Anda di halaman 1dari 2

Niat adalah menyengaja melaksanakan satu hal dengan disertai menjalankan sebuah kegiatan yang ia

maksud. Jika dinisbatkan pada wudhu, niat dilakukan sejak melakukan rukun fi’li yang pertama kalinya
yaitu membasuh muka. Apabila untuk shalat, niat berarti harus dijalankan saat mulai takbiratul ihram.
Posisi niat berada di dalam hati. Sedangkan hukum melafalkannya melalui lisan yang berfungsi
menolong hati supaya lebih ringan dan mudah terhubung (nyambung) merupakan kesunnahan.
Berkaitan dengan derajat niat, shalat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pertama adalah shalat
fardlu seperti shalat dzuhur, asar, maghrib, dan seterusnya. Kedua, shalat sunnah yang mempunyai
waktu seperti shalat sunnah qabliyah dzuhur, tarawih, dluha. Dan ketiga, shalat sunnah yang tidak
mempunyai ikatan waktu khusus, yakni berupa shalat sunnah mutlak.

Bagi orang yang ingin melakukan shalat fardlu, setidaknya ada tiga komponen niat yang harus terpenuhi
dalam hati, berupa: 1. Menyengaja menjalankan kegiatan (‫ )قصد الفعل‬Bagi orang yang menjalankan
shalat, dalam niat, ia harus menyertakan kalimat ‫( أصلي‬saya shalat) dalam hati. Ini untuk menegaskan
bahwa ia sekarang sedang menjalankan ibadah shalat, bukan yang lain.

2. Menjelaskan spesifikasi ibadah yang ia jalankan (‫ )التعيين‬Ta’yin atau spesifikasi ini merupakan pembeda
antara shalat satu dengan yang lain. Misal, dhuhur, asar, maghrib, dan seterusnya.

3. Menjalankan fardlu (‫)الفرضية‬. Khusus untuk ibadah shalat fardlu, komponen shalat yang tak bisa
ditinggal adalah menjelaskan bahwa mushalli (orang yang menjalankan shalat) benar-benar dalam
rangka melaksanakan fardlu. Sehingga ia wajib menyebut kalimat fardlu (‫ )الفرض‬Apabila diilustrasikan
secara keseluruhan, di hati orang yang menjalankan shalat fardlu, minimal memuat untaian kalimat
ُّ ‫ض‬
berikut (contoh niat shalat dhuhur): ‫الظه ِْر‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَر‬

“Saya shalat fardlu dzuhur.” Adapun melengkapi niat shalat seperti yang banyak dipakai seperti berikut
ini hukumnya adalah sunnah.

‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَدَا ًء هللِ تَ َعالَى‬


)ٍ ‫ض الظٌّه ِْر اَرْ بَ َع َر َك َعا‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّ ْى فَر‬

Artinya: Saya shalat fardlu dzuhur empat rakaat dengan menghadap kiblat, adâ’ karena Allah Ta’ala.
Berikutnya adalah shalat sunnah yang mempunyai waktu seperti shalat sunnah qabliyah isya’, shalat
dluha dan sebagainya. Komponen niat minimal yang wajib dipenuhi pada shalat ini adalah:

1. Menyengaja menjalankan kegiatan (‫)قصد الفعل‬

2. Menjelaskan spesifikasi ibadah yang ia jalankan (‫ )التعيين‬Jadi, orang yang shalat qabliyah dzuhur atau
tarawih, misalnya, minimal terbersit di hatinya susunan kalimat:

ُّ َ‫صلِّى قَ ْبلِيَّة‬
َ ُ‫ ا‬،‫الظه ِْر‬
ِ ‫صلِّ ْى التَّ َر‬
‫اوي َْح‬ َ ٌ‫ا‬

"Aku shalat qabliyah dzuhur”, “Aku shalat tarawih.” Kembali perlu diketahui, ini adalah batasan standar
minimal. Artinya, jika orang yang shalat menggerakkan hati dengan susunan yang lebih lengkap
sebagaimana dalam contoh yang panjang di atas, tentu lebih baik. Karena hal tersebut akan
mendapatkan kesunnahan yang berlipat. Yang terakhir, shalat sunnah mutlak, yaitu shalat sunnah yang
tidak terikat dengan waktu tertentu. Maka, dalam niat hanya perlu menyebut penyengajaan
melaksanakan shalat saja (‫)قصد الفعل‬. Sehingga, apabila ada orang ingin shalat sunnah mutlak, andai saja
hatinya bergerak membaca ushalli saja, tanpa tambahan kalimat apa pun, sudah sah.

Ringkasnya, niat itu mempunyai tiga tingkatan. Apabila shalat fardlu, harus qashdu-lfi'ly (menyengaja
menjalankan sebuah kegiatan), ta’yin (penegasan tentang kekhususan ibadah yang sedang dikerjakan),
dan fardliyyah (penjelasan bahwa itu shalat fardlu). Apabila shalat sunnah yang mempunyai standar
waktu, seperti shalat sunnah rawatib atau shalat yang mempunyai sebab, wajib menyengaja dan ta’yin.
Dan kalau shalat sunnah mutlak, hanya wajib menyertakan kalimat menyengaja pelaksanaanya saja.

Dari keterangan di atas, dapat kita tarik kesimpulan. Niat mempunyai standar minimal yang harus
disebut secara khusus. Adapun yang pada umumnya digunakan masyarakat adalah niat dalam yang
komplet dengan dilengkapi kesunnahan-kesunnahan lain. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai