KRISTEN NATASHIA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Audit Energi pada
Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit
Usaha Adolina, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Kristen Natashia
NIM F14090008
ABSTRAK
KRISTEN NATASHIA. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm
Oil) di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara.
Dibimbing oleh SRI ENDAH AGUSTINA.
Kata kunci: crude palm oil, audit energi, proses produksi CPO
ABSTRACT
The requirement of CPO (Crude Palm Oil) is more increasing and causing
the energy needed to produce CPO is more increasing too. The aim of this
research were to calculate the energy needed to produce per unit CPO in Adolina,
to determine the kinds and sources of energy needed in the processing, and to
determine how to do providence in processing. The stages that have been done in
this research are consist of system boundary determination, audit method
determination, pre audit, detailed energy audit, comparison to the other location
with the same commodity, and recommendation. Without calculate the embodied
energy of machines and pesticide, total of primary energy consumption needed is
13.4106 MJ to produce per kg CPO with capacity of 30 ton Fresh Fruit Bunch
(FFB) per hour and the yield is 23.527%. The energy input in production process
is derived from diesel fuel, biomass, human (biology), and fertilizer. Energy
providence done through increasing factory processing efficiency and repairing
the production machines.
Key words: crude palm oil, energy audit, CPO production process
AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE
PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT
USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA
KRISTEN NATASHIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah audit,
dengan judul Audit Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Perkebunan
Nusantara IV Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Sri Endah Agustina, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan saran yang sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir.
Leopold O. Nelwan, M.Si dan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr selaku dosen
penguji yang telah memberikan arahan yang membantu dalam penulisan skripsi
ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Darta
Sembiring dan Bapak Hutabarat yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada T.R. Nainggolan, S.R. Purba,
Sebastian Yosefan, dan Rio Foresto selaku keluarga dari penulis atas segala doa
dan kasih sayangnya, serta teman-teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 46
khususnya Raisa, Gina Lupita, Tiara, Eti, Citta, Dian, Jenni, Monalhysa, Selviana,
Stevy, Rahma, Gina Annisa, Riris, Vina, Aiya, Awanis, teman-teman satu
bimbingan Tissah, Desi, Tika, dan Erlanda, serta teman-teman Perwira 44 Citra,
Santi, Ratna, Debby, Getha, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Kristen Natashia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR ISTILAH xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Proses Produksi CPO secara Umum 3
Proses Produksi CPO di PTPN IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara 10
Kebutuhan Energi dalam Industri dan Pertanian 21
Audit Energi 22
Hasil-Hasil Penelitian Audit Energi pada Proses Produksi CPO 23
METODE PENELITIAN 25
Waktu dan Tempat Penelitian 25
Batasan Sistem 27
Metode Audit 28
Parameter Pengukuran 28
Metode Pengambilan Data 29
Alat dan Bahan 30
Perhitungan dan Analisis Data 30
HASIL DAN PEMBAHASAN 33
Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PTPN IV UU Adolina 33
Peluang Penghematan dan Konservasi Energi 46
SIMPULAN DAN SARAN 48
Simpulan 48
Saran 49
DAFTAR ISI (lanjutan)
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL
1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia 1
2 Produksi CPO di Indonesia 1
3 Kriteria matang panen 13
4 Input energi untuk beberapa operasi pertanian 21
5 Nilai energi per unit beberapa jenis bahan bakar 21
6 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian 22
7 Hasil hasil penelitian audit energi proses produksi CPO 24
8 Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PKS Adolina 33
9 Konsumsi energi final pada setiap tahapan produksi 34
10 Konsumsi energi pada tahapan budidaya 35
11 Konsumsi energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO 35
12 Konsumsi energi pada sarana pendukung 36
13 Konsumsi energi manusia pada setiap tahapan produksi 38
14 Konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya 39
15 Konsumsi energi solar 40
16 Konsumsi pestisida pada kegiatan budidaya 41
17 Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air 41
18 Konsumsi energi listrik pada pengolahan dan sarana pendukung 42
19 Efisiensi teknis peralatan dan mesin produksi CPO di setiap stasiun 42
DAFTAR GAMBAR
1 Rangkaian kegiatan proses budidaya kelapa sawit 4
2 Rangkaian kegiatan proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO 6
3 Rangkaian kegiatan proses budidaya kelapa sawit 11
4 Bagan alir pengolahan kelapa sawit di PKS Adolina 14
5 Aliran bahan pada alat pengolah kelapa sawit menjadi CPO 15
6 Bagan alir penelitian 25
7 Batasan sistem yang diaudit 26
8 Aliran energi pada produksi CPO di UU Adolina 37
9 Bagan alir listrik 43
10 Aliran energi pada stasiun penyediaan energi 45
DAFTAR LAMPIRAN
1 Letak geografis PT. Perkebunan Nusantara IV UU Adolina 52
2 Flow sheet proses produksi di PTPN IV UU Adolina 53
3 Data produksi CPO di UU Adolina 54
4 Data waktu pengolahan di UU Adolina 54
DAFTAR ISTILAH
A. Istilah Lokal
ALB : Asam Lemak Bebas
Brondolan : Buah kelapa sawit yang terlepas dari tandannya
Dodos : Alat panen kelapa sawit sejenis linggis bermata lebar
Egrek : Alat panen kelapa sawit berupa sabit bergagang bambu
panjang
HKO : Hari Kerja Orang
Menumbang : Membongkar tanaman kelapa sawit asal
Merumpuk : Mengumpulkan batang kelapa sawit yang telah dibongkar
PKS : Pabrik Kelapa Sawit
TBM : Tanaman Belum Menghasilkan
TBS : Tandan Buah Segar
TM : Tanaman Menghasilkan
TPH : Tempat Pengumpulan Hasil
UU : Unit Usaha
B. Istilah Asing
Boiler : Ketel uap
BPV : Back Pressure Vessel (tangki tekanan balik)
Conveyor : Rantai berjalan yang digerakkan oleh motor listrik
CPO : Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah)
Fibre : Serat
Kernel : Inti kelapa sawit
Main nursery : Pembibitan utama
Nut : Biji kelapa sawit
PKO : Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Sludge : Limbah padat berupa lumpur dari proses pemurnian
minyak
Steam : Uap panas
Wiping :Pemberantasan ilalang dengan menggunakan
herbisida
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan audit energi yang dilakukan pada proses produksi CPO di PT.
Perkebunan Nusantara IV, Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara ini adalah:
1. Menghitung kebutuhan energi untuk menghasilkan per satuan produk CPO
di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina.
2. Mengetahui jenis, jumlah, dan sumber energi pada tiap tahapan proses
produksi.
3. Mencari peluang penghematan energi yang dapat dilakukan.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) berasal dari Afrika bagian barat.
Tanaman ini masuk ke Indonesia tahun 1848 dan mulai dibudidayakan secara
komersil dalam bentuk Perusahaan Perkebunan (PP) tahun 1911 di Sumatera
Utara. Kelapa sawit merupakan tanaman industri penting penghasil minyak nabati
yang merupakan bahan mentah industri pangan maupun nonpangan. Potensi
produksi minyak nabati per tahunnya mencapai 6 ton per hektar. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit berupa minyak sawit mentah atau
CPO (Crude Palm Oil) yang berwarna kuning kecoklatan dan minyak inti sawit
atau PKO (Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (bening). Minyak sawit dapat
digunakan untuk beragam peruntukan karena keunggulan sifat yang dimilikinya,
yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang
tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi, dan
tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
4
Kelapa sawit terdiri dari inti sawit (kernel) yang dibungkus oleh pericarp.
Pericarp terdiri dari 3 lapisan, yaitu cangkang (endocarp), serat (mesocarp), dan
kulit luar (eksocarp). Kelapa sawit membutuhkan suhu yang cukup tinggi untuk
tumbuh, yaitu suhu maksimum 29-32C dan suhu minimum 22-24C dengan lama
penyinaran 5-7 jam per hari. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit berkisar antara 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh tegak lurus mencapai
ketinggian 15 m 20 m. Kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur sekitar 30
bulan setelah tanam. Kelapa sawit biasanya sudah tidak produktif lagi pada umur
lebih dari 25 tahun (Setyamidjaja, 1991).
Persiapan lahan
Pembibitan
Penanaman
Pemeliharaan
Pemanenan
a. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan
sehingga lahan tersebut siap ditanami kelapa sawit. Persiapan lahan dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Cara pertama dilakukan untuk lahan hutan yang
disebut dengan bukaan baru (new planting). Cara kedua dilakukan untuk lahan
yang sebelumnya ditanami komoditi perkebunan lain seperti karet. Cara ketiga
adalah mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif yang disebut
sebagai upaya peremajaan (replanting).
b. Pembibitan
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan, yaitu sistem pembibitan
tahap tunggal (single stage system) dan sistem pembibitan tahap ganda (double
stage system). Pada sistem tahap tunggal, bibit langsung ditanam dalam polybag
besar sampai berumur 12 bulan tanpa harus ditanam di polybag kecil. Sistem
5
pembibitan tahap ganda terdiri dari tahap pembibitan awal (pre nursery) dan tahap
pembibitan utama (main nursery). Pada tahap pembibitan awal, kecambah
ditanam dengan menggunakan polybag kecil sampai bibit berumur 3 bulan. Pada
tahap pembibitan utama, bibit dari tahap pembibitan awal ditanam ke dalam
polybag besar selama 9 bulan. Beberapa input energi digunakan dalam proses
pembibitan kelapa sawit, yaitu energi manusia, energi bahan bakar minyak (solar),
dan energi pupuk. Energi manusia digunakan untuk beberapa jenis pekerjaan yang
dilakukan pada kegiatan pembibitan. Bahan bakar minyak digunakan untuk
menjalankan pompa yang berguna dalam kegiatan penyiraman bibit-bibit kelapa
sawit. Agar bibit yang ditanam memiliki kesuburan yang lebih baik maka
diperlukan pupuk dalam kegiatan pembibitan.
c. Penanaman
Sistem jarak tanam kelapa sawit adalah segitiga sama sisi dengan panjang
sisi (jarak dalam barisan) dan tinggi (jarak antar barisan). Dalam pelaksanaan
penanaman kelapa sawit terlebih dahulu dilakukan pembuatan lubang tanam.
Urutan tahapan penanaman adalah bibit diletakkan tegak lurus di atas lubang
tanam, lalu ditimbun dan dipadatkan tanahnya. Tanaman kelapa sawit yang mati
ataupun pertumbuhannya tidak baik harus disulam. Penyulaman dilakukan segera
supaya pertumbuhan tanaman sulaman tidak tertinggal dari tanaman yang lain.
Penyulaman juga bertujuan agar produksi tanaman kelapa sawit tidak menurun.
Pada kegiatan penanaman, energi biologis (manusia) dan penggunaan energi
pupuk diperlukan. Tenaga manusia diperlukan untuk pekerjaan seperti aplikasi
tandan kosong dan penanaman. Pupuk diperlukan agar tanah yang ditanami dapat
menjadi lebih subur dan produktif.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang intensif diperlukan pada dua periode pertumbuhan
kelapa sawit, yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) yang berusia di bawah 3
tahun dan tanaman menghasilkan (TM) yang berusia antara 3 25 tahun. Tujuan
utama pemeliharaan TBM kelapa sawit adalah untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang optimal agar dapat memberikan produktivitas
maksimal pada masa TM. Ada beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan pada saat
TBM, yaitu penyiangan, pemupukan, penyisipan, pemberantasan hama dan
penyakit, serta pemeliharaan jalan dan saluran air/drainase.
Tujuan utama pemeliharaan pada saat TM adalah untuk menggali potensi
produksi seoptimal mungkin. Beberapa pekerjaan yang dilakukan adalah
penyiangan, pemupukan, pengendalian hama, pemeliharaan jalan, pemangkasan,
pemeliharaan tempat pengumpulan hasil, pembumbunan, dan inventarisasi pohon.
Beberapa masukan energi terdapat pada kegiatan pemeliharaan, yaitu energi
biologis (manusia) dan energi pupuk.
e. Pemanenan
Pemanenan adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan
matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip
brondolan serta menyusun tandan di TPH beserta dengan brondolannya. Hasil
panen yang utama dari tanaman kelapa sawit adalah TBS yang kemudian dari
TBS akan diolah menjadi minyak sawit (CPO) dan hasil turunannya. Hal-hal yang
6
perlu diperhatikan dalam proses pemanenan antara lain kriteria matang panen,
persiapan panen, alat pemotong dan pengumpulan buah, rotasi dan sistem
pemanenan, serta transportasi hasil panen. Peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan panen terdiri dari dodos, kampak, egrek, karung, dan kayu pikulan.
Rotasi panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara
panen pertama di satu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama. Tandan
buah segar yang dipanen harus segera diangkut ke pabrik kelapa sawit pada hari
itu juga agar tidak terjadi peningkatan ALB.
Penerimaan TBS
Perebusan
Penebahan
Pengempaan
Pemurnian minyak
b. Stasiun Perebusan
Stasiun perebusan merupakan tempat terjadinya perlakuan panas terhadap
TBS dengan menggunakan media uap (steam). Alat yang digunakan adalah
sterilizer, yaitu berupa bejana tekan horizontal. Bagian-bagian sterilizer terdiri
dari dua buah pintu, satu saluran pemasukan uap (inlet steam), satu saluran
pengeluaran uap (outlet steam), satu saluran pembuangan kondensat, serta satu
buah pompa kondensat. Perebusan berfungsi untuk mempermudah brondolan
lepas dari tandan pada waktu proses penebahan di thresher, melunakkan buah
sehingga mudah diaduk dalam digester, melekangkan inti supaya mudah lepas
dari cangkang, dan menghentikan proses peningkatan asam lemak bebas. Ketika
proses perebusan telah selesai, lori dari dalam sterilizer ditarik menggunakan
capstand. Tenaga manusia dan energi listrik digunakan pada stasiun perebusan ini.
c. Stasiun Penebahan
Stasiun penebahan berfungsi untuk memisahkan atau melepaskan
brondolan dari tandannya dengan cara membanting TBS yang telah direbus di
dalam thresher. Thresher merupakan alat pemisah antara tandan dengan
brondolan yang berbentuk drum. TBS yang telah selesai direbus dari sterilizer
akan ditarik keluar menggunakan capstand. Lori-lori yang keluar dari rebusan
diangkat menggunakan hoisting crane dan dituangkan ke autofeeder dengan
memutar lori. Hoisting crane berfungsi untuk mengangkat lori. Autofeeder adalah
alat yang digunakan untuk mengatur pemasukan tandan buah ke dalam thresher.
Pengaturan buah yang masuk dari autofeeder ke thresher disesuaikan dengan
kapasitas thresher sehingga buah tidak terlalu banyak menumpuk dalam thresher
yang dapat mengakibatkan proses perontokan tidak sempurna.
d. Stasiun Pengempaan
Pada stasiun ini terdapat dua proses utama, yaitu proses digesting
(pencacahan) dan pressing (pengempaan).
d.1. Pencacahan (Digesting)
Pencacahan berfungsi untuk melepaskan daging buah dari biji
(noten) dan melumatkannya dengan cara menekan brondolan
menggunakan pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan yang
8
f. Stasiun Pendukung
Tahapan-tahapan produksi CPO juga didukung oleh stasiun pendukung.
Keberadaan stasiun pendukung produksi ini sangat berperan penting karena dapat
memperlancar jalannya pengolahan. Stasiun-stasiun pendukung produksi dan
pengolahan kelapa sawit meliputi pembangkit tenaga, pengolahan air, dan
pengelolaan limbah.
f.1. Pembangkit Tenaga
a. Ketel Uap (Boiler)
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran
dialirkan ke air sampai terbentuk air panas (steam). Air panas atau
steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan
panas ke suatu proses.
9
b. Turbin Uap
Turbin uap merupakan alat untuk mengkonversi energi dari
steam menjadi energi mekanis untuk membangkitkan energi listrik
melalui alternator.
c. Diesel Genset
Diesel genset bekerja dengan prinsip mengubah energi hasil
pembakaran solar menjadi energi mekanis berupa putaran. Putaran ini
selanjutnya digunakan untuk memutar poros generator.
d. Generator
Generator adalah alat yang mengkonversi energi gerak berupa
putaran menjadi energi listrik akibat adanya induksi gaya gerak listrik
(GGL).
e. Switch Board
Switch board berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik ke
stasiun-stasiun dan peralatan-peralatan dalam pabrik yang
menggunakan tenaga listrik.
f. Back Pressure Vessel (BPV)
BPV adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk
mengumpulkan uap bekas dari turbin uap dan membagikannya ke
peralatan-peralatan di pabrik yang membutuhkan uap untuk proses
pemanasan.
f.2. Sistem Penyediaan Air
Sistem penyediaan air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air
sebelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Persyaratan tersebut dilihat berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia,
bahan padatan terlarut, dan sebagainya. Sistem penyediaan air dibagi
menjadi tiga, yaitu untuk budidaya, pengolahan, dan pembangkit tenaga
listrik. Pada kegiatan budidaya, air dibutuhkan untuk kegiatan penyiraman
tanaman kelapa sawit baik pada saat pembibitan maupun saat
pemeliharaan TM dan TBM. Sumber air yang digunakan harus dekat
dengan areal budidaya dan dapat juga dilengkapi dengan instalasi
penyiraman serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase.
Air yang diperlukan berasal dari sungai atau danau yang dipompa ke areal
budidaya kelapa sawit.
Dalam kegiatan pengolahan, air juga sangat diperlukan terutama
dalam proses perebusan, pelumatan dan pengempaan serta pemurnian yang
dimanfaatkan dalam bentuk uap. Air yang diperlukan tersebut berasal dari
sungai yang dipompa ke pabrik pengolahan. Air yang akan digunakan
untuk pengolahan belum memenuhi syarat jika langsung digunakan untuk
pengolahan, sehingga diperlukan adanya penanganan (treatment) terlebih
dahulu (Naibaho, 1998).
Stasiun pembangkit tenaga listrik memerlukan air untuk
menghasilkan listrik. Air dipompa dari sungai ke pabrik pengolahan dan
kemudian dilakukan pengelolaan yang terdiri dari external water treatment
dan internal water treatment. Setelah air menjadi jernih kemudian air
dialirkan ke boiler dan menjadi uap air yang akan menggerakkan turbin
sehingga menghasilkan energi listrik.
10
Sistem produksi CPO adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari
kegiatan budidaya sampai pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, beserta aspek-
aspek pendukungnya. PKS Adolina memiliki kapasitas terpasang 30 ton TBS/jam
dengan rendemen riil TBS menjadi CPO sebesar 23.527% dan jam olah riil per
hari adalah 18.67 jam. Kebun Adolina terbagi menjadi 9 afdeling dengan total
luas sebesar 8965.69 ha. Kegiatan budidaya yang meliputi persiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan diorientasikan untuk
meningkatkan produksi TBS. Pengangkutan juga berperan penting dalam
menentukan mutu CPO yang dihasilkan.
Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu penerimaan TBS, perebusan, penebahan, pengempaan, pemurnian minyak,
dan penyimpanan CPO. Semua kegiatan operasional budidaya dan pengolahan
TBS menjadi CPO akan berjalan optimal bila ditunjang dengan aspek pendukung
yang memadai. Sarana pendukung tersebut meliputi penyediaan air dan
penyediaan energi. Sistem produksi kelapa sawit di Unit Usaha Adolina dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Persiapan lahan
Pembibitan
Penanaman
Penyiangan
Pemupukan
Pemangkasan
Pemanenan
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara pertama
dilakukan untuk lahan yang disebut dengan bukaan baru (new planting). Cara
kedua dilakukan untuk lahan yang sebelumnya ditanami komoditi perkebunan lain
seperti karet. Cara ketiga adalah mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah
tidak produktif yang disebut sebagai upaya peremajaan (replanting). Proses
pengerjaan persiapan lahan juga mencakup pengerjaan secara mekanis, manual,
dan kimia. Pengerjaan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan excavator
untuk membongkar tanaman asal dan membuat lubang besar. Pengerjaan secara
manual dilakukan untuk membersihkan lahan dari kayu-kayuan. Pengerjaan
secara kimia dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma yang mengganggu.
2. Pembibitan
Pada umumnya pembibitan kelapa sawit terdiri dari satu tahap dan dua
tahap. Saat ini, PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina menggunakan
pembibitan dua tahap (double stage). Adapun pembibitan dengan menggunakan
sistem dua tahap adalah pre nursery (pembibitan awal) dan main nursery
(pembibitan utama). Pembibitan awal (pre nursery) berlangsung selama 3 bulan.
Pada pembibitan pre nursery, energi biologis (manusia) dan energi pupuk
digunakan. Energi manusia digunakan untuk beberapa jenis pekerjaan, yaitu
persiapan lahan, persiapan tanam, pemeliharaan, dan pemindahan bibit. Adapun
jenis pupuk yang digunakan dalam pembibitan ini adalah pupuk NPK.
12
3. Penanaman
Sistem jarak tanam kelapa sawit adalah segitiga sama sisi dengan panjang
sisi (jarak dalam barisan) dan tinggi (jarak antar barisan). Dalam pelaksanaan
penanaman kelapa sawit terlebih dahulu dilakukan pembuatan lubang tanam.
Tahapan budidaya penanaman membutuhkan masukan energi berupa energi
biologis (manusia) dan energi pupuk. Energi manusia dibutuhkan untuk kegiatan
penanaman. Pupuk yang digunakan terdiri dari beberapa jenis, yaitu Rock
Phosphate, ZA, MOP, dan Kieserite.
4. Pemeliharaan
a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tujuan utama pemeliharaan TBM kelapa sawit adalah untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal agar dapat memberikan
produktivitas maksimal pada masa TM. Ada beberapa jenis pekerjaan yang
dilakukan untuk TBM, yaitu penyiangan, pemupukan, penyisipan, pemberantasan
hama dan penyakit, serta pemeliharaan jalan dan saluran air/drainase. Kebutuhan
energi pada pemeliharaan TBM mencakup energi biologis (manusia) dan energi
pupuk. Penggunaan tenaga manusia dibutuhkan pada kegiatan pemeliharaan jalan,
penyulaman, wiping ilalang, pemupukan, sensus hama penyakit, pemberantasan
hama penyakit, dan pembuatan TPH. Jenis pupuk yang digunakan pada
pemeliharaan TBM di Kebun Adolina adalah Sulphate of Ammonia, Muriate of
Potash, Rock Phospate, dan Dolomite.
rendemen TBS menjadi CPO yaitu 23.527%. Sedangkan data waktu pengolahan
riil dapat dilihat pada Lampiran 4.
Penerimaan
Perebusan
Penebahan
Pengadukan
Pengempaan
Pengendapan Pengeringan
Pemurnian Pemecahan
Pengeringan Pemisahan
TBS
Jembatan timbang
Loading ramp
Sterilizer
Janjang kosong
Thresher
Digester
Ampas
Screw press (cake)
Sludge Minyak
Gambar 5 Aliran bahan pada alat pengolah kelapa sawit menjadi CPO di Adolina
(Natashia, 2012)
16
2. Perebusan
Setelah dilakukan sortasi di loading ramp, TBS dimasukkan ke dalam
sterilizer dengan menggunakan lori. Lori yang telah menampung TBS ditarik
dengan menggunakan capstand (alat penarik). Perebusan berfungsi untuk
mempermudah brondolan lepas dari tandan pada waktu proses penebahan di
thresher, melunakkan buah sehingga mudah diaduk dalam digester, melekangkan
inti supaya mudah lepas dari cangkang, dan menghentikan proses peningkatan
ALB. Kapasitas 1 unit sterilizer di Adolina adalah 10 lori dengan masing-masing
lori berkapasitas 2.5 ton. Untuk memindahkan lori dari loading ramp ke jalur
perebusan digunakan transfer carriage dengan kapasitas 3 unit lori (7.5 ton TBS).
PKS Adolina menggunakan 3 unit sterilizer yang memanfaatkan uap
panas untuk proses perebusan. Uap tersebut diperoleh dari boiler kemudian
disalurkan ke BPV (Back Pressure Vessel) dan selanjutnya disalurkan ke sterilizer.
Tekanan yang digunakan adalah 2.0 3.0 kg/cm2 dengan temperatur 125-135C.
Sistem perebusan yang digunakan adalah triple peak (tiga puncak). Puncak
pertama berlangsung selama 15 menit dengan tekanan mencapai 2.3 kg/cm2.
Puncak I berguna untuk mempercepat penurunan kadar air pada buah. Tekanan
uap yang terjadi pada Puncak II adalah 2.5 kg/cm2. Waktu yang diperlukan untuk
menaikkan steam adalah 12 menit dan pembuangan selama 2 menit. Puncak II
bertujuan untuk pelunakan buah dan pematangan. Puncak III berlangsung selama
63 menit dengan tekanan mencapai 3 kg/cm2. Puncak III bertujuan untuk
menyempurnakan pelunakan buah. Diperlukan energi manusia dan energi listrik
17
sebagai masukan energi pada stasiun perebusan. Energi manusia digunakan pada
saat menjalankan transfer carriage dan capstand serta mengontrol tekanan uap
pada saat perebusan. Energi listrik diperlukan untuk menggerakkan beberapa
mesin produksi seperti transfer carriage, capstand, dan pendorong lori rebusan.
3. Penebahan
Penebahan berfungsi untuk memisahkan atau melepaskan brondolan dari
tandannya. TBS yang telah selesai direbus dari sterilizer akan ditarik keluar
menggunakan capstand. Lori-lori yang keluar dari rebusan diangkat menggunakan
hoisting crane dan dituangkan ke autofeeder. Autofeeder adalah alat yang
digunakan untuk mengatur pemasukan tandan buah ke dalam thresher. Thresher
merupakan alat pemisah antara tandan dengan brondolan yang berbentuk drum
dengan kapasitas 30 ton TBS/jam. Empty bunch conveyor berfungsi sebagai alat
angkut janjangan atau tandan kosong dari stasiun penebah ke hopper janjangan.
Stasiun penebahan memerlukan energi biologis (manusia) dan energi listrik
sebagai masukan energi. Manusia sebagai operator diperlukan dalam
pengoperasian hoisting crane, autofeeder, dan mesin produksi lainnya. Mesin-
mesin produksi tersebut juga memerlukan energi listrik dalam pengoperasiannya,
yaitu thresher, elevator bunch crusher, empty bunch conveyor, dan fruit elevator.
untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press.
Di dalam sand trap tank, pasir dan non oil solid yang berat jenisnya lebih besar
dari minyak mengendap. Minyak yang keluar dari sand trap tank menuju ke
vibrating screen.
Vibrating screen (saringan getar) berfungsi untuk memisahkan minyak
kasar dari ampas yang berbentuk serat dan pasir serta membuang sampah yang
ada dari sisi penyaringan. PKS Adolina memiliki 2 unit vibrating screen. Minyak
yang sudah disaring kemudian masuk ke crude oil tank. Crude oil tank berfungsi
untuk memanaskan minyak kasar dan mengendapkan kotoran/pasir yang masih
lolos dari sand trap tank dan vibrating screen. Dari crude oil tank, minyak masuk
ke continuous settling tank (CST). CST berfungsi untuk memisahkan minyak,
sludge, dan air secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. Minyak
yang keluar dari CST langsung dialirkan ke oil tank. Sementara itu, sludge
dialirkan ke sludge tank. Oil tank berfungsi sebagai bak penampung sebelum
minyak masuk ke oil purifier. Jumlah oil purifier di PKS Adolina ada 3 unit.
Minyak kemudian dialirkan ke vacuum dryer. Vacuum dryer berfungsi untuk
mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Minyak yang
telah bersih keluar dari vacuum dryer dan selanjutnya dipompakan ke storage tank.
Storage tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak yang dihasilkan
sebelum didistribusikan ke tempat pengolahan lain. Jumlah storage tank yang ada
di PKS Adolina saat ini adalah 2 unit.
Sludge tank berfungsi untuk menerima sludge yang berasal dari CST yang
masih mengandung minyak untuk diolah lagi dengan temperatur yang sesuai.
Strainer berfungsi untuk memisahkan atau menghilangkan serat-serat halus yang
masih ada dalam cairan sludge. Sludge separator berfungsi untuk menerima
sludge yang mengandung minyak 7% dari sludge tank dengan temperatur antara
80-90C serta memisahkan lumpur dan kotoran pada minyak dengan gaya
sentrifugal. Minyak kemudian bergerak menuju ke oil tank, sedangkan kotoran
dan lumpur yang tersaring langsung dikirim ke bak fat-fit. Bak fat-fit berfungsi
untuk mengutip atau mengambil sisa-sisa minyak yang masih ada di dalam sludge
dengan sistem pemanasan dan pengendapan sesuai dengan prinsip pemurnian
minyak. Setelah itu, sludge dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
untuk diproses sebelum dibuang. Sisa-sisa minyak yang terkutip dipompakan ke
crude oil tank melalui vibrating screen. Stasiun pemurnian juga memerlukan
masukan energi untuk dapat beroperasi berupa energi biologis (manusia) dan
energi listrik.
1. Penyediaan Energi
Stasiun penyediaan energi merupakan tempat untuk menghasilkan sumber
energi baik berupa energi listrik maupun energi panas untuk keperluan
operasional pabrik. Penyediaan energi terdiri dari boiler, turbin uap, back pressure
vessel (BPV), dan mesin pembangkit tenaga diesel.
a. Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air panas atau steam. Steam pada tekanan tertentu kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Pada PKS Adolina, panas
yang digunakan berasal dari pembakaran cangkang dan fibre. Perbandingan antara
fibre dan cangkang yang digunakan adalah 3.5:1. Panas tersebut digunakan untuk
memanaskan air yang kemudian akan menghasilkan uap. Uap tersebut digunakan
sebagai pembangkit tenaga listrik (melalui turbin uap) untuk keperluan proses
produksi di pabrik. Arus listrik dari generator diesel digunakan pada saat awal
(start) pabrik untuk mengolah dan saat akhir pengolahan. Untuk selebihnya,
energi yang dipakai adalah energi yang dihasilkan oleh cangkang dan fibre
sebagai bahan bakar utama boiler.
b. Turbin Uap
Turbin uap merupakan alat untuk mengkonversikan energi dari steam
menjadi energi mekanis (putaran) untuk membangkitkan energi listrik. Turbin uap
yang digunakan berjumlah dua buah dengan daya listrik output terpasang yaitu
800 kW. Uap dari boiler yang telah digunakan untuk memutar turbin kemudian
ditampung dalam BPV yaitu berupa bejana/tangki. Dari BPV kemudian uap
didistribusikan ke instalasi pengolahan.
d. Generator Diesel
Generator diesel merupakan peralatan untuk mendukung penyediaan
energi listrik dari turbin uap, terutama saat awal mulai pengolahan dimana
pasokan energi listrik dari boiler belum optimal, saat pemakaian energi listrik
meningkat atau kualitas uap dari boiler kurang sehingga listrik dari turbin uap
juga kurang. Untuk dapat beroperasi, generator diesel memerlukan bahan bakar
minyak (solar).
2. Penyediaan Air
Sistem penyediaan air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sebelum
digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Persyaratan tersebut
dilihat berdasarkan kandungan bahan-bahan kimianya, bahan padatan terlarut, dan
sebagainya. Penanganan air ini terbagi dua yaitu external treatment dan internal
treatment.
a. External Treatment
PKS Adolina menggunakan air yang berasal dari sungai Ular yang diambil
dengan pemompaan lalu dialirkan ke clarifier tank. Selanjutnya air masuk ke sand
20
filter yang berfungsi untuk menyaring pasir. Air kemudian dialirkan ke menara air
yang berfungsi untuk mengirimkan air ke pabrik. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam external treatment ini yaitu tawas dan Floc 65.
b. Internal Treatment
Internal treatment merupakan perlakuan lanjutan terhadap air yang akan
digunakan untuk umpan boiler. Air dari menara air (tower tank) akan masuk ke
cation tank untuk kemudian dialirkan ke degasifer tank. Degasifer tank berfungsi
untuk menerima air dari cation tank dan menghisapnya untuk dikirim ke anion
tank. Anion tank berfungsi untuk menyaring air, mengirim air ke boiler feed water
tank. Boiler feed water tank berfungsi untuk menerima hasil olahan dari anion
tank dan mengatur supply air untuk ketel uap. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam internal treatment ini adalah WITCO BWT 2200, WITCO BWT 2041, dan
WITCO BWT 2430.
3. Pengelolaan Limbah
Limbah merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya, baik secara
langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainnya (Purba, 2009).
Limbah dapat digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan karakteristiknya, yaitu
limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
a. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan di PKS Adolina berasal dari proses
penebahan, pengempaan, pemecahan biji serta pembakaran bahan bakar boiler.
Limbah padat dari hasil proses pengolahan kelapa sawit adalah serabut, cangkang,
tandan kosong, dan abu ketel. Serabut dan cangkang digunakan sebagai bahan
bakar ketel dan tandan kosong digunakan sebagai mulsa dan diaplikasikan pada
lahan tanaman sebagai pupuk tambahan. Tandan kosong ini pada awalnya
dikumpulkan pada suatu tempat yang disebut hopper tandan kosong. Abu ketel
dapat dimanfaatkan sebagai bahan penetral limbah cair untuk dijadikan pupuk.
b. Limbah Cair
Proses pengolahan kelapa sawit yang menggunakan uap dan air panas
akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair ini berasal dari kegiatan proses
seperti proses perebusan, pengempaan, pemurnian minyak serta pengolahan inti.
Setelah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan memenuhi Baku
Mutu Lingkungan, limbah dialirkan ke lahan perkebunan melalui saluran-saluran
yang ada. Terdapat kolam pengelolaan limbah di perkebunan Adolina. Kolam
pengelolaan ini terdiri dari kolam pendinginan (cooling pond), primary anaerobic
pond, secondary anaerobic pond, dan final pond.
c. Limbah Gas
Limbah gas pabrik pengolahan kelapa sawit berasal dari stasiun tenaga
sebagai penyedia air panas dan uap. Gas yang terbentuk berasal dari pembakaran
serabut dan cangkang. Komponen pencemar yang terdapat pada gas buang ini,
antara lain debu, NO 2 , SO 2 , H 2 S, NH 3 , Cl, HCl, HF, dan partikulat. Secara teknis,
PTPN IV Unit Usaha Adolina dilengkapi cerobong asap yang digunakan untuk
mengalirkan gas buang hasil pembakaran ke atmosfir dan melakukan prosedur
21
Input energi listrik merupakan input energi yang penting, terutama untuk
proses produksi yang banyak menggunakan motor listrik. Energi listrik yang
dibutuhkan pada tiap jenis proses produksi tidak sama,tergantung dari jenis dan
peralatan produksi yang digunakan.
Sumber Energi Unit Nilai Kalor Input Produksi Nilai Kalor Total
(MJ/unit) (MJ/unit)
Gasolin Liter 32.24 8.08 40.32
Minyak diesel Liter 38.66 9.12 47.78
LPG Liter 26.10 6.16 32.26
Gas alam m3 41.38 8.07 49.45
Batu bara keras Kg 30.32 2.36 32.59
Batu bara ringan Kg 30.29 2.37 32.76
Kayu keras Kg 19.26 1.44 20.70
Kayu lunak Kg 17.58 1.32 18.90
Listrik kWh 3.60 8.39 11.99
Sumber : Cervinka (1980) dalam Rahmat (2001)
22
Audit Energi
masukan energi langsung yang berasal dari tenaga manusia, bahan bakar minyak,
biomassa, dan listrik.
Tedi Ali Rahmat pada tahun 2002 melakukan penelitian audit energi di
Unit Usaha Rejosari PTPN VII (Persero) Lampung Selatan. Audit energi yang
dilakukan meliputi kegiatan budidaya kelapa sawit, pemanenan, pengangkutan
buah, pengolahan TBS menjadi CPO dan kegiatan yang berlangsung pada sarana
pendukung produksi. Hasil audit energi pada proses pengolahan TBS menjadi
CPO adalah energi tenaga manusia sebesar 1.02 x 10-2 MJ/kg CPO, energi listrik
sebesar 3.97 x 10-1 MJ/kg CPO, energi bahan bakar solar untuk diesel 4.11 x 10-1
MJ/kg CPO dan energi biomassa 9.92 MJ/kg CPO.
Penelitian audit energi oleh Muhammad Rizal Fadly (2003) di PKS Kwala
Sawit PTPN II (Persero) Medan, Sumatera Utara dilakukan pada proses
pengolahan TBS menjadi CPO. Hasil audit energi adalah energi tenaga manusia
sebesar 7.45 x 10-3 MJ/kg CPO, energi listrik sebesar 3.2309 x 10-1 MJ/kg CPO,
energi solar sebesar 2.1746 x 10-1 MJ/kg CPO, dan energi biomassa sebesar 12.62
MJ/kg CPO.
Mutiara (2003) melakukan penelitian tentang audit energi pada proses
pengolahan TBS menjadi CPO di PT. Condong Garut, Jawa Barat. Hasil audit
energi yang dilakukan yaitu konsumsi energi untuk pengolahan TBS menjadi
CPO sebesar 14.7011 MJ/kg CPO.
Tabel 7 Hasil-hasil penelitian audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pre Audit
Audit Rinci
Rekomendasi
Persiapan Lahan
Bibit
Pembibitan Pupuk
Mesin dan
peralatan Penanaman
pertanian
Manusia Pemanenan
Listrik Diesel
Truk Pengangkutan
Mesin dan
peralatan Penerimaan
pengolahan
Perebusan
BPV
Penebahan
Turbin uap
WTP
Pemurnian minyak CPO
Keterangan :
Batasan Sistem
Dalam pelaksanaan audit energi, sistem yang akan diteliti perlu dibatasi.
Batasan sistem yang diaudit didekati dengan asumsi bahwa proses produksi CPO
dimulai dari budidaya kelapa sawit sampai tahap pengolahannya menjadi CPO
yang ditunjang oleh sarana pendukungnya. Hal tersebut dipandang sebagai satu
satuan usaha pabrik. Batasan sistem yang diaudit dapat dilihat pada Gambar 7.
Adapun batasan-batasan lainnya sebagai berikut:
1. Proses produksi untuk menghasilkan CPO dimulai dari kegiatan budidaya
sampai dengan pengolahan TBS menjadi CPO yang ditunjang oleh sarana
pendukungnya, yaitu sarana penyediaan air dan energi. Hal ini dianggap satu
kesatuan sistem produksi.
2. Pengamatan terhadap proses produksi CPO dilakukan secara berurutan
mengikuti proses yang berlangsung.
3. Semua kegiatan dan jalannya proses produksi CPO dianggap tetap setiap
tahunnya dan dalam keadaan normal.
4. Masukan energi biologis tenaga manusia hanya dihitung yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Untuk pegawai administrasi di kantor tidak
diperhitungkan.
5. Masukan energi listrik hanya dihitung untuk kegiatan yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Penggunaan listrik untuk peralatan dan
penerangan kantor serta kebutuhan listrik untuk perumahan karyawan tidak
diperhitungkan sebagai input energi produksi.
6. Masukan energi listrik yang merupakan input energi sekunder dari BBM dan
biomassa, hanya dihitung sebagai input energi pada tiap tahapan produksi yang
mengkonsumsinya.
7. Energi yang berasal dari sistem boiler yaitu uap maupun listrik dari turbin uap
dan generator diesel tidak dianggap sebagai input energi total, yang
diperhitungkan hanya bahan bakar dari kedua sistem pembangkit listrik tersebut.
Tetapi energi listrik untuk setiap tahapan produksi tetap dihitung sebagai input
energi pada tahapan produksi tersebut.
8. Dalam proses produksi CPO, semua embodied energy dari mesin dan peralatan
pabrik serta peralatan bengkel tidak diperhitungkan.
9. Input energi primer dihitung dari masukan energi pupuk, manusia, solar, dan
biomassa. Masukan energi listrik yang merupakan input energi sekunder yang
berasal dari solar dan biomassa hanya dihitung pada tiap tahapan produksi yang
mengkonsumsinya. Input energi primer digunakan untuk menghitung energi
primer riil yang digunakan pada total sistem.
10. Input energi tidak langsung dari pestisida dan bahan kimia pembantu tidak
diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO karena
kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai data
pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi).
28
Metode Audit
Metode audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit energi
awal (preliminary energy audit) yang dilanjutkan ke tahap audit energi rinci
(detailed energy audit). Tahapan audit awal yang dilakukan adalah persiapan
kelengkapan kerja, identifikasi data yang diperlukan, pengumpulan data-data
mengenai produksi dan energi yang digunakan dalam proses produksi (jenis dan
sumber energi). Sedangkan tahapan audit rinci yang dilakukan yaitu melakukan
pengukuran terhadap alat dan mesin yang digunakan dalam proses produksi CPO
(mulai dari produksi kelapa sawit sampai dengan pengolahannya menjadi CPO),
serta analisis energi pada sistem produksi tersebut.
Metode analisis energi yang digunakan yaitu metode analisis proses.
Setiap tahapan proses dianalisis untuk menentukan masukan energi dan analisis
ini merupakan suatu identifikasi terhadap jaringan kerja dan proses yang harus
diikuti untuk memperoleh produk akhir.
Audit energi dimulai dengan menentukan batasan sistem yang diaudit,
kemudian menghitung semua input yang termasuk ke dalam sistem,
mengidentifikasi output yang dihasilkan dalam satuan yang sama sehingga
diperoleh jumlah energi produksi dalam satuan MJ/kg CPO. Langkah selanjutnya
yaitu menghitung efisiensi dari tiap tahapan proses produksi sekaligus mendeteksi
bagian/peralatan yang tidak/kurang efisien, sehingga upaya penghematan dapat
dilakukan.
Parameter Pengukuran
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah TBS, CPO, cangkang,
serat, air dan bahan bakar solar. Alat yang digunakan adalah seluruh peralatan
produksi serta alat ukur yang terpasang di jembatan timbang, ruang mesin, alat
ukur yang terpasang pada alat produksi, tang ampere, bomb calorimeter.
Keterangan :
Ebs = bahan bakar solar untuk memproduksi tiap kg CPO (MJ/kg CPO)
n = kebutuhan solar tiap jam (liter/jam)
t = jam jalan pembangkit tenaga diesel (jam/hari)
N = nilai kalor bahan bakar solar (MJ/liter); 47.78 MJ/liter (Cervinka
dalam Pimentel, 1980 dalam Mutiara, 2003)
7. Penggunaan Energi
Perhitungan pada penggunaan energi adalah sebagai berikut :
a. Efisiensi riil, perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah
energi input, dengan persamaannya:
Eff.riil = (UE/IE) x 100%... (10)
Keterangan :
Eff. riil = efisiensi riil penggunaan energi (%)
UE = energi berguna (MJ)
IE = input energi (MJ)
b. Efisiensi teknis, perbandingan antara kapasitas alat terukur dengan
kapasitas alat terpasang, dengan persamaannya:
Input energi terbesar berasal dari biomassa sebesar 10.410 MJ/kg CPO
atau 77.63% dari total masukan energi primer. Input energi terkecil berasal dari
penggunaan tenaga manusia sebesar 0.342 MJ/kg CPO atau 2.55% dari total
masukan energi primer. Tahapan produksi yang mengkonsumsi energi primer
terbesar yaitu tahapan kegiatan pengolahan TBS serta sarana pendukung sebesar
10.432 MJ/kg CPO atau sebesar 77.79% dari total konsumsi energi primer.
Tahapan produksi yang paling kecil dalam mengkonsumsi energi yaitu tahapan
pemanenan sebesar 0.00314 MJ/kg CPO atau sebesar 0.0234% dari total
konsumsi energi primer.
34
Ma = 0.0482 Bibit
Pu = 0.00508
So = 0.00773
*Pe =- Pemb.Pre nursery
Ma = 0.219
Pu = 0.0621 Pemb.Main nursery
So = 0.00773
*Pe =-
Ma = 0.00045 Penanaman
Pu = 0.04550
Ma = 0.0001 Pengempaan
Li = 0.06890
Ma = 0.00015
Pemurnian
Li = 0.05610
CPO
Ket : Ma = energi biologis manusia (MJ/kg CPO), Li = energi listrik (MJ/kg CPO)
Pu = energi pupuk (MJ/kg CPO), Bi = energi biomassa (MJ/kg CPO)
So = energi solar (MJ/kg CPO), Ba = bahan kimia pembantu
Pe = energi pestisida, U = energi uap (MJ/kg CPO)
*Pestisida dan bahan kimia pembantu tidak diperhitungkan dalam
perhitungan kebutuhan energi produksi karena kurangnya data pendukung.
Dari analisis yang dilakukan maka dibuat aliran energi pada setiap tahapan
produksi CPO seperti yang disajikan pada Gambar 8. Kebutuhan energi pada
proses produksi CPO di PKS Adolina, Sumatera Utara dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Tenaga Manusia
Tenaga manusia memiliki peranan penting pada setiap proses pengolahan TBS
menjadi CPO. Peranan tersebut dapat dilihat dari adanya penggunaan tenaga
manusia mulai dari kegiatan budidaya, pemanenan, pengangkutan buah,
pengolahan TBS menjadi CPO, dan pada stasiun pendukung produksi. Total
penggunaan energi manusia pada proses produksi CPO di PKS Adolina adalah
sebesar 0.342028 MJ/kg CPO. Penggunaan tenaga manusia yang paling besar
adalah pada kegiatan budidaya sebesar 0.3117 MJ/kg CPO atau sebesar
91.13% dari total konsumsi tenaga manusia. Pada kegiatan budidaya kelapa
sawit, tahapan kegiatan yang paling banyak mengkonsumsi energi adalah
pembibitan main nursery sebesar 0.21900 MJ/kg CPO atau sebesar 70.26%
dari total konsumsi tenaga manusia pada kegiatan budidaya. Sedangkan
konsumsi energi manusia terkecil yaitu pada tahap penanaman sebesar
0.00045 MJ/kg CPO atau 0.144% dari total konsumsi tenaga manusia pada
kegiatan budidaya.
2. Pupuk
Pupuk merupakan salah satu energi yang digunakan dan berperan dalam
proses produksi CPO terutama pada kegiatan budidaya kelapa sawit. Jenis pupuk
yang digunakan di UU Adolina adalah Urea, NPK, Kieserite, SP 36, Rock
Phosphate, Potash, Dolomite, dan ZA. Konsumsi energi pupuk dapat dilihat pada
Tabel 14. Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah konsumsi energi pupuk pada
kegiatan budidaya adalah sebesar 2.22668 MJ/kg CPO dimana konsumsi energi
pupuk terbesar terdapat pada kegiatan pemeliharaan TM, yaitu sebesar 1.63 MJ/kg
CPO atau 73.20% dari total konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya.
Sedangkan tahapan yang paling kecil dalam mengkonsumsi energi pupuk adalah
tahapan pembibitan pre nursery dengan energi sebesar 0.00508 MJ/kg CPO atau
0.228% dari total konsumsi energi pupuk keseluruhan.
Nilai energi bahan bakar solar yang digunakan adalah 47.78 MJ/liter. Dari
hasil perhitungan, diperoleh nilai konsumsi energi solar di UU Adolina adalah
0.43196 MJ/kg CPO. Konsumsi energi solar terbesar terdapat pada proses
pengangkutan TBS sebesar 0.39580 MJ/kg CPO atau 91.6% dari total penggunaan
energi solar. Tahapan kegiatan yang mengkonsumsi energi solar paling kecil
adalah pembibitan pre nursery dan main nursery sebesar masing-masing sebesar
0.00773 MJ/kg CPO atau sebesar 1.78% dari total penggunaan energi solar.
Pada tahapan kegiatan pengangkutan TBS, jumlah konsumsi energi solar
di UU Adolina lebih besar dibandingkan dengan UU Rejosari (Rahmat, 2002)
yaitu sebesar 0.209 MJ/kg CPO. Tingkat konsumsi yang berbeda ini dipengaruhi
oleh jarak antara kebun dan pabrik, kondisi jalan, kapasitas angkut dari mobil
pengangkut, serta kondisi dari mobil pengangkut yang bersangkutan.
4. Pestisida
Penggunaan pestisida di UU Adolina mencakup beberapa jenis, yaitu
herbisida, fungisida, dan insektisida. Herbisida yang digunakan adalah Glyphosate
yang digunakan dalam pembibitan main nursery dan persiapan lahan serta
2.4.D.Amine yang digunakan dalam pemeliharaan TM. Herbisida ini digunakan
untuk membasmi gulma khususnya rumput ilalang yang dapat mengganggu
pertumbuhan kelapa sawit. Fungisida yang digunakan yaitu Marfu P yang
digunakan pada pembibitan pre nursery. Fungisida digunakan untuk mencegah
pertumbuhan jamur pada kecambah. Insektisida yang digunakan yaitu
Karbosulfan pada pembibitan pre nursery, Marshal dan Mantene yang dipakai
pada pemeliharaan TBM. Insektisida digunakan untuk memberantas ulat api, ulat
kantong ataupun serangga pengganggu lainnya.
Konsumsi pestisida yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan
bahan untuk tiap 1 ha dan kg TBS yang dihasilkan karena kurangnya data
pendukung untuk nilai kalor produksi pestisida. Konsumsi pestisida dalam
kegiatan budidaya dapat dilihat pada Tabel 16.
41
6. Listrik
Input energi listrik pada kegiatan pengolahan CPO dan sarana pendukung
di UU Adolina berasal dari turbin uap dan generator diesel tanpa menggunakan
pasokan listrik dari PLN. Konsumsi energi listrik pada proses produksi CPO di
UU Adolina dapat dilihat pada Tabel 18. Total energi listrik yang dikonsumsi
adalah 0.3069 MJ/kg CPO. Bagian yang terbesar mengkonsumsi energi listrik
adalah kegiatan pengolahan TBS sebesar 0.1818 MJ/kg CPO atau sebesar 59.23%
dari total konsumsi energi listrik. Penggunaan energi listrik secara rinci pada tiap
tahapan produksi di UU Adolina dapat dilihat pada Lampiran 14 .
Konsumsi energi listrik total di UU Adolina lebih kecil dibandingkan
dengan UU Rejosari sebesar 0.3969 MJ/kg CPO. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan penggunaan energi listrik yang berbeda tergantung dari kondisi
42
Tabel 19 Efisiensi teknis peralatan dan mesin produksi CPO di setiap stasiun
pengolahan
Kegiatan Daya terukur Daya terpasang Efisiensi teknis (%)
(kW) (kW)
A. Pengolahan TBS
-Penerimaan buah 5.1 5.5 92.73
-Perebusan 8.42 10.9 77.45
-Penebahan 6.20 10.23 60.23
-Pengempaan 15.61 22.38 69.73
-Pemurnian minyak 8.21 10.93 75.12
B. Sarana pendukung
-Penyediaan air 14.93 17.67 84.49
-Penyediaan energi 9.64 17.11 56.34
Total 72.73
43
Boiler
Turbin Generator listrik
7. Biomassa
Biomassa digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap dimana biomassa
tersebut berupa serat (fibre) dan cangkang (shell) yang dihasilkan dari proses
pengolahan. Komposisi yang digunakan oleh PKS Adolina sebagai bahan bakar
ketel uap yaitu 77.78% serat dan 22.22% cangkang. Sedangkan jumlah serat dan
cangkang yang dihasilkan di PKS Adolina sehari-hari masing-masing adalah
75325.56 kg dan 21521.59 kg.
Nilai kalor serat dan cangkang diperoleh dengan pengujian menggunakan
alat Bomb Calorimeter yang dilakukan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
Pertanian IPB yaitu masing-masing sebesar 12.85 MJ/kg dan 17.46 MJ/kg. Data
ketersediaan bahan bakar biomassa dan hasil pengukuran nilai kalor bahan bakar
biomassa dapat dilihat pada Lampiran 16. Konsumsi bahan bakar biomassa riil
untuk boiler didasarkan pada pengamatan bahwa semua cangkang dan serat yang
dihasilkan digunakan untuk bahan bakar boiler. Penggunaan bahan bakar riil dan
nilai masukan energinya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Masukan energi biomassa adalah sebesar 10.41 MJ/kg CPO dengan
komposisi dari serat sebesar 7.50 MJ/kg CPO atau sebesar 72.04% dari total
masukan energi biomassa dan cangkang sebesar 2.91 MJ/kg CPO atau sebesar
27.95% dari total masukan energi biomassa. Dari perhitungan kebutuhan bahan
bakar boiler teoritis didapatkan kebutuhan bahan bakar teoritis sebesar 94116.95
kg/hari dengan komposisi yaitu serat sejumlah 73204.16 kg/hari dan cangkang
sebesar 20912.78 kg/hari. Dengan masukan energi dari bahan bakar teoritis
sebesar 10.18 MJ/kg CPO dengan komposisi yaitu dari serat sebesar 7.34 MJ/kg
CPO atau sebesar 72.04% dari total masukan bahan bakar biomassa teoritis dan
dari cangkang sebesar 2.84 MJ/kg CPO atau sebesar 27.95% dari total masukan
bahan bakar biomassa teoritis. Terdapat selisih antara bahan bakar yang
digunakan secara riil dengan kebutuhan bahan bakar teoritis dan akan dijelaskan
pada bagian konservasi energi.
44
Air umpan
Uap = 0.66
Instalasi
pengolahan
Listrik : 0.1818
Panel
listrik
0.31561
Input energi pada generator diesel berasal dari energi solar dan energi
manusia. Input energi solar sebesar 0.0207 MJ/kg CPO dan input tenaga manusia
sebesar 0.0001312 MJ/kg CPO sehingga total input energi pada generator diesel
adalah 0.0208 MJ/kg CPO. Output yang dihasilkan dari generator diesel berupa
energi listrik sebesar 0.00361 MJ/kg CPO, sehingga efisiensi riil generator diesel
adalah sebesar 17.35% dengan efisiensi teknisnya yaitu 21.96%.
Energi listrik yang dihasilkan oleh turbin uap dan generator diesel adalah
sebesar 0.31561 MJ/kg CPO dengan perbandingan penyediaan listrik dari turbin
uap dan generator diesel yaitu sebesar 98.86 : 1.144. Kebutuhan energi listrik
yang terukur pada semua peralatan produksi yaitu 0.3069 MJ/kg CPO.
kebutuhan. Dalam hal ini operator seharusnya bisa disiplin terhadap standar
penggunaan uap. Upaya lain dapat dilakukan melalui perbaikan instalansi
pengaliran uap yang mengalami kebocoran serta penggantian beberapa alat ukur
uap yang mengalami kerusakan.
efisiensi yang rendah disebabkan oleh besarnya kerugian (losses) di dalam turbin
seperti pada nosel dan sudu-sudu turbin. Efisiensi teknis generator diesel sebesar
21.96%, efisiensi teknis turbin sebesar 70.89%, dan efisiensi total penggunaan
listrik adalah 97.24%.
6. Energi listrik yang dihasilkan dari sarana pendukung penyediaan energi sebesar
0.31561 MJ/kg CPO berasal dari turbin uap sebesar 0.312 MJ/kg CPO atau
98.85% dari total masukan energi listrik dan generator diesel sebesar 0.00361
MJ/kg CPO atau 1.143%. Kehilangan energi listrik dari input listrik ke peralatan
pengguna listrik sebesar 0.00871 MJ/kg CPO. Konsumsi energi listrik pada
instalasi pengolahan sebesar 0.1818 MJ/kg CPO dan instalasi sarana pendukung
sebesar 0.1251 MJ/kg CPO, sehingga rasio penggunaan energi listrik antara
instalasi pengolahan dengan sarana pendukung sebesar 59.24 : 40.76.
7. Besarnya pemborosan energi adalah 0.2955 MJ/kg CPO yang berasal dari
pemakaian tenaga manusia untuk pengolahan TBS, penggunaan serat dan
cangkang sebagai bahan bakar pada boiler serta adanya kehilangan energi listrik.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Perkebunan Kelapa Sawit.
www.deptan.go.id. (diakses pada tanggal 29 Februari 2012)
Basuki, C.A. 2006. Analisis Konsumsi Bahan Bakar Pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap dengan Menggunakan Metode Least Square. Makalah Tugas
Akhir. Semarang.
Dewata, P.I. 2011.Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single
Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan
Gresik.Skripsi. Surabaya.
Fadly, M. R. 2003.Audit Energi pada Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Crude
Palm Oil (CPO) di PKS Kwala Sawit PTP. Nusantara II (Persero) Medan-
Sumatera Utara.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
Fluck, R.C. 1992. Energy in Farm Production. Elsevier Press.
Irwanto, A.K. 1996. Masukan Energi dalam Produksi Beras.Disertasi. Program
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Julia, Hilda. 2009. Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen CPO (Crude Palm
Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Tamiang PT. Padang Palma Permai.Skripsi.
USU: Medan.
Mutiara. 2003. Audit Energi pada Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO) di PT.
Condong Garut. Skripsi. IPB: Bogor.
Naibaho, M.P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.
Natashia, Kristen. 2012. Mempelajari Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO)
dan Kebutuhan Energi dalam Proses Produksi Tersebut di PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina Sumatera Utara. Laporan
Praktik Lapangan. IPB: Bogor.
Pimentel, D. 1980. Hand Book of Energy Utilization in Agriculture. CRC
Press.Inc. Bocara. Florida: USA.
Rahmat, Tedi Ali. 2002. Audit Energi pada Produksi Crude Palm Oil (CPO) di
PTP. Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Lampung Selatan.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, I. 1999. Audit Energi pada Proses Produksi Teh Hitam di Perkebunan
Assam Jayanegara Indah, Sukabumi. Jawa Barat.Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius.Yogyakarta.
Sholahudin. 1999. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP. Nusantara VIII Banten
Selatan.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
Simanjuntak, M.E. 2010. Perancangan Geometri Boiler dan Konfigurasi PLTU
dengan Daya 7,3 MW Berbahan Bakar Cangkang Sawit. Jurnal Dinamis
Vol.I, Medan.
Sitepu, Tekad. 2011. Analisa Kebutuhan Uap pada Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit
dengan Lama Perebusan 90 Menit. Jurnal Dinamis, Volume II, Sumatera
Utara.
Stout, B. A. 1990. Hand Book of Energy for World Agriculture. Elsevier Press.
51
Sulistiono, Wibowo Ari. 2008. Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude
Palm Oil) di PMKS PT Condong Garut, Jawa Barat.Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
52
Lampiran berupa data selanjutnya untuk perhitungan dapat dilihat pada file di
dalam CD.
55 73
RIWAYAT HIDUP