Anda di halaman 1dari 2

Modul 9-Wujud Islam : Kesatuan dan Keragaman

Asep Ahmad Siddiq, Drs., M.Si.

A. Islam Kesatuan dan Keragaman


Islam berasal dari bahasa Arab yang semakna dengan kata salima, artinya
selamat. Islam (orangnya disebut muslim) aslama yang berarti penyerahan diri kepada
Allah, kata lain yang memiliki kesamaan makna dengan Islam, diantarnya kata hanif,
artinya cenderung atau kata din yang seakar dengan ketundukan kepada Tuhan.
Islam memiliki Tuhan yang satu juga doktrin agama yang satu, yaitu Al-Qur’an. Prinsip
ke-esa-an kepada Tuhan (tauhid) jelas memiliki nilai sentral berkaitan dengan
kesatuan Islam. Prinsip bahwa hanya satu-satunya Tuhan dan tidak bertuhan kepada
selainnya diikuti dengan sepakat oleh hampir seluruh umat Islam tanpa melihat latar
belakang sosial-budaya maupun lingkungan.
Kesatuan iman dan keyakinan telah menyatukan landasan umat islam dan
menimbulkan sistem persaudaraan yang kuat dalam kehidupannya. Keragaman umat
Islam dalam pemahaman maupun dalam praktik adalah suatu kenyataan doktriner,
kenyataan ini karena memang dikehendaki Al-Qur’an sebagai kitab pemersatunya
terutama dalam bentuk kehidupan sosial maupun budaya. Jadi keragaman dalam
kehidupan sosial-budaya umat Islam adalah suatu kemestian. Islam diturunkan Oleh
Allah untuk manusia. Hanya manusialah yang memiliki keragaman dibanding makhluk-
makhluk lainnya.
B. Isyarat-Isyarat Kesatuan dan Keragaman
Al-Qur’an diturunkan Allah untuk manusia, karenanya hal apa pun sebenarnya
bisa ditanyakan kepada Al-Qur’an berkaitan dengan persoalan-persoalan
kehidupannya, Al-Qur’an memberikan isyarat-isyarat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan kemanusiaan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memberi
“cetak biru” tentang kesatuan dan keuniversalan Islam. Tentang kesatuan dan
keuniversalan dalam ayat-ayat berikut ini : Kesatuan ketauhidan dalam rangka Islam
(QS, 21: 108), (QS, 112:1-4): Kesempurnaan Agama (QS, 5:3) Rahmat bagi seluruh
alam (QS, 21:107) : Persaudaraan melalui ikatan agama (QS, 30:30): Kesatuan umat
(QS, 21:92): Kesatuan arah (kepada Allah), (QS, 2:148): Kesatuan Iman dan Amal
(QS, 26:227).
Begitu isyarat-isyarat lain, yang dipahami memiliki makna ke arah keragaman
yang dibenarkan oleh Al-Quran. Di antara isyarat-isyarat keragaman dalam Al-Qur’an,
antara lain : bantahan terhadap kesatuan umat (QS, 16:93), keragaman agama dan
kepercayaan (QS, 109:6), bagian dari umat yang beragam (QS,6:38): umat moderat
pertengahan di samping umat-umat lainnya (QS, 2:143): keragaman suku bangsa (QS,
49:13): keragaman kaum (QS,49:11), (QS, 11:63,64): keragaman suku (suku Nabi
Musa).
C. Simbol-Simbol Kesatuan Islam
Simbol yang dimaksud di sini adalah tanda sebagai sesuatu yang dapat
digunakan untuk memaknai sesuatu yang lain atau dengan meminjam bahasa
Ferdinand de Saussure,[14] adalah sejenis tanda di mana hubungan antara penanda
dan petanda seakan-akan bersifat arbitrer. Berikut simbol-simbol tersebut :
1. Penegasan satu arah kiblat (Ka’bah)
Kiblat merupakan simbol kesatuan arah umat Islam di mana pun berada.
Menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah sebagai bentuk ibadah kepada-
Nya.
2. Keyakinan yang sama terhadap Tuhan Yang Maha Esa (tauhid)
Keyakinan bahwa hanya Allahlah, nama Tuhan yang paling populer, Tuhan
sebenarnya yang diakui umat Islam. Hal yang sekaligus merupakan bentuk
persaksikan paling asasi, yakni “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
utusan-Nya.”
3. Keyakinan terhadap autentitas sumber ajaran yang sama, terutama Al-
Qur’an disamping As-Sunnah.
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam yang paling autentik. Sumber ini
pun menjadi sarana pemersatu dalam kehidupan beragama dan hubungan
antarsesama penganut agama.
D. Keragaman Pemahaman dan Pengamatan Islam
Keragaman dalam pemahaman Islam tak bisa disangkal sebagai sebuah
kenyataan sejarah sosial Islam. Perbedaan Pemahaman tersebut umumnya dan
terutama perbedaan tentang hal-hal yang tidak tersurat secara lengkap dan kuat
maksudnya dalam kitab Suci, yang kedua karena Al-Qur’an sendiri sebagai kitab
dakwah memberi peluang yang sangat luas untuk pengembangan kreativitas manusia
dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupannya. Keragaman pemahaman
berakar kuat dalam tradisi Islam, karena posisi akal yang sangat vital dan sentral dalam
agama Islam.
Untuk mempermudah pemahaman, misalkan keragaman Islam dalam kalam
atau teologi. Dalam Islam terdapat aliran-aliran kalam, baik yang teraktualisasikan dan
tercatat dalam sejarah maupun yang tidak. Misalnya, aliran kalam Mu’tazilah (sang
rasionalisme), aliran kalam Qadariyah, Jabbariyah, Murji’ah, Syi’ah, Ahlussunah, dan
aliran kalam Khawarij. Dalam pemahaman hukum / fiqih, dikenal pemikiran fiqih empat
mazhab atau lima mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, dan Dzahriri. Dalam
politik, Syi’ah dan Sunni ditambah pemikiran-pemikiran politik dari aliran-aliran teologi
di atas seperti politik khawarij. Keragaman bukan saja mengindikasikan bahwa Islam
sebagai rahmat bagi setiap manusia (rahmatan lil ‘alamin) yang sanngat menghargai
kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai