Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN DAN

PENAMBAHAN KAPASITAS PABRIK CRUDE PALM OIL


PADA PT. MAZUMA AGRO INDONESIA

MUHAMMAD RAHMADSYAH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kelayakan


Bisnis Pendirian dan Penambahan Kapasitas Pabrik Crude Palm Oil pada PT.
Mazuma Agro Indonesia” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Muhammad Rahmadsyah
NIM F34120151
ABSTRAK

MUHAMMAD RAHMADSYAH. Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian dan


Penambahan Kapasitas Pabrik Crude Palm Oil pada PT. Mazuma Agro Indonesia.
Dibimbing oleh LIEN HERLINA.

Pabrik kelapa sawit (PKS) dibutuhkan untuk mengolah tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit dengan segera menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit
untuk mencegah penurunan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kelayakan pendirian pabrik kelapa sawit di PT. MAI. Metode kualitatif digunakan
untuk menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan
ekonomi, serta lingkungan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis
kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, BEP, serta analisis
switching value dan sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan pendirian PKS di PT.
MAI layak dilaksanakan dari penilaian kelayakan non finansial. Analisis finansial
pendirian PKS kapasitas 30 ton/jam (skenario I) menghasilkan nilai NPV sebesar
Rp 296.452.396.035, IRR 29.71 %, Net B/C 2.82, PP 2 tahun dan 11 bulan, dan
BEP 34.345.655 kg TBS. Pada analisis finansial peningkatan PKS dari kapasitas
30 ton/jam menjadi 60 ton/jam (skenario II) menghasilkan NPV sebesar Rp
349.204.363.836, IRR 44.17 %, Net B/C 4.01, PP 2 tahun dan 2 bulan, dan BEP
35.848.759 kg TBS. Hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa bisnis pada
kedua skenario layak dilaksanakan.

Kata kunci: Analisis Kelayakan, Bisnis Pendirian Pabrik, IRR, CPO, NPV

ABSTRACT

MUHAMMAD RAHMADSYAH. Feasibility Analysis on Palm Oil Mill


Establishment and Increased Capacity at PT. Mazuma Agro Indonesia. Supervised
by LIEN HERLINA.

Palm oil mill (POM) is needed to improve the productivity as well as to


process the fresh fruit bunch (FFB) immedieately into CPO and palm kernel to
avoid quality loss. This study aims to analyze the feasibility of establishing palm
oil mill in PT. MAI. Qualitative methods were used to analyze aspects of the
market, technical, management and legal, social and economic, as well as the
environment. Quantitative methods were used to analyze the investment criteria
such as NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, BEP, as well as switching value and
sensitivity analyzes. Results of analysis showed the establishment of the POM in
PT. MAI is feasible from non-financial eligibility assessment. Financial analysis
of the establishment of the POM capacity of 30 tons/hour (scenario I) produce an
NPV value of Rp 296.452.396.035, IRR 29.71 %, Net B/C 2.82, PP 2 years and
11 months and BEP 34.345.655 kg TBS. In the financial analysis, increase in the
MCC from a capacity of 30 tons/hour to 60 tons/hour (scenario II) produce an
NPV of Rp Rp 349.204.363.836, IRR 44.17 %, Net B/C 4.01, PP 2 years and 2
months, and BEP 35.848.759 kg TBS. Based on financial analysis, it can be
concluded that the business in both scenarios feasible.

Keywords:Feasibility Analysis, Business Establishment Factory, IRR, CPO, NPV


ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN DAN
PENAMBAHAN KAPASITAS PABRIK CRUDE PALM OIL
PADA PT. MAZUMA AGRO INDONESIA

MUHAMMAD RAHMADSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR BOGOR
2016
NdlTlñ

NIM

Disetujui oleh

Ir Llen Herlii M.Sc


Dosen Pembimbing

Jketahui
oleh

‘°•HeRa arteme
n

Tanggal Lulus: 1 S£2 ?0Jfi


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini dengan
judul Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian dan Penambahan Kapasitas Pabrik
Crude Palm Oil pada PT. Mazuma Agro Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir.Lien Herlina, M.Sc selaku
dosen pembimbing skripsi atas masukan, waktu, motivasi, serta perhatian dan
kesabaran yang telah di berikan kepada penulis selama penyusunan karya ilmiah
ini. Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak PT. Mazuma
Agro Indonesia diantaranya kepada Bapak Maslin Batubara selaku pemilik
perusahaan, kepada Bapak Ichsan Hakim Batubara selaku Direktur dan kepada
Bapak Zulfitrah selaku manager pabrik serta seluruh petinggi dan karyawan yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di PT. Mazuma Agro
Indonesia dan memberikan kelengkapan data yang diperlukan untuk penelitian ini.
Ungkapan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada mama, almarhum papa,
abang, ompung dan keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta dukungan
yang tiada hentinya. Terima kasih kepada Tiara Auliana Maulani yang selalu
mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada
Ridho, Rian, Yulio, Thezar, Andri, Felix selaku sahabat penulis yang selalu
memberikan dukungannya sampai penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima
kasih kepada sahabat-sahabat Jalan-jalan Men yaitu Tiara, Tessar, Indira, Dita,
Franky, Fika, Kuncoro, Athirah, Shidqi atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang lainnya yang tidak dapat
dituliskan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Muhammad Rahmadsyah
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv


DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Bisnis Kelapa Sawit 3
Perkembangan Minyak Sawit Dunia 3
Perkembangan Bisnis Kelapa Sawit di Indonesia 4
Minyak Sawit PT. MAI 4
Perkebunan Kelapa Sawit 5
Kapasitas Pengolahan 5
Kelayakan Investasi 6
Investasi 6
Konsep Nilai Waktu Uang 6
Studi Kelayakan Bisnis 6
Aspek Pasar 7
Aspek Teknis 7
Aspek Hukum 7
Aspek Manajemen 7
Aspek Sosial dan Ekonomi 7
Aspek Dampak Lingkungan 7
Analisis Finansial 8
Analisis Sensitivitas dan Switching Value 9
Penelitian Terdahulu 10
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Kerangka Pemikiran Penelitian 11
METODE PENELITIAN 14
Jenis dan Sumber Data 14
Metode Pengumpulan Data 14
Metode Pengolahan dan Analisis Data 14
Asumsi Dasar 16
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 17
ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL 18
Aspek pasar 18
Peluang dan potensi pasar 18
Pangsa pasar PT. MAI 19
Alur distribusi palm product PT. MAI 19
Hasil analisis aspek pasar 20
Aspek teknis 20
Lokasi pabrik 20
Fasilitas Pendukung 21
Kapasitas pabrik 24
Layout 25
Proses produksi 25
Hasil analisis aspek teknis 30
Aspek Manajemen dan Hukum 30
Organisasi Perusahaan 30
Organisasi Pabrik 30
Deskripsi jabatan pabrik 31
Kendala dan solusi organisasi pabrik 32
Hasil analisis aspek manajemen dan Hukum 33
Aspek Sosial dan Ekonomi 33
Penjelasan aspek sosial dan ekonomi 33
Hasil analisis aspek sosial dan ekonomi 34
Aspek Lingkungan 35
Pengelolaan limbah PT. MAI 35
Hasil analisis aspek lingkungan 35
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 36
Arus Kas (Cash flow) 36
Arus Penerimaan (Inflow) 36
Arus Pengeluaran (Outflow) 38
Analisis Laba Rugi 43
Analisis Kriteria Investasi 43
Analisis Sensitivitasdan Switching Value 44
SIMPULAN DAN SARAN 47
Simpulan 47
Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 51
RIWAYAT HIDUP 91
DAFTAR TABEL

1 Kebutuhan tenaga kerja pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I dan
skenario II 31
2 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario I (30
ton/jam) 37
3 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario II (60
ton/jam) 37
4 Rincian biaya variabel 39
5 Rincian biaya tetap 41
6 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario I (30 ton/jam) 42
7 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario II (60 ton/jam) 42
8 Hasil penilaian kriteria investasi pada pabrik kelapa sawit PT. MAI
skenario I (30 ton/jam) dan skenario II (60 ton/jam) 44
9 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT.
MAI skenario I (30 ton/jam) 45
10 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT.
MAI skenario II (60 ton/jam) 46
11 Hasil analisis switching value dan perbandingan dengan asumsi
sensitivitas 47

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian analisis kelayakan pabrik kelapa sawit


di lokasi PT. MAI 13
2 Tampak depan kantor pusat PT. MAI 21
3 Bengkel atau workshop station PKS PT.MAI 22
4 Laboratorium PKS PT. MAI 22
5 Perumahan staf dan karyawan PT. MAI 23
6 Kendaraan dan alat berat PKS PT. MAI 23
7 Boiler (kiri atas), genset (kanan atas), dan turbin uap (bawah) di PKS
PT. MAI 24
8 Back Pressure Vessel 26
9 Jembatan timbang (kiri atas), Loading ramp (kanan atas), TBS Hopper
(kiri bawah), dan lori (kanan bawah) 26
10 Stasiun perebusan TBS 27
11 Stasiun bantingan (kiri) dan mesin digester (kanan) 27
12 Vibrating screen (kiri) dan Sand trap tank (kanan) 28
13 Storage tank (kiri) dan (kanan) minyak mentah yang mengandung
sludge 28
14 Nut polishing drum (kiri) dan ripple mill (kanan) 29
15 LTDS separation system 29
DAFTAR LAMPIRAN

1 Investasi pabrik dan kantor 51


2 Investasi kendaraan untuk satu pabrik 52
3 Investasi perumahan 52
4 Penyusutan skenario I 53
5 Penyusutan skenario II 53
6 Alir proses produksi pabrik kelapa sawit PT. MAI 54
7 Layout pabrik kelapa sawit PT. Mazumo Agro Indonesia 55
8 Cash flow skenario I 56
9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % 60
10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % 64
11 Cash flow skenario II 68
12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % 72
13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % 76
14 Laporan laba rugi skenario I 80
15 Laporan laba rugi skenario II 84
16 Kantor pusat PT. MAI di Medan 88
17 Rangkuman validasi expert 89
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang memiliki
kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia. Menurut
data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan subsektor perkebunan
untuk PDB sektor pertanian mencapai angka Rp 175.248,4 miliar (13,46 persen).
Jumlah tersebut menunjukkan subsektor perkebunan sebagai penyumbang PDB
sektor pertanian ketiga terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan yaitu
Rp 621.832,7 miliar (47,75 persen), dan subsektor perikanan yaitu Rp 291.799,1
miliar (22,41 persen). Penyumbang PDB sektor pertanian lainnya adalah
subsektor peternakan yang menyumbang Rp 165.162,9 miliar (12,68 persen) dan
subsektor kehutanan yaitu Rp 56.994,2 miliar (4,37 persen).
Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekspor
paling besar diantara komoditas perkebunan lainnya. Pada tahun 2014 volume
ekspor minyak kelapa sawit mencapai 12.339.598 ton dengan nilai ekspor minyak
kelapa sawit sebesar $ 10.089.572.000. Skala ekonomi perkebunan kelapa sawit
yang direkomendasikan untuk memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit adalah
minimal 6.000 ha perkebunan inti. Angka luas areal ini diolah dari pertimbangan
berbagai faktor, seperti kapasitas pegolahan pabrik kelapa sawit (PKS), jumlah
tenaga kerja yang dikelola dan rentang kendalinya, pertimbangan ekonomis biaya
pengangkutan TBS dari lapangan ke PKS, dan lain-lainnya (Pahan 2006).
Pendirian pabrik kelapa sawit yang berada di sekitar lokasi perkebunan
bertujuan untuk mengurangi kerugian dan menekan biaya transportasi TBS
sebagai upaya peningkatan efisiensi. Proses pengolahan TBS dengan tidak segera
akan menimbulkan potensi kerugian seperti penurunan kualitas dan kuantitas
MKS. Rendemen MKS dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti varietas tanaman,
pemeliharaan tanaman, mutu dan cara panen TBS, pengangkutan serta proses
pengolahan (Mangoensoekarjo 2003).
Salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah PT.
Mazuma Agro Indonesia (MAI). PT. MAI adalah perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang beroperasi di Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. PT.
MAI didirikan sejak tahun 1987. PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam
kelapa sawit perkebunan inti yang telah menghasilkan dan 2.000 ha areal tanam
kelapa sawit perkebunan plasma. Produksi PT. MAI pada tahun 2015 adalah
147.251 ton TBS pada perkebunan inti dan 29.537 ton TBS pada perkebunan
plasma.
TBS PT. MAI selama ini diolah di PKS MAI MILL-I (pabrik pertama PT.
MAI) yang berada di dalam kawasan kebun unit Batari milik PT. MAI sendiri.
Peningkatan produktivitas PT. MAI mengakibatkan PKS MAI MILL-I kelebihan
pasokan bahan baku TBS yang akan diolah menjadi MKS dan IKS sehingga
mengakibatkan TBS tertunda untuk diolah karena keterbatasan kapasitas pabrik
yang hanya 30 ton TBS/jam. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (BSN)
standar nilai ALB akan meningkat jika TBS tidak diolah lebih dari 6 jam. Hal ini
menyebabkan kerugian dan inefisiensi pada operasional perusahaan. Kerugian dan
inefisiensi tersebut dapat dicegah dengan pendirian pabrik kelapa sawit baru di
2

lokasi kebun Huragi PT. MAI yaitu PKS MAI MILL-II ataupun dengan elevasi
PKS MAI MILL-I.

Perumusan Masalah

Pabrik pengolahan kelapa sawit dibutuhkan oleh PT. MAI karena tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit memiliki sifat yang mudah rusak dan
membutuhkan ruang penyimpanan yang besar sehingga apabila TBS tidak diolah
dengan segera dapat menurunkan nilai produk. Selain sifat alamiah TBS, semakin
meningkatnya produktivitas pada kebun unit Huragi mengakibatkan buah tidak
dapat di proses tepat waktu dikarenakan melebihi kapasitas PKS MAI MILL-I.
Masalah-masalah yang telah dipaparkan diatas menyebabkan PT. MAI
harus melakukan pengolahan TBS dengan segera. Cara yang dapat dilakukan
adalah dengan meningkatkan kapasitas PKS MAI MILL-I atau mendirikan PKS
tambahan di lokasi kebun unit Huragi PT. MAI. PKS mengolah TBS menjadi
minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Peningkatan skala
ataupun pembangunan PKS akan memberikan banyak manfaat. Adapun manfaat
yang akan diterima oleh PT. MAI adalah pertama, pendirian PKS akan
memberikan keuntungan berupa kualitas MKS yang dihasilkan dengan ALB yang
rendah. Kedua, pendirian PKS akan menghilangkan biaya transportasi TBS dari
kebun menuju PKS. Ketiga, pendirian PKS akan mencegah penyusutan bobot dan
rendemen minyak dari TBS. Keempat, pendirian PKS akan membuka lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar lokasi PT. MAI. Kelima, pendirian PKS
akan mengurangi terjadinya gesekan sosial antara perusahaan dengan masyarakat
sekitar karena meningkatnya kesejahteraan petani dengan keuntungan lebih besar
yang didapat petani dengan menjual hasil TBS kepada PKS yang dekat.
Pendirian PKS di kawasan perkebunan kelapa sawit PT. MAI selain
memberikan manfaat juga menimbulkan biaya dan resiko. Hal ini menuntut
perlunya perencanaan yang tepat dan objektif untuk menganalisis manfaat dan
risiko atas kegiatan bisnis tersebut. Salah satu analisis yang diperlukan adalah
studi kelayakan bisnis. Analisis ini dilakukan untuk melihat layak atau tidaknya
suatu bisnis berdasarkan aspek-aspek yang dikaji. Hasil analisis diharapkan dapat
memberikan gambaran yang tepat kepada perusahaan dalam mengambil
keputusan.
Berdasarkan gambaran kondisi di atas maka didapat perumusan masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kelayakan bisnis pendirian PKS MAI MILL-II dibandingkan
dengan elevasi PKS MAI MILL-I dilihat dari analisis nonfinansial (aspek
pasar, teknis, hukum, manajemen, sosial dan ekonomi, serta dampak
lingkungan)?
2. Bagaimana kelayakan bisnis pendirian PKS MAI MILL-II dibandingkan
dengan elevasi PKS MAI MILL-I dilihat dari analisis finansial?
3. Berapa besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. MAI atas variabel-
variabel penting analisis finansial agar tetap layak?
3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan


sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan bisnis pembangunan PKS PT. MAI dilihat dari
analisis non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial
dan ekonomi, serta dampak lingkungan).
2. Menganalisis kelayakan bisnis pembangunan PKS PT. MAI dilihat dari
analisis finansial.
3. Mengetahui besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. MAI atas
variabel-variabel penting analisis finansial agar tetap layak.
4. Menentukan skenario bisnis yang dipilih oleh PT. MAI.

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan segera dari hasil penelitian ini
adalah:
1. Sebagai bahan informasi pendirian pabrik kelapa sawit bagi PT. MAI ataupun
pihak-pihak yang ingin menanamkan investasi pada bidang agroindustri
kelapa sawit.
2. Mengetahui manfaat dan kendala dari pendirian pabrik kelapa sawit bagi
perusahaan perkebunan kelapa sawit, petani perkebunan rakyat dan
masyarakat lokal.
3. Peneliti, mahasiswa, dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi
tentang pabrik kelapa sawit.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pemilihan pendirian pabrik kelapa sawit atau
elevasi pabrik kelapa sawit MAI MILL-I. PKS MAI MILL-I dijadikan sumber
acuan dalam analisis finansial. Aspek yang dikaji meliputi aspek finansial (NPV,
IRR, Net B/C, Payback Period dan Break Even Point) dan aspek non finansial
yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan. Analisis sensitivitas dan switching value
yang digunakan untuk melihat adanya kemungkinan perubahan-perubahan pada
variabel input dan output produksi. Penentuan skenario bisnis yang dipilih di
tentukan oleh pemilik perusahaan PT. MAI.

TINJAUAN PUSTAKA

Bisnis Kelapa Sawit

Perkembangan Minyak Sawit Dunia


Tanaman kelapa sawit mengahasilkan salah satu produknya yang berupa
minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu minyak yang
4

paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di dunia. Minyak yang mudah


diproduksi ini digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk
kebersihan, dan juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel ataupun biodiesel.
Kebanyakan minyak sawit diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena
pohon kelapa sawit membutuhkan suhu hangat, sinar matahari, dan curah hujan
tinggi untuk memaksimalkan produksinya. Efek negatif dari produksi minyak
sawit yaitu dampaknya kepada kesehatan manusia karena mengandung kadar
lemak yang tinggi, selain itu bisnis kelapa sawit juga menjadi sebab kunci dari
penggundulan hutan di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Indonesia
adalah penghasil gas emisi rumah kaca terbesar setelah Republik Rakyat
Tiongkok dan Amerika Serikat.
Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia.
Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi
minyak sawit dunia. Pada saat ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir
minyak sawit yang terbesar di seluruh dunia dengan produksi pertahunnya sebesar
30,9 juta ton sedang Malaysia 19 juta ton.
Permintaan dunia akan minyak kelapa sawit menunjukkan tren positif
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi dunia, sehingga terjadi
peningkatan konsumsi terhadap produk-produk dengan bahan baku minyak sawit.

Perkembangan Bisnis Kelapa Sawit di Indonesia


Mayoritas hasil produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor ke negara
tujuan ekspor yaitu Malaysia, RRT, India, Singapura, dan Belanda. Industri
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit adalah industri kunci bagi perekonomian
Indonesia: dengan produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2015 mencapai 30,9
juta ton, dengan nilai ekspor sebesar 12,4 juta ton. Ekspor minyak kelapa sawit
merupakan salah satu penghasil devisa yang penting dan industri ini juga
memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang di Indonesia. Hampir 70%
perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di pulau Sumatera. Menurut data
dari Direktorat Jendral Perkebunan, jumlah total luas area perkebunan sawit di
Indonesia pada tahun 2015 ini mencapai sekitar 11,4 juta hektar. Jumlah ini
diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.
Kapasitas penyulingan di Indonesia diketahui telah meningkat menjadi 45
juta ton per tahun pada akhir 2014, naik dari 30,7 juta ton pada 2013, dan lebih
dari dua kali lipat kapasitas di tahun 2012 yaitu 21,3 juta ton. Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan bahwa Indonesia
memiliki target jangka panjang untuk memproduksi 40 juta ton CPO per tahun
mulai dari tahun 2020.

Minyak Sawit PT. MAI


PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan
inti dan 2.000 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan plasma. Produksi minyak
kelapa sawit PT. MAI pada tahun 2015 adalah 33.868 ton MKS pada perkebunan
inti dan 6.498 ton MKS pada perkebunan plasma.
Dengan produksi tersebut, PT. MAI berkontribusi 0,11 % terhadap hasil
CPO di Indonesia pada tahun 2015, sehingga masih terbuka luas pangsa pasar PT.
MAI untuk meningkatkan kapasitas produksi.
5

Perkebunan Kelapa Sawit

Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu
perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara.
Bentuk lain yang relatif baru yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR), yang pola
dasarnya merupakan bentuk gabungan antara perkebunan rakyat dengan
perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta dengan tata hubungan
yang bersifat khusus (Hadi 2004). PT MAI menganut sistem usaha perusahaan
inti rakyat (PIR).
Berdasarakan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen
Perkebunan, pada Tahun 2015 luas areal kelapa sawit mencapai 11,4 juta ha
dengan produksi 30,9 juta ton MKS. Luas areal menurut status pengusahaannya
terbagi tiga, yaitu milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,74 juta ha (41,43%),
milik negara (PTPN) seluas 0,77 juta ha (6,73%), milik swasta seluas 5,93 juta ha
(51,84%). PT. MAI termasuk dalam perkebunan milik swasta yang mempunyai
luas lahan 8.748 ha areal tanam kelapa sawit atau 0,15% dari luas perkebunan
milik swasta.
Produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2015 mencapai 30.9 juta ton
dengan produktivitas rata-rata sebesar 2.710 kg/ha/tahun. Perkebunan kelapa
sawit milik rakyat menghasilkan MKS sebesar 11.13 juta ton (36%), milik negara
menghasilkan MKS sebesar 2.47 juta ton (8%), dan swasta menyumbang produksi
MKS sebesar 17.30 juta ton (56%). Sedangkan PT. MAI menghasilkan 33.868 ton
dengan 0,11% market share-nya di Indonesia, sehingga sangat besar peluang
untuk memuhi permintaan pasokan CPO nasional dan dunia dengan
meningkatkan kapasitas pabrik PT.MAI.

Kapasitas Pengolahan

Pendirian pabrik kelapa sawit (PKS) dan penentuan kapasitasnya sangat


ditentukan oleh profil produksi dan persentase penyebaran produksi dalam
setahun. Pada siklus produksi tanaman kelapa sawit dikenal adanya bulan
produksi puncak, yaitu bulan-bulan produksi kelapa sawit dalam setahun yang
menghasilkan 10 – 13% dari total produksi selama satu tahun. Jumlah produksi
kelapa sawit pada bulan puncak menjadi acuan perusahaan dalam menentukan
kapasitas pabrik kelapa sawit. Iyung Pahan (2013) dalam buku panduan lengkap
kelapa sawit menganalogikannya dengan pembangunan konstruksi jembatan yang
dibuat pada kondisi debit air maksimal.
Kapasitas pengolahan PKS biasanya dihitung dengan kemampuan PKS
untuk mengolah TBS selama satu jam. Berdasarkan kemampuan mengolah TBS
dan pertimbangan pabrikasi, rancangan utama PKS dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
(Pahan 2006) :
a. Mini mill, PKS kapasitas olah (throughput) 5 ton TBS per jam
b. Reguler mill, PKS kapasitas olah 30, 45, 60, dan 90 ton TBS per jam
c. Interim line mill, PKS kapasitas 30 ton, tetapi platform-nya disiapkan untuk
kapasitas 45 atau 60 ton TBS per jam. Dengan demikian, pada saat extension,
PKS hanya dilakukan penambahan line process.
6

PKS PT. MAI mempunyai kapasitas 30 ton TBS per jam dengan plan
platform kapasitas terpasang 60 ton per jam. TBS PT. MAI selama ini diolah di
PKS MAI MILL-I yang berada di dalam kawasan kebun unit Batari milik PT
MAI. Peningkatan produktivitas PT. MAI mengakibatkan PKS MAI MILL-I
kelebihan bahan baku TBS yang akan diolah menjadi MKS dan IKS sehingga
mengakibatkan TBS tertunda untuk diolah karena keterbatasan kapasitas olah
pabrik yang hanya 30 ton TBS per jam.

Kelayakan Investasi

Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan
yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir
dan Jakfar 2010). Oleh karena itu, investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis,
yaitu:
a. Investasi nyata (real investment)
Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed
asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.
b. Investasi finansial (financial investment)
Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja,
pembelian saham, obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat
deposito.
Konsep Nilai Waktu Uang
Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu uang
adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih
berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang
mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu.
Perhitungan nilai waktu uang, baik nilai sekarang maupun nilai yang akan
datang harus mengikuti panjangnya waktu dan tingkat pengembalian. Konsep time
value of money sangat penting dalam masalah keuangan pada perusahaan,
lembaga maupun individu.
Hal tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut
waktu yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya
inflasi, konsumsi, produktivitas, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah
dalam hal pajak, dan suasana politik.
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al 2014). Studi kelayakan bisnis dapat menjadi tolak ukur yang
sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis.
Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai
aspek. Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1)
menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3) memudahkan
pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan pengendalian bisnis.
7

Aspek Pasar
Penilaian bisnis dari aspek pasar digunakan untuk meninjau seberapa besar
peluang pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market
share yang akan dikuasai. Kemudian aspek pasar juga membahas strategi apa
yang akan dilakukan untuk menguasai pasar. Maka dari itu dibutuhkan riset pasar,
baik secara langsung maupun dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka akan dijadikan
pedoman dalam penyusunan strategi pemasarannya.
Aspek Teknis
Pada aspek ini diteletiti mengenai lokasi bisnis, luas produksi, proses
produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menilai lokasi bisnis dengan mempertimbangkan lokasi bisnis dengan
pasar, lokasi bisnis dengan lokasi bahan baku, ketersediaan sumber air dan listrik,
ketersediaan sumber tenaga kerja, serta infrastruktur pendukung. Penilaian luas
produksi mempertimbangkan batasan permintaan, kapasitas mesin yang tersedia,
kemampuan manajemen dan finansial perusahaan, ketersediaan input-input
produksi, serta kemungkinan adanya penambahan kapasitas produksi. Penilaian
layout berupa penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan serta layout ruangan
sampai kepada usaha perluasan selanjutnya. Selain itu juga perlu memperhatikan
mengenai jenis penggunaan teknologi padat karya atau padat modal.
Aspek Hukum
Aspek ini membahas tentang kelengkapan dan keabsahan dokumen
perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki.
Keabsahan dokumen-dokumen sangat diperlukan sebagai dasar hukum
keberlangsungan bisnis dan menghindari masalah yang timbul di masa yang akan
datang.
Aspek Manajemen
Para pengelola bisnis dan struktur organisasi adalah hal-hal yang dinilai
dalam aspek ini. Bisnis yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh
tenaga kerja yang profesional dan memiliki kapabilitas dalam pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen, mulai dari fungsi perencanaan (planing), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing/actuating), dan pengendalian (controlling).
Struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Penelitian dalam aspek sosial dan ekonomi adalah untuk melihat seberapa
besar pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu bisnis terhadap sosial dan ekonomi
masyarakat secara keseluruhan khususnya masyarakat di sekitar lokasi bisnis serta
penerimaan masyarakat terhadap bisnis. Dampak sosial yang diamati adalah
penambahan kesempatan kerja yang akan tercipta dari pelaksanaan suatu bisnis.
Sedangkan dampak ekonomi yang diamati adalah peningkatan pendapatan
masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan pajak, dan penambahan aktivitas
ekonomi lainnya.
Aspek Dampak Lingkungan
Aspek ini merupakan analisis yang sangat dibutuhkan, karena setiap bisnis
yang dijalankan akan sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan disekitarnya.
Dampak lingkungan ini pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia,
8

binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya. Penilaian dampak


lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis. Bisnis yang
tidak memperhatikan lingkungan tidak akan dapat bertahan lama.
Analisis Finansial
Aspek finansial dalam analisis kelayakan bisnis memiliki tujuan utama
untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), penilaian terhadap aspek keuangan meliputi
sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan
biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, proyeksi aliran kas (cash
flow) dan laporan laba/rugi, serta kriteria penilaian investasi.
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk dan
jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang
keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Komponen yang terdapat di dalam
arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan
manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai produksi,
pinjaman, hadiah atau hibah, dan nilai sisa. Arus pengeluaran terdiri dari biaya
investasi, biaya operasional, pinjaman dan bunga pinjaman, serta pembayaran
pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan
dengan arus pengeluaran (Kasmir dan Jakfar 2010).
Laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan
dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada
masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga menggambarkan kinerja
perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu dan untuk
menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cash flow. Komponen yang
terdapat pada laporan laba/rugi meliputi pendapatan dari penjualan produk barang
atau jasa, beban produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran
(biaya untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan
seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan
dalam laporan laba/rugi, biaya yang terkait dengan investasi yang dimasukkan
hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang ada (Nurmalina et al 2014).

1. Kriteria Investasi
Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis
layak atau tidak untuk dilaksanakan dilihat pada aspek finansialnya. Kriteria
penilaian investasi mempertimbangkan time value of money atau pengaruh
waktu terhadap nilai uang dan dalam penghitungannya digunakan discount
factor agar dapat menghitung jumlah uang pada masa sekarang bila diketahui
sejumlah uang pada masa yang akan datang (Nurmalina et al 2014). Dalam
analisis ini kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value
(NPV), internal rate return (IRR), net benefit and cost ratio (Net B/C Ratio),
Payback Period, dan break even point (BEP).
a. Net Present Value (NPV)
Menurut Nurmalina et al (2014), suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika
jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang
dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat
9

bersih atau arus kas bersih. Net Present Value atau nilai kini manfaat
bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total
present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih
tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan
NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah (Nurmalina et al 2014).
b. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat
bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan
kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat
dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar dari satu, dan dikatakan tidak
layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al 2014).
c. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Nurmalina et al (2014), kelayakan bisnis juga dinilai dari
seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan.
Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return
(IRR). IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV
sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah
dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis dikatakan layak apabila IRR-
nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Pada umumnya
dalam menghitung tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan metode
interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi
(yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2014).
d. Payback Period (PP)
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu bisnis yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat
modal itu dapat kembali, semakin baik suatu bisnis untuk diusahakan
karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain
(Husnan dan Suwarsono 2000). Kelemahan dari metode ini adalah
diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan cash flow setelah
Payback Period. Metode ini hanya metode pelengkap penilaian investasi
(Nurmalina et al 2014).
e. Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik pulang pokok dimana total revenue bernilai sama dengan
total cost. BEP digunakan pada studi kelayakan bisnis dengan tujuan
untuk mengetahui jumlah produk minimal yang harus dipoduksi agar
bisnis tidak rugi dan menentukan harga terendah yang harus ditetapkan
agar bisnis tidak rugi (Nurmalina et al 2014).
Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan
parameter aspek finansial dan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang
dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar
tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan
untuk berinvestatsi pada suatu bisnis tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud.
Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan
keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut
10

sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur


yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya
produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit,
ataupun tingkat suku bunga pinjaman (Soeharto 2000).
Switching value diukur berdasarkan banyak elemen yang kurang baik dalam
analisa bisnis yang akan diganti agar bisnis dapat memenuhi tingkat diterimanya
bisnis. Analisis sensitivitas berbeda dengan analisis switching value. Analisis
sensitivitas dinilai berdasarkan prediksi-prediksi terhadap perubahan-perubahan
yang mempengaruhi bisnis. Switching value ditentukan dengan mengasumsikan
NPV sama dengan 0 dan Net B/C sama dengan satu dan IRR sama dengan tingkat
diskonto yang berlaku.
Switching value memberikan batasan minimal perubahan-perubahan yang
mempengaruhi bisnis, sehingga bisnis masih dapat berjalan. Konsep ini
memberikan gambaran bagi pengambil keputusan investasi untuk memutuskan
layak atau tidaknya suatu bisnis.
Analisis bisnis biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa
yang akan datang. Suatu bisnis dapat berubah-ubah sebagai akibat empat
permasalahan utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan
pelaksanaan bisnis, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi (Gittinger
1986).

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Mukti (2009) dengan judul Analisis Kelayakan Investasi


Pabrik Kelapa Sawit menunjukkan bahwa pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas
30 ton TBS per jam di Kabupaten Aceh Utara layak untuk dilaksanakan. Hasil
kelayakan analisis non finansial yang meliputi aspek teknis, pasar, institusional,
sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa pendirian pabrik kelapa sawit
kapasitas 30 ton TBS per jam layak dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan
tidak adanya potensi kendala yang akan mengganggu proses operasional maupun
tujuan yang ingin dicapai dari pendirian pabrik kelapa sawit. Sedangkan dari
aspek finansial, berdasarkan asumsi-asumsi dan kriteria yang digunakan pada
skenario I (dana sendiri) layak dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 106 698 657
000 (NPV ≥ 0), IRR 22,34 (IRR ≥ discount rate), B/C 2,30 (Net B/C ≥ 1), PP 3
tahun 8 bulan (PP < umur bisnis). Sementara hasil analisis finansial pada skenario
II (pinjaman) tidak layak dilaksanakan dengan nilai NPV minus Rp 30 727 367
000 (NPV ≤ 0), IRR 9,03 (IRR ≤ discout rate), B/C 0,63 (Net B/C ≤ 1), PP 6
tahun 4 bulan (PP < umur bisnis). Total investasi yang dibutuhkan untuk
pembangunan pabrik kelapa sawit sebesar Rp 82 368 421 000. Hasil analisis
sensitivitas dengan indikator kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas
produksi, skenario I (dana sendiri) masih memungkinkan untuk dilaksanakan
sedangkan pada skenario II (pinjaman) pembangunan pabrik kelapa sawit tidak
layak untuk dilaksanakan. Namun penelitian Mukti pada analisis finansial
skenario II (pinjaman) tidak memasukkan komponen penerimaan pinjaman pada
akun arus kas. Hal ini memungkinkan menjadi penyebab tidak layaknya skenario
II dari analisis finansial yang dilakukan. Hasil analisis sensitivitas PKS kapasitas
11

30 ton TBS per jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen
dan penurunan kapasitas produksi 10 persen pada skenario I masih layak untuk
dilaksanakan sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan.
Penelitian Ramadhannissa (2013) dengan judul Analisis Kelayakan Usaha
Perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan pada PT. Terang Inti Seraya
menunjukkan bahwa usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak
untuk dijalankan. Usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh PT. Terang
Inti Seraya layak dilaksanakan dari aspek-aspek yang terdapat pada analisis non
finansial. Analisis finansial yang dilakukan juga menunjukkan nilai layak pada
kriteria-kriteria investasi yang digunakan berdasarkan asumsi-asumsi yang telah
ditetapkan. NPV menunjukkan nilai sebesar Rp 26 057 938 182 (NPV ≥ 0), IRR
31 persen (IRR ≥ discount rate), Net B/C 3.58 (Net B/C ≥ 1), dan PP 7.58 tahun
(PP < umur bisnis). Analisis switching value dilakukan dengan memperhatikan
dua variabel yaitu penjualan TBS (produktivitas dan harga) dan biaya variabel
(biaya perawatan). Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha
perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya lebih peka terhadap penurunan
nilai produksi dibandingkan dengan kenaikan biaya variabel.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Perkembangan bisnis CPO dunia berkembang pesat, permintaan kebutuhan


akan CPO sangat tinggi dan terus bertambah. PT. MAI adalah salah satu produsen
CPO di Indonesia yang memiliki kebun kelapa sawit serta pabrik minyak kelapa
sawit, dengan kondisi bahan baku banyak, lahan luas dengan kendala kapasitas
pengolahan tidak cukup sehingga diperlukan pendirian pabrik baru atau elevasi
pabrik, untuk memenuhi permintaan pasokan CPO di Indonesia.
Penelitian tentang analisis kelayakan investasi pabrik kelapa sawit didasari
oleh meningkatnya luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit yang tidak
diikuti dengan penambahan jumlah pabrik kelapa sawit. Peningkatan hasil
produksi kebun kelapa sawit tidak dapat ditampung dengan baik oleh pabrik
kelapa sawit yang ada. Kondisi tersebut tentu saja tidak efisien bagi PT. MAI.
Peningkatan produksi tandan buah segar kelapa sawit PT. MAI
memunculkan tantangan yaitu berlebihnya pasokan TBS yang masuk ke pabrik.
Kualitas MKS PT. MAI rendah yang ditunjukkan oleh kadar asam lemak bebas
yang tinggi. Kadar asam lemak yang tinggi memberikan kerugian pada PT. MAI.
Kualitas MKS yang rendah disebabkan karena kapasitas produksi PKS PT. MAI
untuk saat ini berkapsitas 30 ton per jam. Maka, PT. MAI merencanakan
melakukan elevasi PKS MAI MILL-I, atau mendirikan PKS MAI MILL-II di unit
kebun Huragi. Untuk elevasi kapasitas pabrik atau pendirian pabrik kelapa sawit
menimbulkan risiko dan manfaat sehingga diperlukan analisis kelayakan bisnis.
Analisis kelayakan bisnis dilakukan dengan menggunakan dua skenario.
Skenario pertama adalah pendirian PKS MAI MILL-II dengan kapasitas 30 ton
per jam namun platform-nya disiapkan untuk peningkatan skala kapasitas hingga
60 ton per jam yang berlokasi pada unit kebun Huragi. Skenario kedua adalah
12

elevasi pabrik kelapa sawit MAI MILL-I dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60
ton per jam. Analisis kelayakan bisnis dilakukakan dengan melakukan analisis
non finansial dan analisis finansial. Analisis non finansial menilai kelayakan dari
aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan hukum, serta lingkungan.
Analisis non finansial menilai kelayakan dengan menggunakan kriteria kelayakan
seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, dan BEP berdasarkan proyeksi arus
kas dan laba rugi. Analisis kelayakan pada aspek finansial dilanjutkan dengan
analisis switching value dan sensitivitas. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat
memberikan pertimbangan bagi PT. MAI untuk melaksanakan atau melakukan
perbaikan jika ada aspek yang tidak layak. Kerangka pemikiran penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
13

PT. MAI harus mengelevasi kapasitas pabrik


lama atau mendirikan pabrik baru

Pendirian pabrik kelapa sawit di lokasi


perkebunan PT. MAI
Analisis finansial

Timbulnya manfaat, biaya, dan risiko


Aspek pasar Kriteria kelayakan bisnis
Aspek teknis NPV
Aspek manajemen dan Analisis kelayakan IRRbisnis
hukum Net B/C
Aspek sosial dan ekonomi Payback Period
Aspek lingkungan BEP
Analisis non finansial
Analisis switching value
dan sensitivitas

Hasil analisis kelayakan bisnis

Layak Tidak layak

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian analisis kelayakan pabrik kelapa sawit


di lokasi PT. MAI
14

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang


berkaitan dengan proses pendirian pabrik kelapa sawit. Data yang dikumpulkan
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui
observasi di daerah penelitian di PT. Mazuma Agro Indonesia. Data sekunder
diperoleh dari informasi dan data yang telah ada, penelusuran melalui internet,
buku, jurnal, balai penelitian, instansi-instansi pemerintah, dan literatur yang
berkaitan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakuakan dengan studi dokumen dan wawancara. Studi


dokumen digunakan untuk mengumpulkan data-data sekunder. Wawancara
digunakan untuk mengumpulkan data-data primer.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek kelayakan pendirian pabrik kelapa sawit yang dilakukan di PT. MAI
yang meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek
sosial dan budaya, aspek dampak lingkungan, dan aspek finansial.
Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan Software
Microsoft Excel dan kalkulator kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi
untuk memudahkan pembacaan dan interpretasi secara deskriptif. Analisis
kuantitatif meliputi analisis finansial pendirian pabrik kelapa sawit dengan
menggunakan kriteria-kriteria kelayakan investasi yaitu; Net Present Value
(NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback
Period dan analisis Break Even Point (BEP) serta analisis sensitivitas dan
switching value.

Kriteria Kelayakan Investasi


Pengukuran kelayakan bisnis aspek finansial pabrik kelapa sawit PT. MAI
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP),
Break Even Point (BEP).

1. Net Present Value (NPV)


NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present
value biaya atau jumlah manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang
dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
15

n
Bt − Ct
NPV = ∑
t =0(1 + i)t

Keterangan : Bt : Manfaat pada tahun t


Ct : Biaya pada tahun t
i : Tingkat suku bunga
n : Umur ekonomis proyek
t : Tahun kegiatan bisnis
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama
dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan
persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari
nilai opportunity cost of capital. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
IRR = i NPV1 − i ))
+(
1 2 1
NPV1 − NPV2

Keterangan : NPV1 : NPV yang bernilai positif


NPV2 : NPV yang bernilai negatif
i1 : Tingkat suku bunga saat NPV positif
i2 : Tingkat suku bunga saat NPV negatif
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Hal ini juga berarti Net B/C adalah
manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dan dihasilkan dari setiap satu satuan
kerugian bisnis tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

B n Bt−Ct
∑t=0 (untuk Bt − Ct > 0)
Net = (1+i)t
C ∑n Bt−Ct … (untuk Bt − Ct < 0)
t=0 (1+i)t

Keterangan : Bt : Manfaat pada tahun t


Ct : Biaya pada tahun t
I : Investasi
i : Tingkat suku bunga
n : Umur ekonomis bisnis
t : Waktu (tahun)
4. Payback Period (PP)
Payback Period merupakan salah satu metode dalam mengukur waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi. Dasar yang digunakan untuk
perhitungan adalah aliran kas. Semakin cepat tingkat pengembalian investasinya,
maka suatu bisnis semakin baik untuk dilaksanakan. Metode Payback Period
hanya digunakan sebagai pelengkap penilaian investasi. Payback Period secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
16

Nilai Investasi
Payback Period = Present Value setiap tahun

5. Analisis Break Even Point (BEP)


BEP merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui produksi dan
harga yang harus ditetapkan oleh suatu bisnis agar tidak rugi. Komponen biaya
pada perhitungan BEP harus dipisahkan ke dalam biaya tetap dan variabel,
sehingga apabila ada komponen biaya semi variabel harus dipisahkan terlebih
dahulu. BEP per unit dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
T𝐅C
BEP (unit) =
P − AVC
Keterangan : TFC : Total biaya variabel
P : Harga per unit
AVC : Biaya variabel rata-rata

Analisis Switching Value dan Sensitivitas


Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak suatu perubahan
keadaan pada hasil analisis kelayakan. Analisis ini bertujuan untuk menilai hasil
analisis kelayakan investasi apabila terjadi perubahan pada perhitungan biaya atau
manfaat. Dari hasil analisis tersebut akan terlihat apakah kelayakan suatu investasi
sensitif terhadap perubahan. Analisis switching value dilakukan dengan
menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat
perubahan di dalam komponen inflow atau outflow (Nurmalina et al 2014).

Validasi Expert
Validasi expert digunakan untuk penentuan skenario yang akan di pilih
oleh perusahaan. Wawancara dilakukan kepada expert yang di ambil dari sumber
internal dan eksternal perusahaan. Hasil dari wawancara akan diserahkan kepada
pemilik perusahaan untuk pengambilan keputusan akhir.

Asumsi Dasar

Sebagai dasar perhitungan finansial dan ekonomi dalam studi kelayakan


investasi, asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Umur bisnis 20 tahun, jumlah jam operasional 20 jam per hari, jumlah hari
kerja 25 hari per bulan, 300 hari per tahun.
2. Asumsi harga TBS, CPO dan Kernel sebagai berikut:
a. TBS Rp 1.615 (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, bulan Februari
2016)
b. CPO Rp 7.527 (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, bulan Februari
2016)
c. Kernel Rp 4.888 (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, bulan
Februari 2016)
3. Rendemen CPO 23 persen dan Kernel 4,5 persen. Asumsi ini berdasarkan
target rendemen CPO dan Kernel pabrik PT. MAI (Laporan Akhir Tahun PT.
MAI tahun 2015).
4. Analisis dikelompokkan menjadi dua skenario berdasarkan kapasitas terpasang
17

pabrik. Dengan skenario kapasitas terpasang sebagai berikut :


a. Skenario I : Pembangunan pabrik regular mill kapasitas 30 ton per jam.
Kapasitas 30 ton per jam dipilih karena PT. MAI memiliki kebun Huragi
yang saat ini masih ada yang dalam kondisi TBM (tanaman belum
menghasilkan) dan PKS akan di bangun di areal kebun Huragi.
b. Skenario II : Elevasi pabrik MAI MILL-1 dari kapasitas 30 ton per jam
menjadi kapasitas 60 ton per jam. Kapasitas 60 ton per jam dipilih karena
PT. MAI telah menyediakan tempat untuk melakukan elevasi pada pabrik
MAI MILL-1.
5. Tingkat suku bunga kredit sebesar 10.25% per tahun, berdasarkan suku bunga
dasar kredit korporasi Bank Mandiri pada bulan April 2016. Biaya imbangan
dari modal (opportunity cost of capital) sendiri sebesar 5%. Discount rate
ditentukan sebesar 7.625%. Discount rate ditentukan dengan menggunakan
discount rate rata-rata tertimbang antara kedua sumber modal. Penghitungan
dilakukan dengan cara penjumlahan antara 50% suku bunga kredit (biaya
imbangan dari modal pinjaman) ditambah dengan 50% suku bunga deposito
(biaya imbangan dari modal sendiri) karena pembiayaan investasi didapat dari
proporsi 50:50.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi perkebunan PT. MAI, Kabupaten


Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive) dikarenakan PT. MAI adalah perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang membutuhkan peningkatan kapasitas pabrik kelapa sawit. Kabupaten
Padang Lawas merupakan salah satu wilayah potensial dari segi luas areal dan
jumlah produksi untuk pengembangan kelapa sawit. Selain itu pemilihan lokasi
juga dikarenakan kemudahan peneliti untuk mengakses data di PT. MAI. Waktu
pengambilan data dimulai dari bulan Maret hingga Juni 2016.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PT. Mazuma Agro Indonesia adalah perusahaan swasta nasional murni yang
di bangun oleh putra Indonesia asli sejak tahun 1987 yaitu Bapak H. Maslin
Batubara yang bergerak di bidang perkebunan dengan komoditi kelapa sawit.
Beliau juga menjabat sebagai komisaris utama dalam struktur organisasi
perusahaan. PT. Mazuma Agro Indonesia telah mengelola tanaman kelapa sawit
dengan areal statement seluas:
- Kebun unit Bunut : 3109 ha
- Kebun unit Batari : 2481 ha
- Kebun unit Huragi : 2798 ha
- Luas total kebun : 8748 ha
Pada awal berdirinya PT. Mazuma Agro Indonesia masih berstatus koperasi
dengan nama “koperasi sinar mazuma” pada saat itu berada di Desa Bunut
Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan (sebelum pemekaran Kabupaten
18

Padang Lawas). Untuk masing – masing unit kebun Bunut, Batari, dan Huragi
terdiri dari 4 afdeling.
Untuk mengelola hasil tanaman kelapa sawit tersebut PT. Mazuma Agro
Indonesia telah mempunyai Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton
TBS/jam yang mana selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 60 ton TBS/jam.
Setelah dilakukan uji coba pengoperasian pabrik dengan tanpa dilakukan
commissioning atau test capacity, karena kondisinya pada saat itu menghendaki
demikian, pada tanggal 8 Februari 2006, PKS PT. Mazuma Agro Indonesia
berubah namanya menjadi MAI MILL–I. sampai dengan saat ini MAI MILL–I
telah beroprasi selama 10 tahun.
Pabrik kelapa sawit PT. Mazuma Agro Indonesia (MAI MILL–I) terletak di
9,3 km dari jalan raya Desa Sei Korang kabupaten Padang Lawas, perbatasan
Riau dan Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan penyelesaian pabrik sejak bulan Januari 2004, kegiatan
pekerjaan dan penyelesaian pabrik di ambil alih oleh PT. Mazuma Agro Indonesia
sendiri dan dikerjakan dengan swakelola.
Dengan demikian, maka PT. Mazuma Agro Indonesia khususnya MAI
MILL–I, saat ini dan kedepannya sudah sangat diperhitungkan oleh perusahaan
lain di luar PT. Mazuma Agro Indonesia.

ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL

Analisis non finansial bertujuan untuk menilai kelayakan suatu bisnis dari
aspek-aspek yang terkandung pada kelayakan non finansial. Aspek-aspek yang
dinilai pada kelayakan non finansial pada penelitian ini adalah aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek
lingkungan.

Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu kajian utama dalam studi kelayakan
bisnis, hal ini dikarenakan tidak sedikit bisnis yang gagal karena tidak
memperhatikan pasar potensial dan pangsa pasar. Pada aspek pasar dikaji
mengenai berapa besarnya peluang dan potensi pasar yang dimiliki perusahaan
serta pangsa pasar yang dapat dipenuhi perusahaan. Aspek pasar juga mengkaji
mengenai rencana pemasaran MKS yang dilakukan oleh PT. MAI. Keberhasilan
PT. MAI memasarkan produknya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk
memastikan hal tersebut.

Peluang dan potensi pasar


PT. MAI dalam pemasarannya menjual hasil produksinya kepada
perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati yaitu PT. X yang juga merupakan
perusahaan sahabat dari PT MAI. Kinerja perusahaan minyak dan lemak nabati
terus menunjukkan performa positif sehingga perlu dukungan dari perusahaan
penyedia bahan baku berupa MKS dengan kualitas baik dan kuantitas besar.
19

Selain dari pembelian internal, PT. MAI dalam pemenuhan kebutuhan bahan
bakunya juga melakukan pembelian eksternal.
Pangsa pasar PT. MAI
Pangsa pasar atau market share merupakan bagian dari total pasar
keseluruhan yang dapat menjadi pasar sasaran perusahaan atau merupakan jumlah
permintaan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan dari total permintaan secara
keseluruhan. Untuk menghitung pangsa pasar yang dapat diraih oleh PT. MAI
dilakukan dengan menghitung produk MKS yang dapat diproduksi PT. MAI
dalam setahun. PT. MAI pada penelitian ini memiliki dua rencana pendirian
pabrik kapasitas 30 ton per jam dan kapasitas 60 ton per jam. Berdasarkan data
yang diperoleh, diketahui bahwa PT. MAI mampu menghasilkan produk MKS
sebanyak 41,40 ribu ton per tahun pada pabrik kapasitas 30 ton per jam dan
produk MKS sebanyak 82,40 ribu ton per tahun pada pabrik kapasitas 60 ton per
jam. Sedangkan permintaan bahan baku berupa MKS dari perusahanan pengolah
minyak dan lemak nabati membutuhkan 1.1 juta ton MKS per tahun. Dengan
mengetahui penawaran yang dapat diberikan oleh PT. MAI dan permintaan yang
dibutuhkan oleh perusahaan minyak dan lemak nabati maka akan didapat pangsa
pasar sebagai berikut

Total produksi per tahun


Pangsa pasar MKS = Total permintaan per tahun × 100%
41 400 ton
Pangsa pasar PKS 30 ton per jam =
1 100 000 ton × 100%

= 3.76%
82 800 ton
Pangsa pasar PKS 60 ton per jam =
1 100 000 ton × 100%

= 7.53%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pangsa pasar yang dapat
diraih PT. MAI saat ini dengan PKS kapasitas 30 ton per jam adalah sebesar 3.76
persen. Apabila PT. MAI meningkatkan kapasitas PKS menjadi 60 ton per jam,
maka pangsa pasar yang dapat diraih oleh PT. MAI adalah sebesar 7.53 persen.

Alur distribusi palm product PT. MAI


PT. MAI menjual keseluruhan palm product kepada perusahaan pengolah
minyak dan lemak nabati. Perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati
mengolah MKS dan IKS menjadi produk turunan kelapa sawit. Produk turunan
kelapa sawit yang dihasilkan berupa minyak goreng, margarin, dan shortening.
Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan kepada konsumen industri dan
konsumen akhir. Beragam produk minyak goreng dan margarin yang diproduksi
merupakan merek-merek yang terkemuka di pasar Indonesia. Produk-produk hasil
olahan PT. X terus mendominasi pasar konsumen Indonesia untuk produk minyak
goreng dan margarin bermerek.
Selain menghasilkan produk bermerek sendiri, perusahaan minyak dan
lemak nabati melakukan penjualan ke pelanggan industri dan merek-merek pihak
20

ketiga. Penjualan produk ini dipasarkan tanpa menggunakan merek kepada


industri makanan.

Hasil analisis aspek pasar


Berdasarkan aspek pasar, pendirian pabrik kelapa sawit PT. MAI layak
dilaksanakan. PT. MAI telah memiliki target pasar yang jelas dengan potensi yang
sangat besar. Kebutuhan perusahaan pengolah minyak dan lemak nabati PT.X
terhadap MKS tinggi. Selama ini kebutuhan bahan baku MKS perusahaan
pengolah minyak dan lemak nabati hanya dapat dipenuhi sebesar 490 ribu ton
MKS (44.5 persen kapasitas terpasang) oleh sumber internal PT. X. Sehingga
masih sangat terbuka lebar peluang dari PT. MAI untuk meningkatkan produksi
dan memasarkan hasil produksinya. Permintaan minyak kelapa sawit juga terus
meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu perusahaan minyak dan lemak
nabati PT. X terus menunjukkan performa yang positif dan perlu dukungan yang
baik dari divisi agronomi sebagai pemasok bahan baku, sehingga diperlukan
pembangunan pabrik kelapa sawit tambahan.

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan PT. MAI dalam
menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu
lokasi pabrik, fasilitas pendukung, teknologi yang digunakan untuk produksi,
kapasitas produksi, layout, dan proses produksi.
Lokasi pabrik
Penentuan lokasi pabrik perlu dilakukan dengan tepat dan penuh
pertimbangan. Hal ini dikarenakan lokasi dapat menentukan berjalannya
operasional pabrik dengan baik. Areal lokasi pabrik pada skenario I dan II
dibangun dengan luas 7,2 ha. Pada skenario II, elevasi pabrik menggunakan tanah
dari PKS yang lama karena plan platform PKS MAI MILL-I sudah disiapkan
untuk pendirian pabrik berkapasitas 60 ton per jam. Pabrik akan dibangun di
tengah areal kebun PT. MAI agar mengefisienkan biaya dan waktu pengangkutan
TBS. Selain lokasi di tengah kebun, pemilihan lokasi pabrik juga
mempertimbangkan beberapa faktor seperti akses sumber air, akses sumber tenaga
kerja, dan rencana pengelolaan limbah. Lokasi pabrik biasanya menggunakan
lokasi yang sama dengan bekas areal pembibitan. Pada pendirian pabrik 30 ton per
jam (skenario I) dibutuhkan biaya LC untuk pembersihan dan perataan tanah.
PT. Mazuma Agro Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang berkantor pusat di Jalan
Prof. H. M. Yamin SH. No. 235 Medan, Sumatera Utara. Perusahaan ini memiliki
tiga unit kebun kelapa sawit yang berada di Kabupaten Padang Lawas yang
berbatasan dengan Provinsi Riau. Wilayah ini memiliki kondisi iklim khas tropis
lembab dan panas sehingga cocok untuk perkembangan tanaman kelapa sawit.
Kabupaten Padang Lawas memiliki topografi dan keadaan alam yang cocok
untuk perkembangan tanaman kelapa sawit. Daerah perkembangan tanaman
kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS dengan ketinggian lahan berkisar
antara 0-500 mdpl. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar
21

2.000-2.500 mm/tahun, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit


sekitar 29-34°C. Hingga saat ini luas kebun yang sudah menghasilkan milik PT.
MAI mencapai 8748 ha dan masih akan diperluas lagi.
Unit perkebunan yang di kelola PT. MAI terbagi menjadi 3 kebun, yaitu
Kebun Bunut, Kebun Batari dan Kebun Huragi. Kebun Bunut terletak di Desa
Bunut, Kecamatan Sosa. Sementara Kebun Batari dan Kebun Huragi terletak di
Kecamatan Hutaraja Tinggi. Selain perkebunan, mulai tahun 2006 telah
beroperasi pabrik pengolahan kelapa sawit yang diberi nama PKS MAI MILL-I.
Letak pabrik pengolahan ini berada sekitar 2 jam perjalanan dari pusat Kabupaten
Padang Lawas, tepatnya di Desa Sei Korang, Kecamatan Hutaraja Tinggi.
Tenaga kerja pada PT. MAI menggunakan tenaga kerja yang berasal dari
masyarakat di sekitar perkebunan PT. MAI dan ada juga yang berasal dari luar
kota dan dari pulau Jawa. Setiap staf dan karyawan diberikan fasilitas rumah yang
berada di dekat lokasi pabrik. Selain fasilitas rumah, staf akan diberikan fasilitas
kendaraan seperti mobil dan motor untuk mempermudah mobilisiasi staf.

Fasilitas pendukung
a. Lahan perkebunan
Lahan perkebunan PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam kelapa
sawit perkebunan inti dan 2.000 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan plasma.
Produksi PT. MAI pada tahun 2015 adalah 147.251 ton TBS pada perkebunan inti
dan 29.537 ton TBS pada perkebunan plasma.
b. Kantor
PT. MAI memiliki tiga bangunan kantor. Pertama terletak di areal pabrik,
kantor ini berfungsi sebagai pusat kendali operasional pabrik. Kantor kedua
terletak di lokasi perumahan, kantor ini berfungsi sebagai pusat kendali
operasional perkebunan kelapa sawit. Kantor ketiga terletak di Kota Medan
sebagai kantor pusat PT. MAI.

Gambar 2 Tampak depan kantor pusat PT. MAI


c. Bengkel
Bengkel PT. MAI terletak di sekitar area pabrik. Bengkel ini berfungsi
untuk memperbaiki mesin, peralatan, dan kendaraan operasional, khususnya
kendaraan pengangkut TBS dan minyak sawit (truk tangki). Bengkel ini dibangun
agar perusahaan dapat menekan biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin,
peralatan, dan kendaraan mengingat kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut memiliki risiko dan potensi rusak yang sangat besar karena produk
22

yang diangkut bermuatan besar dan jalan yang dilalui pun tidak semulus jalan
aspal.

Gambar 3 Bengkel atau workshop station PKS PT. MAI

d. Laboratorium
Pabrik PT. MAI memiliki laboratorium yang terletak di areal pabrik.
Laboratorium berfungsi sebagai fasilitas untuk melakukan fungsi pengendalian
kualitas dan pengendalian proses produksi. Fungsi pengendalian kualitas pada
laboratorium memberikan data parameter mutu material yang terlibat pada proses
produksi dari TBS yang diproses. Fungsi pengendalian proses produksi
memberikan data mengenai hasil produksi alat-alat produksi yang digunakan di
dalam pabrik sehingga dapat diketahui kinerjanya. Pengendalian kualitas meliputi
kualitas MKS, IKS, limbah, dan sludge. Kualitas MKS meliputi kadar asam lemak
bebas, kadar air, kadar kotoran, dan nilai peroksida. Kualitas IKS meliputi kadar
air, kadar kotoran, dan kadar kernel pecah. Kualitas limbah meliputi kadar asam
dan kadar alkali.

Gambar 4 Laboratorium PKS PT. MAI


e. Perumahan
Perumahan staf dan karyawan dibangun di dekat lokasi pabrik untuk
memudahkan akomodasi karyawan dan sebagai insentif perusahaan kepada
karyawan. Letak lokasi pabrik yang jauh dari perkotaan membuat PT. MAI
memerlukanan perumahan untuk menampung akomodasi staf dan karyawan. Pada
skenario I akan didirikan perumahan baru di dekat area pabrik baru. Sedangkan
pada skenario II hanya dilakukan penambahan perumahan sesuai dengan
penambahan jumlah karyawan pabrik yang dibutuhkan.
23

Gambar 5 Perumahan staf dan karyawan PT. MAI


PT. MAI memiliki mess yang terletak di lokasi perumahan. Mess PT. MAI
berfungsi sebagai akomodasi bagi staf dan karyawan yang belum memiliki rumah
serta tamu-tamu yang sedang mengunjungi lokasi pabrik.

f. Kendaraan
Kendaraan yang diperlukan PT. MAI memiliki fungsi yang berbeda-beda,
diantaranya 1 unit truk Toyota Dyna untuk mengangkut janjang kosong kelapa
sawit, 2 unit Wheel Loader Komatsu untuk memindahkan janjang kosong kelapa
sawit, 1 unit mobil Ford Everest, 1 unit mobil Mitsubishi Strada, 1 unit Mitsubishi
L 300, dan 6 unit Sepeda Motor Honda CB untuk keperluan kegiatan kantor dan
operasional staf. Pada skenario I jumlah investasi kendaraan yang dibutuhkan dua
kali lebih besar dari skenario II karena pada skenario I jumlah pabrik yang
dimiliki PT. MAI adalah 2 pabrik sehingga disetiap pabriknya dibutuhkan
kendaraan untuk kebutuhan operasional pabrik.

Gambar 6 Kendaraan dan alat berat PKS PT. MAI


24

g. Jalan
Pada skenario II, jalan sebagai akses transportasi dari lokasi pabrik menuju
jalan besar sudah tersedia. Jalan yang digunakan adalah jalan operasional
perkebunan PT. MAI sehingga tidak mengganggu kegiatan masyarakat dan petani
di sekitar lokasi PT. MAI. Pada skenario I akan dibuka akses jalan menuju target
pasar terdekat sehingga nantinya akan meminimalisir biaya transpor produk.
Namun pembukaan jalan ini membutuhkan biaya LC (land clearing).

h. Stasiun pengolahan air


Water Treatment dibangun di lokasi pabrik yang berfungsi sebagai penyedia
air sebagai bahan baku produksi dan penyedia air untuk perumahan dan bangunan
lain pendukung pabrik. Pada skenario I, stasiun pengolahan air pada pabrik baru
mengikuti stasiun pengolahan air PKS MAI MILL-I dengan mempertimbangkan
ketersediaan air untuk kebutuhan operasi pabrik.

i. Pembangkit listrik
Genset, turbin dan boiler dibangun di lokasi pabrik yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan listrik proses produksi dan penyedia listrik untuk perumahan
dan bangunan lain pendukung pabrik.

Gambar 7 Boiler (kiri atas), genset (kanan atas), dan turbin uap (bawah) di PKS
PT. MAI
j. Komunikasi
Pada skenario I dan II didirikan pemancar V-sat yang berfungsi sebagai
penyedia koneksi internet untuk melakukan komunikasi dengan kantor pusat dan
kantor lainnya.

Kapasitas pabrik
Penentuan kapasitas pabrik PT. MAI disesuaikan dengan proyeksi produksi
TBS per tahun kebun sawit PT. MAI untuk 5 tahun yang akan datang. Hal ini
25

dilakukan karena pengerjaan proyek pabrik kelapa sawit membutuhkan waktu 20


bulan kerja pada kondisi optimum dan 24 bulan pada kondisi tanah gambut atau
mineral. Jangka waktu 5 tahun diambil untuk memenuhi kenaikan produksi
selama masa proyek. Dalam setahun produksi TBS terdapat bulan puncak
produksi sehingga penentuan kapasitas pabrik harus memenuhi produksi TBS
pada bulan puncak. Hal ini disebabkan karena seluruh produksi TBS harus segera
diolah karena sifat TBS yang mudah busuk (rusak) dan butuh pengolahan dengan
segera. Produksi TBS pada bulan puncak 10 persen dari total produksi per tahun.
Penentuan kapasitas PKS yang dibutuhkan harus dihitung dari jumlah TBS yang
akan diolah pada kondisi produksi puncak. Hal ini dapat dianalogikan dengan
pembangunan jembatan yang konstruksinya dibuat untuk kondisi sungai pada
debit air maksimal (Pahan 2006). Berikut adalah rumus penghitungannya :

Produksi pada bulan puncak = 10% × Total produksi setahun

Produksi pada bulan puncak


Kapasitas minimal pabrik =
Hari kerja per bulan × jam kerja per hari

Proyeksi produksi TBS PT. MAI pada tahun 2021 adalah 265 ribu ton.
Produksi TBS pada bulan puncak adalah 26.5 ribu ton (10 persen produksi total).
Sehingga PT. MAI membutuhkan PKS dengan kapasitas 53 ton per jam. Jadi PT.
MAI memiliki dua alternatif pilihan yaitu mengelevasi PKS menjadi kapasitas 60
ton per jam atau pendirian PKS MAI MILL-II kapasitas 30 ton per jam dengan
platform 60 ton per jam.

Layout
Layout pabrik terdiri dari bangunan pabrik, kantor, bengkel, oil storage,
gudang, water treatment, power supply, stasiun pemancar, mushola, dan taman.
Layout pabrik pada skenario I sama dengan layout PKS MAI MILL-I. Pada tahun
ke-0 skenario I dilakukan investasi tambahan bangunan karena membangun
pabrik baru. Sementara pada skenario II tidak dilakukan pendirian bangunan
karena umur ekonomis bangunan masih tersisa 10 tahun lagi. Layout pabrik PT.
MAI terlampir pada lampiran.

Proses produksi
Proses produksi pada pabrik kelapa sawit dibagi menjadi lima proses, yaitu
proses penerimaan TBS dan pra-pengolahan, proses pengolahan MKS, proses
pengolahan kernel, proses pengolahan serat dan cangkang, dan proses pengolahan
janjang kosong, limbah, dan sludge.

a. Penerimaan buah dan pra-pengolahan


i. Uap dan pembangkit listrik
Proses operasional pabrik dimulai dengan mengoperasikan stasiun boiler
dan pembangkit tenaga listrik. Stasiun boiler dan pembangkit listrik berfungsi
sebagai sumber utama penggerak mesin-mesin dan operasional di pabrik. Stasiun
boiler adalah stasiun pembakaran yang menghasilkan uap dengan bahan bakar
cangkang dan serabut kelapa sawit. Uap yang dihasilkan oleh boiler kemudian
dikumpulkan pada mesin back pressure vessel (BPV). Mesin BPV juga berfungsi
26

untuk mengatur tekanan uap yang akan didistribusikan pada mesin-mesin pabrik
kelapa sawit seperti, turbin, perebusan, digester, klarifikasi, storage tank, dan
mesin lainnya. Uap yang dihasilkan oleh stasiun boiler berfungsi untuk
menggerakkan turbin dan dibutuhkan untuk proses perebusan dan klarifikasi.

Gambar 8 Back Pressure Vessel


Stasiun pembangkit tenaga listrik terdiri dari turbin dan genset. Turbin
adalah mesin penghasil tenaga listrik yang digerakkan oleh uap. Genset adalah
mesin penghasil tenaga listrik yang digerakkan oleh mesin diesel dengan bahan
bakar utama solar. Mesin turbin dan genset adalah dua mesin pembangkit listrik
yang saling menggantikan. Ketika awal mula pengoperasian pabrik, sumber
tenaga listrik utama pabrik berasal dari mesin genset. Mesin turbin digunakan
ketika cangkang dan serabut tersedia sebagai bahan baku pembakaran boiler,
kemudian boiler menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Ketika turbin
sudah beroperasi dan menghasilkan tenaga listrik, maka genset akan dimatikan
dan menjadikan turbin sebagai sumber utama tenaga listrik. Genset biasanya
dioperasikan selama 2 jam sampai pabrik menghasilkan cangkang dan serabut
sebagai bahan bakar mesin boiler.
ii. Penerimaan buah
Alir proses pabrik kelapa sawit dimulai dari penerimaan buah pada
jembatan timbang. Jembatan timbang merupakan alat yang sangat vital pada
pabrik kelapa sawit. Jembatan timbang digunakan untuk memeproleh data
kuantitas masuknya tonase tandan buah segar serta tonase keluarnya MKS,
IKS, dan janjang kosong.

Gambar 9 Jembatan timbang (kiri atas), Loading ramp (kanan atas), TBS
Hopper (kiri bawah), dan lori (kanan bawah)
27

Setelah itu TBS dari truk dibongkar di loading ramp. Pada prosesnya
truk dimasukkan ke loading ramp dan TBS dijatuhkan ke TBS hopper. TBS
hopper adalah tempat penampungan TBS dari proses pembongkaran buah.
TBS dari hopper dengan sedemikian rupa akan mengisi lori. Lori adalah alat
yang berfungsi untuk mengantarkan TBS dan hasil proses pengolahan dari satu
stasiun kepada stasiun berikutnya. TBS dari hopper kemudian masuk lori untuk
mengantarkan TBS menuju stasiun perebusan.
iii. Perebusan
TBS dari loading ramp dikirim ke dalam sterilizer menggunakan lori
untuk proses perebusan. Proses perebusan merupakan tahap awal pengolahan
tandan buah segar. Proses perebusan menjadi proses yang sangat penting
karena berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan tandan
buah segar berfungsi untuk mengurangi kandungan air pada tandan buah segar,
mempermudah terlepasnya berondolan dari janjang kelapa sawit,
menghidrolisa zat-zat lendir, mematikan enzim-enzim pemecah minyak,
melunakkan buah, mempermudah pecahnya cangkang, dan membantu kernel
terlepas dari cangkang.

Gambar 10 Stasiun perebusan TBS


iv. Bantingan
Setelah melalui proses perebusan, TBS kemudian dibanting
menggunakan mesin thresher untuk memisahkan brondolan dari janjang. TBS
dari proses perebusan dibanting di dalam drum silinder panjang yang berputar
secara horizontal. Drum dirancang dengan lubang-lubang kecil yang berfungsi
untuk meloloskan berondolan agar terpisah dari janjang kelapa sawit.
Brondolan yang sudah terpisah dari janjang kelapa sawit kemudian dikirim ke
stasiun pengepresan untuk diekstraksi. Namun sebelum memasuki stasiun
pengepresan, berondolan dilumatkan terlebih dahulu pada mesin digester.
Sedangkan janjang yang masih memiliki brondolan diproses lagi pada HEB
conveyor.

Gambar 11 Stasiun bantingan (kiri) dan mesin digester (kanan)


28

b. Pengolahan MKS
i. Pengepresan
Brondolan yang sudah lumat pada digester diproses oleh screw press
sedangkan janjang kelapa sawit dan brondolan dari HEB conveyor diproses
oleh bunch press. Screw press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan
minyak kasar dari daging buah dan biji yang terdapat pada brondolan. Proses
pengepresan menghasilkan minyak mentah, biji, dan serat. Sedangkan bunch
press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar dari
brondolan yang masih menempel pada janjang dan akan menghasilkan janjang
kosong kelapa sawit. Minyak mentah kemudian ditampung ke dalam sand trap
tank untuk memisahkan pasir dari minyak. Kemudian minyak mentah dari sand
trap tank disaring ke dalam vibrating screen untuk memisahkan kotoran sisa
dari sand trap tank. Minyak mentah dari vibrating screen kemudian dialirkan
dan ditampung ke dalam crude oil tank.

Gambar 12 Vibrating screen (kiri) dan Sand trap tank (kanan)


ii. Klarifikasi
Minyak mentah dari crude oil tank dikirim ke clarifier untuk
memisahkan MKS, air dan sludge. Kemudian MKS yang sudah terpisah dari
sludge dan air dari clarifier ditampung ke dalam clean oil tank. MKS dari
clean oil tank dikirim ke purifier untuk proses pemurnian. MKS dari purifier
dikirim ke vacum dryer untuk menurunkan kadar air sesuai standar. MKS dari
vacum dryer ditampung ke dalam storage tank. Setelah itu MKS dikirim ke
bulking station.

Gambar 13 Storage tank (kiri) dan minyak mentah yang mengandung sludge
(kanan)
c. Pengolahan kernel
Biji dan serat yang dihasilkan dari screw press dikirim ke cake breaker
conveyor. Cake breaker conveyor berfungsi untuk memecahkan gumpalan
serat dan biji. Biji dari cake breaker conveyor dikirim ke nut polishing drum
untuk memisahkan kembali serat yang masih menempel di biji. Biji yang sudah
29

bersih dari serat dikirim ke grading drum untuk dilakukan sortir. Biji yang
sudah disortir dimasukkan ke dalam nut silo untuk dilakukan pengeringan. Biji
hasil pengeringan di nut silo dikirim ke ripple mill untuk proses pemecahan.
Ripple mill adalah alat yang berfungsi untuk memecahkan cangkang pada biji
sehingga kernel dapat terpisah dari cangkang. Cangkang dan kernel yang sudah
dipecah dari biji dikirim ke clay bath untuk proses pemisahan kernel dan
cangkang. Kernel dari clay bath dikirim ke kernel silo untuk menurunkan kadar
air kernel sesuai standar. Kernel dari kernel silo dikirim ke bulk silo. Setelah
itu kernel siap dikirim.

Gambar 14 Nut polishing drum (kiri) dan ripple mill (kanan)


d. Pengolahan serat dan cangkang
Serat dari cake breaker conveyor dikirim ke fiber cyclone sebelum
dipasok ke boiler. Sedangkan cangkang dari ripple mill dikirim ke LTDS
cyclone line sebelum dipasok ke boiler. Serat dan cangkang dikirim ke boiler
sebagai sumber pembangkit listrik dan steam. Boiler bekerja setelah
mendapatkan sumber bahan pembakaran dari cangkang dan serat. Ketika boiler
bekerja, boiler menjadi pembangkit listrik utama dan genset dapat dimatikan.

Gambar 15 LTDS separation system


e. Pengolahan janjang kosong, limbah, dan sludge
Janjangan kosong yang berasal dari empty bunch press dikumpulkan di
areal penumpukan. Janjangan kosong dikirim ke stasiun composting untuk
pengolahan pupuk. Limbah dari proses pengolahan dikirim ke cooling pond 1
untuk proses pendinginan dan pengendapan tahap satu. Limbah dari cooling
pond 1 dialirkan ke cooling pond 2 untuk proses pendinginan dan
pengendapan tahap 2. Air limbah dari cooling pond dikirim ke kolam limbah.
Limbah cair dari kolam limbah kemudian diolah bersama dengan janjang
kosong untuk diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit.
Minyak mentah dari cooling pond ditampung sementara di fat pit. Crude
oil recovery dari fat pit dikirim ke crude oil and sand trap untuk memisahkan
kotoran pasir. Sludge dari crude oil tank dan minyak mentah dari clarifier
dikirim dan ditampung ke sludge tank. Sludge dan minyak mentah dari sludge
30

tank dikirim ke oil sand cyclone untuk proses pengeringan. Sludge dan minyak
mentah dari oil sand cyclone dikirim ke sludge separator untuk diproses
pemisahan light phase dan heavy phase. Light phase dari sludge separator
dikirim ke crude oil tank. Heavy phase dari sludge separator dikirim ke sludge
recovery.
Hasil analisis aspek teknis
Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, bisnis pendirian pabrik kelapa sawit
di PT. MAI layak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan PT. MAI dinilai siap untuk
melakukan operasional pabrik dengan baik. Lokasi bisnis yang dipilih dinilai
dapat mendukung berjalannya operasional pabrik dengan efisien. Fasilitas
pendukung pabrik dibangun dengan baik untuk menunjang proses produksi.
Proses produksi yang akan dilakukan di pabrik juga dilakukan dengan baik.
Layout pabrik yang dibuat mengikuti standar layout di pabrik milik PT. MAI
kapasitas 30 ton/jam yang telah terbukti efisien dan memenuhi standar. Terbukti
dari PKS MAI MILL-I yang masih beroperasi dan menguntungkan sampai saat
ini.

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen berkaitan dengan pengelolaan SDM yang dimiliki oleh


perusahaan. Pelaksanaan pengelolaan tersebut perlu memperhatikan bagaimana
struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan aspek
hukum berkaitan dengan status perusahaan dengan melihat bagaimana badan
hukumnya dan bagaimana kelengkapan dokumen untuk izin bisnisnya.

Organisasi perusahaan
PT. MAI adalah perusahaan dengan struktur agribisnsis terintegrasi secara
vertikal. PT. MAI memiliki tiga divisi, yaitu divisi riset dan pengembangan, divisi
agronomi, serta divisi minyak dan lemak.
PT. MAI yang menyediakan output berupa MKS dan IKS serta input berupa
bibit tanaman kelapa sawit. Input bibit tanaman kelapa sawit dibeli PT. MAI dari
divisi riset dan pengembangan, sedangkan output PT. MAI seluruhnya dijual
kepada divisi minyak dan lemak nabati. Pada divisi agronomi akan membawahi
perkebunan kelapa sawit sedangkan divisi minyak dan lemak akan membawahi
pabrik kelapa sawit.

Organisasi pabrik
Organisasi dalam entitas bisnis memegang peranan penting agar bisnis dapat
berjalan dengan baik. Perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik
umumnya memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta pembagian
tugas yang jelas. Struktur organisasi pada PT. MAI terdiri dari manajemen pusat,
manajer wilayah, manajer pabrik, kasi administrasi, kepala asisten, asisten
(pemeliharaan, composting, proses, serta pengawasan kualitas dan lingkungan),
mandor (pemeliharaan, composting, dan proses), analis laboratorium, mekanik,
kelistrikan, shift fitter, inspektur rutin, kerani (pemeliharaan, produksi, dan
pembelian), operator (bubut, pome sprayer, komputer, dan jembatan timbang),
karyawan proses, compound, sample boy, sorter, grading, pembukuan, kasir,
31

personalia, gudang, supir, keamanan, office boy, dan tukang kebun. Kebutuhan
tenaga kerja pada PKS kapasitas 30 ton per jam adalah sebanyak 138 pekerja dan
kapasitas 60 ton per jam sebanyak 154 pekerja. Staf PT. MAI diisi oleh pekerja
dengan kualifikasi sarjana dan karyawan diisi oleh pekerja dengan kualifikasi
SMA atau STM. Struktur organisasi pabrik PT. MAI dan tabel kebutuhan tenaga
kerja dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kebutuhan tenaga kerja pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I dan
skenario II

Skenario
Jenis Pekerjaan
30 ton/jam 60 ton/jam
Staf 11 11
Karyawan Kantor 10 10
Karyawan Proses 47 63
Gudang 10 10
Bengkel 10 10
Security 7 7
Laboratorium 13 13
Karyawan tak langsung 30 30
Total 138 154

Deskripsi jabatan pabrik


Deskripsi pekerjaan merupakan penjelasan mengenai tugas dan wewenang
dari masing-masing anggota organisasi sesuai dengan jabatan yang telah
diberikan. Deskripsi pekerjaan perlu diuraikan secara jelas agar setiap anggota
organisasi mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing
sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Deskripsi pekerjaan dari masing-masing
jabatan di PKS PT. MAI adalah sebagai berikut.
a) Area Manager, bertugas sebagai pengambil keputusan sekaligus berperan
sebagai penanggung jawab kegiatan operasi pabrik PT MAI. Area
manager biasanya diisi oleh manager senior yang telah memiliki
pengalaman dalam pengelolaan PKS dan kebun. Area manager
memberikan laporan kinerja pabrik dan kebun kepada manajemen kantor
pusat yang berada di Medan setiap bulannya.
b) Manager, memimpin kegiatan operasional pabrik untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen pada struktur organisasi pabrik. Manager diisi
oleh individu yang kompeten dan paham dengan pengelolaan PKS yang
baik. Manager mempertanggung jawabkan dan melaporkan kinerja pabrik
yang dipimpinnya kepada area manager.
c) Asisten Kepala, melakukan fungsi manajemen pada kegiatan operasional
yang dibawahinya dan bertanggung jawab kepada manager pabrik. Pada
struktur organisasi PKS PT. MAI, asisten kepala berjumlah dua orang.
Asisten kepala I membawahi asisten proses dan asisten composting.
32

Sedangkan asisten kepala II membawahi asisten pemeliharaan dan asisten


quality control and environtment.
d) Asisten Pengelolaan Limbah, melaksanakan fungsi manajemen pada
kegiatan pengelolaan limbah dan bertanggung jawab kepada Asisten
Kepala I. Asisten pengelolaan limbah memastikan limbah yang dihasilkan
pabrik tidak merusak lingkungan dan sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.
e) Asisten Pemeliharaan, melaksanakan fungsi manajemen pada kegiatan
pemeliharaan fasilitas pabrik dan bertanggung jawab kepada Asisten
Kepala II. Asisten pemeliharaan bekerja pada fasilitas bengkel pabrik.
Asisten pemeliharaan memastikan seluruh mesin dan peralatan yang
digunakan oleh PKS dapat bekerja dengan optimal. Selain itu bagian
pemeliharaan juga bekerja untuk melindungi dan merawat aset-aset lain
yang dimiliki perusahaan seperi kendaraan dan perumahan.
f) Asisten Proses, melaksanakan fungsi manajemen pada kegiatan proses
produksi pabrik dan bertanggung jawab kepada Asisten Kepala I. Pada
struktur organisasi PKS PT. MAI, asisten proses berjumlah dua orang.
Asisten proses memiliki peran penting dalam memastikan proses produksi
yang berjalan oleh pabrik.
g) Asisten Quality Control and Environtment, melaksanakan fungsi
manajemen pada jaminan kualitas MKS dan IKS serta lingkungan dan
bertanggung jawab kepada Asisten Kepala II. Asisten QCE bekerja pada
fasilitas laboratorium. Asisten QCE memberikan laporan berupa nilai
kandungan yang menjadi informasi atas produk MKS dan IKS yang
dihasilkan. Informasi yang diberikan berupa nilai ALB, kadar air, yang
terkandung pada MKS.
h) Kasi Administrasi, melakukan fungsi manajemen pada proses administrasi
dan keuangan pabrik. Kasi administrasi bertanggung jawab kepada
manager pabrik. Pada strukrtur organisasi PKS PT. MAI, kasi administrasi
berjumlah dua orang. Kasi administrasi juga bertugas dalam pengelolaan
keuangan pabrik, pencatatan administrasi dan pembukuan pabrik. Kasi
administrasi berperan penting pada penyusunan laporan perusahaan untuk
pertanggung jawaban pada manajemen kantor pusat.
Kendala dan solusi organisasi pabrik
Karyawan yang bekerja pada fasilitas pabrik diperlukan dengan kualifikasi
yang baik dan memiliki integritas yang tinggi agar pabrik mampu berproduksi
dengan baik. Masalah yang sering timbul pada aspek ini adalah perlawanan dari
karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil. Dampak yang ditimbulkan dari
perlawanan karyawan adalah mogok kerja sehingga menghambat proses
pengolahan TBS. Mogok karyawan sangat merugikan perusahaan, hal ini
dikarenakan TBS yang dihasilkan kebun tidak dapat segera diolah.
Manajemen dapat melakukan pencegahan dari masalah tersebut dengan
melakukan perekrutan karyawan bervariasi dalam karakter demografi. Sehingga
33

karyawan yang berbagai macam suku, budaya, dan bahasa fokus pada pekerjaan
dan tidak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan tujuan menekan
perusahaan agar keinginan kelompok pekerja tercapai.

Hasil analisis aspek manajemen dan hukum


Berdasarkan hasil analisis aspek manajemen dan organisasi, bisnis pendirian
pabrik kelapa sawit layak dilaksanakan. Sumberdaya manusia yang mengisi
fungsi-fungsi organisasi memenuhi kualifikasi dan ahli dalam bidangnya. PT.
MAI juga telah memiliki struktur organisasi yang jelas. PT. MAI juga telah
melakukan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam bentuk
deskripsi pekerjaan pada karyawan dan staf dengan jelas dan terstruktur. Struktur
dan deskripsi pekerjaan mengikuti standart operational procedure (SOP) yang
berlaku di PT MAI. Sehingga setiap jabatan dapat menjalankan fungsi organisasi
dengan baik. Berjalannya fungsi organisasi dengan baik akan menciptakan
efektivitas dalam operasional bisnis pabrik kelapa sawit.
Legalitas perusahaan juga menjadi perhatian penting perusahaan pada
analisis aspek manajemen dan hukum. Hasil analisis menunjukkan bahwa
perusahaan mampu memenuhi dan melengkapi kewajiban atas kepemilikian
dokumen serta perizinanan. Terpenuhinya legalitas perusahaan akan dapat
menghindari perusahaan dari masalah hukum yang dapat terjadi di kemudian hari.
Sehingga operasional perusahaan tidak akan terganggu hingga berakhirnya umur
bisnis. Jadi, pendirian pabrik kelapa sawit dari aspek manajemen dan hukum layak
dilaksanakan karena seluruh komponen aspek hukum sudah terpenuhi sehingga
tidak menimbulkan masalah hukum di kemudian hari.

Aspek Sosial dan Ekonomi

Analisis aspek sosial dan ekonomi mengkaji keberadaan bisnis pabrik


kelapa sawit terhadap masyarakat sekitar lokasi bisnis. Keberadaan suatu bisnis
dapat memberikan suatu dampak bagi lingkungan sekitar baik positif maupun
negatif. Masyarakat terkadang sulit untuk menghadapi perubahan terutama dengan
masuknya unsur baru di lingkungan. Masuknya suatu unsur baru terhadap suatu
masyarakat sosial tentunya dapat berakibat terjadinya perubahan dan pergeseran
struktur sosial. Apalagi lokasi bisnis yang akan dilaksanakan adalah masyarakat
adat Batak yang keras dan masih memegang teguh hukum adat pada kehidupan
sehari-hari masyarakat sosialnya. Apabila terjadi kesalahan penanganan akan
berdampak pada timbulnya konflik-konflik sosial antara kedua belah pihak.
Konflik sosial tersebut tentunya dapat menghambat berjalannya operasional
perusahaan dengan optimal dan juga berdampak buruk pada masyarakat karena
akan mengganggu kerukunan antar masyarakat. Hal ini tentunya menjadi
perhatian serius perusahaan pada keputusan yang akan diambil agar tidak terjadi
hal-hal seperti yang disebutkan di atas.

Penjelasan aspek sosial dan ekonomi


Analisis aspek sosial dan ekonomi dapat dilihat dari dampak positif yang
ditimbulkan oleh kegiatan bisnis PT. MAI terutama untuk lingkungan sekitar.
Mayoritas masyarakat lokal sekitar lokasi pabrik adalah petani kelapa sawit.
Petani kelapa sawit di sekitar lokasi pabrik sebagian besar adalah petani plasma
34

mitra PT. MAI. Petani mitra PT. MAI menuntut keuntungan yang besar dari
penjualan TBS. Selama ini kebun PT. MAI sering menghadapi masalah dengan
petani mitra karena keuntungan dari penjualan TBS yang tidak sesuai dengan
harapan petani. Salah satu penyebab keuntungan yang rendah adalah kekurangan
kapasitas PKS MAI MILL-I untuk mengolah TBS dengan segera. Pendirian
pabrik PT. MAI yang dekat dengan lokasi kebun petani mitra tentunya
memberikan dampak yang baik bagi petani mitra yaitu berupa peningkatan
pendapatan. Peningkatan pendapatan tentunya akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan keluarga petani. Peningkatan kesejahteraan tentunya akan
mengurangi dan mencegah masalah sosial di masyarakat seperti tindak
kriminalitas.
Selain memberikan keuntungan kepada petani, pendirian PKS juga
memberikan motivasi kepada petani mitra agar semakin semangat bekerja dalam
hal pemeliharaan tanaman kelapa sawit milik petani. Pendirian PKS oleh PT. MAI
akan menimbulkan persepsi positif petani mitra terhadap perusahaan. Perusahaan
akan dianggap sebagai mitra kerja yang serius untuk pengembangan kelapa sawit.
Sehingga mendorong petani untuk terus berusaha meningkatkan hasil panen baik
dari segi kualitas dan kuantitas. Motivasi petani ini berimplikasi pada bahan baku
PKS berupa TBS dengan kualitas baik dan kuantitas yang besar.
Dampak positif lain yang timbul bagi masyarakat sekitar selain petani mitra
adalah terbukanya lapangan pekerjaan dan masuknya arus uang di sekitar lokasi
perkebunan. Hal ini tentunya menjadi potensi pendapatan bagi masyarakat sekitar
dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Peluang kerja yang
bisa didapat oleh masyarakat sekitar adalah terbukanya lapangan pekerjaan
sebagai karyawan perusahaan. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar
tentunya akan mengurangi dan mencegah terjadinya gesekan sosial antara
masyarakat dan perusahaan. Minimnya gesekan sosial akan memberi kelancaran
kepada perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnisnya secara optimal. Sehingga
pendirian PKS PT. MAI akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan tentunya
juga pada PT. MAI.
Selain itu dengan adanya bisnis ini akan berdampak pada tumbuhnya
aktivitas ekonomi lain. Meningkatnya daya beli masyarakat sekitar akan
berdampak pada masuknya barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Aktivitas ekonomi yang dapat muncul seperti bisnis penyedia barang
dan penyedia jasa. Hal ini tentunya membuat tumbuhnya kawasan ekonomi baru.
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa akan meningkatkan
mutu hidup masyarakat.
Bagi pemerintah, pendirian bisnis ini akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan serta pembangunan. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari program-program pemerintah. Pemerintah akan terbantu dengan
adanya bisnis ini. Selain itu retribusi yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya
akan menambah pendapatan asli daerah Sumatera Utara. Pajak yang dikeluarkan
perusahaan juga akan jadi pemasukan untuk pemerintah pusat negara republik
Indonesia.

Hasil analisis aspek sosial dan ekonomi


Berdasarkan hasil analisis aspek sosial dan ekonomi, keberadaan bisnis
pabrik kelapa sawit di perkebunan PT. MAI layak untuk dijalankan. Keberadaan
35

bisnis pabrik kelapa sawit yang akan didirikan di lokasi PT. MAI akan
memberikan lebih banyak dampak positif dibandingkan dampak negatif. Pendirian
bisnis pabrik kelapa sawit di lokasi PT. MAI mampu memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat sekitar seperti peningkatan kemampuan ekonomi dan juga
terbukanya lapangan pekerjaan. Pendirian bisnis pabrik kelapa sawit juga
memberikan kontribusi pada pendapatan pemerintah pusat dan daerah sebagai
modal untuk menjalankan program-program pemerintah. Selain itu, pendirian
pabrik kelapa sawit juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi perkebunan
kelapa sawit PT. MAI. Pendirian pabrik kelapa sawit menjadi solusi masalah pada
aspek sosial dan ekonomi perkebunan PT. MAI.

Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan pada pendirian bisnis pabrik kelapa sawit di PT.
MAI mengkaji dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini
berhubungan dengan lingkungan ekologi sekitar baik darat, air, dan udara.
Pendirian pabrik kelapa sawit tentunya akan menghasilkan limbah sebagai hasil
dari proses pengolahan. Sehingga perlu perhatian khusus agar limbah yang
dihasilkan tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Pengelolaan limbah PT. MAI
Pabrik kelapa sawit PT. MAI dalam proses produksi menghasilkan limbah
yang berupa limbah cair, padat, gas, dan suara. PKS PT. MAI dalam mengelola
limbah pabrik mengikuti standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.
Limbah cair yang berasal dari sisa produksi ditampung sementara di kolam limbah
yang terdapat di areal pabrik untuk proses pematangan. Limbah cair yang sudah
matang dimanfaatkan kembali oleh pabrik untuk bahan baku pembuatan pupuk.
Limbah padat yang dihasilkan berupa janjang kosong kelapa sawit ditampung dan
dicampur dengan limbah cair untuk diolah menjadi pupuk. Pupuk yang dihasilkan
dari limbah PKS akan diaplikasikan langsung ke kebun dengan land application.
Limbah gas yang dihasilkan pabrik dikelola dengan cara tidak melebihi
ambang batas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia. PKS PT. MAI juga di inspeksi secara periodik oleh
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Lokasi pabrik dipilih dengan
pertimbangan tidak dekat dengan pemukiman penduduk lokal dan sungai yang
dekat dengan pabrik tidak mengaliri sumber air di pemukiman sekitar lokasi.
Selain itu arah angin juga mempengaruhi perencanaan lokasi pabrik yang dibuat
tidak mengarah ke pemukiman penduduk agar limbah gas yang dihasilkan tidak
berdampak buruk bagi pemukiman penduduk lokal.

Hasil analisis aspek lingkungan


Berdasarkan hasil analisis kelayakan aspek lingkungan, bisnis pendirian
pabrik kelapa sawit di PT. MAI layak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan
pengelolaan limbah dilakukan dengan baik oleh perusahaan. Selain itu adanya
rasa tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan juga menjadi pertimbangan
perusahaan untuk mengelola limbah dengan baik. Hanya saja limbah gas yang
dihasilkan tidak dapat dihindari. Sehingga untuk tetap menjaga tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan perusahaan melakukan audit independen
36

(konsultan lingkungan) dan institusi (kementrian lingkungan hidup republik


Indonesia) untuk membatasi dan mengontrol emisi gas buang yang dihasilkan
oleh pabrik kelapa sawit.

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Analisis finansial bertujuan untuk menilai kelayakan suatu bisnis dari sisi
keuangan secara keseluruhan. Alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai
kelayakan finansial suatu bisnis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefeit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan Break
Even Point (BEP). Kriteria kelayakan tersebut dapat diketahui dengan
memproyeksikan arus kas dan laporan laba/rugi. Setelah itu dapat dilakukan
analisis switching value dan sensitivitas.

Arus Kas (Cash flow)

Arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu
perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan bisnis. Arus kas pada studi ini dibuat
dengan rincian setiap tahun selama umur bisnis. Umur bisnis pabrik pengolahan
kelapa sawit pada studi ini adalah 20 tahun. Penentuan umur bisnis dilakukan
dengan mempertimbangkan umur ekonomis pada bangunan pabrik dan juga
berdasarkan masa produktif tumbuhan kelapa sawit.
Pada arus kas terdapat komponen inflow dan outflow untuk melihat
bagaimana arus kas dan laporan laba rugi pabrik kelapa sawit PT. MAI selama
umur bisnis berjalan. Tahun awal dilakukannya analisis finansial adalah pada
tahun 2016, yaitu tahun dimana peneliti memulai penelitian di PT. MAI. Analisis
finansial dilakukan pada dua skenario pendirian pabrik yaitu pendirian pabrik
kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam (skenario I) dan elevasi pabrik kelapa sawit
dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam (skenario II).

Arus Penerimaan (Inflow)


Arus penerimaan adalah seluruh pemasukan yang diterima oleh pabrik
kelapa sawit PT. MAI selama umur bisnis. Komponen yang termasuk dalam
inflow adalah penjualan palm product, penerimaan pinjaman, dan nilai sisa.
1. Penerimaan penjualan palm product
Pabrik kelapa sawit mengolah TBS menjadi palm product. Palm product
yang dimaksud adalah minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit
(IKS). Hasil penjualan MKS dan IKS selama satu periode arus kas PT. MAI
diperoleh dari total tandan buah segar yang diolah pabrik kelapa sawit PT.
MAI dikalikan dengan nilai hasil persentase ekstraksi MKS dan IKS terhadap
TBS sebesar 23 persen dan 4,5 persen dari bobot TBS kemudian dikalikan
dengan harga MKS dan IKS. PT. MAI dalam perencanaan produksinya tidak
hanya menerima buah dari sumber internal kebun. Namun dengan
pertimbangan bisnis, PT. MAI juga menerima buah dari sumber eksternal
untuk memastikan pabrik bekerja secara optimal. Sumber internal TBS kelapa
37

sawit PT. MAI berasal dari hasil panen TBS dari kebun inti PT. MAI. Sumber
eksternal TBS kelapa sawit PT. MAI berasal dari hasil panen TBS dari petani
mitra PT. MAI (plasma) dan perkebunan kelapa sawit di sekitar lokasi pabrik
yang menjual TBS kepada PKS PT. MAI.
Penerimaan PT. MAI dari penjualan MKS dan IKS setiap tahun
diasumsikan diperoleh dari hasil produksi pabrik dengan kapasitas olah 100
persen. Harga jual MKS dan IKS yang digunakan adalah Rp 7.527 dan Rp
4.888, diperoleh dari data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara bulan
Februari 2016. Penerimaan palm product pabrik kelapa sawit PT. MAI pada
skenario I dan skenario II ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Penerimaan penjualan palm product setiap periode dipengaruhi oleh
besarnya kuantitas tandan buah segar kelapa sawit yang diolah oleh pabrik
kelapa sawit PT. MAI, harga palm product (MKS dan IKS), dan rendemen
palm product. Pada proyeksi arus kas pabrik kelapa sawit PT. MAI,
diasumsikan harga palm product dan rendemen palm product konstan dari
awal bisnis hingga akhir umur bisnis. Namun besarnya tandan buah segar
yang diolah pada periode tahun pertama berbeda dengan periode tahun
berikutnya. Pada tahun pertama, tandan buah segar yang diolah oleh pabrik
kelapa sawit PT. MAI lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun berikutnya.
Pembangunan pabrik kelapa sawit membutuhkan waktu selama 20 bulan
kerja. Jadi, proses produksi pabrik kelapa sawit pada tahun pertama hanya
selama 4 bulan disebabkan karena pada periode pertama proses pembangunan
masih berlangsung hingga bulan kedelapan dan dapat mulai beroperasi pada
bulan kesembilan. Sehingga besarnya tandan buah segar yang diolah pada
tahun pertama hanya sebesar 30 persen dari total kebutuhan selama satu
tahun. Namun pada tahun selanjutnya (2-20) penerimaan penjualan palm
product bernilai konstan.
Tabel 2 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario I (30 ton/jam)
Rendemen Penerimaan palm
Tahun TBS yang diolah Harga
palm product product
MKS
1 120 000 23 % 7 527 207 745 200
2-15 360 000 23 % 7 527 623 235 600
IKS
1 120 000 4.5 % 4 888 26 395 200
2-15 360 000 4.5 % 4 888 79 185 600

Tabel 3 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario II (60 ton/jam)
Rendemen Penerimaan palm
Tahun TBS yang diolah Harga
palm product product
MKS
1 120 000 23 % 7 527 207 745 200
2-15 360 000 23 % 7 527 623 235 600
IKS
1 120 000 4.5 % 4 888 26 395 200
2-15 360 000 4.5 % 4 888 79 185 600
38

2. Penerimaan pinjaman
Selain penjualan palm product, PT. MAI juga mendapatkan pemasukan
dari penerimaan pinjaman yang besarnya 50 persen dari total investasi.
Pinjaman didapatkan PT. MAI dari pengajuan kredit kepada Bank Mandiri.
Pinjaman kepada Bank Mandiri dikenai bunga sebesar 10.25 persen dan
dengan waktu pinjaman selama 10 tahun. Pada skenario I total investasi yang
dibutuhkan adalah sebesar Rp 210 469 863 240 sehingga besar pinjaman yang
diterima oleh PT. MAI pada skenario pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas
30 ton per jam adalah sebesar Rp 105 234 931 620. Sedangkan pada skenario
II total investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 140 859 969 240,
sehingga besar pinjaman yang diterima oleh PT. MAI pada skenario elevasi
pabrik kelapa sawit menjadi kapasitas 60 ton per jam adalah sebesar Rp 70
429 984 620.

3. Perolehan nilai sisa


Penerimaan pabrik kelapa sawit PT. MAI yang terakhir berasal dari
perolehan nilai sisa. Perolehan nilai sisa PKS PT. MAI didapat dari nilai sisa
mesin dan peralatan, kendaraan, perumahan, dan bangunan pabrik. Nilai sisa
akhir umur ekonomis pada setiap aset yang dimiliki adalah bernilai nol. Nilai
sisa didapat karena adanya sisa umur ekonomis dari setiap aset yang tidak
semua memiliki umur ekonomis yang sama. Umur ekonomis mesin dan
peralatan pabrik adalah 15 tahun. Sedangkan umur ekonomis kendaraan
adalah 10 tahun sehingga pada tahun ke-10 dilakukan reinvestasi kendaraan.
Pada komponen investasi bangunan pabrik dan perumahan diasumsikan umur
ekonomisnya adalah 20 tahun yang juga menjadi acuan umur bisnis. Nilai
sisa pada laporan arus kas skenario I dan II adalah sebesar Rp 117 776 793
160 dan Rp 32 775 747 000.

Arus Pengeluaran (Outflow)


Pengeluaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
membiayai kegiatan bisnis mulai dari awal pendirian bisnis, berjalannya bisnis,
hingga akhir umur bisnis. Komponen yang terdapat pada arus pengeluaran
(outflow) terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, bunga, dan pajak.
1. Biaya Investasi
Biaya Investasi pada tahun ke-0 yang dikeluarkan oleh PT. MAI terdiri dari
biaya pembelian mesin dan peralatan, bangunan, biaya overhead, kendaraan,
perumahan, perizinan dan tanah. Biaya investasi pada pendirian pabrik kelapa
sawit kapasitas 30 ton per jam dan elevasi pabrik menjadi kapasitas 60 ton per jam
berbeda pada biaya bangunan, perumahan, perizinan, tanah, mesin dan peralatan.
Biaya investasi mesin dan peralatan, serta perumahan pada skenario I sebesar Rp
128 461 569 240 dan Rp 15 154 594 000 sedangkan skenario II sebesar Rp 128
461 569 240 dan Rp 1 280 000 000. Pada skenario I biaya mesin dan peralatan
digunakan untuk membeli mesin untuk pabrik yang baru sedangkan pada skenario
II digunakan untuk menambah sebagian peralatan agar PKS MAI MILL-I menjadi
berkapasitas 60 ton per jam. Biaya investasi bangunan terdiri dari bangunan
pabrik dan kantor, pada skenario I dengan total biaya masing sebesar Rp 49 116
900 000. Pada skenario II tidak melakukan investasi bangunan karena umur
ekonomis bangunan pabrik yang lama masih bersisa 10 tahun. Biaya overhead
39

sebesar Rp 5 400 000 000 pada skenario I dan II, biaya investasi kendaraan
sebesar Rp 7 436 800 000 pada skenario I dan Rp 3 718 400 000 pada skenario II,
Pada skenario I biaya investasi kendaraan dua kali lebih besar dari investasi
skenario II karena pada skenario I investasi kendaraan dilakukan pada pabrik lama
dan pabrik baru PT. MAI. Biaya perizinan pada skenario I adalah Rp 2 500 000
000 dan biaya pada skenario II adalah Rp 2 000 000 000. Biaya perizinan pada
skenario II lebih murah karena untuk melakukan elevasi pabrik hanya dibutuhkan
beberapa izin tambahan. Pada skenario I terdapat biaya LC (land clearing) untuk
dapat membangun pabrik yang baru yaitu sebesar Rp 2 400 000 000.
2. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
seluruh kegiatan operasinya. Biaya operasional terbagi menjadi biaya variabel,
biaya semi variabel dan biaya tetap. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh
pabrik kelapa sawit PT. MAI pada periode pertama arus kas berbeda dengan biaya
operasional pada periode berikutnya. Pabrik kelapa sawit PT. MAI pada tahun
pertama berproduksi efektif hanya selama 4 bulan karena pada tahun pertama
masih dilakukan pembangunan hingga bulan kedelapan. Namun pada tahun
berikutnya (2-20) biaya operasional bernilai konstan. Di bawah ini akan
dipaparkan biaya operasional pada tahun ke-2 hingga tahun ke-20.
a. Biaya operasional variabel
Biaya operasional variabel merupakan biaya yang jumlahnya
dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya
operasioanl variabel terdiri dari pembelian TBS, pemakaian bahan
pembantu dan laboratorium, biaya alokasi, bahan dan suku cadang, dan
transpor MKS.
Tabel 4 Rincian biaya variabel

Biaya Variabel 30 ton/jam 60 ton/jam


Biaya pembelian TBS 5 872.73 5 872.73
Pemakaian Bahan Pembantu dan laboratorium 8.69 8.69
Biaya alokasi 33.46 33.46
Bahan dan Suku Cadang 24.51 24.51
Transport CPO ke Bulking 183.46 224.22
Upah Lembur 13.82 13.82
Sub Total 6 122.7 6 163.63

1. Biaya pembelian TBS


Biaya yang dikeluarkan PT. MAI untuk pembelian bahan baku
berupa TBS ditentukan berdasarkan rencana kapasitas olah pabrik 100
persen. Pembelian TBS dilakukan dengan asumsi harga Rp 1 615
berdasarkan data harga TBS pada dinas perkebunan Sumatera Utara
bulan Februari 2016. Pada 1 kg palm product memerlukan 3.636 kg
TBS. Jadi biaya variabel pembelian TBS adalah Rp 5 872.73 per kg
palm product. Pada skenario I dan II mampu menghasilkan sebanyak
99 000 000 kg palm product, sehingga pengeluaran per tahun PKS
untuk pembelian TBS pada kedua skenario adalah sebesar Rp 581 400
000 000.
40

2. Biaya pemakaian bahan pembantu dan laboratorium


Bahan pembantu adalah campuran-campuran kimia yang
digunakan dalam proses pengolahan TBS menjadi palm product.
Kemudian biaya laboratorium adalah biaya untuk bahan dan peralatan
untuk operasional laboratorium. Biaya bahan pembantu dan
laboratorium yang diperoleh pada skenario I dan II sama yaitu sebesar
Rp 8.69/kg palm product, sehingga pengeluaran PKS setiap tahun
produksi untuk biaya bahan pembantu pada skenario I dan II adalah
sebesar Rp 860 630 393.
3. Biaya alokasi
Biaya alokasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk penggunaan alat berat, workshop, water treatment, dan power
supply pada proses produksi. Biaya alokasi pada skenario I dan II
untuk biaya alokasi alat berat adalah sebesar Rp 33.46/kg palm
product, sehingga PKS mengeluarkan biaya alokasi setiap tahun
produksi pada skenario I dan II adalah sebesar Rp 3 312 987 063.60.
4. Biaya bahan dan suku cadang
Biaya bahan dan suku cadang adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk keperluan operasional pemeliharaan mesin yang
dilakukakan oleh bagian bengkel. Besaran biaya bahan dan suku
cadang ditentukan oleh beban kerja mesin. Semakin banyak TBS yang
diolah oleh pabrik maka semakin besar juga biaya bahan dan suku
cadang yang diperlukan oleh bagian bengkel untuk melakukan
pemeliharaan. Biaya bahan dan suku cadang pada PKS scenario I dan
II adalah sebesar Rp 24.51/kg palm product, sehingga total
pengeluaran PKS untuk pengeluaran biaya bahan dan suku cadang
adalah sebesar Rp 2 426 791 031.
5. Transpor TBS
Biaya transpor TBS adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk mengangkut MKS dan IKS dari storage tank PKS menuju
perusahaan pembeli. Perusahaan pembeli adalah perusahaan minyak
dan lemak nabati yang memiliki storage tank di tanjung priok.
Pengangkutan menggunakan moda transportasi air dengan tongkang.
Biaya yang dikeluarkan pada skenario I untuk transpor MKS adalah
sebesar Rp 183.46/kg palm product, sehingga biaya yang dikeluarkan
PKS untuk transpor palm product setiap tahun produksi adalah Rp 18
162 143 957. Sedangkan pada skenario II sebesar 224.22/kg palm
product, sehingga pengeluaran untuk biaya transpor palm product
adalah sebesar Rp 22 198 175 948.
b. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel yang terdapat pada arus pengeluaran pabrik kelapa
sawit PT. MAI adalah upah lembur. Upah lembur dikeluarkan oleh PT.
MAI ketika karyawan pabrik bekerja lebih dari jam kerja yang ditentukan
(7 jam kerja). Pabrik kelapa sawit dapat beroperasi selama 20 jam pada
kondisi maksimum yang terbagi dengan 2 shift dan dilakukan istirahat
kerja mesin selama 4 jam. Jadi setiap satu shift kerja terdapat 3 jam
lembur. Pabrik kelapa sawit PT. MAI diasumsikan bekerja optimal 100
persen selama umur bisnis, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh pabrik
41

kelapa sawit PT. MAI bernilai konstan. Pada arus kas analisis finansial
pada skenario I dan II, upah lembur dikeluarkan sebesar Rp 1 367 828
571.43
c. Biaya operasional tetap
Biaya operasional tetap terdiri dari upah staf, upah karyawan pabrik
dan kantor, tunjangan, servis dan reparasi, administrasi dan umum, alokasi
workshop, pemeliharaan, alokasi power dan water supply, pengembangan
karyawan, perjalanan dinas, biaya sosial, serta biaya umum lainnya. Biaya
operasional tetap pada skenario I dan II sama yaitu sebesar Rp 9 183 517
726.36.
Tabel 5 Rincian biaya tetap

Biaya Tetap Skenario I Skenario II


Upah 4 696 721 000.00 4 696 721 000.00
Pemeliharaan 2 305 420 334.04 2 305 420 334.04
Biaya sosial 1 000 000 000.00 1 000 000 000.00
Biaya pengembangan
659 500 000.00 659 500 000.00
karyawan dan perjalanan dinas
Biaya administrasi dan umum 521 876 392.00 521 876 392.00
Sub Total 9 183 517 726.04 9 183 517 726.04
1. Upah
Biaya upah adalah keseluruhan pengeluaran perusahaan untuk
membayar sumber daya manusia mulai dari gaji staf, gaji karyawan,
dan tunjangan. Biaya upah pada skenario I dan II adalah sebesar Rp 4
696 721 000.
2. Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah pengeluaran perusahaan untuk servis
dan reparasi mesin-mesin pabrik serta alokasi biaya workshop, water
treatment, dan power supply untuk kegiatan pemeliharaan. Biaya
pemeliharaan pada skenario I dan II adalah sebesar Rp 2 305 420
334.04.
3. Biaya sosial
Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
membayar denda sosial dan kerugian yang diperhitungkan ketika
adanya gangguan produksi ketika PKS dikenai denda sosial berupa
pemagaran. Biaya sosial juga termasuk biaya CSR perusahaan untuk
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar lokasi. Biaya yang
dianggarkan untuk biaya sosial besarnya sama setiap tahun sebesar Rp
1 000 000 000. Besaran biaya sosial sama untuk skenario I dan II.
4. Biaya pengembangan karyawan dan perjalanan dinas
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh PKS untuk
mengadakan training kepada karyawan dan biaya-biaya yang
dikeluarkan ketika melakukan perjalanan dinas. Biaya yang
dikeluarkan pada skenario I dan II untuk pengembangan karyawan
dan perjalanan dinas setiap tahun produksi adalah sama yaitu sebesar
Rp 659 500 000.
42

5. Biaya Administrasi dan Umum


Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk kegiatan kantor seperti alat tulis kantor, operasional
komputer, komunikasi, asuransi, izin khusus penggunaan mesin, PBB,
dan retribusi. Biaya yang dikeluarkan pada skenario I dan II adalah
sama yaitu sebesar Rp 521 876 392.00.
6. Biaya pembayaran pinjaman dan bunga
Pinjaman dilakukan PT. MAI kepada Bank Mandiri. Pinjaman
kepada Bank Mandiri dikenai bunga sebesar 10.25 persen dan dibayar
setiap tahunnya mulai tahun pertama. Rincian pembayaran pinjaman
dan bunga kepada Bank Mandiri disajikan pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario I (30 ton/jam)
Tahun Pembayaran pinjaman Bunga 10.25 % Angsuran Total
1 6 524.28 10 786,58 17 310.86 98 710.64
2 7 193.02 10 117,84 17 310.86 91 517.62
3 7 930.30 9 380,55 17 310.86 83 587.32
4 8 743.16 8 567,70 17 310.86 74 844.16
5 9 639.33 7 671,52 17 310.86 65 204.82
6 10 627.36 6 683,49 17 310.86 54 577.45
7 11 716.67 5 594,18 17 310.86 42 860.78
8 12 917.63 4 393,23 17 310.86 29 943.15
9 14 241.68 3 069,17 17 310.86 15 701.46
10 15 701.46 1 609,39 17 310.86 0
Tabel 7 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario II (60 ton/jam)
Tahun Pembayaran pinjaman Bunga 10.25 % Angsuran Total
1 4 366.46 7 219.07 11 585.54 66 063.51
2 4 814.03 6 771.51 11 585.54 61 249.48
3 5 307.47 6 278.07 11 585.54 55 942.01
4 5 851.48 5 734.05 11 585.54 50 090.52
5 6 451.26 5 134.27 11 585.54 43 639.26
6 7 112.51 4 473.02 11 585.54 36 526.74
7 7 841.55 3 743.99 11 585.54 28 685.19
8 8 645.31 2 940.23 11 585.54 20 039.88
9 9 531.45 2 054.08 11 585.54 10 508.42
10 10 508.42 1 077.11 11 585.54 0

7. Biaya Pajak
Biaya pajak yang dikeluarkan PT. MAI merupakan biaya pajak
penghasilan yang harus dikeluarkan PT. MAI setiap tahunnya sebesar
25 persen dari laba yang dihasilkan PT. MAI sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17
ayat 2a. Besarnya pajak akan berbeda-beda setiap tahunnya sesuai
dengan laba yang diperoleh perusahaan yang dapat dilihat dari laporan
laba rugi.
43

Pada skenario I jumlah pinjaman adalah sebesar Rp 105 234 931 620.00,
sedangkan pada skenario II adalah sebesar Rp 70 429 984 620.00. Pinjaman akan
ditujukan pada Bank Mandiri dengan bunga sebesar 10.25 persen selama sepuluh
tahun. Pembayaran yang disepakati menggunakan capital recovery 10.25 persen
dengan jumlah cicilan pada skenario I dan II setiap tahun sebesar 17 310 862 510
dan 11 585 542 572. Pembayaran cicilan dilakukan mulai tahun 1 hingga tahun
ke-10.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, bahwa tarif pajak penghasilan (pph) yang digunakan
untuk menghitung penghasilan kena pajak pada badan usaha yang beromzet lebih
dari 50 miliar adalah 25 persen dari laba yang dihasilkan.

Analisis Laba Rugi

Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam periode


tertentu. Pada laporan laba rugi dapat dilihat kondisi keuntungan yang diperoleh
perusahaan pada periode tertentu. Komponen dalam laporan laba rugi diantaranya
penerimaan penjualan palm product, biaya operasional variabel dan tetap
termasuk didalamnya biaya penyusutan serta beban pajak dan bunga pinjaman.
Komponen dalam laba rugi yang tidak tercantum dalam arus kas adalah biaya
penyusutan yang diperoleh dari kegiatan investasi yang dilakukan PT. MAI. PT.
MAI melakukan keseluruhan investasi pada tahun pendirian pabrik. Namun pada
tahun ke-10 PT. MAI melakukan investasi kembali untuk pembelian kendaraan
karena umur ekonomis kendaraan yang telah habis. Biaya penyusutan dihitung
dengan menggunakan metode garis lurus, sehingga biaya penyusutan bernilai
sama setiap tahunnya. Nilai sisa investasi diasumsikan bernilai nol atau habis pada
akhir umur ekonomis. Biaya penyusutan diperoleh dari penyusutan komponen
investasi seperti mesin dan peralatan pabrik, bangunan, perumahan, dan
kendaraan.
Laba bersih positif PT. MAI diperoleh pada tahun pertama operasional
pabrik, baik pada skenario pendirian pabrik kapasitas 30 ton per jam dan skenario
elevasi pabrik dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam. Laba positif
terus diperoleh oleh PT. MAI hingga berakhirnya umur bisnis. Laba positif yang
akan diterima PT. MAI pada skenario I dan skenario II ditampilkan pada lampiran
laba rugi. Rincian hasil laba rugi PT. MAI akan ditampilkan pada lampiran.

Analisis Kriteria Investasi

Hasil analisis pada skenario I dan skenario II menunjukan NPV positif


sebesar Rp 296 452 396 035.09 dan Rp 349 204 363 836.38 dengan tingkat
discount rate 7.625 persen. Bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit PT.
MAI layak dari kriteria investasi NPV karena nilai NPV pada skenario I dan II
lebih besar dari nol.
Hasil analisis pada skenario I dan skenario II menunjukan nilai IRR sebesar
29.71 persen dan 44.17 persen. Bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit
44

PT. MAI layak untuk djalankan karena nilai IRR tersebut lebih besar dari discount
rate yang digunakan (7.625 persen).
Nilai Net B/C yang diperoleh pada analisis skenario I adalah 2.82 yang
berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan
tambahan manfaat bersih bagi PT. MAI sebesar Rp 2.82. Nilai Net B/C yang
diperoleh pada analisis skenario II adalah 4.01 yang berarti setiap tambahan biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi
PT. MAI sebesar Rp 4.01. Hasil analisis menunjukkan bahwa Net B/C pada
kedua skenario bernilai lebih besar dari 1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
bisnis memiliki manfaat bersih yang menguntungkan terhadap satu satuan
kerugian dari bisnis tersebut sehingga layak untuk dilaksanakan.
Payback Period yang diperoleh pada skenario I selama 2 tahun dan 11
bulan, sedangkan Payback Period pada skenario II diperoleh selama 2 tahun dan 2
bulan. Perolehan Payback Period tersebut menunjukan jangka waktu
pengembalian investasi yang dilakukan lebih cepat dari umur bisnis yaitu 20
tahun. Bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit PT. MAI layak untuk
dijalankan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih cepat dari umur
bisnis.

Tabel 8 Hasil penilaian kriteria investasi pada pabrik kelapa sawit PT. MAI
skenario I (30 ton/jam) dan skenario II (60 ton/jam)
Hasil Penilaian Pada DF 7.625%
Kriteria Investasi
30 ton/jam 60 ton/jam
NPV 296 452 396 035.09 349 204 363 836.38
IRR 29.71% 44.17%
Net B/C 2.82 4.01
PP 2 tahun 11 bulan 2 tahun 2 bulan
BEP 34 345 655.85 35 848 759.67

BEP unit pada skenario I adalah sebesar 34 345 655.85 kg TBS. Sedangkan
BEP unit pada skenario II adalah sebesar 35 848 759.67 kg TBS. Perolehan nilai
Break Even Point menunjukkan pada kedua skenario titik impas tercapai dibawah
kapasitas olah pertahunnya. Sehingga bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa
sawit PT. MAI layak untuk dijalankan.

Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bisnis agar


tetap layak pada kondisi perubahan variabel yang pernah terjadi pada data historis.
Sedangkan analisis swithing value digunakan untuk mengetahui batasan
perubahan variabel tertentu pada komponen penting dari bisnis yang akan
dijalankan. Komponen dari bisnis pabrik kelapa sawit pada PT. MAI yang dinilai
peka terhadap perubahan adalah penurunan rendemen MKS yang dihasilkan dan
penurunan harga penjualan MKS. Pengujian sensitivitas dilakukan dengan
menurunkan rendemen MKS menjadi 21.3 persen dan penurunan harga MKS
sebesar 2 persen. Penurunan rendemen MKS dan harga MKS ini berdasarkan data
historis perusahaan yang menghasilkan rendemen terendah selama 5 tahun
45

terakhir yaitu sebesar 21.3 persen dan rata-rata penurunan harga jual MKS sebesar
2 persen pada tahun 2015.
Tabel 9 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT. MAI
skenario I (30 ton/jam)
Kondisi NPV IRR Net B/C PP BEP
Normal 296 452.39 29.71 % 2.82 2 11/12 34 345
Rendemen MKS 21.3 % -48 770.14 4.13 % 0.79 18 11/12 61 581
Penurunan harga 2 % 203 151.44 22.77 % 2.12 3 5/12 39 454
Hasil analisis sensitivitas dengan rendemen sebesar 21.3 persen pada
skenario pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam (skenario I) antara
lain nilai NPV negatif sebesar Rp 48.770 miliar dengan tingkat discount rate
sebesar 7.625 persen, nilai IRR 4.13 persen, Net B/C sebesar 0.79, dan PP selama
18 tahun dan 11 bulan. Pada kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi
(NPV, Net B/C, dan IRR) menunjukkan nilai di bawah batasan kelayakan. Namun
payback period menunjukkan tahun pengembalian masih pada kriteria layak
karena lebih cepat dibandingkan umur bisnis. Kemudian pada nilai break even
point (BEP) menunjukkan nilai sebesar 61 581 683.39 kg TBS. Sehingga pada
analisis break even point pembangunan pabrik kelapa sawit pada skenario I masih
layak karena masih lebih kecil dibandingkan kapasitas olah yang direncanakan
(kapasitas olah 100 %).
Pada kondisi rendemen MKS sebesar 21.3 %, pendirian pabrik kelapa sawit
kapasitas 30 ton per jam tidak layak dilaksanakan karena kriteria investasi
menunjukkan nilai tidak layak walaupun nilai analisis PP dan BEP masih
menunjukkan nilai layak. Hal ini dikarenakan jika bisnis pendirian pabrik kelapa
sawit kapasitas 30 ton per jam tetap dilaksanakan, investasi tetap dapat kembali
sebelum umur bisnis berakhir namun investasi yang dilakukan tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan. Hasil yang tidak memuaskan didapat karena
pada analisis payback period tidak memperhitungkan nilai waktu uang, sedangkan
NPV, IRR, dan Net B/C memperhitungkan nilai waktu uang. Selain itu
perhitungan analisis BEP hanya memperhatikan komponen pemasukan berupa
nilai penjualan palm product dan komponen pengeluaran berupa biaya operasional
pada satu tahun periode produksi. Analisis BEP tidak memperhatikan nilai waktu
uang dan komponen-komponen inflow dan outflow diluar nilai penjualan palm
product dan biaya operasional seperti nilai sisa, biaya investasi, biaya pajak, biaya
pinjaman, dan biaya lainnya. Sehingga analisis payback period dan BEP tidak
bisa menjadi acuan utama kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit.
Hasil analisis sensitivitas dengan harga penjualan MKS sebesar Rp 7 376.4
pada skenario I antara lain nilai NPV sebesar Rp 203.151 miliar dengan tingkat
discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 22.77 persen, Net B/C sebesar 2.12,
PP selama 3 tahun dan 5 bulan, dan BEP sebesar 39 454 721 kg TBS. Pada
kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta
analisis payback period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi
penurunan harga MKS sebesar 2 %, pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30
ton per jam masih layak dilaksanakan.
46

Tabel 10 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT.
MAI skenario II (60 ton/jam)
Kondisi NPV IRR Net B/C PP BEP
Normal 349 204.36 44.17 % 4.01 2 2/12 35 848
Rendemen MKS 21.3 % 8 230.07 8.38 % 1.05 13 5/12 67 198
Penurunan harga 2 % 257 036.18 34.18 % 2.97 2 6/12 41 451
Hasil analisis sensitivitas dengan rendemen MKS sebesar 21.3 persen pada
skenario elevasi pabrik kelapa sawit menjadi kapasitas 60 ton per jam (skenario
II) antara lain nilai NPV sebesar Rp 8.23 miliar dengan tingkat discount rate
sebesar 7.625 persen, nilai IRR 8.38 persen, Net B/C sebesar 1.05, PP selama 13
tahun dan 5 bulan, dan BEP sebesar 67 198 174 kg TBS. Pada kondisi tersebut
nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta analisis payback
period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi rendemen MKS
sebesar 21.3 %, elevasi pabrik kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam masih layak
dilaksanakan.
Hasil analisis kelayakan dengan harga penjualan MKS Rp 7 376.4 pada
skenario II antara lain nilai NPV sebesar Rp 257.03 miliar dengan tingkat
discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 34.18 persen, Net B/C sebesar 2.97,
PP selama 2 tahun dan 6 bulan, dan BEP sebesar 41 451 269 kg MKS. Pada
kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta
analisis payback period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi
penurunan harga MKS sebesar 2 %, elevasi pabrik kelapa sawit kapasitas 60 ton
per jam masih layak dilaksanakan.
Hasil analisis switching value yang diperoleh disajikan pada Tabel 11
menunjukkan bahwa maksimum penurunan rendemen MKS yang masih dapat
ditolerir agar bisnis tetap dikatakan layak pada skenario I dan II adalah masing-
masing sebesar 21.54 persen dan 21.20 persen. Kemudian maksimum penurunan
harga penjualan MKS yang masih dapat ditolerir agar bisnis tetap dikatakan layak
pada skenario I dan II adalah masing-masing sebesar Rp 7049 dan Rp 6948. Pada
kondisi tersebut, besarnya NPV yang diterima perusahaan adalah nol dengan nilai
Net B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 7.625% sesuai dengan discount rate yang
digunakan. Jika dibandingkan besaran persentase maksimum antara penurunan
rendemen MKS dan penurunan harga penjualan MKS pada skenario I dan II,
besaran persentase maksimum penurunan rendemen MKS lebih tinggi
dibandingkan besaran persentase maksimum penurunan harga penjualan MKS,
sehingga dapat dikatakan bahwa pada PT. MAI komponen rendemen MKS lebih
peka terhadap perubahan dibandingkan dengan harga penjualan MKS. Komponen
yang lebih peka terhadap perubahan tersebut hendaknya lebih diperhatikan oleh
perusahaan sehingga perubahan yang terjadi tidak melebihi batasan yang ada
karena jika melebihi batasan yang ada maka bisnis yang dijalankan akan
mengalami kerugian dan bisnis tidak lagi dinyatakan layak untuk dijalankan.
Apalagi komponen rendemen PKS adalah komponen yang dikendalikan dari
internal pabrik kelapa sawit. Sehingga, penghindaran kerugian akibat penurunan
MKS sangat memungkinkan untuk dihindari apabila pabrik kelapa sawit PT. MAI
dapat melakukan proses pengolahan dan grading TBS dengan baik.
47

Tabel 11 Hasil analisis switching value dan perbandingan dengan asumsi


sensitivitas
Variabel 30 ton/jam 60 ton/jam Sensitivitas
Rendemen MKS 6.35 % (21.54 %) 7.83 % (21.20 %) 7.39 % (21.3 %)
Harga 6.35 % (7049) 5.80% (6948) 2 % (7376)
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan pada tabel diperoleh
hasil bahwa penurunan rendemen minyak kelapa sawit sensitif terhadap kelayakan
bisnis pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam. Sedangkan
pada pabrik kapasitas 60 ton per jam, rendemen MKS sebesar 21.3 persen masih
menunjukkan nilai yang layak pada kriteria investasi. Kemudian penurunan harga
penjualan MKS sebesar 2 persen pada skenario I dan II masih menunjukkan nilai
yang layak pada kriteria investasi. Kriteria investasi yang dihasilkan berada pada
nilai yang memenuhi standar nilai minimal kelayakan. Rendemen MKS yang
rendah dipengaruhi oleh kemampuan pabrik kelapa sawit untuk mengolah TBS
menjadi MKS serta proses grading yang dilakukan pabrik sebelum buah masuk
dan diolah. Pada kondisi ini PT. MAI dapat saja mengembalikan investasi yang
telah dilakukan namun akan mendapat hasil yang sia-sia dan merugikan.

KEPUTUSAN PERUSAHAAN

Hasil analisis non finansial terhadap aspek pasar, teknis, manajemen dan
hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan menunjukkan bahwa skenario I dan
skenario II layak untuk dilaksanakan. Begitu pula pada analisis finansial
menunjukkan bahwa kedua skenario juga layak untuk dilaksanakan karena
memenuhi seluruh kriteria investasi pembangunan pabrik kelapa sawit.
Wawancara dilakukan dengan experts dari PT. Mazuma Agro Indonesia,
konsultan pabrik PT. MAI dan pihak bank mandiri untuk melakukan pemilihan
antara dua skenario yang telah di tentukan. Keseluruhan experts lebih memilih
untuk melaksanakan skenario II yaitu mengelevasi PKS MAI MILL-I dari
kapasitas 30 ton/jam menjadi kapasitas 60 ton/jam. Hasil wawancara tersebut
diserahkan kepada Bapak H. Maslin Batubara selaku pemilik perusahaan PT. MAI
untuk penentuan keputusan akhir. Bapak H. Maslin Batubara menganalisa hasil
dari kelayakan non finansial, kelayakan finansial, dan keputusan experts. Hasil
validasi dari pemilik perusahaan adalah melakukan elevasi PKS MAI MILL-I dari
kapasitas 30 ton/jam menjadi kapasitas 60 ton/jam (skenario II). Rangkuman hasil
wawancara dengan experts terlampir di lampiran.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis,


manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan menunjukkan
48

bahwa peningkatan pabrik pengolahan kelapa sawit dari kapasitas 30 ton per jam
menjadi 60 ton per jam dan pendirian pabrik kapasitas 30 ton per jam di PT. MAI
layak dilaksanakan.
Berdasarkan analisis finansial pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit
kapasitas 30 ton per jam dan 60 ton per jam diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C,
Payback Period, dan BEP yang memenuhi kriteria kelayakan. Hasil analisis
finansial menunjukkan bahwa PT. MAI lebih baik mengelevasi PKS MAI MILL-I
menjadi kapasitas 60 ton per jam dibandingkan mendirikan PKS kapasitas 30 ton
per jam. Hal ini dikarenakan nilai kriteria investasi untuk elevasi pabrik
pengolahan kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam lebih tinggi dibandingkan
pendirian pabrik pengolahan kapasitas 30 ton per jam.
Dua variabel yang dinilai berpengaruh terhadap kelayakan bisnis pendirian
pabrik kelapa sawit adalah rendemen minyak kelapa sawit dan harga minyak
kelapa sawit. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas bisnis pendirian pabrik kelapa
sawit kapasitas 30 ton per jam sensitif terhadap perubahan rendemen minyak
kelapa sawit, sedangkan penurunan harga minyak kelapa sawit tidak berpengaruh
pada kelayakan bisnis. Pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam
dapat mentolerir perubahan rendemen minyak kelapa sawit dan harga minyak
kelapa sawit lebih baik dibandingkan pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 30
ton per jam. Pemilik perusahaan memilih untuk mengelevasi PKS MAI MILL-I
dari kapasitas 30 ton per jam menjadi kapasitas 60 ton per jam.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis berikan antara
lain:
1. PT. MAI harus melakukan proses pengolahan tandan buah segar kelapa
sawit menjadi minyak kelapa sawit di pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan baik agar menghasilkan rendemen minyak kelapa sawit yang
tinggi. Hal ini dikarenakan perubahan rendemen minyak kelapa sawit
merupakan variabel yang sangat berpengaruh pada kelayakan pabrik
kelapa sawit di PT. MAI.
2. PT. MAI juga harus melakukan sortasi tandan buah segar kelapa sawit
yang akan diolah karena varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu
dan cara panen tandan buah segar kelapa sawit, serta proses pengangkutan
berpengaruh pada perubahan rendemen minyak kelapa sawit.
3. Pada studi ini tidak dilakukan analisis ekonomi, maka sangat diperlukan
penelitian lebih lanjut yang menganalisis bisnis pendirian PKS
berdasarkan analisis ekonomi, khususnya daerah Sumatera Utara agar
dapat mengetahui pengaruh pada perekonomian nasional dan melakukan
evaluasi agar sumberdaya yang digunakan dapat berkontribusi pada
pendapatan nasional dan daerah.
49

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Sektor Pertanian. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Minyak
Kelapa Sawit. SNI 01-2901-2006. Jakarta.
[Direktorat Jenderal Perkebunan]. 2013. Luas Areal Perkebunan Angka Estimasi
Tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2016 April 29]. Tersedia pada
http://ditjenbun.pertanian.go.id/statis-35-luasareal.html
[Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara]. 2016. Informasi Harga Komoditas
Kelapa Sawit Bulan Februari 2016 [Internet]. Tersedia pada
http://www.disbun.sumutprov.go.id.
Gittinger JP.1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Mangiri
K, Stomo S, penerjemah. Jakarta (ID). UI Pr. Terjemahan dari : Economic
Analysis of Agriculture Project.
Hadi, Muh. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID):Adicita
Karya Nusa.
Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek: Konsep, Teknik, dan
Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): AMP.
Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana
Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus
Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam) [skripsi]. Program
Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Departemen Agribisnis FEM IPB
Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Kedua. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Pahan I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Ramadhannissa R. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT.
Terang Inti Seraya di Provinsi Riau [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soeharto, Rosediana. 2000. Palm Biodiesel and Sustainability.
http://www.rspo.org/resource_centre/KMSI_RSPO%20Forum%20on%20Biof
uels_15Mei07.pdf.

.
51

LAMPIRAN

Lampiran 1 Investasi pabrik dan kantor

Biaya
Investasi Pabrik
Skenario I Skenario II
Steam Boiler (Boilermech) 23520000000.00 23520000000.00
Steam Turbine (Shinko) 7929000000.00 7929000000.00
Diesel Generating Set 635
KVA ( 500 KW) 1969000000.00 1969000000.00
Diesel Generating Set 200
KVA ( 160 KW) 343750000.00 343750000.00
Digester (GS) 2800000000.00 5600000000.00
Screw Press P22 (GS) 3360000000.00 6720000000.00
Sludge Centrifuge (Charp
Ngea) 1750000000.00 2450000000.00
Oil Purifier (West Falia) 880000000.00 1320000000.00
Rotary Brush Strainer 352000000.00 528000000.00
Stasiun Penerimaan,
Loading Ramp, dan Storage 7 779 451 660.22 15 558 903 320.44
Stasiun Perebusan 12 310 402 200.40 24 620 804 400.80
Stasiun Bantingan 7 428 508 820.94 14 857 017 640.88
Stasiun Pressing 3 536 961 120.04 7 073 922 240.08
Stasiun Klarifikasi 10 593 450 280.76 21 186 900 560.52
Stasiun Depericarping 4 865 129 840.28 9 730 259 680.56
Stasiun Pengolahan Inti 6 729 777 560.52 13 459 555 120.04
Stasiun Boiler 2 560 838 180.06 5 121 676 360.12
Stasiun Pembangkit Listrik 1 940 071 200.40 3 880 142 400.80
Boiler Water Treatment
Plant 2 228 115 540.18 4 576 231 080.36
Raw Water Treatment Plant 3 306 014 500.50 6 612 029 000.00
Peralatan dan Instalasi
Listrik 6890540000.00 13781080000.00
Instalasi Pipa 6 217 859 740.58 12 435 719 480.16
Civil Works (Building) 49116900000.00 49116900000.00
Stasiun Pengolahan Limbah 5 870 698 600.20 11 741 397 200.40
Miscellanious Equipment 3240000000.00 6480000000.00
Overhead 5400000000.00 5400000000.00
Total 182 978 469 240.08 276 012 288 480.16
52

Lampiran 2 Investasi kendaraan untuk satu pabrik

Kendaraan Jumlah Harga Satuan Biaya


Ford Everest 1 471 800 000 471 800 000
Mitsubishi Strada 4 377 000 000 1 508 000 000
Mitsubishi L 300 1 195 000 000 195 000 000
Wheel Loader Komatsu 2 600 000 000 1 200 000 000
Hino Dutro 1 241 600 000 241 600 000
Honda CB 6 17 000 000 102 000 000
Total 1 902 400 000.00 3 718 400 000.00

Lampiran 3 Investasi perumahan


Harga
Tipe Rumah Skenario I Skenario II
Satuan
Jumlah Total Jumlah Total
Rumah Manager 525000000 1 525000000 1 525000000
Rumah Askep 445315000 2 890630000 2 890630000
Rumah Kasie 445 315 000 2 890 630 000 2 890 630 000
Rumah Asisten 351389000 6 2108334000 6 2108334000
Rumah G2 160000000 64 10 240000000 72 11 520000000
Mess 500000000 1 500000000 1 500000000
15 154 594 000 16 434 594 000
53

Lampiran 4 Penyusutan skenario I


UmurNilai EkonomisSisa
Penyusutan Per Tahun
No Uraian Nilai Perolehan

I Fasilitas Pabrik
1 Mesin dan Peralatan 128 461 569 240 15 0 8 564 104 616
2 Bangunan 49 116 900 000 20 0 2 455 845 000
II Fasilitas Pendukung
3 Perumahan 15 154 594 000 20 0 821 729 700
4 Kendaraan 3 718 400 000 10 0 371 840 000
Total 12 213 519 316

Lampiran 5 Penyusutan skenario II

UmurNilaiPenyusutan Per EkonomisSisaTahun


No Uraian Nilai Perolehan

IFasilitas Pabrik
1 Mesin dan Peralatan 219 442 964 490 15 0 14 766 359 232
2 Bangunan 49 116 900 000 20 0 2 455 845 000
II Fasilitas Pendukung
3 Perumahan 17 046 742 000 20 0 821 729 700
4 Kendaraan 3 718 400 000 10 0 371 840 000
Total 18 415 773 932
54

Lampiran 6 Alir proses produksi pabrik kelapa sawit PT. MAI

Crude Oil & Sand Trap Cake Breaker


Boiler Turbin BPV Jembatan Conveyor
Timbang
Fiber
Genset Cyclone
Vibrating Nut Polishing
Loading Drum
Ramp
Sludge Tank
Crude Oil Nut Silo
Sterilizer Tank

Cooling Pond Ripple Mill


Clarifier
LTDS
Thresher
Cyclone
Composting Clay Bath
Purifier
Digester
Kernel Silo
Empty Bunch
Concrette Screw Vacum Dryer
Press
Kernel Hopper

Storage
Empty
Tank
Bunch
55

Lampiran 7 Layout pabrik kelapa sawit PT. Mazumo Agro Indonesia


56

Lampiran 8 Cash flow skenario I


Tahun
No. Uraian komponen
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 207,745,200,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000
Pinjaman 105,234,931,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 105,234,931,620 234,140,400,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 128,461,569,240
Bangunan 49,116,900,000
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin 2,500,000,000
Tanah/LC 2,400,000,000
Sub Total 210,469,863,240 - - - - 128,461,569,240
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 808,930,343 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 6,054,047,985 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 202,510,127,005 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 206,237,966,247 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha - 2,647,892,810 17,099,109,686 17,099,109,686 17,099,109,686 6,393,978,916
Total Outflow 210,469,863,240 226,196,721,568 651,123,870,940 651,123,870,940 651,123,870,940 640,418,740,170
57

Lampiran 8 Cash flow skenario I (lanjutan)


Tahun
No. Uraian komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 7,436.800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 71,708,294,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 -
Pajak Penghasilan Badan Usaha 17,099,109,686 17,099,109,686 17,099,109,686 17,099,109,686 - 21,426,825,314
Total Outflow 651,123,870,940 651,123,870,940 651,123,870,940 651,123,870,940 634,024,761,253 638,140,724,056
58

Lampiran 8 Cash flow skenario I (lanjutan)


No. Uraian komponen Tahun
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - 128,461,569,240 - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman - - - - - -
Pajak Penghasilan Badan Usaha 21,426,825,314 21,426,825,314 21,426,825,314 - 21,426,825,314 21,426,825,314
Total Outflow 638,140,724,056 638,140,724,056 638,140,724,056 616,713,898,742 638,140,724,056 638,140,724,056
59

Lampiran 8 Cash flow skenario I (lanjutan)


Tahun
No. Uraian komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS 79,285,600,000 79,285,600,000 79,285,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 117,776,793,160
Total Inflow 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman - - -
Pajak Penghasilan Badan Usaha 21,426,825,314 21,426,825,314 50,871,023,604
Total Outflow 638,140,724,056 638,140,724,056 667,584,922,346
60

Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 %
Tahun
No. Uraian komponen
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 192,421,733,400 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman 105,234,931,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 105,234,931,620 218,816,933,400 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 128,461,569,240
Bangunan 49,116,900,000
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin 2,500,000,000
Tanah/LC 2,400,000,000
Sub Total 210,469,863,240 - - - - 128,461,569,240
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,915,715 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 1,104,478,833 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 809,040,082 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 6,054,869,271 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 202,511,246,759 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 206,239,086,001 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha - - 5,605,669,921 5,605,669,921 5,605,669,921 -
Total Outflow 210,469,863,240 223,549,948,512 639,633,790,435 639,633,790,435 639,633,790,435 634,028,120,514
61

Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 71,708,294,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha 5,605,669,921 5,605,669,921 5,605,669,921 5,605,669,921 - 9,933,385,549
Total Outflow 639,633,790,435 639,633,790,435 639,633,790,435 639,633,790,435 634,028,120,514 626,650,643,552
62

Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - 128,461,569,240 - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 9,933,385,549 9,933,385,549 9,933,385,549 - 9,933,385,549 9,933,385,549
Total Outflow 626,650,643,552 626,650,643,552 626,650,643,552 616,717,258,003 626,650,643,552 626,650,643,552
63

Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 117,776,793,160
Total Inflow 656,450,800,200 656,450,800,200 774,227,593,360
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 9,933,385,549 9,933,385,549 39,377,583,839
Total Outflow 626,650,643,552 626,650,643,552 656,094,841,842
64

Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 %


Tahun
No. Uraian komponen
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 203,590,296,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman 105,243,931,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 105,243,931,620 229,985,496,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 128,461,569,240
Bangunan 49,116,900,000
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin 2,500,000,000
Tanah/LC 2,400,000,000
Sub Total 210,469,863,240 - - - - 128,461,569,240
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 808,930,343 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 6,054,047,985 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 202,510,127,005 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000
Biaya pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 414,710,050 414,710,050 414,710,050
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939
Total Biaya Operasional 206,237,966,247 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha - 1,609,166,810 13,982,931,686 13,982,931,686 13,982,931,686 -
Total Outflow 210,469,863,240 225,157,995,568 648,007,692,940 648,007,692,940 648,007,692,940 634,024,761,253
65

Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 71,708,294,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000
Biaya pemeliharaan 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889
Administrasi & Umum 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha 13,982,931,686 13,982,931,686 13,982,931,686 13,982,931,686 - 18,310,647,314
Total Outflow 648,007,692,940 648,007,692,940 648,007,692,940 648,007,692,940 634,024,761,253 635,024,546,056
66

Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - 128,461,569,240 - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000
Biaya pemeliharaan 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889
Administrasi & Umum 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 18,310,647,314 18,310,647,314 18,310,647,314 - 18,310,647,314 18,310,647,314
Total Outflow 635,024,546,056 635,024,546,056 635,024,546,056 616,713,898,742 635,024,546,056 635,024,546,056
67

Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 117,776,793,160
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 807,733,281,160
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 560,630,393 560,630,393 560,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000
Biaya pemeliharaan 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889
Administrasi & Umum 414,710,050 414,710,050 414,710,050
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 18,310,647,314 18,310,647,314 47,754,845,604
Total Outflow 635,024,546,056 635,024,546,056 664,468,744,346
68

Lampiran 11 Cash flow skenario II


Tahun
No.
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 207,745,200,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman 70,429,984,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - 85,641,046,160
Total Inflow 70,429,984,620 234,140,400,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 788,062,246,160
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 221,495,388,480
Bangunan -
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 1,280,000,000
Izin 2,000,000,000
Tanah -
Sub Total 140,859,969,240 - - - - 221,495,388,480
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 808,930,343,667 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 7,399,391,982 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 203,855,471,002 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 207,583,310,244 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha - 3,742,886,795 17,521,431,673 17,521,431,673 17,521,431,673 53,028,857,199
Total Otflow 140,859,969,240 222,911,739,612 649,856,904,979 649,856,904,979 649,856,904,979 632,335,473,305
69

Lampiran 11 Cash flow skenario II (lanjutan)


Tahun
No. Uraian Komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 16,434,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 69,269,894,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha 17,521,431,673 17,521,431,673 17,521,431,673 17,521,431,673 203,958,173 20,417,817,316
Total Otflow 649,856,904,979 649,856,904,979 649,856,904,979 649,856,904,979 632,539,431,479 641,167,748,049
70

Lampiran 11 Cash flow skenario II (lanjutan)


Tahun
No. Uraian Komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000 702,421,200,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan -
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 20,417,817,316 20,417,817,316 20,417,817,316 20,417,817,316 20,417,817,316 20,417,817,316
Total Otflow 641,167,748,049 641,167,748,049 641,167,748,049 641,167,748,049 641,167,748,049 641,167,748,049
71

Lampiran 11 Cash flow skenario II (lanjutan)


Tahun
No. Uraian Komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 32,775,747,000
Total Inflow 702,421,200,000 702,421,200,000 735,196,947,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 20,417,817,316 20,417,817,316 66,032,156,145
Total Otflow 641,167,748,049 641,167,748,049 649,361,684,799
72

Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 %
Tahun
No. Uraian Komponen
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 192,390,120,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman 70,429,984,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - 85,641,046,160
Total Inflow 70,429,984,620 218,785,320,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 741,997,006,160
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 221,495,388,480
Bangunan -
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 1,280,000,000
Izin 2,000,000,000
Tanah -
Sub Total 140,859,969,240 - - - - 221,495,388,480
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 808,930,343 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 7,399,391,982 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 203,855,471,002 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 207,583,310,244 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha - - 6,005,121,673 6,005,121,673 6,005,121,673 -
Total Otflow 140,859,969,240 219,168,852,816 638,340,594,979 638,340,594,979 638,340,594,979 632,335,473,305
73

Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 16,434,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 69,269,894,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha 6,005,121,673 6,005,121,673 6,005,121,673 6,005,121,673 - 8,901,507,316
Total Otflow 638,340,594,979 638,340,594,979 638,340,594,979 638,340,594,979 632,335,473,305 629,651,438,049
74

Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan -
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316
Total Otflow 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049
75

Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 32,775,747,000
Total Inflow 656,355,960,000 656,355,960,000 689,131,707,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 8,901,507,316 8,901,507,316 17,095,444,066
Total Otflow 629,651,438,049 629,651,438,049 637,845,374,799
76

Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 %


Tahun
No. Uraian Komponen
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 203,590,296,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman 70,429,984,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - 85,641,046,160
Total Inflow 70,429,984,620 229,985,496,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 775,597,534,160
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 221,495,388,480
Bangunan
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 1,280,000,000
Izin 2,000,000,000
Tanah -
Sub Total 140,859,969,240 - - - - 221,495,388,480
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 808,930,343 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 7,399,391,982 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 203,855,471,002 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 207,583,310,244 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha - 2,704,160,795 14,405,253,673 14,405,253,673 14,405,253,673 -
Total Otflow 140,859,969,240 221,873,013,612 646,740,726,979 646,740,726,979 646,740,726,979 632,335,473,305
77

Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 16,434,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 69,269,894,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha 14,405,253,673 14,405,253,673 14,405,253,673 14,405,253,673 - 17,301,639,316
Total Otflow 646,740,726,979 646,740,726,979 646,740,726,979 646,740,726,979 632,335,473,305 638,051,570,049
78

Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316
Total Otflow 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049
79

Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 32,775,747,000
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 722,732,235,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 17,301,639,316 17,301,639,316 25,495,576,066
Total Otflow 638,051,570,049 638,051,570,049 646,245,506,799
80

Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I


Tahun
Komponen
1 2 3 4 5
Penjualan
MKS 207,745,200,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 808,930,343 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 6,054,047,985 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 202,510,127,005 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Marjin kotor 31,630,272,994 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983
Biaya operasional-Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316
Sub Total 15,941,358,558 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042
Laba kotor 15,688,914,436 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941
Bunga (10.25%) 10,786,580,491 10,117,841,584 9,380,556,939 8,567,700,617 7,671,526,523
Laba sebelum pajak 4,902,333,944 63,375,940356 64,113,225,001 64,926,081,323 65,822,255,417
Pajak (25%) 1,225,583,486 15,843,958,089 16,028,306,250 16,231,520,330 16,455,563,854
Laba bersih 3,676,750,458 47,531,955,267 48,084,918,751 48,694,560,992 49,366,691,562
81

Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I (lanjutan)


Tahun
Komponen 6 7 8 9 10
Penjualan
MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Marjin kotor 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983
Biaya operasional-Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316
Sub Total 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042
Laba kotor 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941
Bunga (10.25%) 6,683,494,585 5,594,189,372 4,393,230,376 3,069,173,082 1,609,399,915
Laba sebelum pajak 66,810,287,355 67,899,592,568 69,100,551,564 70,424,608,858 71,884,382,025
Pajak (25%) 16,702,571,838 16,974,898,142 17,275,137,891 17,606,152,214 17,971,095,506
Laba bersih 50,107,715,516 50,924,694,426 501,825,413,673 52,818,456,643 53,913,286,518
82

Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I (lanjutan)


Tahun
Komponen 11 12 13 14 15
Penjualan
MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Marjin kotor 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983
Biaya operasional-Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316
Sub Total 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042
Laba kotor 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941
Bunga (10.5%)
Laba sebelum pajak 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941
Pajak (25%) 18,373,445,485 18,373,445,485 18,373,445,485 18,373,445,485 18,373,445,485
Laba bersih 55,120,336,456 55,120,336,456 55,120,336,456 55,120,336,456 55,120,336,456
83

Lampiran 14 Laporan laba rugi skenario I (lanjutan)


Tahun
Komponen 16 17 18 19 20
Penjualan
MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Marjin kotor 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983 94,890,818,983
Biaya operasional-Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316 12,213,519,316
Sub Total 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042 21,397,037,042
Laba kotor 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941
Bunga (10.5%)
Laba sebelum pajak 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941 73,493,781,941
Pajak (25%) 18,373,445,485 18,373,445,485 18,373,445,485 18,373,445,485 18,373,445,485
Laba bersih 55,120,336,456 55,120,336,456 55,120,336,456 55,120,336,456 55,120,336,456
84

Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II


Tahun
Komponen
1 2 3 4 5
Penjualan
MKS 207,745,200,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 808,930,343 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 7,399,391,982 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 203,855,471,002 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Marjin kotor 30,284,928,997 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992
Biaya operasional-Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 768,473.444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173.958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932
Sub Total 22,143,613,174 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658
Laba kotor 8,141,315,823 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334
Bunga (10.25%) 7,219,073,423 6,771,510,335 6,278,072,031 5,734,056,301 5,134,278,958
Laba sebelum pajak 922,242,400 56,483,984,999 56,977,423,303 57,521,439,033 58,121,216,376
Pajak (25%) 230,560,600 14,120,996,249 14,244,355,825 14,380,359,758 14,530,304,094
Laba bersih 691,681,800 42,362,988,749 42,733,067,477 43,141,079,275 43,590,912,282
85

Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II (lanjutan)


Tahun
Komponen
6 7 8 9 10
Penjualan
MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Marjin kotor 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992
Biaya operasional-Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932
Sub Total 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658
Laba kotor 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334
Bunga (10.5%) 4,473,024,437 3,743,991,328 2,940,232,326 2,054,088,026 1,077,113,935
Laba sebelum pajak 58.782,470,897 59,511,504,005 60,315,263,008 61,201,407,308 62,178,381,399
Pajak (25%) 14,695,617,724 14,877,876,001 15,078,815,752 15,300,351,827 15,544,595,349
Laba bersih 44,086,853,172 44,633,628,004 45,236,447,256 45,901,055,481 46,633,786,049
86

Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II (lanjutan)


Tahun
Komponen
11 12 13 14 15
Penjualan
MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Marjin kotor 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992
Biaya operasional-Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932
Sub Total 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658
Laba kotor 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334
Bunga (10.5%)
Laba sebelum pajak 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334
Pajak (25%) 15,813,873,833 15,813,873,833 15,813,873,833 15,813,873,833 15,813,873,833
Laba bersih 47,441,621,501 47,441,621,501 47,441,621,501 47,441,621,501 47,441,621,501
87

Lampiran 15 Laporan laba rugi skenario II (lanjutan)


Tahun
Komponen
16 17 18 19 20
Penjualan
MKS 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000 623,235,600,000
IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Biaya operasional-Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Marjin kotor 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992 90,854,786,992
Biaya operasional-Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Penyusutan 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932 18,415,773,932
Sub Total 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658 27,599,291,658
Laba kotor 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334
Bunga (10.5%)
Laba sebelum pajak 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334 63,255,495,334
Pajak (25%) 15,813,873,833 15,813,873,833 15,813,873,833 15,813,873,833 15,813,873,833
Laba bersih 47,441,621,501 47,441,621,501 47,441,621,501 47,441,621,501 47,441,621,501
88

Lampiran 16 Kantor pusat PT. MAI di Medan


89

Lampiran 17 Rangkuman validasi expert

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN PABRIK CRUDE


PALM OIL PADA PT. MAZUMA AGRO INDONESIA

Expert validation yang dimohon untuk memberikan pilihan terhadap


Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian Pabrik Crude Palm Oil pada PT. MAI
adalah :
1. Bpk H.M. Hidayat sebagai Komisaris PT. MAI untuk melakukan penilaian
kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Beliau menyatakan bahwa
kebutuhan serta permintaan dunia terhadap CPO semakin meningkat setiap
tahunnya. Dengan tersedianya bahan baku, lahan, SDM, dan untuk
menjawab tantangan pasar, maka diperlukan peningkatan produksi hasil
kebun. Peningkatan produksi sendiri tidak memiliki nilai tambah yang
cukup tinggi tanpa adanya pabrik pengolahan dengan kapasitas yang
memadai. Dalam hal ini peningkatan kapasitas pabrik MAI MILL-I dari
kapasitas 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam harus dilakukan dengan segera.
Apabila tidak dilakukan dengan segera maka akan banyak buah yang
restan. Selain karena meningkatnya luas areal tanam dan produksi PT.
MAI, peningkatan kapasitas ini perlu dilakukan karena adanya tren positif
terhadap peningkatan permintaan sawit dunia. PT. MAI telah memikirkan
hal ini sebelumnya, PT. MAI telah mempersiapkan PKS MAI MILL-I
dengan platform 60 ton/jam sehingga dikemudian hari tidak menjadi
masalah yang cukup berat bagi PT. MAI. Bpk. Hidayat lebih memilih
mengelevasi kapasitas pabrik karena PT. MAI hanya membutuhkan mesin
dan perlatan serta pekerja tambahan untuk meningkatkan kapasitas
menjadi 60 ton/jam, sehingga biaya investasi awal akan lebih murah.
2. Bpk. H.M. Ichsan Hakim sebagai Direktur PT. MAI untuk melakukan
penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Beliau
menyatakan bahwa saat ini dengan kapasitas 30 ton/jam PT. MAI
berkontribusi 0,11% dari share nasional, sehingga masih sangat besar
peluang pasar yang dapat di ambil oleh PT. MAI untuk memenuhi
kebutuhan nasional ataupun untuk kebutuhan export nantinya. PT. MAI
juga sudah memiliki target pasar yang jelas yaitu memasok ke PT. X yang
merupakan perusahan minyak dan lemak nabati yang mengolah MKS dan
IKS menjadi produk turunannya. Perusahaan PT. X baru menggunakan
lebih kurang setengah dari kapasitas olah pertahunnya. PT. X meminta
kepada perusahaan PT. MAI untuk meningkatkan terus hasil produksi PT.
MAI sehingga juga dapat memenuhi kebutuhan PT. X. Jadi pasar dari
produk MKS dan IKS sudah jelas serta masih besarnya peluang pasar PT.
MAI. Bpk. Ichsan lebih merekomendasikan elevasi pabrik menjadi 60
ton/jam karena mengurus satu pabrik akan lebih mudah daripada mengurus
2 pabrik.
3. Bpk. Mulkan Oloan Lubis, SH sebagai Corporate Strategy PT. MAI untuk
melakukan penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik. Beliau
menyatakan bahwa saat ini mempunyai kapasitas pabrik 30 ton per jam,
kedepannya akan meningkatkan kapasitas pabrik ataupun membangun
90

pabrik yang baru. Pembiayaan modal investasi berasal dari 50 % dana


sendiri, 50 % dari pinjaman bank. Persyaratan pengajuan kredit investasi
sudah lengkap pada umumnya ke bank, seperti SIUP, TDP, HO, akta
pendirian, jaminan, neraca perusahaan. Sehingga dalam pelaksaan
peningkatan kapasitas produksi tidak akan terjadi kendala yang berarti.
Dengan pertimbangan hal tersebut maka rekomendasi peningkatan
kapasitas dari 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam lebih layak dilaksanakan
daripada membangun pabrik baru. Karena menghemat biaya untuk
bangunan, mesin, perlatan dan biaya perizinan tidak semahal perizinan
untuk membangun pabrik baru. Sehingga biaya investasi awal yang
dibutuhkan akan lebih murah dibandingkan dengan membangun pabrik
baru kapasitas 30 ton/jam.
4. Bpk. Yusuf Marpaung sebagai konsultan pabrik PT. MAI untuk
melakukan penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit.
Beliau menyatakan bahwa perencanaan layout PT. MAI menggunakan
ARC, Activity Relationship Chart (ARC) dibuat berdasarkan pertimbangan
frekuensi aliran perpindahan material antar tiap stasiun dan digunakan
untuk mengetahui derajat hubungan kesamaan antar stasiun. Sehingga
efektivitas dan produktivitas bisa meningkat, dan kesiapan alat dan
platform teknologi sudah mendukung untuk meningkatkan kapasitas
pabrik dari 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam. Layout pabrik yang dibuat
mengikuti standar layout di pabrik pertama PT. MAI yang telah terbukti
efisien dan memenuhi standar. Bpk. Yusuf lebih merekomendasikan
elevasi pabrik menjadi 60 ton/jam dibandingkan membangun pabrik 30
ton/jam karena bangunan PKS MAI MILL-I masih memiliki sisa umur
bisnis 10 tahun lagi sehingga PT. MAI bisa menghemat biaya bangunan
dan perumahan. Selain itu untuk mendirikan PKS 30 ton/jam perlu biaya
izin dan juga biaya pembukaan lahan memerlukan dana yang tidak sedikit.
5. Ibu Sri Dewinta sebagai finance dari BANK MANDIRI untuk melakukan
penilaian kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit. Beliau
menyatakan apabila dilihat dari kriteria finansial dan non finansial, baik
kapasitas 30 ton/jam maupun 60 ton/jam layak dilaksanakan dari kriteria
finansial dan juga non finansial. Hal ini dapat dilihat dari pabrik pertama
PT. MAI yang tetap beroperasi sampai sekarang dan juga didukung
dengan produksi kebun PT. MAI yang terus meningkat. Baik
pembangunan pabrik kapasitas 30 ton/jam maupun elevasi pabrik 60
ton/jam layak dilaksanakan.

Hasil dari kelima expert menyatakan bahwa lembar penilaian terhadap


skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENDIRIAN DAN
PENINGKATAN KAPASITAS PABRIK CRUDE PALM OIL PADA PT.
MAZUMA AGRO INDONESIA lebih memilih untuk menambah kapasitas
produksi dari kapasitas 30 ton/jam menjadi 60 ton/jam (skenario II).
91

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bireuen pada tanggal 16 Februari 1995 sebagai putra


kedua dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak dr. Syahrizal
SpOG dan Ibu dr. Sonda Sari. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
swasta Harapan I Medan pada tahun 2006, pendidikan menengah di SMP swasta
Harapan I Medan pada tahun 2009 dan pendidikan menengah atas di SMA swasta
Harapan I Medan pada tahun 2012.
Penulis diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah (BUD) pada tahun 2012. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah
aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah IMMAM dan organisasi automotif
serta kepanitiaan kampus. Penulis cukup berkontribusi dalam kegiatan balap,
diantaranya adalah rally dan drag race.

Anda mungkin juga menyukai