Anda di halaman 1dari 39

TINJAUAN FIQH SIYASAH TERHADAP KONSEP NEGARA MENURUT

TAN MALAKA

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat

Memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

MUHAMMAD LEO PERMATA


182219437

PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA (SIYASAH SYARIYYAH)

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS

2023 M/1444 H
MUHAMMAD LEO PERMATA:Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Konsep

Negara Menurut Tan Malaka

A. Latar Belakang Masalah

Pembahasan mengenai Negara tidak luput dari pengertian manusia

sebagai mahluk sosial. Meminjam pendapat Aristoteles, manusia adalah

makhluk zoon politicon, yang memenuhi kebutuhan hidupnya dia harus

bergaul dengan orang lain, dari pengalaman bergaul dengan orang lain ini,

lambat laun akan membentuk organisasi. Keinginan manusia untuk

meningkatkan pergaulan dalam bentuk kelompok masyarakat hukum yang

mendiami suatu wilayah tertentu dan kemudian meningkat menjadi suatu

Negara.1

Adanya Negara dan kelangsungan hidupnya disebabkan oleh

pengakuan dari rakyat yang bersangkutan. Negara merupakan organisasi yang

kuat dalam memulai kehidupan masyarakat secara keseluruhan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan adanya pengakuan terhadap Negara,

maka Negara mempunyai wibawa terhadap rakyatnya. Segala aturan yang

ditetapkan, diperintahkan, dan keputusan yang diambil serta segala kegiatan

yang dilakukan dengan sendirinya ditaati dan dihormati oleh rakyat. Usep

Rana Wijaya berpendapat bahwa, bagi suatu Negara, wibawa adalah syarat

mutlak, tanpa wibawa Negara tidak mungkin menyelenggarakan segala usaha

1
Hidayati Noor, Huriyah. MANUSIA INDONESIA, ALAM & SEJARAHNYA.
(Yogyakarta: Penerbit K-Media., 2018), h. 1.
dan kegiatannya. Oleh sebab itu, Negara adalah organisasi wibawa yang dapat

memaksakan kehendaknya kepada rakyat yang mengakuinya.2

Kemerdekaan yang berujung pada lahirnya sebuah negara adalah buah

perjuangan ribuan nama, hasil dari pemikiran yang benar-benar matang.

Namun banyak sosok yang tidak tercatat dalam sejarah bangsa. Nama-nama

yang diabaikan dan dilupakan, disingkirkan karna konflik ideologi dan

kepentingan lainnya. Salah satunya adalah Tan Malaka, pahlawan nasional

yang absen dalam pelajaran sejarah kita. Memperjuangkan kemerdekaan

dengan segala upaya, buah pemikiran, diasingkan dan terbunuh dimedan

grilya.

Kemerdekaan sudah diraih dengan segenap pengorbanan, dan sebagai

syarat berdirinya suatu negara, perlu dirumuskannya falsafah/idiologi negara,

bentuk negara, sistem ekonomi, dan system politik indonesia. Banyak

perdebatan dalam perumusan tersebut, baik perdebatan langsung dalam ruang

sidang maupun perdebadatan secara tidak langsung yang termuat dalam

famplet-famplet yang bersebaran di kota-kota, salah satunya adalah famplet-

famplet yang ditulis Tan Malaka yang menginginkan indonesia merdeka

100%.

Frans Magnis-Suseno, saat menjadi pembicara pada semiloka bertema

melacak filsuf dan filsafat indonesia di fakultas filsafat Universitas Gadjah

Madha Yogyakarta, mengatakan bahwasanya Tan Malaka diakui sebagai

2
Usep Ranawijaya, hukum tata Negara Indonesia dasar-dasarnya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983,) h. 176.
salah satu filsuf indonesia, setara dengan Sutan Takdir Alihsyahbana dan

Nicolaus Drijarkara. Ketiganya digolongkan sebagai filsuf karena memenuhi

standar ilmiah internasional kontemporer, yaitu mereka mengetahui sejarah

dan dalil-dalil metode serta pokok bahasan utama filsafat, ketiga orang ini

tergolong ahli filsafat.

Tan Malaka mempunyai pandangan bentuk Negara dan sistem

ekonomi yang adil dan baik untuk negara yang berbeda dengan tokoh-tokoh

pendiri bangsa pada saat itu, seperti Soekarno, Hatta, Syahrir dan lain-lain,

sehingga dia terkesan berseberangan dengan Kebijakan-kebijakan pemerintah

pada waktu awal kemerdekaan. Mungkin ini karena akumulasi pengetahuan

dan perjalanan hidup beliau yang hampir 20 tahun merantau karena menjadi

buronan di negerinya sendiri, serta analisis kajian Tan Malaka terhadap

perkembangan masyarakat Indonesia, Tan Malaka memetakan perkembangan

masyarakat Indonesia menjadi beberapa periode, periode pertama periode

Indonesia Asli, Periode kedua periode Hindu-Belanda (masa kegelapan), dan

periode ketiga ialah periode indonesia merdeka sosialis.3

Tan Malaka sepakat dengan Marx bahwa Negara itu sebagai

manifestasi dari pertentangan kelas. Jika didalam masyarakat terdapat dua

kelas yang bertentangan dan tidak mungkin lagi di damaikan maka akan

muncul sebuah kekuasaan yang akan membatasi dan menempatkan

pertentangan didalam masyarakat tersebut. Kekuasaan muncul dari

3 ?
Rudolf Mrazek, semesta Tan Malaka, Terjemah Endi Haryono dan Bhanu
Setyanto(Yogyakarta: Bigraf Publishing, Cetakan Pertama, 1994), h. 47.
masyarakat namun kemudian akan semakin mengasikkan diri dari

masyarakat. Peran negara seolah-olah sebagai wasit dari semua pertikaian

yang berdiri di atas semua kepentingan. Tan Malaka banyak menjelaskan

didalam buku-bukunya tentang negara, hilang timbulnya negara dan timbul

hilangnya negara. Dalam pemahaman Tan Malaka Negara dapat

ditumbangkan jika kondisi obyektif masyarakat sudah cukup. Kondisi

obyektif tersebut terletak pada kondisi kebutuhan dan kemakmuran. Tan

Malaka lebih banyak merujuk kepada Negara kapitalis. Pengertian masa dari

zaman ketangan para proletar untuk Indonesia Tan Malaka menyebutnya

dengan Murba.

Dalam artian Negara Indonesia muncul dari hasil revolusi nasional

mengusir penjajahan ekonomi dan politik bangsa asing yang bercokol di

Indonesia saat itu. Untuk itu revolusi nasional diperlukan guna menciptakan

tatanan hidup tanpa penindasan dan berpihak pada keadilan, penataan

kepemelikkan alat produksi, strategi pembangunan nasional harus

dipersiapkan agar imperialis tidak kembali walaupun hanya dalam bentuk

penguasaan ekonomi.4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji secara detail yang akan dituangkan sebuah karya ilmiah dalam

bentuk proposal dengan judul “Tinjaun Fiqh Siyasah Terhadap Konsep

Negara Menurut Tan Malaka”.

4
ponirin dan Agung Patria Silaban, “pemikiran politik Tan Malaka tentang konsep
Negara Indonesia”, Putri Hijau Vol.4 No.1.(2019), h. 63.
B. Batasan masalah

Supaya penelitian ini tepat sasaran maka penulis perlu membatasi

permasalahan, dalam pembahasan ini penulis membatasi dan membahas

pemikiran Tan Malaka tentang Konsep Negara hal ini dikarenakan dengan

melihat luasnya kajian pemikiran Tan Malaka tentang Konsep Negara maka

permasalahan dalam penilitian ini adalah Tinjaun Fiqh Siyasah Terhadap

Konsep Negara Menurut Tan Malaka.

C. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Negara menurut Tan Malaka?

2. Bagaimana Tinjauan Fiqh Siyasah terhadap Konsep Negara dilihat

dari pandangan Tan Malaka?

D. Tujuan dan kegunaan penilitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penilitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Konsep Negara menurut Tan Malaka.

2. Untuk mengetahui bagaimana Tinjauan Fiqh Siyasah terhadap

Konsep Tan Malaka tentang Negara.

2. Kegunaan Penilitian
1. Kegunaan Teoritis

a. Memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai Konsep Negara

menurut Tan malaka.

b. Dapat membawa perkembangan terhadap ilmu pengetahuan dan

dapat dijadikan sebagai rujukan tentang Konsep Negara.

c. Untuk menambah referensi, bahan literatur atau pustaka,

khususnya dalam memahami Konsep Negara.

2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan wawasan kepada penulis dan dalam rangka

meningkatkan disiplin ilmu yang akan dikembangkan sesuai

dengan bidang studi yang merupakan mata kuliah pokok dan

diperdalam lebih lanjut lagi melalui studi-studi yang serupa

dengan disiplin ilmu tersebut.

b. Memberikan manfaat bagi kita semua kalangan masyarakat luas

terutama setiap orang yang ingin memperdalam ilmu hukum.

c. Memberikan sumbangan khususnya dalam bidang Siyasah

Syar’iyyah sehingga berfungsi mengetahui tentang pandangan

Fiqh Siyasah tentang Konsep Negara.

d. Memberikan informasi dan masukkan bagi para peniliti

berikutnya yang ingin melakukan penilitian di bidang ini.


E. Penegasan Istilah

Penilitian ini berjudul “Tinjauan Fiqh siyasah terhadap Konsep Negara

menurut Tan Malaka” untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul

penilitian ini, maka peniliti akan menegaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Tinjauan

Tinjauan adalah meninjau, melihat sesuatu yang sangat jauh dari

tempat yang tinggi; (datang, pergi) melihat-lihat (menengok; memeriksa;

mengamati dan sebagainya).5 Sedangkan yang dimaksud dengan tinjauan

dalam judul ini adalah meninjau lebih jauh bagaimana pandangan Fiqh

siyasah mengenai Konsep Negara Menurut Tan Malaka.

2. Fiqh Siyasah

Fiqh siyasah adalah ilmu yang membahas tentang tata cara pengaturan

masalah ketatanegaraan Islam.6

3. Konsep

Konsep adalah sebuah istilah atau definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, kedaan, kelompok, atau

individu yang menjadi objek7.

4. Negara
5
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2005), h. 336
6
Mujar Ibnu Syarif, Khamami Zada, fiqh siyasah Doktrin dan pemikaran politik Islam
(Erlangga, 2008), h. 10.
7
Singaribun, Masri dan Sofian Effendi. Metode penelitian survei. (Jakarta: LP3ES. 1987),
h.33
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki

kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.8

5. Tan Malaka

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka lahir di Nagari

Pandan Gadang, tak jauh dari suliki, di Minangkabau, Sumatra Barat, lahir

sekitar tahun 1894.9

F. Kajian Teori

1. Pengertian Fiqh Siyasah

Fiqh Siyasah merupakan tarkib idhofi yang tersusun dari dua kata

berbahasa Arab, yaitu kata fiqh dan kata siyasah. Agar diperoleh

pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksud dengan Fiqh Siyasah,

maka perlu dijelaskan pengertian masing-masing kata dari segi Bahasa dan

istilah.

Secara etimologi (Bahasa) fiqh adalah pemahaman. Sedangkan fiqh

secara terminology (istilah) adalah pengetahuan tentang hukum syar’i

mengenai amal perbuatan (praktis) yang diperoleh dari dalil tafshili

(terinci), yakni hukum-hukum khusus yang diambil dari al-Qur’an dan as-

Sunnah yang disusun oleh mujtahid melalui jalan penalaran dan ijtihad.

8
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2007), h. 17.
9
Randy Fadillah Gustaman, Tan Malaka Ditinjau dari Presfektif Perjuangan
Bangsa(Tasikmakaya, Jawa Barat 46115), h. 63.
Kata siyasah berasal dari kata sasa. Kata ini dalam kamus Lisan al-

Arab berarti mengatur, mengurus dan memerintah. Jadi siyasah menurut

Bahasa mengandung beberapa arti, yaitu mengatur, mengurus,

memerintah, memimpin, membuat kebijaksanaan, pemerintahan dan

politik. Secara terminologis dalam kitab Lisan al-Arab, yang dimaksud

dengan kata siyasah adalah mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara

yang membawa kepada kemaslahatan.10

Sementara mengenai asal kata siyasah di kalangan para ahli fiqh

siyasah terdapat dua pendapat. Pertama, sebagaimana dianut al-Maqrizy

menyatakan, siyasah berasal dari Bahasa mongol, yakni dari kata yasah

yang mendapatkan imbuhan huruf sin berbaris kasrah diawalnya sehingga

dibaca siyasah. Pendapat tersebut didasarkan kepada sebuah kitab undang-

undang milik Jenghis Khan yang berjudul ilyasa yang berisi panduan

pengelolaan Negara dan berbagai bentuk hukuman berat bagi pelaku

tindak pidana tertentu. Sepeningal Jenghis Khan kitab undang-undang

tersebut diwariskan secara turun temurun kepada anak-anaknya yang

secara bergantian memimpin kerajaan Mughal di India persis, seperti umat

muslim generasi pertama mewarisi al-Qur’an dari Nabi Muhammad Saw.

Setelah raja-raja India memeluk Islam, semisal penyerahan otoritas ibadah

dan kasus-kasus hukum yang bertalian dengan syari’at Islam kepada qadhi

al-qudhat (hakim agung). Kedua, sebagaimana dianut Ibn Taghri Birdi,

siyasah berasal dari campuran tiga Bahasa, yakni Bahasa Persia, Turki,
10
Wahyu Abdul Jafar, “Fiqh Siyasah Dalam Al-qur’an dan Hadist”, Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam, Vol. 3, No. 1, (2018), h. 20.
dan Mongol. Partikel si dalam Bahasa Persia berarti 30. Sedangkan yasa

merupakan kosa kata Bahasa Turki dan Mongol yang berarti larangan,

dank arena itu, ia dapat juga dimaknai sebagai hukum atau aturan.11

Dapat disimpulkan bahwa fiqh siyasah adalah ilmu yang

mempelajari hal-ihwal urusan umat dan negara dengan segala bentuk

hukum, aturan dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan

yang sejalan dengan dasar-dasar ajaran syariat untuk mewujudkan

kemaslahatan umat.

2. Ruang Lingkup Fiqh Siyasah

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam menentukan

ruang lingkup kajian Fiqh Siyasah. Di antaranya ada yang membagi

menjadi lima bidang, ada yang menetapkan empat bidang atau tiga bidang

pembahasan. Bahkan ada sebagian ulama yang membagi ruang lingkup

kajian Fiqh Siyasah menjadi delapan bidang. Namun perbedaan ini

tidaklah terlalu prinsip, karena hanya bersifat teknis.

Menurut Imam Al-Mawardi, didalam Kitabnya yang Berjudul al-

Ahkam al-sulthaniyah, lingkup kajian Fiqh siyasah mencakup

kebijaksanaan pemerintah tentang siyasah dusturiyyah (peraturan

perundang-undangan), siyasah maliyyah (ekonomi dan moneter), siyasah

qadha’iyyah (peradilan), siyasah harbiyah (hukum perang) dan siyasah

idariyyah (administrasi negara). Adapun Imam Ibn Taimiyah,


11
Mujar Ibnu Syarif, Khamami Zada, Fiqh Siayasah, Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2007), h. 2-3.
meringkasnya menjadi empat bidang kajian, siyasah qadha’iyyah

(peradilan), siyasah idariyyah (administrasi negara), siyasah Maliyah

(ekonomi moneter) dan siyasah dauliyyah/siyasah kharijiyyah (hubungan

internasional). Sementara Abd Al-Wahab Khalaf didalam Kitabnya yang

berjudul Al-Siyasah Al-syariyah lebih mempersempitnya menjadi tiga

bidang kajian saja, yaitu peradilan hubungan internasional dan keuangan

Negara.12

Berbeda dengan tiga pemikir diatas, salah satu ulama terkemuka di

Indonesia T.M Hasbi Ash-Shiddieqy malah membagi ruang lingkup fiqh

siyasah menjadi delapan bidang, yaitu:

1. Siyasah Dusturiyyah Syar’iyyah (politik pembuatan perundang-

undangan).

2. Siyasah Tasyi’iyyah (politik hukum)

3. Siyasah Qadha’iyyah Syar’iyyah (politik peradilan)

4. Siyasah Maliyah Syar’iyyah (politik ekonomi dan moneter)

5. Siyasah Idariyyah Syar’iyyah (politik administrasi negara)

6. Siyasah Dauliyyah/siyasah Kharijiyyah Syar’iyyah (politik

hubungan internasional)

12
Muhammad Iqbal,”Fiqh Siyasah kontekstualitas Doktrin Politik Islam,(Jakarta:
Kencana, 2014), h. 14.
7. Siyasah Tanfidziyah Syar’iyyah (politik pelaksanaan perundang-

undangan)

8. Siyasah Harbiyyah syar’iyyah (politik peperangan)

Berdasarkan perbedaan pendapat diatas, pembagian fiqh siyasah

dapat disederhanakan menjadi tiga bagian pokok pertama, politik

perundang-undangan (siyasah dusturiyyah). Bagian ini meliputi

pengkajian tentang penerapan hukum (tasr’iyyah) oleh lembaga legislatif,

peradilan (qadha’iyyah) oleh lembaga yudikatif, dan administrasi

pemerintahan (idariyyah) oleh birokrasi atau eksekutif. Kedua, politik luar

negri (siyasah dauliyyah)/(siyasah qharijiyyah). Bagian ini mencakup

hubungan keprdataan antara warga Negara yang Muslim dengan Warga

Negara Non Muslim yang berbeda Kebangsaan (al-siyasah al-duali al-

khashsh) atau disebut juga Hukum perdata internasional dan hubungan

diplomatik antara Negara Muslim dan Negara Non Muslim (al-siyasah al-

duali al-amm) atau disebut juga dengan hubungan internasional. Hukum

perdata internasional menyangkut permasalahan jual beli, perjanjian,

perikatan, dan utang piutang yang dilakukan Negara Muslim dengan

Warga Negara lain.

Adapun hubungan internasional mengatur antara lain poltik

kebijakan Negara Islam dalam masa damai dan perang. Hubungan dalam

masa damai menyangkut tentang kebijaksanaan Negara Mengangkat Duta

dan Konsul, hak-hak Istimewa mereka, tugas dan kewajibannya.


Sedangkan dalam masa perang (siyasah harbiyyah) menyangkut antara

lain tentang dasar-dasar diizinkannya berperang, pengumuman perang,

etika berperang, tawanan perang dan gencatan senjata. Ketiga,politik

keuangan dan moneter (siyasah maliyyah) antara lain membahas sumber-

sumber keuangan Negara Pos-Pos pengeluaran dan belanja Negara,

perdagangan internasional, kepentingan/hak-hak publik, pajak, dan

perbankan.13

3. Konsep Negara

a. Pengertian Negara

Istilah Negara merupakan istilah terjemahan dari Bahasa Belanda

dan Jerman yaitu dari istilah “Sthat”; “state” dalam Bahasa Inggris dan

orang-orang Perancis menyebutnya “etat”. Di dalam perkembangan dan

pertumbuhannya dari istilah tersebut dimulai pada abad ke-15, di Eropa

Barat terdapat suatu anggapan umum bahwa istilah “State”, atau “Etat”

adalah suatu istilah yang diturunkan dari Bahasa Latin yaitu dari kata

“Status” atau “Statum” itu merupakan pengertian yang abstrak yang

menunjukkan suatu keadaan yang tetap dan tegak. Dalam pengertian

tersebut/kaisar Opiatats menggunakan kata “State” di dalam ucapannya:

“Publicus dus quad ad statum ei Romanae Spoctat”, sedangkan George

Jelinek yang kemudian dikenal sebagai Bapak Ilmu Negara, menyatakan

13
Muhammad Iqbal, Ibid , h. 15.
bahwa kata “Statum” pada ketika itu diartikan sebagai konstitutif atau

“died Verfassungreecht die ordnung”.14

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam

kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi

anggota dari suatu Negara dan harus tunduk pada kekuasaan Negara,

karena organisasi Negara sifatnya =mencakup semua orang yang ada pada

wilayahnya, dan kekuasaan Negara berlaku bagi orang-orang tersebut.

Sebaliknya Negara juga memiliki kewajiban tertentu terhadap orang-orang

yang menjadi anggotanya. Melalui kehidupan bernegara dengan

pemerintahan yang ada didalamnya, masyarakat ingin mewujudkan tujuan-

tujuan tertentu seperti terwujudnya ketentraman, ketertiban dan

kesejahteraan masyarakat. Tan melalui organisasi Negara kondisi

masyarakat yang semacam itu sulit untuk diwujudkan, karena tidak ada

pemerintahan yang mengatur kehidupan mereka bersama.

Agar pemerintah suatu Negara yang memiliki kekuasaan untuk

mengatur kehidupan masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada

sistem aturan yang mengaturnya. Sistem aturan tersebut menggambarkan

suatu hierarki atau pertingkatan dari aturan yang paling tinggi

tingkatannya sampai pada aturan yang paling rendah. Aturan yang paling

tinggi tingkatannya dalam suatu Negara dinamakan Konstitusi atau sering

disebut undang-undang dasar, dua sebutan yang sebenarnya tidak persis

14
Sugianto, Ilmu Negara, Sebuah Kajian dalam Perspektif Teori Kenegaraan di
Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 1.
sama artinya. Dengan Konstitusi diharapkan organisasi Negara tertata

dengan baik dan teratur, dan pemerintah yang didalamnya tidak bertindak

sewenang-wenang terhadap rakyatnya.15

Dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945,

“kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang dasar”. Hal tersebut menegaskan bahwa Negara Republik

Indonesia menganut demokrasi konstitusional bukan demokrasi rakyat

seperti yang terdapat pada konsep negara-negara komunis. Di sisi lain,

pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945, ditegaskan

bahwa, “Negara Indonesia adalah Negara hukum”.16 Prinsip tersebut

mencerminkan bahwa Negara Indonesia sejalan dengan sila kedua

Pancasila. Hal tersebut ditegas oleh Atmordjo bahwa : “Konsep Negara

hukum Indonesia merupakan perpaduan 3 (tiga) unsur, yaitu Pancasila,

Hukum nasional, dan tujuan Negara”.

Dalam tradisi Barat dikenal dua macam tipe Negara Hukum, yakni

Rechsstaat yang berkembang dalam tradisi hukum Eropa Kontinental dan

Rule of Law yang berkembang dalam tradisi hukum Anglo Saxon. Secara

umum Rechsstaat berkembang dari konsep Liberaal Rechsstaat (Negara

Hukum Liberal) pada abad ke-19 yang memandang peran negara harus

dikurangi untuk melindungi dan memajukan kebebasan personal dan hak

15
Jimmy Hasoloan, dkk. Pancasila dan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: CV. Budi
Utama, 2016), h. 29-30.
16
Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945 Pada Pasal 1 ayat (2) dan (3)
milik pribadi yang secara stuktural dilakukan dengan pemisahan

kekuasaan.17

b. Asal usul terbentuknya Negara

Berbicara tentang asal mula Negara, dikatakan bahwa hal tersebut

masih merupakan masalah yang sulit. Merupakan masalah yang sulit

karena tidak adanya bukti-bukti yang meyakinkan dan karena itu pula

teori-teori yang menjawab tentangn asal mula Negara bersifat abstrak dan

spekulatif. Diantaranya teori-teori tersebut akan dipaparkan berikut ini:18

1. Teori ketuhanan

Teori ketuhanan atau Theoritische theorien beranggapan

bahwa Negara pertama adalah ciptaan atau diciptakan Tuhan, dan

kekuasaan Negara ada karena tuhan menghendakinya. Teori

ketuhanan ini bersifat universal, yaitu diterima umum sampai

zaman Renaissance, akan tetapi Teori ini mengambil bentuk yang

sempurna yaitu dalam tulisan-tulisan sarjana-sarjana Eropa pada

masa abad pertengahan, Masa abad pertengahan dikenal pula

sebagai masa investiture, yaitu masa pertengahan kekuasaan

17
Aidul Fitriciada Azhari,” Negara Hukum Indonesia” Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta ,2012., h. 492.
18
Sugianto, Ilmu Negara, Sebuah Kajian dalam Perspektif Teori Kenegaraan di
Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 42.
Negara dan gereja, dan karena itu pula teori ketuhanan timbul

untuk memberikan dasar-dasar hukum dan pemebenaran bagi

kekuasaan raja-raja yang memerintah secara mutlak.

Menurut isinya, Teori Ketuhanan ini dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu:

1) Teori Ketuhanan yang langsung

Mengajarkan bahwa Raja adalah penjelmaan dari Tuhan

dan merupakan makhluk-makhluk yang suci. Raja merupakan

bayangan Tuhan, pelanggaran terhadap raja adalah pelanggaran

terhadap tuhan. Raja adalah letnan Tuhan di Dunia, seperti

dikatakan oleh Jean Bodin “Le Roi c’est I’image de Dieu”. Teori

ketuhanan ini dianut pada abad ke-16 dan ke-17 antara lain di

India, Jepang, dan Tibet.19

2) Teori Ketuhanan yang tidak langsung

Mengajarkan bahwa Raja memerintah karena kehendak

Tuhan dan hanya merupakan “wakil” dari Tuhan. Teori ini dianut

di Inggris, Belanda, dsb. Di Inggris, misalnya dalam setiap

Undang-undangnya dicantumkan kata-kata “By the Grace of God”

(“Dengan Rahmat Tuhan”).

2. Teori Kekuatan

19
Sugianto, Ibid, h. 43-44.
Menurut Teori ketuhanan atau “machtsheorich” atau disebut juga

sebagai “Teori kedaulatan Negara” (theorie van de staatssouvereiniteit),

bahwa Negara mempunyai kekuatan yang mutlak. Hukum merupakan

kehendak Negara, dan masyarakat mentaati hukum karena hukum

adalah kehendak Negara dan bukan karena mereka telah berjanji untuk

menaatinya.

Negara lahir dari hasil dominasi dari kelompok etnis yang kuat

terhadap kelompok etnis yang lemah. Menurut Teori ini, factor

kekuatanlah yang merupakan causa prima dari pada timbulnya Negara.

Oleh karena itu keuatan akan membentuk hukum atau “might makes

right” dan keuatan merupakan dasar penghalalan hukum dari pada

“raison d’etre” nya Negara.

Seperti Teori ketuhanan, juga Teori kekuatan menurut isinya dapat

digolongkan dalam dua golongan, yaitu:

1) Teori kekuatan Ekonomi

2) Teori kekuatan Fisik

Pendukung-pendukungnya antara lain Ludwing Gumplowitz,

Franz Oppenheimer, George Simnol, George Jellinek dan Paul

Laband.20

c. Bentuk-bentuk Negara

20
Sugianto, Ibid, h. 45.
Bentuk Negara merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

Negara. Hal ini didasari bahwa dalam kehidupan ketatanegaraan perlu

adanya suatu hubungan yang jelas antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah. 21

Tujuan akhir dari adanya bentuk Negara dalam suatu Negara

adalah sebagai landasan dalam mewujudkan tujuan dari Negara.

Bentuk Negara dalam suatu Negara menggaris bawahi secara jelas

tentang tanggungjawab setiap pemerintah baik itu pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah.

Dalam bab ini penulis mengkaji mengenai bentuk Negara pada

dua bentuk Negara yang lazim dikenal dalam literatur yaitu Negara

Kesatuan dan Negara Federal. Adapun penjelasannya:

1. Negara Kesatuan

Para ahli umumnya membagi Negara kesatuan kedalam empat

macam model. Pertama, vertikal manajemen model. Dalam model ini,

pemerintah pusat mendirikan badan-badan pemerintahan untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan ditingkat lokal. Model ini

dianut di Inggris dan di jepang. Kedua, central representative model.

Pada model ini dicirikan adanya dua badan pemerintahan yaitu badan

yang didirikan oleh pemerintah lokal untuk melayani kepentingannya

dan badan yang didirikan oleh pemerintah pusat ditingkat lokal. Kedua
21
Arfa’I, Bentuk Negara Republik Indonesia ditinjau pengaturan tentang pemerintahan
Daerah dalam peraturan perundang-undangan, h. 143.
badan itu bersifat pararel dalam menjalakan urusan pemerintahan.

Model ini dijalankan di Negara Swedia, Spanyol, dan Denmark.

Ketiga, univication model. Pemerintah pusat menempatkan pejabat

pilihanya guna menduduki badan administratif yang didirikan oleh

perintah lokal. Keempat, mixed model. Model ini dianut di Prancis.

Dalam model ini, ada tiga kategori organ yang melaksanakan

wewenang, yaitu: (i) badan yang didiran oleh pemerintah lokal; (ii)

perwakilan pemerintah pusat, baik dalam distrik maupun pemerintahan

provinsi; dan (iii) perwakilan organ pemerintah pusat daerah. 22

2. Negara Federal

Kata “federal” berasal dari Bahasa Latin foedus, yang berarti

perjanjian. Kata ini menggambarkan ikatan perjanjian di antara

Negara-negara bagian untuk melakukan kerja sama, khususnya dalam

rangka pertahanan. Perjanjian itu harus saling menguntungkan, yang

dapat diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, akan tetapi

masing-masing pihak harus menaati perjanjian tersebut. Menurut

William Riker, ikatan federasi pada mulanya digunkan untuk mencapai

tujuan militer, yang kemudian berkembang menjadi kebutuhan umtuk

mencukupi logistic seperti pasar bebas dan penggunaan mata uang

tunggal. Perjanjian itu kemudian dikenal sebagai konstitusi federal.

Menurut Mirian Budiardjo, untuk membentuk Negara federal, harus

dipenuhi dua syarat. Pertama, adanya perasaan sebangsa diantara

22
Isharyanto,“Ilmu Negara” (Karanganyar: Oase Pustaka,2016), h.73-74.
kesatuan-kesatuan politik yang hendak membentuk federasi dan,

kedua, adanya keinginan untuk membentuk ikatan yang terbatas. Jika

ikatan itu dilakukan secara penuh, maka bukan negara federal, tetapi

Negara kesatuan.23

d. Fungsi Negara

Berkaitan dengan fungsi Negara dalam pengelolaan pemerintahan

dapat dilihat melalui pemikiran para ahli. Jhon Locke misalnya,

menegemukakan bahwa pada dasarnya fungsi Negara itu pada tigal

hal yaitu:

1) fungsi legislasi, yakni fungsi membuat undang-undang dan

peraturan,

2) fungsi eksekutif, yaitu fungsi untuk melaksanakan peraturan dan

3) fungsi federative, yaitu fungsi mengurusi urusan luar negeri dan

urusan perang dan damai.24

Pandangan Jhon Locke yang dielaborasi oleh soetomo di atas,

menegaskan bahwa fungsi mengadili merupakan bagian dari tugas

Eksekutif. Teori Jhon Locke tersebut kemudian disempurnakan oleh

Montesquieu dengan membagi Negara itu ke dalam tiga fungsi yaitu:

1) fungsi legislasi, membuat undang-undang.

23
Isharyanto, Ibid, h,78-79
24
Usman “ Negara dan Fungsinya (Telaah atas pemikiran Politik)”, Vol. 4 No.1 (Juni
2015)., h 134-135.
2) fungsi eksekutif, melaksanakan undang-undang dan

3) fungsi yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati

(fungsi mengadili), yang lebih populer dengan trias politika.

e. Tujuan Negara

Negara merupakan integritas dari kekuasaan politik dan bahkan

menjadi pokok dari kekuasaan politik. Negara merupakan alat dari

masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan -

hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala

kekuasaan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, negara mempunyai

karakter untuk dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap

semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan

tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Untuk mencapai hal itu,

maka negara menetapkan cara dan batas sampai di mana kekuasaan

dapat digunakan dalam kehidupan bersama itu. Dengan demikian,

negara dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan

sosial dari warganya untuk mencapai tujuan bersama.

Tujuan bersama tersebut menjadi dasar dari segenap aparatur

negara dalam menjalankan tugas. Tujuan negara tersebut juga menjadi

barometer bagi pengukur sejauh mana pemerintah berhasil

menjalankan pekerjaannya.25

G. Tinjauan Penilitian Yang Relevan


25
Isharyanto, “Ilmu Negara”, (Karanganyar: Oase Pustaka,2016),h. 83.
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan dari beberapa sumber studi

kepustakaan, ada beberapa pembahasan terkait konsep Negara menururt

Tan Malaka yang pernah dilakukan para peniliti sebelumnya. Penelitian

tersebut sebagai berikut:

1. Skripsi oleh Riski Lia Sapitri “ Konsep Negara Ideal Menurut

Pemikiran Al-Farabi dan Relevansinya Dengan Pembangunan Negara

Bangsa Indonesia”, 2019, Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

Raden Intan Lampung. Hasil Penelitian ini yaitu, pertama, konsep

negara ideal menurut al-Farabi adalah masyarakat yang sempurna

yang mana jumlah keseluruhan bahagian-bahagiannya sudah lengkap,

yang anggotanya terdiri dari warga yang berbeda kemampuan dan

fungsinya, hidup saling membantu atau dengan kata lain senasib dan

sepenanggungan. Masing-masing mereka harus diberikan pekerjaan

yang sesuai dengan spesialisasi mereka. Kedua, fungsi utama dalam

filsafat politik atau pemerintahan al-Farabi ini adalah fungsi kepala

Negara. Kepala negara merupakan sumber seluruh aktivitas, sumber

peraturan, berani, kuat, cerdas, pecinta pengetahuan serta keadilan.

Ketiga, konsep Negara ideal menurut al-Farabi masi relevan dengan

pembangunan Negara bangsa Indonesia yang tertuang dalam butir-

butir dasar Negara yakni Pancasila yang menyerap nilai-nilai

ketuhanan. Jika semua tujuan yang tertuang dalam Pancasila dapat

terealisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka

kebahagiaan sebagaimana yang menjadi tujuan Negara akan dapat


terwujud. Hal ini selaras dengan konsep Negara ideal meurut al-Farabi

dimana suatu Negara ketuhanan bertujuan kebahagian bersama,

materil dan spiritual.26 Penelitian ini sama-sama membahas tentang

Konsep Negara. Namun bedanya penelitian ini lebih membahas ke

Konsep Negara Pemikiran Al-Farabi dan Relevansinya dengan

Pembangunan Negara Bangsa Indonesia. Sedangkan penulis

membahas tentang Tinjauan Fiqh siyasah terhadap Konsep Negara

menurut Tan Malaka.

2. Skripsi oleh Haryono “ Konsep Negara Menurut Pemikiran

Mohammad Hatta dan Mohammad Natsir”, 2005, Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan, bahwa pemahaman Hatta terhadap Islam

bersifat subtantivistik, impilkasinya ia menolak dengan tegas konsep

Negara-agama, sedangkan pemikiran Natsir bersifat formalistic,

sehingga implikasinya adalah Natsir sangat mempertahankan ide

Negara Islam dan menolak konsep Negara sekuler. 27 Penelitian ini

sama-sama membahas Konsep Negara. Namun bedanya penelitian ini

lebih membahas ke konsep Negara Menurut Pemikiran Mohammad

Hatta dan Mohammad Natsir. Sedangkan penulis membahas tentang

Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Konsep Negara Menurut Tan

Malaka.
26
Riski Lia Sapitri, Konsep Negara Ideal Menurut Pemikiran Al-Farabi dan
Relevansinya Dengan Pembangunan Negara Bangsa Indonesia”, Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung 2019.
27
Haryono, Konsep Negara Menurut Pemikiran Mohammad Hatta dan Mohammad
Natsir,Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005.
3. Skripsi oleh Aziz Askhari “ Filsafat politik Tan Malaka konsep

Negara dan keadilan ekonomi”, Fakultas Ushuluddin dan pemikiran

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2018..hasil dari penelitian ini

dalam pemikiran Filsafat poltik Tan Malaka, ada tiga hal yang sangat

esensial, pertama, adalah Negara yang merdeka dan berdaulat kedalam

maupun keluar, kedua, bentuk Negara transisi dari kapitalisme ke

sosialis, ketiga, sistem ekonomi yang adil, semua sarana produksi

(terutama sedang dan besar), hasil produksi, distribusi, dikuasai penuh

oleh Negara untuk menjamin masyarakat sejahtera. Nilai-nilai dalam

gagasan filsafat politik Tan Malaka menginginkan Negara yang

merdeka dan berdaulat agar Negara bisa melindungi kepentingan

nasional dan kepentingan masyarakat, menciptakan kebijakan yang

adil dan penuh kebijaksanaan. Walaupun gagasan ini hadir jauh

sebelum dunia memasuki Neoliberalisme, Tan Malaka seakan-akan

ingin mengingatkan pemerintah bahwasannya Negara harus dijaga

kedaulatannya, karena watak mendasar Neoliberalisme adalah

mengurangi pengaruh dan proteksi Negara terhdap pasar,

meliberalkan system perbankan, swastanisasi BUMN.28 Penelitian ini

sama-sama membahas tentang Konsep Negara. Sedamgkan penulis

membahas tentang Tinjaun Fiqh Siyasah Terhadap Konsep Negara

Menurut Tan Malaka.

H. Biografi Tokoh

28
Aziz Askhari , Filsafat politik Tan Malaka konsep Negara dan keadilan ekonomi,
Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018.
a. Kelahiran dan Kematian Tan Malaka

Tan Malaka memiliki nama kecil, yaitu Ibrahim. Pada usia sekitar 16

tahun, melalui upacara adat, Ibrahim digelar “Datuk Tan Malaka”. Dari

sanalah, di masa depan, ia dikenal sebagai Datuk Tan Malaka merupakan

gelar semibangsawan yang didapatkan dari garis keturunan sang ibu. Kata

datuk memiliki arti pemimpin, orang yang dituakan, penghulu, atau kepala

adat. Pernah suatu ketika, dalam gurauan bersama teman-temannya di

Haarlem, Belanda, Tan Malaka memberikan arti dari gelar itu, yakni

“Pangeran dari Malaka.” Dengan demikian, gelar tersebut mengangkatnya

menjadi pemimpin diantara kaum-nya.29

Tan Malaka lahir pada tahun 1897. Tempat kelahirannya sekarang

dikenal sebagai Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota,

Sumatera Barat. Ayahnya bernama H.M. Rasad, seorang pegawai

pertanian, dan ibunya bernama Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani

di desanya.oleh karena itu,Tan Malaka tidak memliki saudara kandung

perempuan, tetapi ia punya seorang adik laki-laki yang bernama

Kamarudin Tan Malaka termasuk keturunan keluarga terpandang, paling

tidak di daerah setempat.30

Diumur kurang lebih 49 tahun Tan Malaka Wafat karena terbunuh

di Kediri Jawa Timur pada tanggal 19 februari 1949. Sebagian hidupnya

dalam pengusiran dan pembuangan diluar Indonesia. Pemerintah Indonesia


29
Masykur Arif Rahman “Tan Malaka sebuah biografi Lengkap” (Yogyakarta::
Laksana,2018) hlm, 15-16.
30
Masykur Arif Rahman Ibid,.2018.
menyatakan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional Presiden RI No 53

tanggal 23 Maret 1963.

b. Masa Pendidikan Tan Malaka

a. Masuk sekolah dasar dan tingkat lanjutan

Tan Malaka masuk sekolah pemerintah kelas dua di suliki.

Diperkirakan, ia berada di sekolah itu antara tahun 1903 sampai 1908, atau

ketika berusia sekitar 6 sampai 10 tahun. Dengan masuknya Tan Malaka

ke sekolah pemerintah kelas dua, dapat diperkirakan bahwa keluarga Tan

Malaka tidak memiliki kemampuan untuk menyekolahkannya di sekolah

pemerintah kelas satu. Sementara itu, pendidikan nonformal, semisal

mengenai pandangan hidup keminangkabauan dan tradisi, tentu telah

dimulai semenjak dirinya mengikuti pengajian di surau atau nasihat-

nasihat dari keluarga ketika sedang berkumpul dan pengalaman-

pengalamnya selama bergaul dengan masyarkat dikampung kelahirannya.

Tan Malaka termasuk murid yang cerdas di sekolah pemerintah

kelas dua. Kecerdasannya memikat hati guru-gurunya sehingga mereka

sangat menyarankan agar ia melanjutkan pendidikannya kesekolah yang

lebih berkualitas dan maju, tidak hanya selesai di sekolah pemerintah kelas

dua. Ia pantas melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih


tinggi agar pemikirannya yang cemerlang semakin luas dan tajam. Untuk

bisa mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi itu, Tan Malaka pun

belajar di Kweekschool (Sekolah Guru Negeri) di Fort de Kock (sekarang

bukittinggi), Minangkabau.31

Guru-guru Tan Malaka kecil menyampaikan keinginannya kepada

keluarga Tan Malaka agar ia dapat melanjutkan pendidikannya kesekolah

Guru Negeri di Bukittinggi tersebut. Menedengar keinginan Guru-

gurunya, keluarga Tan Malaka tidak menolak. Mereka mendukung

keinginan para guru itu dan memandang bahwa kecerdasan Tan Malaka

tidak seharusnya disia-siakan.

Pada saat itu, sekolah Guru Negeri yang menecetak para guru

pribumi di Bukittinggi merupakan satu-satunya lembaga pendidikan

lanjutan bagi orang Indonesia di sumatera. Tak heran jika Tan Malaka

didorong agar bisa masuk kesana. Sekolah itu didirikan pada tahun 1855

oleh pemerintah penjajahan Belanda. Selain nama tersebut, sekolah ini

juga terkenal dengan nama Sekolah Raja, artinya sekolah yang dapat

mencetak para pemimpin. Betul, rupanya banyak orang yang memegang

peranan penting dimasyarakat Minangkabau merupakan Alumni sekolah

tersebut.

c. Guru Tan Malaka

31
Maskyur Arif Rahman, Ibid.,h. 28, 29 dan 30
Dari beberapa referensi dan informasi yang telah penulis amati tidak

ada catatan atau buku-buku yang menjelaskan tentang guru Tan Malaka

secara khusus.

d. Murid Tan Malaka

Dari beberapa informasi yang telah penulis amati tidak ada catatan

atau buku-buku yang menjelaskan tentang murid-murid Tan Malaka.

Murid disini dimaksud adalah murid yang benar-benar mengikutinya. Dan

belum ada jawaban pasti sampai saat ini. Namun pada Tahun 1920, dari

Sumatera Utara, Tan berkelana ke Jawa. Sempat menyambangi

Yogyakarta, ia lantas berpindah menuju semarang. Disana Tan Malaka

mebangun sekolah untuk anak-anak serakat Islam. Ia mengubah ruang

rapat menjadi ruang kelas. Buah semangat dan pemikirannya, ia salurkan

melalui pendidikan. Tan Malaka dalam tulisannya, dari penjara ke penjara

mengatakan, “dalam satu dua hari saja saya sudah bisa mulai dengan

kurang lebih 50 murid.. sekolah pertama itupun menjadi percontohan

untuk cabang-cabang sekolah yang lain. Sekolah ciptannya ini sukses.

Bahkan ketika Tan Malaka pergi dari Indonesia sekolah itu tetap

berkembang. Mereka pernah mengadakan perkumpulan dan menghadirkan

40 orang utusan dari 16 sekolah. Jumlah total Muridnya mencapai 2500

siswa.32

e. Karir Tan Malaka

32
https”//www.ruangguru.com/blog/tan-malaka (diakses pada tanggal 7 Februari 2023
pada pukul 21.59)
Tan Malaka merupakan sosok yang memiliki sifat sosial dan

politis. Pada tahun 1921 dia pergi ke semarang untuk memulai menerjuni

dunia politik. Kiprahnya dalam dunia politik sangat mengesankan hal ini

didukung dengan pemikiran Tan Malaka yang berbobot dan berperan besar

dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berbagai halangan dan

rintangan yang dihadapi Tan Malaka dalam memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia, mulai dari penangkapan dan pembuangan di

Kupang, pengusiran dari Negara Indonesia, seringnya konflik dengan

partai Komunis Indonesia hingga pernah diduga kuat Sebagai dalang

dibalik penculikan Sultan Sjahrir pada bulan juni 1946 berbagai peran

penting pun diraih Tan Malaka, Diantaranya : kepemimpinan dalam

berbagai organisasi dan partai. Sempat mendirikan Partai PARI pada tahun

1927 dan Partai Murba 1948, hingga mendirikan sekolah serta mengajar di

China Pada Tahun 1936 dan Sekolah Tinggi Singapura.33

f. Karya Tan Malaka

Tan Malaka menuangkan berbagai gagasannya kedalam buku, brosur

dan ratusan artikel diberbagai surat kabar terbitan Hindia Belanda. sebagai

mana dikutip oleh Hambali karya-karya Tan Malaka teriidentifikasi adalah

diantaranya:

1) Parlemen atau Soviet (1920)

33
https://www.merdeka.com/tan-malaka/profil#:~:text=Berbagai%20peran
%20pentingpun%20diraih%20Tan,1936%20dan%20sekolah%20tinggi%20Singapura (Diakses pada
tanggal 6 Februari 2022 pada pukul 11.18 WIB)
2) SI Semarang Ontherwys (1921)

3) Dasar Pendidikan (1921)

4) Naar De Repuliek (1924)

5) Semangat Muda (1925)

6) Massa Actie (1926)

7) Manifesto Bangkok (1927)

8) Pail dan Hitenviional (1927)

9) Pan dan PKI (1927)

10) Pail dan Nasionalisten (1927)

11) Asia Bergabung (1943)

12) Madilog (1943)

13) Manifesto Jakarta (1945)

14) Politik (1945)

15) Rencana Ekonomi Berjuang (1945)

16) Muslihat (1945)

17) Thesis (1946)

18) Pidato Purwokerto (1946)


19) Pidato Solo (1946)

20) Islam Dalam Tinjauan Madilog (1948)

21) Pandangan Hidup (1948)

22) Kuhandel Di Kaliurang (1948)

23) Pidato Kediri (1948)

24) Gerpolek (1948)

25) Isi Dan Pelaksanaanya (1948)

26) Dari Penjara Ke Penjara (3 Jilid, 1948).34

I. Metodologi Penilitian

a. Jenis Penilitian

Dilihat dari jenisnya penilitian ini termasuk penilitian kepustakaan

(Library Research)35 yaitu suatu penilitian yang dilakukan dengan

mengumpulkan data-data kepustakaan, menelaah buku-buku, literatur dan

melihat dari berbagai macam teori yang mempunyai hubungan dengan

Konsep Negara.

b. Sifat penelitian

34
Randy Fadillah Gustaman “Tan Malaka Ditinjau dari Prespektif perjuangan bangsa”,
Vol.4 No.1 (April 2017)., h 63-64.
35
Sutrisno Hadi, Metode Reseach (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), h. 6.
Penelitian ini bersifat Deskriptif, dengan menggunakan metode

deskriptif penulis akan menggambarkan bagaimana tinjaun fiqh siyasah

terhadap konsep Negara menurut Tan Malaka.

c. Pendekatan Penelitian

Pendeketan penilitian ini termasuk penilitian yang menggunakan

metode deskriptif analitis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meniliti suatu objek yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis dan objektif, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,

ciri-ciri serta hubungan diantara unsur-unsur yang ada atau fenomena

tertentu.36 Artinya dengan mendeskripsikan pemikiran seorang tokoh yaitu

Tan Malaka mengenai Konsep Negara secara komperhensif untuk

kemudian dianalisa secara logis, sehingga mendapat suatu kesimpulan

terhadap pemikiran Tan Malaka tentang Konsep Negara.

d. Sumber data

a. Data Primer

Data primer yaitu karya-karya atau naskah-naskah yang ditulis

langsung oleh penulisnya. Data primer berupa buku yang ditulis Tan

Malaka yang berjudul Menuju Republik Indonesia.

b. Data Skunder

36
Kaelan, M.S, Metode Penilitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta:
Paradigma, 2005), h. 58.
Data sekunder pembuatan proposal ini berupa buku-buku yang

berkaitan dengan konsep negara. Buku tersebut sebagai penunjang

pemikiran Tan Malaka dan mengenai konsep negara yang Menuju

Republik Indonesia.

e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan Data di dalam penilaian ini tentang Tinjauan

Fiqh Siyasah Terhadap Konsep Negara Menurut Tan Malaka. Untuk

mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, sumber yang

diambil yaitu ( Buku, Jurnal, Artikel, Internet dan lain-lain). Adapun

teknik pengumpulannya dilakukan dengan cara membaca, merangkum,

menelaah, dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan penilitian.

f. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengelola

sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik tersebut menjadi

mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untu menemukan solusi

permasalahan yang terutama tentang sebuah penilitian Konsep Negara

menurut Tan Malaka.

J. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Batasan Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Masalah

E. Manfaat Penelitian

F. Penegasan Istilah

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

2. Pendekatan Penelitian

3. Sumber Data

a. Data Primer

b. Data Sekunder

4. Teknik Pengumpulan Data

5. Teknik Analisis Data

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Kajian teori

1. Pengertian Fiqh Siyasah

2. Ruang Lingkup Fiqh Siyasah


3. Konsep Negara

B. Tinjauan Penelitian yang relevan/penelitian terdahulu

BAB III BIOGRAFI TOKOH

A. Kelahiran dan Kematian Tan Malaka

B. Masa Pendidikan Tan Malaka

C. Guru Tan Malaka

D. Murid Tan Malaka

E. Karir Tan Malaka

F. Karya Tan Malaka

G. Gambaran umum karya/kitab yang dibahas.

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

A. konsep Negara menurut Tan Malaka

B. Tinjauan Fiqh Siyasah terhadap Konsep Negara dilihat dari

pandangan Tan Malaka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KARTU BIMBINGAN

LAMPIRAN

DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Buku – Buku
A.Dzul, Fiqh siyasah, Implementasi kemaslahatan umat dalam Rambu-rambu
syariah (Jakarta: prenada Media group, 2014)
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2005)
Hidayati, Noor, Huriyah.MANUSIA INDONESIA, ALAM & SEJARAHNYA.
Penerbit K-Media
Isharyanto, “Ilmu Negara” oase pustaka, 2016
Jimmy Hasoloan, dkk. Pancasila dan kewarganegaraan, (Yogyakarta: CV.Budi
utama, 2016)
Kaelan, M.S, Metode penelitian kualitatif bidang filsafat (Yogyakarta: paradigma,
2005)
Masykur Arif Rahaman “Tan Malaka sebuah Biografi Lengkap” (Yogyakarta:
Laksana, 2018)
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu politik (Jakarta: PT gramedia pustaka utama,
2017)
Muhammad Iqbal, fiqh siyasah kontekstualitas Doktrin politik Islam, Jakarta,
2014
Mujar Ibnu Syarif, Khamami Zada, fiqh siyasah, Doktorin dan pemikiran politik
Islam, (Jakarta: PT, gelora pratama, 2007)
Rudolf Mrazek, “semesta Tan Malaka, Terjemah Endi Haryono dan Bhanu
Setyanto (Yogyakarta: Bigraf Publising, cetakan pertama Desember, 1994)
Sugianto, Ilmu Negara, Sebuah Kajian dalam Perspektif Teori Kenegaraan di Indonesia,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018)

B. Jurnal, Skripsi dan Artikel


Aidul Fitriciada Azhari, “Negara Hukum Indonesia” Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2012
Arfa I. Bentuk Negara Republik Indonesia ditinjau dari pengaturan tentang
pemerintahan daerah dalam peraturan perundang-undangan
Aziz Askhari , Filsafat politik Tan Malaka konsep Negara dan keadilan ekonomi,
Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2018.
Haryono, Konsep Negara Menurut Pemikiran Mohammad Hatta dan Mohammad
Natsir,Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2005.
Ponirin dan Agung Parta Silaban, “pemikiran politik Tan Malaka tentang Konsep
Negara Indonesia”, putri hijau, Vol 4 No. 1, 2019
Usep Ranawijaya, hukum tata Negara Indonesia dasar-dasarnya, ghalia Indonesia,
1982.
Randy Fadilah Gustaman, Tan Malaka ditinjau dari perspektif perjuangan Bangsa
(Tasikmalaya, Jawa Barat, 46115)
Riski Lia Sapitri, Konsep Negara Ideal Menurut Pemikiran Al-Farabi dan
Relevansinya Dengan Pembangunan Negara Bangsa Indonesia”, Fakultas
Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2019.
Singaribun, Masri dan Sofian Effendi, metode penelitian survey, Jakarta: LP3ES,
1987
Sutrisno Hadi, Metode Reseach (Yogyakarta: Andi offset, 1987)
Usman “ Negara dan Fungsinya (Telaah atas pemikiran politik)” , Vol.4/0.1/Juni
2015
Wahyu Abdul Jafar, “Fiqh siyasah dalam Al-Quran Dan Hadist “, Jurnal
pemerintah dan praktek Islam, Vol. 3, No. 1 (2018)
C. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia 1945
D. Internet
https”//www.ruangguru.com/blog/tan-malaka (Diakses pada Tanggal 7 Februari
2023 pada pukul 21:59 WIB)
https://www.merdeka.com/tan-malaka/profil#:~:text=Berbagai%20peran
%20pentingpun%20diraih%20Tan,1936%20dan%20sekolah%20tinggi
%20Singapura (Diakses pada Tanggal 6 Februari 2023 pada pukul 11:18
WIB)

Anda mungkin juga menyukai