KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Poligami
terdiri dari dua kata, yaitu polus dan games. Polus berarti banyak, sedangkan
lebih dari seorang dalam satu waktu. Pengertian di atas senada dengan definisi
poligami adalah seorang laki-laki yang beristeri lebih dari satu. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, poligami berarti sistem perkawinan yang salah satu
perkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih, namun cenderung
diartikan perkawinan satu orang suami dengan dua istri atau lebih.1
beberapa orang istri (poligini) sebagai pasangan hidupnya dalam waktu yang
antara seorang laki-laki dengan lebih dari satu orang perempuan. Lawannya
1
Azni, Poligami Dalam Hokum Keluarga Islam Di Indonesia, ([t.c]; Pekanbaru: Suska Pres,
2015), H. 39-40.
adalah poliandri yaitu perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa
orang laki-laki.2
perempuan.
dipakai, bahkan bisa dikatakan jika istilah ini tidak dipakai lagi alangan
poligami. Serta kata ini digunakan sebagai lawan kata dari poliandri.3
2
Anwar Sad Dkk, Kesetaraan Gender Dalam Hukum Islam: Kajian Komparasi Antara Khi
Dan Counter Legal Draft Khi (Cld-Khi) Tentang Poligami Dan Kawin Kontrak, ([t.c]; Yogyakarta:
Lkis, 2020), h. 72
3
Lintang kurnia zelyn, Analisis Pengabulan Izin Poligami Dengan Alasan Telah Menghamili
Calon Istri Kedua (Analisis Putusan Pengadilan Agama Ambarawa Nomor 0687/Pdt.G/2017/Pa.Amb),
Skripsi, (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2018), h. 30-31.
2. Dasar Hukum Poligami
ulama sepakat bahwa poligami hingga batas maksimal 4 isteri adalah perkara
Terjemahanya:
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah
perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau
hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat
agar kamu tidak berbuat zalim.4
namun bukan bearti otomatis menjadi suatu hal yang dianjurkan. Para ulama
antara mubah atau khilaf aula. Mubah bermakna suatu yang boleh saja untuk
dilakukan, sedangkan khilaf aula bermakna suatu yang boleh, namun lebih
perbuatan yang memiliki resiko untuk seorang suami jatuh pada perbuatan
yang diharamkan, yaitu tidak bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya. Namun
jika memang suami dapat berlaku adail, maka boleh saja melakukan poligami.
4
Depertemen Agama Republic Indonesia, Mushaf Al-Qu’ran Dan Terjemah, ([t.c]; Jakarta:
Kelompok Gema Insani, 2005), h.78
Dan atas dasar adanya resiko ini poligami tidak dianjurkan untuk dilakukan.
Lebih khusus lagi, hal itu terjadi dalam kondisi normal, dimana seorang laki-
wanita.5 Selain itu poligami juga diatur dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam)
persoalan poligami ini tertuang dalam BAB IX tentang beristri lebih dari satu
Pasal 55
1. Beristri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas
hanya sampai empat orang saja.
2. Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku
adil terhadap ister-istri dan anak-anaknya.
3. Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin
dipenuhi, suami dilarang beristri dari seorang.
Pasal 56
1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin
dari Pengadilan Agama.
2. Pengajuan permohonan Izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan
menurut tata cara sebagaimana diatur dalam Bab. VIII Peraturan
Pemeritah No. 9 Tahun 1975.
3. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat
tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.
Pasal 57
Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri
lebih dari seorang apabila:
1. istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri;
2. b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan;6
3. c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Pasal 58
1. Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk
memperoleh izin pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat
5
Isnan ansory, silsilah tafsir ayat ahkam QS. An-nisa: 03 poligami, (cet. I; [t.t]; [t.p]), 2020),
h13-14.
6
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Cet. VII; Bandung: Cv Nuansa Aulia,
2020), h. 16-17
yang ditentukan pada pasal 5 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yaitu
:
a. adanya pesetujuan istri;
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup
istri-istri dan anakanak mereka.
2. Dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 41 huruf b Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975, persetujuan istri atau istri-istri dapat
diberikan secara tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada
persetujuan tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan
lisan istri pada sidang Pengadilan Agama.
3. Persetujuan dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila istri atau istri-istrinya tidak mungkin dimintai
persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian atau
apabila tidak ada kabar dari istri atau istri-istrinya sekurang-kurangnya
2 tahun atau karena sebab lain yang perlu mendapat penilaian Hakim.
Pasal 59
3. Syarat Poligami
bagaikan pintu darurat di pesawat. Tidak boleh dibuka kecuali atas izin
pilot dalam situasi yang sangat gawat. Siapa yang hendak berpoligami
harus berpikir sekian kali, yakni apakah dia telah memenuhi syarat,
7
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam,h. 17-18.
a. Jumlah istri yang boleh dipoligami paling banyak empat orang
tidak melebihi empat orang dalam waktu yang bersamaan. Hal ini
yang besifat memberatkan dan tidak gampang untuk dipenuhi oleh pelaku
No. 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas undang-undang No. 1 Tahun 1974
2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan
8
Lintang kurnia zelyn, Analisis Pengabulan Izin Poligami Dengan Alasan Telah Menghamili
Calon Istri Kedua (Analisis Putusan Pengadilan Agama Ambarawa Nomor 0687/Pdt.G/2017/Pa.Amb),
h. 38-39.
Menurut undang-undang perkawinan No. 16 Tahun 2019 tentang
Oleh karena itu memahami poligami tidak serta merta mengatakan boleh
atau sunnah, karena selain berbicara dengan alasan wahyu poligami juga erat
boleh tidaknya bukanlah persoalan, tapi yang menjadi pertimbangan adalah alasan
9
Orin Oktasari, Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Curup Terhadap Izin Poligami
Suami Yang Tidak Memenuhi Syarat Poligami Dalam Hukum Positif Di Indonesia, Jurnal, Vol, 1, No.
1, April 2016, h. 42.
10
Abdul mutakabbir, Reinterpretasi Poligami Menyikap Makna Syarat Hingga Hikmah
Poligami Dalam Al-Quran, (Cet.I; Yogyakart: Cv Budi Utama, 2019), h.10
11
M. Quraish Shihab, Perempuan Dari Cinta Sampai Seks Dari Nikah Mut;Ah Sampai Nikah
Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Cet.II; Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 163
Seorang suami yang bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang,
beristeri lebih dari satu orang dilakukan menurut tata cara sebagaimana di atur
dalam bab VIII peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975. Perkawinan yang
dilakukan dengan isteri kedua, ketiga dan keempat tanpa izin dari pengadilan
beserta lampiranya.
alasan yang diatur dalam pasal 55 ayat (2) dan pasal 57, pengadilan agama
dapat menetapkan pemberian izin setelah memeriksa dan mendegar istri yang
isteri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi (pasal 59 KHI)12.
12
Aisyah, Konsep Hukum Prosedur Mengajukan Izin Poligami Pada Pengadilan Agama
Berdasarkan Hukum Positif Di Indonesia, Jurnal Ilmiah Advokasi, Vol, 07, No, 01 Maret 2019, h.48-
49.
Selain itu seorag suami yang bermaksud menikah lebih dari seorang maka
sebagai isteri, isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak
4. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adail kepada
seseorang suami yang beristeri lebih dari satu sebelum adanya izin dari pengadilan
berupa putusan yang menyatakan suami memiliki izin untuk beristeri lebih dari
seorang. Maka apabilah ada suami yang melakukan poligami tanpa adanya
persetujuan dari pengadilan maka bisa dikata bahwa pernikahnya tersebut tidak
13
Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975, Pasal 41
Tampak pada pasal 57 KHI di atas, Pengadilan Agama hanya memberikan
izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila terdapat alasan-alasan
dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila
keizinan. Sehingga bagi istri yang tidak mau memberikan persetujuan kepada suami
untuk berpoligami, persetujuan itu dapat diambil alih oleh Pengadilan Agama. Lebih
Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, dan permohonan izin
untuk beristri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang
diatu dalam pasal 55 ayat (2) dan 57, Pengadilan Agama dapat menetapkan
tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang
bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap penetapan ini
istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.
Masalah istri memberikan persetujuan dapat saja terjadi kendatipun ada alasan
yang digunakan suami seperti salah satu alasan yang terdapat pada pasal 57. Namun
tidak jelasnya ukuran alasan tersebut, contohnya, tuduhan suami bahwa istrinya tidak
dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, istri dapat menyangkal bahwa ia
telah melaksanakan tugas dengan baik. Akibat tidak ada ukuran, perdebatan bisa
terjadi dan istri tetap tidak mau memberikan persetujuannya. Dalam kasus ini,
terlepas dari kritik yang muncul berkenaan dengan beberapa persoalan poligami, dari
Indonesia tentang Poligami sebenarnya telah berusaha mengatur agar laki-laki yang
adil terhadap istri-istrinya sehingga istri-istri dan anak-anak dari suami poligami tidak
menghargai istri sebagai pasangan hidup suami. Terbukti, bagi suami yang akan
istrinya.14
14
Azni, Poligami Dalam Hukum Keluarga Islam di Indonesia dan Malaysia, ([t.c]; pekanbaru:
Suska Press, 2015), h.83