PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lafazh?
2. Apa saja pembagian-pembagian dari lafazh?
3. Apa yang dimaksud kulliyyati al-khomsah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian lafazh.
2. Mengetahui pembagian-pembagian dari lafazh.
3. Memahami kulliyyati al-khomsah.
1|LAFAZH
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lafazh
B. Pembagian Lafazh
Secara garis besar, lafazh dibagi menjadi dua, yaitu lafazh muhmal
(lafazh yang tidak memiliki arti) dan lafazh musta’mal (lafazh yang
memiliki arti).3 Adapun lafazh musta’mal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lafazh murakkab, yaitu lafazh (yang terangkai dari suku kata) yang
sebagian dari lafazh itu dapat menunjukkan arti dari sebebagian lain.
Contoh: lafazh “Bangsa Indonesia”, suku kata “Bangsa” mempunyai
arti sendiri, dan “Indonesia” juga mempunyai arti sendiri, dimana arti-
arti tersebut adalah bagian arti dari “Bangsa Indonesia”. 4
1
Basiq Djalil, Logika (Ilmu Mantiq), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 8.
2
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, (Lirboyo: Santri Slaf Press, 2012), h. 33.
3
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 33.
4
Cholil Bisri Mustofa, Ilmu Mantiq, (Bandung: PT. Alma’arif, 1989), h. 15.
2|LAFAZH
2. Lafazh mufrod, yaitu lafazh yang bagian-bagian penyusunnya tidak
3|LAFAZH
Pakar mantiq sebelum masa Ibnu Sina (al-aqdamun) membagi
lafazh kulliy menjadi tiga macam:
1. Lafazh kulliy yang darinya tidak ditemukan sesuatu (afrad) dalam
kenyataan (kenyataan di luar hati).
2. Lafazh kulliy yang darinya hanya ditemukan satu afrad (individu)
saja.
3. Lafazh kulliy yang darinya ditemukan banyak afrad (individu).9
9
Ahmad Al-Malawy, Syarh as-Sulam, (t.tp.: t.p., t.th.), h. 62-64.
10
Ali Hasan, Ilmu Mantiq (Logika), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991), h. 35-36.
11
Ali Hasan, Ilmu Mantiq (Logika), h. 36.
12
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 39.
13
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 40.
4|LAFAZH
1.) Jinsi Ba’id denga satu tingkatan.
5|LAFAZH
Adalah istilah yang diungkapkan untuk sekumpulan individu-
individu (afrad) yang hakikatnya sama, meskipun berbeda-beda
kwantitasnya.16
4. ‘Aradh’am (sifat umum, common aksiden)
Adalah kulliy di luar hakikatnya zat, wujud, benda yang dapat
(juga) dipersesuaikan dengan hakikat wujud itu, di samping juga dapat
dipersesuaikan dengan yang lain. Contoh: perkataan “bernafas”, bagi
manusia bernafas itu jelas keluar dari hakikatnya manusia, tetapi
perkataan bernafas dapat dipersesuaikan (dilekatkan) pada manusia. Di
samping kepada manusia, bernafas juga dapat dipersesuaikan dengan
yang lain, sebab yang bernafas tidak hanya manusia.17
‘Aradh’am dikelompokkan menjadi dua macam:
a. Lazim (sifat yang melekat)
Contoh, bernafas secara quwwah (potensi). Maksud secara
quwwah adalah potensi dihasilkannya sebuah perkara, saat
ada maupun tidak adanya perkara tersebut.
b. Mufaraq (sifat yang tidak melekat)
Contoh, bernafas secara fa’li (aktual). Karena sifat ini
ditemukan hanya sifat makhlukk hidup bernafas, tidak saat
menahan nafas atau berhenti sejenak.18
5. Khoshshoh (sifat khusus, proper aksiden)
Adalah perkara kulliy di luar hakikat (mahiyah) yang
merupakan sifat khusus bagi hakikat.19
6|LAFAZH
b. Mufaraq (sifat yang tidak melekat)
BAB III
PENUTUP
A. Kesmipulan
20
Darul Azka dan Nailul Huda, Sulam al-Munawaraq, h. 45-46.
7|LAFAZH
1. Lafazh adalah suara yang bertumpu pada beberapa makraj. Versi lain
mengatakan, lafazh adalah suara yang memuat huruf-huruf hijaiyah.
2. Skema pembagian lafazh
LAFAZH
Musta'mal Muhmal
Murakkab Mufrad
Juz'iy Kulliy
Dzatiy 'Aridzy
B. Saran
8|LAFAZH