ض ﱡ
اﻟظ ْﮭ ِر َ ﺻ ِﻠّﻰ ﻓَ ْر
َ ُا
“Saya shalat fardlu dzuhur.” Adapun melengkapi niat shalat seperti yang banyak
dipakai seperti berikut ini hukumnya adalah sunnah
“Aku shalat qabliyah dzuhur”, “Aku shalat tarawih.” Kembali perlu diketahui, ini
adalah batasan standar minimal. Artinya, jika orang yang shalat menggerakkan
hati dengan susunan yang lebih lengkap sebagaimana dalam contoh yang panjang
di atas, tentu lebih baik. Karena hal tersebut akan mendapatkan kesunnahan yang
berlipat. Yang terakhir, shalat sunnah mutlak, yaitu shalat sunnah yang tidak
terikat dengan waktu tertentu. Maka, dalam niat hanya perlu menyebut
penyengajaan melaksanakan shalat saja ()ﻗﺻد اﻟﻔﻌل. Sehingga, apabila ada orang
ingin shalat sunnah mutlak, andai saja hatinya bergerak membaca ushalli saja,
tanpa tambahan kalimat apa pun, sudah sah.
وإن ﻛﺎﻧت ﻧﺎﻓﻠﺔ. واﻟﻔرﺿﯾﺔ، واﻟﺗﻌﯾﯾن، وﺟب ﻗﺻد اﻟﻔﻌل، ان ﻛﺎﻧت اﻟﺻﻼة ﻓرﺿﺎ: اﻟﻧﯾﺔ ﺛﻼث درﺟﺎت
. وﺟب ﻗﺻد اﻟﻔﻌل ﻓﻘط، وإن ﻛﺎﻧت ﻧﺎﻓﻠﺔ ﻣطﻠﻘﺔ. وﺟب ﻗﺻد اﻟﻔﻌل واﻟﺗﻌﯾﯾن، ﻛراﺗﺑﺔ أو ذات ﺳﺑب،ﻣؤﻗﺗﺔ
ﻓرﺿﺎ: واﻟﻔرﺿﯾﺔ، ظﮭرا أو ﻋﺻرا: واﻟﺗﻌﯾﯾن، أﺻﻠﻲ:“ اﻟﻔﻌل
Artinya : Niat itu mempunyai tiga tingkatan. Apabila shalat fardlu, harus
menyengaja menjalankan sebuah kegiatan, ta’yin (penegasan tentang spesifikasi
ibadah yang sedang dikerjakan), dan fardliyyah (penjelasan bahwa itu shalat
fardlu). Apabila shalat sunnah yang mempunyai standar waktu, seperti shalat
sunnah rawatib atau shalat yang mempunyai sebab, wajib menyengaja dan ta’yin.
Dan kalau shalat sunnah mutlak, hanya wajib menyertakan kalimat menyengaja
pelaksanaanya saja. Al-fi’lu: ushallî; at-ta’yin: dzuhur, asar; al-fardliyyah: fardlu.”
Dari keterangan di atas, dapat kita tarik kesimpulan. Niat mempunyai standar
minimal yang harus disebut secara spesifik. Adapun yang lazim digunakan
masyarakat adalah niat dalam versi komplet dengan dilengkapi kesunnahan-
kesunnahan lain. Wallahu a’lam.
Tugas sbb :
1. Tulis kembali materi tersebut diatas dalam buku tulis khusus Smartren.
2. Tulis 5 buah niat sholat fardhu secara lengkap dan secara sederhana (batas
minimal).