Anda di halaman 1dari 11

MONOGAMI, POLIGAMI

DAN PERCERAIAN

Di susun oleh : Hanaa Nabila


Dosen pengampuh : Muchtadlirin, S. Ag
Mata Kuliah : Filsafat dan Ilmu Pengatuhuan
TOPIK 1 LATAR BELAKANG
2 MONOGAMI
BAHASAN
3 POLIGAMI
4 PERCERAIAN
5
LATAR BELAKANG
Pernikahan merupakan hal yang sakral oleh setiap individu. Pernikahan
merupakan jalan untuk mengahalalkan hubungan suami isteri dengan
sebuah ijab dan kabul maka resmilah dua insan untuk bersatu dibawah
naungan rumah tangga. Poligami dalam pernikahan adalah dimana sang
suami memiliki istri lebih dari satu. Sedangkan bagi suami yang memilki
hanya seorang istri satu saja dinamai dengan monogami. Kata poligami
sangat banyak banyak di bicaran dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Karena banyak yang kurang paham bagaiman poligami itu sendiri, kenapa
dibolehkan adan kenapa dilarang perlu dimasyarakatkan lagi supaya tidak
menjadi suatu momok yang menakutkan dalam pernikahan. Oleh karena
itu penulis merasa perlu untuk mengakat tulisan ini, dengan melihat atau
memandang baik dari segi undang-undang maupun dari segi hukum islam
sendiri.
A. MONOGAMI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia monogomi terdiri
dari dua kata yaitu “mono” artinya satu dan “gami” artinta istri.
Monogami adalah suatu paham mengenai suatu keadaan di
mana laki-laki menikah hanya boleh dengan satu istri. Pada
dasarnya setiap insan manusia menikah hanya untuk
berpasangan dengan satu orang saja, yakni satu laki-laki dan satu
perempuan.
Monogami dalam perundang-undangan Asnawi menjelaskan
dalam buku karangan Masjfuk Zuhdi, berdasarkan UU No. 1 / 1974
tentang perkawinan, maka hukum perkawinan di Indonesia
menganut asas monogomi, baik untuk pria dan wanita.
B. POLIGAMI
Kata poligami berasal dari bahasa Yunani secara etimologis,
poligami merupakan dari kata apolus yang berarti banyak, dan
gamos yang berarti istri atau pasangan.

Adapun secara terminologis, poligami dapat dipahami sebagai


suatu keadaan dimana seorang suami memiliki istri lebih dari
satu orang Allah SWT membolehkan berpoligami sampai 4
(empat) orang istri dengan syarat berlaku adil kepada mereka,
yaitu adil dalam melayani istri, giliran dan segala hal yang bersifat
lahiriyah, jika tidak bisa berlaku adil maka cukup satu istri saja
(monogami)
Penjelasan mengenai poligami tercantum dalam Surah An-Nisa ayat 3 :

‫َو ِاْن ِخ ْف ُت ْم َااَّل ُتْق ِس ُط ْو ا ِف ى اْلَي ٰت ٰم ى َف اْنِك ُحْو ا َم ا َط اَب َلُكْم ِّم َن الِّن َس ۤاِء َم ْث ٰن ى َو ُثٰل َث َوُر ٰبَع‬
ْ‫ۗۚف اَنِ ْخ فِ تْ مُ ْا َّلَ ات عَ دْ لِوُ ْاف وَ َحا دِ ةَ ًا وَ ْم َام لَكَتَ ْا يَ مْ َناكُمُ ْۗذ لٰكِ َا دَ ٰنْٓىا َّلَ ات عَ وُ لْوُ ا‬

Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya),
maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga
atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu
berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya
perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat
agar kamu tidak berbuat zalim.
Poligami dalam perundang-undangaPada pasal 4 ayat 1 UU, dan
pasal 40 PP. menyatakan bahwa seorang suami yang hendak
beristri lebih dari seorang harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada pengadilan di tempat tinggalnya. Pada pasal 4 ayat
2 pengadilan kemudian memeriksa apakah suami tersebut ada
kemungkinan untuk berpoligami ialah mengenai hal-hal sebagai
berikut:

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.


2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Pada pasal 5 UU. Menyatakan pengadilan memeriksa hl-hal dibawah
ini:
1. Persetujuan istri baik secara lisan maupun tertulis. Bila persetujuan
itu secara lisan harus diucapkan didepan sidang pengadilan.
Kemampuan suami membiayai keperluan hidup isteri-isterinya dan
anak-anaknya.
2. Kemampuan ini dibuktikan dengan surat keterangan mengenai
penghasilan yang ditandatanggani oleh bendaharawan tempat ia
bekerja atau surat keterangan penghasilan atau surat keterangan
lain yang dapat diterima oleh pengadilan.
3. Jaminan berlaku adil terhadap istri-isterinya dan anak-anaknya
dengan pernyataan atau berjanji dari suamiyang dibuat dalam
bentuk yang ditetapkanuntuk itu (pasal 41 huruf d, dan pasal 48 PP).
C. PERCERAIAN

Talak diambil dari kata ithlaq yang artinya melepaskan


atau irsal (memutuskan) atau tarkun (meninggalkan),
Firaqun (perpisahan).mentalak atau menceraikan istri
adalah melepaskan istri dari ikatan perkawinan yang
mempunyai masa tunggu tertentu apabila dalam masa
tunggu itu si suami tidak merujuknya sehingga habis masa
iddahnya maka tidak halal lagi hubungan suami istri kecuali
dengan akad nikah baru.
talak terbagi dalam lima kategori :
1. Talak wajib, Yakni talak yang dijatuhkan oleh Hakam (penengah) karena
perpecahan antara suami istri yang sudah hebat, maka hakam berpendapat
bahwa hanya talak yang merupakan jalan satu-satunya jalan untuk
menghentikan adanya perpecahan itu.
2. Talak haram, yakni apabila talak merugikan suami istri, dan apabila perbuatan
talak itu tidak ada kemaslahatan yang hendak dicapai.
3. Talak sunnah, yakni apabila talak dilakukan karena salah satu pihak
melalaikan atau mengabaikan kewajiban untuk melakukan ibadah kepada Allah
SWT, seperti shalat, puasa dan lain sebagainnya padahal suami tidak mampu
memaksanya agar istrinya menjalankan kewajiban tersebut atau istri tidak
punya rasa malu.
4. Talak mubah, karena adanya suatu sebab istri tidak dapat menjaga diri dan
harta suaminya dikala tidak ada suaminya atau karena istri tidak baik akhlak
dan budi pekertinya.
5. Talak makruh, Yakni talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istri yang
salehah atau yang berbudi pengerti yang mulia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai