Anda di halaman 1dari 20

Pro Kontra mengenai Poligami

A. Pendahuluan
Secara bahasa atau etimologis, kata poligami berasal dari bhasa Yunani yang
merupakan derivasi dari kata apolus yang berarti banyak, dan gamos yang berarti istri
atau pasangan. Jadi poligami bisa dikatakan sebagai mempunyai istri lebih dari satu
orang secara bersamaan. Adapun secara terminologis, poligami dapat dipahami
sebagai suatu keadaan dimana seorang suami memiliki istri dari satu orang.1
Sedangkan poligami yang berasal dari bahasa Inggris adalah “poligamy” dan
disebut ‫ تَ َع ُّد ُد ال َّز ْو َجات‬dalam hokum islam, yang berarti beristri lebih dari satu orang
perempuan. Dalam pengertian umum yang berlaku dalam masyarakat sekarang ini
mengartikan poligami yaitu seorang laki-laki menikah dengan wanita yang lebih dari
satu. Sedangkan menurut tinjauan Antropolgi sosial (Sosio Antropologi) poligami
memang mempunyai pengertian sseorang laki-laki kawin dengan banyak wanita atau
sebaliknya. Poligami dibagi atas 2 macam, yaitu: a. polyandry yaitu pernikahan
antara seorang perempuan dengan beberapa orang laki-laki. b. Poligini yaitu
perkawinan antara laki-laki dengan beberapa orang perempuan.2
Poligami dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah system perkawinan
yang membolehkan seseorang mempunyai istri atau suami kedua, ketiga dan ke
empat.3. Sebagai system perkawinan sendiri poligami lebih dikenal dengan istilah
“poligin” perilaku ini telah ada berabad-abad. Kisah-kisah kehidupan Nabi dalam
kitab suci Taurat pun telah menggambarkan perilaku poligami sebagai kebiasaan
yang diterima masyarakat pada saat itu. Menurut Hasan Halthout, Nabi Sulaiman a.s.,
mempunyai 700 orang istri yang merdeka dan 300 istri berasal dari budak.4

1
A. Rodli Makmun dan Evi Muafiah (eds), Poligami dalam penafsirang Muhammad Syahrur
(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 15.
2
Mahyuddin, Masailul Fiqhiyah (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), 59-40.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Eds. Empat,
(Jakarta: PT. Gramedia, 2008), 1089.
4
Hasan Hathout, Revolusi Seksual Perempuan, (Bandung: Mizan, 1995), 51.

1
Pro Kontra Mengenai Poligami 2

Berbicara mengenai poligami, ini berarti membicarakan sejarah kehidupan


manusia. Hal ini dikarenakan poligami telah tumbuh dan berkembang dan sama
tuanya dengan sejarah kehidupan manusia yaitu sebelum islam datang. Orang-orang
yahudi memperbolehkan penganutnya berpoligami, demikian juga bangsa Ibrani,
Cicilia dan bangsa Arab yang telah terbiasa dengan poligami. Dalam
perkembangannya, poligami hanya terjadi pada masyarakat yang telah maju, namun
tidak pada masyarakat primitif. Hal ini dikarenakan hanya orang-orang kaya yang
memiliki kedudukan dan kekuasaan yang bias memiliki istri lebih dari satu. Njamun
pada kenyataannya, walaupun masyarakat yang belum majupun ada juga yang
berpoligami namun tidak sebanyak masyarakat maju.5
Dalam ajaran islam, umatnya diperbolehkan untuk berpoligami asalkan pelaku
bisa member nafkah serta berlaku adil kepada istri-istri dan anak-anaknya. Islam
membatasi jumlah istri yang akan dinikahi, yaitu maksimal 4 orang dan tidak boleh
lebih. Namun, islam memandang poligami itu memiliki resiko yang lebih banyak
daripada keuntungannya. Ini disebabkan karena watak manusia itu suka cemburuan,
sehingga menimbulkan konflik dalam kehidupan keluarga, antara suami dengan istri-
istri lainnya dan anak-anak dari istri-istri lainnya ataupun dari anak-anaknya yang
dapat mengganggu ketenangan keluarga dan dapat juga membahayakan keluarga.6
Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali dinegeri ini
yaitu Indonesia. Hal ini cukup menarik perhatian bagi masyarakat Indonesia, baik
kelompok yang mendukung maupun yang menolak poligami. Mereka sama-sama
bersandar pada dalil normative Al-Qur’an dan sejarah keluarga Nabi Muhammad
saw. Jika ulama yang satu mengutip satu ayat yang membolehkan poligami secara
mutlak, maka datanglah satu ulama lain yang membawa ayat yang sama untuk
menolak poligami. Tatkala tafsir yang menoleransi poligami didatangkan, maka pada
saat yang bersamaan dihadirkan pula tafsir lain yang memustahilkan poligami.7
5
H.Taufikurrahman,Poligami dalam Islam, An-Nadhah: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan
Kemasyarakatan, Vol. 4, No. 7, Juni 2011, 71-72.
6
Ibid., 72.
7
Abd. Moqshit, Tafsir Atas Poligami dalam Al-Qur’an,Karsa: ,Vol.23 No 1, Juni 2015, 134.
Pro Kontra Mengenai Poligami 3

Indonesia sebagai Negara hukum membahas masalah poligami dengan


pembahasan tang sangat terperinci. Terlihat jelas kurang lebih ada 5 pedoman sebagai
peraturan tentang poligami yaitu UU No.1 Tahun 1974, PP No.9 Tahun 1975, PP No.
10 Tahun 1983, PP No. 45 Tahun 1990, dan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Di
Indonesia telah memiliki Undang-undang mengenai perkawinan, yaitu dalam pasal 3
ayat 1 disebutkan bahwa pada asasnya dalam suatu perkawinan seseorang pria hanya
boleh mempunyai satu istri yang disebut dengan monogini/monogamy. 8 Dalam
undang-undang ini, meskipun prinsipnya seseorang itu harus
bermonogami/monogini, akan tetapi pada penjelasa berkutnya memperbolehkan
seseorang untuk berpoligami dengan ketentuan bahwa pengadilan dapat memberikan
izin kepada suami untuk berpoligami dengan persetujuan pihak yang terkait. 9
Kaitannya dengan hal ini suami apabila menginginkan untuk berpoligami harus
mengajukan surat permohonan kepada pengadilan setempat. Cara pengajuannya yaitu
disampaikan dengan cara tertulis. Kemudian dari pernyataan pengajuan tersebut
pengadilan mempertimbangkan ada atau tidaknya alas an yang memungkin suami
kawin lagi.10 Dalam hal ini, pengadilan terlebih dahulu mempertimbangan keadaan
kondisi istri dalam hal moralitas dan kondisi kesehatan terlebih khusunya reproduksi.
Setelah semua hal tersebut terpenuhi, harus ada persetujuan dari pihak-pihak yang
bersangkutan baik itu secara langsung maupun tertulis yang disampaikan langsung ke
pengadilan.11 Jaminan kesejahteraan financial yang dibuktikan dengan penghasilan,
pajak penghasilan, dan keterangan lain yang dibutuhkan pengadilan dari suami. 12
Selain itu ada persyaratan yang pokok yang harus dipenuhi oleh seorang suami yaitu
maksimal dibolehkan poligami itu 4 orang dan suami dituntut untuk mampu berlaku

8
UU No. 1 tahun 1974 pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pada asasnya seorang pria hanya boleh
memiliki seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami”.
9
UU No. 1 tahun 1974 pasal 3 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Pengadilan, dapat memberi izin kepada
seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikendaki oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.”
10
UU No. 1 tahun 1974 pasal 4 ayat 2.
11
PP No. 9 tahun 1975 pasal 41
12
UU No. 1 tahun 1974 pasal 4 dan 5
Pro Kontra Mengenai Poligami 4

adil. Jika persyaratan tersebut tidak bisa terpenuhi, maka suami dilarang untuk
melakukan poligami.13Pada dasarnya undang-undang perkawinan itu menganut asas
monogami. Oleh karena itu, poligami hanya diperbolehkan jika dalam keadaan
darurat. Dengan demikian suami diizinkan untuk berpoligami asalkan sisuami dapat
berlaku adil dan mampu mencukupi nafkah untuk semua keluarga.

B. Poligami dalam Al-Qur’an dan Hadis


Dasar yang sering dijadikan alasan dibolehkan berpoligami ialah surat An-
Nisa ayat:3 yang berbunyi sebagai berikut:14

‫ فَ ِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأاَّل َت ْع ِدلُوا‬،‫اع‬ َ َ‫ِّس ِاء َم ْثنَى َوثُال‬


َ َ‫ث َو ُرب‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ‫َوِإ ْن خ ْفتُ ْم َأاَّل ُت ْقسطُوا في اليَتَ َامى فَانْك ُحوا َما ط‬
َ ‫اب لَ ُك ْم م َن الن‬
ِ

َ ِ‫ت َأيْ َمانُ ُك ْم ذَل‬


‫ك َأ ْدنَى َأاَّل َتعُولُوا‬ ِ ‫َفو‬
ْ ‫اح َدةً َْأو َما َملَ َك‬ َ
(dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim(bilamana kamu mengawininya). Maka
(kawinilah)wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya).
Menurut M. Quraish Shihab, ayat diatas tidak mewajibkan atau menganjurkan
poligami, dia hanya berbicara tentang bolehnya berpoligami, dan itupun merupakan
pintu darurat kecil, yang hanya dilalui saat saat sangat diperlukan dan dengan syarat
yang tidak ringan.15
Adapun hadis yang berbunyi mengenai poligami juga banyak didapati. Salah
satu contohnya ialah:16

13
KHI pasal 55 ayat 1, 2, dan 3.
14
H.Taufikurrahman,Poligami dalam…, 73.
15
Ibid., 74
16
Umar Sidiq’,Pro Kontra Poligami dalam Islam telaah al-Qur’an surat an-Nisa ayat 3,
Dialogia:Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol.9, No. 2, Desember 2011.
Pro Kontra Mengenai Poligami 5

،‫ع َب ْي َن نِ َس اِئِه‬ َ ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِإ َذا ََأر‬


َ ‫اد َس َف ًرا َأ ْق َر‬ ِ ُ ‫ « َك ا َن رس‬:‫َت‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
ِ ‫َعن َعاِئ َش ةَ ر‬
ْ ‫ قَ ال‬،‫ض َي اللَّهُ َع ْن َه ا‬ َ ْ
،ُ‫فَ ََّأي ُت ُه َّن َخ َر َج َس ْه ُم َها َخ َر َج بِ َها َم َعه‬

“Dari Aisyah r.a ia berkata: “Rasulullah saw., bila hendak bepergian beliau
mengundi istri-istrinya , dan mana saja yang memperoleh undian itu, beliau bepergian
dengannya.”

Suatu indikasi bahwa kebolehan berpoligami sangat sulit dipraktikan karena


tidak semua pria dapat memenuhi persyaratan keadilan sebagaimana ditegaskan
dalam surat an-Nisa ayat 129:17
(Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri(mu)
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian).
Tampaknya Al-Qur’an hanya membolehkan poligami dalam kondisi tertentu
(darurat) sebagai solusi untuk mengatasi kebutuhan kehidupan keluarga, mislanya
jika istri tidak sanggup menyalurkan kebutuhan biologis atau tidak bias memberikan
keturunan. Dalam kondisi seperti ini poligami merupakan jalan solusinya.

C. Memahami Ayat tentang Poligami


Dalam surat An-Nisa ayat 3 Allah swt berfirman:18

‫ فَ ِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأاَّل َت ْع ِدلُوا‬،‫اع‬ َ َ‫ِّس ِاء َم ْثنَى َوثُال‬


َ َ‫ث َو ُرب‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ‫َوِإ ْن خ ْفتُ ْم َأاَّل ُت ْقسطُوا في اليَتَ َامى فَانْك ُحوا َما ط‬
َ ‫اب لَ ُك ْم م َن الن‬
ِ

َ ِ‫ت َأيْ َمانُ ُك ْم َذل‬


‫ك َأ ْدنَى َأاَّل َتعُولُوا‬ ِ ‫َفو‬
ْ ‫اح َد ًة َْأو َما َملَ َك‬ َ
(dan jika kamu tkaut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim(bilamana kamu mengawininya). Maka
(kawinilah)wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya).

17
H.Taufikurrahman,Poligami dalam…, 74.
18
Umar Sidiq’,Pro Kontra…, 205.
Pro Kontra Mengenai Poligami 6

Asbabun Nuzul :
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah: Sesungguhnya seorang laki-laki yang
memiliki tanggungan wanita yatim lalu dinikahinya, sedangkan wanita itu memiliki
sebuah pohon kurma yang berbuah, laki-laki nitu menahannya sedangkan wanita itu
tidak mendapatkan sesuatupun dari laki-laki tersebut, maka turunlah ayat ini “Dan
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil” Aku mengira ia mengatakan” ia
bersekutu dalam pohon kurma dan hartanya.19

“Aisyah r.a berkata: Ada seorang pria yang sedang memelihara seorang
anak perempuan yatim, lalu dikawininya, dan si yatim itu mempunyai nama
yang cukup baik. Dia tetap berada dibawah kekuasaan pria tersebut, tetapi
tidak diberi hak sesuatu apapun. Lalu turun ayat an-Nisa ayat 3”.

Hadis lainnya ialah:20

ِ ‫َأل َعاِئ َش ةَ ر‬
‫ض َي‬ َ َ ‫ َأنَّهُ َس‬،ُ‫ َأ ْخَب َرنِي عُ ْر َوة‬:‫ال‬ ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِش َه‬،‫ َع ْن عُ َق ْي ٍل‬،‫ث‬
َ َ‫ ق‬،‫اب‬ ُ ‫ َح َّد َثنَا اللَّْي‬،‫َح َّدثَنِي يَ ْحيَى بْ ُن بُ َك ْي ٍر‬

‫يم ةُ تَ ُك و ُن فِي‬ِ ِِ ِ ْ ‫ قَ ال‬، ]3 :‫{وِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأاَّل ُت ْق ِس طُوا فِي اليَتَ َامى} [النس اء‬
َ ‫ َه ذه اليَت‬،‫ يَ ا ابْ َن ُأ ْختي‬:‫َت‬ َ :‫اللَّهُ َع ْن َه ا‬
ِ ‫ وي ِري ُد َأ ْن ي ْنت ِقص ص َدا َقها « َفنه وا عن نِ َك‬،‫ َفي رغَب فِي جمالِه ا ومالِه ا‬،‫ِحج ِر ولِِّيه ا‬
‫اح ِه َّن ِإاَّل َأ ْن ُي ْق ِس طُوا فِي‬ ْ َ ُُ َ َ َ َ َ َُ َ ََ َ ََ ُ َْ َ َ ْ
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َب ْع َد‬ ِ َ ‫ " واس َت ْفتَى النَّاس رس‬:‫َت‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ ْ َ ْ ‫ قَال‬. »‫اه َّن‬ ِ ‫ َو ُِأم ُروا بِنِ َك‬،‫اق‬
ُ ‫اح َم ْن ِس َو‬ ِ ‫الص َد‬ ِ ‫ِإ ْكم‬
َّ ‫ال‬ َ
]127 :‫ِّس ِاء} [النساء‬ ِ َ َ‫ {ويسَت ْفتُون‬:ُ‫ فََأْنز َل اللَّه‬،‫ك‬
َ ‫ك في الن‬ ْ ََ َ َ ‫َذل‬
ِ

“Bukhari meriwayatkan dari Urwah bin Zubair, sesungguhnya dia pernah


bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah swt “Dan jika kamu khawatir
tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim…” lalu Aisyah berkata:
Hai anak saudariku! Si yatim ini berada dipangkuan walinya, dan hartanya
dicampur menjadi satu. Si wali itu tertarik akan harta dan kecantikan

19
Ibid…
20
Ibid., 206.
Pro Kontra Mengenai Poligami 7

wajahnya. Lalu ia berkehendak untuk mengawininya, akan tetapi dengan cara


tidak adil tentang pemberian maskawin. Dia tidak mau memberinya seperti
yang diberikan kepada orang lain. Maka, mereka sudah biasa member
maskawin yang cukup tinggi. Begitulah lalu mereka itu disuruh mengawini
perempuan-perempuan yang cocok dengan mereka selain anak-anak yatim
itu. Setelah itu banyaj orang yang bertanya kepada Rasulullah saw., lalu
turunlah Q.S. An-Nisa’ ayat 127.”

Pembahasan Kandungan Surat An-Nisa’ ayat 3

Surat An-Nisa’ ayat 3 ini menjelaskan bahwa para wali yang mengelola harta
anak yatim akan berdosa besar jika sampai memakan dan menukar jelek dengan
jalan yang tidak sah. Para wali yang mengawininya, agar si wali beri’tikad baik, adil
dan tidak boleh mengawininya dengan maksud memeras dan menguras anak yatim
atau menghalang-halangi anak yatim nikah dengan orang lain.21

Jika wali tersebut khawatir tidak bias berbuat adil, maka ia tidak boleh
mengawini anak yatim yang berada dibawah perwaliannya itu, tetapi ia wajib kawin
dengan wanita lain yang ia senangi, satu sampai empat apabila ia bias berbuat adil.
Tetapi apabila ia tidak bias berbuat adil, maka cukup satu saja, dan jika dikhawatirkan
berbuat dzalim dengan mengawini wanita merdeka, maka ia tidak boleh kawin
dengannya, tetapi ia harus mencukupkan dirinya dengan budak wanitanya. Konteks
ayat ini membolehkan poligami,akan tetapi sesungguhnya lebih ditujukan pada upaya
menyelamatkan kehidupan anak yatim sehingga dapat hidup secara layak. Sehingga
mengawini ibu dari anak yatim bukanlah tujuan utama. Isu krusial al-Qur’an tentang
poligami adalah keadilan kepada anak-anak yatim dari ibu yang dikawininya.22

Ayat ini merupakan jalan keluar bagi penderitaan anak-anak yatim terutama
perempuan pada zaman dahulu dan anak-anak yatim lainnya yang keadaannya seperti

21
Umar Sidiq’,Pro Kontra…, 208.
22
Ibid…
Pro Kontra Mengenai Poligami 8

itu. Sebab para wali dilarang melakukan ketidak adilan terhadap anak yatim yang
berada dibawah asuhannya dan agar tidak berlaku tidak adil, atau menurut bahasa Al-
Qur’an jika kamu takut tidak akan dapat berbuat adil, maka para wali itu disuruh
menikah saja dengan perempuan yang dipandangnya baik buat mereka, dua-dua,
tiga-tiga, empat-empat.23

Memperhatikan susunan ayat dan istilah yang digunakan, yaitu dengan


menyebut kat “dua-dua, tiga-tiga, atau empat-empat” yang dalam bahasa Al-Qur’an
disebut masna watsulats wa ruba’ dan dihubungkan dengan peristiwa yang melatar
belakangi turunnya ayat tersebut, maka dadpat disimpulkan bahwa perintah untuk
menikah bukanlah perintah yang wajar, melainkan perintah marah. Ini terbukti karena
ayat tersebut langsung menyebutkan dua-dua, tidak dimulai dari satu sebagai angka
yang paling kecil. Menurut M. Quraish Shihab, redaksi ayat ini mirip dengan ucapan
seseorang yang melarang orang lain memakan suatu makanan dengan tekanan
tertentu seperti diakatakannya, jika kamu khawatir akan sakit, maka habiskanlah
makanan yang ada dihadapanmu. Perintah tersebut bukanlah untuk menyuruh orang
tersebut untuk menghabiskan makanan tersebut, tetapi itu ialah suatu tekanan agar
jangan memakan makanan itu.24

D. Pendapat yang mendukung Poligami


Jika dilihat dari surat An-Nisa ayat 3 yang disebutkan pada bab sebelumnya,
tidak diragukan lagi bahwa jalan yang paling lurus dan tepat ialah dibolehkannya
menikah secara poligami, karena adanya beberapa alasan yang diketahui oleh orang-
orang yang memiliki ilmu. Diantaranya sebagai berikut:25
1. Ketika seorang laki-laki menikah dengan satu wanita, ketika wanita
tersebut haid, sakit, nifas, dan beberapa hambatan lainnya sehingga dia
tidak bisa menunaikan tugas-tugas perkawinannya dan keinginan
23
H.Taufikurrahman,Poligami dalam…, 76.
24
Ibid., 77.
25
Syaikh Imad Zaki, Tafsir Wanita, penerj. Samson Rahman (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR.
2006), 257.
Pro Kontra Mengenai Poligami 9

suaminya. Sedangkan kaum laki-laki adalah sosok yang siap untuk


menambah jumlah umat. Jadi, jika dirinya dikekang karena adanya udzur-
udzur yang menimpa wanita itu, maka lenyaplah fungsinya dengan cara
batil, meskipun dengan tanpa melakukan dosa apapun.
2. Sesungguhnya Allah telah menciptakan laki-laki dengan jumlah yang
sedikit dibandingkan dengaan wanita. Dan kaum laki-laki memiliki
peluang yang lebih tinggi mengalami kematian didalam kehidupan. Maka,
jika laki-laki dibatasi untuk menikah hanya dengan satu orang perempuan,
maka akan terjadi penumpukan wanita yang tidak menikah. Sehingga
terjadi sebuah tindakan-tindakan keji seperti perzinaan atau dengan
banyak diketahui sekarang dengan istilah pelakor.
3. Sesungguhnya semua wanita itu secara prinsip siap untuk menikah.
Namun banyak dari kalangan laki-laki yang tidak memiliki kemampuan
untuk memenuhi tuntunan-tuntunan pernikahan karena kefakiran. Dengan
demikian, lelaki yang siap menikah jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada
kaum wanita, sebab wanita tidak memiliki hambatan untuk menikah.
Sedangkan kaum lelaki mendapat kendala untuk menikah karena
kefakiran, atau ketdakmampuannya untuk menunaikan tuntutan-tuntuan
pernikahan.

Maka, jika kaum laki-laki pernikahannya hanya dibatasi pada satu istri,
terjadilah penumpukan wanita-wanita yang siap menikah tanpa suami. Oleh karena
itu terjadilah hilangnya nilai-nilai utama dan munculnya nilai-nilai yang keji, dan
berkembangnya kemerosotan akhlak dan hancurnya nilai-nilai kemanusiaan,
sebagaimana yang terjadi pada saat ini seperti maraknya pelakor (perebut laki orang).
Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa poligami tersebut hanya akan
mendatangkan pertengkaran dalam rumah tangga, itu adalah hal biasa. Sebab, suatu
perselisihan dan cekcok diantara keluarga memang merupakan sesuatu yang tidak
bisa dihindarkan dan itu merupakan hal yang wajar. Ada yang berselisih dengan
Pro Kontra Mengenai Poligami 10

ibunya, dengan ayahnya, antara dia dan anak-anaknya, antara dia dan istrinya dan
lain-lain. Hal ini adalah sesuatu yang sangat biasa dan masalah kecil yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pertengkarran dan perselisihan ini ialah hal kecil
jika dibandingkan dengan maslahat besar yang dicapai dengan adanya poligami.
Dengan adanya poligami, kaum wanita bisa terlindungi, dan lebih memudahkan bagi
kaum wanita untuk bisa menikah. Disamping itu, akan menjadikan umat ini menjadi
banyak tatkala berhadapan dengan musuh-musuh islam. Dan sudah diketahui, apabila
sesuatu yang mengandung kemaslahatan yang besar harus lebih didahulukan daripada
sesuatu yang mengandung mafsadat (keburukan) yang lebih kecil.26

Al-Qur’an membolehkan menikah dengan cara poligami ialah demi kebaikan


kaum wanita, sehingga diantara mereka tidak lagi terkatung-katung karena hidup
tanpa suami. Dan ini juga merupakan kebaikan bagi laki-laki, sebab tidak aka nada
pembusukan fungsi hanya karena dia menikah dengan seorang istri. Poligami juga
bertujuan untuk kepentingan umat agar jumlahnya semakin banyak dalam usaha
memebendung musuh-musuhnya agar kalimat Allah menjadi tinggi. Ini ialah legislahi
ilahi yang bijaksana yang tidak menghinanya kecuali orang yang orang yang Allah
butakan mata hatinya dengan gelapnya kekufuran. Mengenai pembatasan istri dengan
empat orang ialah merupakan aturan syariat islam dari Yang Maha Bijak dan Maha
Tahu. Syariat ini adalah syariat moderat; antara yang terlalu sedikit yang bisa
membuat fungsi laki-laki tidak berguna dan jika terlalu banyak, kemungkinan seorang
laki-laki tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menunaikan semua kewajiban –
kewajibannya dalam pernikahan. Sayyid Quthb menambahkan dalam kitabnya, Fii
Zhilal Al-Qur’an (1/578-583) ia mengatakan bahwa keringanan (rukshah) untuk
poligami denganm syarat bila seseorang tersebut tidak khawatir tidak akan bisa
berbuat adil dan tidak bisa mencukupkan diri dengan satu wanita saja atau dengan
budak yang dia miliki. Rukhsah dengan resrve ini bisa nmenjelaskan hikmah dan
maslahat yang ada didalamnya. Dizaman, dimana orang-orang pada mulai merasa

26
Ibid., 257-259.
Pro Kontra Mengenai Poligami 11

lebih tahu dibandingkan Allah yang menciptakannya sendir dan mengaku bahwa
dirinya lebih mengetahui tentang kehidupan, fitrah dan kemaslahatan manusia
ketimbang Penciptanya. Mereka mengomentari hal ini semata-mata ialah nafsu,
syahwat dan kebodohan serta kebutaan. Maslah ini dibolehkannya untuk berpoligami
dengan reserve yang telah ditetapkan islam bisa dipahami dengan mudah, jelas, dan
tegas dan bisa diketahui dalam berbagai kondisi yang sebenarnya dan realitas yang
menyertainya. Contohnya saja ketika islam datang, orang orang Arab yang biasanya
memilki istri 10 lebih disuruh untuk hanya memilih 4 orang istri saja. Kedatangan
islam ini tidak untuk mengumbar akan tetapi untuk membatasi. Tidak menyerahkan
urusan kepada hawa nafsu laki-laki saja, tetapi untuk mengikat poligami dengan
syarat adanya keadilan. Jika tidak dapat melakukan keadilan tersebut, maka
keringanan (poligami) yang diberikan tidak boleh dilakukan.27

E. Pendapat yang menentang adanya poligami


Suara menentang poligami telah secara lantang disuarakan perempuan sejak
tahun 1911 dimulai dengan Kartini, seorang pahlawan nasional. Pada tahun 1928
Kongres Perempuan pertama menuntut larangan poligami, tahun 1930 2elompok
Feredasi Asosiasi Perempuan Indonesia menyerukan hal yang sama, dan sampai
sekarang masih terus diperjuangkan karena poligami berdampak pada kekerasan
terhadap perempuan dana anak, sehingga poligami tidak dapat ditolerir karena lebih
banyak merugikan kaum perempuan. Tulisan ini bermaksud menggambarkan
bagaimana budaya patriarkhi dapat mendukung suburnya poligami, bagaimana
ketidak adilan yang dijelaskan dalam al_qur’an sama dengan kekerasan terhadap
perempuan, serta bagaiamana poligami dalam sejumlah fakta dapat menjelaskan
korelasinya pada kekerasan terhadap perempuan dan anak.28
Perkembangan wacana feminimisme dan analisa gender kemudian melahirkan
cara pandang baru terhadap tata hubungan laki-laki dan perempuan. Analisa gender

27
Ibid., 259-261.
28
Siti Hilmah,Fakta Poligami sebagai bentuk kekerasan Terhadap Perempuan, SAWWA: Vol. 7, No.
2, April 2012, 2.
Pro Kontra Mengenai Poligami 12

memberikan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan itu sama, yang


membedakan ialah jenis kelaminnya. Sedang perbedaan perilaku antara antara laki-
laki dan perempuan dikonstruksi melalui proses sosial dan kultural yang panjang dan
dapat berubah-ubah.29
Perbedaan ini pada akhirnya memunculkan banyak ketidak adilan misalnya
marjinalisasi, stereotype, subordinasi, kekerasan, beban kerja ganda pada perempuan.
Menurut feminis radikal Kate Millet mengatakan bahwa ketidak adilan tersebut
disebabkan oleh adanya relasi kuasa laki-laki yang dominan terhadap perempuan.
Hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat adalah hubungan politik yaitu
hubungan yang didasarkan pada struktur kekuasaan, suatu system masyarakat dimana
satu kelompok manusia dikendalikan oleh kelompok manusia yang lainnya. Nama
struktur kekuasaan dimanaperempuan dikendalikan oleh laki-laki adalah patriarkhi,
sedangkan lembaga utama dari system patriakhri adalah keluarga.30
Menurut feminimisme radikal dan eksistensialis, keluarga adalah sumber dari
penindasan dan ajang objektifitasi perempuan. Mary Wollstoecraft menjuluki
perkawinan sebagai prostitusi yang dilegalkan karena semata-mata digunakan untuk
mengontrol dan melindungi perempuan dari ancaman seksualitas laki-laki. Namun
faktanya justru kekerasan domestic tumbuh subur dalam perkawinan.31
Toety Nurhadi mendefenisikan kekerasan sebagai suatu tindakan pemaksaan
baik secara persuasif maupun fisik ataupun gabungan keduanya. Pemaksaan juga
berarti pelecehan terhadap kehendak pihak lain, yang mengalami pelecehan hak-
haknya secara total, eksistensinya sebagai manusia dengan akal, rasa, kehendak dan
integritas tubuhnya tidak dikehendaki lagi. Sedangkan poligami dalam kasus
kekerasan menurut Coomaraswany yang dikutip oleh Tamrin A. Tamagola
dikategorikan sebagai kekerasan berdasarkan motif yang berbentuk kejahatan yang
berdalih kehormatan. Kekerasan jenis ini muncul sebagai akibat pemposisian

29
Ibid., 3.
30
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 71.
31
Siti Hilmah,Fakta Poligami…, 3.
Pro Kontra Mengenai Poligami 13

perempuan sebagai pihak yang menjadi tanggungan dan mendapat perlindungan dari
seorang laki-laki, ayahnya dan kemudian suaminya. Penempatan perempuan sebagai
pihak yang menjadi tanggungan ini merupakan akibat dari stereotype ideology
patriarkhi terhadap perempuan. Ideology ini menempatkan label pada perempuan,
tidak saja pada aspek psikologis tetapi pada aspek teknis juga. Perempuan juga
dianggap sebagai makhluk yang lemah, lembut dan cengeng. Pelabelan ini membuat
perempuan dipandang sebelah mata yang tidak akan bisa atau tidak mampu
memimpin. Pemimpin membutuhkan karakter yang kuat, tegas, rasional serta
memiliki kemampuan teknis yang handal yang dimutlakkan sebagai karakter laki-
laki. dalam konteks keluarga, lakai-laki adalah sebagai pemimpin sedangkan
perempuan sebagai yang dipimpin. Akibatnya, perempuan tidak memiliki hak untuk
memutuskan sesuatu dalam keluarga. Disinilah gejala kekerasan terhadap perempuan
pada kasus poligami nampaknya.32
Jika seseorang yang pro dengan poligami mengajukan pendapatnya bahwa
perempuan lebih banyak bandingannya dari laki- laki, argument tersebut tidak sesuai
dengan realitas yang ada. Data statistic Indonesia 2000 yang diterbitkan BPS, kita
mendapatkan perkiraan rasio jenis kelamin penduduk, yang dinyatakan dengan
banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Kita dapat perkiraan
bahwa untuk 100 perempuan ada 100,9 laki-laki di Sumatera, 99,3 laki-laki di Jawa,
100,7 laki-laki di Bali, 98,1 laki-laki di Sulawesi, 104,1 laki-laki di Kalimantan,
105,4 laki-laki di Maluku dan Papua. Untuk tingkat nasional perhitungannya adalah
untuk 100 perempuan ada 99,8 laki-laki di Indonesia. Jika dilihat dari data ini,
bukankah poligami hanya akan menambah satu masalah baru bagi sebagian laki-laki,
karena kenyataannya jumlah laki-laki dan perempuan relative seimbang. Hal ini akan
menggoncang keseimbangan, dimana laki-laki mempunyai banyak istri sedangkan
untuk laki-laki lainnya bagaimana? Bukankah ini akan menimbulkan masalah baru,
mulai dari frustasi seksual banyak lelaki, yang kemudian mengejewantah dalam
berbagai masalah sosial baru? Misalnya saja kekerasan seksual, dikotomi dan
32
Ibid., 4.
Pro Kontra Mengenai Poligami 14

kesenjangan kelas yang teramat lebar khususnya bagi kelompok lelaki, atau frustasi
dari kelompok lelaki yang tersingkir dalam pertarungan memperebutkan perempuan,
yang tentu berdampak pada persoalanp-persoalan lain yang lebih luas.33
Jika argumentasinya adalah dorongan seksual laki-laki tidak bisa dikendalikan
hanya dengan satu perempuan maka pertanyaannya adalah apakah memang
seksualitas lelaki sama dengan seksualitas binatang jantan? Apakah memang naluri
manusia lelaki bersifat tertutup seperti hewan jantan? Bukankah naluri manusia itu
bersifat terbuka? Bila kenyataannya sebagian lelaki memang mempunyai kebutuhan
seksual lebih besar dari perempuan, apakah kaum laki-laki puas dan bangga dapat
mereduksi dirinya menjadi sekedar makhluk biologis-seksual dan menegasikan
potensi-potensi kemanusiaannya yang jauh melampaui aspek seksualnya? Jika
argumentasi ini dapat dipatahkan bagaimana dengan argumentasi yang menggunakan
dalil-dalil agam? Tidak mudah bagi masyarakat awam untuk melakukan perlawanan
argumentasi karena masalah agama adalah masalah yang rawan untuk
diperdebatkan.34
Yang jelas bagi perempuan, hidup didunia seperti mengembara dibelantara
yang mengerikan ditengah buasnya monopoli patriarkhi atas segala sendi kehidupan.
Ideology patriarkhi muncul dalam bentuk simbol-simbol budaya yang memposisikan
perempuan sebagai sub-ordinat dalam hubungannya dengan laki-laki diranah apapun,
tidak hanya dalam keluarga tetapi juga dalam masyarakat.35
Argumentasi agama yang biasa digunakan kebanyakan orang untuk
berpoligami ialah surat an-Nisa ayat 3 yang menikahi perempuan sebanyak 2, 3, 4
asal berbuat adil. Padahal ayat ini tidak bisa dipahami secara parsial dengan hanya
merujuk pada bagian tertentu dari suatu ayat dan mengabaikan bagian ayat yang lain.
Sebaiknya, ayat al-Qur’an harus dilihat secara utuh, tidak hanya secara sepenggal-
penggal.
33
Kristi Purwandari, “Ilusi Poligami”, Jurnal Perempuan, Vol. 31, (Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan, 2000), 20.
34
Siti Hilmah,Fakta Poligami…, 6.
35
Ibid…
Pro Kontra Mengenai Poligami 15

Menurut Syahrur, ayat tersebut memiliki jenis kalimat yang ma’thufah


(berantai) dari ayat sebelumnya yaitu karena menggunakan kata “wa in….” kata ini
merupakan kalimat bersyarat dalam konteks hak tehadap anak yatim yang terkait
dengan surat al-Nisa’ ayat 2. sedangkan bila dilihat dari sudut pandang hudud, maka
ayat tersebut memiliki kaitan yang erat antara dimensi kemanusiaan dan dimensi
sosial. Selain itu ayat tersebut memiliki dua macam al-hadd yaitu al-hadd al-kamm
(secara kuantitas) dan hadd fi al-kauf (secara kualitas).9 Secara kuantitas ayat ini
menjelaskan bahwa jumlah minimum istri yang diperbolehkan adalah satu dan jumlah
maksimal adalah empat. Dan bila ada seseorang yang beristri lebih dari itu dia telah
menyalahi hudud Allah. Pemahaman seperti ini menurut Syahrur disepakati tanpa
melihat konteks dan kondisi bagaimana ayat tersebut memberikan batasan (hadd fi al-
kayf). Menurut Syahrur secara kualitas, sirri yang dimaksud di sini adalah perawan
(bikr) atau janda (armalah). Bila dilihat dari ayat tersebut jelas menggunakan shigah
syarth yaitu dengan kata lain bagi istri pertama tidak disyaratkan apakah dia perawan
atau janda tetapi untuk istri selanjutnya disyaratkan janda yang mempunyai anak
yatim.36
Sedangkan menurut M. Quraish Shihab, makna keadilan merupakan kata
jadian dari adil yang diambil dari ‘adl dalam bahasa Arab. Kamus-kamus dalam
bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti sama dimana
persamaan ini dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat immaterial.37
Menurut Abduh, apabila seorang laki-laki mampu memberikan hak-hak
istrinya, rusaklah struktur rumah tangga dan kacaulah penghidupan keluarga. Padahal
tiang utama dalam mengatur kehidupan rumah tangga adalah kesatuan dan saling
menyayangi antar anggota keluarga. Ini menunjukkan bahwa Abduh sangat
menekankan keadilan kualitatif yang hakiki, seperti perasaan kasih dan saying yang
semuanya tidak dapat dihitung dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan makna

36
Ibid., 8.
37
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an ( Bandung: Mizan, 1996), 111.
Pro Kontra Mengenai Poligami 16

yang dikandung dalam istilah yang digunakan oleh al-Qur’an yaitu ‘adalah, yang
memang memiliki makna yang lebih kualitatif.38
Ada pun para ahli fiqih mengemukakan keadilan itu hingga saat ini cenderung
bersifat kuantitaif yang sebenarnya lebih tepat untuk kata qishum. Padahal keadilan
kuantitaif tersebut tampak dalam aturan-aturan fiqh tentang poligami, misalnya
pembagian rezeki secara merata diantara istri-istri yang dikawini, pembagian jatah
hari (giliran) dan sebagainya. Para ahli fiqih tidak memperhatikan aspek-aspek
kualitatif yang justru sangat menentukan. Misalnya rasa cinta, tidak pilih kasih, tidak
memihak dan sebagainya. Keadilan kulitatif inilah yang seharusnya menjadi prioritas
utama. Orang yang mencapai keadilan kuantitatif belum tentu mampi adil secara
kualitatif.39
Dalam banyak kasus poligami, keadilan kuantitaif saja sering terabaikan dan
menjadi masalah, apalagi keadilan kualitatif. Suami yang mempunyai banyak istri
akan mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan ekonomi istri-istrinya, hal ini
mengakibatkan banyak perenmpuan baik itu istri pertama ataupun istri kedua dan
seterusnya tidak mendapatkan haknya sebagai istri. Contohnya seperti yang beberapa
perempuan yang menjalani poligami sebagai berikut:40
“Saya rela bertransmigrasi ke Kalimantan agar keadaan ekonomi kami menjadi lebih
baik, disana saya juga mencai uang dengan bisnis membuka toko, tapi setelah ekonomi
sudah membaik, suami berselingkuh dengan perempuan lain, akhirnya saya minta dia
dipindah ke Sumedang agar dia bisa melupakan perempuan tersebut, tapi ternyata dia
tidak berubah, 3 bulan di sini dia sudah punya selingkuhan lagi, yang lebih
menyakitkan perempuan tersebut sering dibawah pulang ke rumah, akhirnya saya tidak
kuat tinggal bersamanya, saya akhirnya pergi dari rumah tersebut dengan membawa
anakanak. Sejak meninggalkan rumah tersebut sampai sekarang (dari tahun 1999-
Januari 2007) tidak sepeser pun dia memberi nafka kepada saya, padahal anak-anak
butuh biaya sekolah. (Ny. Aas,Cirebon)”
38
Nazaruddin Umar, “Agama dan Kekerasan terhadap Perempuan”, Jurnal Dinamika HAM, Vo. 2 No.
1, April 2001, 29.
39
Siti Hilmah,Fakta Poligami…, 9.
40
Ibid., 10.
Pro Kontra Mengenai Poligami 17

“ Ibu saya istri keempat, kakek saya menginginkan ibu dinikahi oleh bapak saya,
menurut ibu, bapak saya sangat disegani oleh banyak orang, sering bepergian keluar
negeri dan jadwal acaranya sangat padat. Saya kurang faham dengan bapak saya karena
sejak usia satu tahun bapak hampir tidak pernah datang lagi sampai beliau meninggal
dengan usia saya yang sudah 26 tahun. Selama itu praktis ibu yang pontang-panting
membiayai kami. Bapak mewariskan banyak harta dan yayasan tapi sekarang jadi
rebutan diantara semua anak dari masing-masing istri, mereka saling mengancam dan
bahkan saling memperkarakan sampai ke meja hijau. Saya dari dulu tidak pernah
mendapatkan apapun, dan mungkin mereka menganggap kami tidak pernah ada, cuma
saya sangat sedih mengapa saya tidak punya keluarga yang utuh, saya sangat kasihan
pada ibu saya, hidupnya sangat menderita… (Ny. Ami, Bandung)”
Dari 2 kasus ini menunjukkan bahwa sesungguhnya adil dalam poligami
hampir tidak mungkin dapat dilakukan oleh seorang laki-laki. Dari segi materi saja
sangat sulit dilakukan, apalagi dari sisi kualitas perhatian seperti kasih saying dan
cinta. Hak perempuan untuk mendapatkan kehidupan yang aman dan menjadikan
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah sesuai dengan tujuan perkawinan tidak
tercapai. Padahal dalam aturan perkawinan jelas bahwa terdapat larangan bagi suami
untuk menyia-nyiakan istri, bahkan untuk tidak menyia-nyiakan mantan istri dalam
aturan lainnya yang dipertegas dalam al-Qur’an. Perilaku menyia-niakan istri ini
sangat mungkin terjadi pada suami yang melakukan poligami. Hal ini sudah
tercantum dalam al-Qur’an an-Nisa ayat 129 dan dikuatkan dengan hadis.41
“dan sekali-kali kamu tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri (mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain
terkatung-katung…” (QS. al-Nisa [4]: 129)

“ Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang mempunyai
dua istri, lalu berat sebelah keada salah satunya, maka dia akan datang pada hari

41
Ibid…
Pro Kontra Mengenai Poligami 18

kiamat dengan salah satu bahunya miring.” (Hadits riwayat: Ahmad, Abu
Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah)
Dalam kasus poligami terjadi kekerasan beruntun baik itu tehadap istri
pertama ataupun istri kedua. Dimana, istri pertama tidak hanya mengalami
pengingkaran komitmen perkawinan tetapi juga terjadi tekanan psikologis, ekonomi,
seksual hingga fisik. Belum lagi dipandang ibah bahkan sikap sinis masyrakat yang
makin merendahkan. Sementara istri kedua pun tidak jauh dari itu juga. Selama ini
ada pandangan bahwa istri kedua mendapatkan kei kedua keuntungan dari poligami.
Misalnya, istri kedua tidak selalu mendapatkan keuntungan secara psikologis tapi
juga dari segi ekonomis. Hal ini mungkin sesuai dengan pameo yang beredar di
masyarakat bahwa “ istri muda lebih disayang ketimbang istri tua”. Tidak hanya itu,
istri muda pun nantinya akan dicap oleh warga sekitar sebagai wanita perebut laki
orang atau sebagai wanita penggoda.42
Fakta diseputar poligami menunjukkan bahwa praktek poligami lebih banyak
merugikan masyarakat, banyak penderitaan yang timbul akibat poligami. Penderitaan
tersebut dialami baik istri pertama juga istri yang lainnya serta anak-anak.
Berdasarkan data dari 106 kasus poligami yang didampingi oleh LBH APIK Jakarta
tahun 2001-2005, poligami memperlihatkan bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri-
istri dan anak-anak mereka, mulai dari tekanan psikis, penganiayaan fisik,
penelantaran istri dan anak-anak, ancaman dan teror serta pengabaian seksual istri.43
Poligami telah ada dan dipraktikan jauh sebelum islam datang. Islam datang
bukan membawa praktek poligami, namun al-Qur’an dan Hadis mengkritiknya.
Kritik inilah yang harus diteruskan terhadap praktik-praktik poligami yang marak
akhir-akhir ini. Marilah berfikir sejenak dan mengintropeksi diri, apakah kita sudah
benar-benar menghormati dan menghargai perempuan ketika kita mempraktekkan

42
Ibid., 15.
43
www.lbhapik.or.id
Pro Kontra Mengenai Poligami 19

poligami atau ketika membenarkan praktek-praktek poligami yang marak terjadi


dalam masyarakat sekarang.44
Hal ini perlu dipertanyakan. Apakah mereka yang berpoligami melakukannya
karena kepentingan sosial seperti yang didakwahkan oleh rasul, untuk mengimbangi
kepentingan jumlah perempuan yang lebih banyak dari laki-laki, untuk membantu
dan mengentaskan perempuan dari keterpurukan, untuk menyelesaikan persoalan
perperangan dan membantu para janda dan anak yatim? Ataukah sebenarnya mereka
berpoligami untuk kepentingan dirinya dengan berlindung pada kepentingan-
kepentingan sosial, untuk menaikkan prestise sosialnya sebagai pria macho yang
sanggup menaklukan banyak perempuan, untuk memanfaatkan tenaganya dengan
bayaran murah atau sekedar memuaskan keinginannya untuk menjelajah pengalaman
dengan banayk perempuan?

Penutup

Secara bahasa atau etimologis, kata poligami berasal dari bhasa Yunani yang
merupakan derivasi dari kata apolus yang berarti banyak, dan gamos yang berarti istri
atau pasangan. Jadi poligami bisa dikatakan sebagai mempunyai istri lebih dari satu
orang secara bersamaan. Adapun secara terminologis, poligami dapat dipahami
sebagai suatu keadaan dimana seorang suami memiliki istri dari satu orang.
Poligami ini telah ada jauh semenjak islam datang. Setelah islam datang,
praktik poligami mendapatkan kritikan dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad

44
Siti Hilmah,Fakta Poligami…, 18.
Pro Kontra Mengenai Poligami 20

saw., salah satu suratnya yaitu surat an-Nisa ayat 3. Banyak ulama berpendapat
mengenai ayat ini. Salah satunya yaitu M. Quraish Shihab yang mengatakan bahwa
ayat ini tidak menganjurkan untuk poligami. Namun ayat ini untuk menyelamatkan
nasib anak-anak yatim.
Hampir diseluruh Negara terdapat praktetk poligami, terutama Indonesia.
Poligami juga mengguncang Indonseia, apalagi ada seorang ustadz kondang yang
mempraktekkan poligami ini. Banyak yang mendukung adanya praktek poligami dan
ada juga yang tidak setuju dengan adanya poligami. Ini tergantung dari orang-orang
yang memandang poligami itu dari sudut pandangnya sendiri. Ada yang mengatakan
dengan adanya poligami, akan ada banyak keuntungan darinya. Contohnya seperti
bertambahnya bibit-bibit unggul yang akan lahir yang siap untuk membela Islam.
Ada juga yang berpendapat jika poligami ini hanya akan merugikan perempuan.
Contohnya saja seperti seorang laki-laki yang melakukan praktek poligami tetapi
tidak menjalankan tugasnya sebagai suami secara sempurna. Sehingga istri-istrinya
terbengkalai.
Jadi, praktek poligami ini baik uruknya tergantung dari yang akan
menjalankannya. Jika si laki-laki mampu berbuat adil dan menjalan bahtera rumah
tangga dengan baik, maka boleh baginya untuk melakukan praktek poligami. Akan
tetapi, jika si laki-laki tidak bisa berlaku adil dan tidak mampu menjalan kan bahtera
rumah tangga dengan baik, maka tidak dibolehkan baginya untuk berpoligami.

Peran Tambahan:
1. SYAAFII HIDAYAT AHADU ROMADLON E93217135
2. MIFTAKHUL WULANSARI E93217073
3. MUHAMMAD MUSYAFAUL KARIM E93217122
4. NOVITA SARI E93217064
5. NABILA NUR KHOLIFAH E03217037

Anda mungkin juga menyukai