Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Mafhum dan Mashadaq


Ketika membahas masalah lafadz kully, pasti akan ditemukan adanya dua
adalah dalalah (petunjuk/indiktaor) yang selalu menyertainya, yaitu dilalah mafhum
dan dilalah mashadaq. Mafhum ialah makna atau pengertian yang ditunjukkan oleh
lafaz kulli. Contohnya “orang yang belajar diperguruan tinggi”, sebagai makna atau
pengertian dari kata mahasiswa. Dengan kata lain, mafhum dapat diartikan sebagai
lafadz yang menunjukkan makna global (umum). Sedangkan mashadaq ialah
individu-individu yang dituju oleh makna atau pengertian itu. contohnya Arif, Ida,
Aidil dan nama-nama lainnya sebagai mahasiswa. Lebih mudahnya, mashadaq ialah
lafadz yang termasuk rincian atau bagian dari mafhum.1
Contoh pertama ialah lafadz al-Insan,kata al-Insan disini memberikan adanya
dua dilalah, yaitu pertama al-mafhum, yaitu konsep yang ada di dalam diri manusia,
artinya dilalalh untuk konsep atau pengertian diri manusia sendiri, bahwa al-insanu
adalah hayawanun nathiqun. Kedua ialah al-mashadaq, yaitu suatu benda yang ada di
dalam realitas yang dikenai lafadz, artinya dilalah yang ditujukan kepada diri insan
atau yang dikenai oleh lafadz insan, yaitu manusia-manusia yang jumlahnya sudah
mencapai milyaran dipermukaan bumi.2
Contoh kedua ialah lafadz an-Nahr (air). Kata ini mengandung adanya dua
dilalah, pertama ialah mafhum, yaitu air yang mengalir dipermukaan tanah, mulai
dari hulunya yang berada di atas gunung sampai ke muaranya yang terletak di lautan
luas. Kedua ialah mashadaq, yaitu setiap yang bernama sungai dipermukaan bumi.

1
Syukriadi Sambas,MANTIK Kaidah Berpikir Islam(Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2017),
52.
2
file:///D:/ELYASSA93%20%20MAFHUM%20WA%20MASHODAQ,%20TAQOBUL%20AL-
ALFADZ,%20DAN%20NISBAT%20BAINA%20AL-KULLIYAINI.htm (kamis, 11 April 2019
pukul 17.15).
Dengan memperhatikan dua contoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
mafhum dari lafadz kully misalnya ikan, maka yang akan terlihat adalah
mashadaqnya, yaitu semua jenis ikan, baik itu ikan dilaut maupun ikan di sungai.
Akan tetapi jika konsep laut ditambahkan pada lafadz ikan yaitu menjadi ikan laut,
maka mashdaqnya tertuju hanya ikan laut saja, sehingga ikan disungai tidak bisa
tergabung didalamnya.3

Jadi, jelaslah apabila mafhum kullinya bertambah, maka mashadaqnya


berkurang, dan apabila mafhumnya berkurang maka mashadaqnya bertambah, atau
dengan kata lain banyak qayidnya (ikatannya) maka akan sedikit mashadaqnya.

3
Chaerudji Abdulchalik, Oom Mukarromah,Undang-Undang Berpikir Valid(Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), 28.

Anda mungkin juga menyukai