Islam berasal dari bahasa Arab yang semakna dengan kata salima, artinya selamat. Islam (orangnya disebut muslim) aslama yang berarti penyerahan diri kepada Allah, kata lain yang memiliki kesamaan makna dengan Islam, diantarnya kata hanif, artinya cenderung atau kata din yang seakar dengan ketundukan kepada Tuhan. Islam memiliki Tuhan yang satu juga doktrin agama yang satu, yaitu Al-Qur’an. Prinsip ke-esa-an kepada Tuhan (tauhid) jelas memiliki nilai sentral berkaitan dengan kesatuan Islam. Prinsip bahwa hanya satu-satunya Tuhan dan tidak bertuhan kepada selainnya diikuti dengan sepakat oleh hampir seluruh umat Islam tanpa melihat latar belakang sosial-budaya maupun lingkungan. Kesatuan iman dan keyakinan telah menyatukan landasan umat islam dan menimbulkan sistem persaudaraan yang kuat dalam kehidupannya. Keragaman umat Islam dalam pemahaman maupun dalam praktik adalah suatu kenyataan doktriner, kenyataan ini karena memang dikehendaki Al-Qur’an sebagai kitab pemersatunya terutama dalam bentuk kehidupan sosial maupun budaya. Jadi keragaman dalam kehidupan sosial-budaya umat Islam adalah suatu kemestian. Islam diturunkan Oleh Allah untuk manusia. Hanya manusialah yang memiliki keragaman dibanding makhluk- makhluk lainnya. B. Isyarat-Isyarat Kesatuan dan Keragaman Al-Qur’an diturunkan Allah untuk manusia, karenanya hal apa pun sebenarnya bisa ditanyakan kepada Al-Qur’an berkaitan dengan persoalan-persoalan kehidupannya, Al-Qur’an memberikan isyarat-isyarat tentang hal-hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan kemanusiaan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memberi “cetak biru” tentang kesatuan dan keuniversalan Islam. Tentang kesatuan dan keuniversalan dalam ayat-ayat berikut ini : Kesatuan ketauhidan dalam rangka Islam (QS, 21: 108), (QS, 112:1-4): Kesempurnaan Agama (QS, 5:3) Rahmat bagi seluruh alam (QS, 21:107) : Persaudaraan melalui ikatan agama (QS, 30:30): Kesatuan umat (QS, 21:92): Kesatuan arah (kepada Allah), (QS, 2:148): Kesatuan Iman dan Amal (QS, 26:227). Begitu isyarat-isyarat lain, yang dipahami memiliki makna ke arah keragaman yang dibenarkan oleh Al-Quran. Di antara isyarat-isyarat keragaman dalam Al-Qur’an, antara lain : bantahan terhadap kesatuan umat (QS, 16:93), keragaman agama dan kepercayaan (QS, 109:6), bagian dari umat yang beragam (QS,6:38): umat moderat pertengahan di samping umat-umat lainnya (QS, 2:143): keragaman suku bangsa (QS, 49:13): keragaman kaum (QS,49:11), (QS, 11:63,64): keragaman suku (suku Nabi Musa). C. Simbol-Simbol Kesatuan Islam Simbol yang dimaksud di sini adalah tanda sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk memaknai sesuatu yang lain atau dengan meminjam bahasa Ferdinand de Saussure,[14] adalah sejenis tanda di mana hubungan antara penanda dan petanda seakan-akan bersifat arbitrer. Berikut simbol-simbol tersebut : 1. Penegasan satu arah kiblat (Ka’bah) Kiblat merupakan simbol kesatuan arah umat Islam di mana pun berada. Menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah sebagai bentuk ibadah kepada- Nya. 2. Keyakinan yang sama terhadap Tuhan Yang Maha Esa (tauhid) Keyakinan bahwa hanya Allahlah, nama Tuhan yang paling populer, Tuhan sebenarnya yang diakui umat Islam. Hal yang sekaligus merupakan bentuk persaksikan paling asasi, yakni “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya.” 3. Keyakinan terhadap autentitas sumber ajaran yang sama, terutama Al- Qur’an disamping As-Sunnah. Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam yang paling autentik. Sumber ini pun menjadi sarana pemersatu dalam kehidupan beragama dan hubungan antarsesama penganut agama. D. Keragaman Pemahaman dan Pengamatan Islam Keragaman dalam pemahaman Islam tak bisa disangkal sebagai sebuah kenyataan sejarah sosial Islam. Perbedaan Pemahaman tersebut umumnya dan terutama perbedaan tentang hal-hal yang tidak tersurat secara lengkap dan kuat maksudnya dalam kitab Suci, yang kedua karena Al-Qur’an sendiri sebagai kitab dakwah memberi peluang yang sangat luas untuk pengembangan kreativitas manusia dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupannya. Keragaman pemahaman berakar kuat dalam tradisi Islam, karena posisi akal yang sangat vital dan sentral dalam agama Islam. Untuk mempermudah pemahaman, misalkan keragaman Islam dalam kalam atau teologi. Dalam Islam terdapat aliran-aliran kalam, baik yang teraktualisasikan dan tercatat dalam sejarah maupun yang tidak. Misalnya, aliran kalam Mu’tazilah (sang rasionalisme), aliran kalam Qadariyah, Jabbariyah, Murji’ah, Syi’ah, Ahlussunah, dan aliran kalam Khawarij. Dalam pemahaman hukum / fiqih, dikenal pemikiran fiqih empat mazhab atau lima mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, dan Dzahriri. Dalam politik, Syi’ah dan Sunni ditambah pemikiran-pemikiran politik dari aliran-aliran teologi di atas seperti politik khawarij. Keragaman bukan saja mengindikasikan bahwa Islam sebagai rahmat bagi setiap manusia (rahmatan lil ‘alamin) yang sanngat menghargai kemanusiaan.