4
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion (Yogyakarta: IRCiSoD, 2011), hal 200-204
5
Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
hlm 17
jawabannya adalah karena agama telah memperhatikan kebutuhan manusia
yang teralienasi. Bahkan Marx mengatakan agama adalah keluh kesah
makhluk yang tertindas dan merupakan ekspresi penderitaan ekonomi yang
lain sekaligus protes melawan penderitaan yang riil.
Kritik yang dilakukan Marx tehadap agama pada asasnya adalah kritik
terhadap “Lembah air mata” yang mahkotanya adalah agama.6 Agama adalah
ilusi semata, dan sebetulnya agama ditentukan oleh ekonomi sehingga tidak
ada gunanya untuk mempertimbangkan setiap doktrin atau kepercayaannya
demi manfaatnya sendiri. Kepercayaan manusi terhadap agama berawal dari
kritisisme yang irreligious yaitu manusia membuat agama tetapi agama tidak
membuat manusia. Terlebih agama telah mengambil sifat-sidat ideal moral
dari kehidupan manusia yang dasar dan secara tidak wajar memberikannya
kepada suatu wujud asing dan khayalan yang disebut dengan Tuhan. Bahkan
agama dianggapnya terasa merampas kebaikan individu manusia dan
memberikannya kepada Tuhan.
Agama seperti halnya sebuah ideologi, merefleksikan sesuatu
kebenaran namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa
kesukaran dan ketertindasan mereka disiptakan oleh sistem kapitalis, maka
mereka diberikan suatu bentuk agama. Mark menjelaskan dirinya tidak
menolak kehadiran agama, melainkan menolak suatu sistem yang
mengandung ilusi-ilusi agama.
6
Louis Leahy, Aliran-aliran besar Atheisme, Tinjauan kritis, (Yogyakarta, Kanisisus, 1992),
hlm. 99
sementara, semu dan tidak mampu membongkar dan menghilangkan kondisi-
kondisi yang menimbulkan penderitaan.
(Karl Marx, 1818 – 1883)
7
Daniel L. Pals, Seven Theoris of Religions “Dari Animisme E.B. Taylor, Materialism Karl
Marx, hingga Antropologi Budaya C.Geertz”, Terj. Ali Noerjaman (Yogyakarta; Qalam, 2001), Hlm.
242
8
T.Z. Lavine, Konflik Kelas dan Orang yang Terasing,(Yogyakarta; Jendela, 2003), Hlm. 17
9
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion (Yogyakarta: IRCiSoD, 2011), hal 209
Pertama, mayarakat tradisional (Komunisme Primitif) sebagai bentuk
masyarakat awal yang sederhana, dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup
dilakukan dengan cara berburu dan nomaden.
Kedua, masyarakat feodal yaitu suatu konidisi masyarakat yang sudah
mengenal kepemilikan pribadi sebagai modal untuk mendapatkan keuntungan
besar dari kepemilikannya itu sehingga pada bentuk masyarakat ini
mengalami ekploitasi oleh pemilik modal.
Ketiga, masyarakat kapitalisme yang memperkenalkan aktivitas komersial
motif mencari keuntungan dalam skala besar oleh kamum borjuis atas
perolehan usaha dari kaum proletar.
Keempat, masyarakat sosialisyang mencoba untuk menghapus eksploitasi
oleh kaum borjuis melalui revolusi sosial melalui penggorganisasian dan
gerakan buruh.
Kelima, masyarakat komunis modern, dalam sistem sosialsi ini hanya
merupakan transisi karena masih menyembunyikan kepentingan antara
penguasa dan rakyat yang digiring untuk menjadi bagian dari masyarakat
yang humanis.
Seperti apa yang telah diungkap sebelumnya, Marx secara terbuka
tidak mendukung total atas keberadaan suatu agama. Seperti apa yang
dikemukakan Daniel L. Pals bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan sejak
awal berkenaan dengan Karl Marx.
Pertama, bentuk komunisme, Marx hanya memberikan suatu teori tentang
agama, bukan sebuah pemikiran total yang dengan sendirinya menyerupai
sebuah agama. Dan yang lebih penting apa yang dihadirkan Marx dalam
pemikirannya bukanlah suatu catatan tentang agama secara umum melainkan
suatu analisis tentang agama Kristen dan agama lainnya yang serupa dengan
menekankan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan eskatologi.
Sehingga dalam pemikirannya hanya pemikiran Kristen yang semula
memberikan pengaruh atas modal dasar teori yang telah dicetuskannya itu
ketika ia mengemukakan bahwa agama sebagai pelarian orang miskin dari
penderitaan dan penindasan ekonomi.
Kedua, filsafat Marx begitu jauh jangkauannya, apa yang ia tawarkan sebagai
suatu “teori” tentang agama tradisional merupakan bagian yang agak kecil
dan tidak mesti sentral dari pemikirannya.
Dan hal yang berkenaan dengan pemikiran Karl Marx dalam teori-
teorinya tentang agama maupun ekonomi, membuat seseorang berpesan
untuknya sebagai “nabi tanpa wahyu”, dia berpendapat bahwa Marx boleh
jadi “hatinya beriman tapi otaknya kafir”. Dari pesan ini baiknya, Marx
kembali kepada agama dan nilai-nilai spiritual. Pesan ini tertuangkan dalam
Javid Namah “orang Barat kehilangan visi tentang surga, mereka berburu
mencari spirit murni dari perut”10
dalam ungkapan Marx cenderung mengedepankan sisi materialism
dibandingkan sisi idelaismenya dalam mengungkap teori tentang agama. Hal
ini dapat dilihat dalam ungkapan Marx yang lain “Bahwa umat manusia
pertama-tama harus makan, minum, memiliki tempat berteduah dan
berpakaian sebelum ia dapat mengejar politik, sains, seni dan agama”11.
Dalam ungkapannya ini dapat diketahui bahwa manusia hidup dalam
duni yang riil, bukan dalam dunia ilusi. Segala yang hakiki adalah bersifat
materil bukan yang immateri sehingga dalam kehidupan di dunia ini yang
nyata dan utama adalah materi (natural dan bukan supranatural). Ungakapan
Marx ini merupakan pandangan atas tesis Hegel tentang materi dan pikiran
yang menyatakan bahwa hal-hal mental-ide, konsep adalah fundamental bagi
dunia, smeentara benda-benda materi selalu sekunder; benda-benda itu adalah
ungkapan fisik dari roh universal yang dasar atau ide yang absolut.12
10
Hamid Fahmi Zarkasyi, Misykat; Refleksi tentang Westernisasi, Liberalisme, dan Islam
(Jakarta: INSISTS-MIUMI, 2012), hal 9
11
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion (Yogyakarta: IRCiSoD, 2011), hal 207
12
Ibid, Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion (Yogyakarta: IRCiSoD, 2011), hal 211
Agama merupakan kesadaran dan perasaan diri bagi manusia ketika ia
belum berhasil menemukan dirinya dan ketika ia sudah kehilangan dirinya.
Namun manusia itu bukan suatu makhluk yang abstrak yang bercokol di luar
dunia, melainkan manusia berada dalam dunia manusia, Negara dan
masyarakat Kesengsaraan yang terjadi pada manusia merupakan kesengsaraan
religious yang nyata sekaligus sebagai tindakan prortes terhadap kesengsaraan
nyata itu sendiri. Agama adalah keluhan makhluk tertindas, jiwa suatu dunia
yang tak berkalbu, sebagaimana ia merupakan roh suatu kebudayaan yang
tidak mengenal roh. Sehingga Marx menyatakan bahwa agama sebagai candu
rakyat. Agama bukan saja sia-sia , tetapi juga merugikan. Ia merampas banyak
kodrat dan martabat manusia dan mengalihkannya kepada suatu makhluk
khayalan. Bahakn lebih-lebih agama merendahkan derajatnya dengan
memberikan perasaan dosa pada manusia itu sendiri, dengan mengajarkan
kerendahan hati pada agama, dengan membuat dirinya hina dihadapan dirinya
sendiri, alih-alih lebih merugikan lagi Mark menjelaskan bahwa agama
memberikan hiburan palsu . maka oleh karena itu, Marx menerangkan
penghapusan agama sebagai suatu kebahagiaan sejati.
DAFTAR PUSTAKA
Husaini, Adian, 2015. Wajah Peradaban Barat. (Jakarta: Gema Insani), Cet III.
Hakim, Atang Abdul dan Saebani, Beni Ahmad. Filsafat Ilmu. (Bandung: CV
Pustaka Setia), Cet-I.