu adalah tidak cakap.

Menurut friedmann pasti bahwa Bosanquet akan gemetar dengan

pengembangan konsepsi ini yang dilakukan oleh penganut neo Hegelisme

Jerman dan Italia pada zaman kita ini. Walau demikian terdapat kekeliruan

dalam pandangannya sendiri, sebagaimana yang terdapat dalam pandangan

Hegel sendiri. Melakukan identifikasi Negara secara serampangan seagai

suatu cita-cita abstrak dengan salah satu dari pada bentuk-bentuk Negara

yang ada di mana seorang Neo-Hegealisme ingin untuk meningkatkan


6

menjadi Negara Absolut. Dengan demikian berarti idealisme dari pada

tingkah laku moral dan tingkah laku nasional yang tidak pernah terwujud

di dalam setiap masyarakat yang ada sedangkan sebaliknya pendapat

individu di identifisir sebagai suara-suara biasa yang tak ada artinya.

c. Pengkritik dari Teori Neo-Healisme

Thomas Green mengambil oposisi terhadap Hegel dimana

kebebasan menurutnya ada yang positif dan ada kebebasan negatif.

Konsepsi kebebasan berkontrak yang aktif yang bersifat negatif seringkali

timbul di dalam perbudakan ekonomi. Ia melawankan kebebasan positif “

suatu kekuasaan atau kemampuan yang positif untuk melakukan atau

menikmati sesuatu yang berfaedah untuk dilakuan dan di nikmati”. Green

juga mengutamakan kepribadian daripada setiap hak individu, seperti hak

milik sebagai suatu lembaga masyarakat yang diakui tidak karena hak itu

sendiri melainkan dibatasi oleh didalam membantu kepentingan umum.

Penurunan kebeasan berkontrak formil menjadi suatu alat saja. Penurunan

kebebasan berkontrak formil menjadi suatu alat saja, turun tingkat

kualitasnya apabila bertentangan dengan kebebasan positif. Ini merupakan

suatu konstribusi yang kuat dan sangat produktif kepada pemikiran

hukum. Walaupun hubungan kebebasan berkontrak formil sekarang ni

hampir merupakan suatu kenyataan yang lumrah, disebabkan

perkembangan-perkembangan social dan tulisan dari para sarjana dan para

ahli politik. Ini tak demikian halnya pada zaman Green. Oposisi kebebasan

positif dan kebebasan Negatif, hak individu dan hak masyarakat


7

menunjukan pengaruh dari Hegel. Green melihat adanya perangkap

tentang pendewaan Negara dari Hegel, dan mengenai identifikasinya

Negara individual tertentu dengan Negara sebagai suatu cita-cita absolut.

Itulah sebabnya mengapa filsafat hukum mengarah kepada Fabianisme dan

sosial demokrasi tidak kepada facisme. Di Italia antara lain Gentile dan

Del Vicchio telah mengambil filsafat facist yang sangat erat hubungannya

dengan rekan-rekannya di Jerman yang menganut paham Hegelisme.

DAFTAR PUSTAKA
8

Ali Zainudi, MA, 2006, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jkt


Ata Ujan Andre, 2009, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta
Burhan Burhan,SG, 1973, Filsafat Hukum, Universitas Andalas Padang
Cahyadi Antonius, Manulang E.M. 2007, Pengantar Filsafat Hukum, Kencana,
Jakarta
Darmo Diharjo, Shidarta, 2004 Pokok-pokok Filsafat Hukum, Gramedia Media
Utama, Jakarta.
H. Azwar Aziz, SH, Msi, 2006, Filsafat Hukum, Gramdia Media Utama, Jakarta.
Houjbers Theo, 1995, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai