Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Poligami pada masa sekarang ini merupakan sebuah fenomena sosial dalam
masyarakat, dimana fenomena poligami pada saat ini menemui puncak
kontroversinya, begitu banyak tanggapan-tanggapan dari khalayak mengenai
poligami, baik yang pro ataupun kontra. Masyarakat memberikan sudut pandang pada
berbagai hal yang terkait masalah poligami baik ketentuan, batasan, syarat, masalah
hak, kewajiban dan kebebasan serta hal-hal lainnya.
Dalam islam, masalah poligami juga tidak serta merta diperbolehkan dan
masih juga berupa perkara yang masuk dalam konteks "pertimbangan", hal ini
terbukti dalam ayat-ayat ataupun suatu riwayat yang dijadikan dasar sumber hukum
dalam perkara poligami sendiri juga terikat aturan-aturan, syarat-syarat serta
ketentuan lain berupa kesanggupan, keadilan dan faktor lainnya yang harus dipenuhi
dalam berpoligami. Di Indonesia sendiri juga terdapat kebijakan hukum yang
mengatur masalah poligami diantaranya terdapat dalam Undang-undang Perkawinan
(UUP) dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Poligami ?
2. Bagaimana Dasar Hukum Poligami ?
3. Apa Saja Syarat-Syarat Poligami ?
4. Bagaimana Dampak dari Poligami ?
5. Bagaimana Hikmah dari Poligami ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Poligami.
2. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Poligami.
3. Untuk Mengetahui Syarat-Syarat Poligami.
4. Untuk Mengetahui Dampak Poligami.
5. Untuk Mengetahui Hikmah dari Poligami.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Poligami
Secara etimologis, istilah poligami berasal dari bahasa Yunani dari dua kata,
yaitu Poly/Polus berarti banyak dan Gamos/Gamein berarti nikah, jadi Poligami
berarti pernikahan yang banyak.1
Dalam Islam, Poligami disebut dengan ta’addud al-zaujat yang berarti
memiliki banyak isteri, sedangkan secara terminologi diartikan sebagai kebolehan
menikahi perempuan dua, tiga, empat, jika bisa berlaku adil. Jumhur ulama
membatasi poligami hanya empat perempuan saja.2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata poligami diartikan sistem
perkawinan yang membolehkan seseorang mempunyai istri atau suami lebih dari satu
orang. 3
Pengertian poligami menurut bahasa indonesia adalah sistem perkawinan yang
salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis di waktu yang
bersamaan. Para ahli membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang mempunyai
lebih dari seorang istri dengan istilah poligini yang berasal dari kata polus berarti
banyak dan gune berarti perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang mempunyai
lebih dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata polus yang berarti
banyak dan andros berarti laki-laki.
Jadi, poligami itu adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari
seorang perempuan. Yang dimaksud poligini itu menurut masyarakat umum adalah
poligami.4

B. Dasar Hukum Poligami


Poligami dalam Al-Qur’an pun terdapat pada Surat An-Nisa’ ayat 3 yang berbunyi :

1
Bibit Suprapto, Liku-Liku Poligami, (Yogyakarta : Al-Kautsar, 1990), h. 11
2
Supardi Mursalim, Menolak Poligami Studi Tentang Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Islam,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 16
3
Departemen Pendidikan Nasional,KamusBesarBahasaIndonesiaPusatBahasa,Eds.Empat, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2008), h. 1089
4
Tihami, Sohari Sahrani., Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap. (Jakarta : Rajawali Pers, 2010). Hal.
351.

2
َ ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثن َٰى َوثُاَل‬
ۖ ‫ث َو ُربَا َع‬ َ َ‫تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِكحُوا َما ط‬ ‫َوإِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل‬
‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم ۚ ٰ َذلِكَ أَ ْدن َٰى أَاَّل تَعُولُوا‬
ْ ‫تَ ْع ِدلُوا فَ َوا ِح َدةً أَوْ َما َملَ َك‬ ‫فَإ ِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل‬

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat agar kamu tidak berbuat dzalim”
Dalam ayat ini apabila ada yang mau menikahi anak perempuan yatim lalu dia
khawatir tidak akan memberinya mahar yang setara dengan yang lazim diberikan
kepada wanita-wanita lain, maka jangan menikahi anak perempuan yatim itu
melainkan menikahlah dengan perempuan lain. Sesungguhnya jumlah mereka sangat
banyak dan Allah tidak mempersempit peluang untuk menikah dengan mereka,
melainkan dapat menikah satu hingga empat wanita. Tapi jika menikah lebih dari satu
wanita dia khawatir tidak dapat berlaku adil, maka wajib menahan diri dengan
menikahi satu wanita saja5

Poligami juga diatur dalam pasal 3 dan 4 ayat 1 dan 2 UU Perkawinan Nomor
1 Tahun 1974, yang berisi sebagai berikut :
Pasal 3 ayat 1 “Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.”
Pasal 3 ayat 2 “Pengadilan, dapat memberikan izin kepada seorang suami untuk
beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.”
Pasal 4 ayat 1 “Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang,
sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 2, maka ia wajib mengajukan permohonan
kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya.”
Pasal 4 ayat 2 “Pengadilan hanya memberi izin kepada seorang suami yang akan
beristeri lebih dari seorang apabila : Seorang istri tidak dapat menjalankan kewajiban
sebagai istri dengan baik, Seorang Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, Seorang Istri tidak dapat melahirkan keturunan.”

5
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunnah untuk Wanita, Penerjemah : Asep Sobari, (Jakarta : Al-
I’tishom Cahaya Umat, 2007), h. 726

3
C. Syarat-Syarat Poligami
Dalam ayat Al- Qur’an juga menerangkan tentang syarat-syarat melakukan poligami
yaitu:
1. Mampu berbuat adil kepada semua istrinya.
Firman Allah SWT terdapat pada Surat An-Nisa’: 3

“ Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja.”

Dalam sebuah hadits Nabi SAW juga disebutkan :

‫َت لَهُ اِ ْم َرأَتَا ِن فَ َما َل اِلَى احْ دَا هُ َما َجا َء يَوْ َم‬
ْ ‫ َم ْن َكا ن‬: ‫ال‬ َّ ِ‫ان النَّب‬
َ َ‫ ق‬.‫ي صم‬ َّ َ‫عَن اَبِى هُ َر ْي َرة‬
‫اقِيَا َم ِة َو ِش ُّقهُ َمائِ ٌل‬.
“Dari Abu hurairah r.a. sesungguhnya Nabi SAW. bersabda : Barangsiapa yang
mempunyai dua orang istri lalu memberatkan kepada salah satunya, maka ia akan
datang hari kiamat nanti dengan punggung miring. (HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i
dan Ibnu Hiban).”
Dan berlaku adil yang dimaksudkan adalah perlakuan yang adil dalam meladeni istri,
seperti : pakaian, tempat, dan lain-lain yang bersifat lahiriah.6

2. Tidak dapat menikahi lebih dari empat perempuan.


Dalam firman Allah SWT pada Surat An-Nisa’ : 3
“maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.”
Islam memang memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Dan
ayat tersebut membatasi diperbolehkannya poligami hanya empat orang saja. Namun,
apabila akan berbuat dzalim jika menikah dengan lebih dari seorang perempuan maka
wajiblah ia cukupkan dengan seorang saja.7

3. Dilarang poligami dengan menikahi perempuan sepersusuan dan nasab.

6
Tihami dan Sohari Sahrani., Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap, (Jakarta : Rajawali Press, 2010),
h. 360.
7
Ibid, h.360

4
Wanita yang dipoligami tidak ada hubungan saudara dengan isterinya baik susuan
maupun nasab, karena dilarang mengumpulkan isteri dengan saudaranya atau dengan
bibinya, larangan ini terdapat pada Al- Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 23

“ (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan


menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudar kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”.

Selain alasan-alasan di atas, syarat-syarat untuk berpoligami menurut ketentuan pasal


5 Undang-Undang Perkawinan juga harus dipenuhi, yaitu:
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat 1 , harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri.
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.
(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat 1 huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya
dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari
isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab- sebab
lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.8

D. Dampak Poligami
Pernikahan poligami memiliki beberapa dampak, baik dampak posistif
maupun negatif. Adapun dampak positif dari pernikahan poligami antara lain :
1. Menekan banyaknya prostitusi

8
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. ke-3, 1998), h. 172

5
2. Poligami memungkinkan prempuan mendapatkan haknya akan cinta dari
suami dan hak menjadi ibu yang mungkin tidak akan terlaksana karena sistem
monogamy
3. Poligami dapat memperbaiki masa depan anak karena kelahirannya diakui
oleh masyarakat dan negara
4. Adanya kemandulan pada seorang istri tidak bisa dipungkiri dan dalam
keadaan demikian akan mengakibatkan keluarga tidak memiliki keturunan,
dan hal yang demikian bisa diatasi dengan cara menikah lagi.

Dampak negatif dari poligami antara lain :


1. Adanya pertengkaran atau konflik internal dengan istri, anak dan keluarga
lainnya, istri akan merasa terganggu, sakit hati bila melihat suaminya menikah
dengan perempuan lain. Inilah sebagian dari kesusahan hidup berpoligami,
membuat hati suami selalu resah, dan tidak sehat. Suasana ini adalah sebagian
dari kobaran api yang tidakbisa dipadamkan kecuali dengan memahami
hikmah dari sebuah pernikahan.
2. Ada persaingan yang tidak sehat diantara istri. Hal itu dilakukan hanya untuk
menarik perhatian lebih banyak dari suaminya. Maka timbulah permusuhan
diantara istri yang terjadi karena suami biasanya lebih memperhatikan istri
muda daripada istri yang terdahulu.
3. Kehilangan hubungan baik dengan suaminya dan akan bertanya siapakah ia
sekarang. Sebelumnya ia adalah seorang yang dicintai, menarik, dan berbagai
hal positif lainya. Gambaran ini berubah setelah suami menikah lagi.
Gambaran diri berubah menjadi negatif, korban kehilangan identitas diri.9
4. Bukan lagi seorang yang berarti bagi suaminya. Ia akan segera menyadari
bahwa ia bukan lagi satu-satunya orang yang berada di sisi suami yang dapat
membahagiakan pasangannya. Harga dirinya terluka, ia merasa kehilangan
penghargaan dirinya.
5. Seringnya terjadi poligami yang hanya dengan menikah siri, sehingga
pernikahan tidak dianggap sah oleh negara, walaupun pernikahan tersebut sah
dalam agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena pernikahannya tidak

9
Andriana Kurniawati, “Dampak Psikologis Kehidupan Keluarga Pada Pernikahan Poligami,” (Skripsi,
Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), h. 37

6
sah dalam negara dan tidak memiliki kekuatan hukum seperti hak waris dan
sebagainya.
6. Tumbuhnya ketidakpercayaan pada diri anak. Persoalan yang kemudian
muncul sebagai dampak dari poligami adalah adanya krisis kepercayaan dari
keluarga, anak, dan isteri. Apalagi bila poligami tersebut dilakukan secara
sembunyi dari keluarga yang ada.sehingga ada rasa tidak percaya terhadap
ayah maupun suami.
7. Tertanamnya kebencian pada diri Anak. pada dasarnya tidak ada anak yang
benci kepada orang tuanya, begitu pula orang tua terhadap anaknya. Akan
tetapi perubahan sifat tersebut mulai muncul ketika anak merasa dirinya dan
ibunya mulai kehilangan kecintaan kepada ayahnya yang berpoligami.
Walaupun mereka sangat memahami bahwa poligami dibolehkan dalam islam
tapi mereka tidak mau menerima hal tersebut karena sangat menyakitkan hati
dan memberikan beban pada batin si anak . Apalagi ditambah dengan orang
tua yang akhirnya tidak adil, maka lengkaplah kebencian anak kepada
ayahnya. Kekecewaan seorang anak karena merasa dikhianati akan cintanya
dengan ibunya oleh sang ayah, akan menyebabkan anak tidak simpati, dan
tidak menghormati ayah kandungnya sehingga harus diakui bahwa poligami
mempunyai efek yang dapat merubah seseorang dari sikap baik sampai kepada
bersikap yang tidak baik.

E. Hikmah dari Poligami

Hikmah-hikmah yang terkandung dalam poligami diantaranya adalah :


1) Merupakan karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada manusia untuk
kemakmuran dan kemaslahatan.
2) Memperbesar jumlah ummat
3) Mengurangi jumlah janda sambil menyantuni mereka
4) Mengantisipasi kenyataan bahwa jumlah wanita berlebih dibandingkan
pria.10
Adapun hikmah lainnya adalah :
1) Merupakan karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada manusia yaitu

10
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), h.166

7
diperbolehkannya berpoligami dan membatasinya sampai dengan empat.
2) Islam, sebagai agama kemanusiaan yang luhur, mewajibkan kaum muslim
untuk melaksanakan pembangunan dan menyampaikan kepada seluruh
umat manusia, mereka tidak akan sanggup memikul tugas, bukankah
pepatah mengatakan bahwa kebesaran terletak pada keluarga yang besar
pula, jalan untuk mendapatkan jumlah yang besar hanyalah dengan adanya
perkawinan dalam usia subur atau dengan berpoligami.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Poligami diartikan sistem perkawinan yang membolehkan seseorang mempunyai


istri atau suami lebih dari satu orang.
2. Dasar hukum poligami terdapat pada QS. AN-Nisa’ ayat 3, Poligami juga diatur
dalam pasal 3 dan 4 ayat 1 dan 2 UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
3. Syarat-syarat poligami antara lain : mampu berbuat adil kepada semua istri, tidak
menikahi lebih dari empat perempuan, dilarang poligami dengan menikahi
perempuan sepersusuan dan nasab.
4. Dampak positif dari poligami antara lain : menekan banyaknya prostitusi, Poligami
memungkinkan prempuan mendapatkan haknya akan cinta dari suami dan hak
menjadi ibu yang mungkin tidak akan terlaksana karena sistem monogamy, Poligami
dapat memperbaiki masa depan anak karena kelahirannya diakui oleh masyarakat
dan negara, Adanya kemandulan pada seorang istri tidak bisa dipungkiri dan dalam
keadaan demikian akan mengakibatkan keluarga tidak memiliki keturunan, dan hal
yang demikian bisa diatasi dengan cara menikah lagi.
Dampak negatif dari poligami antara lain : Adanya pertengkaran atau konflik
internal dengan istri, anak dan keluarga lainnya, istri akan merasa terganggu, sakit
hati bila melihat suaminya menikah dengan perempuan lain, dan seringnya terjadi
poligami yang hanya dengan menikah siri, sehingga pernikahan tidak dianggap sah
oleh negara, walaupun pernikahan tersebut sah dalam agama. Pihak perempuan akan
dirugikan karena pernikahannya tidak sah dalam negara dan tidak memiliki kekuatan
hukum seperti hak waris dan sebagainya.
5. Hikmah dari poligami antara lain : Merupakan karunia Allah dan Rahmat-Nya
kepada manusia untuk kemakmuran dan kemaslahatan, Memperbesar jumlah ummat,
Mengurangi jumlah janda sambil menyantuni mereka, Mengantisipasi kenyataan
bahwa jumlah wanita berlebih dibandingkan pria.

9
B. Saran

Setelah menyusun makalah ini, penulis semakin bertambah wawasannya mengenai


poligami dan dampak untuk keluarga, dengan begitu penulis merasa harus lebih
banyak lagi mempelajarinya. Begitu juga dengan para pembaca yang sudah bersedia
membaca makalah kami, saran kami agar mempelajari lebih banyak lagi buku tentang
materi tersebut yang sebenarnya sangat luas ilmunya, dan kemudian hari dapat
bertukar fikiran dan wawasan yang lebih luas lagi dengan kami dan orang lain.
Sehingga ilmu kita semakin bertambah luas dan tidak berhenti belajar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta : PT Gramedia.

Kurniawati, Andriana. 2013. “Dampak Psikologis Kehidupan Keluarga Pada Penikahan


Poligami”. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Kuzari, Achmad. 1995. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta : Raja Grafindo Press.

Mursalim, Supardi. 2007. Menolak Poligami Studi Tentang Undang-Undang Perkawinan


dan Hukum Islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Rofiq, Ahmad. 1998. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Salim, Abu Malik Kamal bin Sayyid. 2007. Fiqih Sunnah untuk Wanita. Jakarta : Al-
I’tishom Cahaya Umat.

Sahrani, Sohari, dan Tihami. 2010. Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap. Jakarta :
Rajawali Press.

Suprapto, Bibit. 1990. Liku-Liku Poligami. Yogyakarta : Al-Kautsar.

11

Anda mungkin juga menyukai