Anda di halaman 1dari 8

PANDANGAN KARL MARX MENGENAI

CANDU MASYARAKAT DALAM BERAGAMA


Dosen Pengampu : Pdt. Agustria. Empi, M,Min.

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG


2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karl Heinrich Marx asli dari Karl Marx lahir di Trier, Prussia (sekarang Jerman), pada
tanggal 15 mei 1818, ibunya berasal dari keluarga Rabbi Yahudi, sedangkan ayahnya
berpendidikan sekuler dan pengacara yang sukses. Namun, ketika suasana politik tidak
menguntungkan bagi pengacara Yahudi, ayah dan keluarganya pindah menjadi pemeluk
agama Protestan. Dia dikenal juga sebagai seorang filosof dan ahli ekonomi jerman. Tahun
1841, Marx meraih gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, dengan disertasi “The
Difference betwwen The Natural Philosophy of Democritus and Epicurus”. Disertasi ini
secara jelas menunjukkan Marx sangan Hegelian, dan anti agama. Maka dari sinilah
pemikiran Hegel sangat mempengaruhinya dan akhirnya Marx menjadi pengikut Hegel yang
kritis. Marx tumbuh ditengah pergolakan politik yang dikuasi oleh kekuatan kapitalis para
Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan
sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang – orang tertindas sebagai refensi empiris
dalam mengembangkan teori filsafatnya.
Karl Mark merupakan tokoh yang dianggap kontroversial dalam studi agama. Karl Marx
mengungkapkan bahwa agama adalah candu dan Tuhan telah mati dianggap telah melewati
batas – batas toleransi. Akibatnya Karl Marx pada jamannya dianggap sebagai orang gila.
Apabila dikaji lebih mendalam, statementnya lebih mengungkapkan keprihatinan mendalam
atas situasi sosial masyarakat yang terpuruk akibat penindasan dan dominasi. Dalam situasi
ini, agama justru menjadi salah satu yang mendorong masyarakat berperilaku naif dan
kontraproduktif dengan tujuan – tujuan kemanusiaan yang bersifat material. Dengan
demikian, agama sebagai candu dan Tuhan telah mati merupakan provokasi sosial dan kritik
bagi masyarakat.
Tujuan hidup manusia bersifat material. Bagi Marx, hakikat manusia adalah kerja. Artinya
manusia akan menjadi manusiawi apabila mampu mengekspresikan dalam kerja – kerja
produktif yang bebas dari dominasi dan memiliki kehendak untuk mengimplementasikan
kekuasaan yang mendorong untuk terus menerus aktif dan kreatif. Awalnya, agama
mendukung manusia untuk mewujudkan kemanusiaan yang sejati namun berkembang
menjadi ritual – ritual yang menghambat proses humanisasi.
Atas pemikiran-pemikirannya itu, Karl Marx menjadi salah seorang pemimpin ideologi
komunis yang terang-terangan akan ketidakpercayaannya terhadap agama secara universal.10
Dari itu juga,pemikiran yang diciptakannya melahirkan aliran Marxisme sebagai aliran
ideologi komunis yang baginya dapat menjadi resolusi atas konflik yangterjadi dalam
kehidupan manusia sebagai individu yang bermasyarakat.11 Hal inilah yang membuat Karl
Marx dibenci para pemeluk agama.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi agama menurut pandangan Karl Mark sebagai candu masyarakat
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi agama menurut pandangan Karl Marx


Agama sumber alienasi pelarian diri masyarakat, agama dalam perspektif Marx tidak
bisa dilepaskan dari konsepsi tentang alienasi. Hal ini karena kesimpulan akhir Marx bahwa
agama menjadi sumber utama alienasi atau keterasingan masyarakat dari dunianya. Dianggap
sebagai sumber utama bukan dalam pengertian agama menempati posisi paling dominan atas
sumber – sumber alienasi masyarakat lainnya tetapi lebih karena masyarakat secara umum
mengidentifikasi sebagai pemeluk agama. „Agama adalah candu‟ semakin banyak
dikonsumsi maka semakin menggerogoti jiwa pecandunya. Bagi pecandunya selalu ada
keinginan yang kuat dan hasrat tak tertahankan untuk selalu mengkonsumsi candu. Agama
ibarat narkotika yang menghilangkan rasa sakit yang diderita orang yang dieksploitasi dan
mengenai dunia supranatural di masa segala kesedihan berakhir, secara penderitaan
menghilang. Agama menghilangkan pandangan terhadap Tuhan, padahal semestinya
diarahkan pada ketidakadilan fisik dan materi mereka, yang pada akhirnya agama adalah
tempat pelarian kaum tertindas. Agama seperti halnya sebuah ideologi, merefleksikan sesuatu
kebenaran namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan
ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk
agama. Karl Marx menjelaskan bahwa dirinya tidak menolak kehadiran agama, melainkan
menolak sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama. Seperti inilah agama menurut Karl
Marx.
Dalam pandangan Marx, agama diposisikan sama seperti produk – produk dari
kegiatan kreatif manusia lainnya. Artinya adalah agama dengan segala nilai dan moralitas
yang dimilikinya sesungguhnya hasil dari kegiatan kreatif manusia yang diarahkan untuk
mempertahankan hidup memenuhi kebutuhan – kebutuhannya. Namun bukan
keberlangsungan dan kebutuhan hidup yang diberikan agama kepada manusia sebagai
pembentuknya tetapi justru keterasingan dan pembatasan – pembatasan manusia
mengembangkan kreatifitasnya. Pernyataan diatas Marx sesungguhnya ingin menggambarkan
bahwa agama membuat manusia kehilangan kontrol atas dirinya untuk melakukan tindakan
kreatif. Melalui manipulasi dan ilusi yang ditawarkan agama manusia menjadi makhluk hidup
bukan pada dunia realitas tetapi dunia semu. Situasi lepas kontrol inilah yang memberi
implikasi keterasingan kepada manusia. Pekerjaan yang dilakukan manusia dipahami sebatas
bertahan hidup (subsisten) dan tidak sebagai alat bagi manusia mengembangkan atau
menyatakan kemampuannya yang kreatif .
Berdasarkan hal diatas, agama yang dianggap candu oleh Karl Marx adalah agama
yang tidak bisa dirasionalisasikan. Semuanya berbau mistik dan khayalan saja. Tidak
membawa kemajuan terhadap dunia nyata seperti perekonomian, kesejahteraan rakyat,
kemakmuran, sopan santun, dan lain sebagainya yang menyangkut dengan aspek materi.
Pernyataan Karl Marx diibaratkan seperti ini, semakin manusia mengkonsumsi agama, maka
ia akan semakin gila atau bahkan sudah gila sebelumnya. Itulah yang selama ini diungkapkan
oleh Karl Marx. Manusia tidak memperdulikan hal-hal materi yang sudah tentu ada di
kehidupan nyata. Manusia hanya terlena dengan khayalan-khayalan mereka tentang agama
dan kehidupan akhirat, hikmah-hikmah dan mistik. Pada dasarnya ada tiga komponen penting
dari pemikiran Marx, yaitu filsafat klasik jerman, sosialisme Prancis, dan ekonomi Inggris.
Marx adalah orang yang paling reduksionis dalam melihat kehidupan sosial, yaitu bahwa
kehidupan itu digerakan oleh motif ekonomi. Dalam filsafat, dia beraliran bahwa manusia itu
makhluk ekonomi : homo economicus. Menurut Marx hubungan antar manusia, pada
dasarnya adalah hubungan ekonomi (tepatnya, hubungan produksi). Dalam hubungan
produksi diantara manusia, Marx selalu melihat ada yang tertindas. Ada dua posisi yang
saling betentangan (bipolar opposition), yaitu majikan-budak, pemilikk tanah-penggarap, dan
seterusnya. Hal itu berlanjut sampai dihari kehidupannya ketika demam kapitalisme industrial
merambah eropa, yaitu kaum borjuis dan kaum proletar. Materialisme Historis Marx.
Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu – satunya
keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Sistem berpikir ini
menjadi terkenal dalam bentuk paham materialisme diaketika Karl Marx. Dalam kritik yang
dilontarkan pada Hegel tentang manusia sebagai esensi dari jiwa. Marx menyanggah bahwa
manusia adalah makhluk alamiah dalam obyek alamiah.
Feuerbach telah berhasil membangun materialisme sejati dan ilmu pengetahuan yang
positif dengan menggunakan hubungan sosial antar manusia sebagai prinsip dasar teorinya
yang dimaksud oleh Karl Marx. Ia tidak membicarakan apakah fungsi agama dalam
masyarakat adalah positif atau negatif. Melainkan pernyataannya ini menanggapi kritik
agama Feurbach. Menurut Karl Marx, Feurbach berhenti di tengah jalan dalam pemikirannya
terhadap agama. Feurbach tidak bertanya dalam dirinya sendiri, mengapa manusia melarikan
diri (alienasi) ke agama yang dianggap sebagai khayalan belaka dari pada mewujudkannya
diri dalam kehidupan nyata. Jawaban Karl Marx adalah karena kehidupan itu nyata dan itu
berarti bahwa struktur kekuasaan dalam tidak mengizinkan manusia untuk mewujudkan
kekayaan hakekatnya. Manusia melarikan diri ke dunia khayalan karena dunia nyata telah
menindasnya. Dari fakta dan pemikiran Karl Marx ini dapat diketahui bahwa yang menjadi
objek kritik Karl Marx terhadap Feurbach adalah orang yang menjalankan agama bukan
agama itu sendiri.
Michel Curtis dalam Watloly24 menjelaskan bahwa materialisme sejarah Marx adalah
materialisme dalam arti filosofi, bukan materialisme praktis yang mengartikan materi sebagai
kebenaran, dan tidak bermakna. Materialisme sejarah Marx akan menunjukkan, bahwa
dibalik materi ada kesadaran yang menggerakan arah sejarah sehingga materialisme sejarah
harus difahami sebagai gerak materi yang menyejarah. Materi disini dalam arti metode
pemikiran. Materi memiliki daya transformatif yang menyejarah. Marx memandang bahwa
hanya dalam kerja ekonomi itulah, manusia mengubah dunia. Pandangan Marx yang
menjadikan materi sebagai primer diatas, dikenal dengan konsep materialisme historis.
Materialisme historis dan materialisme dialektis. Materialisme historis merupakan pandangan
ekonomi terhadap sejarah. Kata historis ditempatkan Marx dengan maksud untuk
menjelaskan berbagai tingkat perkembangan ekonomi masyarakat yang terjadi sepanjang
zaman. Sedangkan materialisme yang dimaksud Marx adalah mengacu pada pengertian
benda sebagai kenyataan yang pokok. Marx tetap konsekuensi memakai kata historical
materialisme untuk menunjukkan sikapnya yang bertentangan dengan filsafat idealis.
Filsafat materialisme beranggap bahwa kenyataan berada diluar presepsi manusia, demikian
juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu terakhir dari ide. Sedangkan filsafat
idealism menegaskan bahwa segenap kesadaran didasarkan pada ide – ide dan mengingkari
adanya realitas dibelakang ide – ide manusia.
Ada empat konsep sentral dalam memahami pendekatan materialisme historis menurut
Morisson dalam Damsar, yaitu :
1. Means of Production (Cara produksi) yaitu sesuatu yang digunakan untyk
memproduksi kebutuhan material dan untuk mempertahankan keberadaan.
2. Relations of Ptoduction (hubungan produksi) yaitu hubungan antara cara suatu
masyarakat memproduksi dan peranan sosial yang terbagi kepada individu – individu
dalam produksi.
3. Mode of Production (mode produksi) yaitu elemen dasar dari suatu tahapan sejarah
dengan memperlihatkan bagaimana basis ekonomi membentuk hubungan sosial.
4. Force of Produkction (kekuatan produksi) yaitu kapasitas dalam benda benda dan
orang yang digunakan bagi tujuan produksi.
Sedangkan materialisme Dialerika, merupakan ajaran Marx yang menyangkut hal ikhwal
alam semesta secara umum. Menurut Marx, perkembangan sejarah manusia tunduk pada
watak materialistik dialetika. Jika teori ini diterapkan pada masyarakat, maka sama pemikiran
Marx disebut dengan materialisme historis. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa yang
menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam sejarah adalah kelas sosial. Kelas
itu bukan suatu kebetulan merupakan upaya manusia untuk memperbaiki kehidupan dengan
mengadakan pembagian kerja. Prinsip dasar teori ini “bukan kesadaran manusia untuk
mementukan keadaan sosial, melainkan sebaliknya keadaan sosial lah yang mementukan
kesadaran manusia” Lebih lanjut Marx berkeyakinan bahwa untuk memahami sejarah dan
arah perubahan, tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia, tetapi
bagaimana dia bekerja dan berproduksi. Dengan melihat cara manusia itu bekerja dan
berproduksi, dapat menentukan cara manusia itu berpikir.

2.2 Bentuk agama Menurut Karl Max


Bentuk agama sebagai candu yang dikemukakan oleh Karl Marx, yaitu :
1. Tercermin dalam realitas kehidupan manusia sendiri, yakni memproyeksikan dirinya
kepada Tuhan dan tidak pernah melihat hakikat dirinya.
2. Mengungkapkan bahwa penderitaan manusia adalah tempat kehadiran Tuhan. Paham
ini mendobrak paham manusia tentang otonom agama yang mengekang kebebasan
diri dan menghindari agama serta tetap dalam aturan diri sendiri sebagai fitrah
manusia untuk berkiprah.
3. Agama hanya untuk diikuti, tidak untuk diprotes. Manusia hanya boleh tunduk kepada
agama, tidak boleh membantah.
Hal inilah yang menjadi keresahan Karl Marx karena di sini manusia tidak dapat
merealisasikan dirinya sendiri dalam kehidupan nyata. Manusia selalu dikekang oleh agama,
tetapi manusia selalu bergantung padanya sehingga menimbulkan kekacauan, kehancuran dan
kerusakan tatanan kehidupan.

2.3 Teori Agama Menurut Karl Max


Teori Karl Marx ini dilatar belakangi oleh prinsip-prinsip ekonomi dan politik yang
dihubungkan dengan agama. Teori ini juga mengindikasikan bahwa manusia tidak menjadi
diri sendiri, tidak mampu merealisasikan kehendak diri, dan tidak memiliki otonomi terhadap
dirinya. Manusia terasing dari diri sendiri disebabkan doktrin agama. Namun, ia tetap selalu
terlibat dalam agama. Teori ini mengindikasikan bahwa manusia memproyeksikan dirinya
kepada Tuhan, tetapi ia tidak pernah melihat hakikat dirinya sendiri. Sehingga dalam hal ini,
Karl Marx ingin menghilangkan agama dari kehidupan manusia. Karl Marx mengungkapkan
teori agama sebagai candu itu sebagai penderitaan manusia yang merupakan tempat
kehadiran Tuhan. Karl Marx menghindarkan agama dari kehidupan dan tetap ada dalam
aturan diri. Ia juga tidak mengkritik agama itu sendiri, melainkan manusianya atau
penganutnya. Agama yang dikritik Karl Marx pun tidaklah semua agama, melainkan agama
yang tidak bisa dirasionalisasikan.
BAB III
KESIMPULAN

Karl Marx meyimpulkan Agama sebagai candu memiliki arti bahwa dalam agama
manusia tidak menjadi diri sendiri, melainkan ia menjadi objek Tuhan. Manusia tidak
mengobjektifkan diri sendiri dalam kehidupan nyata ini. Teori Karl Marx ini dilatar belakangi
oleh prinsip-prinsip ekonomi dan politik yang dihubungkan dengan agama. Teori ini juga
mengindikasikan bahwa manusia tidak menjadi diri sendiri, tidak mampu merealisasikan
kehendak diri, dan tidak memiliki otonomi terhadap dirinya.Manusia terasing dari diri sendiri
disebabkan doktrin agama. Namun, ia tetap selalu terlibat dalam agama. Sebelum manusia
mencapai kebahagian yang senyatanya, agama mesti dihilangkan karena menawarkan
kebahagian semu bagi manusia – manusia tertindas. Namun karena agama adalah produk dari
kondisi sosial, maka agama tidak dapat ditiadakan kecuali dengan meniadakan bentuk kondisi
sosial tersebut. Marx yakin bahwa agama itu tidak punya masa depan.
Agama menjadi semacam pelarian karena realitas memaksa manusia untuk melarikan
diri. Manusia hanya dapat merealisasikan diri secara semu yakni dalam khayalan agama
karena struktur masyarakat tidak mengizinkan manusia merealisasikan diri dengan sungguh –
sungguh. Karena dalam kenyataannya manusia menderita, manusia lalu mengharapkan
mencapai keselamatan dari surga. Oleh karenanya, penyebab keterasingan yang utama
haruslah ditemukan dalam keadaan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, kritik tidak
berhenti pada agama karena tidak mengubah apa yang melahirkan agama, yaitu manusia
Menurut Marx, kondisi – konsisi materiallah yang membuat manusia mengalenasikan diri
dalam agama. Kondisi materi disini adalah satu – satunya tindakan fundamental manusia
dalam masyarakat. Marx juga menyatakan agama menjelma sebagai benda obyektif yang
eksistensinya berada diluar manusia yang tidak terjangkau.
Karl Marx merupakan salah satu filosofi dengan gagasan yang sering mengejutkan orang –
orang sekitarnya. Metarialisme historis menjadi ciri khas pembahasan Karl Marx.
Materialisme historis dipahami sebagai sejarah yang dikaitkan dengan materi. Hal ini
dikarenakan keberadaan menentukan kesadaran, artinya kondisi – kondisi kehidupan materi
menentukan kesadaran normative seseorang. Pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel,
meskipun antar keduanya berbeda.
DAFTAR PUSAKA

Doyl Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta : Gramedia, 1988), hlm 142
Irzum Farihah, Jurnal Ilmu Aqidah dan studi keagamaan volume 3, No.. 2, Sekolah tinggi
agama Islam negeri Kudus, Desember 2015
Misbahul Munir, Citra Ilmu, Edisi 24 Vol. xii, No.. 160, 161, 162 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai