Anda di halaman 1dari 67

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE

PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT


USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA

KRISTEN NATASHIA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Audit Energi pada
Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit
Usaha Adolina, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013

Kristen Natashia
NIM F14090008
ABSTRAK
KRISTEN NATASHIA. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm
Oil) di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara.
Dibimbing oleh SRI ENDAH AGUSTINA.

Kebutuhan akan CPO (Crude Palm Oil) semakin meningkat dan


menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO semakin
meningkat pula. Tujuan penelitian ini adalah menghitung kebutuhan energi untuk
menghasilkan per satuan produk CPO di PKS Adolina, mengetahui jenis dan
sumber energi pada produksi, serta mencari peluang penghematan energi yang
dapat dilakukan. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah penentuan batasan
sistem, penentuan metoda audit, pre audit, audit rinci, perbandingan dengan lokasi
lain dengan komoditi yang sama, dan rekomendasi. Dengan tanpa
memperhitungkan embodied energy pada alat dan mesin serta pestisida, total
konsumsi energi primer yang dibutuhkan adalah 13.4106 MJ untuk memproduksi
tiap kg CPO pada kapasitas pengolahan 30 ton TBS/jam dengan tingkat rendemen
23.527%. Jumlah input energi tersebut berasal dari bahan bakar solar, biomassa,
pupuk, dan energi manusia. Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan efisiensi olah riil pabrik dan perbaikan peralatan atau mesin-mesin
produksi.

Kata kunci: crude palm oil, audit energi, proses produksi CPO

ABSTRACT

KRISTEN NATASHIA. Energy Audit on CPO (Crude Palm Oil) Production


Process at PT. Perkebunan Nusantara IV Division Adolina, North Sumatera.
Supervised by SRI ENDAH AGUSTINA.

The requirement of CPO (Crude Palm Oil) is more increasing and causing
the energy needed to produce CPO is more increasing too. The aim of this
research were to calculate the energy needed to produce per unit CPO in Adolina,
to determine the kinds and sources of energy needed in the processing, and to
determine how to do providence in processing. The stages that have been done in
this research are consist of system boundary determination, audit method
determination, pre audit, detailed energy audit, comparison to the other location
with the same commodity, and recommendation. Without calculate the embodied
energy of machines and pesticide, total of primary energy consumption needed is
13.4106 MJ to produce per kg CPO with capacity of 30 ton Fresh Fruit Bunch
(FFB) per hour and the yield is 23.527%. The energy input in production process
is derived from diesel fuel, biomass, human (biology), and fertilizer. Energy
providence done through increasing factory processing efficiency and repairing
the production machines.

Key words: crude palm oil, energy audit, CPO production process
AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE
PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT
USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA

KRISTEN NATASHIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina, Sumatera
Utara
Nama : Kristen Natashia
NIM : F14090008

Disetujui oleh

Ir. Sri Endah Agustina, MS


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah audit,
dengan judul Audit Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Perkebunan
Nusantara IV Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Sri Endah Agustina, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan saran yang sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir.
Leopold O. Nelwan, M.Si dan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr selaku dosen
penguji yang telah memberikan arahan yang membantu dalam penulisan skripsi
ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Darta
Sembiring dan Bapak Hutabarat yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada T.R. Nainggolan, S.R. Purba,
Sebastian Yosefan, dan Rio Foresto selaku keluarga dari penulis atas segala doa
dan kasih sayangnya, serta teman-teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 46
khususnya Raisa, Gina Lupita, Tiara, Eti, Citta, Dian, Jenni, Monalhysa, Selviana,
Stevy, Rahma, Gina Annisa, Riris, Vina, Aiya, Awanis, teman-teman satu
bimbingan Tissah, Desi, Tika, dan Erlanda, serta teman-teman Perwira 44 Citra,
Santi, Ratna, Debby, Getha, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Kristen Natashia
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR ISTILAH xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Proses Produksi CPO secara Umum 3
Proses Produksi CPO di PTPN IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara 10
Kebutuhan Energi dalam Industri dan Pertanian 21
Audit Energi 22
Hasil-Hasil Penelitian Audit Energi pada Proses Produksi CPO 23
METODE PENELITIAN 25
Waktu dan Tempat Penelitian 25
Batasan Sistem 27
Metode Audit 28
Parameter Pengukuran 28
Metode Pengambilan Data 29
Alat dan Bahan 30
Perhitungan dan Analisis Data 30
HASIL DAN PEMBAHASAN 33
Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PTPN IV UU Adolina 33
Peluang Penghematan dan Konservasi Energi 46
SIMPULAN DAN SARAN 48
Simpulan 48
Saran 49
DAFTAR ISI (lanjutan)

DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL
1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia 1
2 Produksi CPO di Indonesia 1
3 Kriteria matang panen 13
4 Input energi untuk beberapa operasi pertanian 21
5 Nilai energi per unit beberapa jenis bahan bakar 21
6 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian 22
7 Hasil hasil penelitian audit energi proses produksi CPO 24
8 Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PKS Adolina 33
9 Konsumsi energi final pada setiap tahapan produksi 34
10 Konsumsi energi pada tahapan budidaya 35
11 Konsumsi energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO 35
12 Konsumsi energi pada sarana pendukung 36
13 Konsumsi energi manusia pada setiap tahapan produksi 38
14 Konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya 39
15 Konsumsi energi solar 40
16 Konsumsi pestisida pada kegiatan budidaya 41
17 Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air 41
18 Konsumsi energi listrik pada pengolahan dan sarana pendukung 42
19 Efisiensi teknis peralatan dan mesin produksi CPO di setiap stasiun 42

DAFTAR GAMBAR
1 Rangkaian kegiatan proses budidaya kelapa sawit 4
2 Rangkaian kegiatan proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO 6
3 Rangkaian kegiatan proses budidaya kelapa sawit 11
4 Bagan alir pengolahan kelapa sawit di PKS Adolina 14
5 Aliran bahan pada alat pengolah kelapa sawit menjadi CPO 15
6 Bagan alir penelitian 25
7 Batasan sistem yang diaudit 26
8 Aliran energi pada produksi CPO di UU Adolina 37
9 Bagan alir listrik 43
10 Aliran energi pada stasiun penyediaan energi 45

DAFTAR LAMPIRAN
1 Letak geografis PT. Perkebunan Nusantara IV UU Adolina 52
2 Flow sheet proses produksi di PTPN IV UU Adolina 53
3 Data produksi CPO di UU Adolina 54
4 Data waktu pengolahan di UU Adolina 54
DAFTAR ISTILAH
A. Istilah Lokal
ALB : Asam Lemak Bebas
Brondolan : Buah kelapa sawit yang terlepas dari tandannya
Dodos : Alat panen kelapa sawit sejenis linggis bermata lebar
Egrek : Alat panen kelapa sawit berupa sabit bergagang bambu
panjang
HKO : Hari Kerja Orang
Menumbang : Membongkar tanaman kelapa sawit asal
Merumpuk : Mengumpulkan batang kelapa sawit yang telah dibongkar
PKS : Pabrik Kelapa Sawit
TBM : Tanaman Belum Menghasilkan
TBS : Tandan Buah Segar
TM : Tanaman Menghasilkan
TPH : Tempat Pengumpulan Hasil
UU : Unit Usaha

B. Istilah Asing
Boiler : Ketel uap
BPV : Back Pressure Vessel (tangki tekanan balik)
Conveyor : Rantai berjalan yang digerakkan oleh motor listrik
CPO : Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah)
Fibre : Serat
Kernel : Inti kelapa sawit
Main nursery : Pembibitan utama
Nut : Biji kelapa sawit
PKO : Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Sludge : Limbah padat berupa lumpur dari proses pemurnian
minyak
Steam : Uap panas
Wiping :Pemberantasan ilalang dengan menggunakan
herbisida
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi agroindustri


unggulan Indonesia sekaligus penghasil minyak nabati dengan produktivitas yang
lebih tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Minyak kelapa sawit memiliki
keunggulan sebagai komoditi yang menjanjikan, antara lain produktivitas minyak
sawit tinggi, yaitu 3.2 ton/ha/tahun, dapat diolah menjadi berbagai bahan baku
maupun produk turunan di industri pangan maupun nonpangan, dan limbah hasil
pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan lebih lanjut.
Luas areal kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan dimana
pusat perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di enam provinsi, yaitu
Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Jambi, dan Aceh.
Berikut ini adalah data luas areal kelapa sawit beberapa provinsi di Indonesia.

Tabel 1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di beberapa provinsi, Indonesia


(Hektar)
Provinsi Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Aceh 308560 274822 287038 313745 329562 348438
Sumatera 979541 998966 1017574 1044854 1054849 1100820
Utara
Riau 1547942 1620882 1673553 1781900 2031817 2176864
Sumatera 630214 682730 690729 725236 777716 826743
Selatan
Jambi 568751 448899 484137 489384 488911 521759
Kalimantan 492112 451400 499548 530575 750948 783732
Barat
Sumber : Buku Statistik Perkebunan Tahun 2009 2011, Direktorat Jenderal
Perkebunan-Kementerian Pertanian RI

Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia juga mengalami


peningkatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan CPO (Crude Palm
Oil) di dunia. Data produksi CPO di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi CPO di Indonesia


Tahun produksi Produksi CPO (ton)
2005 15560000
2006 16600000
2007 18000000
2008 20500000
2009 22000000
2010 23600000
2011 25400000
Sumber : Kementerian Pertanian RI, 2013
2

Industri pengolahan kelapa sawit yang semakin meningkat mengakibatkan


energi yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO juga meningkat. Diperlukan
penggunaan energi yang efektif dan efisien untuk menghemat biaya produksi CPO.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan energi
pada proses energi adalah audit energi. Audit energi akan membantu perusahaan
untuk mengetahui secara rinci kebutuhan energi dan efisiensi penggunaan alat dan
mesin pada setiap tahapan produksi. Hasil audit juga dapat digunakan untuk
melakukan analisis peluang penghematan energi yang dapat dilakukan dan
sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan sistem produksi oleh perusahaan
tersebut.
Audit energi dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha
Adolina Sumatera Utara. Unit Usaha Adolina merupakan unit yang bergerak
dalam bidang agroindustri kelapa sawit. Audit energi perlu dilakukan di unit ini
agar perusahaan dapat mengetahui seberapa besar energi yang dibutuhkan untuk
memproduksi per satuan produk CPO dan mengetahui peluang penghematan yang
dapat dilakukan sehingga penghematan biaya produksi dapat dilakukan. Audit
energi juga belum pernah dilakukan sebelumnya di Unit Usaha Adolina sehingga
hasil audit dari penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam melakukan
penghematan energi pada produksi CPO.

Perumusan Masalah

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan andalan Indonesia.


Semakin hari kebutuhan akan minyak kelapa sawit (crude palm oil) semakin
meningkat dan menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO
semakin meningkat pula. Penggunaan energi yang efektif dan efisien diperlukan
agar biaya produksi CPO dapat menjadi lebih rendah. Cara yang dilakukan adalah
dengan mengetahui pola penggunaan energi melalui audit energi. Dengan adanya
audit energi maka perusahaan akan mengetahui secara rinci kebutuhan energi dan
efisiensi penggunaan alat dan mesin pada setiap tahapan produksi.

Tujuan Penelitian

Tujuan audit energi yang dilakukan pada proses produksi CPO di PT.
Perkebunan Nusantara IV, Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara ini adalah:
1. Menghitung kebutuhan energi untuk menghasilkan per satuan produk CPO
di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina.
2. Mengetahui jenis, jumlah, dan sumber energi pada tiap tahapan proses
produksi.
3. Mencari peluang penghematan energi yang dapat dilakukan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kebutuhan energi untuk


menghasilkan per satuan produk CPO di PKS Adolina, mengetahui jenis, jumlah
dan sumber energi pada tiap tahapan proses produksi serta mencari peluang
penghematan energi yang dapat dilakukan. Data audit juga dapat digunakan
3

sebagai dasar perhitungan teknik pengembangan usaha ataupun upaya


peningkatan produksi di Unit Usaha Adolina.

Ruang Lingkup Penelitian

Audit energi yang dilakukan di PKS Adolina dilaksanakan dengan cara


menentukan batasan sistem, menentukan metoda audit, pre audit, audit rinci,
membandingkan dengan lokasi lain pada komoditi yang sama, serta adanya
rekomendasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Produksi CPO Secara Umum

Crude Palm Oil (CPO)


Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak nabati berwarna jingga kemerah-
merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah tanaman Elaeis
guinneensisjacq. (kelapa sawit). CPO tersebut banyak digunakan sebagai bahan
baku dalam berbagai industri baik pangan maupun nonpangan seperti sabun,
minyak goreng, dan bahan-bahan kosmetik. Berdasarkan peranan dan kegunaan
minyak sawit itu, maka mutu atau kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat
menentukan harga dan nilai komoditas ini. Mutu dari CPO sangat dipengaruhi
oleh bahan bakunya (kelapa sawit). Mutu bahan baku tersebut dipengaruhi oleh
kegiatan pasca panen, seperti mutu panen dan transportasi. Kesalahan pada
langkah pengumpulan hasil dapat mengakibatkan mutu hasil olahan tidak dapat
memenuhi standar yang telah ditetapkan dan berujung pada efisiensi pengolahan.
Minyak kelapa sawit yang baik salah satunya dipengaruhi oleh asam lemak bebas
(ALB). Semakin tinggi kandungan ALB dalam tandan buah segar (TBS), maka
mutu CPO yang dihasilkan nantinya akan semakin rendah. Ada beberapa variabel
proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan ALB yaitu pengaruh suhu,
kematangan buah, dan lama penyimpanan.

Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) berasal dari Afrika bagian barat.
Tanaman ini masuk ke Indonesia tahun 1848 dan mulai dibudidayakan secara
komersil dalam bentuk Perusahaan Perkebunan (PP) tahun 1911 di Sumatera
Utara. Kelapa sawit merupakan tanaman industri penting penghasil minyak nabati
yang merupakan bahan mentah industri pangan maupun nonpangan. Potensi
produksi minyak nabati per tahunnya mencapai 6 ton per hektar. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit berupa minyak sawit mentah atau
CPO (Crude Palm Oil) yang berwarna kuning kecoklatan dan minyak inti sawit
atau PKO (Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (bening). Minyak sawit dapat
digunakan untuk beragam peruntukan karena keunggulan sifat yang dimilikinya,
yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang
tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi, dan
tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
4

Kelapa sawit terdiri dari inti sawit (kernel) yang dibungkus oleh pericarp.
Pericarp terdiri dari 3 lapisan, yaitu cangkang (endocarp), serat (mesocarp), dan
kulit luar (eksocarp). Kelapa sawit membutuhkan suhu yang cukup tinggi untuk
tumbuh, yaitu suhu maksimum 29-32C dan suhu minimum 22-24C dengan lama
penyinaran 5-7 jam per hari. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit berkisar antara 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh tegak lurus mencapai
ketinggian 15 m 20 m. Kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur sekitar 30
bulan setelah tanam. Kelapa sawit biasanya sudah tidak produktif lagi pada umur
lebih dari 25 tahun (Setyamidjaja, 1991).

Budidaya Kelapa Sawit


Budidaya kelapa sawit dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dari
tanaman tersebut menjadi lebih tinggi dan bermanfaat. Proses budidaya tanaman
kelapa sawit meliputi tahap persiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan.

Persiapan lahan

Pembibitan

Penanaman

Pemeliharaan

Pemanenan

Gambar 1 Rangkaian kegiatan proses budidaya kelapa sawit ( Rahmat, 2002)

a. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan
sehingga lahan tersebut siap ditanami kelapa sawit. Persiapan lahan dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Cara pertama dilakukan untuk lahan hutan yang
disebut dengan bukaan baru (new planting). Cara kedua dilakukan untuk lahan
yang sebelumnya ditanami komoditi perkebunan lain seperti karet. Cara ketiga
adalah mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif yang disebut
sebagai upaya peremajaan (replanting).

b. Pembibitan
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan, yaitu sistem pembibitan
tahap tunggal (single stage system) dan sistem pembibitan tahap ganda (double
stage system). Pada sistem tahap tunggal, bibit langsung ditanam dalam polybag
besar sampai berumur 12 bulan tanpa harus ditanam di polybag kecil. Sistem
5

pembibitan tahap ganda terdiri dari tahap pembibitan awal (pre nursery) dan tahap
pembibitan utama (main nursery). Pada tahap pembibitan awal, kecambah
ditanam dengan menggunakan polybag kecil sampai bibit berumur 3 bulan. Pada
tahap pembibitan utama, bibit dari tahap pembibitan awal ditanam ke dalam
polybag besar selama 9 bulan. Beberapa input energi digunakan dalam proses
pembibitan kelapa sawit, yaitu energi manusia, energi bahan bakar minyak (solar),
dan energi pupuk. Energi manusia digunakan untuk beberapa jenis pekerjaan yang
dilakukan pada kegiatan pembibitan. Bahan bakar minyak digunakan untuk
menjalankan pompa yang berguna dalam kegiatan penyiraman bibit-bibit kelapa
sawit. Agar bibit yang ditanam memiliki kesuburan yang lebih baik maka
diperlukan pupuk dalam kegiatan pembibitan.

c. Penanaman
Sistem jarak tanam kelapa sawit adalah segitiga sama sisi dengan panjang
sisi (jarak dalam barisan) dan tinggi (jarak antar barisan). Dalam pelaksanaan
penanaman kelapa sawit terlebih dahulu dilakukan pembuatan lubang tanam.
Urutan tahapan penanaman adalah bibit diletakkan tegak lurus di atas lubang
tanam, lalu ditimbun dan dipadatkan tanahnya. Tanaman kelapa sawit yang mati
ataupun pertumbuhannya tidak baik harus disulam. Penyulaman dilakukan segera
supaya pertumbuhan tanaman sulaman tidak tertinggal dari tanaman yang lain.
Penyulaman juga bertujuan agar produksi tanaman kelapa sawit tidak menurun.
Pada kegiatan penanaman, energi biologis (manusia) dan penggunaan energi
pupuk diperlukan. Tenaga manusia diperlukan untuk pekerjaan seperti aplikasi
tandan kosong dan penanaman. Pupuk diperlukan agar tanah yang ditanami dapat
menjadi lebih subur dan produktif.

d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang intensif diperlukan pada dua periode pertumbuhan
kelapa sawit, yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) yang berusia di bawah 3
tahun dan tanaman menghasilkan (TM) yang berusia antara 3 25 tahun. Tujuan
utama pemeliharaan TBM kelapa sawit adalah untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang optimal agar dapat memberikan produktivitas
maksimal pada masa TM. Ada beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan pada saat
TBM, yaitu penyiangan, pemupukan, penyisipan, pemberantasan hama dan
penyakit, serta pemeliharaan jalan dan saluran air/drainase.
Tujuan utama pemeliharaan pada saat TM adalah untuk menggali potensi
produksi seoptimal mungkin. Beberapa pekerjaan yang dilakukan adalah
penyiangan, pemupukan, pengendalian hama, pemeliharaan jalan, pemangkasan,
pemeliharaan tempat pengumpulan hasil, pembumbunan, dan inventarisasi pohon.
Beberapa masukan energi terdapat pada kegiatan pemeliharaan, yaitu energi
biologis (manusia) dan energi pupuk.

e. Pemanenan
Pemanenan adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan
matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip
brondolan serta menyusun tandan di TPH beserta dengan brondolannya. Hasil
panen yang utama dari tanaman kelapa sawit adalah TBS yang kemudian dari
TBS akan diolah menjadi minyak sawit (CPO) dan hasil turunannya. Hal-hal yang
6

perlu diperhatikan dalam proses pemanenan antara lain kriteria matang panen,
persiapan panen, alat pemotong dan pengumpulan buah, rotasi dan sistem
pemanenan, serta transportasi hasil panen. Peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan panen terdiri dari dodos, kampak, egrek, karung, dan kayu pikulan.
Rotasi panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara
panen pertama di satu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama. Tandan
buah segar yang dipanen harus segera diangkut ke pabrik kelapa sawit pada hari
itu juga agar tidak terjadi peningkatan ALB.

Pengolahan Kelapa Sawit


Pengolahan kelapa sawit di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak
sawit yang berkualitas baik dengan rendemen yang tinggi. Untuk menghasilkan
rendemen yang tinggi, diperlukan pengawasan dan kontrol yang ketat mulai dari
proses pengangkutan TBS sampai dihasilkan CPO. Pengolahan kelapa sawit
menjadi CPO dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu penerimaan TBS,
perebusan, penebahan, pengempaan, dan pemurnian minyak.

Penerimaan TBS

Perebusan

Penebahan

Pengempaan

Pemurnian minyak

Gambar 2 Rangkaian kegiatan proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO


(Rahmat, 2002)

a. Stasiun Penerimaan TBS


Stasiun penerimaan TBS merupakan stasiun yang menerima TBS yang
diangkut oleh truk-truk pengangkut. Stasiun penerimaan TBS terdiri dari jembatan
timbang (weight bridge) dan loading ramp.
a.1. Jembatan timbang
Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang TBS dimana hasil
penimbangan TBS tersebut digunakan dalam perhitungan rendemen
produksi, sebagai dasar perhitungan pembayaran pemanen, dan sebagai
pencatatan produksi TBS kebun pensuplai.
7

a.2. Loading ramp


Loading ramp adalah suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi
plat besi, lebar plat besi sekitar 10 cm dengan kemiringan 45. Loading
ramp berfungsi sebagai tempat penampungan TBS untuk disortasi sebelum
diproses, mencurahkan TBS ke dalam lori rebusan, dan mengurangi
kotoran TBS dengan adanya kisi-kisi di dalamnya. Langkah pertama yang
dilakukan di loading ramp adalah sortasi buah secara manual. Sortasi
manual ini dilakukan dengan memprediksi kematangan buah melalui
warnanya dan jumlah buah yang membrondol dari tandannya serta
memilih berdasarkan varietas buahnya. Setelah dilakukan sortasi secara
manual, TBS dituang ke dalam kompartemen-kompartemen loading ramp.
TBS yang telah berada di dalam loading ramp selanjutnya dimasukkan ke
dalam lori. Di stasiun penerimaan TBS, terdapat penggunaan tenaga
manusia dan energi listrik.

b. Stasiun Perebusan
Stasiun perebusan merupakan tempat terjadinya perlakuan panas terhadap
TBS dengan menggunakan media uap (steam). Alat yang digunakan adalah
sterilizer, yaitu berupa bejana tekan horizontal. Bagian-bagian sterilizer terdiri
dari dua buah pintu, satu saluran pemasukan uap (inlet steam), satu saluran
pengeluaran uap (outlet steam), satu saluran pembuangan kondensat, serta satu
buah pompa kondensat. Perebusan berfungsi untuk mempermudah brondolan
lepas dari tandan pada waktu proses penebahan di thresher, melunakkan buah
sehingga mudah diaduk dalam digester, melekangkan inti supaya mudah lepas
dari cangkang, dan menghentikan proses peningkatan asam lemak bebas. Ketika
proses perebusan telah selesai, lori dari dalam sterilizer ditarik menggunakan
capstand. Tenaga manusia dan energi listrik digunakan pada stasiun perebusan ini.

c. Stasiun Penebahan
Stasiun penebahan berfungsi untuk memisahkan atau melepaskan
brondolan dari tandannya dengan cara membanting TBS yang telah direbus di
dalam thresher. Thresher merupakan alat pemisah antara tandan dengan
brondolan yang berbentuk drum. TBS yang telah selesai direbus dari sterilizer
akan ditarik keluar menggunakan capstand. Lori-lori yang keluar dari rebusan
diangkat menggunakan hoisting crane dan dituangkan ke autofeeder dengan
memutar lori. Hoisting crane berfungsi untuk mengangkat lori. Autofeeder adalah
alat yang digunakan untuk mengatur pemasukan tandan buah ke dalam thresher.
Pengaturan buah yang masuk dari autofeeder ke thresher disesuaikan dengan
kapasitas thresher sehingga buah tidak terlalu banyak menumpuk dalam thresher
yang dapat mengakibatkan proses perontokan tidak sempurna.

d. Stasiun Pengempaan
Pada stasiun ini terdapat dua proses utama, yaitu proses digesting
(pencacahan) dan pressing (pengempaan).
d.1. Pencacahan (Digesting)
Pencacahan berfungsi untuk melepaskan daging buah dari biji
(noten) dan melumatkannya dengan cara menekan brondolan
menggunakan pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan yang
8

digerakkan oleh elektromotor. Alat yang digunakan dalam proses


pencacahan ini adalah digester. Digester biasanya memiliki 6 tingkat pisau
yang terdiri atas 5 tingkat pisau pengaduk dan 1 tingkat pisau lempar pada
bagian bawah. Letak pisau-pisau ini dibuat bersilangan agar daya adukan
cukup besar dan sempurna. Prinsip kerja dari digester adalah pada awalnya
digester diisi dengan buah hasil dari penebahan. Dalam silinder adukan,
buah sawit dilumat dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada
poros sehingga daging buah terlepas dari biji. Suhu pengadukan dibuat
antara 90-95C. Suhu tersebut diperoleh dari pasokan uap panas hasil
pembakaran biomassa pada boiler.
d.2. Pengempaan (Pressing)
Pengempaan merupakan proses pemisahan minyak kasar (crude oil)
dari massa adukan dengan cara mengempa pada tekanan 30-40 bar. Alat
yang digunakan dalam proses ini adalah screw press. Proses pengempaan
terjadi karena adanya putaran screw yang menekan bubur buah dari
digester, dan dari arah yang berlawanan bubur buah tersebut tertahan oleh
sliding cone sehingga minyak terkempa dan terpisah dari bubur buah.
Screw berada dalam selubung baja yang disebut press cage. Pada dinding
press cage terdapat lubang-lubang di seluruh permukaannya. Minyak hasil
pengempaan akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan
ampas berupa serabut dan biji keluar melalui celah antara sliding cone dan
press cage. Energi biologi dari manusia dan energi listrik digunakan pada
stasiun pengempaan.

e. Stasiun Klarifikasi (Pemurnian Minyak)


Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dengan
kotoran serta unsur-unsur yang mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan
kehilangan minyak seminimal mungkin. Minyak kasar (crude oil) yang keluar dari
screw press masih mengandung kotoran-kotoran seperti pasir dan benda kasar
lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemurnian minyak untuk mengurangi
kandungan yang tidak diharapkan sesuai dengan norma yang telah ditetapkan. Di
stasiun klarifikasi, terdapat dua proses utama, yaitu proses pemurnian minyak dan
proses pengutipan minyak. Pada umumnya, proses klarifikasi terbagi atas 3
metode, yaitu pengendapan, sentrifugasi, dan pemisahan biologis.

f. Stasiun Pendukung
Tahapan-tahapan produksi CPO juga didukung oleh stasiun pendukung.
Keberadaan stasiun pendukung produksi ini sangat berperan penting karena dapat
memperlancar jalannya pengolahan. Stasiun-stasiun pendukung produksi dan
pengolahan kelapa sawit meliputi pembangkit tenaga, pengolahan air, dan
pengelolaan limbah.
f.1. Pembangkit Tenaga
a. Ketel Uap (Boiler)
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran
dialirkan ke air sampai terbentuk air panas (steam). Air panas atau
steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan
panas ke suatu proses.
9

b. Turbin Uap
Turbin uap merupakan alat untuk mengkonversi energi dari
steam menjadi energi mekanis untuk membangkitkan energi listrik
melalui alternator.
c. Diesel Genset
Diesel genset bekerja dengan prinsip mengubah energi hasil
pembakaran solar menjadi energi mekanis berupa putaran. Putaran ini
selanjutnya digunakan untuk memutar poros generator.
d. Generator
Generator adalah alat yang mengkonversi energi gerak berupa
putaran menjadi energi listrik akibat adanya induksi gaya gerak listrik
(GGL).
e. Switch Board
Switch board berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik ke
stasiun-stasiun dan peralatan-peralatan dalam pabrik yang
menggunakan tenaga listrik.
f. Back Pressure Vessel (BPV)
BPV adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk
mengumpulkan uap bekas dari turbin uap dan membagikannya ke
peralatan-peralatan di pabrik yang membutuhkan uap untuk proses
pemanasan.
f.2. Sistem Penyediaan Air
Sistem penyediaan air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air
sebelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Persyaratan tersebut dilihat berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia,
bahan padatan terlarut, dan sebagainya. Sistem penyediaan air dibagi
menjadi tiga, yaitu untuk budidaya, pengolahan, dan pembangkit tenaga
listrik. Pada kegiatan budidaya, air dibutuhkan untuk kegiatan penyiraman
tanaman kelapa sawit baik pada saat pembibitan maupun saat
pemeliharaan TM dan TBM. Sumber air yang digunakan harus dekat
dengan areal budidaya dan dapat juga dilengkapi dengan instalasi
penyiraman serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase.
Air yang diperlukan berasal dari sungai atau danau yang dipompa ke areal
budidaya kelapa sawit.
Dalam kegiatan pengolahan, air juga sangat diperlukan terutama
dalam proses perebusan, pelumatan dan pengempaan serta pemurnian yang
dimanfaatkan dalam bentuk uap. Air yang diperlukan tersebut berasal dari
sungai yang dipompa ke pabrik pengolahan. Air yang akan digunakan
untuk pengolahan belum memenuhi syarat jika langsung digunakan untuk
pengolahan, sehingga diperlukan adanya penanganan (treatment) terlebih
dahulu (Naibaho, 1998).
Stasiun pembangkit tenaga listrik memerlukan air untuk
menghasilkan listrik. Air dipompa dari sungai ke pabrik pengolahan dan
kemudian dilakukan pengelolaan yang terdiri dari external water treatment
dan internal water treatment. Setelah air menjadi jernih kemudian air
dialirkan ke boiler dan menjadi uap air yang akan menggerakkan turbin
sehingga menghasilkan energi listrik.
10

f.3. Sistem Pengelolaan Limbah


Limbah merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya, baik
secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan
kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainnya (Purba, 2009). Limbah
pabrik kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan
karakteristiknya, yaitu limbah cair, limbah gas, dan limbah padat. Limbah
padat berupa tandan kosong dimanfaatkan sebagai pupuk di kebun kelapa
sawit. Limbah cair buangan dari pabrik biasanya diproses lebih lanjut di
dalam kolam limbah.

Proses Produksi CPO di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina

Sistem produksi CPO adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari
kegiatan budidaya sampai pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, beserta aspek-
aspek pendukungnya. PKS Adolina memiliki kapasitas terpasang 30 ton TBS/jam
dengan rendemen riil TBS menjadi CPO sebesar 23.527% dan jam olah riil per
hari adalah 18.67 jam. Kebun Adolina terbagi menjadi 9 afdeling dengan total
luas sebesar 8965.69 ha. Kegiatan budidaya yang meliputi persiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan diorientasikan untuk
meningkatkan produksi TBS. Pengangkutan juga berperan penting dalam
menentukan mutu CPO yang dihasilkan.
Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu penerimaan TBS, perebusan, penebahan, pengempaan, pemurnian minyak,
dan penyimpanan CPO. Semua kegiatan operasional budidaya dan pengolahan
TBS menjadi CPO akan berjalan optimal bila ditunjang dengan aspek pendukung
yang memadai. Sarana pendukung tersebut meliputi penyediaan air dan
penyediaan energi. Sistem produksi kelapa sawit di Unit Usaha Adolina dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Budidaya Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha


Adolina

Budidaya kelapa sawit dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dari


tanaman tersebut menjadi lebih tinggi dan bermanfaat. Berdasarkan ketebalan
tempurung dan daging buah, buah kelapa sawit atau yang biasa disebut tandan
buah segar (TBS) terdiri dari beberapa varietas, yaitu Dura (D), Psifera (P), dan
Tenera (T). Proses budidaya tanaman kelapa sawit di UU Adolina meliputi tahap
persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Proses
budidaya kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 3.
11

Persiapan lahan

Pembibitan

Penanaman

Penyiangan

Pemupukan

Pemangkasan

Pengendalian hama dan penyakit

Pemanenan

Gambar 3 Rangkaian kegiatan proses budidaya kelapa sawit di Unit Usaha


Adolina (Natashia, 2012)

1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara pertama
dilakukan untuk lahan yang disebut dengan bukaan baru (new planting). Cara
kedua dilakukan untuk lahan yang sebelumnya ditanami komoditi perkebunan lain
seperti karet. Cara ketiga adalah mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah
tidak produktif yang disebut sebagai upaya peremajaan (replanting). Proses
pengerjaan persiapan lahan juga mencakup pengerjaan secara mekanis, manual,
dan kimia. Pengerjaan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan excavator
untuk membongkar tanaman asal dan membuat lubang besar. Pengerjaan secara
manual dilakukan untuk membersihkan lahan dari kayu-kayuan. Pengerjaan
secara kimia dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma yang mengganggu.

2. Pembibitan
Pada umumnya pembibitan kelapa sawit terdiri dari satu tahap dan dua
tahap. Saat ini, PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina menggunakan
pembibitan dua tahap (double stage). Adapun pembibitan dengan menggunakan
sistem dua tahap adalah pre nursery (pembibitan awal) dan main nursery
(pembibitan utama). Pembibitan awal (pre nursery) berlangsung selama 3 bulan.
Pada pembibitan pre nursery, energi biologis (manusia) dan energi pupuk
digunakan. Energi manusia digunakan untuk beberapa jenis pekerjaan, yaitu
persiapan lahan, persiapan tanam, pemeliharaan, dan pemindahan bibit. Adapun
jenis pupuk yang digunakan dalam pembibitan ini adalah pupuk NPK.
12

Pembibitan utama (main nursery) berlangsung sekitar 9 bulan. Pembibitan


main nursery memerlukan beberapa masukan energi, yaitu energi biologis
(manusia), energi pupuk, dan energi bahan bakar minyak. Penggunaan tenaga
manusia diperlukan untuk kegiatan persiapan lahan, persiapan tanam,
pemeliharaan, dan pemindahan bibit. Jenis pupuk yang digunakan pada
pembibitan ini adalah NPK (15 15 64), NPK (12 12 172), dan Kieserite. Bahan
bakar minyak (solar) digunakan untuk menggerakkan pompa untuk kegiatan
penyiraman pada pembibitan main nursery.

3. Penanaman
Sistem jarak tanam kelapa sawit adalah segitiga sama sisi dengan panjang
sisi (jarak dalam barisan) dan tinggi (jarak antar barisan). Dalam pelaksanaan
penanaman kelapa sawit terlebih dahulu dilakukan pembuatan lubang tanam.
Tahapan budidaya penanaman membutuhkan masukan energi berupa energi
biologis (manusia) dan energi pupuk. Energi manusia dibutuhkan untuk kegiatan
penanaman. Pupuk yang digunakan terdiri dari beberapa jenis, yaitu Rock
Phosphate, ZA, MOP, dan Kieserite.

4. Pemeliharaan
a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tujuan utama pemeliharaan TBM kelapa sawit adalah untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal agar dapat memberikan
produktivitas maksimal pada masa TM. Ada beberapa jenis pekerjaan yang
dilakukan untuk TBM, yaitu penyiangan, pemupukan, penyisipan, pemberantasan
hama dan penyakit, serta pemeliharaan jalan dan saluran air/drainase. Kebutuhan
energi pada pemeliharaan TBM mencakup energi biologis (manusia) dan energi
pupuk. Penggunaan tenaga manusia dibutuhkan pada kegiatan pemeliharaan jalan,
penyulaman, wiping ilalang, pemupukan, sensus hama penyakit, pemberantasan
hama penyakit, dan pembuatan TPH. Jenis pupuk yang digunakan pada
pemeliharaan TBM di Kebun Adolina adalah Sulphate of Ammonia, Muriate of
Potash, Rock Phospate, dan Dolomite.

b. Tanaman Menghasilkan (TM)


Tujuan utama pemeliharaan areal TM adalah untuk menggali potensi
produksi seoptimal mungkin. Beberapa pekerjaan yang dilakukan adalah
penyiangan, pemupukan, pengendalian hama, pemeliharaan jalan, pemeliharaan
TPH, dan inventarisasi pohon. Masukan energi yang dibutuhkan pada tahapan
pemeliharaan TM adalah energi biologis (manusia) dan energi pupuk. Penggunaan
tenaga manusia dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan jalan, wiping ilalang,
pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit. Adapun jenis pupuk yang
digunakan pada tahap ini adalah Urea dan Rock Phosphate.
13

Pemanenan Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha


Adolina

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang


panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta
menyusun tandan di TPH beserta dengan brondolannya. Tujuan panen adalah
untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik
secara konsisten sehingga potensi minyak dan inti sawit maksimal dapat dicapai.
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan
untuk dapat dipanen. Penentuan kriteria matang panen dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.

Tabel 3 Kriteria matang panen

Fraksi Derajat Kematangan Kriteria Matang Buah


Buah
00 Sangat mentah Tidak ada buah yang membrondol, buah berwarna
hitam pekat
0 Mentah 1-12.5% dari buah luar membrondol, buah
berwarna hitam kemerahan
1 Matang 12.5-25% buah luar membrondol, buah berwarna
kemerahan
2 Matang 25-50% buah luar membrondol, buah berwarna
merah mengkilat
3 Matang 50-75% buah luar membrondol, buah berwarna
orange
4 Lewat matang 75-100% buah luar membrondol, buah berwarna
dominan orange
5 Terlalu matang Buah dalam ikut membrondol

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan panen terdiri dari dodos,


kampak, egrek, karung, dan kayu pikulan. Di kebun PKS Adolina, pelaksanaan
panen dilakukan dari hari Senin sampai Sabtu atau 6 hari dalam seminggu
sehingga rotasi panennya adalah 6/7. Pada dasarnya, tandan buah segar yang
dipanen harus diangkut dan tiba di PKS pada hari itu juga. Oleh karenanya,
diupayakan pengangkutan buah dapat selesai sore hari agar kenaikan ALB minyak
sawit yang dihasilkan tidak terjadi. Pengangkutan buah dilakukan dengan
menggunakan truk berukuran besar dengan kapasitas 10-15 ton dan truk
berukuran kecil dengan kapasitas 5-7 ton.

Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO di PT. Perkebunan Nusantara IV


Unit Usaha Adolina

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit


yang berkualitas baik dengan rendemen yang tinggi. Pabrik Kelapa Sawit Adolina
memiliki kapasitas olah terpasang yaitu 30 ton TBS/jam dengan jam operasi yaitu
22 jam/hari, sehingga kapasitas olah terpasang tiap hari yaitu 660 ton TBS. Data
produksi CPO UU Adolina dapat dilihat pada Lampiran 3, dengan rata-rata
14

rendemen TBS menjadi CPO yaitu 23.527%. Sedangkan data waktu pengolahan
riil dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penerimaan

Perebusan

Penebahan

Pengadukan

Pengempaan

Penyaringan Pemisahan ampas

Pengendapan Pengeringan

Pemurnian Pemecahan

Pengeringan Pemisahan

Penyimpanan CPO Penyimpanan kernel

Gambar 4 Bagan alir pengolahan kelapa sawit di PKS Adolina (Natashia,


2012)
15

TBS

Jembatan timbang

Loading ramp

Sterilizer

Janjang kosong
Thresher

Brondolan Empty bunch conveyor

Digester
Ampas
Screw press (cake)

Minyak Stasiun biji

Sand trap tank Serat Biji sawit

Vibrating screen Nut cracker

Crude oil tank Cangkang Kernel

CST Boiler Silo

Sludge Minyak

Sludge tank Oil tank

Strainer Oil purifier

Sludge separator Vacuum dryer

Fat fit Storage tank

Gambar 5 Aliran bahan pada alat pengolah kelapa sawit menjadi CPO di Adolina
(Natashia, 2012)
16

1. Penerimaan Bahan Baku di Stasiun Penerimaan TBS


Stasiun penerimaan TBS merupakan stasiun yang menerima TBS yang diangkut
oleh truk-truk pengangkut. Stasiun penerimaan TBS terdiri dari:
a. Penimbangan di stasiun penimbangan
Tandan buah segar (TBS) yang masuk ke dalam pabrik terlebih dahulu
melewati stasiun ini sebelum diletakkan pada loading ramp. TBS tersebut
ditimbang di jembatan timbang (weight bridge). Secara umum, jembatan timbang
berfungsi untuk menimbang TBS, tandan kosong, inti dimana hasil penimbangan
TBS digunakan untuk menghitung rendemen produksi pabrik, sebagai dasar
perhitungan pembayaran pemanen dan pihak ketiga, dan sebagai pencatatan
produksi TBS kebun pensuplai.
b. Penampungan TBS di loading ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang kemudian diturunkan di
loading ramp. Loading ramp berfungsi sebagai tempat penampungan TBS untuk
disortasi sebelum diproses, mencurahkan TBS ke dalam lori rebusan, dan
mengurangi kotoran TBS dengan adanya kisi-kisi di dalamnya. Langkah pertama
yang dilakukan di loading ramp adalah sortasi buah secara manual. Setelah
dilakukan sortasi secara manual, TBS dituang ke dalam kompartemen-
kompartemen (pintu-pintu loading ramp). Jumlah kompartemen yang terdapat di
PKS Adolina adalah 15 kompartemen dengan kapasitas masing-masing 15 ton
TBS. TBS yang telah berada di dalam loading ramp selanjutnya dimasukkan ke
dalam lori. PKS Adolina memiliki 66 unit lori rebusan. Stasiun penerimaan TBS
memerlukan energi biologis (manusia) dan energi listrik sebagai masukan energi.
Penggunaan tenaga manusia digunakan untuk melakukan sortasi buah secara
manual. Energi listrik digunakan untuk menggerakkan pintu loading ramp.

2. Perebusan
Setelah dilakukan sortasi di loading ramp, TBS dimasukkan ke dalam
sterilizer dengan menggunakan lori. Lori yang telah menampung TBS ditarik
dengan menggunakan capstand (alat penarik). Perebusan berfungsi untuk
mempermudah brondolan lepas dari tandan pada waktu proses penebahan di
thresher, melunakkan buah sehingga mudah diaduk dalam digester, melekangkan
inti supaya mudah lepas dari cangkang, dan menghentikan proses peningkatan
ALB. Kapasitas 1 unit sterilizer di Adolina adalah 10 lori dengan masing-masing
lori berkapasitas 2.5 ton. Untuk memindahkan lori dari loading ramp ke jalur
perebusan digunakan transfer carriage dengan kapasitas 3 unit lori (7.5 ton TBS).
PKS Adolina menggunakan 3 unit sterilizer yang memanfaatkan uap
panas untuk proses perebusan. Uap tersebut diperoleh dari boiler kemudian
disalurkan ke BPV (Back Pressure Vessel) dan selanjutnya disalurkan ke sterilizer.
Tekanan yang digunakan adalah 2.0 3.0 kg/cm2 dengan temperatur 125-135C.
Sistem perebusan yang digunakan adalah triple peak (tiga puncak). Puncak
pertama berlangsung selama 15 menit dengan tekanan mencapai 2.3 kg/cm2.
Puncak I berguna untuk mempercepat penurunan kadar air pada buah. Tekanan
uap yang terjadi pada Puncak II adalah 2.5 kg/cm2. Waktu yang diperlukan untuk
menaikkan steam adalah 12 menit dan pembuangan selama 2 menit. Puncak II
bertujuan untuk pelunakan buah dan pematangan. Puncak III berlangsung selama
63 menit dengan tekanan mencapai 3 kg/cm2. Puncak III bertujuan untuk
menyempurnakan pelunakan buah. Diperlukan energi manusia dan energi listrik
17

sebagai masukan energi pada stasiun perebusan. Energi manusia digunakan pada
saat menjalankan transfer carriage dan capstand serta mengontrol tekanan uap
pada saat perebusan. Energi listrik diperlukan untuk menggerakkan beberapa
mesin produksi seperti transfer carriage, capstand, dan pendorong lori rebusan.

3. Penebahan
Penebahan berfungsi untuk memisahkan atau melepaskan brondolan dari
tandannya. TBS yang telah selesai direbus dari sterilizer akan ditarik keluar
menggunakan capstand. Lori-lori yang keluar dari rebusan diangkat menggunakan
hoisting crane dan dituangkan ke autofeeder. Autofeeder adalah alat yang
digunakan untuk mengatur pemasukan tandan buah ke dalam thresher. Thresher
merupakan alat pemisah antara tandan dengan brondolan yang berbentuk drum
dengan kapasitas 30 ton TBS/jam. Empty bunch conveyor berfungsi sebagai alat
angkut janjangan atau tandan kosong dari stasiun penebah ke hopper janjangan.
Stasiun penebahan memerlukan energi biologis (manusia) dan energi listrik
sebagai masukan energi. Manusia sebagai operator diperlukan dalam
pengoperasian hoisting crane, autofeeder, dan mesin produksi lainnya. Mesin-
mesin produksi tersebut juga memerlukan energi listrik dalam pengoperasiannya,
yaitu thresher, elevator bunch crusher, empty bunch conveyor, dan fruit elevator.

4. Pelumatan dan Pengempaan


Brondolan sawit yang telah lepas dari tandan kemudian memasuki stasiun
pengempaan. Stasiun ini merupakan tempat untuk proses pemisahan minyak dari
serabut dan inti kelapa sawit. Pada stasiun ini, terdapat dua alat utama yaitu
digester dan screw press. Fungsi digester adalah untuk melepaskan daging buah
dari biji dan melumatkannya dengan cara menekan brondolan dengan
menggunakan pisau pengaduk. PKS Adolina memiliki 4 unit digester yang
memiliki volume sebesar 3.2 3.5 m3 untuk tiap digester. Setelah melalui
digester, proses selanjutnya adalah pengempaan (pressing). Proses ini merupakan
proses pemisahan minyak kasar (crude oil) dari massa adukan dengan cara
dikempa. Alat yang digunakan pada proses ini adalah screw press. Alat ini terdiri
dari 2 batang baja spiral dengan susunan horizontal dan berputar berlawanan arah.
Kapasitas screw press yang digunakan di PKS Adolina adalah 10 12 ton
TBS/jam. Minyak hasil pengempaan akan keluar melalui lubang silinder
kemudian masuk ke sand trap tank, sedangkan ampas (cake) yang berupa serat
dan biji akan keluar dari bagian depan screw press lalu masuk ke cake breaker
conveyor (CBC). Pada stasiun pengempaan ini dibutuhkan tenaga manusia dan
energi listrik. Tenaga manusia dibutuhkan untuk mengontrol dan mengawasi
jalannya proses pengempaan. Adapun mesin-mesin produksi yang memerlukan
energi listrik adalah fruit distributing conveyor up, fruit distributing conveyor
down, digester, dan screw press.

5. Pemurnian Minyak (Klarifikasi)


Minyak kasar (crude oil) yang keluar dari screw press masih mengandung
kotoran-kotoran seperti pasir dan benda kasar lainnya. Stasiun pemurnian minyak
berfungsi untuk memisahkan minyak dengan kotoran serta unsur-unsur yang
mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan kehilangan minyak seminimal
mungkin. Stasiun pemurnian minyak dimulai dari sand trap tank yang berfungsi
18

untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press.
Di dalam sand trap tank, pasir dan non oil solid yang berat jenisnya lebih besar
dari minyak mengendap. Minyak yang keluar dari sand trap tank menuju ke
vibrating screen.
Vibrating screen (saringan getar) berfungsi untuk memisahkan minyak
kasar dari ampas yang berbentuk serat dan pasir serta membuang sampah yang
ada dari sisi penyaringan. PKS Adolina memiliki 2 unit vibrating screen. Minyak
yang sudah disaring kemudian masuk ke crude oil tank. Crude oil tank berfungsi
untuk memanaskan minyak kasar dan mengendapkan kotoran/pasir yang masih
lolos dari sand trap tank dan vibrating screen. Dari crude oil tank, minyak masuk
ke continuous settling tank (CST). CST berfungsi untuk memisahkan minyak,
sludge, dan air secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. Minyak
yang keluar dari CST langsung dialirkan ke oil tank. Sementara itu, sludge
dialirkan ke sludge tank. Oil tank berfungsi sebagai bak penampung sebelum
minyak masuk ke oil purifier. Jumlah oil purifier di PKS Adolina ada 3 unit.
Minyak kemudian dialirkan ke vacuum dryer. Vacuum dryer berfungsi untuk
mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Minyak yang
telah bersih keluar dari vacuum dryer dan selanjutnya dipompakan ke storage tank.
Storage tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak yang dihasilkan
sebelum didistribusikan ke tempat pengolahan lain. Jumlah storage tank yang ada
di PKS Adolina saat ini adalah 2 unit.
Sludge tank berfungsi untuk menerima sludge yang berasal dari CST yang
masih mengandung minyak untuk diolah lagi dengan temperatur yang sesuai.
Strainer berfungsi untuk memisahkan atau menghilangkan serat-serat halus yang
masih ada dalam cairan sludge. Sludge separator berfungsi untuk menerima
sludge yang mengandung minyak 7% dari sludge tank dengan temperatur antara
80-90C serta memisahkan lumpur dan kotoran pada minyak dengan gaya
sentrifugal. Minyak kemudian bergerak menuju ke oil tank, sedangkan kotoran
dan lumpur yang tersaring langsung dikirim ke bak fat-fit. Bak fat-fit berfungsi
untuk mengutip atau mengambil sisa-sisa minyak yang masih ada di dalam sludge
dengan sistem pemanasan dan pengendapan sesuai dengan prinsip pemurnian
minyak. Setelah itu, sludge dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
untuk diproses sebelum dibuang. Sisa-sisa minyak yang terkutip dipompakan ke
crude oil tank melalui vibrating screen. Stasiun pemurnian juga memerlukan
masukan energi untuk dapat beroperasi berupa energi biologis (manusia) dan
energi listrik.

Sarana Pendukung Proses Produksi CPO di PT. Perkebunan Nusantara IV


Unit Usaha Adolina

Tahapan-tahapan proses produksi CPO juga didukung oleh beberapa


stasiun lainnya, yang berfungsi sebagai stasiun pendukung. Keberadaan stasiun
pendukung produksi ini sangat berperan penting karena dapat memperlancar
jalannya pengolahan. Stasiun-stasiun pendukung produksi dan pengolahan kelapa
sawit di PKS Adolina adalah stasiun penyediaan energi, penyediaan air, dan
pengelolaan limbah.
19

1. Penyediaan Energi
Stasiun penyediaan energi merupakan tempat untuk menghasilkan sumber
energi baik berupa energi listrik maupun energi panas untuk keperluan
operasional pabrik. Penyediaan energi terdiri dari boiler, turbin uap, back pressure
vessel (BPV), dan mesin pembangkit tenaga diesel.
a. Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air panas atau steam. Steam pada tekanan tertentu kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Pada PKS Adolina, panas
yang digunakan berasal dari pembakaran cangkang dan fibre. Perbandingan antara
fibre dan cangkang yang digunakan adalah 3.5:1. Panas tersebut digunakan untuk
memanaskan air yang kemudian akan menghasilkan uap. Uap tersebut digunakan
sebagai pembangkit tenaga listrik (melalui turbin uap) untuk keperluan proses
produksi di pabrik. Arus listrik dari generator diesel digunakan pada saat awal
(start) pabrik untuk mengolah dan saat akhir pengolahan. Untuk selebihnya,
energi yang dipakai adalah energi yang dihasilkan oleh cangkang dan fibre
sebagai bahan bakar utama boiler.

b. Turbin Uap
Turbin uap merupakan alat untuk mengkonversikan energi dari steam
menjadi energi mekanis (putaran) untuk membangkitkan energi listrik. Turbin uap
yang digunakan berjumlah dua buah dengan daya listrik output terpasang yaitu
800 kW. Uap dari boiler yang telah digunakan untuk memutar turbin kemudian
ditampung dalam BPV yaitu berupa bejana/tangki. Dari BPV kemudian uap
didistribusikan ke instalasi pengolahan.

c. Back Pressure Vessel (BPV)


BPV berfungsi untuk mengumpulkan uap dari turbin yang mempunyai
tekanan 3 kg/cm2 dan akan didistribusikan kepada unit yang membutuhkan uap.

d. Generator Diesel
Generator diesel merupakan peralatan untuk mendukung penyediaan
energi listrik dari turbin uap, terutama saat awal mulai pengolahan dimana
pasokan energi listrik dari boiler belum optimal, saat pemakaian energi listrik
meningkat atau kualitas uap dari boiler kurang sehingga listrik dari turbin uap
juga kurang. Untuk dapat beroperasi, generator diesel memerlukan bahan bakar
minyak (solar).

2. Penyediaan Air
Sistem penyediaan air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sebelum
digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Persyaratan tersebut
dilihat berdasarkan kandungan bahan-bahan kimianya, bahan padatan terlarut, dan
sebagainya. Penanganan air ini terbagi dua yaitu external treatment dan internal
treatment.
a. External Treatment
PKS Adolina menggunakan air yang berasal dari sungai Ular yang diambil
dengan pemompaan lalu dialirkan ke clarifier tank. Selanjutnya air masuk ke sand
20

filter yang berfungsi untuk menyaring pasir. Air kemudian dialirkan ke menara air
yang berfungsi untuk mengirimkan air ke pabrik. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam external treatment ini yaitu tawas dan Floc 65.

b. Internal Treatment
Internal treatment merupakan perlakuan lanjutan terhadap air yang akan
digunakan untuk umpan boiler. Air dari menara air (tower tank) akan masuk ke
cation tank untuk kemudian dialirkan ke degasifer tank. Degasifer tank berfungsi
untuk menerima air dari cation tank dan menghisapnya untuk dikirim ke anion
tank. Anion tank berfungsi untuk menyaring air, mengirim air ke boiler feed water
tank. Boiler feed water tank berfungsi untuk menerima hasil olahan dari anion
tank dan mengatur supply air untuk ketel uap. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam internal treatment ini adalah WITCO BWT 2200, WITCO BWT 2041, dan
WITCO BWT 2430.

3. Pengelolaan Limbah
Limbah merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya, baik secara
langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainnya (Purba, 2009).
Limbah dapat digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan karakteristiknya, yaitu
limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
a. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan di PKS Adolina berasal dari proses
penebahan, pengempaan, pemecahan biji serta pembakaran bahan bakar boiler.
Limbah padat dari hasil proses pengolahan kelapa sawit adalah serabut, cangkang,
tandan kosong, dan abu ketel. Serabut dan cangkang digunakan sebagai bahan
bakar ketel dan tandan kosong digunakan sebagai mulsa dan diaplikasikan pada
lahan tanaman sebagai pupuk tambahan. Tandan kosong ini pada awalnya
dikumpulkan pada suatu tempat yang disebut hopper tandan kosong. Abu ketel
dapat dimanfaatkan sebagai bahan penetral limbah cair untuk dijadikan pupuk.
b. Limbah Cair
Proses pengolahan kelapa sawit yang menggunakan uap dan air panas
akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair ini berasal dari kegiatan proses
seperti proses perebusan, pengempaan, pemurnian minyak serta pengolahan inti.
Setelah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan memenuhi Baku
Mutu Lingkungan, limbah dialirkan ke lahan perkebunan melalui saluran-saluran
yang ada. Terdapat kolam pengelolaan limbah di perkebunan Adolina. Kolam
pengelolaan ini terdiri dari kolam pendinginan (cooling pond), primary anaerobic
pond, secondary anaerobic pond, dan final pond.
c. Limbah Gas
Limbah gas pabrik pengolahan kelapa sawit berasal dari stasiun tenaga
sebagai penyedia air panas dan uap. Gas yang terbentuk berasal dari pembakaran
serabut dan cangkang. Komponen pencemar yang terdapat pada gas buang ini,
antara lain debu, NO 2 , SO 2 , H 2 S, NH 3 , Cl, HCl, HF, dan partikulat. Secara teknis,
PTPN IV Unit Usaha Adolina dilengkapi cerobong asap yang digunakan untuk
mengalirkan gas buang hasil pembakaran ke atmosfir dan melakukan prosedur
21

preventif dengan cara menjalankan pengoperasian mesin sesuai standard


operational procedure (SOP).

Kebutuhan Energi dalam Industri dan Pertanian

Kebutuhan energi dalam bidang industri dan pertanian dapat dibagi


menjadi dua golongan, yaitu energi langsung dan energi tidak langsung. Energi
tersebut dibutuhkan sebagai input atau masukan pada proses produksi.
1. Energi Langsung
Energi langsung merupakan energi yang digunakan secara langsung pada
proses produksi yaitu berupa bahan bakar fosil (Abdullah, 1998). Peran energi
langsung sangat besar dalam suatu proses produksi, terutama untuk proses
produksi yang padat energi, hal ini terkait dengan kebutuhan energi listrik dan
bahan bakar yang cukup tinggi.
Jumlah energi bahan bakar yang digunakan untuk beberapa operasi
mekanis pada lahan pertanian dapat dilihat pada Tabel 4, dengan merata-ratakan
antara operasi di tanah ringan dan berat, cuaca basah dan kering serta tanah datar
dan berbukit. Sedangkan nilai energi dari beberapa jenis bahan bakar dapat dilihat
pada Tabel 5.

Tabel 4 Input energi untuk beberapa operasi pertanian


Operasi Energi (MJ/ha)
Membajak (kedalaman 0.2 m) 1180
Mengolah tanah tahap kedua 390
Mengolah tanah dengan rotary 1430
Mengolah tanah ringan 240
Membuat alur 240
Sumber : Leach (1976) dalam Pimentel (1980)

Input energi listrik merupakan input energi yang penting, terutama untuk
proses produksi yang banyak menggunakan motor listrik. Energi listrik yang
dibutuhkan pada tiap jenis proses produksi tidak sama,tergantung dari jenis dan
peralatan produksi yang digunakan.

Tabel 5 Nilai energi per unit beberapa jenis bahan bakar

Sumber Energi Unit Nilai Kalor Input Produksi Nilai Kalor Total
(MJ/unit) (MJ/unit)
Gasolin Liter 32.24 8.08 40.32
Minyak diesel Liter 38.66 9.12 47.78
LPG Liter 26.10 6.16 32.26
Gas alam m3 41.38 8.07 49.45
Batu bara keras Kg 30.32 2.36 32.59
Batu bara ringan Kg 30.29 2.37 32.76
Kayu keras Kg 19.26 1.44 20.70
Kayu lunak Kg 17.58 1.32 18.90
Listrik kWh 3.60 8.39 11.99
Sumber : Cervinka (1980) dalam Rahmat (2001)
22

2. Energi Tidak Langsung


Energi tidak langsung merupakan energi yang digunakan untuk
memproduksi suatu masukan produksi seperti pupuk, pestisida, alat dan mesin.
Jumlah energi langsung dan tidak langsung yang digunakan untuk memproduksi
suatu barang disebut embodied energy. Menurut Fluck (1992), embodied energy
mengacu pada total energi yang diperlukan dalam pembuatan suatu barang.
Embodied energy mengandung arti semua jenis energi yang dibutuhkan untuk
memproduksi suatu barang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tenaga manusia sangat berperan dalam operasi di bidang pertanian,
walaupun mungkin peran tenaga manusia hanya sebagai operator atau tenaga
pembantu. Tenaga manusia dapat digolongkan sebagai energi langsung ataupun
tidak langsung tergantung kepada jenis penggunaannya. Kebutuhan energi dasar
seseorang tergantung ukuran badan, umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, iklim
dan faktor lingkungan lainnya. Kebutuhan energi manusia di berbagai kegiatan
pertanian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian


Kegiatan Kkal/menit MJ/jam
Pra panen
Membersihkan semak 6.1 1.532
Penanaman secara manual 3.2 0.803
Menyiangi rumput 6.1 1.532
Pemanenansecara manual 4.9 1.230
Aplikasi pestisidasecara manual 6.9 1.733
Pengolahan tanah secara mekanis 4.2 1.055
Pengolahan tanah secara manual 6.9 1.733
Memupuksecara manual 6.9 1.733
Mengukur 2.0 0.520
Pembuatan drainase/jalan 6.1 1.532
Pasca panen
Semua kegiatan pengolahan di pabrik 1.4 0.725
Sumber : Stout (1990)

Audit Energi

Audit energi merupakan bentuk analisa energi untuk menghitung jumlah


energi yang digunakan dalam setiap tahap di dalam suatu sistem secara
keseluruhan (Abdullah, 1998). Audit energi bertujuan untuk mempelajari
penggunaan energi pada suatu proses produksi (jumlah energi, jenis sumber energi,
aliran energi) sehingga dapat diketahui strategi yang tepat untuk meningkatkan
efisiensi proses, substitusi energi ke arah penggunaan energi yang lebih efektif,
efisien, dan berwawasan lingkungan.
Menurut PT. KONEBA (1987) dalam Santoso (1999), metode audit energi
terdiri dari dua tahap utama yaitu audit energi awal (preliminary energy audit) dan
audit energi rinci (detailed energy audit). Audit energi awal berupa pengumpulan
data awal dan analisa pendahuluan, yang terdiri dari pengelompokan sumber data,
mengidentifikasi data yang diperlukan, pengumpulan data, analisa data dan
23

pembuatan rencana pengembangan. Audit energi rinci yaitu melakukan


pengukuran terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan
analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara kontinyu maupun alat
yang bersifat tidak tetap.
Menurut Philippines National Oil Company (1986) dalam Santoso (1999),
audit energi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu (1) Primary audit atau
preliminary audit yang terdiri dari kegiatan pencatatan dan analisis pemakaian
energi dengan cara melakukan tinjauan singkat pada fasilitas pabrik dan analisis
kebutuhan serta pembelian bahan bakar minyak. (2) Detailed audit atau maxi
audit yang terdiri dari catatan lengkap pemakaian energi untuk menghitung
tingkat pemakaian energi dan efisiensi. Hal ini mengharuskan penggunaan alat-
alat pengukuran. (3) Plant survey atau mini audit yang terdiri dari identifikasi
energi terpakai, menganjurkan peningkatan pemeliharaan dan praktek
pengoperasian alat secara benar. Mini audit memerlukan pengujian dan
pengukuran jumlah energi terpakai dan energi yang hilang. Mini audit juga
meliputi anjuran dan analisis peluang konservasi energi dengan anggaran yang
relatif murah atau dengan investasi modal yang cukup besar. Waktu pelaksanaan
sangat bervariasi tergantung keadaan pabrik.
Pimentel et al. (1974) dalam Sholahudin (1999) menyebutkan bahwa ada
tiga metode analisis yang digunakan untuk analisis energi, yaitu (1) Analisis
statistik, merupakan metode untuk menentukan energi yang tersimpan per satuan
keluaran dengan menggunakan data statistik, baik untuk memperoleh informasi
maupun yang lebih luas dari itu. (2) Analisis input-output, merupakan metode
analisis secara langsung atau tidak langsung terhadap aliran bahan yang masuk ke
dalam sistem untuk menghasilkan bahan keluaran tertentu dimana aliran bahan ini
dapat dinyatakan sebagai energi utama untuk menghasilkan keluaran tersebut. (3)
Analisis proses, dimana setiap tahapan proses atau kerja dianalisis untuk
menentukan masukannya dan merupakan suatu identifikasi terhadap jaringan
kerja dan proses yang harus diikuti untuk memperoleh produk akhir.
Analisis input-output banyak digunakan secara luas karena memungkinkan
diperolehnya hasil perkiraan yang lebih baik dibandingkan dengan yang diperoleh
melalui analisa statistik (Irwanto, 1996). Hal ini diperjelas oleh Bullard, et al.
(1976) dalam Irwanto (1996) yang mengemukakan bahwa gabungan analisis
proses dengan analisis input-output secara efisien mampu memberikan perkiraan
intensitas energi yang cukup baik. Analisis proses lebih tepat digunakan pada
proses produksi/pabrik, dimana aliran fisik bahan mudah ditelusuri.

Hasil- Hasil Penelitian Audit Energi Pada Proses Produksi CPO

Hasil penelitian Sholahudin (1999) di PTP. Nusantara VIII (Persero) PKS


Kertajaya, Banten Selatan menunjukkan bahwa jumlah energi yang diperlukan
untuk menghasilkan tiap kg CPO yaitu sebesar 18.6680 MJ dengan perincian
energi langsung sebesar 7.1181 MJ dan energi tidak langsung sebesar 11.5499 MJ.
Pada penelitian tersebut, audit energi dilakukan pada kegiatan budidaya kelapa
sawit dan pengolahan TBS menjadi CPO, dengan masukan energi terbagi dua
yaitu energi tidak langsung meliputi energi dari pupuk dan pestisida serta
24

masukan energi langsung yang berasal dari tenaga manusia, bahan bakar minyak,
biomassa, dan listrik.
Tedi Ali Rahmat pada tahun 2002 melakukan penelitian audit energi di
Unit Usaha Rejosari PTPN VII (Persero) Lampung Selatan. Audit energi yang
dilakukan meliputi kegiatan budidaya kelapa sawit, pemanenan, pengangkutan
buah, pengolahan TBS menjadi CPO dan kegiatan yang berlangsung pada sarana
pendukung produksi. Hasil audit energi pada proses pengolahan TBS menjadi
CPO adalah energi tenaga manusia sebesar 1.02 x 10-2 MJ/kg CPO, energi listrik
sebesar 3.97 x 10-1 MJ/kg CPO, energi bahan bakar solar untuk diesel 4.11 x 10-1
MJ/kg CPO dan energi biomassa 9.92 MJ/kg CPO.
Penelitian audit energi oleh Muhammad Rizal Fadly (2003) di PKS Kwala
Sawit PTPN II (Persero) Medan, Sumatera Utara dilakukan pada proses
pengolahan TBS menjadi CPO. Hasil audit energi adalah energi tenaga manusia
sebesar 7.45 x 10-3 MJ/kg CPO, energi listrik sebesar 3.2309 x 10-1 MJ/kg CPO,
energi solar sebesar 2.1746 x 10-1 MJ/kg CPO, dan energi biomassa sebesar 12.62
MJ/kg CPO.
Mutiara (2003) melakukan penelitian tentang audit energi pada proses
pengolahan TBS menjadi CPO di PT. Condong Garut, Jawa Barat. Hasil audit
energi yang dilakukan yaitu konsumsi energi untuk pengolahan TBS menjadi
CPO sebesar 14.7011 MJ/kg CPO.

Tabel 7 Hasil-hasil penelitian audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia

Nama peneliti (Tahun Tempat penelitian Hasil penelitian energi spesifik


penelitian) (Konsumsi energi)
Sholahuddin (1999) PKS Kertajaya 18.6680 MJ/kg CPO
Rahmat (2002) UU Rejosari 15.7550 MJ/kg CPO
Fadli (2003) PKS Kwala Sawit 13.1674 MJ/kg CPO
Mutiara (2003) PT. Condong Garut 14.7011 MJ/kg CPO
25

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha


Adolina Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari 2013 sampai Maret 2013. Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 6.

Penentuan batasan sistem

Penentuan metoda audit

Pre Audit

Audit Rinci

Perbandingan dengan lokasi lain


pada komoditi yang sama

Rekomendasi

Gambar 6 Bagan alir penelitian


26

Persiapan Lahan
Bibit
Pembibitan Pupuk

Mesin dan
peralatan Penanaman
pertanian

Pemeliharaan Bahan bakar

Manusia Pemanenan
Listrik Diesel

Truk Pengangkutan

Mesin dan
peralatan Penerimaan
pengolahan

Perebusan
BPV
Penebahan
Turbin uap

Pelumatan dan Serat dan


pengempaan cangkang
Boiler

WTP
Pemurnian minyak CPO

Keterangan :

Batasan sistem = Input energi langsung =


Aliran proses = Input energi tidak langsung=
Input listrik = Input tenaga manusia =
Input uap =

Gambar 7 Batasan sistem yang diaudit


27

Batasan Sistem

Dalam pelaksanaan audit energi, sistem yang akan diteliti perlu dibatasi.
Batasan sistem yang diaudit didekati dengan asumsi bahwa proses produksi CPO
dimulai dari budidaya kelapa sawit sampai tahap pengolahannya menjadi CPO
yang ditunjang oleh sarana pendukungnya. Hal tersebut dipandang sebagai satu
satuan usaha pabrik. Batasan sistem yang diaudit dapat dilihat pada Gambar 7.
Adapun batasan-batasan lainnya sebagai berikut:
1. Proses produksi untuk menghasilkan CPO dimulai dari kegiatan budidaya
sampai dengan pengolahan TBS menjadi CPO yang ditunjang oleh sarana
pendukungnya, yaitu sarana penyediaan air dan energi. Hal ini dianggap satu
kesatuan sistem produksi.
2. Pengamatan terhadap proses produksi CPO dilakukan secara berurutan
mengikuti proses yang berlangsung.
3. Semua kegiatan dan jalannya proses produksi CPO dianggap tetap setiap
tahunnya dan dalam keadaan normal.
4. Masukan energi biologis tenaga manusia hanya dihitung yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Untuk pegawai administrasi di kantor tidak
diperhitungkan.
5. Masukan energi listrik hanya dihitung untuk kegiatan yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Penggunaan listrik untuk peralatan dan
penerangan kantor serta kebutuhan listrik untuk perumahan karyawan tidak
diperhitungkan sebagai input energi produksi.
6. Masukan energi listrik yang merupakan input energi sekunder dari BBM dan
biomassa, hanya dihitung sebagai input energi pada tiap tahapan produksi yang
mengkonsumsinya.
7. Energi yang berasal dari sistem boiler yaitu uap maupun listrik dari turbin uap
dan generator diesel tidak dianggap sebagai input energi total, yang
diperhitungkan hanya bahan bakar dari kedua sistem pembangkit listrik tersebut.
Tetapi energi listrik untuk setiap tahapan produksi tetap dihitung sebagai input
energi pada tahapan produksi tersebut.
8. Dalam proses produksi CPO, semua embodied energy dari mesin dan peralatan
pabrik serta peralatan bengkel tidak diperhitungkan.
9. Input energi primer dihitung dari masukan energi pupuk, manusia, solar, dan
biomassa. Masukan energi listrik yang merupakan input energi sekunder yang
berasal dari solar dan biomassa hanya dihitung pada tiap tahapan produksi yang
mengkonsumsinya. Input energi primer digunakan untuk menghitung energi
primer riil yang digunakan pada total sistem.
10. Input energi tidak langsung dari pestisida dan bahan kimia pembantu tidak
diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena
kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data
pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi).
28

Metode Audit

Metode audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit energi
awal (preliminary energy audit) yang dilanjutkan ke tahap audit energi rinci
(detailed energy audit). Tahapan audit awal yang dilakukan adalah persiapan
kelengkapan kerja, identifikasi data yang diperlukan, pengumpulan data-data
mengenai produksi dan energi yang digunakan dalam proses produksi (jenis dan
sumber energi). Sedangkan tahapan audit rinci yang dilakukan yaitu melakukan
pengukuran terhadap alat dan mesin yang digunakan dalam proses produksi CPO
(mulai dari produksi kelapa sawit sampai dengan pengolahannya menjadi CPO),
serta analisis energi pada sistem produksi tersebut.
Metode analisis energi yang digunakan yaitu metode analisis proses.
Setiap tahapan proses dianalisis untuk menentukan masukan energi dan analisis
ini merupakan suatu identifikasi terhadap jaringan kerja dan proses yang harus
diikuti untuk memperoleh produk akhir.
Audit energi dimulai dengan menentukan batasan sistem yang diaudit,
kemudian menghitung semua input yang termasuk ke dalam sistem,
mengidentifikasi output yang dihasilkan dalam satuan yang sama sehingga
diperoleh jumlah energi produksi dalam satuan MJ/kg CPO. Langkah selanjutnya
yaitu menghitung efisiensi dari tiap tahapan proses produksi sekaligus mendeteksi
bagian/peralatan yang tidak/kurang efisien, sehingga upaya penghematan dapat
dilakukan.

Parameter Pengukuran

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah:


1. Kebutuhan Energi Manusia
Data yang digunakan meliputi jumlah tenaga kerja tiap tahapan
produksi, hari kerja orang (HKO), jumlah jam kerja, jumlah produksi CPO
dan nilai kalor biologis manusia.
2. Kebutuhan Energi Listrik
Data yang digunakan meliputi jenis alat, jumlah alat, lama
penggunaan alat, daya, tegangan dan arus listrik yang terpasang dan
terukur, faktor daya listrik, efisiensi dan jumlah produksi CPO.
3. Kebutuhan Energi Biomassa
Data yang digunakan meliputi jumlah cangkang dan serat yang
dihasilkan dan dikonsumsi, nilai kalor cangkang dan serat, waktu operasi
ketel uap, suhu air umpan, entalpi air umpan, suhu uap, tekanan uap,
entalpi uap dan jumlah produksi CPO.
4. Kebutuhan Energi Bahan Bakar Solar
Data yang digunakan meliputi konsumsi solar, nilai kalor solar, dan
jumlah produksi CPO.
29

5. Kebutuhan Energi Pupuk


Data yang digunakan meliputi konsumsi pupuk pada kegiatan
budidaya tanaman, nilai kalor jenis pupuk yang digunakan dan produksi
TBS per hektar.
6. Kebutuhan Energi Pestisida
Data yang digunakan meliputi konsumsi pestisida pada kegiatan
pemberantasan hama dan penyakit serta produksi TBS per hektar.
7. Efisiensi Penggunaan Energi
Data yang digunakan dalam menentukan efisiensi penggunaan
energi adalah energi input, energi berguna, kapasitas terukur dan kapasitas
terpasang pada setiap tahapan produksi.

Metode Pengambilan Data

1. Pengumpulan data primer


a. Pengamatan dan pengukuran pada proses budidaya sawit. Data yang
diambil yaitu spesifikasi alat, jumlah konsumsi solar, dan waktu
penggunaan alat dalam proses budidaya.
b. Pengukuran dan pengamatan pada proses pengangkutan kelapa sawit.
Data yang diambil yaitu jenis kendaraan, konsumsi solar, jarak tempuh,
jumlah trip pengangkutan, jumlah TBS terangkut, jumlah tenaga kerja dan
jam kerjanya.
c. Pengamatan dan pengukuran pada peralatan yang menggunakan listrik
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan setiap hari selama tiga hari. Data yang
diambil adalah kuat arus listrik terukur pada setiap alat/mesin.
d. Pengamatan dan pengukuran pada turbin uap dilakukan sebanyak lima
kali ulangan per hari dengan selang waktu satu jam selama tujuh hari. Data
yang diambil pada turbin uap adalah tekanan uap dan suhu uap. Alat yang
digunakan adalah alat yang terpasang di ruang mesin (engine room).
e. Pengamatan dan pengukuran pada mesin pembangkit tenaga diesel
dilakukan sebanyak lima kali ulangan per hari dengan selang waktu selama
satu jam selama tujuh hari. Data yang diambil yaitu tegangan dan arus
terukur. Alat yang digunakan adalah alat yang terpasang di ruang mesin.
f. Pengamatan dan pengukuran pada boiler, data yang diambil yaitu jumlah
serat dan cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar boiler, nilai kalor
cangkang dan serat, spesifikasi boiler, waktu operasi boiler, suhu uap,
tekanan uap, laju uap, suhu air umpan, laju air umpan, suhu BPV, tekanan
BPV, dan jumlah produksi CPO yang dihasilkan pada kurun waktu operasi
boiler.
g. Pengamatan dan pengukuran pada stasiun penyediaan air meliputi daya
terukur, arus terukur, tegangan terukur dan waktu operasi alat.

2. Pengumpulan data sekunder


a. Data produksi CPO dan pemakaian bahan bakar minyak selama lima
tahun terakhir.
30

b. Nilai kalor biologis manusia, pengambilan data berdasarkan referensi


Stout (1990).
c. Nilai kalor bahan bakar solar berdasarkan referensi Cervinka (1980).
d. Data embodied energy pada pupuk dan pestisida.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah TBS, CPO, cangkang,
serat, air dan bahan bakar solar. Alat yang digunakan adalah seluruh peralatan
produksi serta alat ukur yang terpasang di jembatan timbang, ruang mesin, alat
ukur yang terpasang pada alat produksi, tang ampere, bomb calorimeter.

Perhitungan dan Analisis Data

Perhitungan terhadap masukan energi yang digunakan, dilakukan dengan


memasukkan variabel pada persamaan yang telah ditentukan dan semua satuan
dikonversikan pada satuan MJ ( Mega Joule).
Persamaan yang dipakai dalam perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Energi Biologis Manusia
Kebutuhan energi biologis manusia dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Mutiara, 2003):
Etm = ( n x T x Nem)/ Jcpo...(1)
Keterangan :
Etm = konsumsi energi tenaga biologis manusia dalam kegiatan
pengolahan CPO tiap kilogram (MJ/kg CPO),
n = jumlah tenaga kerja tiap tahapan produksi,
T = waktu kerja orang per hari (jam/hari),
Nem = nilai kalor manusia (MJ); 0.725 MJ/jam untuk pengolahan di
pabrik (Stout, 1990)
Jcpo = jumlah produksi CPO per hari (kg/hari)

2. Kebutuhan Energi Biomassa


Jumlah energi biomassa yang digunakan untuk bahan bakar boiler
dihitung dengan persamaan:
Ebb = JBB x NK(2)
Keterangan :
Ebb = Energi bahan bakar (kJ)
JBB = Jumlah bahan bakar (kg/jam)
NK = Nilai kalor bahan bakar (kJ/kg)

3. Kebutuhan Energi Bahan Bakar Solar


Solar digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga diesel. Jumlah
energi bahan bakar solar dalam kegiatan pengolahan untuk memproduksi tiap
kilogram CPO adalah :
Ebs = ( n x t x N )/Jcpo..(3)
31

Keterangan :
Ebs = bahan bakar solar untuk memproduksi tiap kg CPO (MJ/kg CPO)
n = kebutuhan solar tiap jam (liter/jam)
t = jam jalan pembangkit tenaga diesel (jam/hari)
N = nilai kalor bahan bakar solar (MJ/liter); 47.78 MJ/liter (Cervinka
dalam Pimentel, 1980 dalam Mutiara, 2003)

4. Kebutuhan Energi Listrik


Besarnya energi listrik yang digunakan untuk memproduksi tiap kg CPO
didekati dengan persamaan berikut :
E = (P x T x )/ Jcpo..(4)

Untuk menghitung nilai daya listrik (fasa tiga) digunakan persamaan


berikut.
P = V x I x cos 3 .........(5)
Keterangan :
E = energi listrik yang diukur yang digunakan untuk memproduksi
tiap kg CPO (MJ/kg CPO)
P = daya motor/mesin terukur (kW)
T = waktu pemakaian alat (jam)
1 kWjam = 3.6 MJ
= efisiensi alat
V = tegangan (volt)
I = arus (ampere)
cos = faktor daya

5. Kebutuhan Energi Pupuk


Besarnya energi pupuk yang digunakan pada semua tahapan produksi
kelapa sawit di kebun dihitung dengan persamaan :
()
Epp =
.(6)
Maka jumlah energi pupuk untuk memproduksi tiap kilogram CPO dapat
dihitung menggunakan persamaan :

Epp (tot) = ...(7)
Dimana :
Epp (tot) = jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi
CPO tiap kilogram (MJ/kg CPO)
Epp = jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi
tiap kilogram TBS (MJ/kg TBS)
Kpp (i) = konsumsi pupuk pada tahap ke-I (kg/ha)
Nepp = nilai embodied energy pupuk (MJ/kg)
Jtbs = jumlah produksi TBS per hektar (kg/ha)
Rd = rendemen (%); perbandingan berat TBS yang diolah (kg)
denganberat CPO yang dihasilkan (kg), yang digunakan
sebagai faktor konversi.
i = 1,2,3,.
32

6. Kebutuhan Energi Pestisida


Besarnya energi pestisida yang digunakan pada semua tahapan produksi
kelapa sawit di kebun dihitung dengan persamaan :
()
Epe =
..(8)
Maka jumlah energi pestisida untuk memproduksi tiap kilogram CPO
dapat menggunakan persamaan :

Epe (tot) = ...(9)
Dimana :
Epe (tot) = jumlah energi pestisida yang digunakan untuk
memproduksi CPO tiap kilogram (MJ/kg CPO)
Epe =jumlah energi pestisida yang digunakan untuk
memproduksi tiap kilogram TBS (MJ/kg TBS)
Kpe (i) = konsumsi pestisida pada tahap ke-I (kg/ha)
Nepe = nilai embodied energy pestisida (MJ/kg)
Jtbs = jumlah produksi TBS per hektar (kg/ha)
Rd = rendemen (%); perbandingan berat TBS yang diolah (kg)
dengan berat CPO yang dihasilkan (kg), yang digunakan
sebagai faktor konversi.
i = 1,2,3,.

7. Penggunaan Energi
Perhitungan pada penggunaan energi adalah sebagai berikut :
a. Efisiensi riil, perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah
energi input, dengan persamaannya:
Eff.riil = (UE/IE) x 100%... (10)
Keterangan :
Eff. riil = efisiensi riil penggunaan energi (%)
UE = energi berguna (MJ)
IE = input energi (MJ)
b. Efisiensi teknis, perbandingan antara kapasitas alat terukur dengan
kapasitas alat terpasang, dengan persamaannya:

kapasitas alat terukur


Efisiensi teknis = x 100%................................(11)
kapasitas alat terpasang

Analisis data dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran


terhadap jalannya proses produksi CPO. Data yang diperoleh dimasukkan ke
dalam persamaan yang telah ditentukan, sehingga diperoleh nilai konsumsi energi
pada tiap tahapan proses produksi. Kebutuhan total energi untuk menghasilkan
tiap kg CPO merupakan jumlah konsumsi energi pada tiap tahapan produksi.
33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Perkebunan


Nusantara IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara

Konsumsi energi primer yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg CPO


di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina tanpa menghitung masukan
energi dari pestisida dan bahan kimia pembantu pada kapasitas pengolahan 30 ton
TBS/jam dengan rendemen TBS menjadi CPO sebesar 23.527% adalah sebesar
13.4106 MJ. Nilai konsumsi energi tersebut lebih kecil dibanding dengan hasil
penelitian di PTPN VII Unit Usaha Rejosari (Rahmat, 2002) dan PTPN VIII PKS
Kertajaya (Sholahudin, 1999) masing-masing sebesar 15.7550 MJ/kg CPO dan
18.6680 MJ/kg CPO. Namun, konsumsi energi di UU Adolina lebih besar
dibandingkan dengan hasil penelitian di PTPN II PKS Kwala Sawit (Fadly, 2003)
sebesar 13.1674 MJ/kg CPO. Konsumsi energi primer pada produksi CPO di UU
Adolina dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PKS Adolina

Jenis energi Konsumsi energi (MJ/kg CPO) Persentase


Budidaya Panen Pengangkutan Pengolahan Total (%)
dan sarana
pendukung
A.Energi
langsung
1. Solar 0.01546 - 0.3958 0.0207 0.4319 3.22
2. Biomassa - - - 10.410 10.410 77.63
B. Energi
tidak langsung
1. Pupuk 2.2267 - - - 2.2267 16.60
2. Pestisida1 - - - - - -
C. Energi 0.3117 0.00314 0.0258 0.00139 0.342 2.55
manusia
Total 2.55386 0.00314 0.4216 10.432 13.4106
Persentase 19.04 0.0234 3.144 77.79 100.00
1) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan
kebutuhan energi produksi karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan
disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit
energi) pada Tabel 16.

Input energi terbesar berasal dari biomassa sebesar 10.410 MJ/kg CPO
atau 77.63% dari total masukan energi primer. Input energi terkecil berasal dari
penggunaan tenaga manusia sebesar 0.342 MJ/kg CPO atau 2.55% dari total
masukan energi primer. Tahapan produksi yang mengkonsumsi energi primer
terbesar yaitu tahapan kegiatan pengolahan TBS serta sarana pendukung sebesar
10.432 MJ/kg CPO atau sebesar 77.79% dari total konsumsi energi primer.
Tahapan produksi yang paling kecil dalam mengkonsumsi energi yaitu tahapan
pemanenan sebesar 0.00314 MJ/kg CPO atau sebesar 0.0234% dari total
konsumsi energi primer.
34

Besarnya konsumsi energi pada setiap tahapan produksi setelah input


energi solar dan biomassa pada stasiun penyediaan energi sudah dikonversikan
menjadi energi listrik, sehingga input yang diperhitungkan sudah berupa energi
listrik disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa
konsumsi energi total produksi adalah 9.207 MJ/kg CPO. Masukan energi terbesar
berasal dari energi uap sebesar 5.92 MJ/kg CPO atau sebesar 64.29% dari total
masukan energi. Tahapan produksi yang mengkonsumsi energi paling besar
adalah tahapan pengolahan TBS sebesar 5.442 MJ/kg CPO atau sebesar 59.11%
dari total konsumsi energi, sedangkan tahapan yang paling kecil dalam
mengkonsumsi energi adalah tahapan pemanenan sebesar 0.00314 MJ/kg CPO
atau sebesar 0.034% dari total konsumsi energi.

Tabel 9 Konsumsi energi finalpada setiap tahapan produksi CPO di UU Adolina


setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi menjadi
listrik

Jenis energi Konsumsi energi (MJ/kg CPO) (%)


Budidaya Panen Pengangkutan Pengolahan Sarana Total
TBS pendukung
A.Energi
langsung
1. Solar 0.01546 - 0.3958 - - 0.4112 4.46
2. Listrik - - - 0.1818 0.1251 0.3069 3.33
3. Uap - - - 5.26 0.66 5.92 64.29
B. Energi
tidak
langsung
1.Pupuk 2.2267 - - - - 2.2267 24.18
2.Pestisida1 - - - - - - -
C.Energi 0.3117 0.00314 0.0258 0.000891 0.000498 0.342 3.71
manusia
Total 2.5538 0.00314 0.4216 5.442 0.785 9.207
Persentase 27.74 0.034 4.58 59.11 8.526 100.00
1) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan
kebutuhan energi produksi karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan
disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit
energi) pada Tabel 16.

Pada kegiatan budidaya kelapa sawit di PKS Adolina, konsumsi energi


terbesar diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan TM sebesar 1.6479 MJ/kg CPO
atau sebesar 64.54% dari total konsumsi energi pada kegiatan budidaya. Kegiatan
yang paling kecil mengkonsumsi energi yaitu kegiatan persiapan lahan sebesar
0.0024 MJ/kg CPO atau 0.094% dari total konsumsi energi pada kegiatan
budidaya. Konsumsi energi pada kegiatan budidaya disajikan pada Tabel 10.
Rincian konsumsi energi pada kegiatan budidaya dapat dilihat pada Lampiran 5
sampai 10.
35

Tabel 10 Konsumsi energi pada tahapan budidaya

Jenis energi Konsumsi energi (MJ/kg CPO) Total (%)


Pemb. Pemb. Pers. Tanam Pem. Pem.
Pre Main Lahan TBM TM
A. Energi
langsung
1. Solar 0.00773 0.00773 - - - - 0.01546 0.6055
B. Energi
tidak
langsung
1. Pupuk 0.00508 0.0621 - 0.04550 0.4840 1.63 2.2267 87.21
2. Pestisida1 - - - - - - - -
C. Energi 0.0482 0.2190 0.0024 0.00045 0.0237 0.0179 0.3117 12.21
manusia
Total 0.06101 0.2883 0.0024 0.04595 0.5077 1.6479 2.55326
Persentase 2.389 11.29 0.094 1.799 19.88 64.54 100
1) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan
kebutuhan energi produksi karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan
disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit
energi) pada Tabel 16.

Pemanenan yang dilakukan di Kebun Adolina hanya menggunakan input


energi berupa tenaga manusia sebesar 0.00314 MJ/kg CPO. Pada kegiatan
pengangkutan TBS, digunakan tenaga manusia dengan energi sebesar 0.02580
MJ/kg CPO dan penggunaan solar sebesar 0.3958 MJ/kg CPO.
Konsumsi energi yang digunakan untuk proses pengolahan TBS menjadi
CPO dapat dilihat pada Tabel 11. Pada kegiatan ini, masukan energi terbesar
berasal dari energi uap sebesar 5.26 MJ/kg CPO. Tahapan kegiatan pengolahan
TBS yang paling besar dalam mengkonsumsi energi listrik dan manusia adalah
tahapan pengempaan sebesar 0.069 MJ/kg CPO atau sebesar 37.79% dari total
masukan energi listrik dan manusia untuk pengolahan.

Tabel 11 Konsumsi energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO

Kegiatan E. listrik E. manusia E. solar E. uap Total Persentase


(MJ/kg CPO) (MJ/kg CPO) (MJ/kg (MJ/kg (MJ/kg (%)
CPO) CPO)1 CPO)
Penerimaan buah 0.00042 0.00021 - - 0.00063 0.34
Perebusan 0.0077 0.00031 - - 0.00801 4.38
Penebahan 0.0486 0.00010 - - 0.04870 26.67
Pengempaan 0.0689 0.00010 - - 0.06900 37.79
Pemurnian minyak 0.0561 0.00015 - - 0.05625 30.80
Total 0.1818 0.00089 - - 0.18259
Persentase 99.56 0.487 - - 100.00
1) Input energi dari uap tidak disajikan secara rinci dalam setiap kegiatan atau stasiun
pengolahan karena kurangnya data pendukung, namun total input energi uap yang
digunakan dalam pengolahan TBS menjadi CPO adalah sebesar 5.26 MJ/kg CPO.
36

Pada sarana pendukung, stasiun penyediaan energi mengkonsumsi energi


paling besar yaitu 0.7325 MJ/kg CPO atau sebesar 90.85% dari total masukan
energi untuk sarana pendukung. Stasiun pendukung di PKS Adolina
mengkonsumsi energi listrik sebesar 0.1251 MJ/kg CPO, energi manusia sebesar
0.000498 MJ/kg CPO, energi uap sebesar 0.66 MJ/kg CPO, dan energi solar
sebesar 0.0207 MJ/kg CPO. Energi yang paling besar penggunaannya pada
stasiun pendukung adalah energi uap dengan persentase sebesar 81.85% dari total
masukan energi untuk sarana pendukung. Bahan bakar solar digunakan sebagai
input energi untuk menggerakkan generator diesel untuk menghasilkan energi
listrik pada kegiatan pengolahan TBS.

Tabel 12 Konsumsi energi pada sarana pendukung

Kegiatan Energi Energi Energi Energi Total Bahan Persentase


listrik manusia uap solar (MJ/kg kimia (%)
1
(MJ/kg (MJ/kg (MJ/kg (MJ/kg CPO) pembantu
CPO) CPO) CPO) CPO)
Penyediaan 0.0516 0.000314 0.66 0.0207 0.7325 - 90.85
energi
Penyediaan 0.0735 0.000184 - - 0.0738 - 9.153
air
Total 0.1251 0.000498 0.66 0.0207 0.8063 -
Persentase 15.51 0.062 81.85 2.57 - 100
1) Input energi tidak langsung dari bahan kimia pembantu tidak diperhitungkan dalam
perhitungan kebutuhan energi produksi karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap
diaudit dan disajikan sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan
satuan unit energi) pada Tabel 17.
37

Ma = 0.0482 Bibit
Pu = 0.00508
So = 0.00773
*Pe =- Pemb.Pre nursery
Ma = 0.219
Pu = 0.0621 Pemb.Main nursery
So = 0.00773
*Pe =-

Ma = 0.0024 Persiapan lahan


*Pe = -

Ma = 0.00045 Penanaman
Pu = 0.04550

Ma = 0.0237 Pemeliharaan TBM


Pu = 0.4840
*Pe = -
Pemeliharaan TM
Ma = 0.0179
Pu = 1.6300
*Pe = -
Pemanenan
Ma = 0.00314

Ma = 0.0258 Pengangkutan TBS Penyediaan Ma = 0.000184


So = 0.3958
air Li = 0.07350
*Ba = -
Ma = 0.00021 Penerimaan buah
Li = 0.00042

Ma = 0.00031 Perebusan Ma = 0.000314


Li = 0.00770 Penyediaan Li = 0.051600
energi So = 0.020700
Penebahan Bi = 10.4100
Ma = 0.0001 *Ba = -
Li = 0.04860 Uap = 0.66

Ma = 0.0001 Pengempaan
Li = 0.06890

Ma = 0.00015
Pemurnian
Li = 0.05610

CPO

Ket : Ma = energi biologis manusia (MJ/kg CPO), Li = energi listrik (MJ/kg CPO)
Pu = energi pupuk (MJ/kg CPO), Bi = energi biomassa (MJ/kg CPO)
So = energi solar (MJ/kg CPO), Ba = bahan kimia pembantu
Pe = energi pestisida, U = energi uap (MJ/kg CPO)
*Pestisida dan bahan kimia pembantu tidak diperhitungkan dalam
perhitungan kebutuhan energi produksi karena kurangnya data pendukung.

Gambar 8 Aliran energi pada produksi CPO di UU Adolina


38

Dari analisis yang dilakukan maka dibuat aliran energi pada setiap tahapan
produksi CPO seperti yang disajikan pada Gambar 8. Kebutuhan energi pada
proses produksi CPO di PKS Adolina, Sumatera Utara dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Tenaga Manusia
Tenaga manusia memiliki peranan penting pada setiap proses pengolahan TBS
menjadi CPO. Peranan tersebut dapat dilihat dari adanya penggunaan tenaga
manusia mulai dari kegiatan budidaya, pemanenan, pengangkutan buah,
pengolahan TBS menjadi CPO, dan pada stasiun pendukung produksi. Total
penggunaan energi manusia pada proses produksi CPO di PKS Adolina adalah
sebesar 0.342028 MJ/kg CPO. Penggunaan tenaga manusia yang paling besar
adalah pada kegiatan budidaya sebesar 0.3117 MJ/kg CPO atau sebesar
91.13% dari total konsumsi tenaga manusia. Pada kegiatan budidaya kelapa
sawit, tahapan kegiatan yang paling banyak mengkonsumsi energi adalah
pembibitan main nursery sebesar 0.21900 MJ/kg CPO atau sebesar 70.26%
dari total konsumsi tenaga manusia pada kegiatan budidaya. Sedangkan
konsumsi energi manusia terkecil yaitu pada tahap penanaman sebesar
0.00045 MJ/kg CPO atau 0.144% dari total konsumsi tenaga manusia pada
kegiatan budidaya.

Tabel 13 Konsumsi energi manusia pada setiap tahapan produksi


Kegiatan Konsumsi Persentase Persentase Total
energi (MJ/kg terhadap (%)
CPO) jumlah (%)
A. Budidaya 91.13
-Pembibitan pre nursery 0.04820 15.46
-Pembibitan main nursery 0.21900 70.26
-Persiapan lahan 0.00245 0.786
-Penanaman 0.00045 0.144
-Pemeliharaan TBM 0.02370 7.603
-Pemeliharaan TM 0.01790 5.743
Jumlah 0.3117 100
B. Pemanenan 0.00314 100 0.918
C. Pengangkutan buah 0.02580 100 7.543
D. Pengolahan TBS 0.260
-Penerimaan buah 0.00021 23.59
-Perebusan 0.00031 34.83
-Penebahan 0.00010 11.79
-Pengempaan 0.00010 11.79
-Pemurnian minyak 0.00015 17.68
Jumlah 0.00089 100
E. Sarana Pendukung 0.145
-Penyediaan air 0.000184 36.95
-Penyediaan energi 0.000314 63.05
Jumlah 0.000498 100
Total 0.342028 100 100.00
39

Jumlah penggunaan tenaga manusia untuk kegiatan budidaya tanaman


kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara
lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan tenaga manusia di PT. Condong
Garut (Wibowo Ari, 2008) sebesar 4.682 MJ/kg CPO. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan jenis pekerjaan yang dilakukan misalnya untuk pekerjaan
persiapan lahan di PKS Condong Garut masih dilakukan secara manual,
sedangkan di UU Adolina sudah dilakukan secara semi mekanis.
Kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Adolina mengkonsumsi
tenaga manusia sebesar 0.00089 MJ/kg CPO atau sebesar 0.26% dari total
penggunaan tenaga manusia untuk seluruh proses produksi CPO. Tahapan
kegiatan pada proses pengolahan TBS yang paling besar dalam mengkonsumsi
tenaga manusia adalah tahapan perebusan sebesar 0.00031 MJ/kg CPO atau
34.83% dari total penggunaan tenaga manusia untuk kegiatan pengolahan.
Sedangkan tahapan yang paling kecil dalam penggunaan tenaga manusia pada
proses pengolahan TBS adalah tahapan penebahan dan pengempaan sebesar
0.0001 MJ/kg CPO atau 11.79% dari total penggunaan tenaga manusia untuk
kegiatan pengolahan.

2. Pupuk
Pupuk merupakan salah satu energi yang digunakan dan berperan dalam
proses produksi CPO terutama pada kegiatan budidaya kelapa sawit. Jenis pupuk
yang digunakan di UU Adolina adalah Urea, NPK, Kieserite, SP 36, Rock
Phosphate, Potash, Dolomite, dan ZA. Konsumsi energi pupuk dapat dilihat pada
Tabel 14. Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah konsumsi energi pupuk pada
kegiatan budidaya adalah sebesar 2.22668 MJ/kg CPO dimana konsumsi energi
pupuk terbesar terdapat pada kegiatan pemeliharaan TM, yaitu sebesar 1.63 MJ/kg
CPO atau 73.20% dari total konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya.
Sedangkan tahapan yang paling kecil dalam mengkonsumsi energi pupuk adalah
tahapan pembibitan pre nursery dengan energi sebesar 0.00508 MJ/kg CPO atau
0.228% dari total konsumsi energi pupuk keseluruhan.

Tabel 14 Konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya

Kegiatan Konsumsi energi (MJ/kg Persentase (%)


CPO)
- Pembibitan pre nursery 0.00508 0.228
- Pembibitan main nursery 0.06210 2.789
- Persiapan lahan - -
- Penanaman 0.04550 2.043
- Pemeliharaan TBM 0.48400 21.73
- Pemeliharaan TM 1.63000 73.20
Jumlah 2.22668 100.00

Konsumsi energi pupuk di UU Adolina lebih kecil dibandingkan dengan


UU Rejosari (Rahmat, 2002) sebesar 4.925 MJ/kg CPO. Banyak faktor yang
mempengaruhi dalam penggunaan pupuk ini, di antaranya adalah jenis tanah,
kondisi iklim, dan kondisi tanaman.
40

3. Bahan Bakar Minyak (Solar)


Bahan bakar minyak yang digunakan dalam proses produksi CPO di UU
Adolina adalah solar. Penggunaan solar tersebut antara lain adalah untuk bahan
bakar pompa air pada tahapan kegiatan pembibitan pre nursery dan main nursery,
bahan bakar truk untuk pengangkutan TBS ke pabrik, serta sebagai bahan bakar
generator diesel untuk penyediaan energi. Konsumsi energi solar di UU Adolina
dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Konsumsi energi solar

Kegiatan Konsumsi energi (MJ/kg Persentase (%)


CPO)
- Pembibitan pre nursery 0.00773 1.78
- Pembibitan main nursery 0.00773 1.78
- Pengangkutan TBS 0.39580 91.6
- Penyediaan energi 0.02070 4.79
Total 0.43196 100

Nilai energi bahan bakar solar yang digunakan adalah 47.78 MJ/liter. Dari
hasil perhitungan, diperoleh nilai konsumsi energi solar di UU Adolina adalah
0.43196 MJ/kg CPO. Konsumsi energi solar terbesar terdapat pada proses
pengangkutan TBS sebesar 0.39580 MJ/kg CPO atau 91.6% dari total penggunaan
energi solar. Tahapan kegiatan yang mengkonsumsi energi solar paling kecil
adalah pembibitan pre nursery dan main nursery sebesar masing-masing sebesar
0.00773 MJ/kg CPO atau sebesar 1.78% dari total penggunaan energi solar.
Pada tahapan kegiatan pengangkutan TBS, jumlah konsumsi energi solar
di UU Adolina lebih besar dibandingkan dengan UU Rejosari (Rahmat, 2002)
yaitu sebesar 0.209 MJ/kg CPO. Tingkat konsumsi yang berbeda ini dipengaruhi
oleh jarak antara kebun dan pabrik, kondisi jalan, kapasitas angkut dari mobil
pengangkut, serta kondisi dari mobil pengangkut yang bersangkutan.

4. Pestisida
Penggunaan pestisida di UU Adolina mencakup beberapa jenis, yaitu
herbisida, fungisida, dan insektisida. Herbisida yang digunakan adalah Glyphosate
yang digunakan dalam pembibitan main nursery dan persiapan lahan serta
2.4.D.Amine yang digunakan dalam pemeliharaan TM. Herbisida ini digunakan
untuk membasmi gulma khususnya rumput ilalang yang dapat mengganggu
pertumbuhan kelapa sawit. Fungisida yang digunakan yaitu Marfu P yang
digunakan pada pembibitan pre nursery. Fungisida digunakan untuk mencegah
pertumbuhan jamur pada kecambah. Insektisida yang digunakan yaitu
Karbosulfan pada pembibitan pre nursery, Marshal dan Mantene yang dipakai
pada pemeliharaan TBM. Insektisida digunakan untuk memberantas ulat api, ulat
kantong ataupun serangga pengganggu lainnya.
Konsumsi pestisida yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan
bahan untuk tiap 1 ha dan kg TBS yang dihasilkan karena kurangnya data
pendukung untuk nilai kalor produksi pestisida. Konsumsi pestisida dalam
kegiatan budidaya dapat dilihat pada Tabel 16.
41

Tabel 16 Konsumsi pestisida pada kegiatan budidaya

Kegiatan Nama Pemakaian Jumlah (bahan/kg


pestisida TBS)
(bahan/ha)
- Pemb. Pre nursery - Marfu P 70 kg 1.9 x 10-4 kg
- Karbosulfan 3 kg 8.16 x 10-6kg
- Pemb. Main nursey Glyphosate (0.4%) 5 kg 1.36 x 10-5 kg
- Persiapan lahan Glyphosate 6 kg 1.63 x 10-5kg
- Pemeliharaan TBM - Marshal 56 0.65 kg 1.77 x 10-6 kg
- Mantene 3.08 kg 8.37 x 10-6 kg
- Pemeliharaan TM 2.4. D. Amine 0.05 kg 1.36 x 10-7 kg
Jumlah 2.38 x 10-4 kg

5. Bahan Kimia Pembantu


Beberapa bahan kimia pembantu digunakan dalam proses produksi CPO di
UU Adolina. Bahan kimia pembantu ini digunakan untuk penyediaan air, yaitu
pada proses external treatment dan internal treatment. Pada external treatment,
bahan yang digunakan yaitu tawas yang berfungsi untuk menjernihkan air. Pada
internal treatment, bahan yang digunakan adalah WITCO BWT 2200 yang
digunakan untuk mengatur alkali air, WITCO BWT 2041 yang digunakan untuk
mencegah terjadinya kerak pada boiler, dan WITCO BWT 2430 yang digunakan
sebagai pengikat oksigen dalam air. Konsumsi bahan pembantu kimia yang
dikonsumsi hanya dihitung sebagai kebutuhan bahan tiap kilogram CPO yang
dihasilkan, karena kurangnya data pendukung untuk nilai kalor produksi bahan
kimia pembantu. Pemakaian bahan kimia pembantu dalam penyediaan air dapat
dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air

Tempat Nama bahan Jumlah (bahan/kg CPO)


External treatment Tawas 1.81 x 10-4 kg
Internal treatment WITCO BWT 2200 2.53 x 10-5 lt
WITCO BWT 2041 7.17 x 10-5 lt
WITCO BWT 2430 2.95 x 10-5 lt

6. Listrik
Input energi listrik pada kegiatan pengolahan CPO dan sarana pendukung
di UU Adolina berasal dari turbin uap dan generator diesel tanpa menggunakan
pasokan listrik dari PLN. Konsumsi energi listrik pada proses produksi CPO di
UU Adolina dapat dilihat pada Tabel 18. Total energi listrik yang dikonsumsi
adalah 0.3069 MJ/kg CPO. Bagian yang terbesar mengkonsumsi energi listrik
adalah kegiatan pengolahan TBS sebesar 0.1818 MJ/kg CPO atau sebesar 59.23%
dari total konsumsi energi listrik. Penggunaan energi listrik secara rinci pada tiap
tahapan produksi di UU Adolina dapat dilihat pada Lampiran 14 .
Konsumsi energi listrik total di UU Adolina lebih kecil dibandingkan
dengan UU Rejosari sebesar 0.3969 MJ/kg CPO. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan penggunaan energi listrik yang berbeda tergantung dari kondisi
42

peralatan yang digunakan, cara pengoperasian peralatan, dan kapasitas riil


pengolahan. Efisiensi teknis peralatan pengolahan TBS yang digunakan adalah
75.05% dan efisiensi teknis peralatan pada sarana pendukung adalah 70.41%
sehingga efisiensi total peralatan yang digunakan dalam proses produksi CPO di
UU Adolina adalah 72.73%. Nilai efisiensi teknik ini lebih kecil dibandingkan
dengan UU Rejosari dimana efisiensi teknisnya adalah 73.65%. Hal ini
dipengaruhi oleh umur dan kondisi motor listrik ataupun peralatan yang
digunakan.

Tabel 18 Konsumsi energi listrik pada pengolahan dan sarana pendukung

Kegiatan Konsumsi Persentase Persentase


energi (MJ/kg terhadap total (%)
CPO) jumlah (%)
A. Pengolahan TBS
- Penerimaan buah 0.00042 0.231
- Perebusan 0.00770 4.235
- Penebahan 0.04860 26.73
- Pengempaan 0.06890 37.89
- Pemurnian minyak 0.05610 30.86
Jumlah 0.18180 100 59.23
B.Sarana pendukung
- Penyediaan air 0.07350 58.75
- Penyediaan energi 0.05160 41.25
Jumlah 0.12510 100 40.76
Total 0.30690 100

Efisiensi teknis dari setiap peralatan dan mesin-mesin produksi dihitung


berdasarkan perbandingan antara daya yang terukur dengan daya yang terpasang.
Berikut ini adalah penyajian efisiensi teknis dari setiap mesin-mesin produksi.

Tabel 19 Efisiensi teknis peralatan dan mesin produksi CPO di setiap stasiun
pengolahan
Kegiatan Daya terukur Daya terpasang Efisiensi teknis (%)
(kW) (kW)
A. Pengolahan TBS
-Penerimaan buah 5.1 5.5 92.73
-Perebusan 8.42 10.9 77.45
-Penebahan 6.20 10.23 60.23
-Pengempaan 15.61 22.38 69.73
-Pemurnian minyak 8.21 10.93 75.12
B. Sarana pendukung
-Penyediaan air 14.93 17.67 84.49
-Penyediaan energi 9.64 17.11 56.34
Total 72.73
43

Nilai efisiensi teknis alat di UU Adolina lebih kecil bila dibandingkan


dengan efisiensi teknis alat di UU Rejosari (Rahmat, 2002) sebesar 73.65% tetapi
lebih besar dibandingkan dengan efisiensi teknis alat PMKS Condong Garut
(Wibowo, 2008) sebesar 47.69%.

Boiler
Turbin Generator listrik

BPV uap Pengolahan

Gambar 9 Bagan alir listrik

7. Biomassa
Biomassa digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap dimana biomassa
tersebut berupa serat (fibre) dan cangkang (shell) yang dihasilkan dari proses
pengolahan. Komposisi yang digunakan oleh PKS Adolina sebagai bahan bakar
ketel uap yaitu 77.78% serat dan 22.22% cangkang. Sedangkan jumlah serat dan
cangkang yang dihasilkan di PKS Adolina sehari-hari masing-masing adalah
75325.56 kg dan 21521.59 kg.
Nilai kalor serat dan cangkang diperoleh dengan pengujian menggunakan
alat Bomb Calorimeter yang dilakukan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
Pertanian IPB yaitu masing-masing sebesar 12.85 MJ/kg dan 17.46 MJ/kg. Data
ketersediaan bahan bakar biomassa dan hasil pengukuran nilai kalor bahan bakar
biomassa dapat dilihat pada Lampiran 16. Konsumsi bahan bakar biomassa riil
untuk boiler didasarkan pada pengamatan bahwa semua cangkang dan serat yang
dihasilkan digunakan untuk bahan bakar boiler. Penggunaan bahan bakar riil dan
nilai masukan energinya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Masukan energi biomassa adalah sebesar 10.41 MJ/kg CPO dengan
komposisi dari serat sebesar 7.50 MJ/kg CPO atau sebesar 72.04% dari total
masukan energi biomassa dan cangkang sebesar 2.91 MJ/kg CPO atau sebesar
27.95% dari total masukan energi biomassa. Dari perhitungan kebutuhan bahan
bakar boiler teoritis didapatkan kebutuhan bahan bakar teoritis sebesar 94116.95
kg/hari dengan komposisi yaitu serat sejumlah 73204.16 kg/hari dan cangkang
sebesar 20912.78 kg/hari. Dengan masukan energi dari bahan bakar teoritis
sebesar 10.18 MJ/kg CPO dengan komposisi yaitu dari serat sebesar 7.34 MJ/kg
CPO atau sebesar 72.04% dari total masukan bahan bakar biomassa teoritis dan
dari cangkang sebesar 2.84 MJ/kg CPO atau sebesar 27.95% dari total masukan
bahan bakar biomassa teoritis. Terdapat selisih antara bahan bakar yang
digunakan secara riil dengan kebutuhan bahan bakar teoritis dan akan dijelaskan
pada bagian konservasi energi.
44

8. Analisis Energi pada Sarana Pendukung Penyediaan Energi


Kebutuhan energi listrik dan uap yang digunakan pada proses produksi
CPO dipasok dari sarana pendukung penyediaan energi. Kebutuhan energi uap
dipasok oleh uap yang dihasilkan dari pembakaran biomassa pada boiler,
sedangkan energi listrik diperoleh melalui konversi biomassa menjadi uap
kemudian uap menggerakkan turbin uap dan mengkonversi uap menjadi listrik.
Selain dari turbin uap, energi listrik juga berasal dari generator diesel. Pemakaian
solar sebagai bahan bakar generator diesel dapat dilihat pada Lampiran 15. Untuk
memperoleh data tingkat efektivitas penggunaan energi dilakukan dengan dua
cara, yaitu menghitung efisiensi riil penggunaan energi yaitu perbandingan antara
energi berguna dengan input energi dan menghitung efisiensi teknis yaitu
perbandingan antara kapasitas alat terukur dengan kapasitas alat terpasang. Dari
hasil pengamatan dan pengukuran di stasiun penyediaan energi dapat dibuat aliran
energi yang disajikan pada Gambar 10.
Pada boiler, masukan energi berasal dari biomassa sebesar 10.41 MJ/kg
CPO, air umpan sebesar 0.66 MJ/kg CPO, energi listrik sebesar 0.0516 MJ/kg
CPO dan tenaga manusia sebesar 0.000209 MJ/kg CPO. Keluaran dari boiler
adalah uap superheated dengan kandungan energi sebesar 6.39 MJ/kg CPO. Dari
hasil tersebut, maka efisiensi riil boiler adalah sebesar 57.45%.
Turbin uap kemudian menerima input energi berupa uap superheated dari
boiler sebesar 6.39 MJ/kg CPO sedangkan outputnya yaitu uap saturated yang
ditampung dalam BPV dengan kandungan energi sebesar 5.92 MJ/kg CPO dan
energi listrik sebesar 0.312 MJ/kg CPO sehingga efisiensi riil turbin uap untuk
menghasilkan listrik yang merupakan perbandingan antara output listrik dan uap
yang keluar dari turbin uap dengan input uap superheated dari boiler (Haywood,
1995) yaitu sebesar 87.19%. Efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik
adalah sebesar 4.8%. Efisiensi ini tergolong rendah karena input turbin berupa uap
masih mengandung banyak air sehingga besarnya panas yang bisa diubah menjadi
energi listrik menjadi lebih kecil. Hal ini dipengaruhi juga oleh temperatur di
dalam turbin. Nilai efisiensi yang rendah juga disebabkan oleh besarnya kerugian
(losses) di dalam turbin seperti pada nosel dan sudu-sudu turbin. Sedangkan jika
dilihat dari efisiensi teknis turbin uap maka efisiensi teknisnya adalah sebesar
70.89%.
45

Air umpan
Uap = 0.66

Manusia = BPV Instalasi


0.0001312 Uap: 5.92 pengolahan dan
Biomassa : 10.41 sarana
Boiler
Listrik : 0.0516 pendukung
Uap : Turbin uap
Manusia : 0.000209 Listrik : 0.312 Uap = 5.26
6.39

Instalasi
pengolahan
Listrik : 0.1818
Panel
listrik
0.31561

Listrik : 0.00361 Sarana pendukung


Listrik = 0.1251

Solar : 0.0207 Mesin diesel


Manusia:0.0001312

Semua input dan output dalam satuan MJ/kg CPO


- Eff. riil boiler = 6.39/11.122 = 57.45%
- Eff. riil diesel = 0.00361/0.0208 = 17.35%
- Eff. riil turbin = (5.26 + 0.312)/6.39 = 87.19%
- Eff. turbin dalam menghasilkan listrik = 0.312/6.39 = 4.8%
- Eff. teknis turbin = 567.143/800 = 70.89%
- Eff. teknis diesel = 87.86/400 = 21.96%
- Eff. total penggunaan listrik = 0.3069/0.31561 = 97.24%
- Rasio energi listrik dari turbin uap dan generator diesel sebesar 98.86 :
1.144
- Rasio penggunaan listrik antara instalasi pengolahan dan sarana
pendukung sebesar 59.24 : 40.76

Gambar 10 Aliran energi pada stasiun penyediaan energi


46

Input energi pada generator diesel berasal dari energi solar dan energi
manusia. Input energi solar sebesar 0.0207 MJ/kg CPO dan input tenaga manusia
sebesar 0.0001312 MJ/kg CPO sehingga total input energi pada generator diesel
adalah 0.0208 MJ/kg CPO. Output yang dihasilkan dari generator diesel berupa
energi listrik sebesar 0.00361 MJ/kg CPO, sehingga efisiensi riil generator diesel
adalah sebesar 17.35% dengan efisiensi teknisnya yaitu 21.96%.
Energi listrik yang dihasilkan oleh turbin uap dan generator diesel adalah
sebesar 0.31561 MJ/kg CPO dengan perbandingan penyediaan listrik dari turbin
uap dan generator diesel yaitu sebesar 98.86 : 1.144. Kebutuhan energi listrik
yang terukur pada semua peralatan produksi yaitu 0.3069 MJ/kg CPO.

PELUANG PENGHEMATAN DAN KONSERVASI ENERGI

Dari hasil perhitungan konsumsi energi dan tingkat efektivitas penggunaan


energi yang dihasilkan pada proses produksi kelapa sawit menjadi CPO di PKS
Adolina Sumatera Utara, dapat diambil kesimpulan bahwa masih dimungkinkan
untuk melakukan usaha penghematan energi terhadap beberapa input energi yang
digunakan. Upaya penghematan energi dalam hal ini bisa dilakukan dengan
meningkatkan tingkat efektivitas produksi dan tingkat efisiensi penggunaan energi.
Tingkat efektivitas produksi merupakan perbandingan antara kapasitas
pengolahan riil dengan kapasitas pengolahan terpasang. Sedangkan penentuan
tingkat efektivitas penggunaan energi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menghitung efisiensi riil penggunaan energi yaitu perbandingan antara energi
berguna dengan input energi dan bila data tersebut tidak diketahui maka
digunakan perbandingan antara kapasitas alat/mesin terukur dengan kapasitas
alat/mesin terpasang yang disebut dengan efisiensi teknis.
Berdasarkan referensi yang didapat dari Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM (2013),
pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh tahap pengelolaan energi
meliputi penyediaan energi, pengusahaan energi, pemanfaatan energi dan
konservasi sumber daya energi. Di sisi pemanfaatan energi, pelaksanaan
konservasi energi oleh para pengguna dilakukan melalui penerapan manajemen
energi dan penggunaan teknologi yang hemat energi. Selain itu, menurut Dirjen
Listrik dan Energi Baru, Departemen Pertambangan dan Energi (1984),
pelaksanaan konservasi energi dapat dilakukan melalui cara penataan menyangkut
efisiensi dari proses dan peralatan, modifikasi dengan investasi sedang, dan
modifikasi dengan investasi besar.
Kapasitas pengolahan terpasang pabrik yang diperoleh dengan cara
mengalikan kapasitas olah pabrik terpasang dengan jam kerja yaitu sebesar 660
ton TBS/hari. Sedangkan kapasitas olah riil pabrik rata-rata hasil pengamatan
yaitu sebesar 537.92 ton TBS/hari. Dengan membandingkan antara kapasitas olah
riil dengan kapasitas olah terpasang maka diperoleh efisiensi olah pabrik sebesar
81.50%. Nilai efisiensi ini sudah cukup tinggi, namun masih dapat ditingkatkan
dengan cara meningkatkan jam olah riil dan meningkatkan produksi TBS di
lapangan. Peningkatan produksi TBS di lapangan dilakukan melalui kegiatan
budidaya yang optimal serta terus menjalin kemitraan dengan petani-petani kelapa
47

sawit. Dengan meningkatnya pasokan TBS maka akan meningkatkan efisiensi


olah riil pabrik.
1. Pemborosan Tenaga Manusia pada Kegiatan Pengolahan TBS
Pada penggunaan tenaga manusia dalam kegiatan pengolahan terjadi
pemborosan energi akibat kurangnya pasokan TBS, sehingga jam olah riil pabrik
yaitu 18.67 jam/hari lebih kecil dibanding jam kerja pegawai yaitu 24 jam/hari
untuk 2 shift kerja. Sehingga dari hal tersebut terdapat selisih sebesar 5.33
jam/hari atau 2.665 jam/shift kerja. Akibat pemborosan waktu tersebut maka
energi terbuang yaitu 0.000772 MJ/kg CPO. Upaya penghematan dapat dilakukan
dengan meningkatkan pasokan TBS sehingga jam olah riil dapat ditingkatkan dan
pemborosan waktu kerja dapat dikurangi. Nilai pemborosan ini lebih kecil bila
dibandingkan dengan pemborosan tenaga manusia yang terjadi di UU Rejosari
(Rahmat, 2002) sebesar 0.00086 MJ/kg CPO.
2. Pemborosan Bahan Bakar pada Stasiun Penyediaan Energi
Pada sarana pendukung penyediaan energi, pemborosan energi terjadi
karena adanya kelebihan pemakaian bahan bakar boiler. Dari hasil perhitungan
antara konsumsi bahan bakar riil dengan konsumsi bahan bakar teoritis, terdapat
selisih bahan bakar sebesar 2730.214 kg/hari, sehingga dari selisih tersebut maka
energi yang terbuang dari bahan bakar tersebut adalah 0.286 MJ/kg CPO. Jika
bahan bakar tersebut digunakan untuk mengganti bahan bakar solar, maka akan
dapat menghemat solar sebanyak 128.318 liter/hari atau dalam bentuk biaya
sebesar Rp 10.296/kg CPO atau Rp 1365582.84/hari. Nilai pemborosan bahan
bakar di UU Adolina ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pemborosan yang
terjadi di UU Rejosari (Rahmat, 2002) dan di PMKS Condong Garut (Wibowo,
2008) masing-masing sebesar 1.95 MJ/kg CPO dan 0.853 MJ/kg CPO. Upaya
penghematan tersebut dapat dilakukan dengan mengatur bahan bakar boiler sesuai
kebutuhan dan menampung sisa bahan bakar tersebut untuk digunakan kembali.
3. Pemborosan Energi Listrik pada Kegiatan Pengolahan TBS
Pada penggunaan energi listrik, pemborosan energi dapat terlihat dari
adanya selisih dari sumber listrik utama (turbin uap dan generator diesel) sebesar
0.31561 MJ/kg CPO dengan energi listrik yang terukur pada peralatan pengolahan
dan sarana pendukung sebesar 0.3069 MJ/kg CPO. Selisih tersebut merupakan
energi yang hilang (losses) yaitu sebesar 0.00871 MJ/kg CPO. Nilai pemborosan
energi listrik ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pemborosan energi listrik
yang terjadi di UU Rejosari (Rahmat, 2002) dan PMKS Condong Garut (Wibowo,
2008) masing-masing sebesar 0.0379 MJ/kg CPO dan 0.248 MJ/kg CPO. Upaya
yang dapat dilakukan untuk penghematan energi listrik ini di antaranya melalui
pembenahan sistem jaringan dan instalasi listrik, seperti penggantian kabel yang
sudah tua karena kabel tersebut memiliki nilai resistansi yang tinggi. Upaya
lainnya adalah dengan cara memodifikasi motor listrik atau bahkan mengganti
motor listrik tersebut.
Pemborosan-pemborosan energi seperti yang telah diuraikan di atas
mengakibatkan energi yang terbuang pada produksi CPO di PKS Adolina adalah
sebesar 0.2955 MJ/kg CPO. Nilai pemborosan energi tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan Wibowo (2008), Mutiara (2003), dan (Rahmat, 2002) di
PMKS Condong Garut dan UU Rejosari masing-masing sebesar 1.107 MJ/kg
CPO, 3.363 MJ/kg CPO, dan 1.98165 MJ/kg CPO. Upaya penghematan pada
penggunaan uap dapat dilakukan dengan menggunakan uap sesuai dengan
48

kebutuhan. Dalam hal ini operator seharusnya bisa disiplin terhadap standar
penggunaan uap. Upaya lain dapat dilakukan melalui perbaikan instalansi
pengaliran uap yang mengalami kebocoran serta penggantian beberapa alat ukur
uap yang mengalami kerusakan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Berdasarkan hasil audit energi yang telah dilakukan di PT. Perkebunan


Nusantara IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara yang dilakukan pada bulan
Februari 2013 sampai Maret 2013, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Total konsumsi energi primer (energi langsung dan energi tidak langsung) yang
dibutuhkan adalah sebesar 13.4106 MJ untuk memproduksi tiap kg CPO pada
kapasitas pengolahan 30 ton TBS/jam dan tingkat rendemen 23.527%. Nilai
tersebut tidak termasuk pestisida dan nilai embodied energy seluruh peralatan dan
bibit. Nilai konsumsi energi tersebut lebih kecil dibanding dengan hasil penelitian
di PTPN VII Unit Usaha Rejosari (Rahmat, 2002) dan PTPN VIII PKS Kertajaya
(Sholahudin, 1999) masing-masing sebesar 15.7550 MJ/kg CPO dan 18.6680
MJ/kg CPO. Namun, konsumsi energi di UU Adolina lebih besar dibandingkan
dengan hasil penelitian di PTPN II PKS Kwala Sawit (Fadly, 2003) sebesar
13.1674 MJ/kg CPO. Konsumsi energi primer yang diperlukan tersebut berasal
dari input energi pupuk sebesar 2.2267 MJ/kg CPO (16.60% dari total masukan
energi primer), solar 0.4319 MJ/kg CPO (3.22%), biomassa 10.41 MJ/kg CPO
(77.63%) dan energi biologis manusia sebesar 0.342 MJ/kg CPO (2.55%).
2. Berdasarkan tahapan proses produksi, jumlah energi primer tersebut dibutuhkan
pada kegiatan budidaya sebesar 2.55386 MJ/kg CPO (19.04% dari total konsumsi
energi primer), pemanenan sebesar 0.00314 MJ/kg CPO (0.0234%),
pengangkutan sebesar 0.4216 MJ/kg CPO (3.144%) dan pengolahan TBS serta
sarana pendukung sebesar 10.4342 MJ/kg CPO (77.79% dari total konsumsi
energi primer).
3. Konsumsi energi pada pengolahan TBS dan sarana pendukung produksi setelah
energi primer dikonversikan menjadi energi listrik yaitu masing-masing sebesar
5.442 MJ/kg CPO dan 0.785 MJ/kg CPO.
4. Pada pengolahan TBS menjadi CPO, input energi terbesar berasal dari energi
uap sebesar 5.26 MJ/kg CPO, sedangkan tahapan yang paling besar
mengkonsumsi energi listrik dan manusia yaitu tahapan pengempaan sebesar
0.06916 MJ/kg CPO atau 37.79% dari total konsumsi energi listrik dan manusia
untuk pengolahan TBS menjadi CPO.
5. Dari aliran energi pada sarana pendukung penyediaan energi didapatkan
efisiensi boiler sebesar 57.45%, efisiensi riil generator diesel sebesar 17.35%,
efisiensi riil turbin uap untuk menghasilkan energi listrik sebesar 87.19%.
Efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik adalah sebesar 4.8%. Nilai
49

efisiensi yang rendah disebabkan oleh besarnya kerugian (losses) di dalam turbin
seperti pada nosel dan sudu-sudu turbin. Efisiensi teknis generator diesel sebesar
21.96%, efisiensi teknis turbin sebesar 70.89%, dan efisiensi total penggunaan
listrik adalah 97.24%.
6. Energi listrik yang dihasilkan dari sarana pendukung penyediaan energi sebesar
0.31561 MJ/kg CPO berasal dari turbin uap sebesar 0.312 MJ/kg CPO atau
98.85% dari total masukan energi listrik dan generator diesel sebesar 0.00361
MJ/kg CPO atau 1.143%. Kehilangan energi listrik dari input listrik ke peralatan
pengguna listrik sebesar 0.00871 MJ/kg CPO. Konsumsi energi listrik pada
instalasi pengolahan sebesar 0.1818 MJ/kg CPO dan instalasi sarana pendukung
sebesar 0.1251 MJ/kg CPO, sehingga rasio penggunaan energi listrik antara
instalasi pengolahan dengan sarana pendukung sebesar 59.24 : 40.76.
7. Besarnya pemborosan energi adalah 0.2955 MJ/kg CPO yang berasal dari
pemakaian tenaga manusia untuk pengolahan TBS, penggunaan serat dan
cangkang sebagai bahan bakar pada boiler serta adanya kehilangan energi listrik.

Saran

1. Upaya konservasi energi dapat dilakukan antara lain dengan cara


meningkatkan efisiensi olah riil pabrik sehingga mengurangi pemborosan
terhadap konsumsi energi selama proses pengolahan, yaitu dengan cara
meningkatkan produksi TBS di lapangan sehingga jam olah riil meningkat.
2. Pengaturan konsumsi bahan bakar biomassa pada boiler sesuai dengan
kebutuhan akan mengurangi pemborosan energi biomassa yang terjadi. Selisih
antara konsumsi bahan bakar riil dengan konsumsi bahan bakar teoritis di UU
Adolina adalah sebesar 2730.214 kg/hari.
3. Dilakukan pembenahan instalasi listrik, perbaikan peralatan dan mesin-mesin
yang telah melewati umur ekonomisnya sehingga mampu meningkatkan efisiensi
teknis peralatan dan mesin-mesin tersebut dan mengurangi besarnya pemborosan
energi akibat adanya losses.
50

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Perkebunan Kelapa Sawit.
www.deptan.go.id. (diakses pada tanggal 29 Februari 2012)
Basuki, C.A. 2006. Analisis Konsumsi Bahan Bakar Pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap dengan Menggunakan Metode Least Square. Makalah Tugas
Akhir. Semarang.
Dewata, P.I. 2011.Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single
Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan
Gresik.Skripsi. Surabaya.
Fadly, M. R. 2003.Audit Energi pada Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Crude
Palm Oil (CPO) di PKS Kwala Sawit PTP. Nusantara II (Persero) Medan-
Sumatera Utara.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
Fluck, R.C. 1992. Energy in Farm Production. Elsevier Press.
Irwanto, A.K. 1996. Masukan Energi dalam Produksi Beras.Disertasi. Program
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Julia, Hilda. 2009. Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen CPO (Crude Palm
Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Tamiang PT. Padang Palma Permai.Skripsi.
USU: Medan.
Mutiara. 2003. Audit Energi pada Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO) di PT.
Condong Garut. Skripsi. IPB: Bogor.
Naibaho, M.P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.
Natashia, Kristen. 2012. Mempelajari Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO)
dan Kebutuhan Energi dalam Proses Produksi Tersebut di PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara. Laporan
Praktik Lapangan. IPB: Bogor.
Pimentel, D. 1980. Hand Book of Energy Utilization in Agriculture. CRC
Press.Inc. Bocara. Florida: USA.
Rahmat, Tedi Ali. 2002. Audit Energi pada Produksi Crude Palm Oil (CPO) di
PTP. Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Lampung Selatan.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, I. 1999. Audit Energi pada Proses Produksi Teh Hitam di Perkebunan
Assam Jayanegara Indah, Sukabumi. Jawa Barat.Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius.Yogyakarta.
Sholahudin. 1999. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP. Nusantara VIII Banten
Selatan.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
Simanjuntak, M.E. 2010. Perancangan Geometri Boiler dan Konfigurasi PLTU
dengan Daya 7,3 MW Berbahan Bakar Cangkang Sawit. Jurnal Dinamis
Vol.I, Medan.
Sitepu, Tekad. 2011. Analisa Kebutuhan Uap pada Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit
dengan Lama Perebusan 90 Menit. Jurnal Dinamis, Volume II, Sumatera
Utara.
Stout, B. A. 1990. Hand Book of Energy for World Agriculture. Elsevier Press.
51

Sulistiono, Wibowo Ari. 2008. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude
Palm Oil) di PMKS PT Condong Garut, Jawa Barat.Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
52

Lampiran 1 Letak geografis PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina


53

Lampiran 2 Flow sheet proses produksi di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit


Usaha Adolina
54

Lampiran 3 Data produksi CPO di UU Adolina

Tahun TBS (kg) CPO (kg) Rendemen CPO


(%)
2008 151956225 35339944 23.26
2009 173921730 40174683 23.10
2010 183090060 42672109 23.31
2011 188024600 43613404 23.20
2012 169360840 40712861 24.04
2013* 22476210 5449822 24.25
Rataan 23.527
Sumber : Manajemen PKS Adolina, 2013

* Produksi sampai bulan Februari 2013

Lampiran 4 Data waktu pengolahan di UU Adolina

Bulan Hasil CPO (kg) Hari olah Jam olah


(hari/bulan) (jam/hari)
2012 Januari 2271210 20 18.16
Februari 2784252 23 18.02
Maret 2799918 26 16.42
April 2946204 24 18.64
Mei 2791814 26 16.36
Juni 3451180 25 19.70
Juli 4191551 30 19.35
Agustus 3741782 25 20.42
September 4570521 29 21.38
Oktober 4088514 27 20.04
November 3592557 26 19.00
Desember 3483358 23 20.65
2013 Januari 2865478 24 15.96
Februari 2584344 20 17.37
Rata- 3297334.5 24.86 18.67
rata

Lampiran berupa data selanjutnya untuk perhitungan dapat dilihat pada file di
dalam CD.
55 73

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran, Sumatera Utara pada tanggal 29 Januari


1992 dari T.R. Nainggolan dan S.R. Purba.Penulis adalah putri kedua dari tiga
bersaudara. Tahun 2009, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknik Mesin
dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Komisi
Pelayanan Anak , Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB juga aktif dalam mengikuti
kegiatan kepanitiaan acara-acara di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
seperti Agricultural Engineering Goes to Village 2011. Penulis juga pernah
menjadi Asisten Praktikum Mekanika Fluida tahun 2011.Penulis melaksanakan
praktik lapangan pada bulan Juni-Agustus 2012 di PT. Perkebunan Nusantara IV
Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara dengan judul Mempelajari Proses Produksi
Crude Palm Oil (CPO) dan Kebutuhan Energi dalam Proses Produksi Tersebut di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai