Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi akal pikiran benar-
benar menganjurkan ummatnya untuk melakukan apapun dengan landasan
ilmiah yang memiliki akurasi data yang baik, dan benar. Sehingga
ditemukan pemahaman dalam bertindak dengan benar-akurat-lengkap.
Hingga lahirlah suatu disiplin ilmu yang mengatur agar manusia dapat
berfikir dan bertindak rasional, Ilmu Mantiq
Ilmu Mantiq dapat dikatakan Imu Nahwu. Jika Ilmu Nahwu adalah
ilmu yang mengatur agar tidak terjadi kesalahan dalam lisan dan tulisan .
Maka Ilmu Mantiq adalah ilmu yang mengatur fikiran agar manusia tidak
keliru dalam berfikir.
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang Lafazh dan
pembagiannya. Lafadz adalah satu nama yang diberikan pada rangkaian
huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz
tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai
lafadz.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lafazh?
2. Apa saja pembagian-pembagian dari lafazh?
3. Apa yang dimaksud kulliyyati al-khomsah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian lafazh.
2. Mengetahui pembagian-pembagian dari lafazh.
3. Memahami kulliyyati al-khomsah.

1|LAFAZH
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lafazh

Lafazh dalam Bahasa Arab adalah kata-kata dalam Bahasa


Indonesia. Lafazh juga merupakan satu nama yang diberikan pada huruf
yang tersusun atas beberpa huruf, yang mengandung arti. Contoh: kayu,
batu, air, Fatimah, Ali, dan lain-lain.1

Dalam sumber lain, Lafazh adalah suara yang bertumpu pada


beberapa makraj. Versi lain mengatakan, lafazh adalah suara yang memuat
huruf-huruf hijaiyah.2

B. Pembagian Lafazh
Secara garis besar, lafazh dibagi menjadi dua, yaitu lafazh muhmal
(lafazh yang tidak memiliki arti) dan lafazh musta’mal (lafazh yang
memiliki arti).3 Adapun lafazh musta’mal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lafazh murakkab, yaitu lafazh (yang terangkai dari suku kata) yang
sebagian dari lafazh itu dapat menunjukkan arti dari sebebagian lain.
Contoh: lafazh “Bangsa Indonesia”, suku kata “Bangsa” mempunyai
arti sendiri, dan “Indonesia” juga mempunyai arti sendiri, dimana arti-
arti tersebut adalah bagian arti dari “Bangsa Indonesia”. 4

1
Basiq Djalil, Logika (Ilmu Mantiq), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 8.
2
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, (Lirboyo: Santri Slaf Press, 2012), h. 33.
3
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 33.
4
Cholil Bisri Mustofa, Ilmu Mantiq, (Bandung: PT. Alma’arif, 1989), h. 15.

2|LAFAZH
2. Lafazh mufrod, yaitu lafazh yang bagian-bagian penyusunnya tidak

menunjukkan pada bagian maknanya. Contoh: ‫ زيد‬،‫ هل‬،‫ كم‬dan lain-


lain.5 Lafazh mufrod terbagi menjadi dua macam:
a. Mufrod Kulliy (kata tunggal universal), adalah suatu lafazh yang
pemahaman maknanya tidak menghindarkan terjadinya syirkah
(persamaan antar individu makna) di dalamnya.6
Kemudian, dari lafazh kulliy sendiri dibagi menjadi dua,
yaitu:
1.) Kulliy Dzatiy, disebut kulliy dzatiy jika memang arti dari kulliy
itu termasuk dalam hakikat juz’iynya.
Contoh: pakaian yang dibandingkan dengan piyama, jas,
dan pantalon. Hakikat piyama adalah pakaian, jas dan pantalon
juga adalah pakaian. Apabila dikatakan pakaian, maka
termasuk di dalamnya piyama, jas, dan pantalon. Seorang
penjahit berkata kepada saya (yang kemarin menjahit piyama):
“pakaian saudara telah diambil oleh adik saudara”. Maka
penjahit itu menggunakan kulliy dzatiy dalam menyebutkan
yang dimaksud.7
2.) Kulliy ‘Aradziy, yakni apabila lafazh kulliy tersebut keluar dari
makna hakikat individu-individunya.

Contoh: lafazh ‫( الك اتب‬penulis) di mana lafazh tersebut

mengumpulkan afrad (individu) seperti, Gus Dur, KH. Bisri


Mustofa, Quraish Shihab dan lain-lain. Hanya saja makna

lafazh ‫ الكاتب‬tidak masuk di dalam makna hakikat Gus Dur,

KH. Bisri Mustofa, Quraish Shihab yaitu ‫الناطق‬ ‫احلوان‬.8


5
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 34.
6
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 34.
7
Cholil Bisri Mustofa, Ilmu Mantiq, (Bandung: PT. Alma’arif, 1989), h. 17.
8
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 35.

3|LAFAZH
Pakar mantiq sebelum masa Ibnu Sina (al-aqdamun) membagi
lafazh kulliy menjadi tiga macam:
1. Lafazh kulliy yang darinya tidak ditemukan sesuatu (afrad) dalam
kenyataan (kenyataan di luar hati).
2. Lafazh kulliy yang darinya hanya ditemukan satu afrad (individu)
saja.
3. Lafazh kulliy yang darinya ditemukan banyak afrad (individu).9

C. Kulliyyat al-Khamsah (Lima Klasifikasi Lafazh Kulliy).


Klasifikasi ini baru ditambahkan oleh Porphyrus (223-306 M)
terhadap Organon karya Aristoteles dan diberinya dengan nama Eisagoge.
Porphyrus membagi segala sesuatu dalam alam ini ke dalam lima
lingkungan. Tiga di antaranya mengenai zat (jinsi, nau’ dan fashl), dan dua
lainnya (khashshoh dan ‘aradh ‘am) mengenai sifat.10
1. Jinsi (Genus).
Kulliy Jinsi yaitu himpunan golongan-golongan yang berbeda-
beda bentuknya, tetapi bersamaan sifatnya.11
Ulama mantiq mengklasifikasikan lafazh jinsi menjadi tiga
pembagian:
a. Jinsi qorib (dekat), yaitu jinsi yang titik klimaks persamaan antara
hakikat (mahiyah) dan semua hakikat yang lain yang menyamai
terjadi di sini.12
b. Jinsi ba’id (jauh), adalah jinsi yang titik klimaks persamaan antara
hakikat (mahiyah) dan sebagian hakikat lain yang menyamai
terjadi di sini.13 Kemudian, mempertimbangkan tingkat jauh-
dekatnya, jinsi ba’id terbagi menjadi tiga macam:

9
Ahmad Al-Malawy, Syarh as-Sulam, (t.tp.: t.p., t.th.), h. 62-64.
10
Ali Hasan, Ilmu Mantiq (Logika), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991), h. 35-36.
11
Ali Hasan, Ilmu Mantiq (Logika), h. 36.
12
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 39.
13
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 40.

4|LAFAZH
1.) Jinsi Ba’id denga satu tingkatan.

Contoh, ‫( النّ امي‬berkembang) pada skema, manakala

dinisbatkan pada hakikat ‫ اإلنس ان‬maka akan melewati satu

tingkatan, yakni ‫احلياوان‬.

2.) Jinsi ba’id dengan dua tingkatan.

Contoh, ‫( جس م مطلق‬materi bersifat umum) pada skema,

manakala dinisbatkan pada hakikat ‫اإلنس ان‬, maka akan

melewati dua tingkatan, yaitu ‫ احلياوان‬dan ‫النّامي‬.

3.) Jinsi ba’id dengan tiga tingkatan.

Contoh, ‫( جوهر‬atom) pada skema, manakala dinisbatkan pada

hakikat ‫اإلنس ان‬, maka akan melewati tiga tingkatan yaitu

‫ النّامي‬,‫ احلياوان‬dan ‫جسم مطلق‬.14


c. Jinsi mutawasith (tengah-tengah), yaitu jinsi yang di atas dan di
bawah tingkatannya masih terdapat jenis-jenis lain.15
2. Fashal (pemisah)
Kulliy fashal adalah satu atau beberapa tanda pengenal yang
zati, yang memisahkan suatu golongan dari golongan-golongan lain
dalam satu jenis. Contoh: kemampuan berfikir memisahkan manusia
dari golongan-golongan: monyet, harimau, kambing, dan sebagainya
dalam jenis hewan.
3. Nau’ (spesies)
14
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 40-41.
15
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 41.

5|LAFAZH
Adalah istilah yang diungkapkan untuk sekumpulan individu-
individu (afrad) yang hakikatnya sama, meskipun berbeda-beda
kwantitasnya.16
4. ‘Aradh’am (sifat umum, common aksiden)
Adalah kulliy di luar hakikatnya zat, wujud, benda yang dapat
(juga) dipersesuaikan dengan hakikat wujud itu, di samping juga dapat
dipersesuaikan dengan yang lain. Contoh: perkataan “bernafas”, bagi
manusia bernafas itu jelas keluar dari hakikatnya manusia, tetapi
perkataan bernafas dapat dipersesuaikan (dilekatkan) pada manusia. Di
samping kepada manusia, bernafas juga dapat dipersesuaikan dengan
yang lain, sebab yang bernafas tidak hanya manusia.17
‘Aradh’am dikelompokkan menjadi dua macam:
a. Lazim (sifat yang melekat)
Contoh, bernafas secara quwwah (potensi). Maksud secara
quwwah adalah potensi dihasilkannya sebuah perkara, saat
ada maupun tidak adanya perkara tersebut.
b. Mufaraq (sifat yang tidak melekat)
Contoh, bernafas secara fa’li (aktual). Karena sifat ini
ditemukan hanya sifat makhlukk hidup bernafas, tidak saat
menahan nafas atau berhenti sejenak.18
5. Khoshshoh (sifat khusus, proper aksiden)
Adalah perkara kulliy di luar hakikat (mahiyah) yang
merupakan sifat khusus bagi hakikat.19

Khoshshoh dikelompokkan menjadi dua macam:


a. Lazim (sifat yang melekat)

Contoh, ‫( الضاحك‬tertawa) secara quwwah (hokum).


16
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 43.
17
Cholil Bisri Mustofa, Ilmu Mantiq, h. 21.
18
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 45.
19
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 45.

6|LAFAZH
b. Mufaraq (sifat yang tidak melekat)

Contoh, ‫( الضاحك‬tertawa) secara fa’li (kenyataan).

Ditinjau dari penempatannya, khoshshoh juga terbagi dua:


a. Khoshshoh yang terdapat pada jinsi
Contoh, berjalan pada hewan.
b. Khoshshoh yang terdapat pada nau’
Contoh, tertawa pada manusia.20

BAB III
PENUTUP

A. Kesmipulan

20
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 45-46.

7|LAFAZH
1. Lafazh adalah suara yang bertumpu pada beberapa makraj. Versi lain
mengatakan, lafazh adalah suara yang memuat huruf-huruf hijaiyah.
2. Skema pembagian lafazh

LAFAZH

Musta'mal Muhmal

Murakkab Mufrad

Juz'iy Kulliy

Dzatiy 'Aridzy

B. Saran

8|LAFAZH

Anda mungkin juga menyukai