MUHAMMAD RAHMADSYAH
Muhammad Rahmadsyah
NIM F34120151
ABSTRAK
Pabrik kelapa sawit (PKS) dibutuhkan untuk mengolah tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit dengan segera menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit
untuk mencegah penurunan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kelayakan pendirian pabrik kelapa sawit di PT. MAI. Metode kualitatif digunakan
untuk menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan
ekonomi, serta lingkungan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis
kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, BEP, serta analisis
switching value dan sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan pendirian PKS di PT.
MAI layak dilaksanakan dari penilaian kelayakan non finansial. Analisis finansial
pendirian PKS kapasitas 30 ton/jam (skenario I) menghasilkan nilai NPV sebesar
Rp 296.452.396.035, IRR 29.71 %, Net B/C 2.82, PP 2 tahun dan 11 bulan, dan
BEP 34.345.655 kg TBS. Pada analisis finansial peningkatan PKS dari kapasitas
30 ton/jam menjadi 60 ton/jam (skenario II) menghasilkan NPV sebesar Rp
349.204.363.836, IRR 44.17 %, Net B/C 4.01, PP 2 tahun dan 2 bulan, dan BEP
35.848.759 kg TBS. Hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa bisnis pada
kedua skenario layak dilaksanakan.
Kata kunci: Analisis Kelayakan, Bisnis Pendirian Pabrik, IRR, CPO, NPV
ABSTRACT
MUHAMMAD RAHMADSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
NIM
Disetujui oleh
Jketahui
oleh
‘°•HeRa arteme
n
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini dengan
judul Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian dan Penambahan Kapasitas Pabrik
Crude Palm Oil pada PT. Mazuma Agro Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir.Lien Herlina, M.Sc selaku
dosen pembimbing skripsi atas masukan, waktu, motivasi, serta perhatian dan
kesabaran yang telah di berikan kepada penulis selama penyusunan karya ilmiah
ini. Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak PT. Mazuma
Agro Indonesia diantaranya kepada Bapak Maslin Batubara selaku pemilik
perusahaan, kepada Bapak Ichsan Hakim Batubara selaku Direktur dan kepada
Bapak Zulfitrah selaku manager pabrik serta seluruh petinggi dan karyawan yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di PT. Mazuma Agro
Indonesia dan memberikan kelengkapan data yang diperlukan untuk penelitian ini.
Ungkapan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada mama, almarhum papa,
abang, ompung dan keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta dukungan
yang tiada hentinya. Terima kasih kepada Tiara Auliana Maulani yang selalu
mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada
Ridho, Rian, Yulio, Thezar, Andri, Felix selaku sahabat penulis yang selalu
memberikan dukungannya sampai penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima
kasih kepada sahabat-sahabat Jalan-jalan Men yaitu Tiara, Tessar, Indira, Dita,
Franky, Fika, Kuncoro, Athirah, Shidqi atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang lainnya yang tidak dapat
dituliskan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Muhammad Rahmadsyah
DAFTAR ISI
1 Kebutuhan tenaga kerja pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I dan
skenario II 31
2 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario I (30
ton/jam) 37
3 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario II (60
ton/jam) 37
4 Rincian biaya variabel 39
5 Rincian biaya tetap 41
6 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario I (30 ton/jam) 42
7 Pembayaran bunga dan pinjaman pada skenario II (60 ton/jam) 42
8 Hasil penilaian kriteria investasi pada pabrik kelapa sawit PT. MAI
skenario I (30 ton/jam) dan skenario II (60 ton/jam) 44
9 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT.
MAI skenario I (30 ton/jam) 45
10 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT.
MAI skenario II (60 ton/jam) 46
11 Hasil analisis switching value dan perbandingan dengan asumsi
sensitivitas 47
DAFTAR GAMBAR
Latar Belakang
Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang memiliki
kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia. Menurut
data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan subsektor perkebunan
untuk PDB sektor pertanian mencapai angka Rp 175.248,4 miliar (13,46 persen).
Jumlah tersebut menunjukkan subsektor perkebunan sebagai penyumbang PDB
sektor pertanian ketiga terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan yaitu
Rp 621.832,7 miliar (47,75 persen), dan subsektor perikanan yaitu Rp 291.799,1
miliar (22,41 persen). Penyumbang PDB sektor pertanian lainnya adalah
subsektor peternakan yang menyumbang Rp 165.162,9 miliar (12,68 persen) dan
subsektor kehutanan yaitu Rp 56.994,2 miliar (4,37 persen).
Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekspor
paling besar diantara komoditas perkebunan lainnya. Pada tahun 2014 volume
ekspor minyak kelapa sawit mencapai 12.339.598 ton dengan nilai ekspor minyak
kelapa sawit sebesar $ 10.089.572.000. Skala ekonomi perkebunan kelapa sawit
yang direkomendasikan untuk memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit adalah
minimal 6.000 ha perkebunan inti. Angka luas areal ini diolah dari pertimbangan
berbagai faktor, seperti kapasitas pegolahan pabrik kelapa sawit (PKS), jumlah
tenaga kerja yang dikelola dan rentang kendalinya, pertimbangan ekonomis biaya
pengangkutan TBS dari lapangan ke PKS, dan lain-lainnya (Pahan 2006).
Pendirian pabrik kelapa sawit yang berada di sekitar lokasi perkebunan
bertujuan untuk mengurangi kerugian dan menekan biaya transportasi TBS
sebagai upaya peningkatan efisiensi. Proses pengolahan TBS dengan tidak segera
akan menimbulkan potensi kerugian seperti penurunan kualitas dan kuantitas
MKS. Rendemen MKS dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti varietas tanaman,
pemeliharaan tanaman, mutu dan cara panen TBS, pengangkutan serta proses
pengolahan (Mangoensoekarjo 2003).
Salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah PT.
Mazuma Agro Indonesia (MAI). PT. MAI adalah perusahaan perkebunan kelapa
sawit yang beroperasi di Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. PT.
MAI didirikan sejak tahun 1987. PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam
kelapa sawit perkebunan inti yang telah menghasilkan dan 2.000 ha areal tanam
kelapa sawit perkebunan plasma. Produksi PT. MAI pada tahun 2015 adalah
147.251 ton TBS pada perkebunan inti dan 29.537 ton TBS pada perkebunan
plasma.
TBS PT. MAI selama ini diolah di PKS MAI MILL-I (pabrik pertama PT.
MAI) yang berada di dalam kawasan kebun unit Batari milik PT. MAI sendiri.
Peningkatan produktivitas PT. MAI mengakibatkan PKS MAI MILL-I kelebihan
pasokan bahan baku TBS yang akan diolah menjadi MKS dan IKS sehingga
mengakibatkan TBS tertunda untuk diolah karena keterbatasan kapasitas pabrik
yang hanya 30 ton TBS/jam. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (BSN)
standar nilai ALB akan meningkat jika TBS tidak diolah lebih dari 6 jam. Hal ini
menyebabkan kerugian dan inefisiensi pada operasional perusahaan. Kerugian dan
inefisiensi tersebut dapat dicegah dengan pendirian pabrik kelapa sawit baru di
2
lokasi kebun Huragi PT. MAI yaitu PKS MAI MILL-II ataupun dengan elevasi
PKS MAI MILL-I.
Perumusan Masalah
Pabrik pengolahan kelapa sawit dibutuhkan oleh PT. MAI karena tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit memiliki sifat yang mudah rusak dan
membutuhkan ruang penyimpanan yang besar sehingga apabila TBS tidak diolah
dengan segera dapat menurunkan nilai produk. Selain sifat alamiah TBS, semakin
meningkatnya produktivitas pada kebun unit Huragi mengakibatkan buah tidak
dapat di proses tepat waktu dikarenakan melebihi kapasitas PKS MAI MILL-I.
Masalah-masalah yang telah dipaparkan diatas menyebabkan PT. MAI
harus melakukan pengolahan TBS dengan segera. Cara yang dapat dilakukan
adalah dengan meningkatkan kapasitas PKS MAI MILL-I atau mendirikan PKS
tambahan di lokasi kebun unit Huragi PT. MAI. PKS mengolah TBS menjadi
minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Peningkatan skala
ataupun pembangunan PKS akan memberikan banyak manfaat. Adapun manfaat
yang akan diterima oleh PT. MAI adalah pertama, pendirian PKS akan
memberikan keuntungan berupa kualitas MKS yang dihasilkan dengan ALB yang
rendah. Kedua, pendirian PKS akan menghilangkan biaya transportasi TBS dari
kebun menuju PKS. Ketiga, pendirian PKS akan mencegah penyusutan bobot dan
rendemen minyak dari TBS. Keempat, pendirian PKS akan membuka lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar lokasi PT. MAI. Kelima, pendirian PKS
akan mengurangi terjadinya gesekan sosial antara perusahaan dengan masyarakat
sekitar karena meningkatnya kesejahteraan petani dengan keuntungan lebih besar
yang didapat petani dengan menjual hasil TBS kepada PKS yang dekat.
Pendirian PKS di kawasan perkebunan kelapa sawit PT. MAI selain
memberikan manfaat juga menimbulkan biaya dan resiko. Hal ini menuntut
perlunya perencanaan yang tepat dan objektif untuk menganalisis manfaat dan
risiko atas kegiatan bisnis tersebut. Salah satu analisis yang diperlukan adalah
studi kelayakan bisnis. Analisis ini dilakukan untuk melihat layak atau tidaknya
suatu bisnis berdasarkan aspek-aspek yang dikaji. Hasil analisis diharapkan dapat
memberikan gambaran yang tepat kepada perusahaan dalam mengambil
keputusan.
Berdasarkan gambaran kondisi di atas maka didapat perumusan masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana kelayakan bisnis pendirian PKS MAI MILL-II dibandingkan
dengan elevasi PKS MAI MILL-I dilihat dari analisis nonfinansial (aspek
pasar, teknis, hukum, manajemen, sosial dan ekonomi, serta dampak
lingkungan)?
2. Bagaimana kelayakan bisnis pendirian PKS MAI MILL-II dibandingkan
dengan elevasi PKS MAI MILL-I dilihat dari analisis finansial?
3. Berapa besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. MAI atas variabel-
variabel penting analisis finansial agar tetap layak?
3
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan segera dari hasil penelitian ini
adalah:
1. Sebagai bahan informasi pendirian pabrik kelapa sawit bagi PT. MAI ataupun
pihak-pihak yang ingin menanamkan investasi pada bidang agroindustri
kelapa sawit.
2. Mengetahui manfaat dan kendala dari pendirian pabrik kelapa sawit bagi
perusahaan perkebunan kelapa sawit, petani perkebunan rakyat dan
masyarakat lokal.
3. Peneliti, mahasiswa, dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi
tentang pabrik kelapa sawit.
Penelitian ini berfokus pada pemilihan pendirian pabrik kelapa sawit atau
elevasi pabrik kelapa sawit MAI MILL-I. PKS MAI MILL-I dijadikan sumber
acuan dalam analisis finansial. Aspek yang dikaji meliputi aspek finansial (NPV,
IRR, Net B/C, Payback Period dan Break Even Point) dan aspek non finansial
yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan. Analisis sensitivitas dan switching value
yang digunakan untuk melihat adanya kemungkinan perubahan-perubahan pada
variabel input dan output produksi. Penentuan skenario bisnis yang dipilih di
tentukan oleh pemilik perusahaan PT. MAI.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu
perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara.
Bentuk lain yang relatif baru yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR), yang pola
dasarnya merupakan bentuk gabungan antara perkebunan rakyat dengan
perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta dengan tata hubungan
yang bersifat khusus (Hadi 2004). PT MAI menganut sistem usaha perusahaan
inti rakyat (PIR).
Berdasarakan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen
Perkebunan, pada Tahun 2015 luas areal kelapa sawit mencapai 11,4 juta ha
dengan produksi 30,9 juta ton MKS. Luas areal menurut status pengusahaannya
terbagi tiga, yaitu milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,74 juta ha (41,43%),
milik negara (PTPN) seluas 0,77 juta ha (6,73%), milik swasta seluas 5,93 juta ha
(51,84%). PT. MAI termasuk dalam perkebunan milik swasta yang mempunyai
luas lahan 8.748 ha areal tanam kelapa sawit atau 0,15% dari luas perkebunan
milik swasta.
Produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2015 mencapai 30.9 juta ton
dengan produktivitas rata-rata sebesar 2.710 kg/ha/tahun. Perkebunan kelapa
sawit milik rakyat menghasilkan MKS sebesar 11.13 juta ton (36%), milik negara
menghasilkan MKS sebesar 2.47 juta ton (8%), dan swasta menyumbang produksi
MKS sebesar 17.30 juta ton (56%). Sedangkan PT. MAI menghasilkan 33.868 ton
dengan 0,11% market share-nya di Indonesia, sehingga sangat besar peluang
untuk memuhi permintaan pasokan CPO nasional dan dunia dengan
meningkatkan kapasitas pabrik PT.MAI.
Kapasitas Pengolahan
PKS PT. MAI mempunyai kapasitas 30 ton TBS per jam dengan plan
platform kapasitas terpasang 60 ton per jam. TBS PT. MAI selama ini diolah di
PKS MAI MILL-I yang berada di dalam kawasan kebun unit Batari milik PT
MAI. Peningkatan produktivitas PT. MAI mengakibatkan PKS MAI MILL-I
kelebihan bahan baku TBS yang akan diolah menjadi MKS dan IKS sehingga
mengakibatkan TBS tertunda untuk diolah karena keterbatasan kapasitas olah
pabrik yang hanya 30 ton TBS per jam.
Kelayakan Investasi
Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan
yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir
dan Jakfar 2010). Oleh karena itu, investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis,
yaitu:
a. Investasi nyata (real investment)
Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed
asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.
b. Investasi finansial (financial investment)
Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja,
pembelian saham, obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat
deposito.
Konsep Nilai Waktu Uang
Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu uang
adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih
berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang
mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu.
Perhitungan nilai waktu uang, baik nilai sekarang maupun nilai yang akan
datang harus mengikuti panjangnya waktu dan tingkat pengembalian. Konsep time
value of money sangat penting dalam masalah keuangan pada perusahaan,
lembaga maupun individu.
Hal tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut
waktu yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya
inflasi, konsumsi, produktivitas, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah
dalam hal pajak, dan suasana politik.
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al 2014). Studi kelayakan bisnis dapat menjadi tolak ukur yang
sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis.
Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai
aspek. Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1)
menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3) memudahkan
pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan pengendalian bisnis.
7
Aspek Pasar
Penilaian bisnis dari aspek pasar digunakan untuk meninjau seberapa besar
peluang pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market
share yang akan dikuasai. Kemudian aspek pasar juga membahas strategi apa
yang akan dilakukan untuk menguasai pasar. Maka dari itu dibutuhkan riset pasar,
baik secara langsung maupun dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka akan dijadikan
pedoman dalam penyusunan strategi pemasarannya.
Aspek Teknis
Pada aspek ini diteletiti mengenai lokasi bisnis, luas produksi, proses
produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menilai lokasi bisnis dengan mempertimbangkan lokasi bisnis dengan
pasar, lokasi bisnis dengan lokasi bahan baku, ketersediaan sumber air dan listrik,
ketersediaan sumber tenaga kerja, serta infrastruktur pendukung. Penilaian luas
produksi mempertimbangkan batasan permintaan, kapasitas mesin yang tersedia,
kemampuan manajemen dan finansial perusahaan, ketersediaan input-input
produksi, serta kemungkinan adanya penambahan kapasitas produksi. Penilaian
layout berupa penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan serta layout ruangan
sampai kepada usaha perluasan selanjutnya. Selain itu juga perlu memperhatikan
mengenai jenis penggunaan teknologi padat karya atau padat modal.
Aspek Hukum
Aspek ini membahas tentang kelengkapan dan keabsahan dokumen
perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki.
Keabsahan dokumen-dokumen sangat diperlukan sebagai dasar hukum
keberlangsungan bisnis dan menghindari masalah yang timbul di masa yang akan
datang.
Aspek Manajemen
Para pengelola bisnis dan struktur organisasi adalah hal-hal yang dinilai
dalam aspek ini. Bisnis yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh
tenaga kerja yang profesional dan memiliki kapabilitas dalam pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen, mulai dari fungsi perencanaan (planing), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing/actuating), dan pengendalian (controlling).
Struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Penelitian dalam aspek sosial dan ekonomi adalah untuk melihat seberapa
besar pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu bisnis terhadap sosial dan ekonomi
masyarakat secara keseluruhan khususnya masyarakat di sekitar lokasi bisnis serta
penerimaan masyarakat terhadap bisnis. Dampak sosial yang diamati adalah
penambahan kesempatan kerja yang akan tercipta dari pelaksanaan suatu bisnis.
Sedangkan dampak ekonomi yang diamati adalah peningkatan pendapatan
masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan pajak, dan penambahan aktivitas
ekonomi lainnya.
Aspek Dampak Lingkungan
Aspek ini merupakan analisis yang sangat dibutuhkan, karena setiap bisnis
yang dijalankan akan sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan disekitarnya.
Dampak lingkungan ini pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia,
8
1. Kriteria Investasi
Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis
layak atau tidak untuk dilaksanakan dilihat pada aspek finansialnya. Kriteria
penilaian investasi mempertimbangkan time value of money atau pengaruh
waktu terhadap nilai uang dan dalam penghitungannya digunakan discount
factor agar dapat menghitung jumlah uang pada masa sekarang bila diketahui
sejumlah uang pada masa yang akan datang (Nurmalina et al 2014). Dalam
analisis ini kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value
(NPV), internal rate return (IRR), net benefit and cost ratio (Net B/C Ratio),
Payback Period, dan break even point (BEP).
a. Net Present Value (NPV)
Menurut Nurmalina et al (2014), suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika
jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang
dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat
9
bersih atau arus kas bersih. Net Present Value atau nilai kini manfaat
bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total
present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih
tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan
NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah (Nurmalina et al 2014).
b. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat
bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan
kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat
dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar dari satu, dan dikatakan tidak
layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al 2014).
c. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Nurmalina et al (2014), kelayakan bisnis juga dinilai dari
seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan.
Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return
(IRR). IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV
sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah
dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis dikatakan layak apabila IRR-
nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Pada umumnya
dalam menghitung tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan metode
interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi
(yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2014).
d. Payback Period (PP)
Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu bisnis yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat
modal itu dapat kembali, semakin baik suatu bisnis untuk diusahakan
karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain
(Husnan dan Suwarsono 2000). Kelemahan dari metode ini adalah
diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan cash flow setelah
Payback Period. Metode ini hanya metode pelengkap penilaian investasi
(Nurmalina et al 2014).
e. Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik pulang pokok dimana total revenue bernilai sama dengan
total cost. BEP digunakan pada studi kelayakan bisnis dengan tujuan
untuk mengetahui jumlah produk minimal yang harus dipoduksi agar
bisnis tidak rugi dan menentukan harga terendah yang harus ditetapkan
agar bisnis tidak rugi (Nurmalina et al 2014).
Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan
parameter aspek finansial dan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang
dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar
tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan
untuk berinvestatsi pada suatu bisnis tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud.
Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan
keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut
10
Penelitian Terdahulu
30 ton TBS per jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen
dan penurunan kapasitas produksi 10 persen pada skenario I masih layak untuk
dilaksanakan sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan.
Penelitian Ramadhannissa (2013) dengan judul Analisis Kelayakan Usaha
Perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan pada PT. Terang Inti Seraya
menunjukkan bahwa usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak
untuk dijalankan. Usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh PT. Terang
Inti Seraya layak dilaksanakan dari aspek-aspek yang terdapat pada analisis non
finansial. Analisis finansial yang dilakukan juga menunjukkan nilai layak pada
kriteria-kriteria investasi yang digunakan berdasarkan asumsi-asumsi yang telah
ditetapkan. NPV menunjukkan nilai sebesar Rp 26 057 938 182 (NPV ≥ 0), IRR
31 persen (IRR ≥ discount rate), Net B/C 3.58 (Net B/C ≥ 1), dan PP 7.58 tahun
(PP < umur bisnis). Analisis switching value dilakukan dengan memperhatikan
dua variabel yaitu penjualan TBS (produktivitas dan harga) dan biaya variabel
(biaya perawatan). Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha
perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya lebih peka terhadap penurunan
nilai produksi dibandingkan dengan kenaikan biaya variabel.
KERANGKA PEMIKIRAN
elevasi pabrik kelapa sawit MAI MILL-I dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60
ton per jam. Analisis kelayakan bisnis dilakukakan dengan melakukan analisis
non finansial dan analisis finansial. Analisis non finansial menilai kelayakan dari
aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan hukum, serta lingkungan.
Analisis non finansial menilai kelayakan dengan menggunakan kriteria kelayakan
seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, dan BEP berdasarkan proyeksi arus
kas dan laba rugi. Analisis kelayakan pada aspek finansial dilanjutkan dengan
analisis switching value dan sensitivitas. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat
memberikan pertimbangan bagi PT. MAI untuk melaksanakan atau melakukan
perbaikan jika ada aspek yang tidak layak. Kerangka pemikiran penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
13
METODE PENELITIAN
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek kelayakan pendirian pabrik kelapa sawit yang dilakukan di PT. MAI
yang meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek
sosial dan budaya, aspek dampak lingkungan, dan aspek finansial.
Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan Software
Microsoft Excel dan kalkulator kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi
untuk memudahkan pembacaan dan interpretasi secara deskriptif. Analisis
kuantitatif meliputi analisis finansial pendirian pabrik kelapa sawit dengan
menggunakan kriteria-kriteria kelayakan investasi yaitu; Net Present Value
(NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback
Period dan analisis Break Even Point (BEP) serta analisis sensitivitas dan
switching value.
n
Bt − Ct
NPV = ∑
t =0(1 + i)t
B n Bt−Ct
∑t=0 (untuk Bt − Ct > 0)
Net = (1+i)t
C ∑n Bt−Ct … (untuk Bt − Ct < 0)
t=0 (1+i)t
Nilai Investasi
Payback Period = Present Value setiap tahun
Validasi Expert
Validasi expert digunakan untuk penentuan skenario yang akan di pilih
oleh perusahaan. Wawancara dilakukan kepada expert yang di ambil dari sumber
internal dan eksternal perusahaan. Hasil dari wawancara akan diserahkan kepada
pemilik perusahaan untuk pengambilan keputusan akhir.
Asumsi Dasar
PT. Mazuma Agro Indonesia adalah perusahaan swasta nasional murni yang
di bangun oleh putra Indonesia asli sejak tahun 1987 yaitu Bapak H. Maslin
Batubara yang bergerak di bidang perkebunan dengan komoditi kelapa sawit.
Beliau juga menjabat sebagai komisaris utama dalam struktur organisasi
perusahaan. PT. Mazuma Agro Indonesia telah mengelola tanaman kelapa sawit
dengan areal statement seluas:
- Kebun unit Bunut : 3109 ha
- Kebun unit Batari : 2481 ha
- Kebun unit Huragi : 2798 ha
- Luas total kebun : 8748 ha
Pada awal berdirinya PT. Mazuma Agro Indonesia masih berstatus koperasi
dengan nama “koperasi sinar mazuma” pada saat itu berada di Desa Bunut
Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan (sebelum pemekaran Kabupaten
18
Padang Lawas). Untuk masing – masing unit kebun Bunut, Batari, dan Huragi
terdiri dari 4 afdeling.
Untuk mengelola hasil tanaman kelapa sawit tersebut PT. Mazuma Agro
Indonesia telah mempunyai Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton
TBS/jam yang mana selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 60 ton TBS/jam.
Setelah dilakukan uji coba pengoperasian pabrik dengan tanpa dilakukan
commissioning atau test capacity, karena kondisinya pada saat itu menghendaki
demikian, pada tanggal 8 Februari 2006, PKS PT. Mazuma Agro Indonesia
berubah namanya menjadi MAI MILL–I. sampai dengan saat ini MAI MILL–I
telah beroprasi selama 10 tahun.
Pabrik kelapa sawit PT. Mazuma Agro Indonesia (MAI MILL–I) terletak di
9,3 km dari jalan raya Desa Sei Korang kabupaten Padang Lawas, perbatasan
Riau dan Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan penyelesaian pabrik sejak bulan Januari 2004, kegiatan
pekerjaan dan penyelesaian pabrik di ambil alih oleh PT. Mazuma Agro Indonesia
sendiri dan dikerjakan dengan swakelola.
Dengan demikian, maka PT. Mazuma Agro Indonesia khususnya MAI
MILL–I, saat ini dan kedepannya sudah sangat diperhitungkan oleh perusahaan
lain di luar PT. Mazuma Agro Indonesia.
Analisis non finansial bertujuan untuk menilai kelayakan suatu bisnis dari
aspek-aspek yang terkandung pada kelayakan non finansial. Aspek-aspek yang
dinilai pada kelayakan non finansial pada penelitian ini adalah aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek
lingkungan.
Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan salah satu kajian utama dalam studi kelayakan
bisnis, hal ini dikarenakan tidak sedikit bisnis yang gagal karena tidak
memperhatikan pasar potensial dan pangsa pasar. Pada aspek pasar dikaji
mengenai berapa besarnya peluang dan potensi pasar yang dimiliki perusahaan
serta pangsa pasar yang dapat dipenuhi perusahaan. Aspek pasar juga mengkaji
mengenai rencana pemasaran MKS yang dilakukan oleh PT. MAI. Keberhasilan
PT. MAI memasarkan produknya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk
memastikan hal tersebut.
Selain dari pembelian internal, PT. MAI dalam pemenuhan kebutuhan bahan
bakunya juga melakukan pembelian eksternal.
Pangsa pasar PT. MAI
Pangsa pasar atau market share merupakan bagian dari total pasar
keseluruhan yang dapat menjadi pasar sasaran perusahaan atau merupakan jumlah
permintaan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan dari total permintaan secara
keseluruhan. Untuk menghitung pangsa pasar yang dapat diraih oleh PT. MAI
dilakukan dengan menghitung produk MKS yang dapat diproduksi PT. MAI
dalam setahun. PT. MAI pada penelitian ini memiliki dua rencana pendirian
pabrik kapasitas 30 ton per jam dan kapasitas 60 ton per jam. Berdasarkan data
yang diperoleh, diketahui bahwa PT. MAI mampu menghasilkan produk MKS
sebanyak 41,40 ribu ton per tahun pada pabrik kapasitas 30 ton per jam dan
produk MKS sebanyak 82,40 ribu ton per tahun pada pabrik kapasitas 60 ton per
jam. Sedangkan permintaan bahan baku berupa MKS dari perusahanan pengolah
minyak dan lemak nabati membutuhkan 1.1 juta ton MKS per tahun. Dengan
mengetahui penawaran yang dapat diberikan oleh PT. MAI dan permintaan yang
dibutuhkan oleh perusahaan minyak dan lemak nabati maka akan didapat pangsa
pasar sebagai berikut
= 3.76%
82 800 ton
Pangsa pasar PKS 60 ton per jam =
1 100 000 ton × 100%
= 7.53%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pangsa pasar yang dapat
diraih PT. MAI saat ini dengan PKS kapasitas 30 ton per jam adalah sebesar 3.76
persen. Apabila PT. MAI meningkatkan kapasitas PKS menjadi 60 ton per jam,
maka pangsa pasar yang dapat diraih oleh PT. MAI adalah sebesar 7.53 persen.
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan PT. MAI dalam
menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu
lokasi pabrik, fasilitas pendukung, teknologi yang digunakan untuk produksi,
kapasitas produksi, layout, dan proses produksi.
Lokasi pabrik
Penentuan lokasi pabrik perlu dilakukan dengan tepat dan penuh
pertimbangan. Hal ini dikarenakan lokasi dapat menentukan berjalannya
operasional pabrik dengan baik. Areal lokasi pabrik pada skenario I dan II
dibangun dengan luas 7,2 ha. Pada skenario II, elevasi pabrik menggunakan tanah
dari PKS yang lama karena plan platform PKS MAI MILL-I sudah disiapkan
untuk pendirian pabrik berkapasitas 60 ton per jam. Pabrik akan dibangun di
tengah areal kebun PT. MAI agar mengefisienkan biaya dan waktu pengangkutan
TBS. Selain lokasi di tengah kebun, pemilihan lokasi pabrik juga
mempertimbangkan beberapa faktor seperti akses sumber air, akses sumber tenaga
kerja, dan rencana pengelolaan limbah. Lokasi pabrik biasanya menggunakan
lokasi yang sama dengan bekas areal pembibitan. Pada pendirian pabrik 30 ton per
jam (skenario I) dibutuhkan biaya LC untuk pembersihan dan perataan tanah.
PT. Mazuma Agro Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang berkantor pusat di Jalan
Prof. H. M. Yamin SH. No. 235 Medan, Sumatera Utara. Perusahaan ini memiliki
tiga unit kebun kelapa sawit yang berada di Kabupaten Padang Lawas yang
berbatasan dengan Provinsi Riau. Wilayah ini memiliki kondisi iklim khas tropis
lembab dan panas sehingga cocok untuk perkembangan tanaman kelapa sawit.
Kabupaten Padang Lawas memiliki topografi dan keadaan alam yang cocok
untuk perkembangan tanaman kelapa sawit. Daerah perkembangan tanaman
kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS dengan ketinggian lahan berkisar
antara 0-500 mdpl. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar
21
Fasilitas pendukung
a. Lahan perkebunan
Lahan perkebunan PT. MAI saat ini memiliki 8.748 ha areal tanam kelapa
sawit perkebunan inti dan 2.000 ha areal tanam kelapa sawit perkebunan plasma.
Produksi PT. MAI pada tahun 2015 adalah 147.251 ton TBS pada perkebunan inti
dan 29.537 ton TBS pada perkebunan plasma.
b. Kantor
PT. MAI memiliki tiga bangunan kantor. Pertama terletak di areal pabrik,
kantor ini berfungsi sebagai pusat kendali operasional pabrik. Kantor kedua
terletak di lokasi perumahan, kantor ini berfungsi sebagai pusat kendali
operasional perkebunan kelapa sawit. Kantor ketiga terletak di Kota Medan
sebagai kantor pusat PT. MAI.
yang diangkut bermuatan besar dan jalan yang dilalui pun tidak semulus jalan
aspal.
d. Laboratorium
Pabrik PT. MAI memiliki laboratorium yang terletak di areal pabrik.
Laboratorium berfungsi sebagai fasilitas untuk melakukan fungsi pengendalian
kualitas dan pengendalian proses produksi. Fungsi pengendalian kualitas pada
laboratorium memberikan data parameter mutu material yang terlibat pada proses
produksi dari TBS yang diproses. Fungsi pengendalian proses produksi
memberikan data mengenai hasil produksi alat-alat produksi yang digunakan di
dalam pabrik sehingga dapat diketahui kinerjanya. Pengendalian kualitas meliputi
kualitas MKS, IKS, limbah, dan sludge. Kualitas MKS meliputi kadar asam lemak
bebas, kadar air, kadar kotoran, dan nilai peroksida. Kualitas IKS meliputi kadar
air, kadar kotoran, dan kadar kernel pecah. Kualitas limbah meliputi kadar asam
dan kadar alkali.
f. Kendaraan
Kendaraan yang diperlukan PT. MAI memiliki fungsi yang berbeda-beda,
diantaranya 1 unit truk Toyota Dyna untuk mengangkut janjang kosong kelapa
sawit, 2 unit Wheel Loader Komatsu untuk memindahkan janjang kosong kelapa
sawit, 1 unit mobil Ford Everest, 1 unit mobil Mitsubishi Strada, 1 unit Mitsubishi
L 300, dan 6 unit Sepeda Motor Honda CB untuk keperluan kegiatan kantor dan
operasional staf. Pada skenario I jumlah investasi kendaraan yang dibutuhkan dua
kali lebih besar dari skenario II karena pada skenario I jumlah pabrik yang
dimiliki PT. MAI adalah 2 pabrik sehingga disetiap pabriknya dibutuhkan
kendaraan untuk kebutuhan operasional pabrik.
g. Jalan
Pada skenario II, jalan sebagai akses transportasi dari lokasi pabrik menuju
jalan besar sudah tersedia. Jalan yang digunakan adalah jalan operasional
perkebunan PT. MAI sehingga tidak mengganggu kegiatan masyarakat dan petani
di sekitar lokasi PT. MAI. Pada skenario I akan dibuka akses jalan menuju target
pasar terdekat sehingga nantinya akan meminimalisir biaya transpor produk.
Namun pembukaan jalan ini membutuhkan biaya LC (land clearing).
i. Pembangkit listrik
Genset, turbin dan boiler dibangun di lokasi pabrik yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan listrik proses produksi dan penyedia listrik untuk perumahan
dan bangunan lain pendukung pabrik.
Gambar 7 Boiler (kiri atas), genset (kanan atas), dan turbin uap (bawah) di PKS
PT. MAI
j. Komunikasi
Pada skenario I dan II didirikan pemancar V-sat yang berfungsi sebagai
penyedia koneksi internet untuk melakukan komunikasi dengan kantor pusat dan
kantor lainnya.
Kapasitas pabrik
Penentuan kapasitas pabrik PT. MAI disesuaikan dengan proyeksi produksi
TBS per tahun kebun sawit PT. MAI untuk 5 tahun yang akan datang. Hal ini
25
Proyeksi produksi TBS PT. MAI pada tahun 2021 adalah 265 ribu ton.
Produksi TBS pada bulan puncak adalah 26.5 ribu ton (10 persen produksi total).
Sehingga PT. MAI membutuhkan PKS dengan kapasitas 53 ton per jam. Jadi PT.
MAI memiliki dua alternatif pilihan yaitu mengelevasi PKS menjadi kapasitas 60
ton per jam atau pendirian PKS MAI MILL-II kapasitas 30 ton per jam dengan
platform 60 ton per jam.
Layout
Layout pabrik terdiri dari bangunan pabrik, kantor, bengkel, oil storage,
gudang, water treatment, power supply, stasiun pemancar, mushola, dan taman.
Layout pabrik pada skenario I sama dengan layout PKS MAI MILL-I. Pada tahun
ke-0 skenario I dilakukan investasi tambahan bangunan karena membangun
pabrik baru. Sementara pada skenario II tidak dilakukan pendirian bangunan
karena umur ekonomis bangunan masih tersisa 10 tahun lagi. Layout pabrik PT.
MAI terlampir pada lampiran.
Proses produksi
Proses produksi pada pabrik kelapa sawit dibagi menjadi lima proses, yaitu
proses penerimaan TBS dan pra-pengolahan, proses pengolahan MKS, proses
pengolahan kernel, proses pengolahan serat dan cangkang, dan proses pengolahan
janjang kosong, limbah, dan sludge.
untuk mengatur tekanan uap yang akan didistribusikan pada mesin-mesin pabrik
kelapa sawit seperti, turbin, perebusan, digester, klarifikasi, storage tank, dan
mesin lainnya. Uap yang dihasilkan oleh stasiun boiler berfungsi untuk
menggerakkan turbin dan dibutuhkan untuk proses perebusan dan klarifikasi.
Gambar 9 Jembatan timbang (kiri atas), Loading ramp (kanan atas), TBS
Hopper (kiri bawah), dan lori (kanan bawah)
27
Setelah itu TBS dari truk dibongkar di loading ramp. Pada prosesnya
truk dimasukkan ke loading ramp dan TBS dijatuhkan ke TBS hopper. TBS
hopper adalah tempat penampungan TBS dari proses pembongkaran buah.
TBS dari hopper dengan sedemikian rupa akan mengisi lori. Lori adalah alat
yang berfungsi untuk mengantarkan TBS dan hasil proses pengolahan dari satu
stasiun kepada stasiun berikutnya. TBS dari hopper kemudian masuk lori untuk
mengantarkan TBS menuju stasiun perebusan.
iii. Perebusan
TBS dari loading ramp dikirim ke dalam sterilizer menggunakan lori
untuk proses perebusan. Proses perebusan merupakan tahap awal pengolahan
tandan buah segar. Proses perebusan menjadi proses yang sangat penting
karena berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan tandan
buah segar berfungsi untuk mengurangi kandungan air pada tandan buah segar,
mempermudah terlepasnya berondolan dari janjang kelapa sawit,
menghidrolisa zat-zat lendir, mematikan enzim-enzim pemecah minyak,
melunakkan buah, mempermudah pecahnya cangkang, dan membantu kernel
terlepas dari cangkang.
b. Pengolahan MKS
i. Pengepresan
Brondolan yang sudah lumat pada digester diproses oleh screw press
sedangkan janjang kelapa sawit dan brondolan dari HEB conveyor diproses
oleh bunch press. Screw press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan
minyak kasar dari daging buah dan biji yang terdapat pada brondolan. Proses
pengepresan menghasilkan minyak mentah, biji, dan serat. Sedangkan bunch
press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar dari
brondolan yang masih menempel pada janjang dan akan menghasilkan janjang
kosong kelapa sawit. Minyak mentah kemudian ditampung ke dalam sand trap
tank untuk memisahkan pasir dari minyak. Kemudian minyak mentah dari sand
trap tank disaring ke dalam vibrating screen untuk memisahkan kotoran sisa
dari sand trap tank. Minyak mentah dari vibrating screen kemudian dialirkan
dan ditampung ke dalam crude oil tank.
Gambar 13 Storage tank (kiri) dan minyak mentah yang mengandung sludge
(kanan)
c. Pengolahan kernel
Biji dan serat yang dihasilkan dari screw press dikirim ke cake breaker
conveyor. Cake breaker conveyor berfungsi untuk memecahkan gumpalan
serat dan biji. Biji dari cake breaker conveyor dikirim ke nut polishing drum
untuk memisahkan kembali serat yang masih menempel di biji. Biji yang sudah
29
bersih dari serat dikirim ke grading drum untuk dilakukan sortir. Biji yang
sudah disortir dimasukkan ke dalam nut silo untuk dilakukan pengeringan. Biji
hasil pengeringan di nut silo dikirim ke ripple mill untuk proses pemecahan.
Ripple mill adalah alat yang berfungsi untuk memecahkan cangkang pada biji
sehingga kernel dapat terpisah dari cangkang. Cangkang dan kernel yang sudah
dipecah dari biji dikirim ke clay bath untuk proses pemisahan kernel dan
cangkang. Kernel dari clay bath dikirim ke kernel silo untuk menurunkan kadar
air kernel sesuai standar. Kernel dari kernel silo dikirim ke bulk silo. Setelah
itu kernel siap dikirim.
tank dikirim ke oil sand cyclone untuk proses pengeringan. Sludge dan minyak
mentah dari oil sand cyclone dikirim ke sludge separator untuk diproses
pemisahan light phase dan heavy phase. Light phase dari sludge separator
dikirim ke crude oil tank. Heavy phase dari sludge separator dikirim ke sludge
recovery.
Hasil analisis aspek teknis
Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, bisnis pendirian pabrik kelapa sawit
di PT. MAI layak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan PT. MAI dinilai siap untuk
melakukan operasional pabrik dengan baik. Lokasi bisnis yang dipilih dinilai
dapat mendukung berjalannya operasional pabrik dengan efisien. Fasilitas
pendukung pabrik dibangun dengan baik untuk menunjang proses produksi.
Proses produksi yang akan dilakukan di pabrik juga dilakukan dengan baik.
Layout pabrik yang dibuat mengikuti standar layout di pabrik milik PT. MAI
kapasitas 30 ton/jam yang telah terbukti efisien dan memenuhi standar. Terbukti
dari PKS MAI MILL-I yang masih beroperasi dan menguntungkan sampai saat
ini.
Organisasi perusahaan
PT. MAI adalah perusahaan dengan struktur agribisnsis terintegrasi secara
vertikal. PT. MAI memiliki tiga divisi, yaitu divisi riset dan pengembangan, divisi
agronomi, serta divisi minyak dan lemak.
PT. MAI yang menyediakan output berupa MKS dan IKS serta input berupa
bibit tanaman kelapa sawit. Input bibit tanaman kelapa sawit dibeli PT. MAI dari
divisi riset dan pengembangan, sedangkan output PT. MAI seluruhnya dijual
kepada divisi minyak dan lemak nabati. Pada divisi agronomi akan membawahi
perkebunan kelapa sawit sedangkan divisi minyak dan lemak akan membawahi
pabrik kelapa sawit.
Organisasi pabrik
Organisasi dalam entitas bisnis memegang peranan penting agar bisnis dapat
berjalan dengan baik. Perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik
umumnya memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta pembagian
tugas yang jelas. Struktur organisasi pada PT. MAI terdiri dari manajemen pusat,
manajer wilayah, manajer pabrik, kasi administrasi, kepala asisten, asisten
(pemeliharaan, composting, proses, serta pengawasan kualitas dan lingkungan),
mandor (pemeliharaan, composting, dan proses), analis laboratorium, mekanik,
kelistrikan, shift fitter, inspektur rutin, kerani (pemeliharaan, produksi, dan
pembelian), operator (bubut, pome sprayer, komputer, dan jembatan timbang),
karyawan proses, compound, sample boy, sorter, grading, pembukuan, kasir,
31
personalia, gudang, supir, keamanan, office boy, dan tukang kebun. Kebutuhan
tenaga kerja pada PKS kapasitas 30 ton per jam adalah sebanyak 138 pekerja dan
kapasitas 60 ton per jam sebanyak 154 pekerja. Staf PT. MAI diisi oleh pekerja
dengan kualifikasi sarjana dan karyawan diisi oleh pekerja dengan kualifikasi
SMA atau STM. Struktur organisasi pabrik PT. MAI dan tabel kebutuhan tenaga
kerja dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kebutuhan tenaga kerja pabrik kelapa sawit PT. MAI skenario I dan
skenario II
Skenario
Jenis Pekerjaan
30 ton/jam 60 ton/jam
Staf 11 11
Karyawan Kantor 10 10
Karyawan Proses 47 63
Gudang 10 10
Bengkel 10 10
Security 7 7
Laboratorium 13 13
Karyawan tak langsung 30 30
Total 138 154
karyawan yang berbagai macam suku, budaya, dan bahasa fokus pada pekerjaan
dan tidak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan tujuan menekan
perusahaan agar keinginan kelompok pekerja tercapai.
mitra PT. MAI. Petani mitra PT. MAI menuntut keuntungan yang besar dari
penjualan TBS. Selama ini kebun PT. MAI sering menghadapi masalah dengan
petani mitra karena keuntungan dari penjualan TBS yang tidak sesuai dengan
harapan petani. Salah satu penyebab keuntungan yang rendah adalah kekurangan
kapasitas PKS MAI MILL-I untuk mengolah TBS dengan segera. Pendirian
pabrik PT. MAI yang dekat dengan lokasi kebun petani mitra tentunya
memberikan dampak yang baik bagi petani mitra yaitu berupa peningkatan
pendapatan. Peningkatan pendapatan tentunya akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan keluarga petani. Peningkatan kesejahteraan tentunya akan
mengurangi dan mencegah masalah sosial di masyarakat seperti tindak
kriminalitas.
Selain memberikan keuntungan kepada petani, pendirian PKS juga
memberikan motivasi kepada petani mitra agar semakin semangat bekerja dalam
hal pemeliharaan tanaman kelapa sawit milik petani. Pendirian PKS oleh PT. MAI
akan menimbulkan persepsi positif petani mitra terhadap perusahaan. Perusahaan
akan dianggap sebagai mitra kerja yang serius untuk pengembangan kelapa sawit.
Sehingga mendorong petani untuk terus berusaha meningkatkan hasil panen baik
dari segi kualitas dan kuantitas. Motivasi petani ini berimplikasi pada bahan baku
PKS berupa TBS dengan kualitas baik dan kuantitas yang besar.
Dampak positif lain yang timbul bagi masyarakat sekitar selain petani mitra
adalah terbukanya lapangan pekerjaan dan masuknya arus uang di sekitar lokasi
perkebunan. Hal ini tentunya menjadi potensi pendapatan bagi masyarakat sekitar
dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Peluang kerja yang
bisa didapat oleh masyarakat sekitar adalah terbukanya lapangan pekerjaan
sebagai karyawan perusahaan. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar
tentunya akan mengurangi dan mencegah terjadinya gesekan sosial antara
masyarakat dan perusahaan. Minimnya gesekan sosial akan memberi kelancaran
kepada perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnisnya secara optimal. Sehingga
pendirian PKS PT. MAI akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan tentunya
juga pada PT. MAI.
Selain itu dengan adanya bisnis ini akan berdampak pada tumbuhnya
aktivitas ekonomi lain. Meningkatnya daya beli masyarakat sekitar akan
berdampak pada masuknya barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Aktivitas ekonomi yang dapat muncul seperti bisnis penyedia barang
dan penyedia jasa. Hal ini tentunya membuat tumbuhnya kawasan ekonomi baru.
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa akan meningkatkan
mutu hidup masyarakat.
Bagi pemerintah, pendirian bisnis ini akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan serta pembangunan. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari program-program pemerintah. Pemerintah akan terbantu dengan
adanya bisnis ini. Selain itu retribusi yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya
akan menambah pendapatan asli daerah Sumatera Utara. Pajak yang dikeluarkan
perusahaan juga akan jadi pemasukan untuk pemerintah pusat negara republik
Indonesia.
bisnis pabrik kelapa sawit yang akan didirikan di lokasi PT. MAI akan
memberikan lebih banyak dampak positif dibandingkan dampak negatif. Pendirian
bisnis pabrik kelapa sawit di lokasi PT. MAI mampu memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat sekitar seperti peningkatan kemampuan ekonomi dan juga
terbukanya lapangan pekerjaan. Pendirian bisnis pabrik kelapa sawit juga
memberikan kontribusi pada pendapatan pemerintah pusat dan daerah sebagai
modal untuk menjalankan program-program pemerintah. Selain itu, pendirian
pabrik kelapa sawit juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi perkebunan
kelapa sawit PT. MAI. Pendirian pabrik kelapa sawit menjadi solusi masalah pada
aspek sosial dan ekonomi perkebunan PT. MAI.
Aspek Lingkungan
Analisis aspek lingkungan pada pendirian bisnis pabrik kelapa sawit di PT.
MAI mengkaji dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini
berhubungan dengan lingkungan ekologi sekitar baik darat, air, dan udara.
Pendirian pabrik kelapa sawit tentunya akan menghasilkan limbah sebagai hasil
dari proses pengolahan. Sehingga perlu perhatian khusus agar limbah yang
dihasilkan tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Pengelolaan limbah PT. MAI
Pabrik kelapa sawit PT. MAI dalam proses produksi menghasilkan limbah
yang berupa limbah cair, padat, gas, dan suara. PKS PT. MAI dalam mengelola
limbah pabrik mengikuti standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.
Limbah cair yang berasal dari sisa produksi ditampung sementara di kolam limbah
yang terdapat di areal pabrik untuk proses pematangan. Limbah cair yang sudah
matang dimanfaatkan kembali oleh pabrik untuk bahan baku pembuatan pupuk.
Limbah padat yang dihasilkan berupa janjang kosong kelapa sawit ditampung dan
dicampur dengan limbah cair untuk diolah menjadi pupuk. Pupuk yang dihasilkan
dari limbah PKS akan diaplikasikan langsung ke kebun dengan land application.
Limbah gas yang dihasilkan pabrik dikelola dengan cara tidak melebihi
ambang batas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia. PKS PT. MAI juga di inspeksi secara periodik oleh
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Lokasi pabrik dipilih dengan
pertimbangan tidak dekat dengan pemukiman penduduk lokal dan sungai yang
dekat dengan pabrik tidak mengaliri sumber air di pemukiman sekitar lokasi.
Selain itu arah angin juga mempengaruhi perencanaan lokasi pabrik yang dibuat
tidak mengarah ke pemukiman penduduk agar limbah gas yang dihasilkan tidak
berdampak buruk bagi pemukiman penduduk lokal.
Analisis finansial bertujuan untuk menilai kelayakan suatu bisnis dari sisi
keuangan secara keseluruhan. Alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai
kelayakan finansial suatu bisnis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefeit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan Break
Even Point (BEP). Kriteria kelayakan tersebut dapat diketahui dengan
memproyeksikan arus kas dan laporan laba/rugi. Setelah itu dapat dilakukan
analisis switching value dan sensitivitas.
Arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu
perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan bisnis. Arus kas pada studi ini dibuat
dengan rincian setiap tahun selama umur bisnis. Umur bisnis pabrik pengolahan
kelapa sawit pada studi ini adalah 20 tahun. Penentuan umur bisnis dilakukan
dengan mempertimbangkan umur ekonomis pada bangunan pabrik dan juga
berdasarkan masa produktif tumbuhan kelapa sawit.
Pada arus kas terdapat komponen inflow dan outflow untuk melihat
bagaimana arus kas dan laporan laba rugi pabrik kelapa sawit PT. MAI selama
umur bisnis berjalan. Tahun awal dilakukannya analisis finansial adalah pada
tahun 2016, yaitu tahun dimana peneliti memulai penelitian di PT. MAI. Analisis
finansial dilakukan pada dua skenario pendirian pabrik yaitu pendirian pabrik
kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam (skenario I) dan elevasi pabrik kelapa sawit
dari kapasitas 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam (skenario II).
sawit PT. MAI berasal dari hasil panen TBS dari kebun inti PT. MAI. Sumber
eksternal TBS kelapa sawit PT. MAI berasal dari hasil panen TBS dari petani
mitra PT. MAI (plasma) dan perkebunan kelapa sawit di sekitar lokasi pabrik
yang menjual TBS kepada PKS PT. MAI.
Penerimaan PT. MAI dari penjualan MKS dan IKS setiap tahun
diasumsikan diperoleh dari hasil produksi pabrik dengan kapasitas olah 100
persen. Harga jual MKS dan IKS yang digunakan adalah Rp 7.527 dan Rp
4.888, diperoleh dari data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara bulan
Februari 2016. Penerimaan palm product pabrik kelapa sawit PT. MAI pada
skenario I dan skenario II ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Penerimaan penjualan palm product setiap periode dipengaruhi oleh
besarnya kuantitas tandan buah segar kelapa sawit yang diolah oleh pabrik
kelapa sawit PT. MAI, harga palm product (MKS dan IKS), dan rendemen
palm product. Pada proyeksi arus kas pabrik kelapa sawit PT. MAI,
diasumsikan harga palm product dan rendemen palm product konstan dari
awal bisnis hingga akhir umur bisnis. Namun besarnya tandan buah segar
yang diolah pada periode tahun pertama berbeda dengan periode tahun
berikutnya. Pada tahun pertama, tandan buah segar yang diolah oleh pabrik
kelapa sawit PT. MAI lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun berikutnya.
Pembangunan pabrik kelapa sawit membutuhkan waktu selama 20 bulan
kerja. Jadi, proses produksi pabrik kelapa sawit pada tahun pertama hanya
selama 4 bulan disebabkan karena pada periode pertama proses pembangunan
masih berlangsung hingga bulan kedelapan dan dapat mulai beroperasi pada
bulan kesembilan. Sehingga besarnya tandan buah segar yang diolah pada
tahun pertama hanya sebesar 30 persen dari total kebutuhan selama satu
tahun. Namun pada tahun selanjutnya (2-20) penerimaan penjualan palm
product bernilai konstan.
Tabel 2 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario I (30 ton/jam)
Rendemen Penerimaan palm
Tahun TBS yang diolah Harga
palm product product
MKS
1 120 000 23 % 7 527 207 745 200
2-15 360 000 23 % 7 527 623 235 600
IKS
1 120 000 4.5 % 4 888 26 395 200
2-15 360 000 4.5 % 4 888 79 185 600
Tabel 3 Penerimaan penjualan palm product PKS PT. MAI skenario II (60 ton/jam)
Rendemen Penerimaan palm
Tahun TBS yang diolah Harga
palm product product
MKS
1 120 000 23 % 7 527 207 745 200
2-15 360 000 23 % 7 527 623 235 600
IKS
1 120 000 4.5 % 4 888 26 395 200
2-15 360 000 4.5 % 4 888 79 185 600
38
2. Penerimaan pinjaman
Selain penjualan palm product, PT. MAI juga mendapatkan pemasukan
dari penerimaan pinjaman yang besarnya 50 persen dari total investasi.
Pinjaman didapatkan PT. MAI dari pengajuan kredit kepada Bank Mandiri.
Pinjaman kepada Bank Mandiri dikenai bunga sebesar 10.25 persen dan
dengan waktu pinjaman selama 10 tahun. Pada skenario I total investasi yang
dibutuhkan adalah sebesar Rp 210 469 863 240 sehingga besar pinjaman yang
diterima oleh PT. MAI pada skenario pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas
30 ton per jam adalah sebesar Rp 105 234 931 620. Sedangkan pada skenario
II total investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 140 859 969 240,
sehingga besar pinjaman yang diterima oleh PT. MAI pada skenario elevasi
pabrik kelapa sawit menjadi kapasitas 60 ton per jam adalah sebesar Rp 70
429 984 620.
sebesar Rp 5 400 000 000 pada skenario I dan II, biaya investasi kendaraan
sebesar Rp 7 436 800 000 pada skenario I dan Rp 3 718 400 000 pada skenario II,
Pada skenario I biaya investasi kendaraan dua kali lebih besar dari investasi
skenario II karena pada skenario I investasi kendaraan dilakukan pada pabrik lama
dan pabrik baru PT. MAI. Biaya perizinan pada skenario I adalah Rp 2 500 000
000 dan biaya pada skenario II adalah Rp 2 000 000 000. Biaya perizinan pada
skenario II lebih murah karena untuk melakukan elevasi pabrik hanya dibutuhkan
beberapa izin tambahan. Pada skenario I terdapat biaya LC (land clearing) untuk
dapat membangun pabrik yang baru yaitu sebesar Rp 2 400 000 000.
2. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
seluruh kegiatan operasinya. Biaya operasional terbagi menjadi biaya variabel,
biaya semi variabel dan biaya tetap. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh
pabrik kelapa sawit PT. MAI pada periode pertama arus kas berbeda dengan biaya
operasional pada periode berikutnya. Pabrik kelapa sawit PT. MAI pada tahun
pertama berproduksi efektif hanya selama 4 bulan karena pada tahun pertama
masih dilakukan pembangunan hingga bulan kedelapan. Namun pada tahun
berikutnya (2-20) biaya operasional bernilai konstan. Di bawah ini akan
dipaparkan biaya operasional pada tahun ke-2 hingga tahun ke-20.
a. Biaya operasional variabel
Biaya operasional variabel merupakan biaya yang jumlahnya
dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya
operasioanl variabel terdiri dari pembelian TBS, pemakaian bahan
pembantu dan laboratorium, biaya alokasi, bahan dan suku cadang, dan
transpor MKS.
Tabel 4 Rincian biaya variabel
kelapa sawit PT. MAI bernilai konstan. Pada arus kas analisis finansial
pada skenario I dan II, upah lembur dikeluarkan sebesar Rp 1 367 828
571.43
c. Biaya operasional tetap
Biaya operasional tetap terdiri dari upah staf, upah karyawan pabrik
dan kantor, tunjangan, servis dan reparasi, administrasi dan umum, alokasi
workshop, pemeliharaan, alokasi power dan water supply, pengembangan
karyawan, perjalanan dinas, biaya sosial, serta biaya umum lainnya. Biaya
operasional tetap pada skenario I dan II sama yaitu sebesar Rp 9 183 517
726.36.
Tabel 5 Rincian biaya tetap
7. Biaya Pajak
Biaya pajak yang dikeluarkan PT. MAI merupakan biaya pajak
penghasilan yang harus dikeluarkan PT. MAI setiap tahunnya sebesar
25 persen dari laba yang dihasilkan PT. MAI sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17
ayat 2a. Besarnya pajak akan berbeda-beda setiap tahunnya sesuai
dengan laba yang diperoleh perusahaan yang dapat dilihat dari laporan
laba rugi.
43
Pada skenario I jumlah pinjaman adalah sebesar Rp 105 234 931 620.00,
sedangkan pada skenario II adalah sebesar Rp 70 429 984 620.00. Pinjaman akan
ditujukan pada Bank Mandiri dengan bunga sebesar 10.25 persen selama sepuluh
tahun. Pembayaran yang disepakati menggunakan capital recovery 10.25 persen
dengan jumlah cicilan pada skenario I dan II setiap tahun sebesar 17 310 862 510
dan 11 585 542 572. Pembayaran cicilan dilakukan mulai tahun 1 hingga tahun
ke-10.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, bahwa tarif pajak penghasilan (pph) yang digunakan
untuk menghitung penghasilan kena pajak pada badan usaha yang beromzet lebih
dari 50 miliar adalah 25 persen dari laba yang dihasilkan.
PT. MAI layak untuk djalankan karena nilai IRR tersebut lebih besar dari discount
rate yang digunakan (7.625 persen).
Nilai Net B/C yang diperoleh pada analisis skenario I adalah 2.82 yang
berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan
tambahan manfaat bersih bagi PT. MAI sebesar Rp 2.82. Nilai Net B/C yang
diperoleh pada analisis skenario II adalah 4.01 yang berarti setiap tambahan biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi
PT. MAI sebesar Rp 4.01. Hasil analisis menunjukkan bahwa Net B/C pada
kedua skenario bernilai lebih besar dari 1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
bisnis memiliki manfaat bersih yang menguntungkan terhadap satu satuan
kerugian dari bisnis tersebut sehingga layak untuk dilaksanakan.
Payback Period yang diperoleh pada skenario I selama 2 tahun dan 11
bulan, sedangkan Payback Period pada skenario II diperoleh selama 2 tahun dan 2
bulan. Perolehan Payback Period tersebut menunjukan jangka waktu
pengembalian investasi yang dilakukan lebih cepat dari umur bisnis yaitu 20
tahun. Bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit PT. MAI layak untuk
dijalankan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih cepat dari umur
bisnis.
Tabel 8 Hasil penilaian kriteria investasi pada pabrik kelapa sawit PT. MAI
skenario I (30 ton/jam) dan skenario II (60 ton/jam)
Hasil Penilaian Pada DF 7.625%
Kriteria Investasi
30 ton/jam 60 ton/jam
NPV 296 452 396 035.09 349 204 363 836.38
IRR 29.71% 44.17%
Net B/C 2.82 4.01
PP 2 tahun 11 bulan 2 tahun 2 bulan
BEP 34 345 655.85 35 848 759.67
BEP unit pada skenario I adalah sebesar 34 345 655.85 kg TBS. Sedangkan
BEP unit pada skenario II adalah sebesar 35 848 759.67 kg TBS. Perolehan nilai
Break Even Point menunjukkan pada kedua skenario titik impas tercapai dibawah
kapasitas olah pertahunnya. Sehingga bisnis pendirian pabrik pengolahan kelapa
sawit PT. MAI layak untuk dijalankan.
terakhir yaitu sebesar 21.3 persen dan rata-rata penurunan harga jual MKS sebesar
2 persen pada tahun 2015.
Tabel 9 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT. MAI
skenario I (30 ton/jam)
Kondisi NPV IRR Net B/C PP BEP
Normal 296 452.39 29.71 % 2.82 2 11/12 34 345
Rendemen MKS 21.3 % -48 770.14 4.13 % 0.79 18 11/12 61 581
Penurunan harga 2 % 203 151.44 22.77 % 2.12 3 5/12 39 454
Hasil analisis sensitivitas dengan rendemen sebesar 21.3 persen pada
skenario pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam (skenario I) antara
lain nilai NPV negatif sebesar Rp 48.770 miliar dengan tingkat discount rate
sebesar 7.625 persen, nilai IRR 4.13 persen, Net B/C sebesar 0.79, dan PP selama
18 tahun dan 11 bulan. Pada kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi
(NPV, Net B/C, dan IRR) menunjukkan nilai di bawah batasan kelayakan. Namun
payback period menunjukkan tahun pengembalian masih pada kriteria layak
karena lebih cepat dibandingkan umur bisnis. Kemudian pada nilai break even
point (BEP) menunjukkan nilai sebesar 61 581 683.39 kg TBS. Sehingga pada
analisis break even point pembangunan pabrik kelapa sawit pada skenario I masih
layak karena masih lebih kecil dibandingkan kapasitas olah yang direncanakan
(kapasitas olah 100 %).
Pada kondisi rendemen MKS sebesar 21.3 %, pendirian pabrik kelapa sawit
kapasitas 30 ton per jam tidak layak dilaksanakan karena kriteria investasi
menunjukkan nilai tidak layak walaupun nilai analisis PP dan BEP masih
menunjukkan nilai layak. Hal ini dikarenakan jika bisnis pendirian pabrik kelapa
sawit kapasitas 30 ton per jam tetap dilaksanakan, investasi tetap dapat kembali
sebelum umur bisnis berakhir namun investasi yang dilakukan tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan. Hasil yang tidak memuaskan didapat karena
pada analisis payback period tidak memperhitungkan nilai waktu uang, sedangkan
NPV, IRR, dan Net B/C memperhitungkan nilai waktu uang. Selain itu
perhitungan analisis BEP hanya memperhatikan komponen pemasukan berupa
nilai penjualan palm product dan komponen pengeluaran berupa biaya operasional
pada satu tahun periode produksi. Analisis BEP tidak memperhatikan nilai waktu
uang dan komponen-komponen inflow dan outflow diluar nilai penjualan palm
product dan biaya operasional seperti nilai sisa, biaya investasi, biaya pajak, biaya
pinjaman, dan biaya lainnya. Sehingga analisis payback period dan BEP tidak
bisa menjadi acuan utama kelayakan bisnis pendirian pabrik kelapa sawit.
Hasil analisis sensitivitas dengan harga penjualan MKS sebesar Rp 7 376.4
pada skenario I antara lain nilai NPV sebesar Rp 203.151 miliar dengan tingkat
discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 22.77 persen, Net B/C sebesar 2.12,
PP selama 3 tahun dan 5 bulan, dan BEP sebesar 39 454 721 kg TBS. Pada
kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta
analisis payback period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi
penurunan harga MKS sebesar 2 %, pendirian pabrik kelapa sawit kapasitas 30
ton per jam masih layak dilaksanakan.
46
Tabel 10 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit PT.
MAI skenario II (60 ton/jam)
Kondisi NPV IRR Net B/C PP BEP
Normal 349 204.36 44.17 % 4.01 2 2/12 35 848
Rendemen MKS 21.3 % 8 230.07 8.38 % 1.05 13 5/12 67 198
Penurunan harga 2 % 257 036.18 34.18 % 2.97 2 6/12 41 451
Hasil analisis sensitivitas dengan rendemen MKS sebesar 21.3 persen pada
skenario elevasi pabrik kelapa sawit menjadi kapasitas 60 ton per jam (skenario
II) antara lain nilai NPV sebesar Rp 8.23 miliar dengan tingkat discount rate
sebesar 7.625 persen, nilai IRR 8.38 persen, Net B/C sebesar 1.05, PP selama 13
tahun dan 5 bulan, dan BEP sebesar 67 198 174 kg TBS. Pada kondisi tersebut
nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta analisis payback
period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi rendemen MKS
sebesar 21.3 %, elevasi pabrik kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam masih layak
dilaksanakan.
Hasil analisis kelayakan dengan harga penjualan MKS Rp 7 376.4 pada
skenario II antara lain nilai NPV sebesar Rp 257.03 miliar dengan tingkat
discount rate sebesar 7.625 persen, nilai IRR 34.18 persen, Net B/C sebesar 2.97,
PP selama 2 tahun dan 6 bulan, dan BEP sebesar 41 451 269 kg MKS. Pada
kondisi tersebut nilai kriteria kelayakan investasi (NPV, IRR, dan Net B/C) serta
analisis payback period dan BEP menunjukkan nilai layak. Jadi pada kondisi
penurunan harga MKS sebesar 2 %, elevasi pabrik kelapa sawit kapasitas 60 ton
per jam masih layak dilaksanakan.
Hasil analisis switching value yang diperoleh disajikan pada Tabel 11
menunjukkan bahwa maksimum penurunan rendemen MKS yang masih dapat
ditolerir agar bisnis tetap dikatakan layak pada skenario I dan II adalah masing-
masing sebesar 21.54 persen dan 21.20 persen. Kemudian maksimum penurunan
harga penjualan MKS yang masih dapat ditolerir agar bisnis tetap dikatakan layak
pada skenario I dan II adalah masing-masing sebesar Rp 7049 dan Rp 6948. Pada
kondisi tersebut, besarnya NPV yang diterima perusahaan adalah nol dengan nilai
Net B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 7.625% sesuai dengan discount rate yang
digunakan. Jika dibandingkan besaran persentase maksimum antara penurunan
rendemen MKS dan penurunan harga penjualan MKS pada skenario I dan II,
besaran persentase maksimum penurunan rendemen MKS lebih tinggi
dibandingkan besaran persentase maksimum penurunan harga penjualan MKS,
sehingga dapat dikatakan bahwa pada PT. MAI komponen rendemen MKS lebih
peka terhadap perubahan dibandingkan dengan harga penjualan MKS. Komponen
yang lebih peka terhadap perubahan tersebut hendaknya lebih diperhatikan oleh
perusahaan sehingga perubahan yang terjadi tidak melebihi batasan yang ada
karena jika melebihi batasan yang ada maka bisnis yang dijalankan akan
mengalami kerugian dan bisnis tidak lagi dinyatakan layak untuk dijalankan.
Apalagi komponen rendemen PKS adalah komponen yang dikendalikan dari
internal pabrik kelapa sawit. Sehingga, penghindaran kerugian akibat penurunan
MKS sangat memungkinkan untuk dihindari apabila pabrik kelapa sawit PT. MAI
dapat melakukan proses pengolahan dan grading TBS dengan baik.
47
KEPUTUSAN PERUSAHAAN
Hasil analisis non finansial terhadap aspek pasar, teknis, manajemen dan
hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan menunjukkan bahwa skenario I dan
skenario II layak untuk dilaksanakan. Begitu pula pada analisis finansial
menunjukkan bahwa kedua skenario juga layak untuk dilaksanakan karena
memenuhi seluruh kriteria investasi pembangunan pabrik kelapa sawit.
Wawancara dilakukan dengan experts dari PT. Mazuma Agro Indonesia,
konsultan pabrik PT. MAI dan pihak bank mandiri untuk melakukan pemilihan
antara dua skenario yang telah di tentukan. Keseluruhan experts lebih memilih
untuk melaksanakan skenario II yaitu mengelevasi PKS MAI MILL-I dari
kapasitas 30 ton/jam menjadi kapasitas 60 ton/jam. Hasil wawancara tersebut
diserahkan kepada Bapak H. Maslin Batubara selaku pemilik perusahaan PT. MAI
untuk penentuan keputusan akhir. Bapak H. Maslin Batubara menganalisa hasil
dari kelayakan non finansial, kelayakan finansial, dan keputusan experts. Hasil
validasi dari pemilik perusahaan adalah melakukan elevasi PKS MAI MILL-I dari
kapasitas 30 ton/jam menjadi kapasitas 60 ton/jam (skenario II). Rangkuman hasil
wawancara dengan experts terlampir di lampiran.
Simpulan
bahwa peningkatan pabrik pengolahan kelapa sawit dari kapasitas 30 ton per jam
menjadi 60 ton per jam dan pendirian pabrik kapasitas 30 ton per jam di PT. MAI
layak dilaksanakan.
Berdasarkan analisis finansial pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit
kapasitas 30 ton per jam dan 60 ton per jam diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C,
Payback Period, dan BEP yang memenuhi kriteria kelayakan. Hasil analisis
finansial menunjukkan bahwa PT. MAI lebih baik mengelevasi PKS MAI MILL-I
menjadi kapasitas 60 ton per jam dibandingkan mendirikan PKS kapasitas 30 ton
per jam. Hal ini dikarenakan nilai kriteria investasi untuk elevasi pabrik
pengolahan kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam lebih tinggi dibandingkan
pendirian pabrik pengolahan kapasitas 30 ton per jam.
Dua variabel yang dinilai berpengaruh terhadap kelayakan bisnis pendirian
pabrik kelapa sawit adalah rendemen minyak kelapa sawit dan harga minyak
kelapa sawit. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas bisnis pendirian pabrik kelapa
sawit kapasitas 30 ton per jam sensitif terhadap perubahan rendemen minyak
kelapa sawit, sedangkan penurunan harga minyak kelapa sawit tidak berpengaruh
pada kelayakan bisnis. Pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 60 ton per jam
dapat mentolerir perubahan rendemen minyak kelapa sawit dan harga minyak
kelapa sawit lebih baik dibandingkan pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 30
ton per jam. Pemilik perusahaan memilih untuk mengelevasi PKS MAI MILL-I
dari kapasitas 30 ton per jam menjadi kapasitas 60 ton per jam.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis berikan antara
lain:
1. PT. MAI harus melakukan proses pengolahan tandan buah segar kelapa
sawit menjadi minyak kelapa sawit di pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan baik agar menghasilkan rendemen minyak kelapa sawit yang
tinggi. Hal ini dikarenakan perubahan rendemen minyak kelapa sawit
merupakan variabel yang sangat berpengaruh pada kelayakan pabrik
kelapa sawit di PT. MAI.
2. PT. MAI juga harus melakukan sortasi tandan buah segar kelapa sawit
yang akan diolah karena varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu
dan cara panen tandan buah segar kelapa sawit, serta proses pengangkutan
berpengaruh pada perubahan rendemen minyak kelapa sawit.
3. Pada studi ini tidak dilakukan analisis ekonomi, maka sangat diperlukan
penelitian lebih lanjut yang menganalisis bisnis pendirian PKS
berdasarkan analisis ekonomi, khususnya daerah Sumatera Utara agar
dapat mengetahui pengaruh pada perekonomian nasional dan melakukan
evaluasi agar sumberdaya yang digunakan dapat berkontribusi pada
pendapatan nasional dan daerah.
49
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Sektor Pertanian. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Minyak
Kelapa Sawit. SNI 01-2901-2006. Jakarta.
[Direktorat Jenderal Perkebunan]. 2013. Luas Areal Perkebunan Angka Estimasi
Tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2016 April 29]. Tersedia pada
http://ditjenbun.pertanian.go.id/statis-35-luasareal.html
[Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara]. 2016. Informasi Harga Komoditas
Kelapa Sawit Bulan Februari 2016 [Internet]. Tersedia pada
http://www.disbun.sumutprov.go.id.
Gittinger JP.1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Mangiri
K, Stomo S, penerjemah. Jakarta (ID). UI Pr. Terjemahan dari : Economic
Analysis of Agriculture Project.
Hadi, Muh. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID):Adicita
Karya Nusa.
Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek: Konsep, Teknik, dan
Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): AMP.
Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana
Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus
Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam) [skripsi]. Program
Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Departemen Agribisnis FEM IPB
Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Kedua. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Pahan I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Ramadhannissa R. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT.
Terang Inti Seraya di Provinsi Riau [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soeharto, Rosediana. 2000. Palm Biodiesel and Sustainability.
http://www.rspo.org/resource_centre/KMSI_RSPO%20Forum%20on%20Biof
uels_15Mei07.pdf.
.
51
LAMPIRAN
Biaya
Investasi Pabrik
Skenario I Skenario II
Steam Boiler (Boilermech) 23520000000.00 23520000000.00
Steam Turbine (Shinko) 7929000000.00 7929000000.00
Diesel Generating Set 635
KVA ( 500 KW) 1969000000.00 1969000000.00
Diesel Generating Set 200
KVA ( 160 KW) 343750000.00 343750000.00
Digester (GS) 2800000000.00 5600000000.00
Screw Press P22 (GS) 3360000000.00 6720000000.00
Sludge Centrifuge (Charp
Ngea) 1750000000.00 2450000000.00
Oil Purifier (West Falia) 880000000.00 1320000000.00
Rotary Brush Strainer 352000000.00 528000000.00
Stasiun Penerimaan,
Loading Ramp, dan Storage 7 779 451 660.22 15 558 903 320.44
Stasiun Perebusan 12 310 402 200.40 24 620 804 400.80
Stasiun Bantingan 7 428 508 820.94 14 857 017 640.88
Stasiun Pressing 3 536 961 120.04 7 073 922 240.08
Stasiun Klarifikasi 10 593 450 280.76 21 186 900 560.52
Stasiun Depericarping 4 865 129 840.28 9 730 259 680.56
Stasiun Pengolahan Inti 6 729 777 560.52 13 459 555 120.04
Stasiun Boiler 2 560 838 180.06 5 121 676 360.12
Stasiun Pembangkit Listrik 1 940 071 200.40 3 880 142 400.80
Boiler Water Treatment
Plant 2 228 115 540.18 4 576 231 080.36
Raw Water Treatment Plant 3 306 014 500.50 6 612 029 000.00
Peralatan dan Instalasi
Listrik 6890540000.00 13781080000.00
Instalasi Pipa 6 217 859 740.58 12 435 719 480.16
Civil Works (Building) 49116900000.00 49116900000.00
Stasiun Pengolahan Limbah 5 870 698 600.20 11 741 397 200.40
Miscellanious Equipment 3240000000.00 6480000000.00
Overhead 5400000000.00 5400000000.00
Total 182 978 469 240.08 276 012 288 480.16
52
I Fasilitas Pabrik
1 Mesin dan Peralatan 128 461 569 240 15 0 8 564 104 616
2 Bangunan 49 116 900 000 20 0 2 455 845 000
II Fasilitas Pendukung
3 Perumahan 15 154 594 000 20 0 821 729 700
4 Kendaraan 3 718 400 000 10 0 371 840 000
Total 12 213 519 316
IFasilitas Pabrik
1 Mesin dan Peralatan 219 442 964 490 15 0 14 766 359 232
2 Bangunan 49 116 900 000 20 0 2 455 845 000
II Fasilitas Pendukung
3 Perumahan 17 046 742 000 20 0 821 729 700
4 Kendaraan 3 718 400 000 10 0 371 840 000
Total 18 415 773 932
54
Storage
Empty
Tank
Bunch
55
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 %
Tahun
No. Uraian komponen
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 192,421,733,400 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman 105,234,931,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 105,234,931,620 218,816,933,400 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 128,461,569,240
Bangunan 49,116,900,000
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin 2,500,000,000
Tanah/LC 2,400,000,000
Sub Total 210,469,863,240 - - - - 128,461,569,240
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,915,715 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 1,104,478,833 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 809,040,082 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 6,054,869,271 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 202,511,246,759 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 206,239,086,001 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha - - 5,605,669,921 5,605,669,921 5,605,669,921 -
Total Outflow 210,469,863,240 223,549,948,512 639,633,790,435 639,633,790,435 639,633,790,435 634,028,120,514
61
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 71,708,294,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha 5,605,669,921 5,605,669,921 5,605,669,921 5,605,669,921 - 9,933,385,549
Total Outflow 639,633,790,435 639,633,790,435 639,633,790,435 639,633,790,435 634,028,120,514 626,650,643,552
62
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200 656,450,800,200
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - 128,461,569,240 - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 9,933,385,549 9,933,385,549 9,933,385,549 - 9,933,385,549 9,933,385,549
Total Outflow 626,650,643,552 626,650,643,552 626,650,643,552 616,717,258,003 626,650,643,552 626,650,643,552
63
Lampiran 9 Cash flow skenario I dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 577,265,200,200 577,265,200,200 577,265,200,200
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 117,776,793,160
Total Inflow 656,450,800,200 656,450,800,200 774,227,593,360
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,747,145 860,747,145 860,747,145
Biaya alokasi 3,313,436,499 3,313,436,499 3,313,436,499
Bahan dan suku cadang 2,427,120,246 2,427,120,246 2,427,120,246
Transport palm product 18,164,607,814 18,164,607,814 18,164,607,814
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,533,740,277 607,533,740,277 607,533,740,277
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Biaya pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 616,717,258,003 616,717,258,003 616,717,258,003
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 9,933,385,549 9,933,385,549 39,377,583,839
Total Outflow 626,650,643,552 626,650,643,552 656,094,841,842
64
Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 7,436,800,000
Perumahan 15,154,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 71,708,294,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000
Biaya pemeliharaan 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889
Administrasi & Umum 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510 17,310,862,510
Pajak Penghasilan Badan Usaha 13,982,931,686 13,982,931,686 13,982,931,686 13,982,931,686 - 18,310,647,314
Total Outflow 648,007,692,940 648,007,692,940 648,007,692,940 648,007,692,940 634,024,761,253 635,024,546,056
66
Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - 128,461,569,240 - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393 560,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000
Biaya pemeliharaan 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889
Administrasi & Umum 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050 414,710,050
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 18,310,647,314 18,310,647,314 18,310,647,314 - 18,310,647,314 18,310,647,314
Total Outflow 635,024,546,056 635,024,546,056 635,024,546,056 616,713,898,742 635,024,546,056 635,024,546,056
67
Lampiran 10 Cash flow skenario I dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 117,776,793,160
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 807,733,281,160
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 560,630,393 560,630,393 560,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan suku cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport palm product 18,162,143,957 18,162,143,957 18,162,143,957
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 607,530,381,016 607,530,381,016 607,530,381,016
Biaya Tetap
Upah 4,312,721,000 4,312,721,000 4,312,721,000
Biaya pemeliharaan 1,556,946,889 1,556,946,889 1,556,946,889
Administrasi & Umum 414,710,050 414,710,050 414,710,050
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 7,943,877,939 7,943,877,939 7,943,877,939
Total Biaya Operasional 616,713,898,742 616,713,898,742 616,713,898,742
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 18,310,647,314 18,310,647,314 47,754,845,604
Total Outflow 635,024,546,056 635,024,546,056 664,468,744,346
68
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 %
Tahun
No. Uraian Komponen
0 1 2 3 4 5
I INFLOW
Penjualan MKS - 192,390,120,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS - 26,395,200,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman 70,429,984,620 - - - - -
Salvage Value - - - - - 85,641,046,160
Total Inflow 70,429,984,620 218,785,320,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 741,997,006,160
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan 128,461,569,240 221,495,388,480
Bangunan -
Overhead 5,400,000,000
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 1,280,000,000
Izin 2,000,000,000
Tanah -
Sub Total 140,859,969,240 - - - - 221,495,388,480
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 193,800,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 286,876,797 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 1,104,329,021 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 808,930,343 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 7,399,391,982 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 455,942,857 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 203,855,471,002 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 1,565,573,666 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 768,473,444 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 173,958,797 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 219,833,333 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 3,727,839,242 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 207,583,310,244 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha - - 6,005,121,673 6,005,121,673 6,005,121,673 -
Total Otflow 140,859,969,240 219,168,852,816 638,340,594,979 638,340,594,979 638,340,594,979 632,335,473,305
73
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 16,434,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 69,269,894,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha 6,005,121,673 6,005,121,673 6,005,121,673 6,005,121,673 - 8,901,507,316
Total Otflow 638,340,594,979 638,340,594,979 638,340,594,979 638,340,594,979 632,335,473,305 629,651,438,049
74
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000 656,355,960,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan -
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316 8,901,507,316
Total Otflow 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049 629,651,438,049
75
Lampiran 12 Cash flow skenario II dengan penurunan rendemen MKS hingga 21.3 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 577,170,360,000 577,170,360,000 577,170,360,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 32,775,747,000
Total Inflow 656,355,960,000 656,355,960,000 689,131,707,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 8,901,507,316 8,901,507,316 17,095,444,066
Total Otflow 629,651,438,049 629,651,438,049 637,845,374,799
76
Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
6 7 8 9 10 11
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan 49,116,900,000
Overhead
Kendaraan 3,718,400,000
Perumahan 16,434,594,000
Izin
Tanah
Sub Total - - - - 69,269,894,000 -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572 11,585,542,572
Pajak Penghasilan Badan Usaha 14,405,253,673 14,405,253,673 14,405,253,673 14,405,253,673 - 17,301,639,316
Total Otflow 646,740,726,979 646,740,726,979 646,740,726,979 646,740,726,979 632,335,473,305 638,051,570,049
78
Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
12 13 14 15 16 17
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - - - - -
Salvage Value - - - - - -
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000 689,956,488,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - - - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316 17,301,639,316
Total Otflow 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049 638,051,570,049
79
Lampiran 13 Cash flow skenario II dengan penurunan harga MKS sebesar 2 % (lanjutan)
Tahun
No. Uraian Komponen
18 19 20
I INFLOW
Penjualan MKS 610,770,888,000 610,770,888,000 610,770,888,000
Penjualan IKS 79,185,600,000 79,185,600,000 79,185,600,000
Pinjaman - - -
Salvage Value - - 32,775,747,000
Total Inflow 689,956,488,000 689,956,488,000 722,732,235,000
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Overhead
Kendaraan
Perumahan
Izin
Tanah
Sub Total - - -
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Pembelian TBS dari kebun 581,400,000,000 581,400,000,000 581,400,000,000
Pemakaian bahan pembantu dan laboratorium 860,630,393 860,630,393 860,630,393
Biaya alokasi 3,312,987,063 3,312,987,063 3,312,987,063
Bahan dan Suku Cadang 2,426,791,031 2,426,791,031 2,426,791,031
Transport MKS 22,198,175,948 22,198,175,948 22,198,175,948
Upah lembur 1,367,828,571 1,367,828,571 1,367,828,571
Sub Total 611,566,413,007 611,566,413,007 611,566,413,007
Biaya Tetap
Upah 4,696,721,000 4,696,721,000 4,696,721,000
Pemeliharaan 2,305,420,334 2,305,420,334 2,305,420,334
Administrasi & Umum 521,876,392 521,876,392 521,876,392
Pengembangan karyawan dan perjalanan dinas 659,500,000 659,500,000 659,500,000
Biaya sosial 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
Sub Total 9,183,517,726 9,183,517,726 9,183,517,726
Total Biaya Operasional 620,749,930,733 620,749,930,733 620,749,930,733
Pembayaran Bunga dan Pokok Pinjaman
Pajak Penghasilan Badan Usaha 17,301,639,316 17,301,639,316 25,495,576,066
Total Otflow 638,051,570,049 638,051,570,049 646,245,506,799
80
RIWAYAT HIDUP