Waktu : 2 SKS
1. Bagaimanakah fikih sholat yang memiliki dasar bahwa shaff sholat haruslah rapat tidak
berjarak, apabila terdapat jarak diantara shaff maka akan diisi syetan. Sementara dalam
kondisi pandemi ini fatwa dikeluarkan adalah solat dengan menerapkan prokes, salah
satunya dengan menjaga jarak shaff. Pro kontra ini bagaimanakah memahaminya?
2. Haji & umroh menjadi penyempurna rukun Islam, namun Pemerintah memutuskan
untuk tidak memberangkatkan ibadah Haji, bagaimana status ibadah haji yang tertunda
kemudian calon jamaah haji, menarik kembali ongkos naik hajinya? Perspektif kewajiban
& gugur kewajiban, trust & distrust, optimis & pesimis.
3. Mu’amalah, komunikasi dan interkasi yang terjadi antar manusia satu dengan lainnya,
ajaran Islam apabila 2 (dua) orang bertemu dan berjabat tangan, maka Allah akan
gugurkan dosanya selama mereka bersalaman hingga mereka berpisah, sementara saat
pandemi ini, social distace digalakkan, menjaga jarak, termasuk menjaga agar tidak
saling bersentuhan, didalamnya adalah tidak bersalaman, maka bagaimana jalan tengah
ajaran syariat dengan kondisi pandemi dengan peraturan demikian?
Jawab :
1. Menurut Imam Ramli, hukum tidak merapatkan barisan dalam kondisi normal, bukan
pandemi COVID-19, hukumnya makruh, walaupun masih mendapatkan keutamaan
berjamaah. Sedangkan, menurut Imam Ibnu Hajar Al-Haitami hal itu tidak mendapatkan
keutamaan dalam salat berjamaah.
Dalam kondisi pandemi ini, menjaga jarak dalam salat hukumnya menjadi wajib bila
alasanya menghindari bahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Hal itu berdasarkan hadist
riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda “Jangan membuat bahaya kepada diri sendiri
dan orang lain.”
Meski shalat berjamaah dengan menerapkan physical distancing tidak menghilangkan
keutamaan shalat jamaah, sebaiknya kegiatan tersebut dilakukan di rumah bersama
keluarga. Hal itu bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus corona, seperti
imbauan pemerintah.