Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Agama Kesadaran Palsu dan Keterasingan Manusia

Oleh :

Cahya Aulianto Wicaksono

Rio Indraraharja

Iftakhul Ubaidilah

Novi Elvira S.

Mega Ayu Sasmita

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

Malang

2015
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Agama merupakan sistem kepercayaan yang diyakini oleh sebagian besar manusia.
Banyak manusia yang menjadikan agama sebagai jalan hidup, pandangan hidup, dan dasar
manusia dalam menentukan mana yang baik dan yang benar serta mana yang harus dilakukan
dan mana yang tidak boleh dilakukan. Agama menjadi petunjuk hidup bagi manusia yang
memercayinya. Tak jarang segala tindakan manusia di dasari dengan petunjuk – petunjuk
agama maupun kitab suci yang dimiliki oleh masing – masing agama.

Agama sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Agama dapat memengaruhi


masyarakat dengan ajaran – ajaran yang diberikan. Berbagai aturan – aturan yang ada di
masyarakat sebagian besar berasal dari ajaran agama. Agama yang sangat dominan dalam
masyarkat inilah yang menjadikan kritik Karl Marx terhadap agama. Karl Marx yang hidup
pada masa revolusi industri, saat semangat kapitalisme sedang berkembang ditengah – tengah
masyarakat, menyebabkan kerusakan bagi tatanan masyarakat saat itu. Karl Marx melihat
penindasan kepada kaum proletar (kelas pekerja) oleh kelas borjuis (pemilik modal).
Penindasan kelas tersebut banyak dipengaruhi oleh agama. Hal inilah yang menyebabkan
Karl Marx banyak membuat kajian tentang kondisi masyarakat kapitalis dan bagaimana
untuk memperbaiki kondisi tersebut yang menurut karl Marx mengacaukan tatanan
masyarakat.

Agama memainkan peran penting dalam masyarakat kapitalis. Banyak kaum borjuis
memanfaatkan agama sebagai alat untuk menindas. Karl Marx tidak sependapat dengan
pemikiran Friederich Hegel yang mengatakan bahwa,”Tuhan itu mengungkapkan sendiri
dalam pikiran manusia. Manusia digerakkan oleh dalang yaitu Ruh Semesta. Sedangkan Ruh
Semesta itu adalah pelaku sejarah di balik layar yang menggerakkan manusia tanpa disadari
oleh manusia itu sendiri.”(dalam Oetojo 2014 : 44) Karl Marx tidak sependapat dengan
pernyataan Friederich Hegel yang hanya memikirkan tentang ide saja. Karl Marx mendapat
pengaruh besar dari Ludwig Feurbach sehingga mengubah sifatnya menjadi lebih
materialistik. Karl Marx sependapat dengan pernyataan Ludwig Friederich yang menyatakan
bahwa, “Tuhan hanya merupakan sebuah ide yang ada dalam alam pikiran manusia,
mengacaukan dan menyesatkan manusia, khususnya untuk mengekspresikan ketidakpuasan
manusia,”(dalam Haryanto 2015 : 36) Kritik terhadap pernyataan Friederich Hegel inilah
yang menjadikan dasar pemikiran Karl Marx tentang agama.

Karl Marx yang seorang materialistik, sangat mengecam keberadaan agama yang
menurutnya hanya berada pada ide manusia. Karl Marx menganggap dunia nyata sangat
penting dan agama telah menjauhkan manusia dari dunia nyata mereka. Pemikiran Karl Marx
tentang agama yang menyebabkan agama harus dihapuskan pada masyarakat komunis.
1

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pandangan Karl Marx tentang agama?


Bagaimana pengaruh agama dalam keterasingan manusia?
Bagaimana kritik terhadap pemikiran Karl Marx?

1.3 Tujuan

Menjelaskan pandangan Karl Marx tentang agama.


Menjelaskan pengaruh agama dalam keterasingan manusia.
Menjelaskan kritik terhadap pemikiran Karl Marx.
BAB II

Pembahasan

2.1 Kesadaran Palsu Agama

Pandangan Karl Marx tentang agama diawali dari kritik terhadap pendapat Friederich
Hegel yang menyatakan Tuhan merupakan pengatur manusia. Sehala sesuatu yang terjadi di
dunia ini adalah bentuk dari aturan tuhan kepada manusia. Karl Marx tidak sependapat
dengan pernyataan Friderich Hegel. Karl Marx mengkritik Friederich Hegel karena
menganggap Tuhan sebagai pengatur masyarakat. Karl Marx sependapat dengan Ludwig
Feurbach bahwa Tuhan hanyalah hasil produksi dari pikiran manusia. Tuhan hanya
merupakan sebuah ide yang diciptakan oleh manusia. Manusialah yang menciptakan Tuhan
dan bukan Tuhan yang menciptakan manusia. Karl Marx sangat menentang dominasi
agama/Tuhan kepada masyarakat, karena Tuhan semata – mata ciptaan masyarakat saja.
Menurut Karl Marx:

Kesukaran agamis pada saat yang sama adalah ungkapan kesukaran


yang nyata dan juga protes terhadap kesukaran nyata. Agama adalah
desahan makhluk yang tertindas, hati dari dunia yang tidak punya hati,
sebagai mana agama adalah semangat bagi kondisi – kondisi yang tidak
punya semangat. Agama adalah candu bagi masyarakat.
(dalam Ritzer 2012 : 117)
Karl Marx memandang agama sebagai penghambat berkembangnya masyarakat,
terutama untuk menjadi masyarkat komunis seperti yang diandaikan Karl Marx. Agama
menjadi kesukaran bagi masyarakat untuk melakukan revolusi proletar menuju masyarakat
sosialis dan pada akhirnya menuju masyarakat komunis. Agama menjadi alasan bagi kaum
tertindas untuk menjadi tetap tertindas. Agama telah menghapuskan semangat kelas – kelas
yang tertindas untuk melakukan revolusi yang dicita – citakan Karl Marx. Hal inilah yang
menjadi dasar mengapa Karl Marx menyamakan agama sebagai candu di masyarakat.

Agama sebagai candu bagi masyarkat karena agama memiliki sifat – sifat seperti candu
yang membuat masyarkat mabuk dengan candu agama itu. Sifat candu yang juga dimiliki
oleh agama yang pertama sebagai pengurang rasa sakit. Agama layaknya obat yang tidak
menyembuhkan penyakit, tetapi hanya mengurangi rasa sakit (Haryanto 2015 : 67). Agama
tidak bisa memperbaiki kondisi masyarakat yang telah rusak karena kapitalisme. Kapitalisme
mebuat terjadi konflik antar kelas. Ada kelas yang mendominasi (rulling class) dan kelas
yang didominasi. Kelas yang mendominasi adalah kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas
yang didominasi adalah kelas pekerja (proletar). Kaum borjuis menindas kaum proletar
dengan menggunakan mereka sebagai pekerja dengan menggerakkan mesin – mesin uap yang
baru diciptakan, menciptakan produk – produk yang diinginkan kaum borjuis, dan
menghasilakan keuntungan besar bagi kaum borjuis. Sedangkan kaum proletar tidak
mendapat apa – apa dari sistem kapitalisme tersebut. Agama tidak dapat menghilangkan
penindasan dalam masyarakat, dan masyarakat yang tertindas hanya menggunakan agama
sebagai pelarian saja untuk mengurangi rasa sakit dari penindasan yang dilakukan kepada
mereka.

Sifat candu yang juga dimiliki oleh agama yang kedua sebagai pembius masyarakat.
Agama telah membius masyarakat dengan ajaran – ajaran yang diberikan. Kaum borjuis
memanfaatkan agama untuk membius kaum proletar agar ikhlas dan menerima penindasan
yang diberikan kepada mereka. Agama sebagai obat bius terbukti ampuh karena agama
menjanjikan kehidupan yang bahagia setelah kehidupan dunia. Melalui angan – angan
tentang kehidupan bahagia yang akan diterima setelah kehidupan di dunia, membius kelas
proletar untuk melupakan rasa sakit dari penindasan yang diterimanya.

Sifat candu yang juga dimiliki oleh agama yang ketiga sebagai obat frustasi. Frustasi
kelas pekerja dikurangi atau dihilangkan oleh agama (Karl Marx dalam Haryanto 2015 : 36).
Kelas pekerja merasakan rasa sakit akibat adanya penindasan yang dilakukan para pemilik
modal. Namun frustasi yang dirasakan akibat penindasan tersebut hilang karena pengaruh
agama. Agama menghilangkan frustasi kelas pekerja dengan harapan – harapan yang
diberikan tentang kehidupan di akhirat kelak. Hal tersebut merupakan hal buruk bagi kelas
pekerja karena menghalangi pekerja untuk melakukan revolusi menuju masyarakat sosialis
dan pada akhirnya menuju masyarakat komunis.

Sifat – sifat agama yang disamakan oleh Karl Marx seperti candu tersebut menciptakan
kesadaran palsu bagi masyarakat. Kesadaran palsu tersebut tercipta karena membuat
masyarakat menjadi terpisah dengan realitas dunia mereka. Agama membuat masyarakat
terasingkan dengan dunia nyata mereka, dunia yang penuh penindasan. Agama memberikan
ajaran tentang kehidupan yang bahagia yang akan diterima setelah kehidupan di dunia.
Agama menjanjikan surga bagi pemeluknya. Angan – angan yang indah ini telah membuat
masyarakat kehilangan kesadaran tentang dunia yang telah mereka jalani sekarang.
Masyarakat menjadi terbuai dengan harapan dan janji yang diberikan agama.

Agama menciptakan kesadaran palsu yang menutup pikiran manusia tentang kenyataan
yang terjadi di dunia nyata. Hal ini yang menghalangi cita – cita revolusi proletar untuk
menjadi masyarakat sosialis dan pada akhirnya menuju masyarakat komunis. Kaum proletar
menerima dengan ikhlas penindasan yang terjadi dan menghilangkan semangat untuk
melakukan revolusi. Hal ini yang mendasari pemikiran Karl Marx, bahwa pada masyarakat
sosialis agama harus dihilangkan.
1

2.2 Keterasingan Manusia dalam Agama

Keterasingan/alienasi merupakan salah satu pendapat Karl Marx tentang hubungan


kerja dengan hakikat manusia. Menurut Karl Marx, “ada suatu hubungan yang melekat antara
kerja dan hakikat manusia. Hubungan tersebut disesatkan oleh kapitalisme. Hubungan yang
disesatkan itu sebagai alienasi.”(dalam Ritzer 2012 : 87) Keterasingan/alienasi membuat
hubungan kerja dengan hakikat manusia menjadi semakin jauh dari dunia nyata. Manusia
menjadi terasing dengan dunia nyatanya. Kerja sebagai bentuk memenuhi kebutuhan hidup
disesatkan oleh kapitalisme. Kaum borjuis mengusasi seluruh faktor produksi termasuk kaum
proletar sebagai penggerak mesin pencetak uang yang memberikan keuntungan besar bagi
kaum borjuis.

Alienasi yang terjadi pada kaum proletar juga disebabkan oleh pengaruh agama di
masyarakat. Bagi Marx, agama menyebabkan ketimpangan sosial masyarakat semakin
melebar karena agama digunakan oleh the ruling class, yakni kaum borjuis untuk
membenarkan tindakan manipulatif dan eksploratifnya (Haryanto 2015 : pp 47-49). Kaum
borjuis memanfaatkan ajaran – ajaran dalam agama untuk menindas kaum proletar. Agama
memberikan harapan – rapan indah bagi kaum proletar tentang surga, sebuah kehidupan
penuh kebahagian setelah kehidupan di dunia. Hal ini membuat kaum proletar merasa ikhlas
dan menerima segala perlakukan penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis.

Agama dilihat sebagai produk dari alienasi sekaligus ekspresi kepentingan kelas
(Haryanto 2015 : 48). Kaum borjuis memanipulasi ajaran – ajaran agama untuk memuluskan
kepentingan mereka dalam menguasai faktor produksi dan meraih keuntungan besar. Kaum
proletar dibuat menerima dengan ikhlas penindasan yang terjadi dengan harapan akan
mendapat kehidupan yang bahagia setelah kehidupan di dunia, seperti yang dijanjikan oleh
agama.

Adanya manipulasi yang dilakukan oleh kaum borjuis ini, membuat kaum proletar
semakin terasing dari dunia nyatanya. Kaum proletar menerima penindasan dan
menghilangkan semangat untuk melakukan revolusi. Kaum proletar akan terasing dari
sumber daya karena telah dikuasai oleh kaum borjuis. Kaum proletar menjadi terasing dengan
kenyataan bahwa mereka sedang mengalami penindasan.
1

2.3 Kritik Terhadap Pandangan Karl Marx tentang Agama

Pemikiran Karl Marx tentang agama hanya menggambarkan fungsi agama di


masyarakat terutama masyarakat kapitalis. Agama dalam masyarkat kapitalis digunakan
sebagai alat penindas bagi kelas penguasa kepada kelas pekerja. Agama memberikan
kesadaran palsu kepada kelas pekerja dan menghilangkan semangat kaum pekerja untuk
melakukan revolusi proletar.

Karl Marx hanya menggambarkan hal – hal negatif yang terdapat pada agama saja.
Agama bisa juga menjadi dasar ideologi untuk melakukan gerakan sosial. Banyak revolusi
yang di dasarkan pada ideologi agama untuk memperjuangkan penindasan. Seperti halnya di
Indonesia, banyak gerakan – gerakan masyarakat untuk merdeka dan terbebas dari
penindasan kaum penjajah di dasarkan pada gerakan agama. pada zaman revolusi
kemerdekaan Indonesia, berdiri dua organisasi besar keagamaan di Indonesia yaitu, Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi keagamaan ini menjadi pendorong dan
semangat rakyat Indonesia untuk melawan penindasan yang dilakukan penjajah Kolonial
Belanda. Bahkan banyak perlawanan rakyat yang dipimpin oleh para pemimpin agama,
seperti Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Hal ini berarti agama tidak
sepenuhnya menjadi kesadaran palsu untuk melawan penindasan, namun bisa juga sebagai
pendorong untuk melawan penindasan.

2.4 Analisis Artikel “Bom Bunuh Diri”

2.4.1 Artikel “12-10-2002: Bom Bali I Renggut 202 Nyawa”


Liputan6.com, Denpasar - 12 Oktober 2002, atau tepat 12 tahun silam, aksi teror
melanda Indonesia, tepatnya di Pulau Dewata, Bali. Tiga lokasi di Bali dibom saat hiruk
pikuk pada Sabtu malam atau malam Minggu.

Semarak malam akhir pekan yang dipenuhi tawa dan canda dari para turis serta warga
lokal mendadak sirna. Dua bom pertama meledak di Paddy's Pub dan Sari Club di Jalan
Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan selanjutnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika
Serikat, Jalan Hayam Wuruk 188, Denpasar.

Menurut sumber dari Museum.polri.go.id yang dikutip Liputan6.com, Minggu


(12/10/2014), korban tewas mencapai 202 orang. Sebanyak 164 orang di antaranya warga
asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga Indonesia 209 orang mengalami luka-luka.
Dampak kerusakan hingga radius satu kilometer dari pusat ledakan. Peristiwa yang disebut
Bom Bali I ini dianggap sebagai aksi terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.

Kejadian bermula pada pukul 20.45 Wita. Salah satu pelaku, Ali Imron menyiapkan
satu bom kotak dengan berat sekitar 6 kilogram yang telah dipasang sistem remote ponsel, di
rumah kontrakan. Artinya bom itu diledakkan dari jarak jauh menggunakan ponsel.

Bom tersebut dibawa Ali Imron menggunakan sepeda motor Yamaha, dan diletakkan di
trotoar sebelah kanan kantor Konsulat Amerika Serikat. Selanjutnya, dia pergi menuju Sari
Club dan Paddy's Pub untuk memantau situasi serta lalu lintas di sekitar. Ali selanjutnya
kembali ke rumah kontrakan.

Sekitar pukul 22.30 Wita, Ali Imron bersama dua pelaku bom bunuh diri, yakni Jimi
dan Iqbal pergi menuju Legian dengan menggunakan mobil Mitshubishi L 300. Idris, pelaku
lain, mengikuti mereka dengan menggunakan motor Yamaha.

Sesampainya di Legian, Ali Imron mengintruksikan Jimi untuk menggabungkan kabel-


kabel dari detonator ke kotak switch bom mobil L 300. Jimi akan melancarkan bom bunuh
diri menggunakan mobil L 300 di Sari Club.

Pada saat yang bersamaan, Ali Imron menyuruh Iqbal untuk memakai bom rompi. Iqbal
juga akan beraksi sebagai 'pengantin' (sebutan untuk pelaku bom bunuh diri) di Paddy's Pub.

Setelah persiapan rampung, Iqbal turun dari mobil dan masuk ke dalam Paddy's Pub.
Duar! Bom meledak dari restoran tempat nongkrong tersebut.
Sementara itu, Ali Imron turun dari mobil L 300 kemudian dijemput Idris untuk menuju
Jalan Imam Bonjol. Sedangkan Jimi langsung memacu mobil menuju Sari Club, lalu
meledakkan bom di dalam mobil yang ia kendarai. Bom kedua pun meledak dari mobil
tersebut. Ratusan orang tewas akibat dua bom tersebut.

Di tengah perjalanan, Ali Imron menekan tombol remote control yang sudah dipasang
pada ponselnya. Duar! Bom kotak meledak yang telah ia taruh sebelumnya meledak di depan
konsulat Amerika Serikat. Ini merupakan bom yang ketiga dan tak mengakibatkan korban
jiwa.

Sejak itu, eksodus besar-besaran terjadi di Pulau Dewata. Bandara Ngurah Rai sesak
didatangi banyak warga asing, terutama tim investigasi dari Biro Investigasi Amerika Serikat
(FBI).

Sumber : Gunawan, Rizky. 2014. 12-10-2002: Bom Bali I Renggut 202 Nyawa.
http://news.liputan6.com/read/2117622/12-10-2002-bom-bali-i-renggut-202-nyawa, diakses
tanggal 5 Maret 2015, pukul 20.00 WIB.

2.4.2 Analisis

Artikel di atas menggambarkan tentang kejadian yang menewaskan ratusan orang


dalam waktu semalam di pulau Bali. Kejadian tersebut merupakan tindakan bom bunuh diri
yang dilakukan oleh beberapa orang. Terdapat ‘pengantin’ dalam pelaku pengemboman
tersebut.

Pengantin merupakan seseorang/sekelompok orang yang direkrut untuk melakukan


bom bunuh diri atas dasar jihad fisabilillah/berjuang di jalan Allah Swt. Hal ini merupakan
suatu bentuk manipulasi agama yang dilakukan oleh para penguasa untuk kepentingan
mereka sendiri. Mengutip dari film Mata Tertutup, orang – orang yang menjadi ‘pengantin’
berasal dari kelas bawah yang selalu tertindas. Mereka tidak memiliki jalan lain atau pilihan
lain di dunia ini dan mengharapkan kehidupan bahagia di akhirat. Mereka telah diracuni
otaknya oleh kelompok radikal (dalam peristiwa di atas adalah Jamaah Islamiyah) untuk
melakukan kepentingan kelompok yang menguasai mereka untuk melakukan tindakan yang
mereka sukai. Mereka terlihat ikhlas dan pasrah melakukan bom bunuh diri karena telah
diracuni oleh dogma – dogma agama yang telah dimanipulasi.
Apabila melihat film tentang bom Bali I yaitu, Shortcut to Heaven, dapat dilihat bahwa
alasan mereka melakukan bom bunuh diri untuk mencari jalan pintas menju surga. Mereka
telah diracuni dan dibuat kecanduan oleh agama. Agama memerintahkan melakukan jihad
fisabilillah untuk memeperjuangkan agama di jalan Allah Swt. Siapa saja yang telah
melakukannya, akan mendapat kehidupan bahagia di surga untuk dirinya dan keluarganya
tanpa dihisab atau dihitung amal perbuatannya terlebih dahulu. Mereka dibuat berangan
angan tentang lehidupan bahagia yang akan diterimanya kelak.

Pada artikel di atas suadah jelas agama telah membuat kesadaran palsu bagi para pelaku
bom bunuh diri. Pelaku bom bunuh diri merasa dengan ikhlas melakukan perbuatan yang
tidak bermanfaat itu. Kesadaran tentang dunia nyata, bahwa untuk terlepas dari penindasan
harus melakukan perjuangan dan berusaha keras, tertutupi dengan dogma agama yang telah
dimanipulasi, sehingga mereka melakukan hal – hal yang tidak bermanfaat itu.

Agama juga telah membuat mereka teralienasi dengan dunia nyata mereka. Mereka
menjadi terpisah dari dunia nyata yang mengharuskan untuk melakukan perjuangan dengan
cara berusaha keras untuk terhindar dari penindasan. Mereka bahkan terasing dari agama
mereka sendiri karena ajaran – ajaran agama yang mereka peroleh telah disesatkan. Jihad
bukan berarti melakukan kekerasan untuk berjuang. Tetapi perjuangan bisa dilakukan dengan
banyak cara, seperti berjuang dengan pendidikan. Bahkan bunuh diri itu dilarang oleh agama
Islam dan dijamin masuk neraka karena bunuh diri tergolong dosa besar. Namun mereka
dengan ikhlas melakukan hal tersebut untuk melakukan tindakan yang menurut kelompok
yang menguasai mereka adalah benar.
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Agama merupakan candu bagi masyarakat karena bersifat sebagai pengurang rasa sakit,
pembius masyarakat, dan obat frustasi. Dalam agama diberikan harapan – harapan tentang
kehidupan yang bahagia yang akan diterima kelak setelah kehidupan di dunia. Hal ini
membuat kelas pekerja menjadi ikhlas menerima penindasan yang dilakukan kelas penguasa.
Angan – angan yang ditanamkan oleh agama itu menciptakan kesadaran palsu bagi kelas
pekerja dan menghilangkan semangat untuk melakukan revolusi proletar.

Agama juga membuat masyarakat menjadi terasing dari dunia nyata. Agama
dimanipulasi oleh kelas penguasa untuk menyebarkan ajaran – ajaran agama tentang
kehidupan yang bahagia setelah mati agar mereka menerima penindasan yang dilakukan. Hal
ini membuat kelas pekerja menjadi teralienasi dari kehidupan nyata untuk melakuakan
perjuangan proletar melawan penindasan.

Kritik dari pemikiran Karl Marx tentang agama ini hanya menekankan sisi negatif
tentang agama. agama tidak selalu menciptakan kesadaran palsu dan alienasi untuk terlepas
dari penindasan. Seperti halnya di Indonesia, banyak gerakan – gerakan masyarakat untuk
merdeka dan terbebas dari penindasan kaum penjajah di dasarkan pada gerakan agama salah
satunya, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Bahkan banyak perlawanan rakyat yang
dipimpin oleh para pemimpin agama, seperti Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku
Imam Bonjol.
Daftar Pustaka

Haryanto, Sindung. 2015. Sosiologi Agama. Yogyakarta : ar-Ruzz Media

Oetojo, Boedhi dkk. 2014. Teori Sosiologi Klasik. Jakarta : Universitas Terbuka

Ritzer, George. 2012. Sociological Theori. Teori Sosiologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Panduan Persentasi
Slide 1
Slide pembukaan
Slide 2
Karl Marx lahir saat revolusi industri sedang berlangsung. Saat itu kapitalisme sedang
berkembang dengan pesat. Karl Marx melihat penindasan yang dilakukan kaum borjuis
kepada kaum proletar. Hal ini menurut Karl Marx merupakan hal yang buruk dan merusak
tatanan masyarakat. Oleh karena itu, pemikiran Karl Marx bayak yang di dasarkan cara
memperbaiki masyarakat yang mengalami penindasan oleh kapitalisme.
Slide 3
Friederich Hegel merupakan guru Karl Marx saat berada di Universitas Berlin. Karl Marx
bergabung dengan Young Hegelian. Karl Marx tidak sependapat dengan penyataan
Friederich Hegel yang menggambarkan pengaruh Tuhan kepada manusia. Karl Marx
mengkritik pernyataan Friederich Hegel bahwa bukan Tuhan yang menciptakan manusia
tetapi manusia yang menciptakan Tuhan.
Slide 4
Ludwig Feurbach merupakan teman Karl Marx sesama Young Hegelian. Karl Marx
sependapat dengan pernyataan Ludwig Feurbach yang mennurutnya Tuhan hanya merupakan
ide yang diciptakan manusia yang berarti Tuhan hanya ada di angan – angan manusia dan
tidak ada di dunia nyata.
Slide 5
Baca slidenya
Slide 6
Sifat candu yang juga dimiliki oleh agama yang pertama sebagai pengurang rasa sakit.
Agama layaknya obat yang tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya mengurangi rasa
sakit. Agama tidak bisa memperbaiki kondisi masyarakat yang telah rusak karena penindasan
oleh kapitalisme. Agama tidak dapat menghilangkan penindasan dalam masyarakat, dan
masyarakat yang tertindas hanya menggunakan agama sebagai pelarian saja untuk
mengurangi rasa sakit dari penindasan yang dilakukan kepada mereka.
Sifat candu yang juga dimiliki oleh agama yang kedua sebagai pembius masyarakat.
Agama telah membius masyarakat dengan ajaran – ajaran yang diberikan. Kaum borjuis
memanfaatkan agama untuk membius kaum proletar agar ikhlas dan menerima penindasan
yang diberikan kepada mereka.
Sifat candu yang juga dimiliki oleh agama yang ketiga sebagai obat frustasi. Frustasi
kelas pekerja dikurangi atau dihilangkan oleh agama. Agama menghilangkan frustasi kelas
pekerja dengan harapan – harapan yang diberikan tentang kehidupan di akhirat kelak. Hal
tersebut merupakan hal buruk bagi kelas pekerja karena menghalangi pekerja untuk
melakukan revolusi menuju masyarakat sosialis dan pada akhirnya menuju masyarakat
komunis.
Slide 7
Sifat – sifat agama yang disamakan oleh Karl Marx seperti candu tersebut menciptakan
kesadaran palsu bagi masyarakat. Kesadaran palsu tersebut tercipta karena membuat
masyarakat menjadi terpisah dengan realitas dunia mereka. Agama membuat masyarakat
terasingkan dengan dunia nyata mereka, dunia yang penuh penindasan. Agama memberikan
ajaran tentang kehidupan yang bahagia yang akan diterima setelah kehidupan di dunia.
Agama menjanjikan surga bagi pemeluknya. Angan – angan yang indah ini telah membuat
masyarakat kehilangan kesadaran tentang dunia yang telah mereka jalani sekarang.
Masyarakat menjadi terbuai dengan harapan dan janji yang diberikan agama. Hal ini yang
menghalangi cita – cita revolusi proletar untuk menjadi masyarakat sosialis dan pada
akhirnya menuju masyarakat komunis.
Slide 8
Baca slidenya
Slide 9
Agama menyebabkan ketimpangan sosial masyarakat semakin melebar karena agama
digunakan oleh the ruling class, yakni kaum borjuis untuk membenarkan tindakan
manipulatif dan eksploratifnya. Kaum borjuis memanfaatkan ajaran – ajaran dalam agama
untuk menindas kaum proletar. Agama memberikan harapan – rapan indah bagi kaum
proletar tentang surga, sebuah kehidupan penuh kebahagian setelah kehidupan di dunia. Hal
ini membuat kaum proletar merasa ikhlas dan menerima segala perlakukan penindasan yang
dilakukan oleh kaum borjuis. Kaum borjuis memanipulasi ajaran – ajaran agama untuk
memuluskan kepentingan mereka dalam menguasai faktor produksi dan meraih keuntungan
besar.
Slide 10
Adanya manipulasi yang dilakukan oleh kaum borjuis ini, membuat kaum proletar semakin
terasing dari dunia nyatanya. Kaum proletar menerima penindasan dan menghilangkan
semangat untuk melakukan revolusi. Kaum proletar akan terasing dari sumber daya karena
telah dikuasai oleh kaum borjuis. Kaum proletar menjadi terasing dengan kenyataan bahwa
mereka sedang mengalami penindasan.
Slide 11
Kritik dari pemikiran Karl Marx tentang agama ini hanya menekankan sisi negatif tentang
agama. agama tidak selalu menciptakan kesadaran palsu dan alienasi untuk terlepas dari
penindasan. Seperti halnya di Indonesia, banyak gerakan – gerakan masyarakat untuk
merdeka dan terbebas dari penindasan kaum penjajah di dasarkan pada gerakan agama salah
satunya, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Bahkan banyak perlawanan rakyat yang
dipimpin oleh para pemimpin agama, seperti Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku
Imam Bonjol.
Slide 12
Pengantin merupakan seseorang/sekelompok orang yang direkrut untuk melakukan bom
bunuh diri atas dasar jihad fisabilillah/berjuang di jalan Allah Swt. ‘Pengantin’ berasal dari
kelas bawah yang selalu tertindas. Mereka tidak memiliki jalan lain atau pilihan lain di dunia
ini dan mengharapkan kehidupan bahagia di akhirat.
Slide 13
Mereka telah diracuni otaknya oleh kelompok radikal (dalam peristiwa di atas adalah Jamaah
Islamiyah) untuk melakukan kepentingan kelompok yang menguasai mereka untuk
melakukan tindakan yang mereka sukai. Mereka terlihat ikhlas dan pasrah melakukan bom
bunuh diri karena telah diracuni oleh dogma – dogma agama yang telah dimanipulasi.
Slide 14
Alasan mereka melakukan bom bunuh diri untuk mencari jalan pintas menju surga. Mereka
telah diracuni dan dibuat kecanduan oleh agama. Agama memerintahkan melakukan jihad
fisabilillah untuk memeperjuangkan agama di jalan Allah Swt. Siapa saja yang telah
melakukannya, akan mendapat kehidupan bahagia di surga untuk dirinya dan keluarganya
tanpa dihisab atau dihitung amal perbuatannya terlebih dahulu. Mereka dibuat berangan
angan tentang lehidupan bahagia yang akan diterimanya kelak.
Agama telah membuat kesadaran palsu bagi para pelaku bom bunuh diri. Pelaku bom bunuh
diri merasa dengan ikhlas melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat itu. Kesadaran tentang
dunia nyata, bahwa untuk terlepas dari penindasan harus melakukan perjuangan dan berusaha
keras, tertutupi dengan dogma agama yang telah dimanipulasi, sehingga mereka melakukan
hal – hal yang tidak bermanfaat itu.
Agama juga telah membuat mereka teralienasi dengan dunia nyata mereka. Mereka menjadi
terpisah dari dunia nyata yang mengharuskan untuk melakukan perjuangan dengan cara
berusaha keras untuk terhindar dari penindasan. Mereka bahkan terasing dari agama mereka
sendiri karena ajaran – ajaran agama yang mereka peroleh telah disesatkan. Jihad bukan
berarti melakukan kekerasan untuk berjuang. Tetapi perjuangan bisa dilakukan dengan
banyak cara, seperti berjuang dengan pendidikan. Bahkan bunuh diri itu dilarang oleh agama
Islam dan dijamin masuk neraka karena bunuh diri tergolong dosa besar. Namun mereka
dengan ikhlas melakukan hal tersebut untuk melakukan tindakan yang menurut kelompok
yang menguasai mereka adalah benar.

Anda mungkin juga menyukai