Anda di halaman 1dari 87

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO

(CRUDE PALM OIL)


DI PMKS PT. CONDONG GARUT, JAWA BARAT

TISAH AFIATUL INAYAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Audit Energi pada Proses
Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Tisah Afiatul Inayah


NIM F14090049
ABSTRAK
TISAH AFIATUL INAYAH. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude
Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat. Dibimbing oleh SRI
ENDAH AGUSTINA.

Meningkatnya permintaan CPO (Crude Palm Oil) di pasar dunia akan


meningkatkan konsumsi energi untuk memproduksi CPO. Tujuan penelitian ini
adalah melakukan audit energi untuk memproduksi CPO di PT. Condong Garut,
Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total konsumsi energi primer
sebesar 17.56 MJ/kg CPO pada kapasitas produksi pabrik 20 ton TBS/jam dengan
tingkat rendemen 20.08 %. Total konsumsi energi tidak termasuk embodied
energy pada alat dan mesin serta pestisida. Input energi berasal dari biomassa
(cangkang dan serat), solar, pupuk, dan energi manusia. 64.16 % dari total energi
terjadi di pengolahan, sementara kegiatan budidaya termasuk panen
mengkonsumsi 34.11 % dan pengangkutan TBS adalah 1,73 %. Penghematan
energi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi TBS, memperbaiki
peralatan atau mesin-mesin produksi serta menggunakan CPO sebagai campuran
solar.

Kata kunci: energi, audit energi, crude palm oil, produksi CPO

ABSTRACT

TISAH AFIATUL INAYAH. Energy Audit on CPO (Crude Palm Oil) Production
in PMKS PT. Condong Garut, West Java. Supervised by SRI ENDAH
AGUSTINA.

Increasing of CPO (Crude Palm Oil) demand in the world market will be
increasing energy consumption for CPO production. The purpose of this research
was to conduct energy auditing on CPO production in PT. Condong Garut, West
Java. Result of the study shows that the total primary energy consumption is 17.56
MJ/kg CPO at production capacity of the factory about 20 ton Fresh Fruit Bunch
(FFB)/hour with 20.08 % yield. The total energy consumption was not included
embodied energy of tools & machines and pesticide. The energy input was
supplied by biomass (shell and fiber), diesel oil, fertilizer and human (biology).
64.16 % of Total energy was consumed in processing plant, while cultivation
activities included harvesting consume 34.11 % and FFB transportation consume
1.73 %. Energy savings could be done by increasing FFB production, repairing
the production machines and using CPO as a diesel oil blends.

Keywords: energy, energy audit, crude palm oil, palm oil production
AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO
(CRUDE PALM OIL)
DI PMKS PT. CONDONG GARUT, JAWA BARAT

TISAH AFIATUL INAYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oir) di
PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat
Nama : Tisah Afiatul Inayah
NIM : F14090049

Disetujui oleh

If. Sri End Agustina, MS

Pembimbing

Tanggal Lulus: :2 3 AUG 20 13


Judul Skripsi : Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di
PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat
Nama : Tisah Afiatul Inayah
NIM : F14090049

Disetujui oleh

Ir. Sri Endah Agustina, MS


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
Energi, dengan judul Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil)
di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Ibu Ir. Sri Endah Agustina, MS yang telah banyak memberikan arahan dan
saran.
2. Bapak Dr. Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Sc dan Ibu Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si
sebagai dosen penguji.
3. Bapak Tanoni dan Ibu Sukaesih serta kakak-kakak tercinta Nurbaeti & Hari,
Ijabah & Agus Nuh Rahmani, “Ondong” dan Iim Mauludatul Maghfiroh atas
do’a, kasih sayang, dan dukungannya.
4. Ir. Ade Mahyar selaku direktur PT. Condong Garut yang telah memberikan
izin untuk melaksanakan penelitian di PT. Condong Garut, Jawa Barat.
5. Bapak Sumarno sebagai kepala pabrik PMKS PT. Condong Garut Jawa Barat.
6. Bapak Undang Kadarisman, SE, Bapak Sugiri, Ibu Kokom, Ibu Fitri, Ibu Elis
selaku staf PMKS PT Condong Garut yang telah membantu penulis selama
melakukan penelitian.
7. Saudara-saudaraku di Wisma Ayu depan; Sri, Desi & Saras, Rahmi & Meyta,
Sarah, Mba Puspa, Mba Dee, Mba Eka & Mba Khusnul, serta adikku Nisak
atas perhatian dan kebaikan kalian semua. Semoga Allah SWT tetap
menghimpun hati-hati kita dalam naungan cinta-Nya.
8. Supervisor Etos Bogor, Saudara-saudaraku di Etos Bogor khususnya etoser
Bogor 46 yaitu Cira M, Desi S, Dewi C, Herlin H, Irma L, N. Rizqiyah, Sri H,
Aang H, A. Fachrudin, A. Nashih, Fajar S, Ghulam N, Ipan A, M. Saeroni, dan
M. Fajri atas ukhuwah yang terjalin dengan indah.
9. Saudara satu bimbingan; Tika, Desi, Kristen dan Erlanda serta teman-teman
TEP 46 khususnya Weni, Rouf, Iqbal, dan Icha.
10.Saudara-saudara di Karya Salemba Empat khususnya Beasiswa Indofood
Sukses Makmur Batch 5.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Tisah Afiatul Inayah


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
PROSES PRODUKSI CPO DI PT. CONDONG GARUT 10
METODE 20
Waktu dan Tempat Penelitian 20
Alat 20
Bahan 20
Metode Penelitian 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 28
Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Condong Garut 28
Analisis Energi pada Sarana Pendukung Penyediaan Energi 40
Perbandingan Hasil Audit Energi dengan Penelitian Sebelumnya 42
Peluang Penghematan dan Konservasi Energi 46
SIMPULAN DAN SARAN 48
Simpulan 48
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL
1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia 1
2 Produksi minyak sawit di Indonesia 1
3 Input energi untuk beberapa operasi pertanian 7
4 Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar 7
5 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian 8
6 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada tahapan pemuatan
buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan 8
7 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada tahapan penyiangan 9
8 Hasil-hasil audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia 10
9 Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PT. Condong Garut 29
10 Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong
Garut setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi
menjadi listrik 30
11 Konsumsi energi pada tahapan budidaya 30
12 Konsumsi energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO 31
13 Konsumsi energi pada sarana pendukung 31
14 Konsumsi tenaga manusia pada proses produksi CPO 33
15 Konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya 34
16 Penggunaan energi untuk masing-masing jenis pupuk yang digunakan 35
17 Konsumsi energi solar 36
18 Kebutuhan bahan pestisida tiap kg CPO 36
19 Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air dan boiler 37
20 Konsumsi energi listrik 38
21 Efisiensi teknis peralatan dan mesin pada proses pengolahan CPO 39
22 Perbandingan hasil penelitian audit energi pada budidaya,
panen dan pengangkutan TBS di PT. Condong Garut 42
23 Perbandingan hasil audit energi pada proses pengolahan TBS
menjadi CPO di PMKS PT. Condong Garut 42
24 Perbandingan hasil-hasil penelitian audit energi pada pengolahan CPO
di PT. Condong Garut 44
25 Perbedaan nilai konsumsi energi biomassa 45
26 Perbedaan persentase kandungan serat dan cangkang serta rendemen 45

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir budidaya kelapa sawit 3


2 Skema umum pengolahan kelapa sawit 4
3 Diagram alir kegiatan budidaya kelapa sawit di PT. Condong Garut 11
4 Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO 12
5 Penimbangan TBS di jembatan timbang 15
6 Proses penimbunan TBS di loading ramp 15
7 Proses perebusan di sterilizer 14
8 Stasiun penebahan 14
9 Mesin pelumat (digester) 15
10 Mesin pengempa (presser) 15
11 Clarifier tank 16
12 Oil tank 16
13 Vacuum dryer dan oil dryer 17
14 Storage tank 18
15 Bagan alir penggunaan uap 18
16 Stasiun boiler 19
17 Ruang steam engine 19
18 Bagan alir penelitian 21
19 Batasan sistem yang akan diaudit 23
20 Aliran input energi pada setiap tahapan produksi CPO di PMKS PT.
Condong Garut 32
21 Aliran energi pada stasiun penyediaan energi 40

DAFTAR LAMPIRAN

22 Produksi TBS dan CPO di PT. Condong Garut 52


23 Produktivitas TBS selama umur produktif di PMKS PT. Condong Garut 53
24 Data waktu pengolahan di PMKS PT.Condong Garut 54
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas kelapa sawit di Indonesia dewasa ini telah menjadi tanaman


yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek masa depan yang
sangat cerah. Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah
satu hasil pengolahan kelapa sawit. CPO digunakan untuk bahan baku biofuel dan
bahan baku berbagai industri diantaranya industri pangan, industri sabun, industri
baja, industri tekstil dan industri kulit. Beragamnya industri yang menggunakan
bahan CPO tersebut berpotensi meningkatkan permintaan terhadap CPO.
Luas areal kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Selain
itu, lima tahun belakangan Indonesia menjadi penghasil terbesar minyak sawit di
dunia. Pada tahun 2011, produksi minyak kelapa sawit di Indonesia mencapai di
atas 25.4 juta ton. Karena kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai bahan baku
maupun produk turunan baik di bidang pangan maupun non pangan serta dapat
dimanfaatkan limbahnya secara lanjut maka permintaan CPO didunia semakin
meningkat (Jurnal Parlemen Indonesia, 2012).

Tabel 1. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Hektar)

Tahun
Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Aceh 308560 274822 287038 313745 329562 348438
Sumatera 979541 998966 1017574 1044854 1054849 1100820
Utara
Riau 1547942 1620882 1673553 1781900 2031817 2176864
Sumatera 630214 682730 690729 725236 777716 826743
Selatan
Jambi 568751 448899 484137 489384 488911 521759
Kalimantan 492112 451400 499548 530575 750948 783732
Barat
Sumber : Buku Statistik Perkebunan Tahun 2009–2011, Direktorat Jenderal
Perkebunan-Kementrian Pertanian RI

Tabel 2. Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia


Tahun Produksi CPO (ton)
2005 15560000
2006 16600000
2007 18000000
2008 20500000
2009 22000000
2010 23600000
2011 25400000
Sumber: Kementrian Pertanian RI, 2013
2

Penggunaan mesin-mesin dan peralatan serta teknologi pada proses


produksi dan pengolahan kelapa sawit, tentunya mempengaruhi masukan energi
pada setiap rangkaian proses produksi. Meningkatnya masukan energi dalam
industri kelapa sawit juga dipengaruhi akibat meningkatnya produksi minyak
sawit di dunia.
Terbatasnya sumber energi tentunya membutuhkan antisipasi yang tepat
agar tercapai penggunaan energi yang efektif dan efisien. Perhitungan mengenai
pengadaan dan penggunaan energi dalam proses produksi perlu dilakukan, karena
penggunaan energi akan berbanding lurus dengan biaya produksi. Penggunaan
energi secara efektif dan efisien akan mampu menekan besarnya biaya produksi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan energi
pada proses produksi yaitu audit energi.
Audit energi akan membantu perusahaan untuk mengetahui secara rinci
kebutuhan energi dan efisiensi penggunaan alat dan mesin pada setiap tahapan
produksi. Hasil audit juga dapat digunakan untuk melakukan analisis peluang
penghematan energi yang dapat dilakukan dan sebagai dasar dalam perencanaan
pengembangan sistem produksi oleh perusahaan tersebut.

Tujuan

Tujuan audit energi yang dilakukan pada proses produksi CPO di PMKS PT.
Condong Garut, Jawa Barat adalah:
1. Mengkaji jenis, jumlah dan sumber energi pada tiap tahapan proses produksi.
2. Menghitung kebutuhan energi untuk menghasilkan per satuan produk CPO
di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat.
3. Membandingkan hasil audit tersebut dengan hasil audit terdahulu.
4. Mengkaji peluang penghematan energi yang dapat dilakukan oleh PMKS
PT. Condong Garut, Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Produksi CPO Secara Umum

Crude Palm Oil (CPO) adalah produk utama dalam pengolahan kelapa
sawit disamping minyak inti kelapa sawit. CPO didapatkan dengan melalui
beberapa tahapan proses yaitu penerimaan TBS, perebusan, penebahan, pelumatan,
pengempaan, serta pemurnian minyak.

Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Tanaman ini mulai


ditanam sebagai tanaman komersial di Indonesia sejak 1911 (Pardamean, 2011).
Menurut Setyamidjaja (1991) varietas/tipe tanaman kelapa sawit digolongkan
3

berdasarkan tebal tipisnya cangkang (endocarp), dikenal tiga varietas/tipe, yaitu


dura, pisifera, dan tenera.

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Fadly (2003) budidaya tanaman kelapa sawit meliputi tahap


persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.

Persiapan Lahan

Pembibitan

Penanaman

Pemeliharaan

Pemanenan
Gambar 1. Bagan alir budidaya kelapa sawit.

1. Persiapan lahan
Persiapan lahan atau land preparation adalah kegiatan pembukaan dan
pengolahan lahan hingga siap ditanami kelapa sawit. Pada umumnya, land
preparation dilakukan baik pada saat pembukaan lahan baru maupun pada saat
penanaman ulang (replanting). Kegiatan ini biasanya dibantu menggunakan mesin
berupa excavator atau secara manual dengan tenaga manusia.
2. Pembibitan
Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di
lapangan. Ada dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan tahap tunggal
(single stage system) dan sistem pembibitan tahap ganda (double stage system).
Sistem pembibitan tahap ganda terdiri dari dua tahap yaitu tahap pembibitan awal
(pre-nursery) dan tahap pembibitan utama (main-nursery). Pembibitan pre
nursery maupun pembibitan main nursery mengonsumsi energi tenaga manusia,
solar, pupuk maupun pestisida.
3. Penanaman
Penanaman umumnya dilakukan antara Oktober sampai dengan Februari,
karena pada bulan-bulan ini curah hujan sudah mencukupi kebutuhan air tanaman.
Populasi tanaman sawit sekitar 143 pohon per hektar dan membutuhkan input
energi berupa tenaga tenaga manusia dan pupuk.
4. Pemeliharaan
Menurut Setyamidjaja (1991) pemeliharaan tanaman terbagi kedalam dua
periode yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Tahapan pemeliharaan tanaman
membutuhkan input energi berupa tenaga manusia, pupuk serta pestisida.
5. Pemanenan
Dalam keadaan normal dan dengan dilaksanakannya pemeliharaan yang
baik, memasuki umur sekitar 30 bulan, tanaman kelapa sawit umumnya telah
4

menunjukan kesiapan untuk dipanen bila ukuran tandan buahnya telah mencapai
berat 3 kg atau lebih. Tandan buah yang dipanen disebut tandan buah segar atau
disingkat TBS (Setyamidjaja, 1991). Input energi berupa tenaga manusia.
6. Pengangkutan TBS
Pengangkutan TBS bertujuan mengirim TBS dan brondolan ke pabrik dengan
menggunakan truk atau traktor. Adanya pengangkutan TBS oleh truk atau traktor
membutuhkan masukan energi berupa bahan bakar minyak (solar) serta tenaga
manusia.

Pengolahan Kelapa Sawit

Menurut Wibowo (2006) pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk


memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik dengan rendemen yang tinggi.
Pengolahan TBS memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan
TBS dari kebun ke pabrik sampai dihasilkan minyak kelapa sawit dan hasil
sampingannya.

Penimbangan

Penimbunan buah sementara

Perebusan

Penebahan

Pelumatan

Pengempaan

Pengeringan biji Pemurnian minyak

Fermentasi biji Penyimpanan CPO

Pemecahan biji

Pemisahan inti dengan cangkang

Pengeringan inti sawit

Penyimpanan Kernel

Gambar 2. Skema umum pengolahan kelapa sawit (Bank Bumi Daya, 1988)
5

1. Penerimaan buah
TBS dari kebun diangkut dengan alat angkut yang cepat dan berkapasitas
angkut besar, misalnya lori, traktor gandengan, atau truk (Setyamidjaja, 1991).
Untuk mengangkut TBS dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia dan solar.
Alat pengangkut sesampainya di pabrik harus melewati jembatan timbang.
TBS kemudian dipindahkan ke dalam tempat penerimaan tandan (laoding ramp).
Loading ramp ini berupa ruang-ruang kotak yang tiap ruangnya terpisah kisi-kisi.
Melalui pintu hidraulik, tandan buah kelapa sawit dicurahkan ke lori
(Setyamidjaja, 1991). Loading ramp menggunakan input energi berupa listrik.
2. Perebusan
Perebusan adalah proses merebus tandan buah yang berada dalam lori di
dalam bejana rebusan. Lama perebusan adalah sekitar 90 menit di mana tandan
akan dipanasi dengan uap air pada tekanan 2.5-3.0 atmosfir dan suhu 135oC-
150oC (Setyamidjaja, 1991).
3. Penebahan
Buah yang telah direbus kemudian dibawa ke stasiun penebahan. Penebahan
atau perontokan bertujuan memisahkan buah dari tandannya. Prinsip kerja alat
penebahan adalah membanting buah dalam drum yang berputar. Bagian dalam
drum terdiri dari kisi-kisi yang akan menuju ke stasiun pelumatan dan
pengempaan. Biasanya alat penebahan menggunakan tenaga listrik yang berasal
dari mesin engine atau generator diesel.
4. Pelumatan
Pelumatan atau pengadukan dilaksanakan di dalam mesin pelumat (digester),
yaitu bejana yang dilengkapi pisau pengaduk. Daging buah akan dilumatkan untuk
memecahkan jaringan sel minyaknya. Pada proses pelumatan dilakukan
pemanasan dengan uap pada suhu 85oC-95oC agar minyak tidak menjadi kental,
sehingga mudah dikeluarkan pada proses pengeluaran minyak (pengempaan)
(Setyamidjaja, 1991). Alat atau mesin-mesin pelumatan menggunakan tenaga
listrik yang berasal dari mesin engine atau generator diesel.
5. Pengempaan
Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari hasil pelumatan
digester. Proses pengempaan terjadi karena adanya putaran screw yang menekan
bubur buah dan dari arah yang berlawanan bubur buah tersebut tertahan oleh
sliding cone sehingga minyak terkempa dan terpisah dari bubur buah. Minyak dari
bubur buah yang dikempa akan keluar melalui lubang-lubang press cage,
sedangkan ampasnya (press cake) yang berupa serabut (fibre) dan biji (nut) keluar
melalui celah antar sliding cone dan press cage (Wibowo, 2008). Semua alat atau
mesin-mesin pengempaan, biasanya menggunakan tenaga listrik sebagai masukan
energi.
6. Pemurnian minyak
Menurut Naibaho (1998) dalam Mutiara (2003) minyak yang keluar dari
pengempa mengandung 45% sampai 55% air, lumpur dan bahan-bahan lainnya.
Untuk itu dilakukan pemisahan minyak, padatan, dan air dengan beberapa tahapan.
Tahapan pemisahan dalam pemurnian ini meliputi filtrasi, pengendapan,
penguapan, sentrifugasi dan pengeringan. Seperti halnya alat-alat atau mesin-
mesin di stasiun pelumatan, di stasiun pemurnian pun menggunakan tenaga listrik
yang berasal dari mesin engine atau generator diesel.
6

7. Penyimpanan CPO
Minyak yang telah dimurnikan berupa minyak mentah (CPO) kemudian
disimpan dalam tangki timbun (storage tank). Suhu dalam tangki dipertahankan
sekitar 45oC untuk memelihara kualitas minyak (Fadly, 2008). Untuk
mempertahankan suhu minyak, maka diberikan uap yang berasal dari BPV.

Sarana Pendukung Sistem Produksi

Menurut Pahan (2006) sebuah PKS memerlukan dukungan stasiun


penunjang demi kelancaran operasional. Stasiun pendukung terdiri dari stasiun
pembangkit tenaga, laboratorium, stasiun pengolah air, dan stasiun pengelolaan
limbah.
1. Stasiun pembangkit tenaga
Kebutuhan energi di PKS dipasok dari dua sumber, yaitu ketel uap (boiler)
yang menghasilkan tenaga uap dan diesel genset.
a. Ketel uap (boiler)
Ketel uap (boiler) merupakan suatu bejana yang digunakan sebagai tempat
untuk memproduksi uap (steam) sebagai hasil pemanasan air pada
temperatur tertentu untuk kemudian dipergunakan di luar bejana tersebut.
b. Ruang mesin
Ruang mesin berfungsi sebagai tempat bagi alat-alat pembangkit tenaga
listrik, baik berasal dari turbin maupun diesel genset. Menurut Wibowo
(2008) di dalam ruang mesin terdapat switch board dan Back Pressure
Vessel (BPV). Switch board berfungsi untuk mendistribusikan tenaga
listrik ke stasiun-stasiun dan peralatan-peralatan di dalam pabrik yang
menggunakan tenaga listrik. Sedangkan BPV adalah bejana uap
bertekanan yang digunakan untuk pengumpulan uap bekas dari turbin uap
dan membagi-bagikannya ke peralatan-peralatan di pabrik yang
membutuhkan uap untuk proses pemanasan.
2. Stasiun pengolahan air
Air merupakan kebutuhan vital bagi sebuah PKS karena sebagian proses
pengolahan memerlukan air. Jika kurang memenuhi syarat, air harus diolah
sebelum digunakan. Umumnya, air yang diperoleh dari sumbernya, seperti air
hujan, air sungai, air sumur bor dan lain-lain belum memenuhi persyaratan teknis
untuk keperluan PKS dan persyaratan higienis untuk keperluan air minum (Pahan,
2006).

Kebutuhan Energi dalam Proses Produksi Hasil Pertanian

Menurut Abdullah, dkk (1998), masukan energi yang dibutuhkan untuk


sistem usaha pertanian terdapat beberapa macam, yaitu energi langsung dan energi
tidak langsung.

1. Energi langsung
Energi langsung merupakan energi yang digunakan secara langsung pada
proses produksi yaitu berupa bahan bakar fosil (Abdullah, 1998). Menurut Kitani
(1982) dalam Rahmat (2001) energi langsung merupakan energi yang digunakan
secara langsung dalam proses produksi, termasuk di dalamnya yaitu bahan bakar
7

dan listrik. Peran energi langsung sangat besar dalam suatu proses produksi yang
padat energi. Hal ini terkait dengan kebutuhan listrik dan bahan bakar yang cukup
tinggi.

Tabel 3. Input energi untuk beberapa operasi pertanian


Operasi Energi (MJ/ha)
Membajak (kedalaman 0.2) 1180
Mengolah tanah tahap kedua 390
Mengolah tanah dengan rotary 1430
Mengolah tanah ringan 240
Membuat alur 240
Sumber: Leach (1976) dalam Pimentel (1980) dalam Wibowo (2008)

Bahan bakar yang umum digunakan pada proses produksi CPO adalah
bahan bakar minyak (BBM) dan biomassa. BBM berupa bensin dan solar
digunakan untuk alat dan mesin budidaya, transportasi, sarana pendukung serta
pembangkit tenaga diesel. Sedangkan biomassa berupa cangkang dan serat
digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Cangkang dan serat merupakan hasil
sampingan dari pengolahan kelapa sawit (Mutiara, 2003).

Tabel 4. Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar
Sumber energi Unit Nilai kalor Input Nilai kalor
satuan (MJ/unit) Produksi total
(MJ/unit) (MJ/unit)
Gasolia liter 32.24 8.08 40.32
Minyak diesel liter 38.66 9.12 47.78
LPG liter 26.10 6.16 32.26
Gas alam m3 41.38 8.07 49.45
Batubara keras kg 30.23 2.36 32.59
Batubara lunak kg 30.29 2.37 32.76
Kayu keras kg 19.26 1.44 20.70
Kayu lunak kg 17.58 1.32 18.90
Listrik kWh 3.60 8.39 11.99
Sumber : Cervinca (1980) dalam Nuryanto (1998)

2. Energi tidak langsung


Energi tidak langsung merupakan energi yang digunakan untuk
memproduksi suatu masukan produksi, seperti bahan kimia (pupuk, pestisida),
alat dan mesin pertanian serta bahan pembantu.
Jumlah energi langsung dan tidak langsung yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang disebut embodied energy. Menurut Doering (1978)
dalam Wibowo (2008) embodied energy yang digunakan secara tidak langsung
pada produksi pertanian, dalam hal ini yaitu energi untuk memproduksi mesin,
peralatan, pupuk, pestisida, bangunan dan bahan pendukung lainnya. Selain pupuk
dan pestisida, dalam industri pertanian juga digunakan beberapa jenis bahan kimia
pembantu untuk menunjang proses produksi, yaitu pada proses penanganan air
(water treatment).
8

Operasi di bidang pertanian tidak bisa terlepas dari peran tenaga manusia.
Pengeluaran energi manusia dapat ditinjau dari segi pengeluaran total tubuh (laju
metabolisme) dan pengeluaran tenaga mekanisnya. Kemampuan mengeluarkan
tenaga mekanis seseorang tergantung dari lama bekerja, usia, jenis kelamin,
ukuran tubuh, tingkat konsumsi makan dan oksigen, iklim dan faktor lingkungan.
Kebutuhan energi manusia di berbagai kegiatan pertanian disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian


Kegiatan kkal/menit MJ/jam
Pra panen
Membersihkan semak 6,1 1,532
Penanaman manual 3,2 0,803
Pemanenan manual 4,9 1,230
Aplikasi pestisida 6,9 1,733
Pengolahan tanah secara mekanis 4,2 1,055
Pengolahan tanah secara manual 6,9 1,733
Memupuk manual 6,9 1,733
Mengukur 2,0 0,502
Pembuatan drainase/jalan 6,1 1,532
Wiping 6,1 1,532
Pasca panen
Semua kegiatan yang berhubungan 1,4 0,725
dengan pengolahan di pabrik
Sumber: Stout (1990) dalam Rahmat (2002)

Perhitungan jumlah input tenaga manusia untuk proses produksi CPO,


nilai energi biologis tenaga manusia menggunakan Tabel 5 dikarenakan
kurangnya data terbaru. Namun, untuk perhitungan input energi manusia pada
tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun
penebahan menggunakan nilai energi kerja manusia berdasarkan penelitian yang
dilakukan Fazriansyah (2008) di PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation,
Teluk Siak Estate, Riau. Fazriansyah (2008) mengukur nilai kerja tenaga manusia
atau WEC (Work Energy Cost) yang merupakan energi seseorang hanya saat
melakukan kerja atau dengan kata lain respon energi dari tubuh kita terhadap
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. WEC didapatkan dari TEC (Total
Energy Cost) dikurangi dengan BME (Basal Metabolic Energi). BME (Basal
Metabolic Energy) adalah konsumsi energi yang diperlukan oleh manusia untuk
menjalankan aktivitas fungsi basal organ tubuhnya. Nilai energi kerja manusia
pada tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun
penebahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kebutuhan energi kerja manusia pada tahapan pemuatan buah di loading
ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan
Kegiatan kkal/menit MJ/jam
Pemuatan buah di loading ramp 0.52 0.130
Penyusunan lori 0.24 0.060
Sumber: Fazriansyah (2008)
9

Perhitungan jumlah input energi manusia untuk proses penyiangan secara


manual, nilai energi kerja manusia menggunakan Tabel 7 berdasarkan penelitian
yang dilakukan Pramana (2009).

Tabel 7. Kebutuhan energi kerja manusia pada tahapan penyiangan


Penyiangan secara manual kkal/menit MJ/jam
Laki-laki 0.32 0.079
Perempuan 0.84 0.210
Rata-rata 0.57 0.144
Sumber: Pramana (2009)

Metode Audit Energi

Menurut Abdullah (1998) audit energi merupakan bentuk analisa energi


untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahap di dalam
suatu sistem secara keseluruhan. Langkah-langkah dalam audit energi adalah:
1. Pengumpulan data awal mengenai produksi dan energi yang digunakan dalam
proses produksi.
2. Evaluasi awal, yaitu perhitungan mengenai konsumsi energi spesifik suatu
produk dan membandingkannya dengan data konsumsi energi secara
internasional atau sesuai dengan pengalaman yang lalu untuk menentukan jenis
energi dan tahapan proses mana yang perlu diteliti.
3. Pelaksanaan pengukuran energi, data diperoleh melalui pengukuran variabel
secara detail dan dilakukan dengan sistem akuisisi data.
4. Evaluasi hasil pengukuran, untuk konversi energi didasarkan pada
perbandingan antara data hasil pengukuran sesunggguhnya, sehingga dapat
dihasilkan rekomendasi cara penghematan energi.
5. Realisasi penghematan energi melalui penataan, modifikasi atau pergantian
proses energi sesuai dengan bagian yang perlu direnovasi dan sesuai
kemampuan industri sehingga pemborosan energi dapat diatasi.
6. Kontrol unjuk kerja, untuk mencocokkan potensi penghematan energi yang
sudah dihitung sebelumnya.

Metode audit energi terdiri dari dua tahapan utama yaitu audit energi awal
(preliminary energy audit) berupa pengumpulan data awal dan analisis
pendahuluan, serta audit energi rinci (detailed energy audit) antara lain melakukan
pengukuran terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan
analisis alat.
Sedangkan menurut Fluck (1992) dalam Rahmat (2002) metode audit energi
yang umum digunakan adalah:
1. Menentukan batasan proses, operasi, sistem dan lain-lain yang akan dianalisis,
sehingga semua input dan output yang termasuk dalam batasan akan
teridentifikasi.
2. Mengidentifikasi dan menghitung semua input yang termasuk dalam batasan,
dengan mengacu pada selang waktu atau unit output tertentu.
3. Menentukan energi yang dibutuhkan untuk semua input.
4. Mengidentifikasi dan menghitung semua output.
10

5. Menghubungkan antara total energi input dengan output.


6. Menerapkan hasil analisis energi yang didasarkan pada total konsumsi energi
atau produktivitas energi.

Hasil-hasil penelitian audit energi pada proses produksi CPO

Tahun 2002 Rahmat telah melakukan audit energi di perkebunan kelapa


sawit unit usaha (UU) Rejosari PTP. Nusantara VII Lampung Selatan. Audit
energi meliputi kegiatan budidaya tanaman sawit, pemanenan, pengangkutan buah,
pengolahan TBS menjadi CPO dan kegiatan yang berlangsung pada sarana
pendukung produksi. Dalam audit ini terdapat 2 macam energi primer yaitu energi
langsung dan energi tidak langsung. Energi langsung berupa tenaga manusia,
energi uap, energi dari solar dan energi dari biomassa. Sedangkan energi tidak
langsung berupa energi pupuk dan pestisida. Besarnya konsumsi energi primer
untuk menghasilkan 1 kg CPO di UU Rejosari tanpa menghitung masukan energi
pestisida dan bahan kimia pembantu sebesar 15.7550 MJ/kg CPO.
Fadly (2003) melakukan penelitian tentang audit energi pada proses
pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Kwala Sawit PTPN II (persero) Medan,
Sumatera Utara. Hasil audit energi tersebut adalah energi tenaga manusia sebesar
0.00745 MJ/kg CPO, energi listrik sebesar 0.32309 MJ/kg CPO, energi solar
sebesar 0.21746 MJ/kg CPO dan energi biomassa sebesar 12.62 MJ/kg CPO.
Penelitian tentang audit energi pada produksi CPO juga dilakukan oleh
mutiara (2003) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat. Hasil audit energi yang
dilakukan yaitu konsumsi energi untuk pengolahan TBS menjadi CPO sebesar
14.7011 MJ/kg CPO. Sebelumnya, Alfra (1999) telah melakukan penelitian audit
energi di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat dengan analisis kebutuhan
energi pada produksi CPO sebesar 37.320 MJ/kg CPO.
Tahun 2008 Wibowo melakukan penelitian tentang audit energi di tempat
yang sama yaitu di PMKS PT. Condong Garut, hasil analisis kebutuhan energi
diperoleh sebesar 23.815 MJ/kg CPO.

Tabel 8. Hasil-hasil audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia


Nama Peneliti Tempat penelitian Hasil penelitian Energi spesifik
(Tahun penelitian) (Konsumsi energi)
Rahmat (2002) UU Rejosari 15.755 MJ/kg CPO
Fadly (2003) PKS Kwala Sawit 13.167 MJ/kg CPO
Alfra (1999) PT. Condong Garut 37.320 MJ/kg CPO
Mutiara (2003) PT. Condong Garut 14.701 MJ/kg CPO
Wibowo (2008) PT. Condong Garut 23.815 MJ/kg CPO

PROSES PRODUKSI CPO DI PT. CONDONG GARUT

PT. Condong Garut merupakan perkebunan terbesar di Jawa Barat, berada


di daerah pesisir pantai selatan Garut, Jawa Barat dengan luas areal perkebunan
3600 ha. Pabrik pengolahan kelapa sawit mulai didirikan pada tahun 1977,
11

dibangun di atas area seluas 3.024 ha dengan kapasitas 20 ton TBS/jam, 160
ton/hari dengan rendemen 20.08% dengan peralatan buatan Stork Belanda.

Budidaya Kelapa Sawit

Kegiatan budidaya sawit dimulai dari pembibitan, pembukaan dan


penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan. Budidaya yang
baik menentukan kualitas kelapa sawit yang akan diperoleh.

Pembibitan

Pembukaan dan penyiapan


lahan
Penanaman

Pemeliharaan

Pemanenan

TBS

Gambar 3. Diagram alir kegiatan budidaya kelapa sawit di PT. Condong Garut

1. Pembibitan
Sistem pembibitan di PT. Condong Garut dengan menggunakan sistem
pembibitan tahap ganda yang terdiri dua kali tahapan yaitu pembibitan awal (pre
nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan awal (pre nursery)
dilaksanakan selama 3 bulan sedangkan pembibitan utama (main nursery)
dilaksanakan selama 9 bulan di dalam polybag besar. Pada kegiatan ini
membutuhkan input energi berupa solar untuk penyiraman, tenaga manusia,
pupuk, serta pestisida.
2. Pembukaan dan penyiapan lahan
PT. Condong Garut sejak tahun 2003 telah melakukan kegiatan penanaman
kembali atau replanting. Hal ini dilakukan karena tanaman kelapa sawit telah
berumur 25 tahun sehingga produktivitas TBS menurun. Karena dilakukan dengan
secara manual, maka input energi yang dibutuhkan berupa tenaga manusia.
3. Penanaman
PT. Condong Garut menggunakan jarak tanam 9mx9mx9m dengan
kerapatan tanaman/ha sebanyak 143 tanaman. Penanaman dilakukan secara
manual sehingga input energi yang digunakan berupa tenaga manusia serta pupuk
untuk menyuburkan tanaman.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit terdiri dari 2 periode yaitu
pemeliharaan TBM (tanaman belum menghasilkan) dan pemeliharaan TM
(tanaman menghasilkan). Kegiatan pemeliharaan diantaranya:
12

a. Pemeliharaan TBM
Kegiatan-kegiatan TBM terdiri dari babadan, chemist piringan, eradikasi
ilalang, kastrasi, serta pemupukan.
b. Pemeliharaan TM
Kegiatan-kegiatan TM umumnya sama dengan TBM. Namun ada beberapa
kegiatan yang tidak dilaksanakan seperti kastrasi, chemist piringan, dan
sebagainya. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan
dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia, pupuk dan pestisida.
5. Pemanenan dan Pengangkutan ke Pabrik
Alat yang digunakan unutk pemanenan berupa dodos atau egrek. Dalam
proses pemanenan dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia.
Setelah TBS dipanen selanjutnya TBS diangkut dengan menggunakan truk
dan traktor sehingga dibutuhkan solar sebagai bahan bakar untuk transportasi.

Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO

Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PT. Condong Garut terdiri dari
beberapa tahap yakni penerimaan buah, penimbunan di loading ramp, perebusan,
penebahan, pelumatan, pengempaan, penyaringan, pemurnian dan penyimpanan
CPO. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dapat dilihat pada
Gambar 4.

TBS

Penerimaan TBS

Penimbunan di loading ramp TBS

Perebusan TBS
Tandan Boiler
Penebahan TBS kosong

Ampas
Pelumatan dan pengempaan TBS Gumpalan
ampas
biji
Pemurnian minyak
Pengolahan biji
CPO
PKO

Gambar 4. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO
13

1. Penerimaan buah
Kegiatan penerimaan buah terdiri dari penimbangan TBS dan penyimpanan
TBS sementara di loading ramp. Stasiun penimbangan merupakan stasiun yang
digunakan untuk mengetahui berat TBS yang masuk dan juga mengetahui berat
produk CPO yang keluar pabrik. Penimbangan dilakukan di jembatan timbangan.
Jembatan timbangan berupa plat besi dengan ukuran 9x3 m2 yang dihubungkan
dengan timbangan yang ada di dalam pabrik tersebut. Proses penimbangan TBS di
jembatan timbang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penimbangan TBS di jembatan timbang

2. Penimbunan di Loading Ramp


Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum
diolah dan sebagai saluran pemindahan TBS ke dalam lori. TBS yang telah
ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan
menuang langsung dari truk. Loading ramp terdiri dari 6 kompatemen yang
dilengkapi dengan pintu-pintu untuk memasukan TBS ke dalam lori. Loading
ramp berupa landasan miring dengan sudut kemiringan 35o. Untuk pengoperasian
Loading ramp menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap.

Gambar 6. Proses Penimbunan TBS di Loading Ramp

3. Perebusan
PT. Condong Garut menggunakan sterilizer tipe horizontal dan terdiri dari
dua unit ketel perebusan yang masing-masing mampu menampung kapasitas 6 lori
atau sekitar 15 ton TBS setiap kali proses perebusan. Sterilizer dilengkapi dengan
pipa pemasukan (inlet), pipa pengeluaran (outlet), pipa kondensat, dan pipa
pengaman.
Pengoperasian dimulai pada saat lori sudah masuk ke dalam sterilizer dan
pintu telah ditutup rapat. Uap masuk melalui pipa pemasukan yang diatur buka
tutupnya oleh seorang operator. Uap panas yang digunakan berasal dari boiler.
Pengisian uap ke dalam sterilizer dilakukan hingga mencapai tekanan 3 kg/m2.
Suhu yang digunakan mencapai 130oC. Perebusan berlangsung selama 90 menit
14

dengan 45 menit pertama terjadi pemasukan uap hingga mencapai tekanan 3


kg/cm2, kemudian 45 menit berikutnya untuk menjaga tekanan tetap konstan.
Proses perebusan di sterilizer dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Proses Perebusan di Sterilizer

4. Penebahan (threshing)
TBS yang telah direbus ditarik oleh capstand keluar dari sterilizer.
Kemudian lori diangkut satu persatu ke atas dengan menggunakan hoisting crane.
TBS dituang ke mulut bunch hopper secara kontinu. Untuk pengoperasian semua
alat dan mesin di stasiun ini menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap.
Alat penebahan kelapa sawit yaitu thresher, berfungsi untuk memisahkan
brondolan dari tandan yang telah direbus. TBS yang telah direbus dimasukkan ke
dalam drum penebahan yang disebut rotary drum stripper. Setelah melewati
rotary drum stripper, tandan kosong akan terbawa menuju empty bunch conveyor
untuk dibawa ke kebun, sedangkan brondolan akan lolos melalui celah kisi-kisi
drum perontok dan ditampung oleh sebuah screw conveyor transfer menuju fruit
elevator. Brondolan dari fruit elevator akan dibawa ke mesin pelumat (digester).

a. Bunch hopper b. Pemindahan lori dengan hoisting crane


Gambar 8. Stasiun penebahan
5. Pelumatan
Pelumatan buah dilakukan di dalam digester. Dalam digester buah akan
dipotong-potong, ditekan dan dengan bantuan pemanasan steam (Naibaho, 1998).
Digester berbentuk silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya terdapat pisau-
pisau pencacah yang tegak lurus pada as (sumbu putar) dengan diameter 10 cm.
Dalam prosesnya as berputar dengan kecepatan 12-13 rpm dan panas yang
diberikan pada suhu 90oC. PT. Condong Garut memiliki 2 unit digester. Semua
alat atau mesin-mesin di stasiun pelumatan, menggunakan tenaga listrik sebagai
masukan energi. Tenaga listrik berasal dari mesin engine atau turbin uap. Digester
dapat dilihat pada Gambar 9.
15

Gambar 9. Mesin pelumat (digester)

6. Pengempaan
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian
bawah digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke
alat pengempaan yang berada di bagian bawah digester. Alat yang digunakan
untuk melakukan pengempaan disebut presser. PT. Condong Garut memiliki 2
unit presser. Jenis presser yang digunakan adalah screw press dengan kecepatan
putar mesin sebesar 12 rpm dan kapasitas olahan sebanyak 10 ton TBS/jam.
Untuk pengoperasiannya, menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap.
Kegiatan pengempaan oleh mesin presser dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Mesin pengempa (presser)

7. Penyaringan
Proses penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran pada minyak
kelapa sawit hasil pengepresan yang masih mengandung serabut (fibre), lumpur,
batu, dan bahan-bahan lain yang tidak diinginkan. Minyak kasar yang diperoleh
dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen).
Vibrating screen terdiri dari dua lapis yaitu lapisan atas dengan ukuran 20 mesh
dan lapisan bawah dengan ukuran 40 mesh.
Minyak kasar yang telah disaring melalui vibrating screen akan ditampung
dalam crude oil tank (COT) yang berkapasitas 3.5 ton. Di dalam COT terjadi
pemanasan minyak pada suhu 95oC yang bertujuan agar tidak membeku selama
perjalanan. Selanjutnya, minyak dari COT akan dipompa menggunakan crude oil
pump menuju ke stasiun pemurnian. Alat-alat atau mesin-mesin pengempaan
dalam pengoperasiaannya menggunakan tenaga listrik sebagai masukan energi.
16

8. Pemurnian
Proses pemurnian bertujuan untuk memisahkan minyak kasar dari air dan
lumpur (sludge) sehingga diperoleh minyak murni. Pada stasiun pemurnian terdiri
dari beberapa tahap yaitu:
a. Continous Settling Tank (CST)
Minyak yang dipompa dari COT akan ditampung dalam Continous
Settling Tank (CST) atau clarifier tank. Panas pada CST dipertahankan pada suhu
95oC dengan kapasitas 12000 liter. Pemisahan minyak terjadi berdasarkan
mekanisme pengendapan yang berlangsung akibat perbedaan berat jenis dan
dibantu dengan pemanasan. Minyak akan berada di bagian atas kemudian akan
dialirkan ke tangki penampungan minyak (oil tank), sedangkan lumpur dan air
akan dialirkan menuju sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih
mengandung minyak.

Gambar 11. Clarifier tank

b. Oil tank
Setelah terjadi pengendapan, minyak yang telah terpisah saat di CST akan
dialirkan ke tangki penampungan minyak (oil tank) yang berkapasitas 5000 liter
dengan suhu pemanasan 85oC dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Minyak
dalam oil tank ini masih mengandung sludge sehingga dilakukan kembali proses
pengendapan. Pengaturan pembuangan sludge ini menggunakan kran, sedangkan
minyaknya akan dialirkan lagi ke oil purifier untuk dimurnikan. Oil purifier di PT.
Condong Garut dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Oil tank


17

c. Oil purifier
Di dalam oil purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran
dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas
dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan putarannya 1500 rpm
dengan kapasitas 5.000 liter/jam. Alat akan memutar minyak yang masuk, karena
kotoran dan air memiliki densitas yang besar maka akan berada pada bagian yang
luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil
bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke oil dryer
dan vacuum dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding menuju ke saluran
pembuangan untuk dibawa ke sludge pit.

d. Oil dryer dan vacuum dryer


Prinsip oil dryer adalah menguapkan air dengan tekanan di bawah 1 atm
yaitu sekitar 0.6-0.8 atm. Suhu yang diperlukan adalah 80 oC. Dari oil dryer,
minyak akan dialirkan ke pengeringan tekanan udara (vacuum dryer) yang
berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dengan cara penguapan hampa.
Cairan minyak masuk ke tangki vakum dengan cara penyemprotan, lalu terjadi
pengabutan sehingga air yang terkandung di dalamnya akan terhisap oleh pompa
vakum. Tekanan dalam vacuum dryer yaitu kurang dari 0.8 kg/cm dengan suhu
pemanasan 85oC. Vacuum dryer dan oil purifier di PT. Condong Garut dapat
dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Vacuum dryer (kiri) dan oil dryer (kanan)

Semua peralatan dan mesin-mesin yang berada di stasiun pemurnian


menggunakan masukan energi listrik yang berasal dari mesin engine. Selain itu,
dibutuhkan pula uap yang berasal dari BPV untuk proses pemurnian minyak
kelapa sawit.

9. Penyimpanan
Minyak CPO kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan (storage tank). PT
Condong Garut memiliki 4 unit storage tank yang masing-masing memiliki
kapasitas 500 ton. Minyak produksi yang dialirkan dijaga keencerannya dengan
memberi steam melalui pipa dengan temperature 40-50oC dengan tujuan agar
minyak dalam tangki tidak membeku. Kondisi storage tank dapat dilihat pada
Gambar 14.
18

Gambar 14. Storage tank

Sarana Pendukung Produksi CPO

Sarana pendukung adalah sarana yang diperlukan untuk memperlancar


jalannya proses produksi PT. Condong Garut. Sarana pendukung di PT. Condong
Garut diantaranya adalah stasiun penyediaan uap (boiler), pembangkit tenaga
listrik (steam engine), stasiun penyedia air (water treatment) dan stasiun
pengelolaan limbah.

1. Stasiun Penyediaan Uap (boiler)


Stasiun boiler merupakan sumber energi uap yang akan digunakan untuk
menggerakkan mesin-mesin pabrik. Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan,
sistem steam, dan sistem bahan bakar. Boiler yang digunakan di PT. Condong
Garut terdapat dua unit yang masing-masing mengandung 250 buah pipa api di
dalamnya. Kapasitas masing-masing boiler adalah 5 ton uap/jam. Bahan bakar
menggunakan limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit yaitu serat dan
cangkang. Tekanan uap yang dihasilkan boiler sekitar 16-17 kg/cm2, dengan
temperature  320oC. Uap yang dihasilkan dialirkan menuju steam engine. Setelah
dari steam engine, uap akan dialirkan menuju BPV untuk proses pengolahan CPO.
Bagan alir penggunaan uap dapat dilihat pada Gambar 15.

Penerangan
pabrik dan
perumahan
Boiler
Instalasi
Uap pengolahan

Turbin Generator Listrik


Sarana
pendukung
Uap Bekas

BPV Uap Pengolahan CPO

Gambar 15. Bagan alir penggunaan uap


19

Bagian-bagian dari boiler yaitu penduga tekanan, peluit bahaya, pipa


pengeluaran (exhaust), pipa pemasukan, safety pulp dan gelas penduga.

a. Instalasi boiler b. Ruang bahan bakar boiler


Gambar 16. Stasiun boiler

2. Pembangkit Tenaga Listrik (Steam engine)


Untuk mendapatkan energi listrik sebagai penggerak mesin-mesin pabrik
dan sumber penerangan, PT. Condong Garut menggunakan mesin uap (steam
engine) sebagai sumber pembangkit tenaga. Ruang steam engine dapat dilihat
pada Gambar 17.

Gambar 17. Ruang steam engine.

Alur proses perjalanan uap menjadi tenaga yaitu uap dari boiler masuk ke
mesin uap, untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan putaran dari
rpm rendah sampai dengan 750 rpm dengan tegangan sebesar 380-400 volt.
Tenaga tersebut digunakan untuk :
a. Penerangan pabrik dan penerangan perumahan karyawan.
b. Water treatment
c. Mesin pengolahan: screw press, clarification, bunch hopper, digester,
sterilizer, threshing, pressing, dan boiler.
Uap yang berasal dari boiler dengan tekanan 16 kg/cm2 mengalir ke mesin
uap untuk digunakan sebagai penggerak generator. Sisa uap akan keluar melalui
pipa exhaust dan menuju ke steam distribution dengan tekanan sebesar 3 kg/cm2.

3. Pengolahan Air (water treatment)


Tujuan water treatment adalah meminimalisasi akumulasi produk korosi
seperti metal oxides, mengontrol impurities seperti kalsium, magnesium, dan
silika mencegah carryover dari partikel padatan. Debit yang diterima di water
treatment adalah 24 m3/jam sesuai dengan kemampuan pompa, sedangkan pompa
air di Gurait memompa air sebesar 15 m3/jam. Pengolahan air diawali dengan
penambahan bahan kimia PA 22 dan P 21 yang berfungsi untuk mengikat kotoran
20

dalam air lalu mengangkatnya. Kemudian ditambahkan pasir kuarsa yang


berfungsi untuk mengikat kotoran dalam air.

4. Pengelolaan Limbah
Limbah dari proses pengolahan kelapa sawit berupa limbah padatan dan cair.
Limbah padatan yang dimaksud adalah tandan kosong yang telah melalui proses
penebahan sedangkan limbah cair yang berasal dari sludge separator akan
memisahkan sludge. Sludge yang memiliki berat jenis lebih besar akan terlempar
ke tepi dan bergerak mengelilingi dinding, sedangkan minyak akan mengumpul di
dalam pipa yang kemudian akan dialirkan menuju bak penampungan stainless
steel. Bak penampungan stainless steel berfungsi untuk menampung minyak dari
oil tank, sludge tank, dan sludge separator, serta minyak dari sludge pit (tempat
penampungan limbah cair) dengan suhu di bak sekitar 50oC. Dari bak
penampungan stainless steel, minyak yang telah tertampung akan dialirkan
kembali ke clarifier tank, sedangkan sludge akan dibuang ke saluran limbah.
Minyak yang diperoleh dari sludge pit sebagian terjadi karena peristiwa
pengendapan dan sebagian lagi karena faktor biologis, yang terjadinya pemecahan
molekul-molekul minyak sebagai akibat fermentasi. Minyak yang berasal dari
sludge pit selanjutnya dikembalikan ke bak penampungan stainless steel untuk
diendapkan kembali dan akan dialirkan kembali ke clarifier tank, sedangkan sisa
lumpur dan air dialirkan ke kolam limbah.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Condong Garut, Jawa Barat dan


laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013-Mei 2013.
Audit energi dilakukan pada bulan Maret 2013.

Alat

Seluruh peralatan produksi yang terpasang pada ruang mesin, alat ukur yang
terpasang pada alat produksi, timbangan, tang ampere, termometer, bomb
calorimeter dan kertas tisu.

Bahan

Bahan yang digunakan: TBS, CPO, cangkang, serat, air dan bahan bakar solar.

Metode Penelitian

Tahapan penelitian audit energi pada proses produksi CPO di PMKS PT.
Condong Garut dapat dilihat pada Gambar 18.
21

Penentuan batasan sistem

Pre Audit

Audit Rinci

Perbandingan dengan lokasi lain pada komoditi yang sama

Rekomendasi
Gambar 18. Bagan alir penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan peralatan dan bahan


penelitian yang belum terdapat di PT. Condong Garut, Jawa Barat.

Batasan Sistem

Dalam pelaksanaan audit energi, sistem yang akan diteliti perlu dibatasi.
Batasan sistem yang diaudit didekati dengan asumsi bahwa proses produksi CPO
dimulai dari budidaya kelapa sawit sampai tahapan pengolahannya menjadi CPO
yang ditunjang oleh sarana pendukungnya. Hal tersebut dipandang sebagai satu
satuan usaha pabrik. Adapun batasan-batasan lainnya sebagai berikut:
1. Proses produksi untuk menghasilkan CPO dimulai dari kegiatan budidaya
sampai dengan pengolahan TBS menjadi CPO dengan ditunjang oleh sarana
pendukungnya, yaitu sarana penyediaan air dan energi. Hal ini dianggap
satu kesatuan sistem produksi.
2. Pengamatan terhadap proses produksi CPO dilakukan secara berurutan
mengikuti proses yang berlangsung.
3. Pada saat pengamatan rinci, setiap tahapan proses produksi CPO yang
diamati dianggap merupakan tahapan proses produksi yang dapat diputus
dari tahapan sebelum dan sesudahnya.
4. Semua kegiatan dan jalannya proses produksi CPO dianggap tetap setiap
tahunnya dan dalam keadaan normal.
5. Masukan energi biologis tenaga manusia hanya dihitung yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Untuk pegawai administrasi di kantor
tidak dihitung.
6. Pada kegiatan budidaya, energi langsung dari sinar matahari tidak
diperhitungkan sebagai masukan energi.
7. Masukan energi listrik hanya dihitung untuk kegiatan yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Penggunaan listrik untuk peralatan
dan penerangan kantor serta kebutuhan listrik untuk perumahan karyawan
tidak dihitung.
8. Energi yang berasal dari sistem boiler yaitu uap maupun listrik dari turbin
uap dan generator diesel tidak dianggap sebagai input energi total, yang
22

diperhitungkan hanya bahan bakar dari kedua sistem pembangkit uap dan
listrik tersebut. Tetapi energi uap dan listrik untuk setiap tahapan produksi
tetap dihitung sebagai input energi pada tiap-tiap tahap proses produksi
yang mengkonsumsinya.
9. Input energi tidak langsung dari pestisida dan bahan kimia pembantu tidak
diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO
karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai
data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi).
10. Dalam audit ini, semua embodied energy dari mesin dan peralatan pabrik
serta peralatan bengkel yang digunakan dalam proses produksi CPO tidak
diperhitungkan sebagai masukan energi.
Batasan sistem dalam audit ini dapat dilihat pada Gambar 19.

Metode Audit

Metode penelitian ini menggunakan audit energi awal (preliminary energy


audit) yang dilanjutkan ke tahap audit energi rinci (detailed energy audit).
Tahapan audit awal yang dilakukan adalah persiapan kelengkapan kerja,
pemeriksaan data lapangan dan evaluasi data yang dikumpulkan. Sedangkan
tahapan audit rinci yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran terhadap
alat/mesin yang digunakan dalam proses produksi CPO (mulai dari produksi
kelapa sawit sampai dengan pengolahan nya menjadi CPO), serta analisis energi
pada sistem produksi tersebut.
Metode analisis energi yang digunakan yaitu metode analisis proses, setiap
tahapan proses atau kerja dianalisis untuk menentukan masukan energi dan
analisis ini merupakan suatu identifikasi terhadap jaringan kerja dan proses yang
harus diikuti untuk memperoleh produk akhir.
Audit energi dimulai dengan menentukan batasan sistem yang diaudit,
dilanjutkan dengan pemilihan metode audit yang sesuai, kemudian menghitung
semua input yang termasuk ke dalam sistem, mengidentifikasi output yang
dihasilkan dalam satuan yang sama sehingga diperoleh jumlah energi produksi
dalam satuan MJ/kg CPO. Langkah selanjutnya yaitu menghitung efisiensi dari
tiap tahapan proses produksi sekaligus mendeteksi bagian/peralatan yang
tidak/kurang efisien, sehingga upaya penghematan dapat dilakukan.

Parameter Pengukuran

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah:


1. Kebutuhan energi manusia
Data yang digunakan meliputi jumlah tenaga kerja tiap tahapan produksi,
jumlah jam kerja, jumlah produksi CPO dan nilai kalor biologis manusia.
2. Kebutuhan energi listrik
Data yang digunakan meliputi jenis alat, jumlah alat, lama penggunaan alat,
daya, tegangan dan arus listrik yang terpasang dan terukur, faktor daya listrik,
efisiensi dan jumlah produksi CPO.
23

Persiapan Lahan
Bibit

Pembibitan Pupuk

Mesin dan
peralatan Penanaman
pertanian

Pemeliharaan Bahan bakar

Manusia Pemanenan
Listrik Diesel

Truk Pengangkutan TBS

Mesin dan
peralatan Penerimaan TBS
pengolahan

Perebusan Back Pressure


Vessel

Penebahan
Turbin uap

Pelumatan dan Serat dan Boiler


pengempaan cangkang

Water treatment
Pemurnian minyak CPO

Keterangan :

Batasan sistem= Input energi langsung =


Aliran proses = Input energi tidak langsung =
Input listrik = Input tenaga manusia =
Input uap =

Gambar 19. Batasan sistem yang akan diaudit


24

4. Kebutuhan energi bahan bakar solar


Data yang digunakan meliputi konsumsi solar, nilai kalor solar dan jumlah
produksi CPO.
5. Kebutuhan energi pupuk
Data yang digunakan meliputi konsumsi pupuk pada kegiatan budidaya
tanaman, nilai kalor jenis pupuk yang digunakan dan produksi TBS per hektar.
6. Kebutuhan energi pestisida
Data yang digunakan meliputi konsumsi pestisida pada kegiatan
pemberantasan hama dan penyakit serta produksi TBS per hektar. Input energi
tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan
kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung,
tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan
unit bahan (bukan satuan unit energi).
7. Efisiensi penggunaan energi
Data yang digunakan dalam menentukan efisiensi penggunaan energi adalah
energi input, energi berguna, kapasitas terukur dan kapasitas terpasang pada
setiap tahapan produksi.

Metode Pengambilan Data

Metoda pengambilan data terdiri dari dua, yaitu :


1. Pengumpulan data primer
a. Pengamatan dan pengukuran pada pompa penyiraman di pembibitan main
nursery, data yang diambil yaitu spesifikasi alat, jumlah konsumsi solar,
waktu penggunaan alat dan jumlah bibit yang disiram.
b. Pengukuran dan pengamatan pada proses pengangkutan kelapa sawit, data
yang diambil yaitu jenis kendaraan, konsumsi solar, jarak tempuh, jumlah
trip pengangkutan, jumlah TBS terangkut, jumlah tenaga kerja dan jam
kerjanya selama 3 hari.
c. Pengamatan dan pengukuran pada peralatan yang menggunakan energi
dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan data per hari selama 3 hari.
d. Pengamatan dan pengukuran pada turbin uap dilakukan tiap selang 1 jam
pengambilan data per hari selama 3 hari. Data yang diambil pada turbin uap
adalah tekanan uap dan suhu uap. Alat yang digunakan adalah alat yang
terpasang di ruang mesin (engine room).
e. Pengamatan dan pengukuran pada boiler dilakukan sebanyak lima kali
pengambilan data per hari selama 3 hari. Data yang diambil yaitu jumlah
serat dan cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar boiler, nilai kalor
cangkang dan serat, spesifikasi boiler, waktu operasi boiler, suhu uap,
tekanan uap, laju uap, suhu air umpan, laju air umpan, suhu BPV, tekanan
BPV, dan jumlah produksi CPO yang dihasilkan pada kurun waktu operasi
boiler.
f. Pengamatan dan pengukuran pada stasiun penyediaan air dilakukan
sebanyak tiga kali pengambilan data per hari selama 3 hari meliputi daya
terukur, arus terukur, tegangan terukur, dan waktu operasi alat.
25

2. Pengumpulan data sekunder


a. Data produksi CPO dan pemakaian bahan bakar minyak selama lima tahun
terakhir.
b. Data waktu pengolahan tahun 2012-Maret 2013
c. Nilai kalor biologis manusia, pengambilan data berdasarkan referensi Stout
(1990) dalam Rahmat (2002).
d. Nilai kalor bahan bakar solar berdasarkan referensi Cervinka (1980) dalam
Nuryanto (1998).
e. Data embodied energy pada pupuk dan pestisida.

Perhitungan dan Analisis Data

Perhitungan terhadap masukan energi yang digunakan pada setiap tahap


yang telah ditentukan. Setiap masukan energi dikonversi ke dalam satuan energi
yang sama yaitu MJ (Mega Joule).

1. Kebutuhan Energi Biologis Manusia


Kebutuhan energi biologis manusia di kebun dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Anwar, 1990 dalam Sholahuddin, 1999 dalam Wibowo 2008):
Etm = (n x T x Nem)/Jcpo *...................................................(1)
Keterangan :
Etm = Konsumsi energi manusia total untuk memproduksi CPO (MJ/kg CPO)
n = Jumlah tenaga kerja tiap tahapan produksi
T = Waktu kerja orang per hari (jam)
Nem = nilai pada Tabel 5 menurut Stout (1990) dalam Rahmat (2002) yang
disesuaikan dengan jenis kerja yang dilakukan. Selain itu untuk tahapan
pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun
penebahan menggunakan nilai pada Tabel 6 menurut Fazriansyah
(2008) dan tahapan penyiangan menggunakan nilai pada Tabel 7
menurut pramana (2009).
Jcpo = Jumlah produksi CPO per hari (kg)
* ) perhitungan kebutuhan energi manusia pada proses pengolahan TBS
menjadi CPO dikali dengan 40 % sesuai dengan efektifitas manusia
bekerja.

2. Kebutuhan Energi Biomassa


Jumlah energi biomassa yang digunakan untuk bahan bakar boiler dihitung
dengan persamaan :
Ebb = JBB x NK...................................................................(2)
Menurut Wulandani (1991) dalam Wibowo (2008) nilai kalor suatu bahan
pada kadar air tertentu dapat dihitung dengan persamaan:
NK= .............................................................(3)
Produksi uap secara teoritis didekati dengan persamaan :
JBB = (Mu (hs-hw))/(LHVxƞk)..............................................(4)
Keterangan:
Ebb = Energi bahan bakar (kJ)
JBB = Jumlah bahan bakar (kJ/jam)
26

NK = Nilai kalor bahan bakar(kJ/kg)


Mu = Kapasitas uap (kg/jam)
hs = Entalpi air umpan (kJ/kg)
hw = Entalpi air umpan (kJ/kg)
LHV= Nilai kalor bahan bakar (kJ/kg)
KA = Kadar air (%)
Ƞ = Efisiensi ketel uap (%)

3. Kebutuhan Energi Bahan Bakar Solar


Solar digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga diesel. Jumlah energi
bahan bakar solar dalam kegiatan pengolahan untuk memproduksi tiap kilogram
CPO adalah:
Ebs = (n x t x N)/Jcpo..............................................................(5)
Keterangan:
Ebs = Bahan bakar solar untuk memproduksi tiap kg CPO (MJ/kg CPO)
n = Kebutuhan solar tiap jam (liter/jam)
t = Jam jalan pembangkit tenaga diesel (jam/hari)
N = Nilai kalor bahan bakar solar (MJ/liter); 47,78 MJ/liter (Cervinka, 1980
dalam Nuryanto, 1998)

4. Kebutuhan Energi Listrik


Besarnya energi listrik yang digunakan untuk memproduksi tiap kg CPO
didekati dengan persamaan berikut:
E = (P x T x ƞ ) / Jcpo.............................................................(6)
Untuk menghitung nilai daya listrik (fasa tiga) digunakan persamaan
berikut:
P = V x I x cos θ ................................................................(7)
Keterangan:
E = Energi listrik yang diukur yang digunakan untuk memproduksi tiap kg
CPO (MJ/kg CPO)
P = Daya motor/mesin terukur (kW)
T = Waktu pemakaian alat (jam)
1 kWjam = 3.6 MJ
Ƞ = Efisiensi alat
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
Cos θ= Faktor daya

5. Kebutuhan Energi Pupuk


Besarnya energi pupuk yang digunakan pada semua tahapan produksi kelapa
sawit di kebun dihitung dengan persamaan:
Epp = ........................................................(8)
Maka jumlah energi pupuk untuk memproduksi tiap kilogram CPO dapat
menggunakan persamaan :
Epp (tot) = .......................................................................(9)
27

Keterangan:
Epp (tot) = Jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi CPO
tiap kilogram (MJ/kg CPO)
Epp = Jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi tiap
kilogram TBS (MJ/kg TBS)
Kpp (i) = Konsumsi pupuk pada tahap ke-i (kg/ha)
Nepp = Embodied energy pupuk (MJ/kg)
Jtbs = Jumlah produksi TBS per hektar (kg/ha)
Rd = Rendemen (%)

6. Kebutuhan Energi Pestisida


Besarnya energi pupuk yang digunakan pada semua tahapan produksi kelapa
sawit di kebun dihitung dengan persamaan:
Epe = .......................................................(10)
Maka jumlah energi pestisida untuk memproduksi tiap kilogram CPO dapat
menggunakan persamaan :
Epe (tot) = ......................................................................(11)
Keterangan:
Epe (tot) = Jumlah energi pestisida yang digunakan untuk memproduksi
CPO tiap kilogram (MJ/kg CPO)
Epe = Jumlah energi pestisida yang digunakan untuk memproduksi tiap
kilogram TBS (MJ/kg TBS)
Kpe (i) = Konsumsi peptisida pada tahap ke-i (kg/ha)
Nepe = Embodied energy pestisida (MJ/kg)
Jtbs = Jumlah produksi TBS per hektar (kg/ha)
Rd =Rendemen (%); perbandingan berat TBS yang diolah (kg) dengan
berat CPO yang dihasilkan (kg), yang digunakan sebagai faktor
konversi.
i = 1,2,3...

7. Penggunaan Energi
Perhitungan pada penggunaan energi adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi riil, perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah
energi input, dengan persamaannya:
Eff. Riil = (UE/IE) x 100%..................................................(12)
Keterangan:
Eff. Riil = Efisiensi riil penggunaan energi (%)
UE = Energi berguna (MJ)
IE = Input energi (MJ)
b. Efisiensi teknis, perbandingan antara kapasitas alat terukur dengan
kapasitas alat terpasang, dengan persamaannya:

Efisiensi teknis = x 100%.................(13)


28

Analisis data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan


pengukuran terhadap jalannya proses produksi CPO. Data yang diperoleh
dimasukkan ke dalam persamaan yang telah ditentukan, sehingga diperoleh nilai
konsumsi energi pada tiap tahapan proses produksi. Kebutuhan total energi untuk
menghasilkan tiap kg CPO merupakan jumlah konsumsi energi pada tiap tahapan
produksi. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
pada komoditi dan lokasi yang sama untuk mengetahui perubahan penggunaan
energi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Condong Garut

Perhitungan konsumsi energi pada proses produksi CPO di PMKS PT.


Condong Garut, meliputi energi langsung yang mencakup energi manusia, energi
bahan bakar solar, energi listrik, dan energi biomassa serta energi tidak langsung
meliputi energi pupuk. Sedangkan untuk kegiatannya meliputi budidaya tanaman
kelapa sawit, pemanenan, pengangkutan tandan buah segar (TBS), pengolahan
TBS menjadi CPO di pabrik dan sarana pendukung produksi.
Besarnya konsumsi energi primer untuk menghasilkan 1 kg CPO di PMKS
PT. Condong Garut tanpa menghitung masukan energi dari pestisida dan bahan
kimia pembantu sebesar 17.56043 MJ. Tidak dihitungnya masukan energi dari
pestisida dan bahan kimia pembantu disebabkan karena kurangnya data
pendukung untuk embodied energy produksi pestisida dan bahan kimia pembantu.
Konsumsi pestisida yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan bahan
untuk tiap 1 ha dan kg TBS yang dihasilkan. Sedangkan konsumsi bahan kimia
pembantu yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan bahan untuk tiap kg
CPO yang dihasilkan. Masukan energi primer dibutuhkan untuk kapasitas
pengolahan 20 ton TBS/jam dengan rendemen TBS menjadi CPO sebesar
20.08 %. Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PT. Condong Garut
dapat dilihat pada Tabel 9.
Masukan energi terbesar berasal dari biomassa sebesar 10.88276 MJ/kg
CPO atau 61.97 % dari total masukan energi primer sedangkan input energi
terkecil berasal dari energi solar sebesar 0.68805 MJ/kg CPO atau 3.92 % dari
total masukan energi primer. Tahapan produksi yang mengkonsumsi energi
primer terbesar yaitu kegiatan pengolahan TBS dan sarana pendukung sebesar
11.26633 MJ/kg CPO atau sebesar 64.16 % dari total konsumsi energi primer
sedangkan tahapan produksi yang paling kecil mengkonsumsi energi yaitu
tahapan pemanenan sebesar 0.00625 MJ/kg CPO atau 0.04% dari total konsumsi
energi primer.
Apabila dibandingkan dengan pabrik kelapa sawit di UU Rejosari PTPN.
VII, nilai konsumsi energi primer lebih besar di PMKS PT. Condong Garut. UU
Rejosari PTPN. VII mempunyai nilai konsumsi energi sebesar 15.755 MJ/kg CPO.
Hal ini disebabkan karena di UU Rejosari PTPN. VII memiliki nilai energi tenaga
manusia yang lebih kecil terutama pada tahapan budidaya. Beberapa tahapan
budidaya di UU Rejosari PTPN. VII sudah dilakukan secara mekanis sehingga
29

dapat menurunkan besarnya konsumsi energi tenaga manusia. Nilai konsumsi


energi primer pada saat sekarang lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan Wibowo (2008) di lokasi yang sama sebesar 33.699 MJ/kg CPO.
Perbedaan konsumsi energi primer yang paling besar terlihat pada energi
biomassa dengan selisih energi sebesar 11.886 MJ/kg CPO.

Tabel 9. Konsumsi Energi Primer Pada Produksi CPO di PT. Condong Garut
Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)
Pengolahan
Jenis energi Budi- Angkut TBS dan %
Panen Total
daya TBS sarana
pendukung
A. Energi langsung
1. Solar 0.00696 - 0.29989 0.38120 0.68805 3.92
2. Biomassa - - - 10.88276 10.88276 61.97
B. Energi tidak
langsung
1. Pupuk 1.94752 - - - 1.94752 11.09
2. Pestisida * - - - *
C. Energi manusia 4.02919 0.00625 0.00429 0.00237 4.04210 23.02
Total 5.98467 0.00625 0.30418 11.26633 17.56043
Persentase 34.07 0.04 1.73 64.16 100
*) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan
energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung. tetapi tetap diaudit dan disajikan
sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat
dilihat pada Tabel 18.

Besarnya konsumsi energi pada setiap tahapan produksi setelah input energi
solar dan biomassa pada stasiun penyediaan energi sudah dikonversikan menjadi
energi listrik sehingga input yang diperhitungkan sudah berupa energi listrik.
Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut setelah
biomassa dan solar pada penyediaan energi setelah dikonversi menjadi listrik
sebesar 13.92604 MJ/kg CPO. Masukan energi terbesar yaitu berasal dari energi
uap sebesar 7.32185 MJ/kg CPO atau sebesar 52.58 % dari total masukan energi
sedangkan input energi terkecil yaitu berasal dari energi listrik sebesar 0.11172
MJ/kg CPO atau sebesar 0.80 % dari total masukan energi. Tahapan produksi
yang mengkonsumsi energi paling besar yaitu tahapan budidaya sebesar 5.98367
MJ/kg CPO atau sebesar 42.97 % dari total masukan energi sedangkan tahapan
produksi yang paling kecil mengkonsumsi energi yaitu tahapan pemanenan
sebesar 0.00625 MJ/kg CPO atau sebesar 0.04 % dari total masukan energi.
Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut setelah
biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi menjadi listrik dapat dilihat
pada Tabel 10.
Total konsumsi energi pada tahapan budidaya sebesar 5.98367 MJ/kg CPO.
Konsumsi energi terbesar berasal dari energi manusia sebesar 4.02919 MJ/kg
CPO atau sebesar 67.34 % dari total konsumsi energi pada kegiatan budidaya.
Pembibitan pre nursery menjadi kegiatan yang paling besar mengonsumsi energi
yaitu sebesar 3.00805 MJ/kg CPO atau sebesar 50.27 % dari total konsumsi
30

energi pada kegiatan budidaya sedangkan tahapan budidaya yang paling kecil
yaitu penanaman sebesar 0.01546 MJ/kg CPO atau sebesar 0.26 % dari total
konsumsi energi pada kegiatan budidaya. Konsumsi energi pada tahapan budidaya
dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Konsumsi Energi Final pada Produksi CPO di PMKS PT. Condong
Garut Setelah Biomassa dan Solar pada Penyediaan Energi Dikonversi Menjadi
Listrik.
Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)
Jenis energi Budi- Angkut Peng. Sarana Total %
Panen
daya TBS TBS pendukung
A. Energi langsung
1. Solar 0.00696 - 0.29989 - 0.19600 0.50285 3.61
2. Listrik - - - 0.08894 0.02278 0.11172 0.80
3. Uap - - - 6.42725 0.89460 7.32185 52.58
B. Energi tidak
langsung
1. Pupuk 1.94752 - - - - 1.94752 13.98
2. Pestisida * - - - - - -
C. Energi manusia 4.02919 0.00625 0.00429 0.00061 0.00176 4.04210 29.03
Total 5.98367 0.00625 0.30418 6.51680 1.11514 13.92604
persentase (%) 42.97 0.04 2.18 46.80 8.01 100
*) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan
energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan
sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat
dilihat pada Tabel 18.

Tabel 11. Konsumsi energi pada tahapan budidaya


Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)
Jenis Energi P.pre P.main Pers. Pem. Pem. Total %
Tanam
nursery nursery lahan TBM TM
A. E. langsung
1. Solar 0.00348 0.00348 - - - - 0.00696 0.12
B. Energi
tidak langsung
1. Pupuk 0.00025 0.40775 - 0.00842 1.05736 0.47370 1.94752 32.55
2. Pestisida * * - - * * - -
C. E. manusia 3.06880 2.27694 0.02460 0.00704 0.12053 0.13063 4.02919 67.34
Total 3.00805 1.15330 0.02460 0.01546 1.17789 0.60437 5.98367
% 50.27 19.27 0.41 0.26 19.69 10.10 100
*) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan
energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan
sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat
dilihat pada Tabel 18.

Konsumsi energi paling besar pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO
berasal dari energi uap sebesar 6.42725 MJ/kg CPO atau sebesar 98.63 % dari
total konsumsi energi manusia pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO.
Tahapan paling besar untuk input energi listrik dan manusia tanpa input energi
31

uap (karena input energi uap tidak dapat dihitung perstasiun) adalah tahapan
pengempaan sebesar 0.06794 MJ/kg CPO atau 1.04 % dari total konsumsi energi
manusia pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO.

Tabel 12. Konsumsi Energi Pada Kegiatan Pengolahan TBS menjadi CPO
Jenis Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)
Total %
Energi Pen.buah Perebusan Penebahan Pengempaan Pemurnian
A. Energi
langsung
1. Listrik 0.00058 - 0.00808 0.06779 0.01248 0.08895 1.36
2. Uap - * - * * 6.42725 98.63
B. Energi
0.00021 0.00004 0.00007 0.00014 0.00014 0.00060 0.01
manusia
Total 0.00079 0.00004 0.00816 0.06794 0.01262 6.51680
% 0.01 0.001 0.13 1.04 0.19 100
*) Input energi uap tidak disajikan secara rinci perstasiun tetapi tetap diaudit dan dihitung secara
keseluruhan untuk total energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO

Konsumsi energi pada sarana pendukung dapat dilihat pada Tabel 13.
Stasiun penyediaan energi mengkonsumsi energi paling besar sebesar 0.91396
MJ/kg CPO atau sebesar 81.98 % dari total konsumsi energi pada sarana
pendukung. Hal ini disebabkan oleh konsumsi energi uap yang cukup besar yaitu
sebesar 0.89460 MJ/kg CPO. Energi uap merupakan energi terbesar yaitu sebesar
0.89460 MJ/kg CPO atau sebesar 80.25 % dari total konsumsi energi pada sarana
pendukung.

Tabel 13. Konsumsi Energi Pada Sarana Pendukung


Jenis energi Konsumsi Energi (MJ/kg CPO) Total %
Penyediaan air Penyediaan energi
A. Energi langsung
1. Bahan bakar solar 0.19600 - 0.19600 17.58
2. Listrik 0.00420 0.01858 0.02279 2.04
3. Uap - 0.89460 0.89460 80.25
B. Energi manusia 0.00065 0.00078 0.00143 0.13
C. Energi tidak langsung
1. Bahan kimia pembantu * * -
Total 0.20085 0.91396 1.11482
persentase (%) 18.02 81.98 100
*) Input energi tidak langsung dari bahan kimia pembantu tidak diperhitungkan dalam perhitungan
kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan
disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang
dapat dilihat pada Tabel 19.
32

Ma : 3.00432
Pu : 0.00025
So : 0.00350
Pes :* Pemb. Pre nursery
Ma : 0.74207
Pu : 0.40770
So : 0.00350
Pemb. Main nursery
Pes : *

Ma : 0.02460 Persiapan lahan

Ma : 0.00704
Pu : 0.00800 Penanaman
Ma : 0.12053
Pu : 1.05700 Pemeliharaan TBM
Pes : *

Ma : 0.13063
Pu : 0.47400
Pemeliharaan TM
Pes : *

Ma : 0.00625 Pemanenan

Ma : 0.00429
So : 0.29990 Pengangkutan TBS

Ma : 0.00021
Li : 0.00058 Penerimaan buah

Ma : 0.00053
Uap : * Perebusan

Ma : 0.00007
Li : 0.00809 Penebahan
Ma : 0.00014
Ma : 0.00065
Li : 0.06780 Pengempaan Li : 0.00420
Uap : *
So : 0.19600
Kim : *
Ma : 0.00014 Pemurnian
Li : 0.01248
Uap : * Ma : 0.00078
Penyediaan air Li : 0.01858
Bi : 10.8800
Kim : *
Penyediaan energi Uap : *

Gambar 20. Aliran input energi pada setiap tahapan produksi CPO di PMKS
PT. Condong Garut

Keterangan Gambar 21:


Ma: Energi manusia (MJ/kg CPO) Pu: Energi pupuk (MJ/kg CPO)
Li : Energi listrik (MJ/kg CPO) Bi: Energi biomassa (MJ/kg CPO)
So : Energi solar (MJ/kg CPO) Pes : Pestisida dalam bentuk satuan unit bahan
Kim: Bahan kimia pembantu dalam bentuk satuan unit bahan
*) Uap: Energi uap tidak disajikan secara rinci perstasiun tetapi secara keseluruhan pada
pengolahan TBS menjadi CPO dan pada stasiun penyediaan energi untuk air umpan
33

a. Tenaga Manusia
Penggunaan tenaga manusia menjadi hal yang penting dalam setiap proses
produksi CPO. Total Penggunaan energi manusia pada proses produksi CPO di
PT. Condong Garut yaitu sebesar 4.04210 MJ/kg CPO. Penggunaan tenaga
manusia terbesar yaitu pada kegiatan budidaya sebesar 4.02919 MJ/kg atau
sebesar 99.68 % dari total konsumsi tenaga manusia.

Tabel 14. Konsumsi tenaga manusia pada proses produksi CPO


Konsumsi Energi Presentase terhadap Presentase
Kegiatan (MJ/kg CPO) jumlah (%) total (%)
A. Budidaya 99.68
Pembibitan pre nursery 3.00432 74.56
Pembibitan main nursery 0.74207 18.42
Persiapan lahan 0.02460 0.61
Penanaman 0.00704 0.17
Pemeliharaan TBM 0.12053 2.99
Pemeliharaan TM 0.13063 3.24
Jumlah 4.02919 100
B. Pemanenan 0.00625 100 0.15
C. Pengangkutan buah 0.00429 100 0.11
D. Pengolahan TBS 0.02
Penerimaan TBS 0.00006 9.84
Penarikan lori 0.00015 24.92
Perebusan 0.00004 6.56
Pengempaan dan
penebahan 0.00022 35.41
Pemurnian minyak 0.00014 23.61
Jumlah 0.00061 100
E. Sarana Pendukung 0.04
Penyediaan air 0.00065 36.90
Penyediaan energi 0.00078 44.65
Penanganan limbah 0.00032 18.45
Jumlah 0.00176 100
Total 4.04210 100 100

Pada kegiatan budidaya, penggunaan tenaga manusia terbesar yaitu pada


kegiatan pembibitan pre nursery yaitu sebesar 3.00432 MJ/kg CPO atau sebesar
74.56 % dari total penggunaan energi manusia pada kegiatan budidaya tanaman
sawit. Sedangkan konsumsi energi manusia terkecil yaitu pada tahap penanaman
sebesar 0.00704 MJ/kg CPO atau sebesar 0.17 % dari total konsumsi energi
manusia pada kegiatan budidaya tanaman sawit.
Jumlah penggunaan tenaga manusia untuk kegiatan budidaya di PT.
Condong Garut lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan tenaga manusia
di UU Rejosari PTPN. VII pada penelitian Rahmat (2002) yaitu sebesar 0.1902
MJ/kg CPO. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan jenis pekerjaan yang
dilakukan di setiap tahapan budidaya dan persiapan lahan sudah dilakukan secara
semi mekanis, sedangkan di PT. Condong Garut masih dilakukan secara manual.
34

Penggunaan tenaga manusia di PT. Condong Garut pada tahap pengolahan


TBS menjadi CPO sebesar 0.00061 MJ/kg CPO atau sebesar 0.02 % dari total
penggunaan tenaga manusia untuk seluruh proses produksi CPO. Tahapan yang
paling besar mengkonsumsi energi tenaga manusia yaitu pada kegiatan
pengempaan dan penebahan sebesar 0.00022 MJ/kg CPO atau 35.41 % dari total
penggunaan tenaga manusia pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO.
Sedangkan tahapan yang paling kecil yaitu tahapan perebusan TBS sebesar
0.00004 atau sebesar 6.56 % dari total penggunaan tenaga manusia pada kegiatan
pengolahan TBS menjadi CPO.
Jumlah penggunaan tenaga manusia untuk kegiatan pengolahan TBS
menjadi CPO di PT. Condong Garut lebih kecil jika dibandingkan dengan
penggunaan tenaga manusia di UU Rejosari PTP Nusantara VII (Rahmat, 2002)
yaitu sebesar 0.01055 MJ/kg CPO. Selain itu, PT. Condong Garut apabila
dibandingkan dengan UU Talopino PTPN. VII (Nuryanto, 1998) mempunyai nilai
konsumsi energi manusia untuk kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO yang
lebih kecil. UU Talopino PTPN. VII (Nuryanto, 1998) mempunyai nilai konsumsi
energi manusia sebesar 0.00214 MJ/kg CPO. Jumlah pekerja di UU Rejosari yaitu
sebesar 66 orang dengan kapasitas 25 ton TBS/jam sehingga konsumsi energi
manusia lebih besar. Sedangkan di UU Talopino PTPN VII jumlah pekerja yaitu
sebesar 45 orang dengan kapasitas 30 ton TBS/jam. UU Rejosari PTP Nusantara
VII (Rahmat, 2002) dan UU Talopino PTPN. VII (Nuryanto, 1998) menggunakan
nilai kalor energi manusia menurut stout (1990) dalam Rahmat (2002) tanpa
dikalikan 40% sesuai dengan efektifitas manusia bekerja.
Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya pada tahun 2008 oleh
Wibowo bahwa perhitungan konsumsi energi manusia pada proses produksi CPO
di lokasi yang sama mengalami penurunan. Penggunaan energi manusia pada
tahun 2008 di PT. Condong Garut sebesar 4.712 MJ/kg CPO. Selain itu, apabila
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Alfra (1999) pada proses pengolahan
TBS menjadi CPO di lokasi yang sama, pada tahun 2013 PT. Condong Garut
mempunyai jumlah energi manusia yang lebih besar. Penggunaan tenaga manusia
pada proses pengolahan TBS menjadi CPO di PT. Condong Garut pada tahun
1999 yaitu sebesar 0.00051 MJ/kg CPO. Hal ini disebabkan karena kurangnya
jumlah TBS sehingga mengakibatkan penurunan tingkat produksi CPO.

b. Pupuk
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan yang membutuhkan energi tidak
langsung yang berperan dalam produksi CPO. Pupuk yang digunakan di PT.
Condong Garut adalah jenis Urea, NPK, SP-36, dan Dollomite. Konsumsi energi
pupuk dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya


Kegiatan Konsumsi Energi (MJ/kg CPO) Persentase (%)
Pembibitan Pre nursery 0.00025 0.01
Pembibitan main nursery 0.40775 20.94
Penanaman 0.00842 0.43
Pemeliharaan TBM 1.05736 54.29
Pemeliharaan TM 0.47374 24.33
Jumlah 1.94752 100
35

Jumlah penggunaan energi pupuk pada proses produksi CPO di PT.


Condong Garut sebesar 1.94752 MJ/kg CPO dengan konsumsi energi terbesar
yaitu pada kegiatan pemeliharaan TBM yaitu sebesar 1.05736 MJ/kg CPO atau
sebesar 54.29 % dari total konsumsi pupuk sedangkan kegiatan yang paling kecil
mengkonsumsi energi pupuk yaitu pada pembibitan pre nursery sebesar 0.00025
MJ/kg CPO atau sebesar 0.01 % dari total konsumsi energi pupuk.
Penggunaan energi pupuk di PT. Condong Garut lebih kecil dibandingkan
dengan PKS Kertajaya (Sholahuddin, 1999) maupun di UU Rejosari PTP
Nusantara VII (Rahmat, 2002). Konsumsi energi pupuk di PKS Kertajaya sebesar
10.7901 MJ/kg CPO sedangkan di UU Rejosari PTP Nusantara VII sebesar 4.925
MJ/kg CPO. Perbedaan ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kondisi
tanaman, jenis tanah, kondisi iklim, keterampilan operator dan lain-lain. Selain itu
penggunaan jenis pupuk yang digunakan oleh PT. Condong Garut lebih sedikit
yaitu 4 jenis sedangkan di UU Rejosari PTP Nusantara VII menggunakan 9 jenis
pupuk dan di PKS kertajaya menggunakan 6 jenis pupuk. Input energi pupuk
terbesar berasal dari pupuk NPK sebesar 0.97087 MJ/kg CPO atau sebesar
49.85 % dari total masukan energi pupuk. Penggunaan energi pupuk untuk
masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penggunaan energi untuk masing-masing jenis pupuk yang digunakan
Jenis Pupuk Input Energi (MJ/kg CPO) Persentase(%)
Urea 0.00025 0.013
NPK 0.97087 49.85
SP-36 0.00842 0.42
Dollomite 0.96798 49.70
Total 1.94752 100

Konsumsi energi pupuk pada kondisi saat ini lebih kecil dibandingkan saat
penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2008) yaitu sebesar 2.268 MJ/kg CPO.
Hal ini disebabkan karena pada tahap pemeliharaan TM sering dilakukan
pemupukan.

c. Bahan Bakar Minyak (solar)


PMKS PT. Condong Garut menggunakan bahan bakar minyak dengan jenis
solar untuk melakukan beberapa kegiatan seperti budidaya, pengolahan TBS
menjadi CPO maupun untuk kegiatan di dalam sarana pendukung. Kegiatan
budidaya yang menggunakan bahan bakar solar diantaranya untuk penyiraman
pembibitan pre nursery maupun main nursery. Kegiatan pengangkutan TBS,
bahan bakar solar digunakan untuk truk pengangkut TBS. Kegiatan pengolahan
TBS menjadi CPO, bahan bakar solar digunakan untuk traktor yang berfungsi
untuk mendorong lori yang mengangkut TBS dari loading ramp ke sterilizer.
Selain itu, bahan bakar solar digunakan untuk penanganan limbah padat yaitu
mengangkut tandan kosong hasil pengolahan menuju tempat penimbunan tandan
kosong. Kegiatan di dalam sarana pendukung yang menggunakan solar yaitu
sebagai bahan bakar pompa air untuk penyediaan air. Konsumsi energi solar di
PMKS PT. Condong Garut dapat dilihat pada Tabel 17.
36

Tabel 17. Konsumsi energi solar


Kegiatan Konsumsi Energi (MJ/kg CPO) Persentase (%)
Pembibitan pre nursery 0.00348 0.51
Pembibitan main nursery 0.00348 0.51
Pengangkutan TBS 0.29989 43.58
Penanganan limbah padat 0.16420 23.86
Mendorong lori 0.02100 3.06
Penyediaan air 0.19600 28.48
Jumlah 0.68805 100

Konsumsi energi solar di PMKS PT. Condong Garut sebesar 0.68805 MJ/kg
CPO dengan konsumsi energi solar terbesar pada pengangkutan buah sebesar
0.29989 MJ/kg CPO atau 43.58 % dari total konsumsi solar. Sedangkan pada
kegiatan pembibitan baik pre nursery maupun main nursery merupakan kegiatan
yang mengkonsumsi energi solar terkecil yaitu sebesar 0.00348 MJ/kg CPO atau
sebesar 0.51 % dari total penggunaan energi solar pada proses produksi CPO.
Konsumsi energi solar pada tahap pengangkutan TBS lebih kecil bila
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wibowo (2008) di lokasi yang
sama yaitu sebesar 2.915 MJ/kg CPO. Sedangkan apabila dibandingkan dengan
UU Rejosari PTP Nusantara VII yaitu sebesar 0.2090 MJ/kg CPO. Perbedaan
konsumsi energi solar pada pengangkutan TBS tersebut disebabkan karena
perbedaan jarak, kapasitas angkut tiap mobil, kondisi mobil pengangkut serta
kondisi jalan. Konsumsi energi solar secara keseluruhan pada kondisi saat ini
lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wibowo (2008)
yaitu sebesar 3.728 MJ/kg CPO. Hal ini disebabkan karena perbedaan banyaknya
penggunaan solar yang sangat signifikan pada pengangkutan TBS serta pada
kondisi saat ini generator diesel tidak digunakan sehingga mengurangi pemakaian
solar yang berakibat konsumsi energi solar lebih kecil.

d. Pestisida
PMKS PT. Condong Garut menggunakan pestisida berupa Decis, Akodan,
Dapet, Bestok dan Spontan. Decis, Bestok, dan Spontan termasuk ke dalam jenis
Insektisida yang digunakan untuk memberantas serangga yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Akodan termasuk ke dalam pestisida jenis herbisida yang
digunakan untuk membasmi gulma khususnya rumput ilalang. Kebutuhan bahan
pestisida tiap kg CPO dapat dilihat pada Tabel 18.
Konsumsi pestisida yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan
bahan untuk tiap 1 ha dan kg TBS yang dihasilkan karena kurangnya data
pendukung embodied energy pestisida.

Tabel 18. Kebutuhan bahan pestisida tiap kg CPO


Pemakaian pestisida Jumlah
Kegiatan Nama (bahan/ha) (bahan/kg TBS)
Pembibitan Pre nursery Decis 0.12 lt 6.58x10-7
Akodan 0.12 lt 6.58x10-7
Dapet 0.12 lt 6.58x10-7
Bestok 0.12 lt 6.58x10-7
Spontan 0.12 lt 6.58x10-7
37

Tabel 18. Kebutuhan bahan pestisida tiap kg CPO (lanjutan)


Pemakaian pestisida Jumlah
Kegiatan Nama (bahan/ha) (bahan/kg TBS)
Pembibitan main nursery Decis 0.15 lt 8.62x10-7
Akodan 0.15 lt 8.62x10-7
Dapet 0.15 lt 8.62x10-7
Bestok 0.15 lt 8.62x10-7
Spontan 0.15 lt 8.62x10-7
Pemeliharaan TBM Decis 0.19 lt 1.05x10-6
Akodan 0.19 lt 1.05x10-6
Dapet 0.19 lt 1.05x10-6
Bestok 0.19 lt 1.05x10-6
Spontan 0.19 lt 1.05x10-6
Pemeliharaan TM Decis 0.19 lt 1.05x10-6
Akodan 0.19 lt 1.05x10-6
Dapet 0.19 lt 1.05x10-6
Bestok 0.19 lt 1.05x10-6
Spontan 0.19 lt 1.05x10-6

e. Bahan Kimia Pembantu


Bahan kimia pembantu yang digunakan dalam kegiatan produksi CPO di
PMKS PT Condong Garut digunakan untuk penyediaan air dan boiler. Bahan
yang digunakan yaitu berupa P-1, P-22, HILCO 260, HILCO 251, HILCO 225
dan HILCO 35. Jumlah pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air
dan boiler dapat dilihat pada Tabel 19.
HILCO 260 berfungsi menghindari terjadinya kerak dan kerusakan pipa,
serta tidak terjadi korosi terhadap pipa dan dapat mengurangi endapan. HILCO
251 dapat menghindari terjadinya kerak dan korosi serta dapat membuat uap
menjadi lebih jernih dan bersih. HILCO 225 berfungsi untuk mengontrol
alkalinitas dalam boiler. HILCO 35 menghilangkan oksigen dalam air.
Konsumsi bahan kimia pembantu yang digunakan hanya dihitung sebagai
kebutuhan bahan untuk tiap kilogram CPO yang dihasilkan karena kurangnya data
pendukung untuk nilai embodied energy bahan kimia pembantu.

Tabel 19. Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air dan boiler
Tempat Nama bahan Jumlah bahan Jumlah (bahan/kg CPO)
Water treatment P-1 3.5 kg/17 hari 1.85x10-5
P-22 0.25 kg/28 hari 8.03x10-7
Boiler HILCO 260 3 kg/hari 2.69x10-4
HILCO 251 2 kg/hari 1.79x10-4
HILCO 225 1.5 kg/hari 1.35x10-4
HILCO 35 1.5 kg/hari 1.35x10-4

f. Energi Listrik
Masukan energi listrik untuk kegiatan produksi CPO dan sarana
pendukungnya di PT. Condong Garut berasal turbin uap, pembangkit tenaga
diesel apabila dalam keadaan darurat atau untuk membantu turbin uap agar dapat
memenuhi kebutuhan listrik. Energi listrik dari PLN juga digunakan apabila
38

pasokan listrik tidak memenuhi kebutuhan atau pada saat produksi TBS menurun
sehingga serat dan cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar boiler kurang.
P MKS PT. Condong Garut memiliki turbin uap dengan kapasitas 555 kVA.
Turbin uap ini di produksi pada tahun 1976 dari Belanda. Karena kondisinya yang
sudah lama, maka effisiensi dari turbin uap menurun sehingga PT. Condong Garut
menambahkan sumber listrik dari PLN agar operasional pabrik tetap berjalan
lancar. Adanya tambahan sumber listrik dari PLN berpengaruh terhadap biaya
operasional pabrik. Selain dengan bantuan sumber listrik dari PLN, biasanya
dengan bantuan generator diesel berkapasitas 160 kVA. Namun pada saat
dilakukan penelitian, generator diesel tersebut tidak digunakan.
PMKS PT. Condong Garut mengkonsumsi energi listrik untuk proses
produksi CPO sebesar 0.11173 MJ/kg CPO. Kegiatan yang mengkonsumsi energi
listrik terbesar yaitu pada pengolahan TBS sebesar 0.08894 MJ/kg CPO atau
sebesar 79.61 % dari total kebutuhan energi listrik untuk produksi CPO di pabrik.
Konsumsi energi listrik di PMKS PT. Condong Garut lebih kecil
dibandingkan dengan UU Rejosari PTP Nusantara VII yaitu sebesar 0.3969 MJ/kg
CPO. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu kondisi peralatan dan
mesin-mesin yang digunakan, kapasitas riil pengolahan dan kemahiran operator.
Konsumsi energi listrik pada kondisi saat ini, juga lebih kecil dibandingkan
dengan penelitian Wibowo (2008) di lokasi yang sama yaitu sebesar 0.1986
MJ/kg CPO. Hal ini disebabkan karena perbedaan kapasitas riil pengolahan
sehingga mempengaruhi waktu penggunaan alat. Jumlah konsumsi energi listrik
dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Konsumsi energi listrik


Persentase
Konsumsi Persentase
terhadap
Kegiatan Energi total
jumlah
(MJ/kg CPO) (%)
kegiatan (%)
A. Pengolahan TBS 79.61
Penerimaan TBS 0.00058 0.65
penebahan 0.00808 9.09
Pengempaan 0.06779 76.22
Pemurnian minyak 0.01248 14.04
Jumlah 0.08894 100
B. Sarana Pendukung 20.39
Penyediaan air 0.00420 18.44
Penyediaan energi 0.01858 81.56
Jumlah 0.02278 100
Total 0.11173 100

Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan mempunyai efisiensi teknis


sebesar 52.06 %. Efisiensi teknis merupakan perbandingan antara kapasitas
alat/mesin terukur dengan kapasitas alat/mesin terpasang. Bila dibandingkan
dengan UU Rejosari PTPN. VII (Rahmat 2002) dan PKS Kertajaya, PT. Condong
Garut mempunyai nilai efisiensi teknis lebih kecil. UU Rejosari PTPN. VII
(Rahmat 2002) dan PKS Kertajaya mempunyai nilai efisiensi teknis yang masing-
masing sebesar 73.65 % dan 65.89%. Efisiensi peralatan dan mesin-mesin
39

pengolahan yang kecil di PMKS PT Condong Garut disebabkan karena usia


peralatan dan mesin-mesin pengolahan yang telah berusia lebih dari 35 tahun.

Tabel 21. Efisiensi teknis peralatan dan mesin pada proses pengolahan CPO
Kegiatan Daya terpasang Daya terukur
Eff. Teknis alat (%)
(kW) (kW)
A. Pengolahan TBS
Penerimaan TBS 4.31 3.29 69.91
penebahan 6.99 3.41 50.88
Pengempaan 8.01 5.52 63.14
Pemurnian minyak 8.54 1.85 40.17
Rata-rata 6.96 3.52 56.02
B. Sarana Pendukung
Penyediaan air 6.10 2.69 41.28
Penyediaan energi 12.40 6.79 54.93
Rata-rata 9.25 4.74 48.10
Rata-rata seluruhnya 8.10 4.13 52.06

g. Biomassa
Bahan bakar yang digunakan untuk ketel uap berupa biomassa yang
dihasilkan dari pengolahan yaitu berupa serat (fibre) dan cangkang (shell). Jumlah
serat dan cangkang yang dihasilkan PMKS PT. Condong Garut yaitu sebesar 9720
kg/hari dan 4860 kg/hari. Komposisi biomassa yang digunakan PMKS PT.
Condong Garut untuk bahan bakar boiler yaitu 66.67 % serat dan 33.33 %
cangkang.
Nilai kalor serat dan cangkang yang diperoleh masing-masing yaitu sebesar
10.24 MJ/kg pada kadar air 40.5 % dan 16.39 MJ/kg pada kadar air 13.7 %. Nilai
kalor serat dan cangkang diperoleh dengan pengujian menggunakan alat Bomb
Calorimeter yang dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi IPB.
Konsumsi energi biomassa di PMKS PT. Condong Garut sebesar 10.88276 MJ/kg
CPO dengan komposisi serat 9720 kg/hari dan cangkang 4860 kg/hari sehingga
total menjadi 14580 kg/hari. Konsumsi biomassa riil untuk boiler didasarkan pada
pengamatan bahwa semua cangkang dan serat yang dihasilkan digunakan untuk
bahan bakar boiler. Penggunaan bahan bakar riil dan nilai masukan energinya
dapat dilihat pada Lampiran 12.
Perhitungan kebutuhan bahan bakar boiler secara teoritis yaitu sebesar
13844.38 kg/hari dengan komposisi serat sebesar 9230.05 kg/hari dan cangkang
sebesar 4614.33 kg/hari. Perbedaan jumlah konsumsi bahan bakar boiler dengan
kebutuhan teoritisnya mengakibatkan adanya sisa bahan bakar biomassa. Sisa
bahan bakar tersebut sebesar 735.62 kg/hari dengan komposisi serat sebesar
489.95 kg/hari dan cangkang sebesar 245.67 kg/hari.
40

Analisis Energi pada Sarana Pendukung Penyediaan Energi

Sarana pendukung penyediaan energi memasok kebutuhan energi listrik dan


uap melalui konversi biomassa menjadi uap, kemudian uap menggerakkan turbin
dan selanjutnya dikonversi menjadi listrik. Terdapat dua cara untuk memperoleh
data tingkat efektifitas penggunaan energi yaitu menghitung efisiensi riil
penggunaan energi yaitu perbandingan antara energi berguna dengan input energi
dan bila data tersebut tidak diketahui maka digunakan perbandingan antara
kapasitas alat/mesin terukur dengan kapasitas alat/mesin terpasang yang disebut
dengan efisiensi teknis. Aliran energi pada stasiun penyediaan energi dapat dilihat
pada Gambar 21.

Manusia : Air Umpan :


0.00036 0.89460
Biomassa: BPV
10.88276 uap : Instalasi
Listrik : Boiler Turbin 7.32185 pengolahan dan
0.01858 uap sarana pendukung:
Manusia: Uap : 6.42725
0.00078 7.91825
Instalasi
Panel pengolahan:
listrik : 0.08894
0.17828
Sarana
pendukung:
0.02278

Semua input dan output dalam satuan MJ/kg CPO


Eff. riil boiler = 7.91825/11.79672 = 67.12 %
Eff. riil turbin = 6.60553/7.91825 = 83.42 %
Eff. turbin dalam menghasilkan listrik = 0.17828/7.91825 = 2.25 %
Eff. teknis turbin = 254.847/444 = 57.40 %
Eff. teknis motor listrik = 52.06 %
Eff. total penggunaan listrik = 0.11172/0.17828 = 62.66 %

Gambar 21. Aliran Energi Pada Stasiun Penyediaan Energi

Masukan konsumsi energi paling besar pada boiler berasal dari energi
biomassa yaitu sebesar 10.88276 MJ/kg CPO, energi air umpan sebesar 0.89460
MJ/kg CPO, energi listrik sebesar 0.01858 MJ/kg CPO dan energi manusia
sebesar 0.00078 MJ/kg CPO sehingga total masukan konsumsi energi pada boiler
sebesar 11.79672 MJ/kg CPO. Sedangkan keluaran dari boiler berupa uap
superheated dengan kandungan energi sebesar 7.91825 MJ/kg CPO. Hasil
tersebut menunjukan bahwa efisiensi riil boiler sebesar 67.12 %.
41

Masukan konsumsi energi pada turbin uap berupa uap superheated yang
berasal dari boiler sebesar 7.91825 MJ/kg CPO. Keluaran dari turbin uap berupa
uap saturated melalui BPV dengan kandungan energi sebesar 7.322 MJ/kg CPO
dan energi listrik sebesar 0.17828 MJ/kg CPO sehingga efisiensi riil turbin uap
untuk menghasilkan listrik yang merupakan perbandingan antara output listrik dan
uap yang keluar dari turbin uap dengan input uap superheated dari boiler yaitu
sebesar 83.42 %. Efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik adalah sebesar
2.25 % sedangkan efisiensi teknis turbin uap sebesar 57.40 %. Rendahnya
efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik dapat disebabkan karena
rendahnya temperatur dan tekanan uap sehingga menyebabkan kurang
maksimalnya gaya mekanis pada turbin (sudu-sudu). Uap panas bertekanan tinggi
menyebabkan turbin berputar dan hampir semua exergy dikonversikan menjadi
energi mekanik dan akhirnya listrik. Selain itu suatu pusat pembangkit
memerlukan energi listrik dalam operasinya sehingga listrik yang dihasilkan tidak
sepenuhnya digunakan tetapi ada sebagian yang masuk sebagai energi listrik
untuk generator.
Listrik yang dihasilkan dari turbin uap disalurkan ke alat/mesin di instalasi
pengolahan maupun sarana pendukung. Konsumsi energi pada instalasi
pengolahan sebesar 0.08894 MJ/kg CPO sedangkan pada sarana pendukung
sebesar 0.02278 MJ/kg CPO sehingga jumlah penggunaan listrik seluruhnya
sebesar 0.11173 MJ/kg CPO. Energi listrik yang dihasilkan dari turbin uap
sebesar 0.17828 MJ/kg CPO sehingga efisiensi total penggunaan listrik sebesar
60.22 %.

Perbandingan Hasil Audit Energi Dengan Penelitian Sebelumnya

Total konsumsi energi pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong
Garut sebesar 17.56143 MJ/kg CPO. Konsumsi energi untuk kegiatan budidaya,
panen serta pengangkutan yaitu masing-masing sebesar 5.98367 MJ/kg CPO,
0.00625 MJ/kg CPO dan 0.30418 MJ/kg CPO sedangkan konsumsi energi untuk
pengolahan TBS menjadi CPO sebesar 11.26633 MJ/kg CPO. Untuk mengetahui
perubahan pola konsumsi energi pada kegiatan budidaya, panen, dan
pengangkuatan akan dibandingkan dengan penelitian Wibowo pada tahun 2008.
Sedangkan untuk Alfra (1999) dan Mutiara (2003) tidak dilakukan audit energi
pada kegiatan tersebut sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan. Akan tetapi
untuk mengetahui perubahan pola konsumsi energi total pada pengolahan TBS
menjadi CPO tersebut akan dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya di
lokasi yang sama yaitu Wibowo (2008), Mutiara (2003), dan Alfra (1999).
Perbandingan hasil audit energi pada budidaya, panen dan pengangkutan di
PMKS PT. Condong Garut dapat dilihat pada Tabel 22 serta perbandingan hasil
audit energi pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut dapat dilihat
pada Tabel 23.
42

Tabel 22. Perbandingan hasil audit energi pada budidaya, panen dan
pengangkutan di PMKS PT. Condong Garut
Nama Penggunaan Energi (MJ/kg CPO)
Peneliti Energi
(Tahun) Kegiatan Solar Pupuk manusia Total
Wibowo Budidaya 0.0035 2.2670 4.6820 6.9525
(2008) Panen 0.0160 0.0160
Pengangkutan 2.1940 2.1940
Total 2.1975 2.2670 4.6980
Penelitian Budidaya 0.0069 1.9475 4.0292 5.9836
ini Panen 0.0062 0.0062
Pengangkutan 0.2999 0.0042 0.3041
Total 0.3068 1.9475 4.0376

Tabel 22 menunjukan hasil audit pada kegiatan budidaya, panen dan


pengangkutan. Terjadi penurunan energi pada kegiatan budidaya sebesar 0.9689
MJ/kg CPO. Hal ini disebabkan karena penurunan energi manusia dan energi
pupuk. Penurunan energi manusia paling signifikan pada kegiatan pembibitan pre
nursery dengan selisih 1.0242 MJ/kg CPO. Adanya perbedaan energi manusia
pada kegiatan pembibitan pre nursery disebabkan karena pengurangan jumlah
pekerja. Kegiatan panen serta pengangkutan menunjukan terjadi penurunan energi.
Hal ini disebabkan karena jumlah pekerja pada pemanenan TBS lebih banyak
pada tahun 2008 sedangkan perbedaan dalam kegiatan pengangkutan TBS
disebabkan karena jarak antara kebun dan pabrik berbeda sehingga pemakaian
solar berbeda. Semakin jauh jarak dari kebun ke pabrik maka solar yang
dibutuhkan semakin banyak.

Tabel 23. Perbandingan hasil audit energi pada proses pengolahan TBS menjadi
CPO di PMKS PT. Condong Garut
Total Energi Peneliti Kap. terpasang Batasan Sistem Input Energi
(MJ/kg CPO) (Tahun) (Ton/jam)
11.378 Penelitian 20 Pengolahan Energi solar, listrik,
ini kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia
23.815 Wibowo 20 Pengolahan Energi solar, listrik,
(2008) kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia
14.701 Mutiara 20 Pengolahan Energi solar, listrik,
(2003) kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia
37.320 Alfra 20 pengolahan Energi solar, listrik,
(1999) kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia

Perbandingan hasil audit energi pada pengolahan CPO di PMKS PT.


Condong Garut nampak terjadi perubahan yang cukup signifikan. Penelitian yang
43

dilakukan oleh Alfra (1999), jumlah konsumsi energi untuk pengolahan TBS
menjadi CPO yaitu sebesar 37.320 MJ/kg CPO. Sedangkan konsumsi energi pada
penelitian Mutiara (2003) sebesar 14.071 MJ/kg CPO, yang berarti terjadi
penurunan energi sebesar 22.496 MJ/kg CPO. Tahun 2008, penelitian konsumsi
energi pada pengolahan CPO yang dilakukan oleh Wibowo sebesar 23.815 MJ/kg
CPO. Hal ini menunjukan bahwa dari tahun 2003 ke tahun 2008 terjadi
peningkatan konsumsi energi sebesar 9.114 MJ/kg CPO. Namun pada penelitian
tahun 2013 terjadi penurunan nilai konsumsi energi untuk proses pengolahan CPO
dari tahun 2008 yaitu sebesar 12.436 MJ/kg CPO.
Perubahan pola konsumsi energi dari tahun 1999, 2003, 2008, dan tahun
2013 tersebut dipengaruhi oleh perbedaan nilai konsumsi energi biomassa yang
cukup besar sedangkan perbedaan nilai konsumsi energi listrik, solar dan tenaga
manusia relatif kecil. Analisis tersebut berdasarkan penggunaan batasan sistem
dan metode audit yang sama oleh keempat peneliti. Selain itu, tidak terjadi
perubahan yang cukup signifikan pada sistem pengolahan maupun kondisi pabrik.
Namun pada tahun 2008 kondisi pabrik berbeda yaitu adanya kerusakan steam
engine sehingga berpengaruh pada konsumsi energi listrik. Tahun 2013, kondisi
pabrik berbeda dalam hal penggunaan generator diesel sehingga mempengaruhi
pada konsumsi energi solar dan efisiensi total penggunaan listrik. Perbandingan
hasil-hasil penelitian audit energi pada pengolahan CPO di PT. Condong Garut
dapat dilihat pada Tabel 24.
44

Tabel 24. Perbandingan hasil-hasil penelitian audit energi pada pengolahan CPO di PT. Condong Garut
Nama Peliti Kapasitas Rendemen Jam Batasan Sistem Penggunaan Energi (MJ/kg CPO)
(Tahun) Olah Riil kerja/ HOK Listrik Solar Manusia Biomassa Total
Alfra * * 8 Pengolahan kelapa 0.1412 0.9602 0.0051 36.091 37.198
(1999) sawit menjadi CPO
Mutiara 70.3 ton 17.52 % 8 Pengolahan kelapa - 0.177 0.0341 14.49 14.701
(2003) TBS/hari sawit menjadi CPO
Wibowo 83 ton 18.92 % 8 Pengolahan kelapa 0.1986 0.8097 0.0139 22.766 23.815
(2008) TBS/hari sawit menjadi CPO
Penelitian 81 ton 20.08 % 8 Pengolahan kelapa 0.1117 0.3812 0.0026 10.8827 11.378
ini TBS/hari sawit menjadi CPO

*) Tidak diperoleh data


45

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai konsumsi energi


biomassa yang cukup besar. Perbedaaan ketersediaan dan konsumsi jumlah bahan
bakar biomassa yaitu serat dan cangkang menjadi faktor utama. Sedangkan
jumlah ketersediaan serat dan cangkang tersebut tergantung kepada jumlah TBS
yang diolah di pabrik. Selain itu persentase kandungan serat dan cangkang pada
TBS juga mempengaruhi nilai konsumsi energi biomassa yang cukup besar.
Semakin besar persentase kandungan serat dan cangkang TBS maka akan semakin
besar pula biomassa yang dihasilkan.

Tabel 25. Perbedaan nilai konsumsi energi biomassa


Nama Kapasitas Nilai kalor Nilai kalor Energi Energi Total energi
Peliti Olah Riil serat cangkang serat cangkang biomassa
(Tahun) (MJ/kg (MJ/kg (MJ/kg (MJ/kg (MJ/kg
CPO) CPO) CPO) CPO) CPO)
Alfra *
18.50 20.29 24.015 12.076 36.091
(1999)
Mutiara 70.3 ton
14.49 16.52 9.23 5.26 14.49
(2003) TBS/hari
Wibowo 87 ton
15.15 17.13 16.96 5.806 22.766
(2008) TBS/hari
Penelitian 81 ton
10.24 16.39 6.04 4.84 10.88
ini TBS/hari
*) Tidak diperoleh data

Tabel 26. Perbedaan persentase kandungan serat dan cangkang serta rendemen
Nama Peliti Kapasitas Persentase Persentase Rendemen
(Tahun) Olah Riil kandungan serat kandungan (%)
(%) cangkang (%)
Alfra (1999) * * * *
Mutiara 70.3 ton
12.49 6.5 17.52
(2003) TBS/hari
Wibowo 87 ton
20.7 4.4 18.92
(2008) TBS/hari
Penelitian 81 ton
12.01 6.01 20.08
ini TBS/hari
*) Tidak diperoleh data

Peningkatan ataupun penurunan TBS yang masuk ke pabrik untuk


selanjutnya diolah menjadi CPO dipengaruhi oleh sistem manajemen di kebun.
Hal tersebut mengingat sumber TBS yang diolah di PMKS PT. Condong Garut
sepenuhnya berasal dari kebun milik sendiri. Areal kebun kelapa sawit milik PT.
Condong Garut memiliki luas sekitar 3600 ha. Luasan tersebut cukup ideal untuk
pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Condong Garut yang
berkapasitas 20 ton TBS/jam (Yusniar dan Tanjung, 2008 dalam Wibowo, 2008).
Namun. pada saat ini PMKS PT. Condong Garut kekurangan pasokan TBS untuk
memenuhi standar terpasang pabrik. Hal ini disebabkan karena tidak seluruh areal
perkebunan kelapa sawit produktif. Hal tersebut terjadi karena sebagian areal
kebun sedang diadakan proses replanting atau penggantian tanaman kelapa sawit
46

yang telah lewat usia produktifnya yaitu tanaman sawit dengan usia lebih dari 25
tahun. Proses replanting telah dimulai sejak tahun 2003 dan hinggga penelitian
tahun 2013 dilakukan, proses tersebut masih berlangsung. Masih banyaknya
tanaman muda yang belum menghasilkan sebagai bagian dari proses replanting,
juga turut berpengaruh terhadap kurang optimalnya produksi TBS jika
dibandingkan dengan luas areal yang tersedia.

Peluang Penghematan dan Konservasi Energi

PMKS PT. Condong Garut masih dapat melakukan usaha penghematan


energi untuk meningkatkan tingkat efektifitas produksi beberapa input energi
yang digunakan. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan konsumsi energi dan
tingkat efektifitas penggunaan energi. Upaya penghematan energi dapat dilakukan
dengan meningkatkan tingkat efektifitas produksi dan tingkat penggunaan energi.

1. Pengolahan TBS
Tingkat efektifitas produksi merupakan perbandingan antara kapasitas
pengolahan riil dengan kapasitas pengolahan terpasang. Semakin rendah kapasitas
pengolahan riil maka semakin kecil produktivitas riil produksi. Sedangkan dalam
menentukan tingkat efektifitas penggunaan energi terdapat dua cara yaitu
menghitung efisiensi riil penggunaan energi yaitu perbandingan antara energi
berguna dengan input energi dan bila data tersebut tidak diketahui maka
digunakan perbandingan antara kapasitas alat/mesin terukur dengan kapasitas
alat/mesin terpasang yang disebut dengan efisiensi teknis. Kapasitas pengolahan
riil di PMKS PT. Condong Garut sebesar 132 ton TBS/hari sedangkan kapasitas
pengolahan terpasang 160 ton TBS/hari sehingga tingkat efektifitas produksi
sebesar 82.5 %. Efektifitas produksi yang kecil mengakibatkan pabrik sering tidak
beroperasi karena kurangnya TBS. Hal ini terlihat dari adanya selisih hari panen
dengan hari olah yang menunjukan adanya penyimpanan TBS terlebih dahulu
untuk menunggu jumlah TBS minimal yang dapat diolah per hari. Adanya
penyimpanan TBS untuk dapat diolah per hari bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi olah pabrik agar pemborosan energi tidak terlalu besar. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan yaitu dengan semakin meningkatkan pasokan TBS melalui
kegiatan budidaya yang optimal serta terus menjalin kemitraan dengan petani-
petani kelapa sawit.
Akibat kurangnya pasokan TBS. terjadi pemborosan energi pada konsumsi
energi tenaga manusia dalam kegiatan pengolahan. Jam olah riil pabrik sebesar
6.6 jam/hari lebih kecil dibanding jam kerja pegawai yaitu sebesar 8 jam/hari
sehingga mempunyai selisih sebesar 1.4 jam/hari. Akibat pemborosan waktu
tersebut maka energi yang terbuang yaitu sebesar 3.1788 x 10-4 MJ/kg CPO.
Upaya penghematan dapat dilakukan dengan meningkatkan pasokan TBS,
sehingga jam olah riil dapat ditingkatkan dan pemborosan waktu kerja dapat
dikurangi. Perhitungan pemborosan energy dapat dilihat pada Lampiran 15.

2. Sarana Penyediaan Energi


Selain pada konsumsi energi manusia, pemborosan energi terjadi pada
sarana penyediaan energi karena adanya kelebihan pemakaian bahan bakar boiler.
Dari hasil perhitungan antara konsumsi bahan bakar riil dengan konsumsi bahan
47

bakar teoritis pada Lampiran 15 terdapat selisih bahan bakar sebesar 735.62
kg/hari. sehingga dari selisih tersebut maka energi yang terbuang dari bahan bakar
tersebut yaitu sebesar 0.2775 MJ/kg CPO. Upaya penghematan tersebut dapat
dilakukan dengan mengatur bahan bakar boiler sesuai kebutuhan dan menampung
sisa bahan bakar tersebut untuk digunakan kembali.
Pemborosan konsumsi energi listrik terlihat dari adanya selisih sumber
listrik utama (turbin uap) sebesar 0.11172 MJ/kg CPO dengan energi listrik yang
terukur pada peralatan pengolahan dan sarana pendukung sebesar 0.17828 MJ/kg
CPO. Selisih tersebut merupakan energi yang hilang (losses) yaitu sebesar
0.06656 MJ/kg CPO atau sebesar 37.34 % dari total masukan energi listrik. Upaya
yang dapat dilakukan untuk penghematan energi listrik ini diantaranya melalui
pembenahan sistem jaringan dan instalasi listrik, seperti penggantian kabel yang
sudah tua, karena kabel tersebut mempunyai nilai resistansi yang tinggi.
Modifikasi motor listrik dapat dilakukan untuk motor listrik yang mempunyai
nilai efisiensi kecil dengan cara melakukan penggulungan ulang (rewinding) atau
bahkan mengganti motor listrik yang bekerja diluar karakteristiknya.
Penghematan energi listrik untuk penerangan di pabrik dapat dilakukan dengan
cara menggunakan lampu sesuai dengan kebutuhan seperti mengurangi
penerangan ketika tersedia cahaya alamiah. Salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam usaha konversi energi listrik ini adalah sikap dari operator untuk menyadari
pentingnya penghematan energi dan upaya perawatan serta pemeliharaan semua
peralatan secara kontinyu.
Akibat pemborosan energi seperti yang diuraikan di atas maka energi yang
terbuang pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut yaitu sebesar
0.34437 MJ/kg CPO. Nilai pemborosan energi tersebut lebih kecil jika
dibandingkan dengan Wibowo (2008) dan Mutiara (2003) di lokasi yang sama
yaitu masing-masing sebesar 1.107 MJ/kg CPO dan 3.363 MJ/kg CPO. Hal ini
dapat terjadi karena meningkatnya pengolahan TBS menjadi CPO sebesar 132 ton
TBS/olah/hari. Selain itu, meningkatnya rendemen dapat meningkatkan pula
produksi CPO sehingga menurunkan nilai konsumsi energi.
Usaha penghematan pada penggunaan uap dapat dilakukan dengan
menggunakan uap sesuai dengan kebutuhan seperti operator bisa disiplin terhadap
standar penggunaan uap. Upaya lain dapat dilakukan melalui perbaikan instalasi
pengaliran uap yang mengalami kebocoran serta penggantian beberapa alat ukur
uap yang mengalami kerusakan.
Menurut Dirjen Listrik dan Energi Baru, Departemen Pertambangan dan
Energi (1984) dalam Rahmat (2002), pelaksanaan konservasi energi dapat
dilakukan melalui cara (1) penataan (house keeping) menyangkut peningkatan
efisiensi dari proses dan peralatan yang ada, yang relatif tidak memerlukan
investasi dan dapat dilakukan dalam waktu singkat. (2) Modifikasi dengan
investasi sedang (retrofitting), menyangkut modifikasi dari pabrik/peralatan
termasuk perbaikan isolasi pipa, tangki serta penambahan alat-alat kontrol. (3)
Modifikasi dengan investasi besar, menyangkut perubahan-perubahan yang
besar/modifikasi menyeluruh dari industri dengan pemakaian teknologi
penggunaan energi yang baru. Selain itu, menurut Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)-Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) (2013), Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi yang merupakan
48

turunan dari Undang-Undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi. Secara umum
peraturan pemerintah tersebut mengatur hal-hal pokok seperti tanggung jawab
para pemangku kepentingan, pelaksanaan konservasi energi, standar dan label
untuk peralatan hemat energi, pemberian kemudahan, insentif dan disinsentif di
bidang konservasi energi serta pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
konservasi energi. Dalam hal pelaksanaannya, konservasi energi mencakup
seluruh tahap pengelolaan energi meliputi penyediaan energi, pengusahaan energy,
pemanfaatan energi dan konservasi sumber daya energi. Di sisi pemanfaatan
energi. pelaksanaan konservasi energi oleh para pengguna dilakukan melalui
penerapan manajemen energi dan penggunaan teknologi yang hemat energi.
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka konservasi energi yaitu
dengan memanfaatkan CPO yang diproduksi sebagai bahan campuran pada bahan
bakar solar untuk bahan bakar truk dan traktor milik perusahaan. Pemanfaatan
CPO sebagai bahan bakar campuran solar pada kendaraan bermotor telah lama
dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri dengan nama komersial biodiesel.
Komposisi yang umum digunakan yaitu 5% CPO dan 95% minyak solar.
Komposisi tersebut masih aman untuk digunakan sebagai bahan bakar motor
bakar tanpa adanya modifikasi/perubahan pada mesin. Analisis energi pada
komposisi tersebut menghasilkan nilai kalor biodiesel sebesar 47.15 MJ/liter
dengan asumsi nilai kalor CPO sebesar 35.12 MJ/liter (Aguk Zuhdi dan Rahayu,
2008 dalam Wibowo, 2008). Apabila PT. Condong Garut melakukan campuran
CPO dengan solar untuk kegiatan produksi maka akan menghemat biaya sebesar
Rp 1175668/bulan. Perhitungan penghematan biaya penggunaan solar dapat
dilihat pada Lampiran 16.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil audit energi yang telah dilakukan di PMKS PT. Condong
Garut, Jawa Barat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan terhadap konsumsi energi, baik terhadap energi
langsung maupun tidak langsung dengan tidak memperhitungkan masukan
embodied energy dari pestisida, bahan kimia pembantu dan alat atau mesin
yang digunakan, dibutuhkan masukan energi primer rata-rata sebesar
17.56043 MJ/kg CPO pada kapasitas pengolahan 20 ton TBS /jam dan tingkat
rendemen 20.08 % dengan asumsi sistem produksi CPO yang dianalisis
berjalan secara normal dan tidak terjadi perubahan teknologi produksi.
2. Konsumsi energi primer yang diperlukan berasal dari input energi solar
sebesar 0.68805 MJ/kg CPO (3.92 % dari total masukan energi primer),
biomassa sebesar 10.88276 MJ/kg CPO (61.97 % dari total masukan energi
primer), input energi pupuk sebesar 1.94752 MJ/kg CPO (11.09 % dari total
masukan energi primer), serta energi manusia sebesar 4.04210 MJ/kg CPO
(23.02 % dari total masukan energi primer). Berdasarkan tahapan proses
produksi jumlah energi primer tersebut dibutuhkan pada kegiatan budidaya
49

sebesar 5.98367 MJ/kg CPO (34.07 % dari total masukan energi primer),
kegiatan Panen sebesar 0.00625 MJ/kg CPO (0.04 % dari total masukan
energi primer), kegiatan angkut TBS sebesar 0.30418 MJ/kg CPO (1.73 %
dari total masukan energi primer), serta kegiatan pengolahan TBS dan sarana
pendukung sebesar 11.26633 MJ/kg CPO (64.16 % dari total masukan energi
primer).
3. Berdasarkan tahapan proses produksi jumlah energi primer tersebut
dibutuhkan pada kegiatan budidaya sebesar 5.98367 MJ/kg CPO (34.07 %
dari total masukan energi primer), kegiatan Panen sebesar 0.00625 MJ/kg
CPO (0.04 % dari total masukan energi primer), kegiatan angkut TBS sebesar
0.30418 MJ/kg CPO (1.73 % dari total masukan energi primer), serta
kegiatan pengolahan TBS dan sarana pendukung sebesar 11.26633 MJ/kg
CPO (64.16 % dari total masukan energi primer).
4. Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut
setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi menjadi listrik
sebesar 13.92704 MJ/kg CPO.
5. Konsumsi energi paling besar pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO
berasal dari energi uap sebesar 6.42725 MJ/kg CPO. Tahapan paling besar
untuk input energi listrik dan manusia adalah tahapan pengempaan sebesar
0.06794 MJ/kg CPO.
6. Dari aliran energi pada sarana pendukung penyediaan energi didapatkan
efisiensi riil boiler sebesar 67.12 %, efisiensi riil turbin uap untuk
menghasilkan energi listrik sebesar 83.42 %, efisiensi turbin uap dalam
menghasilkan listrik adalah sebesar 2.25 %, efisiensi teknis turbin uap sebesar
57.40 %, sedangkan efisiensi teknis motor listrik sebesar 52.06 %, dan
efisiensi total penggunaan listrik sebesar 62.66 %.
7. Penelitian ini (2013) menunjukan bahwa hasil audit energi pada tahapan
pengolahan TBS menjadi CPO menjadi lebih efisien bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya,.
8. Besarnya pemborosan energi untuk proses produksi CPO di PMKS PT.
Condong Garut yaitu sebesar 0.34437 MJ/kg CPO. Pemborosan energi
tersebut berasal dari pemakaian tenaga manusia untuk pengolahan TBS,
penggunaan serat dan cangkang sebagai bahan bakar boiler serta pemborosan
energi listrik.

Saran

1. Upaya konservasi energi dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi olah


riil pabrik sehingga mengurangi pemborosan terhadap konsumsi energi
selama proses pengolahan antara lain dengan meningkatkan jam olah riil dan
meningkatkan produksi TBS di lapangan.
2. Pembenahan instalasi listrik, perbaikan peralatan dan mesin-mesin yang telah
melewati umur ekonomisnya sehingga mampu meningkatkan efisiensi teknis
peralatan dan mesin-mesin tersebut dan mengurangi besarnya pemborosan
energi akibat adanya losses.
50

3. Pemakaian CPO sebagai campuran bahan bakar truk dan traktor seperti di
PTPN. VII UU Rejosari. Komposisi campuran yang umum digunakan yaitu
5 % CPO dan 95 % minyak solar sehingga dapat menghemat biaya
pemakaian solar sebesar Rp 1175668/bulan. Komposisi tersebut masih aman
untuk digunakan sebagai bahan bakar motor bakar tanpa adanya modifikasi/
perubahan pada mesin. Analisis energi pada komposisi tersebut menghasilkan
nilai kalor biodiesel sebesar 47.15 MJ/liter dengan asumsi nilai kalor CPO
sebesar 35.12 MJ/liter (Aguk Zuhdi dan Rahayu, 2008 dalam Wibowo, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K. 1998. Energi dan listrik Pertanian. Bogor (ID) : JICA-DGHE. IPB
Project ADAET.
Alfra, Yose. 1999. Analisis Energi Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit di
Pabrik Kelapa Sawit PT. Condong Garut. Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID) :
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-
Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik Indonesia.
Bank Bumi Daya. 1998. Minyak Kelapa Sawit (Suatu Tinjauan Produksi
Pemasaran dan Prospek). Jakarta (ID) : BBD.
Fadly, Muhammad Rizal. 2003. Audit Energi Pada Pengolahan Kelapa Sawit
Menjadi Crude Palm Oil di PKS Kwala Sawit PTP. Nusantara II (Persero)
Medan-Sumatera Utara [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Fauzi, et al. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Fazriansyah, Muhammad. 2008. Analisis Beban Kerja Pada Proses Produksi di
Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk
Siak Estate, Riau [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Parlemen Indonesia. 2012. Siaga Tiga Sawit Indonesia.
http://www.jurnalparlemen.com/view/8/siaga-tiga-sawit-indonesia.html [21
Februari 2013]
Mutiara. 2003. Audit Energi Pada Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO) di PT.
Condong Garut [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Nuryanto. 1998. Audit Energi Pada Proses Produksi Crude Palm Oil di Pabrik
Kelapa Sawit Unit Usaha Talo Pino PTP. Nusantara VII (Persero).
Bengkulu Selatan [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari
Hulu Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Pramana, Insan. 2009. Analisis Beban Kerja Terhadap Aktivitas Penyiangan Pada
Budidaya Padi Organik [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
51

Rahmat, Tedi Ali. 2002. Audit Energi Pada Produksi Crude Palm Oil (CPO) di
PTP. Nusantara VII (persero) Unit Usaha Rejosari–Lampung Selatan
[Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Setyamidjaja, Djoehana. 1991. Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Sholahuddin. 1999. Audit Energi Pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP. Nusantara VIII Banten Selatan
[Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Wibowo, Ari Sulistiono. 2008. Audit Energi Pada Proses Produksi Crude Palm
Oil (CPO) di PT. Condong Garut. Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID) :
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
52

Lampiran 1. Produksi TBS dan CPO di PT. Condong Garut

Tahun TBS (kg) CPO (kg) Rendemen (%)


2008 15429320 2964812 19.22
2009 10928010 2212070 20.24
2010 16260690 3162670 19.45
2011 26954098 5300246 19.66
2012 32106292 6660510 20.75
2013* 9169700 1937420 21.14
Rata-rata 3706288 20.08
Sumber : PMKS PT. Condong Garut
53

Lampiran 2. Produktivitas TBS Selama Umur Produktif di PMKS PT. Condong


Garut

Produktivitas hasil
Umur tanam (ton TBS/tahun)
4 1525
5 2102
6 3920
7 7130
8 9135
9 11946
10 10781
11 7915
12 7424
13 15646
14 8679
15 11389
16 15345
17 18830
18 19091
19 9921
20 5428
21 4357
22 4080
23 2217
24 3348
25 2131
Jumlah 182340
Sumber : PMKS PT. Condong Garut
54

Lampiran 3. Data Waktu Pengolahan di PMKS PT. Condong Garut

Hari Olah Jam Olah


Bulan Hasil CPO (Hari/bulan) (Jam/hari)
2012 Januari 242937 14 4.51
Februari 241054 14 4.11
Maret 233562 15 3.82
April 223715 15 3.85
Mei 261014 15 4.53
Juni 269014 19 3.52
Juli 269768 11 4.38
Agustus 195420 12 4.39
September 427790 24 4.88
Oktober 965877 26 9.48
November 1974244 29 15.73
Desember 1429895 22 14.53
2013 Januari 1598932 29 12.84
Februari 263498 15 4.28
Maret 137456 8 4.18
Rata-rata 582278.4 17.87 6.60
Sumber : PMKS PT. Condong Garut

Lampiran 4 sampai Lampiran 16 berupa data yang digunakan untuk


perhitungan disajikan pada file di dalam CD.
55

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon dari ayah bernama Tanoni dan Ibu Ecih
Sukaesih. Penulis adalah putri kelima dari lima bersaudara. Tahun 2009, penulis
lulus dari SMA Negeri 2 Cirebon dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
dan diterima di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai sekretaris syiar Forum
Bina Islami Fateta, Anggota community development Forum For Scientific Studies
IPB, Supervisor POSDAYA LPPM IPB di Menteng, Curug dan Cilendek Timur
2012, BEB-C ETOS, juga aktif dalam mengikuti kegiatan kepanitiaan acara-acara
di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem seperti Agricultural Engineering
Goes to Village 2011, maupun non-departemen. Penulis pernah menjadi juara 1
lomba fotografi pada Festival Ilmuan Muslim SERUM-G IPB 2012, juara 2
lomba fotografi pada Festival Ilmuan Muslim SERUM-G IPB 2011, juara 2 lomba
film dokumenter pada olimpiade ETOS LPI-Dompet Duafa serta PKMK 2011
didanai Dikti dengan judul “Kue Pancong Pelangi Berbahan Dasar Tepung Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L) Sebagai Sajian Baru untuk Pengembangan
Diversifikasi Pangan Dalam Rangka Melestarikan Kuliner Indonesia”. Penulis
melaksanakan praktik lapang pada bulan Juni-Agustus 2012 di PT. PG. Rajawali
II unit Jatitujuh dengan judul “Mempelajari Proses Produksi Gula dan Kebutuhan
Energinya di PT. PG. Rajawali II unit Jatitujuh”.
56

Lampiran 4. Konsumsi Energi pada Pembibitan Pre Nursery

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia

kalor (MJ/jam)

(MJ/kg CPO)
Pelaksanaan
manusia

kg CPO
Jumlah

Energi
tenaga

Total

Nilai
Jam
Jenis Pekerjaan
Merumpuk 20 7 1 140 1.532 36613.87 0.00586
Buang pelepah
daun 6 7 1 42 1.532 36613.87 0.00176
Perataan tanah 1000 7 1 7000 1.733 36613.87 0.33132
Membuat
bedengan dan
sekat 1000 7 1 7000 1.532 36613.87 0.29289
Membuat
naungan 5000 7 1 35000 1.532 36613.87 1.46447
Mengisi dan
menyusun
polybag 133.3 7 1 933 1.733 36613.87 0.04417
Tanam
Kecambah 200 7 1 1400 0.803 36613.87 0.03070
Membuat
saluran air 5 7 1 35 1.532 36613.87 0.00146
Pemeliharaan
saluran air 333.3 7 1 2333.31 1.532 36613.87 0.09763
Menyiram bibit 10 7 180 12600 1.733 36613.87 0.59638
penyiangan
dalam polybag 80 7 3 1680 0.144 36613.87 0.00661
pemberantasan
hama 8 7 3 168 1.532 36613.87 0.00703
pemupukan 66.66 7 3 1399.86 1.733 36613.87 0.06626
Seleksi bibit 66.66 7 3 1399.86 1.532 36613.87 0.05857
Total 3.06880

Tabel 2. Penggunaan solar


Pemakaian Nilai kalor
Hari solar solar Total Solar Energi
ke (liter/hari) (MJ/liter) (liter/ha) kg CPO (MJ/kg)
1 9 47.78 2.25 36613.87 0.00294
2 12 47.78 3 36613.87 0.00391
3 11 47.78 2.75 36613.87 0.00359
Rataan 0.00348
57

Tabel 3. Penggunaan pupuk


Konsumsi Nilai Energi Energi
Jenis kg CPO
(kg/ha) Pupuk(MJ/kg) (MJ/kg CPO)
Urea 0.15 59.86 36613.87 0.00025

Tabel 4. Penggunaan pestisida


Jenis Konsumsi (liter/ha) Jumlah Bahan (liter/kg TBS)
Decis 0.12 6.58x10-7
Akodan 0.12 6.58x10-7
Dapet 0.12 6.58x10-7
Bestok 0.12 6.58x10-7
Spontan 0.12 6.58x10-7
58

Lampiran 5. Konsumsi Energi pada Pembibitan Main Nursery

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia

Energi (MJ/kg
Pelaksanaan

Nilai kalor
T.manusia

(MJ/jam)

kg CPO
Jumlah

CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Pengajiran 25 7 1 175 0.502 36613.87 0.00240
Mengisi dan
menyusun polybag 250 7 1 1750 1.733 36613.87 0.08283
Angkut dan tanam
bibit 50 7 1 350 0.803 36613.87 0.00768
Membuat saluran air 5 7 1 35 1.532 36613.87 0.00146
Menyiram bibit 2.5 7 540 9450 1.733 36613.87 0.44729
Penyiangan dalam
polybag 10 7 540 37800 0.144 36613.87 0.14866
Penyiangan antar
polybag 16 7 24 2688 0.144 36613.87 0.01057
Pemberantasan hama
atau penyakit 2 7 9 126 1.733 36613.87 0.00596
Pemupukan 5 7 8 280 1.733 36613.87 0.01325
Penambahan tanah 5 7 3 105 1.532 36613.87 0.00439
Pemutaran bibit 20 7 3 420 1.532 36613.87 0.01757
0.74207

Tabel 2. Penggunaan solar


Pemakaian Nilai kalor
Hari solar solar Total Solar Energi
ke (liter/hari) (MJ/liter) (liter/ha) kg CPO (MJ/kg)
1 9 47.78 2.25 36613.87 0.00294
2 12 47.78 3.00 36613.87 0.00391
3 11 47.78 2.75 36613.87 0.00359
Rataan 0.00348

Tabel 3. Penggunaan pupuk


Konsumsi Nilai Energi Pupuk Energi
Jenis kg CPO
(kg/ha) (MJ/kg) (MJ/kg CPO)
NPK 950 15.715 36613.87 0.40775

Tabel 4. Penggunaan pestisida


Jenis Konsumsi (liter/ha) Jumlah Bahan (liter/kg TBS)
Decis 0.15 8.22x10-7
Akodan 0.15 8.22x10-7
Dapet 0.15 8.22x10-7
Bestok 0.15 8.22x10-7
Spontan 0.15 8.22x10-7
59

Lampiran 6. Konsumsi Energi pada Persiapan Lahan

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia

Nilai kalor
(MJ/jam)
manusia

kg CPO
Jumlah

(MJ/kg
sanaan

Energi
tenaga

Pelak-

CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Rumpuk
Pelepah/potong 20 7 1 140 1.532 36613.87 0.00586
cincang
Buang pelepah dan
6 7 1 42 1.532 36613.87 0.00176
daun
Nyusun batang
40 7 1 280 1.532 36613.87 0.01172
sawit
Eradikasi lalang 10 7 1 70 1.532 36613.87 0.00293
spot spraying
5 7 1 35 1.532 36613.87 0.00146
lalang
wiping lalang 3 7 1 21 1.532 36613.87 0.00088
0.02460
60

Lampiran 7. Konsumsi Energi pada Persiapan Tanam dan Penanaman

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia

Nilai kalor
(MJ/jam)
manusia

kg CPO
Jumlah

(MJ/kg
sanaan

Energi
tenaga

Pelak-

CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Pengajiran 3 7 1 21 0.502 36613.87 0.00029
membuat lubang 100.
14.3 7 1 1.733 36613.87 0.00474
tanam 1
Pemupukan
lubang tanam 1 7 1 7 1.733 36613.87 0.00033
dengan SP-36
Naik turun bibit 1.43 7 1 10 0.803 36613.87 0.00022
Menanam bibit 9.53 7 1 66 0.803 36613.87 0.00146
Total 0.00704

Tabel 2. Penggunaan pupuk


Konsumsi Nilai Energi Energi
Jenis kg CPO
(kg/ha) Pupuk(MJ/kg) (MJ/kg CPO)
SP-36 32 9.63 36613.87 0.00842
61

Lampiran 8. Konsumsi Energi pada Pemeliharaan TBM

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia

Energi (MJ/kg
Jumlah tenaga

Pelaksanaan

Nilai kalor
(MJ/jam)
manusia

kg CPO

CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Babadan 7 7 36 1764 1.532 36613.87 0.07381
Chemist
Piringan 1 7 12 84 1.532 36613.87 0.00351
Cuci piringan 3 7 12 252 1.532 36613.87 0.01054
Semprot jalan
panen 1 7 12 84 1.532 36613.87 0.00351
Pemupukan 1 7 6 42 1.532 36613.87 0.00176
Eradikasi
ilalang 12 7 3 252 1.532 36613.87 0.01054
Semprot
spraying 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Wiping 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Dongkelan 15 7 3 315 1.532 36613.87 0.01318
Pembuatan
TPH 0.5 7 1 3 1.532 36613.87 0.00015
Kastrasi 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Tunas Pasir 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Total 0.12053

Tabel 2. Penggunaan pupuk


Konsumsi Nilai Energi Energi
Jenis kg CPO
(kg/ha) Pupuk(MJ/kg) (MJ/kg CPO)
NPK 960 15.715 36613.87 0.41204
Dollomite 384 61.53 36613.87 0.64532
Jumlah 1.05736

Tabel 3. Penggunaan pestisida


Jenis Konsumsi (liter/ha) Jumlah Bahan (liter/kg TBS)
Decis 0.19 1.05x10-6
Akodan 0.19 1.05x10-6
Dapet 0.19 1.05x10-6
Bestok 0.19 1.05x10-6
Spontan 0.19 1.05x10-6
62

Lampiran 9. Konsumsi Energi pada Pemeliharaan TM

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia

Energi (MJ/kg
Jumlah tenaga

Nilai kalor
Pelaksanaan

(MJ/jam)
manusia

kg CPO

CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Pemupukan 3 7 2 42 1.532 36613.87 0.00176
Babadan 5 7 4 140 1.532 36613.87 0.00586
Cuci piringan 2 7 4 56 1.532 36613.87 0.00234
Dongkelan 2 7 1 14 1.532 36613.87 0.00059
Pemberantasan
10 7 1 70 1.532 36613.87 0.00293
gulma
Jalan dan saluran air 100 7 4 2800 1.532 36613.87 0.11716
Total 0.13063

Tabel 2. Penggunaan pupuk


Konsumsi Nilai Energi Pupuk Energi
Jenis kg CPO
(kg/ha) (MJ/kg) (MJ/kg CPO)
NPK 352 15.715 36613.87 0.15108
Dollomite 192 61.53 36613.87 0.32266
Jumlah 0.47374

Tabel 3. Penggunaan pestisida


Jenis Konsumsi (liter/ha) Jumlah Bahan (liter/kg TBS)
Decis 0.19 1.05x10-6
Akodan 0.19 1.05x10-6
Dapet 0.19 1.05x10-6
Bestok 0.19 1.05x10-6
Spontan 0.19 1.05x10-6
63

Lampiran 10. Konsumsi Energi pada Pengangkutan TBS

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia


Jumlah
Jumlah TBS Nilai kalor Energi
Ulangan tenaga kg CPO
(kg/truk) (MJ/jam) (MJ/kg CPO)
manusia
1 4340 2 1.532 871.47 0.00352
2 3810 2 1.532 765.04 0.00400
3 2850 2 1.532 572.28 0.00535
Rataan 0.00429

Tabel 2. Penggunaan solar


Jumlah Jumlah Pemakaian Nilai kalor Energi
Hari ke
TBS(kg/truk) CPO (kg) solar (liter) solar (MJ/liter) (MJ/kg)
1 4340 871.47 5 47.78 0.27413
2 3810 765.04 4 47.78 0.24981
3 2850 572.28 4.5 47.78 0.37571
Rata-rata 3666.66 736.26 4.5 47.78 0.29989
64

Lampiran 11. Konsumsi Energi Manusia di Pabrik

Tabel 1. Penggunaan tenaga manusia pada pengolahan TBS menjadi CPO


Jumlah Energi
tenaga Nilai kalor (MJ/kg
Bagian manusia Jam (MJ/jam) kg CPO CPO)
Pompa air Gurait 4 14 0.725 32590.21 0.00050
Water treatment 2 8 0.725 32590.21 0.00014
Loading ramp 2 8 0.130 32590.21 0.00006
Sterilizer 3 8 0.060 32590.21 0.00004
Hoisting crane 1 8 0.725 32590.21 0.00007
Press Station 2 8 0.725 32590.21 0.00014
Tresher 1 8 0.725 32590.21 0.00007
Klarifikasi 2 8 0.725 32590.21 0.00014
Sludge pit 1 8 0.725 32590.21 0.00007
Engine room 2 8 0.725 32590.21 0.00014
Boiler station 9 8 0.725 32590.21 0.00064
Total 0.00203

Tabel 2. Penggunaan tenaga manusia pada pengangkutan tandan kosong


Jumlah Nilai energi
Jumlah Jam Produksi CPO Nilai kalor
Hari Truk tandan biologis manusia
Pekerja Kerja (kg CPO) (MJ/jam)
kosong (MJ/kg CPO)
1 1 19350 1 8 12904.51 0.725 0.00018
2 14490 1 8 9663.38 0.725 0.00024
2 1 12900 1 8 8603.01 0.725 0.00027
2 5830 1 8 3888.02 0.725 0.00060
3 1 10400 1 8 6935.76 0.725 0.00033
2 10450 1 8 6969.10 0.725 0.00033
Rataan 12236.66 1 8 8160.63 0.725 0.00033

Tabel 3. Penggunaan tenaga manusia pada penarikan lori


Produksi Nilai
Jumlah Jumlah Jam Nilai kalor
Hari operator CPO Kalor
TBS set Kerja (MJ/jam)
(kg/CPO) (MJ/kg)
1 112000 7 1 8 0.725 23925 0.00010
2 62000 4 1 8 0.725 12056 0.00019
3 69000 4 1 8 0.725 13985 0.00017
Rataan 0.00015
65

Lampiran 12. Bahan Bakar Boiler

Tabel 1. Ketersediaan bahan bakar boiler


Hari ke Jumlah TBS (kg) Serat (kg) Cangkang (kg) Total biomassa (kg)
1 112000 13440 6720 20160
2 62000 7440 3720 11160
3 69000 8280 4140 12420
Rataan 81000 9720 4860 14580

Tabel 2. Penggunaan bahan bakar boiler


Jumlah Konsumsi Nilai Kalor Produksi Energi
Hari
(kg/hari) (MJ/kg) CPO (MJ/kg)
ke
Serat Cangkang Serat Cangkang (kg/hari) Serat Cangkang Total
1 13440 6720 10.24 16.39 23925 5.75 4.60 10.36
2 7440 3720 10.24 16.39 12056 6.32 5.06 11.38
3 8280 4140 10.24 16.39 13985 6.06 4.85 10.91
Rataan 9720 4860 10.24 16.39 16655.33 6.04 4.84 10.88

Tabel 3. Kebutuhan bahan bakar boilerteoritis


Hari ke Laju uap Entalphi Entalphi air Nilai kalor Bahan Jam Serat Cangkang
(kg/jam) uap umpan bahan bakar kerja
(kJ/kg) (kJ/kg) bakar teoritis Boiler
(MJ/kg) (kg/jam) (jam/hari)
1 6729.66 3041.97 261.13 12.29 16140.06 7.1 10760.58 5379.48
2 6468.87 3031.73 258.62 12.29 12353.80 5.7 8236.28 4117.52
3 6284.03 3015.01 260.29 12.29 13039.28 6.2 8693.29 4345.99
Rataan 6494.19 3029.57 260.02 12.29 13844.38 6.4 9230.05 4614.33

Tabel 4. Sisa bahan bakar boiler


Ketersediaan Bahan Konsumsi Teoritis
Hari Sisa Bahan Bakar (kg/hari)
Bakar (kg/hari) (kg/hari)
ke
Serat Cangkang Total Serat Cangkang Total Serat Cangkang Total
1 13440 6720 20160 10760.5 5379.48 16140.06 2679.42 1340.52 4019.94
2 7440 3720 11160 8236.28 4117.52 12353.80 -796.28 -397.52 -1193.80
3 8280 4140 12420 8693.29 4345.99 13039.28 -413.29 -205.99 -619.28
Rata-
9720 4860 14580 9230.05 4614.33 13844.38 489.95 245.67 735.62
rata

Tabel 5. Output listrik dari turbin uap


Daya Daya Energi
Hari Jam jalan Eff. Produksi CPO
Terpasang Terukur (MJ/kg
ke (Jam/hari) (%) (kg CPO/hari)
(kw) (kw) CPO)
1 6.666 444 257.480 57.991 23925 0.150
2 4.5 444 254.320 57.279 12056 0.196
3 5.75 444 252.741 56.924 13985 0.213
Rataan 5.639 444 254.847 57.398 16655.33 0.186
66

Tabel 6. Hasil pengukuran dari sistem boiler


Suhu Suhu Air Tekanan uap di
Tekanan uap Tekanan suhu
Hari ke Ulangan uap Umpan BPV
(kg/cm2) uap (kPa) BPV
(C) (C) kg/cm2 kPa
1 1 14 1372.93 280 60 1.3 127.49 160
2 13 1274.86 300 60 2 196.13 160
3 15 1471.00 330 69 1 98.07 167
4 14 1372.93 310 62 1.7 166.71 150
5 12.3 1206.22 275 61 1.5 147.10 175
Rata-rata 13.66 1339.59 299 62 1.5 147.10 162
2 1 13 1274.86 285 60 1.2 117.68 160
2 16 1569.06 289 63 1.1 107.87 162
3 16.3 1598.48 319 62 1.7 166.71 163
4 15.2 1490.61 293 63 1.3 127.49 170
5 11 1078.73 295 61 1.4 137.29 165
Rata-rata 14.30 1402.35 296 61 1.34 131.41 164
3 1 13 1274.86 287 60 1.4 137.29 165
2 17 1667.13 295 63 1.2 117.68 168
3 15 1471.00 290 65 1.5 147.10 150
4 14 1372.93 283 62 1.4 137.29 170
5 13.2 1294.48 290 61 1.3 127.49 167
Rata-rata 14.44 1416.08 289 62 1.36 133.37 164

Tabel 7. Energi uap dari boiler


Tekanan Laju Entalpi Produksi Energi
Hari Suhu Jam
uap Uap uap CPO (kg (MJ/kg
ke Uap (C) Kerja
(kPa) (kg/jam) (kj/kg) CPO/hari) CPO)
1 299 1339.59 6729.6 3041.97 23925 7.1 6.09
2 296 1402.35 6468.8 3031.73 12056 5.7 9.24
3 268 1416.08 6284.0 3015.01 13985 6.2 8.42
Rataan 287 1386.01 6494.1 3029.57 16655.33 6.4 7.92

Tabel 8. Energi uap dari BPV


Produksi Jam Energi
Suhu Uap Tekanan Laju Uap Entalpi uap
Hari ke CPO kerja (MJ/kg
(C ) Uap (kPa) (kg/jam) (kj/kg)
(kg CPO/hari) Boiler CPO)
1 162 147.1 6729.6 2798.11 23925 7.1 5.601
2 164 115.72 6468.8 2800.95 12056 5.7 8.541
3 164 123.56 6284.0 2801.14 13985 6.2 7.824
Rataan 163 128.79 6494.1 2800.07 16655.33 6.4 7.322
67

Tabel 9. Energi air umpan untuk boiler


Produksi
Suhu Air
Hari Laju air Entalpi uap CPO Jam Energi
Umpan
ke umpan (kj/kg) (kg Kerja (MJ/kg CPO)
(C)
CPO/hari)
1 62 9190.18 261.13 23925 7.1 0.71378
2 61 8836.29 258.62 12056 5.7 1.07724
3 62 7716.62 260.29 13985 6.2 0.89277
Rataan 62 8581.03 260.01 16655.33 6.4 0.89460
68

Lampiran 13. Penggunaan Energi Listrik

Tabel 1.Penggunaan energi listrik pada stasiun penerimaan


Jumlah Daya Terpasang Arus Tegangan Daya Arus Tegangan Efisiensi Waktu Energi
Alat/mesin alat/mesin (kW) terpasang (A) terpasang (V) Terukur (kW) terukur (A) terukur (V) (%) (jam/hari) (MJ/kg CPO)
Pintu loading ramp 6 2.070 3.7 380 1.185 2.2 366 57.27 0.19 0.00016
Capstand 1 6.546 11.7 380 5.403 10 367 82.55 0.43 0.00042
Rataan 4.31 7.70 380 3.29 6.10 366.50 69.91 0.31 0.00058

Tabel 2. Penggunaan energi listrik pada stasiun penebahan


Jumlah Daya Terpasang Arus Tegangan Daya Arus Tegangan Efisiensi Waktu Energi
Alat/mesin
alat/mesin (kW) terpasang (A) terpasang (V) Terukur (kW) terukur (A) terukur (V) (%) (jam/hari) (MJ/kg CPO)
Hoisting crane
2 20.924 37.4 380 11.517 21.2 369 55.04 0.16 0.00045
angkat
Hoisting crane jalan 1 0.951 1.7 380 0.706 1.3 369 74.26 1.75 0.00019
Thresher 1 10.070 18 380 4.485 8.3 367 44.53 5.12 0.00221
Empty Bunch
1 8.727 15.6 380 3.215 6 364 36.84 5.12 0.00131
conveyor
Screw conveyor
1 2.909 5.2 380 1.571 2.9 368 54.01 5.12 0.00094
transverse
Fruit elevator 1 6.546 11.7 380 2.902 5.4 365 44.33 5.12 0.00142
Screw conveyor 1 1 2.909 5.2 380 1.343 2.5 365 46.18 5.12 0.00069
Screw conveyor 2 1 2.909 5.2 380 1.509 2.8 366 51.86 5.12 0.00087
Rataan 6.99 12.50 380 3.41 6.30 366.63 50.88 4.08 0.00809
69

Tabel 3. Penggunaan energi listrik pada stasiun pengempaan


Jumlah Daya Arus Tegangan Daya Waktu
Arus Tegangan Efisiensi Energi
Alat/mesin alat/ Terpasang terpasang terpasang Terukur operasi
terukur (A) terukur (V) (%) (MJ/kg CPO)
mesin (kW) (A) (V) (kW) (jam/hari)
Digester 2 25.175 45 380 16.596 30.8 366 65.92 5.12 0.02423
Oil pump 2 1.566 2.8 380 0.914 1.7 365 58.32 5.12 0.00118
Press Feed Screw 2 2.378 4.25 380 2.059 3.8 368 86.59 5.12 0.00395
Screw press 2 25.175 45 380 19.014 35 369 75.53 5.12 0.03180
Vibrating screen 4 1.566 2.8 380 0.706 1.3 369 45.08 5.12 0.00141
Crude Oil Pump 2 3.916 7 380 2.533 4.7 366 64.67 5.12 0.00363
Mechanical
1 2.238 4 380 1.612 3 365 72.04 5.12 0.00129
Feeding Devide
Screened Fibre
1 2.070 3.7 380 0.765 1.4 371 36.94 5.12 0.00031
Conveyor
Rataan 8.01 14.32 380 5.52 10.21 367.38 63.14 40.98 0.06779

Tabel 4. Penggunaan energi listrik pada stasiun pemurnian


Daya Arus Tegangan Daya Arus Waktu
Jumlah Tegangan Efisiensi Energi
Alat/mesin Terpasang terpasang terpasang Terukur terukur operasi
alat/mesin terukur (V) (%) (MJ/kg CPO)
(kW) (A) (V) (kW) (A) (jam/hari)
Sludge separator 2 24.616 44 380 4.281 8.1 359 17.39 5.78 0.00186
Sludge centrifuge 2 25.175 45 380 0.380 0.7 369 1.51 5.78 0.00001
Centrifugal purifier 2 6.546 11.7 380 3.018 5.6 366 46.10 5.78 0.00348
Vacuum pump 1 6.546 11.7 380 2.342 4.3 370 35.78 5.78 0.00105
Oil Discharge pump 1 2.909 5.2 380 1.773 3.3 365 60.96 5.78 0.00135
70

Tabel 5. Penggunaan energi listrik pada stasiun pemurnian (lanjutan)


Daya Arus Tegangan Daya Arus Waktu
Jumlah Tegangan Efisiensi Energi
Alat/mesin Terpasang terpasang terpasang Terukur terukur operasi
alat/mesin terukur (V) (%) (MJ/kg CPO)
(kW) (A) (V) (kW) (A) (jam/hari)
Oil sludge pump 2 2.070 3.7 380 1.125 2.1 364 54.37 5.78 0.00153
Rotary Brush
1 0.341 0.61 380 0.217 0.4 369 63.68 5.78 0.00017
Strainer
Pump for hot
2 3.916 7 380 1.950 3.7 358 49.80 5.78 0.00243
water
Oil Transfer
1 4.755 8.5 380 1.521 2.8 369 31.99 5.78 0.00061
pump
Rataan 8.54 15.27 380 1.85 3.44 365.44 40.17 5.78 0.01248

Tabel 6. Penggunaan energi listrik pada stasiun penyediaan air


Daya Arus Tegangan Daya Arus Waktu
Jumlah Tegangan Efisiensi Energi
Alat/mesin Terpasang terpasang terpasang Terukur terukur operasi
alat/mesin terukur (V) (%) (MJ/kg CPO)
(kW) (A) (V) (kW) (A) (jam/hari)
Raw water pump 1 3.860 6.9 380 1.300 2.4 368 33.68 8 0.00076
Filtrasi pump 1 8.336 14.9 380 4.074 7.5 369 48.88 8 0.00345
Rataan 6.10 10.90 380 2.69 4.95 368.50 41.28 8.00 0.00421
71

Tabel 7. Penggunaan energi listrik pada stasiun penyediaan energi


Daya Arus Tegangan Daya Arus Waktu
Jumlah Tegangan Efisiensi Energi
Alat/mesin Terpasang terpasang terpasang Terukur terukur operasi
alat/mesin terukur (V) (%) (MJ/kg CPO)
(kW) (A) (V) (kW) (A) (jam/hari)
Induced Draft fan 1 1 12.308 22 380 8.136 15.1 366 66.11 6.4 0.00744
Induced Draft fan 2 1 12.308 22 380 8.270 15.1 372 67.19 6.4 0.00769
Fan for mechanical
2 12.588 22.5 380 3.966 7.4 364 31.50 6.4 0.00346
firing
Rataan 12.40 22.17 380 6.79 12.53 367.33 54.93 6.4 0.01859
72

Lampiran 14. Contoh Perhitungan untuk Penentuan Konsumsi Bahan Bakar


Boiler Teoritis

Data pada rataan ulangan ke 1


Diketahui:
- Suhu uap = 299oC
- Tekanan uap = 1339.59 kPa
Dari tabel superheated, didapatkan entalpi uap = 3041.97 kJ/kg
- Laju uap = 6729.66 kg/jam
- Suhu air umpan = 62.4oC
Dari tabel saturated, didapatkan entalpi uap =261.132 kJ/kg
Efisiensi teknis boiler = 67.14 %
Nilai kalor serat = 10.24 MJ/kg
Nilai kalor cangkang = 1639 MJ/kg

Perhitungan

1. Komposisi antara serat dan cangkang dalam 1 kg bahan umpan boiler yaitu
66.67 % : 33.33 %
Maka nilai kalor bahan bakar umpan yaitu:
= (0.6667 x 10.24) + (0.3333 x 16.39) = 12.29 MJ/kg

2. Kebutuhan bahan bakar menurut perhitungan (teoritis)


B= = = 2267.96 kg/hari

Total kebutuhan tiap hari adalah


= 2267.96 kg/hari x 7.116 jam/hari = 16140.06 kg/hari

Dengan komposisi yaitu


 Serat = 0.6667 x 16140.06 kg/hari = 10760.58 kg/hari
 Cangkang = 0.3333 x 16140.06 kg/hari = 5379.48 kg/hari

3. Sisa Bahan Bakar


 Ketersediaan biomassa = 20160 kg/hari
 Pemakaian teoritis = 16140 kg/hari
 Sisa bahan bakar = 20160 – 16140 = 4019.94 kg/hari
 Dengan komposisi yaitu
Serat = 0.6667 x 4019.94 = 2679.42 kg/hari
Cangkang = 0.3333 x 4019.94 = 1340.52 kg/hari
73

Lampiran 15. Perhitungan Pemborosan Energi

1. Pemakaian Tenaga Manusia pada Pengolahan


Diketahui :
- Jam kerja normal 8 jam = 8 jam/ hari olah
- Jumlah produksi CPO =36613.87kg CPO/hari
- Jumlah pekerja selain di loading ramp dan sterilizer = 24 orang
- Jam kerja Riil = 6.6 jam/hari
- Nilai kalor biologis manusia pada pengolahan = 0.725 MJ/jam
- Jumlah pekerja di loading ramp = 2 orang
- Jumlah pekerja di sterilizer = 3 orang
- Nilai kalor biologis manusia di loading ramp = 0.130 MJ/jam
- Nilai kalor biologis manusia di sterilizer = 0.060 MJ/jam

Maka :
Jam kerja terbuang = 8 jam/hari - 6.6 jam/hari = 1.4 jam/hari
Energi terbuang =((1.4 jam/hari x 24orang x 0.725MJ/jam x 0.40)/ 32590.21
kg CPO) + ((1.4 jam/hari x 2 orang x 0.130 MJ/jam )/
32590.21 kg CPO) + ((1.4 jam/hari x 3 orang x 0.060
MJ/jam)/ 32590.21 kg CPO)
=((2.9898x10-4)+(1.1169x10-5)+(7.7324x10-6)) MJ/kg CPO
= 3.1788x10-4 MJ/kg CPO

2. Pemakaian Biomassa Untuk Bahan Bakar Boiler


Diketahui :
Sisa bahan bakar = 735.62 kg/hari
Dengan komposisi serat yaitu 489.95 kg/hari dan cangkang 245.67 kg/hari
Nilai kalor serat = 10.24 MJ/kg
Nilai kalor cangkang = 16.39 MJ/kg

Maka :
Energi terbuang= (489.95kg/harix10.24MJ/kg)+(245.67kg/harix16.39MJ/kg)
= 9043.62 MJ/hari / 32590.21
= 0.2775 MJ/kg CPO

3. Pemakaian Energi Listrik


Dik : sumber listrik utama (turbin uap) = 0.11172MJ/kg CPO
energi listrik yang terukur = 0.17828 MJ/kg CPO

Maka: 0.17828 - 0.11172 = 0.06656 MJ/kg CPO

4. Total Pemborosan
Total pemborosan Energi = (2.9898 x 10-4)+0.2775+0.06656 MJ/kg CPO
= 0.34437 MJ/kg CPO
74

Lampiran 16. Perhitungan Penghematan Biaya Solar

Jumlah kebutuhan solar = 87,573 liter/hari


Komposisi campuran CPO terhadap solar =5%
Harga solar untuk Industri = Rp 8950
Jumlah penghematan biaya untuk solar = 5 % x 87,573 liter/hari x Rp 8950
= Rp 1175668/bulan

Anda mungkin juga menyukai