Anda di halaman 1dari 34

NAMA :NELUL AMAL

NIM :150303039

MK :ILMU GHARIB

MAKNA KATA UMMAH DALAM ALQURAN

": ".
.
.
.

:
Satu dari beberapa definisi mengenai masyarakat menyebutkan bahwa masyarakat adalah
kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar- yang terikat oleh satuan; adat, ritus atau
hukum khas, dan hidup bersama. Ada beberapa kata yang digunakan Alquran untuk menunjuk
kepada masyarakat atau kumpulan manusia. Antara lain : qawm, ummah, syaab, dan qabilah.
Penyebutan kata ummah (Arab) atau umat (Indonesia) seringkali dinisbatkan kepada umat
Islam sehingga terkesan seolah-olah gabungan kedua kata itu merupakan tarkib idafi yakni suatu
kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan demikian, jika seseorang menyebut kata umat apakah
berkedudukan sebagai subyek misalnya umat dalam keadaan melarat, atau sebagai obyek kita
harus membela umat bahkan ketika menjadi kata majemuk seperti kader umat, kepentingan
umat dan sejenisnya, maka yang dimaksudkan adalah umat Islam. Hal ini dapat dimaklumi
berdasarkan pemahaman dari suasana pernyataan tersebut. Akan tetapi menjadi masalah jika
pernyataan tersebut diucapkan oleh seorang yang bukan muslim.
Di dalam beberapa ensiklopedi, kata umat diartikan dengan berbagai pengertian.

Ada yang memahaminya sebagai bangsa, ada pula yang mengartikannya dengan
negara seperti yang dikutip Maghfur W (2002) dari Al-Mujam al-Falsafi yang disusun oleh
Pusat Bahasa Arab (Majma Al-Lughah Al-Arabiyah). Lembaga ini memberikan pengertian
ummah sebagai komunitas manusia yang membentuk kesatuan politik, yang disatukan oleh satu
tanah air, satu bahasa, budaya dan perasaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata umat
diartikan sebagai : (1) para penganut atau pengikut satu agama, dan (2) makhuk manusia (1991).
Pengertian-pengertian seperti yang telah diungkapkan di atas dapat mengakibatkan kerancuan
pemahaman terhadap konsep ummah yang ada di dalam Alquran. Bahkan bisa jadi akan
menimbulkan kesalah pahaman di kalangan umat Islam sendiri. Sekedar untuk menelusuri
makna kata ummah dari segi bahasa serta pengertiannya di dalam Alquran tulisan ini disusun.

KATA UMMAH DARI SEGI BAHASA

Al-Ghalayaini (1987) mengemukakan bahwa dalam bahasa Arab kalimat atau kata
menurut jenisnya terbagi menjadi tiga kelompok : (1) Isim yaitu semua jenis kata benda atau
yang dibendakan, dan kata sifat, (2) Fiil ( kata kerja ), (3) Harf (dalam bahasa Indonesia lebih
merupakan kata tugas atau kata depan, kata sambung atau kata penghubung).
Isim atau kata benda bila ditinjau dari analisa pembentukan kata terbagi menjadi dua. Yaitu: (1)
Isim jamid (form of the base word), dan (2) Isim musytaq (derived). Isim jamid adalah kata
benda yang tidak berasal dari kata kerja, tetapi terkadang menjadi dasar pembentukan kata kerja
seperti kata hajar (batu), kemudian menjadi ihtajara yang berarti membatu. Sementara Isim
musytaq adalah kata benda yang merupakan bentukan dari kata kerja (kata jadian dalam bahasa
Indonesia ). Salah satu bentuk dari kata jadian dalam bahasa Arab adalah isim masdar
(infinitive).

Dari sudut makna, masdar merupakan isim yang harus mendukung peristiwa atau
perbuatan. Dengan demikian, hubungan antara masdar dan kata kerja asal sedemikian eratnya
sehingga merupakan satu ide atau gagasan dasar, misalnya kata Quran berarti bacaan, berasal
dari kata qaraa, dalam berbagai bentuk yang berarti: telah membaca, sedang membaca, dan akan
membaca atau bermakna bacaan. Semua rentetan arti ini hanyalah menunjuk pada satu makna
yaitu suatu aktifitas yang di lakukan untuk menghasilkan suatu pekerjaan yaitu membaca.
Kata Ummah adalah isim musytaq yang berasal dari kata kerja amma yaummu amman imaman
imamatan umumatan ( ----- ) yang berarti ; menuju atau bermaksud ) ),
imam, )) , cara atau jalan (), ibu () , asal, pangkal, sumber atau
induk ( ) (Maluf, 1986).
Syihab (1996) memberikan uraian kata ummah dari -berarti menuju, menumpu, dan
meneladani. Dari akar yang sama, lahir antara lain kata umm yang berarti ibu dan imam yang
berarti pemimpin karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan, serta harapan
anggota masyarakat.
Bila dilihat keseluruhan arti dari asal kata ummah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kata
tersebut menunjukkan pada proses dinamis suatu komunitas. Yaitu komunitas yang bergerak
maju dengan tetap berlandaskan pada asas kebersamaan dan kesadaran bahwa mereka
merupakan himpunan individu, ibarat satu ibu, satu asal, sehingga menjadi bersaudara.

Menurut Maghfur W (2002) kata umat merupakan isim al-Jins (kata benda yang
menunjukkan jenis tertentu), seperti kata al-Insan yang mempunyai konotasi jenis makhluk
berakal yang berbeda dengan makhluk lain seperti al-hayawan, al-malaikah atau al-jin. Dalam
kaitannya dengan pengertian tersebut, maka kata umat merupakan isim al-Jins yang
menunjukkan pada jenis komunitas khusus yang berbeda dengan komunitas lain, seperti al-
syaab (bangsa), atau al-qabilah (suku).
Perbedaan antara ketiga kata di atas terletak pada ikatan yang membentuknya. Qabilah
merupakan komunitas manusia yang berasal dari satu garis keturunan, baik dari ayah maupun
kakek Seperti kabilah Bani Quraydah dan kabilah Bani Hasyim.

Syaab menunjuk pada komunitas manusia yang berasal dari berbagai garis keturunan
ayah maupun kakek, namun tetap berasal dari satu nenek moyang, seperti bangsa Arab yang
terdiri dari suku Qurasy, suku Hudhayil dan sebagainya. Adapun ummah merupakan komunitas
manusia yang berasal dari berbagai etnik, bangsa dan bahasa, namun diikat dengan akidah yang
sama (Ibn Manzur,1990).
Definisi tersebut di atas diperkuat oleh pernyataan redaksi majalah Al-Waie (1417 H) pada
topik Mafhum al-Ummah yang memberikan pengertian kata ummah sebagai satu komunitas
manusia yang disatukan oleh akidah yang sama yang mampu melahirkan sistem, seperti umat
Islam, umat Kristen dan umat Yahudi.

KATA UMMAH DALAM TERMINOLOGI ILMU PENGETAHUAN

Ali Syariati dalam bukunya Al-Ummah wa Al-Imamah menyebutkan keistimewaan kata


ini dibanding kata semacam nation atau qabilah (suku). Pakar ini mengartikan kata ummah
dalam konteks sosiologissebagai himpunan manusiawi yang seluruh anggotanya bersama-
sama menuju satu arah, bahu membahu, dan bergerak secara dinamis di bawah kepemimpinan
bersama (Shihab, 1996).
Al-Maraghi (1963) mendefinisikan kata ummah dengan kelompok atau organisasi yang
menghimpun individu-individu dalam satu ikatan, sehingga memiliki ketergantungan antara satu
dengan lainnya bagaikan anggota tubuh, untuk saling melengkapi sisi-sisi kelemahan dan sedapat
mungkin terhindar dari kesalahan berbuat dosa.
Qutb (1
967) berpandangan sama dengan Maraghi bahwa ummah adalah jamaah atau kelompok, hanya
saja ia lebih jauh mengemukakan bahwa didalam melaksanakan tujuan kebaikan diperlukan
kekuatan karena suatu kebaikan hanya dapat ditegakkan oleh orang-orang yang mempunyai
kekuatan. Oleh karena itu, sebuah organisasi haruslah dapat menghimpun semua potensi yang
ada untuk melahirkan satu kekuatan.

KATA UMMAH DALAM ALQURAN

Secara keseluruhan kata ummah dalam Alquran mempunyi tiga bentuk, yaitu : mufrad
(single), mudhaf (aneksi), dan bentuk jama (plural). Seluruhnya diulang sebanyak 64 kali dalam
33 surat 61 ayat. Bentuk kata ummah dalam Alquran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Mufrad ( ) yang disebutkan sebanyak 49 kali dalam 22 surat, 47 ayat,. Bentuk Mudhaf ()
disebut sebanyak 2 kali dalam 2 surat, 2 ayat, dan bentuk jama ( )13 kali dalam 9 surat, 12
ayat .
Di dalam bahasa Arab suatu kata akan mengalami perubahan makna tergantung pada semangat
kalimat yang mendukungnya atau konteks dimana ia ditempatkan. Sehingga sering terjadi
keragaman arti sebuah kata karena situasi atau konteks kalimat. Persoalan semacam ini banyak
ditemukan dalam Alquran. Kata al-kitab misalnya, dalam terjemahan Departemen Agama (1989)
selain menunjukkan pengertian Alquran sebagai wahyu bagi Muhammad, pada konteks lain
menunjukkan pada kitab Zabur (Q:27:40),Taurat dan Injil (Q:2:144).
Bahkan di tempat lain berarti aturan (ketentuan atau ketetapan) (Q:30:56), perjanjian
(Q:24:33), catatan amalan (Q:45:29), lauh mahfuzh (Q:17:58), surat (Q:27:29).
Demikian pula halnya kata ummah. Di dalam Alquran, makna kata ini muncul sangat bervariasi,
artinya tidak dibatasi secara tegas pada satu makna. Misalnya pada surat 12:45 Alquran
menggunakan kata ummah untuk arti waktu. Sedangkan pada surat 43:22 menunjuk pada arti
jalan/ gaya hidup.
Yang perlu dicermati adalah bahwa Alquran tidak hanya berbicara ummah dalam dataran umat

Islam saja tetapi meliputi berbagai macam komunitas manusia. Kata Ummah dalam surat
7:159 berbicara tentang umat Musa, dan yang dimaksud ummah dalam surat 3:11 adalah ahlul
kitab. Kata ummah yang menunjuk kepada pengertian umat Islam hanya terkandung dalam
empat ayat dari enampuluh satu ayat yang berbicara tentang ummat yaitu; surat 2:143, 3:104,
3:110, dan surat 21:92.

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. (2:143).

Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar. (3:104).

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (3:110).

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku
adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku. (21:92).
Dalam beberapa surat seperti S:7:38 dan S:41:25 kata ummah digunakan dalam satu bagian yang
sungguh tidak menarik yaitu jenis jin dan manusia penghuni neraka, S:43:33 menunjuk orang-
orang kafir, dan dua kata ummah di dalam satu ayat dalam S:11:48 memberikan pengertian yang
kontradiktif, yang pertama ditujukan kepada orang-orang mukmin pengikut Nuh, dan yang kedua
menunjuk pada orang-orang yang akan ditimpa azab. Surat 13:30 menggunakan kata ummah
menunjuk orang-orang yang enggan menjadi pengikut para Nabi.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas diketahui bahwa kata umat tidak hanya digunakan
untuk menunjuk pada manusia-manusia yang taat beragama dan atau penganut satu agama
tertentu.

Dalam beberapa kasus terpisah term ummah menunjukan pada semua jenis makhluk
hidup, termasuk di dalamnya al-hayawan (S:6:38).

Dan tiada binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat-umat juga seperti kamu.

Pengertian ini dikuatkan oleh beberapa hadis Nabi diantaranya :


(1) diriwayatkan oleh Imam Muslim:

Semut (juga) merupakan suatu umat dari umat-umat yang ada

(2) diriwayatkan oleh At-Tirmidzi:



Seandainya anjing-anjing itu bukan termasuk umat niscaya saya perintahkan untuk dibunuh
Kata Ummah digunakan sekali dalam satu surat menunjukan seorang individu, yaitu
Ibrahim dalam kapasitasnya sebagai seorang hamba yang menyatu di dalam dirinya sekian
banyak sifat terpuji (S:16:120), dari sini beliau kemudian disebut sebagai imam, yakni pemimpin
yang diteladani.


Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah.

Ad-Damighani (abad ke-11H.) dalam Shihab (1996) menyebutkan sembilan arti untuk
kata ummah dalam bentuk tunggal, yaitu ; (1) kelompok (S:28:23), (2) agama (tauhid) (S:21:92,
S:23:52), (3) waktu yang panjang (S:12:45), (4) kaum (S:2:128), (5) pemimpin (S:7:181), (6)
generasi lalu (S:2:134), (7) umat Islam (S:2:143, S:3:104, S:3:110), (8) orang-orang kafir
(S:7:38, S:43:33), dan (9) manusia seluruhnya (S:13:30, S:23:43) ). Benang merah yang
menggabung makna-makna di atas adalah himpunan.

Makhluf (1956) memberikan pengertian Kata ummah pada S:21:92 dengan Agama
Islam .( ) S:2:143 umat yang adil atau pilihan /umat Islam () .
S:3:113 golongan yang berlaku lurus ( ) . S:11:8 berarti waktu (
,). S:16:120 orang yang mengajarkan kebaikan " )) . S:23:52 Agama dan
syariah" () . S:28:23 sekelompok (). S:43:22 Agama dan tata cara
pelaksanaannya () . S:43:33 orang-orang yang terkungkung dalam
kekafiran. ( ).

Memperhatikan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa makna kata ummah
lebih banyak digunakan untuk menunjuk kelompok-kelompok dalam satu komunitas yang luas.
Hal ini terlihat pula dalam ayat-ayat berikut ; Tuhan telah mengutus tiap-tiap ummah seorang
rasul (S: 6:42, (S:10:47, S:13:30, S:16:36, 63, S:23:44, S:29:18) pemberi peringatan untuk
membimbing mereka pada jalan yang benar (S:35:24, 42).
Tetapi rasul-rasul itu seperti Muhammad, sering diserang, dan Quran menyebut mereka
sebagai kaum pendusta (S:23:44, S. 29:18). Karena itu, para rasul akan menjadi saksi atas
mereka pada hari pengadilan (S:4:41, S:16:84, 89, S:28:75, S:2:143). Tiap-tiap ummah
dibangkitkan untuk diadili ( S:6:108, S:10:49, S:15:5, S: 23:43, S: 27:83). Ada juga sejumlah
individu yang memperhatikan seruan Tuhan, dengan demikian, mereka berjalan pada jalan yang
benar (S:5:66). Kumpulan orang-orang yang tulus di antara ahl al- kitab juga disebut ummah
(S:3:113, S:5:66, S:7:159, S:2:134, 141, S:7:159,181, S:11:48). Mereka adalah kelompok-
kelompok kecil yang terbatas dalam komunitas-komunitas yang lebih luas.

SIMPULAN
Bedasarkan atas apa yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa kata umat di
dalam Al-Quran memiliki diversifikasi makna sesuai dengan pesan yang termuat di dalam ayat
tersebut. Dari enam puluh satu ayat yang menggunakan kata ummah muncul sebelas pengertian,
yaitu : (1) waktu, (2) cara/ jalan, (3) generasi lalu (umat Musa dan Nuh), (4) Ahlul kitab, (5)
umat Islam, (6) orang-orang kafir (dari jenis jin dan manusia), (7) semua jenis makhluk termasuk
al-hayawan, (8) manusia seluruhnya, (9) Imam/pemimpin (Ibrahim), (10) agama Islam, (11)
kelompok/kaum.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Ghalayaini, Mustafa. 1987. Jamiu al-durus al-arabiyah. Beirut : Maktabah al-Asriyah.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1963. Tafsir Al-Maraghi. Mesir:Mustafa Al-Babi wa Al-Halabi.

Departemen Agama. 1989. Alquran dan Terjemahannya. Semarang : Toha Putra.

Ibn Manzur. 1990. Lisan al-Arab. Beirut : Dar Fikr.


Maghfur W, Muhammad. 2002. Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam.
Bangil Jatim: Al-Izzah.

Makhluf, Husein Muhahammad. 1956. Kalimatul Quran tafsir wal bayan. Kairo: Darul Fikri.
Maluf, Louis. 1986. Al-mujid fi al-lughah wa al-alam. Beirut : Dar al-Masyriq.
Majalah Al-waie, 1417H. Mafhum al-Ummah. Beirut.
Qutb, Sayyid. . 1967. Fi Zhilalil Quran. Beirut: Ihya Al-Turat al Arabi.
Shihab, Quraish M. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka.
Diposkan oleh Ibn Hasan Munawar di 21.53

Bab 2

B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu lebar maka akan dibatasi pada:
1. Bagaimana karakteristik ummah yang terdapat dalam Al-Quran?
2. Bagaimana solusi Al-Quran mendorong terjadi perubahan sosial dalam tubuh ummah?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ummah dan Qaum
Sebelum secara mendalam membahas tentang ummah dan qaum berikut sekilas tentang
kelompok manusia dalam term yang lain:
Syab, dalam Lisan al-Arab Ibnu Mandzur diartikan : .1
Jika ia digunakan untuk menjelaskan kelompok manusia akan selalu menunjukkan pemilahan
dan pemisahan antara anggota kelompok dan yang bukan anggota. Contoh penggunaan syab
dalam Al-Quran adalah QS. Al-Hujurat [49]:13,


Sebagian mufassir menjelaskan kata syab sebagai komunitas terbesar manusia
yang di dalamnya terdapat sub-kelompok yang disebut qablah, kemudian qablah terdiri dari
kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi. 2 Demikian, Al-Maraghi juga memaknainya sebagai
sebuah komunitas manusia yang besar yang bermuara pada satu nasab.3 Penggunaan derivasi
syab yang lain terdapat pada QS. Al-Mursalt [77]: 30 yaitu kata syuab yang mana dalam ayat
tersebut mempunyai arti cabang.
Qablah berarti ban abin waidin4 yaitu sekelompok manusia yang berasal dari satu
keturunan. Kata qablah tidak banyak disebutkan dalam Al-Quran. Hanya ditemukan pada satu
tempat di QS. Al-ujurat [49]: 13 dalam bentuknya yang jamak qabila bersamaan dengan
syuub. Kata qablah ini sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kabilah. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kabilah berarti suku bangsa atau kaum yang besaral dari satu
ayah, senada Al-Ashfihani dalam Al-Mufradt fi Garb al-Quran menyebutkan kullu qablah
min nasli rajulin5. Dengan demikian kabilah adalah untuk suku bangsa yang menganut budaya
patrilineal.
Qaryah mempunyai arti negeri atau kampung. Ketika digunakan dalam ayat Al-Quran
maka yang dimaksud adalah penduduk yang mendiaminya. Kata qaryah dan semua derivasinya
terdapat 60 tempat dalam Al-Quran. Contohnya dalam QS. Al-Qaa[28]: 59: wam kunn

1 Mandzur, Jamaluddin Ibnu, Lisan al-Arab, Cet.III, Vol.I, Beirut: Dar Shadir, 1414 H, Hal: 497.

2[3] Munzir, Hitami, Revolusi Sejarah Manusia, Yogyakarta: LKiS, 2009, Hal. 42.

3[4]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maraghi, Vol.26, Mesir: Syirkah Maktabah, Hal.
142.

4[5]Mandzur, Jamaluddin Ibnu, Lisan,...Vol.XI, Hal. 541.

5[6]Al-Ashfihani, Rhogib, Al-Mufrodt fi Garb Al-Quran, Jilid I,Beirut: Dar al-Qalam, 1421 H.
Hal 394
muhlikal qur ill wa ahluha limn, Kami tidak membinasakan negeri-negeri kecuali
penduduknya berbuat aniaya. Berdasarkan ayat tersebut, yang dihancurkan oleh Allah adalah
negeri, namun yang dimaksud adalah penduduk negeri tersebut. Generalisasi tersebut disebabkan
kezaliman tersebut telah dilakukan oleh mayoritas penduduknya. Ayat lain yang menjelaskan hal
ini adalah QS. Al-Syuar [26]: 208 dan QS. Al- ajj [22]: 45.
Qarn adalah turunan dari kata qarana yang dikutip oleh Munzir Hitami dari Mujam
Maqyis al-Lugah Ibnu Faris berarti jamu syain ila syaiin (menggabungkan sesuatu dengan
yang lain) dan syaiun yantau bi quwwatin wa syiddah (sesuatu yang sangat menjulur).6[7]
Sedangkan qarn adalah ahl zamnin widin, dalam konteks pemakaiannya dalam Al-Quran ia
selalu menunjukkan pernyataan-pernyataan yang menjelaskan tentang tumbuh dan hancurnya
suatu komunitas manusia dalam perjalanan manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-
Qaa [28]: 45, walakinna ansyana qurnan fataawwala alaihim al-umur (kami tumbuhkan
beberapa generasi, maka berlalulah atas mereka beberapa masa) atau dalam QS.Qf [50]:36,
wakam ahlakn qablahum min qarnin wa hum asyaddu minhum basyan (dan berapa banyak
generasi Kami binasakan sebelum mereka, yang generasi itu jauh lebih kuat daripada
mereka).Contoh ayat-ayat lain adalah dalam QS. Yuns [10]:13, QS. Maryam [19]: 74 dan 98,
dan QS. Al-Anam [6]:6.

B. Ummah dalam Al-Quran


Dari semua kata ummah yang terdapat dalam Al-Quran yang berkaitan dengan
kelompok manusia setidaknya dapat diklasifikasikan dalam 6 tema.
a. Manusia sebagai ummatan wahidah
QS. Hud [11]: 118


Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat

6[7]Munzir, Hitami, Revolusi,...Hal.44.


Menurut penjelasan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah bahwa ayat ini untuk
menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa pada hakikatnya Allah tidak menghendaki manusia
semua sejak dahulu hingga kini untuk menjadi satu umat saja, yakni satu pendapat, satu
kecenderungan, satu agama dalam segala prinsip dan perinciannya. 7 [14] Walaupun pada
awalnya manusia adalah umat yang satu sebagaimana dijelaskan dalam QS.Yunus [10]: 19,
Wam kna al-nasu ill ummatan widatan fakhtalaf, Quraish Shihab berpendapat bahwa
ummatan widatan dalam konteks ini adalah tentang fitrah manusia, bahan manusia dalam
keadaan fitrahnya semua mengakui keesaan-Nya. Kemudian perselisihan itu timbul akibat
adanya rayuan dan godaan setan serta nafsu dan juga lahirnya kedengkian antar manusia. Oleh
karena itu diantara mereka ada yang mempertahankan kesucian fitrahnya dan ada pula yang
mengotorinya, ada yang taat dan ada yang durhaka, ada yang adil namun ada pula yang
zalim.8[15]
Jika Allah dari awal menghendaki ummatan widah maka Allah tidak akan
memberikan kebebasan manusia untuk memilah dan memilih, termasuk memilah dan memilih
kepercayaan. 9[16] Kebebasan itu manusia peroleh dengan pengoptimalan anugerah terbesar
manusia yang berasal dari Allah yang berupa akal. Bahkan Al-Quran pun memuji orang-orang
yang menggunakan optimal akalnya untuk jalan yang baik. Dengan demikian maka berlakulah
sunnatullah, barang siapa masih mempertahankan kesuciannya dan berbuat adil akan mendapat
balasannya dan demikian pula ia yang menyimpang dan berbuat aniaya.
Ayat-ayat yang lain yang menjelaskan akan hal ini adalah QS. Al-Baqarah [2]: 231, QS.
Al-Nal [16]: 93, QS. Al-Anbiya [21]: 92, QS. Al-Muminun [23]: 52 dan QS. Al-Zukhruf
[43]:33. Dimana perselisihan yang disinggung dalam ayat-ayat tersebut adalah perselihan akidah
sehingga umat bisa tercerai berai. Namun dalam konteks sekarang ini perselihan yang
menjadikan umat terpecah belah bukanlah urusan akidah saja, akidah bisa sama tapi mempunyai
kepentingan berbeda-beda juga bisa menjadi pendorong perpecahan dalam tubuh umat.
Perbedaan kepentingan, paham, politik, perebutan kekuasan, kedudukan dan lain-lain. Arus

7 [14]Shihab, Quraish, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, Cet.III,
Jakarta: Lentera Hati, 2010, Vol.5, Hal.784.

8[15] Ibid,...Hal.360.

9[16] Ibid,...Hal.784
globalisasi akan terus mendorong umat Muslim untuk memilih jalan mana yang harus ditempuh,
sehingga dituntut untuk berhati-hati agar tidak terjadi perpecahan umat.
b. Kebutuhan ummah akan pemimpin atau rasul
Allah adalah at Yang Maha Mengetahui. Dengan kebebasan yang dimilikinya maka
manusia akan sangat berpotensi melakukan penyimpangan-peyimpangan sehingga umat-umat
tersebut membutuhkan seorang Nabi. Dalam QS. Yunus [10]: 47



Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka,
diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.
Al-Maraghi menjelaskan bahwa yang ingin ditegaskan dalam ayat ini adalah bahwa
Allah SWT menjadikan seorang pemimpin bagi setiap umat yaitu rasul yang Ia perintahkan
untuk menyampaikan kepada kebenaran tentang iman kepada Allah dan hari akhir serta menyeru
kepada apa-apa yang dapat menyelamatkan mereka kelak, yaitu amal baik yang akan membawa
kebahagian di dunia dan akhirat. 10[17]
Sedangkan menurut Quraish Shihab, karena ayat sebelumnya menjelaskan tentang
sanksi yang akan diberikan kepada mereka yang membangkang, ayat ini menjelaskan ada dua hal
pokok berkaitan dengan penjatuhan sanksi. Pertama, adalah kedatangan rasul menyampaikan
ajaran, karena tiada sanksi sebelum datangnya rasul/ pemberi peringatan. Seperti yang dijelaskan
dalam QS. Al-Isra [17]: 15 wam kunna muaibna att nabaa raslan (kami tidak akan
mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul). Kedua, bahwa sanksi itu adil. Sedang ayat ini
menegaskan bahwa setiap umat yang telah lalu mempunyai rasul sebelum Nabi Muhammad.
Masing-masing menyampaikan kepada umatnya tuntunan dan ketentuan Allah. 11 [18] Akan
tetapi di antara mereka ada yang beriman namun ada pula yang ingkar faminhum man mana wa
minhum man kafar (QS. Al-Baqarah [2]: 253 atau terdapat pula dalam QS. Al-Nis [4]:55.
Sedangkan ayat lain yang menjelaskan tentang diutusnya rasul bagi setiap umat adalah pada QS.
Al-Nal [16]: 36, 84.
Disebutkan oleh Munzir Hitami bahwa ummah itu dituntun ke suatu arah tertentu
menuju kualifikasi ummah yang ideal menurut Al-Quran. Dalam proses tersebut ummah ini dari

10[17]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir...Vol.XI, Hal.115.

11[18]Shihab, Quraish, Tafsir,...Vol.V, Hal. 421.


sejak awal mempunyai kecenderungan dasar untuk tunduk pada pada sesuatu yang lebih tinggi
dari dirinya sejalan dengan penciptaan Islam sebagai jalan lurus. Namun kecenderungan dasar
tersebut akan berkembang sesuai dengan lingkungan, pendidikan serta keturunan yang mana hal
itu dapat menyimpang dari jalan yang lurus. Penyimpangan-penyimpangan manusia tersebut
dapat terjadi karena manusia selalu dihadapkan pilihan-pilihan antara jalan lurus dan jalan yang
sesat, antara buruk dan baik dan antara benar dan salah. Konsep pilihan pulalah yang kemudian
menuntut adanya bimbingan agar manusia tidak terjerumus pada pilihan salah dan karena itu
menimbulkan konsep tentang kerasulan.12[19]
Salah satu tujuan rasul diutus adalah untuk memperbaiki umatnya yang tersesat. Pusat
perhatian mereka adalah kondisi sosial, terutama yang berkaitan dengan tingkah laku moral.
Secara khusus, ajaran mereka ditujuan pada perbaikan kepercayaan umatnya dan penghapusan
ketidakadilan yang biasa diderita kaum lemah dan orang-orang miskin. Akan tetapi para rasul
pun tidak akan berhasil tanpa dukungan dan loyalitas dari rakyat atau orang banyak (umatnya).
Permasalahan yang timbul sekarang ini adalah bahwa problem-problem sosial semakin
banyak sedangkan tongkat kenabian sudah berakhir di tangan Nabi Muhammad. Sebagaimana
yang dikutip Fazlur Rahman bahwa sebagian modernis Muslim berpendapat bahwa melalui
Islam dan kitabnya, manusia telah mencapai kedewasaan rasional dan oleh karena itu tidak
diperlukan laki wahyu-wahyu Tuhan. Namun karena manusia masih mengalami kebingungan
moral yang disebabkan kegagapannya menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan sehingga
kedewasaan moral itu haruslah diringi dengan perjuangan yang terus-menerus hingga mampu
mencapai apa yang dicita-citakan dalam Al-Quran. 13[20] Peranan rasul sekarang ini tidak bisa
digantikan oleh aktor individual saja akan tetapi haruslah melalui gerakan kolektif dimana modal
finansial dan media akan menjadi penunjang keberhasilan umat Muslim.
c. Setiap ummah mempunyai potensi baik dan buruk
Telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa ketika diutus seorang rasul maka
diantara umatnya akan ada yang beriman tapi ada pula yang ingkar. Demikian, karena setiap
umat mempunyai potensi yang sama untuk berbuat baik dan buruk. Dalam QS. Al-Araf [7]: 181

12[19]Hitami, Munzir, Revolusi...Hal.85

13[20]Rahman, Fazlur, Tema ,...Hal.118


Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk
dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan
Menurut Al-Maraghi makna dari ayat ini adalah bahwa Allah telah menciptakan
komunitas manusia yang besar yang terdiri dari berbagai bangsa dan suku yang menyeru kepada
kebenaran dan jalan yang lurus. 14[21] Tidak semua umat-umat terdahulu itu adalah orang yang
zalim. Ayat ini menjelaskan bahwa masih ada orang-orang yang baik ditengah-tengah mereka
yang zalim. Dalam konteks sekarang ini maka merekalah yang mempunyai tanggung jawab
untuk melakukan perubahan dalam tubuh masyarakat.
Sedangkan dalam ayat lainnya dijelaskan betapa setiap umat melakukan perlawanan
pada setiap rasul yang diutus kepada mereka. Seperti pada QS. Al-Ankabt [29]: 18


Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah
mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah)
dengan seterang-terangnya"
Ayat ini ditujukan untuk orang-orang kafir yang mendustakan ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad. Pada ayat sebelumnya telah diceritakan bagaimana umat-umat nabi terdahulu
dihancurkan karena banyak melakukan kezaliman dan bahkan ingin membunuh nabinya.
Terdapat pula pada ayat yang lain QS. Gfir [40]: 5 tiap-tiap umat telah merencanakan makar
terhadap rasul mereka, QS. Al-Muminn [23]: 44 Kemudian Kami utus (kepada umat-umat
itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannyadan QS. Al-Kahfi [17]:19 Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
d. Setiap ummah ada mempunyai batasan masa
Tak abadi yang abadi di dunia ini kecuali Pecipta dunia itu sendiri. Sehebat dan sekuat
apapun kekuasaan itu pasti akan mengalami keruntuhan juga. Demikian pula suatu umat punya
tenggang waktu sendiri-sendiri. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran dalam QS. Yuns [10]: 49

14[21]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa,...Vol.IX, Hal,121


Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya
Kata ajal menurut Quraish Shihab berarti batas akhir dari sesuatu, usia, atau kegiatan,
dan peristiwa apapun. Ayat ini mengisyarakatkan adanya hukum-hukum kemasyarakatan yang
berlaku bagi setiap masyarakat. Al-Quran adalah kitab suci yang pertama kali memberitakan
akan jatuh dan bangunnya suatu masyarakat. Hukum-hukum disebut dengan sunnatullah. 15[22]
Selain menjelaskan akan datangnya ajal bagi perorangan Al-Quran juga menjelaskan
tentang batas akhir suatu umat. Ajal perorangan adalah akibat seseorang yang melanggar hukum
Allah atas nama individu. Sedangkan ajal suatu umat adalah karena penyimpangan kolektif yang
dilakukan mayoritas anggota umat itu. Dan peringatan akan datangnya kehancuran suatu umat
itu lebih tegas dibandingkan peringatan kepada individu.
Fazlur Rahman mengatakan bahwa ketika berbicara mengenai hukuman terhadap
masyarakat-masyarakat karena perbuatan kolehtif mereka, Al-Quran menggunakan kata-kata
yang tegas dan kering. Berbeda dengan kata-kata yang dipergunakan ketika berbicara mengenai
pengadilan individu-individu di hari kebangkitan nanti.16[23]
Maka jika suatu umat melakukan penyimpangan bukan berarti seluruh dunia akan
dihancurkan , namun hanya bangsa yang berbuat penyimpanganlah yang hancur. Sehingga apa
bila dalam umat tersebut ada orang baik di dalamnya, maka orang itu akan ikut dihancurkan
bersaama mereka kecuali jika mereka berusaha untuk memperbaiki keadaan.
Dikutip Munzir Hitami dari Al-Muqaddimah Ibnu Khaldun bahwa suatu bangsa
terbentuk melalui kelompok dominan yang berkuasa terhadap yang lain dari masa kanak-kanak,
dewasa, masa tua, hingga mati. Umur suatu bangsa juga sama dengan umur manusia, suatu umat
atau kerajaan yang mulai tumbuh dari puing-puing reruntuhan sebelumnya berkembang mulai
dengan fase nomad (tidak menetap) atau bisa dikatakan dalam masa transisi- setelah itu barulah
kemudian muncul fase kelebihan dari kebutuhan pokok yang menimbulkan kemajuan yang
disebut al-aar yang merupakan fase kedewasaan. Kemudian akan datang fase kejenuhan di
mana orang tenggelam dalam kemewahan dan kemaksiatan serta tidak ada kemajuan untuk
berjuang. Fase ini adalah fase kerentaan yang akhirnya sampai pada suatu titik yang disebut ajal,

15[22]Shihab, Quraish,...Vol.V, Hal.425.

16[23]Rahman, Fazlur, Tema,...Hal.77


dan sejak itu hancurlah suatu umat atau kerajaan tersebut. Suatu kerajaan atau kekuasaan
biasanya tidak akan melampaui tiga generasi itu dan setiap generasi sama dengan umur rata-rata
manusai, yaitu empat puluh tahun. Jadi umur kekuasaan suatu umat atau kerajaan tidak lebih dari
seratus dua puluh tahun.17[24]

Umur manusia pada umumnya memang banyak yang melapaui empat puluh tahun.
Misalnya Nabi Muhammad wafat di umur 63 tahun. Begitu pula rata-rata umur umat beliau. Tapi
jika kita menilik kepada siklus hidup manusia apakah waktu 60 tahun itu benar-benar kita
melakukan hal yang produktif ? Yang dimaksud empat puluh tahun bisa jadi adalah usia
produktif manusia. Saat masih berusia kanak-kanak manusia belum mampu melakukan kegiatan
yang produktif, demikian juga ketika ia sudah mencapai usia senja, ia sudah lemah dan tidak
produktif lagi.

e. Setiap ummah mempunyai karakter dan pandangan hidup sendiri


Pada setiap ummah mempunyai pandangan hidup sendiri. Itu artinya setiap masyarakat
mempunyai sistem nilai sendiri yang dijadika pegangan hidup. Dari zaman dahulu hingga
sekarang, dari negara-negara Asia hingga Eropa, Barat dan Timur semuanya mempunyai sistem
moral sendiri-sendiri. Dari masing-masing umat yang diceritakan dalam Al-Quran mempunyai
sistem moral yang berbeda-beda. Dalam QS. Al-Anam [6]:108

Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.
Setiap masyarakat mempunyai ciri khas dan pandangan hidupnya. Mereka melangkah
berdasarkan kesadaran tentang hal tentang hal tersebuit. Inilah yang melahirkan watak dan
kepribadian yang khas.18[25]
Menurut Al-Maraghi yang dimaksudkan umat dalam ayat ini adalah mencakup umat
yang kafir, iman, baik maupun buruk. Kemudian Ia akan memberlakukan sunnah-Nya. Masing-
masing umat akan menerima konsekuensi dari apa yang telah dilakukannya. Adapun yang

17[24]Hitami, Munzir, Sejarah,..Hal.205

18[25]Shihab, Quraish, Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan Umat,
Cet.VIII, Bandung: Mizan, 1998, Hal. 320.
dimaksud dengan tazyin disini adalah keringanan langkah dalam menjalankan apa yang sudah
dipilihny, tanpa ada rasa keterpaksaan atau benci.19[26]
Suatu amal yang bagi umat lain merupakan hal yang irasional dan tidak berguna
sekalipun jika sudah menjadi dari bagian kepercayaan maka dengan senang hati umat tersebut
menjalankannya. Ayat-ayat lainnya yang menjelaskan tentang ini adalah QS. Al-Naml [27]: 4,
QS. Al-Anam [6]: 122 & 37, QS. Al-Anfal [8]: 28, QS. Al-Taubah [9]: 37, QS. Yunus [10]: 12,
Al-Rad [13]: 33, QS. Fair [35]: 8, QS. Muammad [47]: 14, dan QS. Gfir [40]: 37.
Walaupun setiap umat mempunyai kebudayaan tersendiri dan pandangan hidup,
menurut Fazlur Rahman suatu umat masih tetap memegang kebudayaan pendahulunya. Hal ini
merupakan beban yang sangat berat bagi generasi-generasi yang belakangan. 20[27]
Di satu sisi mereka ingin menerima ajaran yang dibawa oleh rasul mereka, namun di
sisi lain mereka tetap ingin mempertahankan apa yang telah dilakukan dan menjadi kepercayaan
nenek moyang mereka. Akan tetapi warisan sistem moral itu mengalami gerak historis
bagaikan spiral, bukan sebagai lingkaran.
Akan tetapi, dewasa ini keberlangsungan dan keselamatan umat manusia tidak
ditentukan pada unggul tidaknya sistem moral yang dimilikinya. Arus globalisasi siap mengadu
sistem-sitem moral yang dimiliki oleh berbagai golongan; agama, bangsa, dan budaya dapat
menawarkan perangkat moral dan budayanya untuk menjadi global. Keberhasilannya tentu
tergantung pada sejauhmana sistemdan perangkatnya adequate terhadap persoalan yang selalu
berkembang dan kemampuannya untuk mengakomodasi berbagai budaya dan peradaban yang
ada di bumi ini.21[28]
f. Umat yang unggul
Bahwa tujuan utama Al-Quran adalah menegakkan sebuah tata masyarakat yang
berbudi luhur tinggi, egalitarian dan berkeadilan sosial. Al-Quran mencitakan umat Nabi
Muhammad agar mampu menjadi umat terbaik itu. Dalam QS. Ali Imron [3]: 110
...

19[26] Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, ...Vol.VII, Hal. 214.

20[27] Al-Maraghi, Ahmad Musthofa,...Hal. 86

21[28]Hitami, Munzir,...Hal. 201-202


Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Kata kuntum dalam ayat ini menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, jika
dipahami sebagai kata kerja sempurna maka mempunyai arti wujud, yakni kamu wujud dalam
keadaan sebaik-baik umat. Apabila dipahami sebagai kata kerja yang tidak sempurna maka akan
mempunyai makna wujudnya sesuatu pada masa lampau tanpa diketahui kapan itu terjadi dan
tidak juga mengandung isyarat bahwa ia pernah tidak ada atau suatu ketika akan tiada. Jika
demikian, ayat ini berarti kamu dahulu dalam ilmu Allah adalah sebaik-baik umat. 22 [29]
Sekarang umat Nabi Muhammad akan menjadi umat yang terbaik jika menyeru kepada
kebaikan, mencegah dari perbuatan munkar serta beriman kepada Allah. Tiga hal ini menjadi
syarat untuk mewujudkan khaira ummah.
Al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa pensifatan khaira ummah ini
ditujukan pada Nabi Muhammad dan para sahabatnya yang dengan gigih untuk menyeru kepada
kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar serta beriman kepada Allah SWT.23[30] Lalu
bagaimana dengan generasi sekarang ini? Bisa jadi lebih baik maupun lebih buruk tergantung
seberapa gigihnya melakukan amar marf nahy munkar serta ditentukan kadar kualitas
imannya.
Ayat kedua adalah QS. Al-Baqarah [2]: 143

...
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Umat Islam adalah ummatan wasaan, umat yang moderat dan teladan. Kata tengah
selalu identik dengan sesuatu yang seimbang. Maka wasaan bisa diartikan pula sebagai adil.
Ummatan wasaan adalah umat yang adil, dimana menurut Al-Maraghi pertengahan (sikapnya)
dalam beragama. Karena kaum sebelumnya ada yang begitu sangat memegang teguh urusan

22[29]Shihab, Quraish,...Vol.II, Hal. 222

23[30]Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir,...Vol.IX, Hal.24


agama hingga benar-benar meninggalkan duniawi, di sisi lain ada yang begitu mencintai urusan
dunia hingga tidak mempedulikan sama sekali urusan akhirat.24[31]
Posisi pertengahan akan menjadikan seseorang dapat dilihat oleh siapapun dari seluruh
penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat dijadikan teladan bagi semua pihak. Posisi tersebut
juga menjadikannya dapat menyaksikan siapapun dan dimanapun. Allah menjadikan umat Islam
pada posisi pertengahan agar umat Islam menjadi syahid (saksi) bagi umat yang lain, tetapi hal
itu hanya bisa dilakukan jika umat Islam menjadikan Nabi Muhammad sebagai saksi terhadap
amal perbuatan mereka sekaligus mereka juga menyaksikan Nabi Muhammad yaitu sebagai
teladan dalam segala tingkah laku.25[32]
Sikap moderat untuk sekarang ini memang sangat diperlukan. Banyak paham-paham
dan aliran-aliran keagamaan yang bermunculan, bahkan dalam tubuh Islam sendiri. Jika tidak
disikapi dengan bijak maka hal tersebut bisa memicu perpecahan. Denga sikap moderat paling
tidak seorang muslim menjadi tidak gampang menyalahkan paham-paham ataupun aliran-aliran
yang tidak sesuai dengannya, tapi tidak pula ia mudah terbawa arus dan mengikuti mainstream.
C. Qaum dalam Al-Quran
Kata qaum dalam Al-Quran paling banyak adalah disandarkan kepada Nabi, yaitu
sebagai sekelompok manusia yang hidup di masa seorang Nabi. Namun adapula yang berarti
ummah, sekelompok manusia dalam arti yang lebih luas.
a. Qaum dalam arti manusia secara umum
- QS. Al-Rad [13]: 11
...
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
- QS. Al-Anfal [8]: 53


(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu

24[31]Ibid,..Vol.II, Hal.6

25[32]Shihab, Quraish, Tafsir,...Vol. 1, Hal.415


mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui
Menurut Quraish Shihab ayat membicarakan hukum perubahan sosial di masyarakat.
Dalam bukunya Membumikan Al-Quran ia menjelaskan bahwa ayat ini membicarakan dua
macam perubahan dengan melibatkan dua pelaku. Pertama, perubahan masyarakat yang
pelakunya adalah Allah SWT. Kedua, perubahan keadaan diri manusia yang pelakunya adalah
manusia. Perubahan yang dilakukan Tuhan terjadi secara pasti melalui hukum-hukum
masyarakat yang ditetapkannya. Hukum-hukum tersebut tidak memilih atau membedakan antara
satu masyarakat atau kelompok denga masyarakat atau kelompok yang lain. 26[33]
Ma bi anfusihim diartikan sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri mereka, yakni
yang terdiri dari dua unsur pokok, yaitu nilai-nilai yang dihayati dan iradah manusia. Perpaduan
keduanya akan menjadi faktor pendorong guna melakukan sesuatu.27[34]
Untuk mewujudkan terjadinya perubahan menurut Quraish Shihab setidaknya harus ada
dua syarat pokok: (a) adanya ide atau nilai (b) adanya pelaku-pelaku yang menyesuaikan diri
dengan nilai-nilai tersebut.28[35] Dalam konteks agama samawi ide atau nilai itu berupa ajaran-
ajaran yang diberitakan oleh para nabi utusan, namun bagi agama non-samawi ide atau nilai itu
bisa diperoleh melalui pemikiran dan perenungan yang mendalam. Sedangkan pelaku-pelakunya
haruslah memenuhi kualifikasi sebagai agen perubahan pencipta sejarah. Jika ia adalah aktor
individual maka kualifikasi yang paling mendasar adalah ia merupakan sesorang yang
mempunyai kesadaran (awareness) terhadap apa yang sedang dialami oleh qaum-nya yang
kemudian mendorongnya melakukan tindakan (action).29[36] Jika itu merupakan aktor kolektif
maka yang dibutuhkan tidak hanya awareness. Selain awareness keberhasilan tindakan kolektif

26[33]Shihab, Quraish, Membumikan Al-Quran, Cet.XXX, Bandung: Mizan, 2007, Hal. 246

27[34]Shihab, Quraish, Wawasan,...Hal. 322.

28[35]Shihab, Quraish, Membumikan,..Hal. 246

29[36]Ada tiga tipe individu pembuat perubahan sosial: pertama, terdiri dari orang biasa dalam
kegiatan sehari-hari. Tapi mampu melakukan tindakan perubahan sosial karena kepekaannya. Kedua,
terdiri dari individu yang mempunyai kualitas pribadi yang khas (pengetahuan, karisma, kecerdikan,
keterampilan dan lain-lain). Yang termasuk golongan kedua ini antara lain: nabi, ideolog, negarawan,
diktator dan lain-lain). Ketiga, tipe ketiga ini terdiri dari orang-orang yang menduduki posisi luar biasa.
Mereka adalah raja, presiden, anggota legislatif, mereka adalah pembuat peraturan yang menentukan
kehidupan orang lain. Lihat Pitr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Terj. Alimandan, Jakarta:
Prenada Media Group, 2011, Hal.306.
ditentukan pula common enemy seperti kemiskinan, ketidakadilan, diskriminasi, liberalisme,
radikaslisme, westernisasi dan lain-lain.
b. Qaum dalam arti pengikut seorang pemimpin
Pemimpin disini bisa berupa seorang nabi, tapi bisa pula berupa raja seperti Firaun.
- QS. Al-Araf [7]: 59

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai
kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau
kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).

- QS. Al-Araf [7]: 65



Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya?
- QS. Al-Araf [7]: 109


Pemuka-pemuka kaum Firaun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir
yang pandai
Pada masa nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad, sebagai mana yang diceritakan
dalam Al-Quran kaum-kaum mereka adalah sekelompok manusia yang menghuni atau berdiam
di daerah tertentu. Sasaran dakwahnya masih dalam lingkup kecil disekitar nabi-nabi itu tinggal.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai kitab suci yang terakhir Al-Quran secara komprehensif mengatur seluruh pola
interaksi manusia dengan manusia lainnya yang terwadahi baik itu dalam bentuk sebagai umat,
kaum, kabilah, suku bangsa, klan, maupun lainnya. Bentuk-bentuk sosial group sekarang ini
semakin beragam, berbeda-beda dan bervariasi; komunitas, paguyuban, partai politik, organisasi
masyarakat, aliansi dan lainnya.
Apapun bentuknya tapi prinsipnya tetaplah sama. Bahwa dalam sekumpulan manusia
yang saling berinteraksi membutuhkan aturan untuk menjaga satu sama lain. Setiap anggota
kelompok adalah individu yang mendapat kebebasan dari Allah untuk memilih apa yang harus
dan tidak dilakukan. Jika pilihan baik yang saling bersinergi maka majulah suatu umat atau kaum
itu, namun jika yang bersinergi adalah potensi keburukan maka umur suatu umat itu pastilah
tidak akan lama.
Karakteristik kata ummah yang mengandung gerak dinamis, arah dan waktu, jalan,serta
gaya dan cara hidup agama, dengan latar belakang kesamaan agama, zaman, politik,dan tempat
memungkinkan kelompok-kelompok yang ada sekarang ini untuk disebut sebagai ummah
sehingga mereka membutuhkan sutau sistem nilai, memerlukan seseorang yang bisa mengisi
peran nabi untuk mencapai cita-cita kemasyarakatan Al-Quran menjadi khaira ummah dan
melakukan perubahan sosial.

30[1]Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Quran, terj.Anas Mahyudin, Bandung: Penerbit


Pustaka, 1996.Hal.54.

Bab 3

MAKNA LAFAL UMMAH DALAM AL-QURAN

MAKNA LAFAL UMMAH DALAM AL-QURAN

A. Pendahuluan
Al-Quran merupakan salah satu sumber pokok dalam agama Islam. Al-Quran secara
harfiah berarti bacaan merupakan pilihan nama yang tepat karena tiada suatu bacaan yang
dapat menandingi al-Quran yang dibaca dan dipelajari dari berbagai segi, baik bacaan, redaksi
ayat demi ayat, sejarah, kosa-kata, sebab-sebab dan waktu turunnya dan lain sebagainya.[1]
Kosa kata yang terdapat dalam al-Qurn ada 77.439 dengan jumlah huruf sebanyak
323.015.[2] Adapun pada pembahasan makalah ini penyusun memfokuskan pada kata ummah
yang terdapat dalam al-Quran.
B. Pembahasan
1. Pengertian Umum Lafal Ummah
Lafal Ummah merupakan isim mustaq (pecahan) dari kata ( amma-yaummu) yang
berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Dari akar kata umm yang berarti ibu dan imam
yang maknanya pemimpin, karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan, dan
harapan anggota masyarakat. Ummah juga diartikan sebagai semua kelompok yang dihimpun
oleh sesuatu, seperti halnya agama, waktu, atau tempat yang sama, baik penghimpunannya
secara terpaksa ataupun berdasarkan kehendaknya.
2. Jumlah Lafal Ummah dalam Al-Quran
Jumlah lafal kata ummah dalam al-Quran bervariasi dalam bentuknya yang bermacam-macam.
Secara keseluruhan, kata ummah dalam al-Quran dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Dalam bentuk mufrad (), yaitu sebanyak 49 kali
b. Dalam bentuk mudaf (), yaitu sebanyak 2 kali
c. Dalam bentuk jama (), yaitu 13 kali
Daftar keseluruhan lafal ummah dalam al-Quran

Nama Surat No. Ayat No. Ayat No. Ayat
1 Al-Baqarah 128, 134, 141, 143,
213
2 Ali-Imran 104, 110, 113
3 An-Nisa 41
4 Al-Maidah 48, 66
5 Al-Anam 108 38, 42
6 Al-Araf 34, 38, 159, 164, 38, 160, 168
181,
7 Yunus 19, 47, 49, 48
8 Hud 8, 118 48
9 Ar-Radu 30 30
10 Al-Hijr 5, 10
11 An-Nahl 36, 84, 89, 92, 93, 63
120
12 Al-Isra 71
13 Al-Hajj 34, 67
14 Al-Muminun 43, 44, 52 52
15 An-Naml 83
16 Al-Qashash 75, 23
17 Al-Ankabut 18
18 Fathir 24 42
19 Ghafir 5
20 Fushshilat 25
21 Asy-Syuraa 8
22 Az-Zukhruf 22, 23, 33
23 Al-Jasiyah 28
24 Al-Ahqf 18
25 Yusuf 45
26 Al-Anbiya 92 92

3. Makna Lafal Ummah


Pengertian Lafal sendiri adalah apa yang diucapkan, baik yang terdengar maupun yang
tertulis, sedang makna adalah kandungan Lafal dan tujuan yang hendak dicapai dengan
pengucapan atau penulisannya. Jadi makna adalah apa yang terdapat dalam benak yang
diucapkan melalui Lafal sehingga tidak ada Lafal tanpa makna dan sebaliknya. Di dalam bahasa
Arab suatu kata akan mengalami perubahan makna tergantung pada kalimat yang mendukungnya
atau konteks dimana ayat tersebut ditempatkan. Dalam al-Quran makna ummah dipakai dalam
beberapa konteks pembicaraan. Diantara pengertian makna ummah dalam al-Quran adalah
sebagai berikut:
a. Lafal Ummah yang bermakna Himpunan atau Komunitas
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa lafal Ummah adalah semua kelompok yang dihimpun
oleh sesuatu, seperti halnya agama, waktu, atau tempat yang sama, baik penghimpunannya
secara terpaksa ataupun berdasarkan kehendaknya.[6] Pengertian tersebut bisa dilihat dari ayat-
ayat berikut yang menunjukkan pengertian yang berbeda sebagai berikut:

1. Golongan Ahli Kitab


]:[

Mereka itu tidak sama; diantara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka
membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(sembahyang). (QS. Ali Imran: 113).

2. Para Hewan
Pengertian ummah disini tidak hanya mencakup pengertian ummah dari jenis manusia,
tetapi juga binatang. Ibnu Manzur menjelaskan bahwa setiap generasi dari manusia adalah umat
sendiri. Sedangkan yang lain mengatakan setiap generasi dari hayawan selain bani adam juga
merupakan ummah tersendiri. Di dalam hadis disebutkan:

Seandainya anjing-anjing itu bukan termasuk umat niscaya saya perintahkan untuk dibunuh. [7]



]:[

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-
Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS. Al-Anam: 38).
Ini menunjukkan bahwa hewan juga termasuk dalam kategori ummat, mereka terhimpun dalam
komunitas binatang.

3. Sekumpulan orang

]:[
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang
yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua
orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan
berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),
sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah
orang tua yang telah lanjut umurnya". (Q.S. AL-Qasas: 23)

4. Berarti Kaum keturunan


]:[
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah
kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S, al-Baqarah:
128).

5. Berarti Umat islam






]:[
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S. al-Baqarah:
143)

6. Berarti Orang-orang Kafir (baik dari jin maupun manusia)




]:[

Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia
yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk
kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang
yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan
kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang
berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat
ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui". (Q.S. al-Araf: 38)

7. Berarti seluruh Manusia




]:[
Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa
umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan
kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dialah
Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya
aku bertaubat". (Q.S. Ar-Rad: 30)

b. Lafal Ummah bermakna Syariat dan Din


Ibn manzur menjelaskan bahwa lafal ummat juga berarti syariat dan din. Hal ini bisa dilihat
dalam firman Allah:


Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi, sebagai pemberi peringatan... (QS. al-Baqarah: 213)

Makna ayat tersebut adalah ( mereka berada pada din yang satu). Dulu manusia
pada masa antara Adam dan Nuh mereka adalah kafir kemudian Allah mengutus para Nabi yang
memberikan kabar gembira kepada orang yang taat dengan surga dan mengancam mereka yang
membangkang dengan neraka.[8] Pendapatlain mengatakan kata ummah maknanya agama,
contohnya perkataan orang arab:

Fulan tidak beragama dan tidak ber-din[9]

]:[

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam
suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya
kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah
pengikut jejak-jejak mereka". (QS Az-Zukhruf : 23).

c. Lafal Ummah bermakna imam teladan


Kata Ummah juga digunakan sekali dalam satu surat yang menunjukan seorang individu, yaitu
Ibrahim dalam kapasitasnya sebagai seorang hamba yang menyatu di dalam dirinya sekian
banyak sifat terpuji. Dari hal ini, beliau kemudian disebut sebagai ummah, yakni bermakna imam
yang diteladani.

]:[

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
(Tuhan). ( QS An-Nahl : 120 ).
d. Lafaz Ummah bermakna masa atau waktu

]:[
Dan berkatalah orang yang selamat diantara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah
beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai)
mena'birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)". (Q.S. Yusuf: 45)

Selain itu juga mengandung makna generasi yang telah berlalu yang berarti generasi dari waktu
yang telah berlalu.


]:[
Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa
yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada
umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jinn dan manusia, sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang merugi. (QS. Fushshilat: 25)
C. Kesimpulan
Lafal ummah dalam al-Quran banyak sekali jumlahnya, baik dalam bentuk mufradnya, jamanya
maupun idafahnya. Makna ummah dalam al-Quran juga ada beberapa macam seperti himpunan
atau komunitas, syariat dan din, imam teladan dan waktu atau masa.

Daftar Pustaka
Al-Asfahani, Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad al-Maruf al-Ragib, Al-Mufradat fi Gharib Al-
Quran, ttp, tp, t.th.
Manzur, Ibnu, Lisan al-`Arab, ttp, Dar al-Marif, tth.
Shihab, Quraish, Kaidah-Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013.
_____________, Wawasan al-Qurn, Bandung: Mizan, 2013.
[1] Quraish Shihab, Wawasan al-Qurn (Bandung: Mizan, 2013), hlm. 3
[2] Ibid, hlm. 4
[3] Ibid, hlm. 429
[4] Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad al-Maruf al-Ragib al-Asfahani, Al-
Mufradat fi Gharib Al-Quran, ttp, Hlm. 23
[5] Quraish Shihab, Metode Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 75.
[6] Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran,... hlm. 23
[7] Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, (tt: Dr al-Marif, tth), Hlm. 134
[8] Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, (tt: Dr al-Marif, tth), hlm. 133
[9] Ibid. hlm.133

Bab 4

Makna-makna Kata Al-Ummah Dalam Al-Quran

Kata al-ummah digunakan di dalam al-Quran maupun as-Sunnah, untuk makna yang bermacam-
macam yaitu sebagai berikut :

1. Jangka Waktu

Kata al-ummah yang bermakna jangka waktu yang disebutkan dalam ayat : Dan sesungguhnya
jika Kami undurkan adzab dari mereka sampai kepada suatu waktu yang ditentukan, niscaya
mereka akan berkata Apakah yang menghalanginya? Ingatlah, di waktu adzab itu datang
kepada mereka, maka (adzab itu) tidaklah dapat dipalingkan dari mereka, dan mereka diliputi
oleh adzab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokannya. ( QS. Hud : 8 )

Demikian juga firman Allah SWT dalam surat Yusuf : Dan orang yang selamat di antara
mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya. (QS. Yusuf :
45)

2. Imam Yang Menjadi Panutan


Kata al-ummah yang bermakna imam yang menjadi panutan disebutkan dalam ayat
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan yang patuh kepada
Allah da hanif. Dan sekali-kali bukanlah ia termasuk orang-orang yang menyekutukan (Allah).
( QS An-Nahl : 120 )

3. Al-Millah dan Ad-Din (agama)

Kata al-ummah yang bermakna al-millah atau ad-din sebagaimana firman Allah SWT tentang
orang-orang musyrik, mereka mengatakan : Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami
menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami adalah para pengikut jejak mereka. ( QS Az-
Zukhruf : 23 )

dan juga firman Allah SWT : Tiap-tiap umat mempunyai Rasul, maka apabila telah datang
Rasul Mereka, diberikan lah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka tidak dianiaya
sedikit pun. ( QS Yunus : 47 ). Yang dimaksud dengan al-ummah dalam ayat ini adalah orang-
orang yang diutus kepada mereka seorang Rasul, baik mereka beriman maupun kafir.
Sebagaimana disebutkan dalam Shahiih Muslim, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya! Tidaklah seorang dari umat ini, baik Yahudi
maupun Nasrani, yang mendengar tentang diriku, lalu ia tidak beriman kepadaku, kecuali ia
akan masuk Neraka. (Muslim I/134. [Muslim (no. 153) dari Abu Hurairah ra]

4. Pengikut

Adapun al-ummah yang maknanya adalah pengikut yaitu orang-orang yang membenarkan para
Rasul, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT : Kalian adalah sebaik-baik
umat yang dilahirkan bagi umat manusia. (QS Ali Imran : 110 )

Dan di dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

Maka aku berkata : Umatku, umatku. (Muslim I/183). [Muslim (no. 193). Diriwayatkan juga
oleh al-Bukhari (no. 7510]

5. Kelompok atau Golongan


Kata al-ummah juga digunakan untuk makna kelompok dan golongan, sebagaimana firman Allah
SWT :

Dan di antara kaum Musa terdapat sekelompok orang yang memberi petunjuk dengan
kebenaran dan menggunakannya untuk menetapkan keadilan, (QS Al-Araaf : 159)

Dan juga firman Allah SWT : Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus ( QS
Ali Imran : 113 )

Sumber : Syaikh Shafiyyur al-Mubarak Furi, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Pustaka Ibnu
Katsir, Bogor, 2008 hal. 489 491

Website : www.tafsiribnukatsir.com

Bab 5

Kata Ummah dalam al-quran disebutkan sebanyak 54 kali dan kata Umam (bentuk jamak dari
kata Ummah) disebutkan sebanyak 13 kali. Jadi, apabila kata ummah dan umam digabungkan,
maka menjadi 64 kali disebutkan didalam al-quran. 51 kali disebutkan pada surah-surah
makkiyah dan sisanya dalam surah madaniyah.
Kalau di tilas balik anatara kata ummah / umam yang ada pada surah makkiyah dan madaniyah
tampak jelas perbedaan dalam penggunaan kata tersebut. Kalau pada surah Makkiyah, itu lebih
banyak mengacu pada ide kesatuan dengan mengakomodir berbagai kelompok primordial
(kelompok paling dasar) masyarakat ketika itu, termasuk kepada penekanan titik temu berbagai
kepercayaan dalam masyarakat. Sedangkan penggunaan kata ummah/umam pada surah
Madaniyah banyak dihubungkan dengan Islam, seperti dapat dilihat pada Surah al-Baqarah [2]:
128143.
Kata ummah / umam di dalam al-Quran yang penggunaannya secara khusus ditujukan kepada
manusia juga mengandung beberapa pengertian.
Pertama, setiap kesatuan generasi umat manusia yang diutuskan seorang nabi atau rasul, seperti
umat Nabi Nuh As, umat Nabi Ibrahim As, umat Nabi Musa As, umat Nabi Isa As, dan umat
Nabi Muhammad Saw. Di antara umat setiap rasul ini ada yang beriman dan ada pula yang
ingkar. Jadi, manusia terbagi menjadi beberapa umat berdasarkan nabi atau rasul yang diutus
kepada mereka, sebagaimana dinyatakan di dalam Surah al-Anam [6]: 42, Yunus [10]: 47, an-
Nahl [16]: 36 & 63, Al-Muminun [23]: 44, serta al-Qashash [28]: 75.
Kedua, suatu jamaah atau golongan manusia yang menganut agama tertentu, misalnya umat
Yahudi, umat Nasrani, dan umat Islam. Ini termaktub dalam Surah al-Araf [7]: 159 dan 181,
Hud [11]: 48, an-Nahl [16]: 36, serta Ali Imran [3]: 104 dan 110.
Ketiga, suatu kumpulan manusia dari berbagai lapisan sosial yang diikat oleh ikatan sosial
tertentu sehingga mereka menjadi umat yang satu, seperti dinyatakan dalam Surah al-Anbiya
[21]: 92 dan al-Muminun [23]: 52.
Keempat, seluruh golongan atau bangsa manusia. Pengertian ini antara lain ditemukan pada
Surah Yunus [10]: 19 dan al-Baqarah [2]: 213.
Meskipun demikian, kata ummah / umam di dalam al-Quran dapat disimpulkan mengandung
pengertian jamaah, yaitu segolongan manusia yang dipersatukan oleh ikatan sosial sehingga
mereka disebut umat yang satu (ummatan wahidah), demikian pendapat Rasyid Ridha. Al-
Qurtubi menyimpulkan penggunaan kata ummah / umam di dalam al-Quran mengandung
pengertian jamaah atau golongan manusia yang kepada mereka diutus seorang Nabi atau Rasul.
Sementara itu, Ali Syariati mengartikan kata ummah / umam dengan jalan yang lurus, yaitu
sekelompok manusia yang semua individunya sepakat dalam tujuan yang sama dan masing-
masing membantu agar bergerak ke arah tujuan yang diharapkan atas dasar kepemimpinan yang
sama.
ARTIKEL, KAJIAN TAFSIR

Anda mungkin juga menyukai