Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara laki-laki dan


perempuan yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan. Tujuan
perkawinan ini dapat dicapai apabila aturan-aturan yang berlaku dalam
perkawinan ditaati. Oleh sebab itulah, baik Hukum Islam maupun Hukum
Positif memuat aturan yang jelas dan sangat mungkin untuk dilaksanakan.
Salah satu bentuk perkawinan yang sering menjadi bahan perdebatan
sekarang ini adalah perkawinan poligami. Tidak sedikit orang yang salah
memahami tentang asal-usul poligami, mereka yang tidak mengerti akan
mengatakan bahwa Islamlah yang membawa poligami, padahal kebiasaan
poligami sudah ada jauh sebelum Muhammad SAW diangkat sebagai
Rasul dan al-Qur’an diturunkan..
Sesuai dengan Pasal 3 UndangUndang Perkawinan, Monogami
adalah suatu asas dimana seorang suami hanya bisa memiliki seorang istri
dan begitu seorang istri hanya bisa memiliki seorang suami tetapi dengan
suatu pengecualian yang ditujukan kepada mereka yang menurut agama
dan hukumnya mengizinkan seseorang boleh beristri lebih dari seorang.
Dalam pengecualian ini, undang-undang memberikan syarat atau
pembatasan-pembatasan yang cukup berat, yaitu berupa syarat tertentu
serta izin dari pengadilan. Poligami merupakan salah satu persoalan dalam
perkawinan yang paling banyak dibicarakan sekaligus kontroversial. Satu
sisi poligami ditolak dengan berbagai macam argumentasi baik yang
bersifat normatif, psikologis bahkan selalu dikaitkan dengan ketidakadilan
jender. Pada sisi lain, poligami dikampanyekan karena dianggap memiliki
sandaran normatif yang tegas dan dipandang sebagai salah satu alternatif
untuk menyelesaikan fenomena selingkuh dan prostitusi.

1
1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui penerapan Poligami di Indonesia


2. Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Hukum Islam II

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apa syarat-syarat seseorang melakukan poligami ?


2. Bagaimana penerapan Poligami di Indonesia ?

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN POLIGAMI

Gabungan dari dua kata: poli atau polus yang berarti banyak dan
gamein dan gamos yang berarti perkawinan. Dengan demikian poligami
berarti perkawinan yang banyak (Nasution, 1996: 84). Secara terminologis
poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau
mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan (KBBI,
2001: 885). Jika yang memiliki pasangan lebih dari satu itu seorang suami
maka perkawinannya disebut poligini, sedang jika yang memiliki
pasangan lebih dari satu itu seorang isteri maka perkawinannya disebut
poliandri. Namun dalam bahasa sehari-hari istilah poligami lebih populer
untuk menunjuk perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang
isteri. Lawan dari poligami adalah monogami, yakni sistem perkawinan
yang hanya membolehkan seorang suami memiliki seorang isteri dalam
satu waktu.

Dalam Islam, poligami didefinisikan sebagai perkawinan seorang


suami dengan isteri lebih dari seorang dengan batasan maksimal empat
orang isteri dalam waktu yang bersamaan. Batasan ini didasarkan pada
QS. al-Nisa’ (4): 3 yang berbunyi:

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

3
Dari ayat itu ada juga sebagian ulama yang memahami bahwa
batasan poligami itu boleh lebih dari empat orang isteri bahkan lebih dari
sembilan isteri. Namun batasan maksimal empat isterilah yang paling
banyak diikuti oleh para ulama dan dipraktikkan dalam sejarah dan Nabi
Muhammad Saw. melarang melakukan poligami lebih dari empat isteri (al
Syaukani, 1973, I: 420)
2.2 DALIL DISYARIATKANNYA POLIGAMI

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S. Annisa’ [4:3])

2.3 ALASAN POLIGAMI


Alasan – alasan kebolehan poligami1 terdapat dalam Pasal 4 UU
Perkawinan yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 4

(1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana
tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) undang-undang ini, maka ia wajib
mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.

(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin
kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

a. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;

b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat


disembuhkan;

1
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia (Jakarta:Prenadamedia Group , 2016), hlm. 96

4
c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Berkenaan Pasal 4 di atas setidaknya menunjukkan ada tiga


salasan yang dijadikan dasar mengajukan permohonan poligami.
Berdasarkan pasal di atas, UU Perkawinan membolehkan poligami
kendatipun dengan alasan-alasan tertentu. Jelaslah bahwa asas yang dianut
oleh UU Perkawainan sebenarnya bukan asas monogami mutlak
melainkan disebut monogami terbuka atau meminjam bahsa Yahya
Harahap, monogami yang tidak bersifat mutlak. Poligami ditempatkan
pada status hukum darurat, atau dalam keadaan yang luarbiasa. Di
samping itu, lembaga poligami tidak semata-mata kewanangan penuh
suami tetapi atas dasar izin dari hakim (pengadilan)

2.4 SYARAT POLIGAMI

Syarat poligami menurut Pasal 5 ayat (1) UU Perkawinan, yaitu:

a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan


hidup istri-istri dan anak-anak mereka.

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri


dan anak-anak mereka.

Untuk memebedakan persyaratan yang ada di Pasal 4 dan 5 adalah;


pada Pasal 4 disebut dengan persyaratan alternatif yang artinya salah satu
harus ada dan dapat mengajukan permohonan poligami. Adapun Pasal 5
adalah persyaratan kumulatif di mana seluruhnya harus dapat dipenuhi
suami yang akan melakukan poligami.

2.5 PROSEDUR POLIGAMI

5
Prosedur poligami menurut ketentuan PP No. 9 Tahun 1975 sebagai
berikut;

1. Mengajukan permohonan secara tertulis ke Pengadilan

2. Pengadilan kemudian memeriksa mengenai;

a. Ada atau tidaknya yang memungkinkan seorang suami kawin lagi.

b. Ada atau tidaknya persetujuan istri. Baik persetujuan lisan maupun


tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan,
persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan.

c. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan


hidup istri-istri dan anak-anak, dangan memperlihatkan:

- Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani


oleh bendahara tempat bekerja; atau

- Surat keterangan pajak penghasilan; atau

- Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan

d. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap
istri-istri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari
suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

3. Apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon


untuk beristeri lebih dari seorang, maka pengadilan memberi
putusannya yang berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang.

4. Pegawai pencatat dilarang untuk melakukan percatatan perkawinan


seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang sebelum adanya
izin pengadilan.

6
2.6 POLIGAMI DALAM KHI

Poligami telah diatur dalam KHI, yaitu:

1. Maksimal empat istri

2. Suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

Kedua syarat di atas terdapat dalam QS. An-Nisaa’ [4]: 3: “Dan jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dpaat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya”.

Dan QS. An-Nisaa’ [4]:129 : “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat
berlaku adil di antara istri-istrimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat
demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang
kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung/ dan jika
kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan),
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

3. Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat izin
dari Pengadilan Agama. Penfajuan permohonan izin tersebut dilakukan
menurut tata cara sebagaimana siatur dalam Bab VIII PP No. 9 Tahun
1975. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga, keempat
tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.

4. Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seornag suami yang


akan beristeri lebih dari seorang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.

7
b. Istri mendapat cacat badan dan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Itri tidak dapat melahirkan keturunan.

5. Untuk memperoleh izin Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-


syarat yang ditentukan pada Pasal 5 UU No. 1 Tahun 1974, yaitu:

a. adanya persetujuan istri

b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-


istrinya dan anak-anak mereka. Persetujuan istri atau istri-istri dapat
diberikan secara tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada
persetujuan tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan
istri pada sidang Pengadilan Agama.

6. Persetuaja tersebut tidak diperlukan bagi seorang suami apabila istri


atau istri-istrinya tidak mungkin diminta persetujuannya dan tidak dapat
menjadi pihak dalam perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari istri atau
istri-istrinya sekurang-kurangnya 2 tahun atau karena sebab lain yang
perlu mendapat penilainan Hakim.

7. Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan dan permohonan izin
untuk beristri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang
tersebut diatas. Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian
izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di
persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap penetapam ini istri atau
suami dapat mengajukan banding atau kasasi.

2.7 PUTUSAN Nomer 0765/Pdt.G/2014/PA.Jr PENGADILAN AGAMA

P U T U S A N Nomor 0765/Pdt.G/2014/PA.Jr DEMI KEADILAN


BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama
Jember yang memeriksa dan mengadili perkara ijin poligami dalam tingkat
pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara antara : ----- NIKMAT Bin P.

8
MUASIB, umur 47 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani, tempat tinggal di Dusun
Curahwungkal RT.01 RW. 05 Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember,
sebagai "Pemohon", Melawan ----- SUR HAINA Binti P. MUR umur 44 tahun,
agama Islam, pekerjaan Tani, tempat tinggal di Dusun Curahwungkal RT.01 RW.
05 Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember, sebagai "Termohon";
Pengadilan Agama tersebut; Setelah membaca dan mempelajari surat-surat
perkara; Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara dan para saksi;
TENTANG DUDUK PERKARA

Bahwa, Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 04 Februari 2014 yang


didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jember, Nomor: 0765/
Pdt.G/2014/PA.Jr, telah mengajukan permohonan untuk melakukan poligami
dengan uraian/alasan sebagai berikut :

1. Bahwa, pada tanggal 20 Juni 1992, Pemohon dengan Termohon telah


melangsungkan pernikahan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan
Agama Kecamatan Sempolan Kabupaten Jember, sebagaimana Kutipan Akta
Nikah Nomor: 204/109/VI/1992 tanggal 20 Juni 1992;

2. Bahwa, setelah menikah Pemohon dengan Termohon hidup rukun sebagaimana


layaknya suami isteri bertempat tinggal di rumah kediaman bersama namun belum
dikaruniai keturunan;

3. Bahwa, Pemohon hendak menikah lagi (polygami) dengan seorang perempuan


bernama NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA, umur 31 tahun, Islam,
pekerjaan tidak kerja, tinggal di Dusun Krajan Selatan RT. 01 RW. 04 Desa
Patemon Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, sebagai calon istri kedua, yang
akan dilangsungkan dan dicatatkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor
Urusan Agama Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, karena Termohon tidak
bisa memberikan keturunan;

4. Bahwa, oleh karenanya Pemohon sangat khawatir akan melakukan perbuatan


yang dilarang oleh norma agama apabila Pemohon tidak melakukan polygami;

9
5. Bahwa Pemohon mampu memenuhi kebutuhan hidup istri-istri Pemohon
beserta anak-anaknya, karena Pemohon bekerja sebagai Tani dengan penghasilan
setiap bulannya rata-rata Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah);

6. Bahwa, Pemohon sanggup berlaku adil terhadap istri-istri Pemohon juga


terhadap anak-anak dari istri-istri Pemohon;

7. Bahwa, Termohon telah menyatakan rela dan sangat tidak keberatan apabila
Pemohon menikah lagi dengan calon istrinya tersebut;

8. Bahwa, calon isteri kedua Pemohon menyatakan tidak akan mengganggu gugat
harta benda yang ada selama ini, melainkan tetap utuh dan berkembang, sebagai
harta bersama antara Pemohon dengan Termohon;

9. Bahwa, orangtua dan para keluarga Termohon dan calon istri Pemohon
menyatakan rela dan tidak keberatan apabila Pemohon menikah lagi dengan calon
isterinya;

10. Bahwa, antara Pemohon dan calon istri kedua Pemohon tidak ada larangan
untuk melakukan perkawinan baik menurut syari’at Islam maupun
perundangundangan yang berlaku, yakni : Calon istri kedua Pemohon dengan
Termohon bukan saudara tidak ada hubungan kekeluargaan, sesusuan, begitupun
antara Pemohon dengan calon istri kedua Pemohon; ⇒ Calon istri kedua Pemohon
berstatus janda cerai dan tidak terikat dengan laki-laki lain; ⇒ Wali nikah calon
istri kedua Pemohon (MUHAMMAD SAFARI) bersedia menikahkan Pemohon
dengan calon istri kedua Pemohon; ⇒ Bahwa selama menikah Pemohon dengan
Termohon mempunyai harta bersama berupa sebuah rumah dan sebuah mobil
sedan merk BMW tahun 1994 warna hijau Nopol N 805 GN;

Bahwa, berdasarkan alasan/dalil-dalil di atas, Pemohon memohon agar Ketua


Pengadilan Agama Jember segera memeriksa dan mengadili perkara ini yang
selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

10
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Menetapkan, memberi ijin kepada Pemohon untuk menikah lagi (polygami)


dengan calon istri kedua Pemohon yang bernama NURUL AKHIRIYAH
ROMADHONA;

3.Menetapkan bahwa harta bersama berupa:

• Sebuah rumah luas 617 M2 kelas 086 atas nama SUR HAENA yang terletak di
Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember dengan batas-batas : Utara : Jalan
umum; Timur : Rumah P. Yus; Selatan : Rumah P. Sumukri; Barat : Sungai;

• Sebuah mobil sedan merk BMW tahun 1994 warna hijau Nopol N 805 GN;
Adalah harta bersama milik Pemohon dan Termohon;

Bahwa, pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan, Pemohon dan Termohon
telah hadir sendiri, dan oleh Ketua Majelis telah diusahakan perdamaian namun
tidak berhasil, begitupun upaya hakim mediator Drs. H. ACH. ZAYYADI, SH
yang berusaha agar Pemohon dan Termohon serta calon istri kedua Pemohon
untuk berpikir ulang tentang niat untuk poligami, namun usaha tersebut tetap
tidak berhasil, lalu pemeriksaan dilanjutkan dengan membacakan surat
permohonan tersebut yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon;

Bahwa, atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah memberikan


jawaban yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Benar,Termohon tidak mampu lagi melahirkan keturunan;

- Benar,Termohon menyetujui Pemohon menikah lagi dengan perempuan yang


bernama NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA;

- Termohon telah bermusyawarah dengan Pemohon sebelum pengajuan ijin ini


yang pada intinya tidak keberatan dan menyetujui permohonan Pemohon;

11
Bahwa, Pemohon atas perintah Majelis Hakim juga siap menghadirkan calon istri
keduanya, dan atas pertanyaan Majelis, calon istri kedua Pemohon mengaku
bernama: NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA, umur 31 tahun, Islam,
pekerjaan tidak kerja, tinggal di Dusun Krajan Selatan RT. 01 RW. 04 Desa
Patemon Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember dengan status janda cerai, dan
bersedia menjadi istri kedua Pemohon;

Bahwa, untuk meneguhkan dalil permohonannya, Pemohon telah mengajukan


bukti surat berupa :

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama NIKMAT, yang dikeluarkan oleh
Kantor Dispenduk dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jember (P.1);

2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama SUR HAINA, yang dikeluarkan
oleh Kantor Dispenduk dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jember (P.2);

3. Fotokopi Kutipan Akta Nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Sempolan Kabupaten Jember tanggal 20 Juni 1992 Nomor
204/109/VI/1992 (P.3);

4. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama NURUL AKHIRIYAH


ROMADHONA, yang dikeluarkan oleh Kantor Dispenduk dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Jember (P.4)

5. Fotokopi Akta Cerai atas nama NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA, yang


dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Jember Nomor : 1582/AC/2008/PA.Jr
tertanggal 30 Desember 2002 (P.5);

6. Asli Surat Pernyataan tidak keberatan untuk dimadu tertanggal 16 Juli 2012
(P.6);

7. Asli Surat Pernyataan berlaku adil dari Pemohon tertanggal 16 Juli 2012 (P.7);

8. Asli Surat Keterangan Kekayaan Pemohon tertanggal 16 Juli 2012 (P.8);

12
9. Asli Surat Pernyataan Penghasilan Pemohon tertanggal 16 Juli 2012 (P.9);

10.Asli Surat Pernyataan Tentang Harta Bersama tertanggal 16 Juli 2012 (P.10);

Semua alat bukti yang berupa fotokopi telah dicocokkan dengan asli, dan semua
alat bukti di atas telah bermeterai cukup;

Bahwa, Pemohon juga mengajukan saksi-saksi, yaitu:

1. MOH. BAKRI, 57 Tahun, Islam, P3N, bertempat tinggal di Desa Pace


Kecamatan Silo Kabupaten Jember, saksi tersebut memberikan keterangan di
bawah sumpahnya yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa, saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena ia adalah tetangga
dan juga perangkat desa Pemohon;

- Bahwa, saksi mengetahui Pemohon dan Termohon adalah pasangan suami istri
yang telah lama hidup bersama namun belum dikaruniai anak hingga saat ini;

- Bahwa, saksi Pemohon berniat akan menikah lagi dengan seorang perempuan
bernama NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA;

- Bahwa, calon istri kedua Pemohon berstatus janda cerai;

- Bahwa, Termohon tidak keberatan Pemohon nikah untuk yang kedua kalinya
dengan NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA;

- Bahwa, saksi tahu alasan Pemohon nikah lagi karena khawatir akan melakukan
perbuatan yang dilarang oleh norma agama maupun undang-undang dan ingin
memperoleh keturunan, sementara istrinya tidak mampu memberikan keturunan;

- Bahwa, antara Pemohon dan calon istri keduanya tidak ada larangan perkawinan
baik menurut syara’ maupun aturan hukum;

13
- Bahwa, Pemohon bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang cukup untuk
menghidupi keluarga dan anak-anaknya kelak;

- Bahwa, selama perkawinan Pemohon dengan Termohon telah memiliki harta


bersama berupa sebuah rumah seluas 617 M2 dan sebuah mobil sedan merk
BMW tahun 1994 warna hijau Nopol N 805 GN; 2. HAPIPI, 48 Tahun, Islam,
P3N, bertempat tinggal di Desa Sempolan, Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Saksi tersebut memberikan keterangan di bawah sumpahnya yang pada pokoknya
sebagai berikut:

- Bahwa, saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena ia adalah teman
Pemohon;

- Bahwa, saksi mengetahui Pemohon dan Termohon adalah pasangan suami istri
yang telah lama hidup bersama namun belum dikaruniai anak hingga saat ini;

- Bahwa, saksi Pemohon berniat akan menikah lagi dengan seorang perempuan
bernama NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA;

- Bahwa, calon istri kedua Pemohon berstatus janda cerai;

- Bahwa, Termohon tidak keberatan Pemohon nikah untuk yang kedua kalinya
dengan NURUL AKHIRIYAH ROMADHONA;

- Bahwa, saksi tahu alasan Pemohon nikah lagi karena khawatir akan melakukan
perbuatan yang dilarang oleh norma agama maupun undang-undang dan ingin
memperoleh keturunan, sementara istrinya tidak mampu memberikan keturunan;

- Bahwa, antara Pemohon dan calon istri keduanya tidak ada larangan perkawinan
baik menurut syara’ maupun aturan hukum;

- Bahwa, Pemohon bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang cukup untuk
menghidupi keluarga dan anak-anaknya kelak;

14
- Bahwa, selama perkawinan Pemohon dengan Termohon telah memiliki harta
bersama berupa sebuah rumah seluas 617 M2 dan sebuah mobil sedan merk
BMW tahun 1994 warna hijau Nopol N 805 GN;

Bahwa, semua bukti-bukti tersebut telah dibenarkan oleh Pemohon dan


Termohon; Bahwa, selanjutnya Pemohon dan Termohon berkesimpulan
akan terus melanjutkan permohonan ijin poligami tersebut dan mohon putusan;

Bahwa, selanjutnya untuk mempersingkat uraian putusan ini ditunjuk kepada hal-
hal sebagaimana tercantum dalam berita acara persidangan perkara ini;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah seperti


diuraikan tersebut di atas; Menimbang bahwa bukti P.1 dan P.5 yang diajukan
Pemohon ternyata telah membuktikan kedua belah pihak berdomisili di wilayah
Kabupaten Jember, dengan demikian berdasarkan Pasal 73 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama melalui perubahan
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Jember berwenang
untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 130 HIR jo Peraturan


Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, kedua belah pihak telah menempuh upaya mediasi di hadapan
mediator, Drs. H. ACH. ZAYYADI, SH serta Majelis Hakim telah berupaya pula
mendamaikan kedua belah pihak, sesuai ketentuan Pasal 82 ayat (1)
UndangUndang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, namun upaya
tersebut dinyatakan tidak berhasil (gagal );

Menimbang, bahwa bukti P.3 yang diajukan Pemohon, ternyata membuktikan


kedua belah pihak adalah suami istri sah, dan bukti tersebut telah dapat dijadikan
dasar oleh Pemohon untuk mengajukan ijin poligami, sesuai Pasal 55 dan Pasal 56
Kompilasi Hukum Islam;

15
Menimbang, bahwa atas permohonan pemohon tersebut di atas, Termohon telah
memberikan jawaban yang pada pokoknya terurai sebagaimana di atas;

Menimbang, bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon dan Termohon


telah dibenarkan oleh kedua belah pihak;

Menimbang, bahwa saksi tersebut telah memberikan keterangan sebagaimana


tersebut di atas dan dibenarkan oleh kedua belah pihak;

Menimbang, bahwa dalil-dalil permohonan poligami Pemohon sebagaimana


tersebut di atas telah diakui seluruhnya oleh Termohon bahwa memang benar
Termohon tidak mampu lagi melahirkan keturunan dan Termohon menyetujui
Pemohon menikah lagi dengan perempuan yang bernama NURUL AKHIRIYAH
ROMADHONA;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.5, telah nyata bahwa status NURUL
AKHIRIYAH ROMADHONA; adalah janda cerai, sehingga tidak ada halangan
untuk melakukan pernikahan dengan Pemohon;

Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Termohon yang menyatakan bahwa


Termohon tidak mampu memberikan keturunan kepada Pemohon selama
pernikahan hingga saat ini, sedangkan pengakuan di depan Hakim merupakan
bukti lengkap sebagaimana ketentuan Pasal 174 HIR jo. Pasal 1925 KUHPerdata,
maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Permohonan ijin poligami Pemohon
telah terbukti dan memenuhi maksud Pasal 4 ayat 2 point (a) Undang Undang
No.1 tahun 1974 jo. Pasal 41 huruf (a) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975, jo.
Pasal 57 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam yang merupakan salah satu alasan
diperbolehkannya seorang suami beristri lebih dari seorang;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon telah menyatakan persetujuannya


secara lisan maupun secara tertulis (bukti P.6) atas rencana pernikahan Pemohon
dengan calon istri kedua, maka majelis hakim berkesimpulan bahwa permohonan
ijin poligami pemohon telah memenuhi syarat sebagaimana Pasal 5 ayat 1 huruf

16
(a) Undang Undang No. 1 tahun tahun 1974 jo. Pasal 41 huruf (b) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 tahun 1975;

Menimbang bahwa berdasarkan pengakuan dan surat keterangan penghasilan


Pemohon (P.9) Pemohon menyatakan tetap akan menafkahi Termohon, di
samping itu calon isteri Pemohon pun bersedia menjadi istri kedua Pemohon.
Hal yang demikian menggambarkan bahwa Pemohon berpenghasilan relatif besar
dan Pemohon dapat mengatur keuangan sedemikian rupa sehingga dapat
menafkahi isteri-isteri dan anaknya dengan demikian Pemohon terkategori
mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka sebagaimana
ketentuan Pasal 5 ayat 1 huruf (b) Undang Undang No. 1 tahun tahun 1974 jo.
Pasal 41 Huruf (c) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 58 ayat 1
Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang, bahwa Pemohon dalam pernyataannya telah menyampaikan bahwa


Pemohon sanggup berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka, (bukti
P.7) maka berdasarkan pernyataan tersebut Majelis Hakim berkesimpulan bahwa
Pemohon telah memenuhi syarat sebagaimana ketentuan Pasal 5 ayat 1 huruf (c)
Undang Undang No. 1 tahun tahun 1974 jo. Pasal 41 Huruf (d) Peraturan
Pemerintah No.9 tahun 1975 tersebut;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan izin poligami pemohon telah cukup
beralasan dan pemohon terbukti telah memenuhi syarat-syarat untuk mengajukan
permohonan poligami sedangkan calon istri kedua Pemohon tidak ada halangan
untuk menikah dengan Pemohon sebagai isteri keduanya sehingga mengabulkan
Permohonan Poligami Pemohon adalah hal yang sangat bermanfaat karena kan
terhindarnya hal-hal yang yang negatif sejalan dengan kaidah fiqhiyah : �‫ﺢﻠﺍﺼﻣﻠﺍ‬
‫ �ﺐﻠﺟ��ﻰﻟﻋ��ﻢﺩﻗﻤ��ﺩﺳﺎﻔﻤﻠﺍ���ﺃﺮﺩ‬Artinya : “Mencegah hal-hal yang
negatif lebih didahulukan daripada mengejar halhal yang positif”;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas dan setelah Majelis Hakim
mengupayakan damai (agar Pemohon berfikir kembali tentang niatnya untuk
berpoligami), namun Pemohon tetap bersikeras dengan permohonannya, maka

17
majelis hakim berkesimpulan bahwa permohonan ijin poligami Pemohon patut
untuk dikabulkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pernyataan Pemohon dan Termohon bahwa


selama perkawinan mereka telah diperoleh harta bersama sebagaimana tersebut

Menimbang, bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 49 (2) UU Nomor 7 tahun 1989


permohonan izin poligami ( beristri lebih dari seorang ) adalah termasuk dalam
bidang perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 (1) UU No.7 tahun 1989 biaya
perkara ini dibebankan kepada Pemohon ;Mengingat, Pasal 49 UU No. 7 tahun
1989 serta segala ketentuan perundangundangan yang berlaku, dan dalil syar'i
yang bersangkutan dengan perkara ini;

MENGADILI

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Mengizinkan Pemohon (NIKMAT Bin P. MUASIB) untuk menikah lagi


dengan calon istri kedua Pemohon yang bernama NURUL AKHIRIYAH
ROMADHONA;

3. Menyatakan sebagai hukum bahwa harta berupa :

• Sebuah rumah seluas 617 M2 kelas 086 atas nama SUR HAENA yang terletak
di Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember dengan batas-batas : Utara :
Jalan umum; Timur : Rumah P. Yus; Selatan : Rumah P. Sumukri; Barat :
Sungai;;

• Sebuah mobil sedan merk BMW tahun 1994 warna hijau Nopol N 805 GN;
Adalah harta bersama milik Pemohon dan Termohon;

4. Membebankan biaya perkara ini kepada Pemohon yang hingga kini dihitung
sebesar Rp. 451.000,- (empat ratus lima puluh satu ribu rupiah) ;

18
2.8 ANALISIS PUTUSAN NOMOR 0765/Pdt.G/2014/PA.Jr

Hakim didalam putusannya mempertimbangkan sesuai dengan syarat-


syarat poligami sebagaimana yang dikemukan dalam ketentuan Pasal 4 Undang-
Undang Perkawinan. Pertimbangan Hakim yang mengutamakan tentang lamanya
pernikahan yang tidak di karuniai anak sehingga hakim mengabulkan permohonan
poligami. Istri pertama menyetujui hal tersebut dan semua alasan-alasan untuk
berpoligami sesuai dengan undang-undang yang mengatur.

Namu pertimbangan hakim tidak melihat perasaan istri pertama dalam


perkara ini meskipun istri pertama sudah mengizinkannya secara tertulis maupun
lisan di muka pengadilan istri pertama seharusnya di perhatikan juga. Karena ini
bukan semata-mata syarat-syarat sudah terpenuhi tetapi apakah dikabulkannya
poligami ini sudah sesuai dengan rasa keadilan atau malah menjadikan seseorang
tidak merasa adil.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Syarat poligami menurut Pasal 5 ayat (1) UU Perkawinan, yaitu:
a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri.
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup
istri-istri dan anak-anak mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan
anak-anak mereka.
Untuk memebedakan persyaratan yang ada di Pasal 4 dan 5 adalah; pada
Pasal 4 disebut dengan persyaratan alternatif yang artinya salah satu harus ada dan
dapat mengajukan permohonan poligami. Adapun Pasal 5 adalah persyaratan
kumulatif di mana seluruhnya harus dapat dipenuhi suami yang akan melakukan
poligami.
Penerapan poligami di Indonesia penuh dengan kontroversi namun pada
dasarnya poligami di Indonesia dibolehkan oleh negara karena sudah di atur
dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di dalamnya ada beberapa pasal
yang sifatnya tidak mutlak artinya seseorang dapat melaksanakan poligami
dengan cara meminta permohonan kepada pengadilan agama. Sehingga pemohon
atau seseorang yang ingin berpoligami sudah mempunyai kepastian hukum yang
kuat. Serta hakim sendiri lah yang memberikan permohonan sesuai atau
terpenuhinya semua syarat-syarat melakukan poligami.
3.2 SARAN

Saran-saran dari penulis terkait dengan kesimpulan diatas antara lain :

20
Diharapkan dalam pelaksanaan izin poligami di Pengadilan Agama alasan-
alasan yang diajukan para Pemohon sesuai dengan ketentuan undang-undang yang
berlaku yaitu Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan. Diharapkan dalam
memberikan pertimbangan hukum dalam putusan perkara perdata Nomor :
0765/Pdt.G/2014/PA.Jr Hakim juga mempertimbangkan perasaan istri pertama
Pemohon tentu saja juga dengan melihat kondisi calon istri kedua pemohon. Juga
sesuai dengan ketentuan undang-undang yang digunakan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mardani. 2016. Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenadamedia


Group

https://www.kajianpustaka.com/2018/01/sejarah-dasar-hukum-dan-syarat-
poligami.html

22

Anda mungkin juga menyukai