Anda di halaman 1dari 39

Bidang Unggulan : Pembangunan Manusia

Daya Saing Bangsa

LAPORAN AKHIR
IPM/ IbPTK

JUDUL PENGABDIAN
IbPTK PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU BERBASIS
TECHNOPRENEURSHIP DI INKUBATOR BISNIS
PSP-KUMKM LPPM UNS

Pusat Studi Pendampingan Koperasi dan UMKM


No Registrasi : P04144141

KETUA PENGABDIAN
R. Kunto Adi, SP. MP NIDN. 0017107305

PUSAT STUDI PENDAMPINGAN KOPERASI DAN UMKM


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Nopember 2015
1
2
RINGKASAN

Kegiatan IbPTK Penumbuhan Wirausaha Baru Berbasis Technoprenership di


Inkubator Bisnis PSP-KUMKM LPPM UNS dilakukan pada unit Inkubator Bisnis Pusat
Studi Pendampingan Koperasi dan UMKM LPPM UNS. Kegiatan IbPTK ini tujuan
umumnya adalah meningkatkan capacity building Unit Inkubator Bisnis PSP-KUMKM
dan UKM tenant sehingga dapat meningkatkan mahasiswa berwirausaha berbasis
technoprenership. Tujuan khusus dari program ini adalah Tujuan khusus pengabdian
tahun pertama : 1) Mendirikan satu unit usaha produktif di Inkubator Bisnis berdasarkan
prospek pasar, potensi lokal dan kemudahan tehnologi, 2) Memantapkan pengelolaan unit
usaha produktif tersebut. Tujuan khusus pengabdian tahun kedua : 1)Mengembangkan
unit usaha produktif yang telah didirikan pada tahun pertama, 2) Melakukan proses
rekruitment dan seleksi calon UKM tenant dari mahasiswa atau alumni UNS, 3)
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tenant bidang usaha produktif. Tujuan
khusus pengabdian tahun ketiga : 1) Melakukan proses inkubasi kepada tenant yang lolos
seleksi pada tahun ke dua, 2) Menumbuhkan wirausaha baru berbasis tehnologi.
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu 1) Perlunya peningkatan Capacity
building Unit Inkubator Bisnis, 2) Motivasi mahasiswa atau alumni dalam berwirausaha
berbasis technoprenership perlu ditingkatkan 3)Pendampingan mahasiswa atau alumni
dalam berwirausaha relatif rendah. Berdasarkan permasalahan di atas maka solusi dan
metode pendekatan yang ditawarkan, secara garis besar metode yang digunakan dalam
implementasi kegiatan ini yaitu pendirian unit usaha produktif, metode observasi, diskusi,
rekruitment, praktek, bimbingan tehnis/ pelatihan dan pendampingan usaha produktif.
Secara terperinci kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: Tahun pertama
dilaksanakan 1) Pendirian unit usaha produktif pada Inkubator Bisnis, 2) Pemantapan
manajemen pada unit usaha produktif, 3) Penjalinan kemitraan bisnis dengan stakeholder
terkait. Tahun kedua dilaksanakan : 1) Pengembangan unit usaha produktif tahun
pertama, 2) Rekruitment dan seleksi mahasiswa atau alumni UNS untuk menjadi tenant,
3) Proses pemagangan tenant pada unit usaha produktif Inkubator Bisnis, 4) Penyusunan
business plan. Tahun ketiga dilaksanakan kegiatan : 1) Proses inkubasi tenant, 2)
Pengembangan unit usaha produktif lebih baik dari tahun ke dua, 3) Penyusunan model
pengembangan wirausaha berbasis technopreneurship.
Target luaran yang diharapkan tercapai dengan adanya program ini adalah : 1)
Berdirinya satu unit usaha produktif, 2) Terseleksinya 10 mahasiswa/ alumni yang masuk
program sebagai tenant, 3) Terselenggaranya proses inkubasi sesuai dengan need
asessment, 4) Terselenggaranya pemagangan tenant, 5) Tenant yang lulus program 5
orang, 6) Diperolehnya perijinan produk, 7) Pendampingan usaha produktif, 8) Publikasi
satu artikel ilmiah di jurnal nasional dan 9) Model pengembangan technopreneur kampus.
Hasil yang sudah dicapai pada tahun pertama adalah : 1). Pendirian unit usaha
produktif pada Inkubator Bisnis. Pendirian unit usaha ini dimulai dari seleksi calon tenant
yang mempunyai motivasi dan kemauan usaha tinggi yang akhirnya dipilih alumni D3
Agribisnis dan D3 Tehnologi Hasil Pertanian sebanyak 3 orang. Tenant hasil seleksi
kemudian diberi pelatihan penggunaan vacum friying dan proses produksinya. Buah yang

3
digunakan untuk pembuatan kripik yaitu nangka, salak, nanas dan apel. Setelah
mengalami proses pembelajaran beberapa waktu akhirnya dilihat dari harga jual dan
ketersediaan buah segar di pasaran akhirnya diputuskan untuk kondisi sekarang ini
memproduksi kripik apel dan nangka. Setelah kualitas kripik apel relatif stabil kemudian
dilakukan uji terhadap kadaluwarsa produk kripik apel dan nagka. 2). Pengurusan
perijinan Pangan Industri Rumah Tangga (PI-RT). Sampai sekarang ini sudah dilakukan
proses pengurusan perijinan P-IRT dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Namun, proses
perijinan menemui kendala dimana satu lokasi hanya diperbolehkan terdapat satu ijin P-
IRT. Hal ini disebabkan lokasi produksi di Kampus Mesen telah ada tenant inkubator
yang memperoleh ijin P-IRT di lokasi yang sama. Tindak lanjutnya adalah tenant yang
sudah memperoleh ijin diminta untuk melakukan perubahan tempat lokasi usaha karena
saat ini tenant tersebut sudah menetap di tempat produksi milik sendiri di sebelah timur
Kentingan. 3) Pemantapan manajemen pada unit usaha produktif dimana ketiga tenant
tesebut membentuk unit usaha kripik buah. Tenant mengadakan pembagian kerja baik di
bagian produksi, pemasaran dan pembukuan usaha. Setelah melakukan tes produk ke
berbagai segmen pasar, akhirnya usaha kripik buah ini mulai berproduksi secara rutin.
Kapasitas produksi setiap hari baru mencapai 5 kg kripik buah. 4) Penjalinan kemitraan
bisnis dengan stakeholder terkait. Hal ini diawali dengan mengikuti pameran di Paragon
Mall dan dengan pedagang perantara.

4
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penyusunan laporan kemajuan “IbPTK Penumbuhan
Wirausaha Baru Berbasis Technoprenership di Inkubator Bisnis PSP-KUMKM
LPPM UNS” ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan kemajuan ini disusun
bertujuan untuk memaparkan perkembangan pendirian usaha pada inkubator bisnis
berbasis vacum friying. Laporan kemajuan ini merupakan laporan yang disusun pada
tahun pertama peraihan hibah program IbPTK.
Keberhasilan penyusunan laporan kemajuan ini berkat bantuan dan dukungan oleh
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam
persiapan dan penyusunan laporan.
Kami berharap semoga laporan “IbPTK Penumbuhan Wirausaha Baru
Berbasis Technoprenership di Inkubator Bisnis PSP-KUMKM LPPM UNS” dapat
membawa manfaat dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dan pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan lancar sesuai harapan.

Surakarta, Nopember 2015

Penyusun

5
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN SAMPUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
RINGKASAN 3
PRAKATA 5
DAFTAR ISI 6
DAFTAR GAMBAR 7
BAB I PENDAHULUAN 8
A. Latar Belakang 8
B. Tujuan Umum Pengabdian 12
C. Tujuan Khusus Pengabdian 13
D. Review Atas State Of The Art Dan Inovasi Yang Telah Ada 13
Sebelumnya
E. Perumusan Masalah 14
F. Manfaat Pengabdian 15
BAB II TARGET DAN LUARAN 17
BAB III METODE PENGABDIAN 18
A. Solusi dan Metode yang Ditawarkan 18
B. Prosedur Kerja Untuk Mendukung Metode yang Ditawarkan 19
C. Partisipasi Mitra 20
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 21
BAB V HASIL YANG DICAPAI 25
A. Rekruitment tenant peserta program IbPTK ….......................... 25
B. Introduksi dan pelatihan penggunaan vacum friying …............. 26
C. Standarisasi kualitas produk keripik buah ….............................. 27
D. Pengujian kadaluwarsa kripik buah …....................................... 30
E. P-IRT di Dinkes Kesehatan ….................................................... 31
F. Pelatihan manajemen usaha kepada tenant …............................. 32
G. Pengemasan produk …............................................................... 33
H. Desain kemasan …..................................................................... 33
I. Berdirinya dan pemantapan usaha kripik buah …........................ 34
J. Penjalinan kemitraan dengan stakeholder ….............................. 36
K. Pendampingan usaha tenant ….................................................. 36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 37
A. Kesimpulan 37
B. Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39

6
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Beberapa peralatan produksi yang dimiliki Inkubator Bisnis ........... 10
Gambar 2. Praktek produksi dalam proses inkubasi kepada ukm tenant ............. 11
Gambar 3. Pendampingan kepada ukm tenant ..................................................... 12
Gambar 4. Rekruitment Calon Tenant program IbPTK ....................................... 25
Gambar 5. Proses introduksi vacum friying ......................................................... 26
Gambar 6. Pelatihan penggunaan vacum friying dan spiner ................................ 26
Gambar 7. Standarisasi kualitas produk keripik buah .......................................... 27
Gambar 8. Pengujian kadaluwarsa kripik buah .................................................... 31
Gambar 9. Pelatihan manajemen usaha kepada tenant ......................................... 32
Gambar 10. Pelatihan pengemasan produk .......................................................... 33
Gambar 11. Desain lama ....................................................................................... 34
Gambar 12. Proses produksi kripik buah ............................................................. 35
Gambar 13. Aneka produk kripik .......................................................................... 35
Gambar 14. Pameran di Paragon Mall .................................................................. 36

7
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data BPS, jumlah pengangguran terdidik di Indonesia masih cukup
tinggi, untuk jenjang universitas pada Pebruari 2012 tercatat sebesar 541.955 orang dan
pada tahun 2013 tercatat sebesar 421.717 orang. Jumlah tersebut setiap tahunnya akan
selalu bertambah sebab setiap tahun universitas pasti akan meluluskan para sarjana yang
jumlahnya ribuan namun tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat tertampung di dunia
kerja. Permasalahan pengangguran terdidik jika dibandingkan dengan pengangguran non
terdidik justru lebih kompleks pengangguran terdidik sebab pengangguran non terdidik
bersedia untuk bekerja disektor non formal, sedangkan pengangguran terdidik dengan
bekal ilmu yang dimiliki menginginkan bekerja disektor formal agar mendapat gaji tinggi
dan prestise di tengah masyarakat (Rinto Yulhan, 2014).
Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan bertanggung jawab
dalam meningkatkan kualitas pendidikan termasuk di dalamnya adalah pendidikan
mengenai kewirausahaan. Dasar pendidikan kewirausahaan ini sangat diperlukan dalam
mengembangkan soft skill dan hard skill mahasiswa dalam menghadapi pasar kerja yang
semakin kompetitif. Pada umumnya, mahasiswa atau alumni mau berwirausaha jika
sudah tersudut tidak mendapatkan pekerjaan seperti yang diinginkan. Para pelaku usaha
yang seperti ini belum mendapatkan bekal yang cukup dalam membuka usaha sehingga
hambatan/ rintangan yang dihadapi terasa berat. Berbeda jika mahasiswa/ alumni sudah
mempunyai niat atau ketertarikan untuk berwirausaha sendiri dan sudah mempunyai
perencanaan yang matang dalam persiapannya maka hambatan/ rintangan yang dihadapi
terasa ringan. Hal ini dikarenakan mahasiswa/ alumni tersebut mempunyai landasan kuat
dalam mengembangkan alternatif penyelesaian masalah yang dapat diimplementasikan.
Pemerintah menjadikan berbagai perguruan tinggi daerah sebagai institusi
strategis mengembangkan kapasitas pelaku usaha mikro, kecil dan menengah Indonesia
serta program kewirausahaan. Perguruan tinggi harus aktif mengoperasionalkan lembaga
inkubatornya untuk mendukung peningkatan kapasitas SDM usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) maupun kewirausahaan (Indra M Yusuf, 2012). Secara teori

8
akademis, perguruan tinggi diyakini memiliki keunggulan melakukan fungsinya
meningkatkan berbagai sisi keperluan UMKM. Misalnya, kapasitas SDM, bimbingan
teknis, membangun spirit entrepreneurs hingga permodalan. Hal ini sejalan dengan
Penelitian Yohnson (2003) yang meneliti tentang peranan universitas dalam memotivasi
sarjana menjadi young entrepreneur menyimpulkan bahwa peranan universitas dalam
memotivasi sarjana menjadi wirausaha muda sangat penting, sehingga akan mengurangi
pertambahan jumlah pengangguran, dan mampu menambah jumlah lapangan pekerjaan.
Upaya yang bisa dilakukan seperti memberikan pendidikan kewirausahaan dan
memberikan wadah bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dengan mendirikan
bisnis kecil di lokasi kampus.
Alberti, Sciascia, dan Poli (2004) dalam mengkaji “Entrepreneurship Education”
menjelaskan bahwa keberhasilan seseeorang dalam berwirausaha dipengaruhi oleh iklim
usaha yang diciptakan oleh negara, dukungan dunia pendidikan, dunia usaha itu sendiri
yang juga harus bergairah. Oleh karena itu, Pusat Studi Pendampingan Koperasi dan
UMKM (PSP-KUMKM) mendirikan Unit Inkubator Bisnis yang didirikan tahun 2011
dan mendapat pengesahan SK Rektor No: 2A/UN27/HK/2013 tentang Pembentukan
Inkubator Bisnis PSP-KUMKM LPPM UNS. Visi Inkubator Bisnis adalah terwujudnya
Inkubator Bisnis yang handal yang mampu meningkatkan kapasitas bisnis UKM Tenant,
sedangkan Misi Inkubator Bisnis adalah :
1. Memfasilitasi proses inkubasi kepada UKM Tenant
2. Mengembangkan jejaring kemitraan bisnis yang lebih luas
3. Mengembangkan capacity building Inkubator Bisnis dan UKM Tenant.
Fungsi pendirian Unit Inkubator Bisnis adalah sebagai media untuk melakukan proses
inkubasi terhadap UMKM tenant melalui layanan (fasilitator, penyediaan tempat dan
sarana/ prasarana pendukung lainnya), penyelenggaraan pelatihan, pendampingan, dan
fasilitasi bagi peningkatan aksesibilitas (informasi bisnis, teknologi, pembiayaan,
penguatan kapasitas bisnis, kelembagaan, dan pemasaran produk) (Erlyna, dkk, 2012).
Selama 3 tahun terakhir ini, fokus kegiatan Inkubator Bisnis adalah menginkubasi
ukm yang bergerak di bidang agribisnis/ agroindustri. Fokus bidang ini dipilih karena
bidang ini mudah untuk dimasuki oleh wirausaha baru, relatif cepat pengembangan usaha

9
dengan sentuhan tehnologi maupun inovasi, pasar masih terbuka luas dan sumberdaya
pengelolaan inkubator sesuai dengan kompetensinya.
Jumlah ukm tenant yang menjadi dampingan sebanyak 30 orang tahun 2012 dan
45 orang pada tahun 2013. Ukm tenant berasal dari Kabupaten Boyolali, Kota Solo,
Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Wonogiri dan Karanganyar. Hanya sebanyak 10 orang
ukm yang merupakan alumni dan masih berstatus mahasiswa tingkat akhir yang masuk
menjadi tenant Inkubator Bisnis setelah melalui proses seleksi (Erlyna dkk, 2013).
Padahal, mahasiswa maupun alumni UNS mempunyai banyak potensi berbasis tehnologi
yang dapat ditumbuhkan menjadi wirausaha baru.
Inkubator Bisnis mempunyai fasilitas ruang dan tempat produksi yang dapat
digunakan tenant di Kampus Mesen. Beberapa peralatan produksi yang dimiliki antara
lain vacum friying, spinner, pengemas vacum, pengemas kembung, siler, cup siller, meat
slicer, dan peralatan masak yang ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar 1. Beberapa peralatan produksi yang dimiliki Inkubator Bisnis

10
Proses inkubasi yang diberikan kepada ukm tenant disesuaikan dengan kebutuhan
ukm tenant berupa bimbingan teknis. Proses inkubasi yang dilakukan dengan
mengedepankan penggunaan tehnologi tepat guna, pengembangan kreativitas dan inovasi
diharapkan menjadi technopreneur yang sukses. Proses inkubasi ini diharapkan ukm
tenant menyerap teori dan praktek yang sudah diberikan sehingga dapat mengembangkan
usaha yang telah dijalankan. Contoh proses inkubasi yang diberikan kepada ukm tenant
sebagai berikut :

Gambar 2. Praktek produksi dalam proses inkubasi kepada ukm tenant

Setelah proses inkubasi selesai kemudian dilanjutkan dengan pendampingan usaha


yang meliputi produksi, pemasaran, akses permodalan dan jejaring yang lebih luas. Para
Tim Inkubator Bisnis maupun ukm berusaha mencari solusi untuk mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi dalam meningkatkan usaha. Beragam cara
pendampingan dilakukan dimana tim pendamping mendatangi ukm atau ukm yang
mendatangi kantor inkubator untuk berdiskusi atau memanfaatkan fasilitas yang ada yang
nampak dalam gambar berikut :

11
Gambar 3. Pendampingan kepada ukm tenant

UNS merupakan salah satu universitas yang memasukkan kurikulum


kewirausahaan bagi mahasiswanya diharapkan mahasiswa ataupun lulusannya memiliki
motivasi dan menerapkan entrepreneur dalam kehidupan sehari-hari. Lulusan maupun
mahasiswa UNS sekarang ini diharapkan mampu bersaing mencari pekerjaan sendiri atau
menciptakan peluang kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Mahasiswa maupun
alumni mempunyai bekal penguasaan tehnologi dalam berwirausaha, namun belum
banyak digali secara optimal. Beberapa mahasiswa telah berwirausaha dengan
memanfaatkan program hibah seperti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) dan PKM
(Program Kreativitas Mahasiswa), namun ada beberapa yang hanya coba-coba dimana
program selesai usaha yang dirintis juga selesai. Kemungkinan hal ini dikarenakan
kharakteristik mahasiswa itu sendiri yang hanya mengambil keuntungan dari program
atau pendampingan program belum dilaksanakan secara maksimal.
Tahun 2015 ini, kita menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dimana
persaingan produk berupa barang maupun jasa semakin ketat. Mahasiswa maupun alumni
UNS harus mampu bersaing dalam era MEA ini dengan memanfaatkan tehnologi sebagai
dasar persaingan. Untuk itu, Inkubator Bisnis PSP-KUMKM LPPM UNS ingin
berpartisipasi dalam menumbuhkan wirausaha baru berbasis technopreneurship di
kalangan mahasiswa dan alumni UNS.

12
B. Tujuan Umum Pengabdian

Tujuan umum pengabdian ini adalah meningkatkan capacity building Unit


Inkubator Bisnis PSP-KUMKM dan UKM tenant sehingga dapat meningkatkan
mahasiswa berwirausaha berbasis technopreneurship

C. Tujuan Khusus Pengabdian


Tujuan khusus pengabdian tahun pertama :
1) Mendirikan unit usaha produktif di Inkubator Bisnis berdasarkan prospek pasar,
potensi lokal dan kemudahan tehnologi
2) Memantapkan pengelolaan unit usaha produktif yang telah didirikan
Tujuan khusus pengabdian tahun kedua :
1) Mengembangkan unit usaha produktif yang telah didirikan pada tahun pertama
2) Melakukan proses rekruitment dan seleksi calon tenant dari mahasiswa atau alumni
UNS
3) Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tenant bidang usaha produktif
Tujuan khusus pengabdian tahun ketiga :
1) Melakukan proses inkubasi kepada tenant yang lolos seleksi pada tahun ke dua
2) Menumbuhkan wirausaha baru berbasis tehnologi.

D. Review Atas State Of The Art Dan Inovasi Yang Telah Ada Sebelumnya
Inkubator bisnis perguruan tinggi berpotensi besar menghasilkan wirausaha baru
melalui transfer teknologi dan lembaga penelitian. Tujuan : memfasilitasi hasil-hasil
penelitian untuk kepentingan publik; menghargai, memperkuat dan merekrut anggota
fakultas/ lembaga penelitian ; menjalin ikatan yang lebih erat dengan industri dan
menghasilkan pendapatan dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi (Tri Siwi, 2011).
Inkubator bisnis merupakan salah satu bentuk alternatif strategis dalam mencetak
wirausaha baru, karena teknik pembinaan yang terintegrasi, sifatnya yang lebih individual
dan operasional sesuai tahap-tahap perkembangan yang dihadapi wirausaha baru pada
masa start-up.Wirausaha baru pada masa start-up umumnya menemui permasalahan

13
antara lain lemahnya kemampuan dan keterampilan berbisnis, lemah dalam permodalan,
belum mampu mengakses pasar serta belum mampu mengakses dengan teknologi.
Salah satu format pengembangan ekonomi masyarakat berbasis pengetahuan dan
teknologi di antaranya adalah inkubator. Asumsi mendasar yang ada dari suatu
inkubator adalah bahwa pelaku usaha memiliki keterbatasan kemampuan dalam mencari
da menangkap peluang bisnis, sehingga diperlukan upaya memediasi dan memfasilitasi
para para pelaku bisnis melalui proses pendampingan, konsultasi, fasilitasi, dan
bimbingan dalam kegiatan usahanya. Melalui rangkaian kegiatan pendampingan,
konsultasi, fasilitasi, dan bimbingan dalam berbagai fungsi bisnis mulai dari logistik,
produksi, pemasaran, manajamen sumber daya manusia, manajemen keuangan
memungkinkan kesiapan usaha maupun ‘business start-up bagi UMKM menjadi lebih
baik dari segi perilaku dan kelembagaan bisnisnya. Secara sederhana , inkubator bisnis
merupakan suatu wadah yang memfasilitasi dan memediasi kebutuhan berusaha bagi para
pemula dan UMKM, atau SME’s.
Nilai potensial inkubator memerlukan perwujudan nyata dalam memainkan perannya.
Banyaknya informasi pasar, manajemen, produk dan teknologi yang tersedia pada
berbagai sumber baik pemerintah, lembaga penelitian, maupun universitas dan swasta
perlu disajikan dan dikomunikasi kepada para penggunanya yaitu UMKM. Proses
penyajian informasi dan transfer teknologi secara tepat ditujukan agar produk riset dan
teknologi dapat digunakan dan bernilai manfaat terhadap pendapatan pelaku usaha dan
proses pertumbuhan ekonomi. Dengan memperhatikan hal ini, inkubator bisnis dapat
didudukkan sebagai suatu mediator antar lembaga riset, pemerintah, dan universitas
dengan masyarakat pengusaha ( Ery Supriyadi dan Eka Setiajatnika, 2009).

E. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Perlunya peningkatan Capacity building Unit Inkubator Bisnis
Berdirinya Unit Inkubator Bisnis PSP-KUMKM tergolong masih muda sehingga
pengelolaannya belum maksimal. Sumber keuangan untuk membiayai operasional
perlu digali agar dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam menyediakan 7S
14
yaitu : Space, Shared, Services, Support, Skill development, Seed capital, dan
Synergy. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menggali sumber keuangan
adalah mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas yang ada dengan mendirikan unit
usaha produktif yang berbasis tehnologi.
Di sisi lain, mahasiswa ataupun alumni kemungkinan memandang sebelah mata
keberadaan Unit Inkubator Bisnis PSP-KUMKM karena belum ada bukti nyata
usaha produktif di bawah pengelolaan Unit Inkubator Bisnis. Dengan berdirinya unit
produktif di bawah Inkubator Bisnis maka fungsi layanan 7S dapat ditingkatkan
terutama dalam meningkatkan support dan skill development kepada tenantnya.
2. Motivasi mahasiswa atau alumni dalam berwirausaha berbasis technopreneurship
perlu ditingkatkan
Potensi mahasiswa atau alumni UNS cukup besar dalam memanfaatkan tehnologi
untuk bekerja atau berwirausaha. Namun, potensi ini belum dikelola dengan baik
karena motivasi mahasiswa atau alumni relatif kurang dalam berwirausaha.
Wirausaha bukan merupakan pilihan utama dalam mencari sumber penghasilan,
namun karena keadaan terpaksa sehingga mereka berwirausaha. Padahal jika potensi
ini dapat dikelola dengan baik akan memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan dengan berwirausaha karena terpaksa.
Mahasiswa yang mendapatkan hibah kompetitif dari PMW maupun PKM hanya
sebagian kecil yang usahanya berlanjut setelah selesai program. Kegagalan dalam
berusaha merupakan salah satu penyebab mereka tidak melanjutkan usaha yang telah
dirintisnya.
3. Pendampingan mahasiswa atau alumni dalam berwirausaha relatif rendah
Pendampingan terhadap mahasiswa yang mendapatkan hibah kompetitif dari PMW
maupun PKM belum optimal fungsinya sehingga sering terjadi kegagalan dalam
berusaha. Unit Inkubator Bisnis salah satu fungsinya adalah melakukan
pendampingan kepada para tenant maupun ukm yang membutuhkan. Namun, fungsi
ini masih jarang dimanfaatkan oleh para mahasiswa atau alumni UNS dalam
mengelola usahanya.

15
F. Manfaat Pengabdian
Program IbPTK ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1) Unit Inkubator Bisnis, kemandirian dapat ditingkatkan dari sisi sumber pendanaan
sehingga dapat meningkatkan layanan 7S (Space, Shared, Services, Support, Skill
development, Seed capital, dan Synergy) yang diberikan kepada tenant. Dengan
peningkatan layanan yang diberikan, dapat memotivasi para mahasiswa atau alumni
untuk bergabung ke dalam Unit Inkubator Bisnis dalam berusaha berbasis tehnologi.
2) Mahasiswa/ alumni, dapat memanfaatkan wadah Unit Inkubator Bisnis untuk sharing
terhadap usaha yang akan atau sedang digeluti
3) Tenant, dapat memanfaatkan fasilitas layanan yang diberikan oleh Unit Inkubator
Bisnis dalam berwirausaha berbasis tehnologi

16
BAB II. TARGET DAN LUARAN

Target dan luaran yang diharapkan tercapai dengan adanya program ini adalah :
Rencana Luaran Tahun I
Berdirinya unit produktif di Inkubator 1 unit usaha produktif berbasis tehnologi
Bisnis
Perijinan produk Diperolehnya perijinan produk
Publikasi artikel 1 artikel di jurnal berISSN

17
BAB III. METODE PENGABDIAN

A. Solusi dan Metode yang Ditawarkan


Program pengembangan Inkubator Bisnis diharapkan pada Tahun 2022 menjadi unit yang
mandiri dalam pengelolaannya. Peningkatan capacity building baik Inkubator maupun
tenant dilakukan secara bertahap mulai dari sumber pendanaan, perbaikan manajemen,
optimalisasi penggunaan sumberdaya yang telah dimiliki dan penjalinan networking yang
lebih luas. Penumbuhan wirausaha baru berbasis tehnologi dimulai pada tahun ketiga
yaitu pada kegiatan inkubasi. Berdasarkan permasalahan di atas maka solusi dan metode
pendekatan yang ditawarkan sebagai berikut :
Tahun Pertama
a. Pendirian unit usaha produktif pada Inkubator Bisnis
Fokus kegiatan Inkubator Bisnis pada bidang agribisnis sehingga usaha yang
didirikan juga relevan dengan bidang tersebut. Melalui diskusi diantara Tim
Pengusul, akhirnya diputuskan usaha yang mempunyai nilai tambah tinggi,
prospek pemasaran tinggi, tingkat persaingan, penggunaan bahan baku lokal,
fasilitas yang telah dimiliki dan keterbatasan sumber pendanaan program.
Akhirnya disepakati bahwa usaha yang didirikan adalah usaha pengolahan hasil
pertanian yaitu usaha pembuatan kripik buah/ sayuran dengan menggunakan
vacum friying. Sejauh ini beberapa jenis buah yang sudah umum dibuat keripik
dengan menggunakan penggorengan vakum adalah pisang, apel, salak, nangka,
pepaya, melon, mangga, nanas, dan sebagainya. Keuntungan penggorengan
vakum dibandingkan dengan penggorengan konvensional adalah warna buah atau
sayur relatif tidak berubah, lebih renyah, tampil lebihmenarik dan rasa lebih enak.
Bentuk produk seperti inilah yang disukai konsumen (Widaningrum, et.all,.
2008).
b. Pemantapan manajemen pada unit usaha produktif
Kegagalan usaha lebih dari 80% dikarenakan manajemen yang tidak efektif, oleh
karena itu untuk meminimalisasi kegagalan dilakukan pemantapan manajemen
pada unit usaha produktif. Pengelolaan usaha baik dalam planning, organizing,
actuating, dan controling perlu ditingkatkan dengan merekrut dan menyeleksi
18
tenaga kerja yang qualified di bidangnya. Struktur organisasi, pembagian tugas,
hak dan tanggung jawab tenaga kerja dioptimalkan sehingga memberikan hasil
nyata berupa keuntungan.
c. Penjalinan kemitraan bisnis dengan stakeholder terkait
Usaha produktif yang dibangun membutuhkan jaringan kemitraan bisnis antara
lain suplier bahan baku, bahan penolong, lembaga pemasaran, pembiayaan,
instansi pemerintah terkait, lembaga profesi, maupun lembaga penggiat bidang
kewirausahaan.

B. Prosedur Kerja Untuk Mendukung Metode yang Ditawarkan


Secara garis besar metode yang digunakan dalam implementasi kegiatan Tahun
Pertama yaitu pendirian unit usaha produktif, metode observasi, diskusi, rekruitment,
praktek, bimbingan tehnis/ pelatihan dan pendampingan usaha produktif. Rincian
prosedur kerja dalam mendukung metode yang ditawarkan sebagai berikut:
1. Pendirian unit usaha produksi keripik buah
a. Caranya Tim melakukan mengidentifikasi buah lokal dan murah yang dapat
diproduksi untuk kripik buah
b. Tim melakukan rekruitment dan seleksi tenaga kerja dalam produksi dan
pemasarannya, dari proses ini akan dihasilkan 2 orang karyawan
c. Tim melakukan training kepada karyawan dalam hal produksi dan
pemasarannya termasuk manajemennya sampai karyawan dapat memproduksi
sesuai standart kualitas yang diinginkan
d. Tim memulai membuka usaha produksi kripik buah
2. Pemantapan manajemen pada unit usaha produktif
a. Caranya Tim melakukan diskusi dengan para karyawan dalam pengelolaan
usaha supaya usaha dapat bersaing di pasar. Tim memaparkan strategi bersaing
yang harus dilaksanakan oleh para karyawan dalam berusaha
b. Tim melakukan penataan manajemen usaha
3. Penjalinan kemitraan bisnis dengan stakeholder terkait
a. Caranya Tim melakukan pemetaan kemitraan bisnis yang dapat diraih baik
dalam bisnis maupun penjalinan kemitraan dengan stakeholder lainnya
19
b. Tim melakukan penjalinan kemitraan dengan para suplier bahan baku, bahan
penolong, toko oleh-oleh/ swalayan/ grosir, lembaga bank/ non bank, dinas
koperasi dan umkm, dinas perindustrian dan perdagangan, KADIN, HIPMI,
maupun lembaga penggiat bidang kewirausahaan
c. Tim melakukan evaluasi hasil penjalinan kemitraan dan menindaklanjutinya

C. Partisipasi Mitra
Kegiatan pengabdian ini perlu dukungan mitra dari Pengelola Pusat Studi
Pendampingan Koperasi dan UMKM untuk mencapai keberhasilan program. Partisipasi
mitra ditunjukkan dengan komitment sharing pendanaan in kind sebesar Rp 10.000.000
untuk setiap tahunnya. Di samping itu, mitra berkomitment untuk bersama-sama
meningkatkan kinerja Inkubator Bisnis.

20
BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

Kinerja LPPM UNS pada tahun 2014 berhasil meraih 55 judul pengabdian multi
tahun dan mono tahun yang dimenangkan dari DP2M DIKTI. Beberapa contoh kegiatan
pengabdian yang diraih LPPM UNS tahun 2014 antara lain: Inisiasi Pembentukan
Wirausaha Kampus Berbasis Aplikasi Teknologi Modern Pengolahan Limbah Ternak
Berupa Feses dan Urin di Jatikuwung Experimental Farm Universitas Sebelas Maret, IbM
Kelompok Usaha Herbal Lokal Asli Indonesia di Nguter Sukoharjo dan Ngargoyoso
Karanganyar Jawa Tengah, IbM Pemberdayaan Anak Balai Rehabilitasi Sosial Raharjo
dan SLB Bagaskara Sragen melalui Ketrampilan Beternak Puyuh.
Personil pelaksana kegiatan ini terdiri dari tiga orang dimana memiliki keahlian
yang berbeda namun saling melengkapi/ saling mengisi yaitu di bidang kemitraan bisnis,
manajemen agribisnis dan pemasaran, sehingga dari keahlian yang berbeda ini dapat
menjadi team work yang saling melengkapi. Keahlian tim pelaksana ini sangat
dibutuhkan untuk pencapaian keberhasilan kegiatan yaitu mulai pengolahan pakan,
pengolahan limbah sampai pendampingan kegiatan. Berbagai pengalaman
kemasyarakatan khususnya pengalaman pengabdian kepada masyarakat telah banyak
dilakukan oleh ketua maupun anggota pelaksana dalam kegiatan ini. Dengan banyaknya
pengalaman pengabdian di masyarakat, diharapkan mampu memberikan pemecahan
permasalahan yang terjadi khususnya di kelompok sasaran. Adapun berbagai pengalaman
masing-masing personil pelaksana kegiatan sebagai berikut :
Personil Pelaksana Kegiatan sebagai berikut :
1. Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap dan Gelar : R. Kunto Adi, SP. MP
b. Bidang Keahlian : Kemitraan Bisnis
c. Alokasi Waktu : 10 jam / minggu
d. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat :

21
Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2010 IbM Klaster Meubel Desa Bulakan, Kabupaten DIKTI 30
Sukoharjo
2 2010 - skr Tim Teknis Forum For Economic FEDEP 0,5
Development and Employment Promotion Sukoharjo
(FEDEP) Kabupaten Sukoharjo
3 2011 Fasilitator Pengembangan Ekonomi Lokal FEDEP 2
Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo

4 2012 IbM Peningkatan Kapasitas Produksi, Desain DIKTI 48,6


dan Manajemen Melalui Penerapan Eco
Eficiency Pada Klaster Batik di Kabupaten
5 2012 Sukoharjo
IbM Terminal Bahan Baku Kayu Dalam Upaya DIPA BLU 30
Peningkatan Kapasitas Produksi Pada Klaster UNS
Meubel Desa Bulakan Kabupaten Sukoharjo
6 2012 Pendampingan OVOP Sentra Karak dan Dinas 6
Kerajinan Kulit, Kabupaten Sukoharjo (Tahun Koperasi &
I) UKM Prov.
Jateng

7 2013 Pendampingan OVOP Sentra Karak dan Dinas 6


Kerajinan Kulit, Kabupaten Sukoharjo (Tahun Koperasi &
II) UKM Prov.
Jateng

2. Anggota Pelaksana I
a. Nama Lengkap dan Gelar : Erlyna Wida R, SP. MP
b. Bidang Keahlian : Manajemen Agribisnis
c. Alokasi Waktu : 10 jam / minggu
d. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat :
Introduksi Alat Pemipil Jagung Manual Di Kelurahan DIPA Fakultas 2008
Pagutan Kecamatan Manyaran Kab. Wonogiri
Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat di Dikti, Pemda, 2008-
Kecamatan Ngrambe Kab. Ngawi (Program Sibermas) LPPM UNS 2010
Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat di Pemda 2011
Kecamatan Ngrambe Kab. Ngawi (Program Sibermas)
Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat di Dikti, Pemda, 2008

22
Kecamatan Jatiyoso Kab. Karanganyar (Program LPPM UNS
Perluasan Sibermas)
Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat di Bappeda 2009-
Kecamatan Jatiyoso Kab. Karanganyar (Program Karanganyar 2011
Perluasan Sibermas)
Model Pengembangan UMKM Unggulan Sentra BPPT Menristek 2009
Meubel Bulakan Di Kabupaten Sukoharjo
Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan PLS Diknas 2009
Keaksaraan (BOP – PK) Kabupaten
Wonogiri
IbM Kelompok Tani Stevia Desa Kalisoro Kecamatan DIKTI 2010
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
IbM Kube Jamur Tiram Gotong Royong Desa DIKTI 2011
Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi
IbM Peningkatan Kinerja Jarpeto (Jaringan Petani DIKTI 2012
Organik) Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
IbW Pengembangan Industri Modified Cassava Flour DIPA BLU 2012
(Mocaf) Di Kabupaten Ngawi
IbM Kelompok Pembenihan Lele Dumbo Desa Nepen DIKTI 2013
Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali
IbM Pengembangan Usaha Batako pada Kelompok DIKTI 2013
Pintar Aksara dan Trampil Aksara di Kabupaten
Wonogiri
IbM Pengembangan Usaha Berbahan Baku Lele di DIKTI 2014
Kabupaten Boyolali
IbM Pengembangan Usaha Susu Kedelai DIKTI 2014

23
3. Anggota Pelaksana II
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ir. Heru Irianto, MM
b. Bidang Keahlian : Pemasaran
c. Alokasi Waktu : 10 jam / minggu
d. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat :
Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2009 Program Uji :”Unit Usaha Industri Minuman Dikti 75.000.000
Berbasis Yoghurt di Universitas Sebelas
Maret”
2 2010 Model Pengembangan UMKM Unggulan Menristek 120.000.000
Sentra Meubel Bulakan Kabupaten Sukoharjo.
3 2010 Program IbiKK :”Unit Usaha Industri Dikti 75.000.000
Minuman Berbasis Yoghurt di Universitas
Sebelas Maret”
4 2011 IBM Kelompok tani rosela di Nguter Dikti 35.000.000
Sukoharjo
5 2011 Program IbiKK :”Unit Usaha Industri Dikti 100.000.000
Minuman Berbasis Yoghurt di Universitas
Sebelas Maret”

24
BAB V. HASIL YANG DICAPAI

Program IbPTK (Ipteks Bagi Penumbuhan Technoprenership Kampus) yang


didanai pada tahun pertama ini adalah membuat usaha produktif yang berbasis
penggunaan vacum friying. Setelah Tim Pengabdi berdiskusi mengenai rencana kegiatan
dan penjadwalannya, akhirnya disepakati setelah penandatanganan kontrak pengabdian
akan dimulai kegiatan ini. Tempat produksi kegiatan IbPTK adalah di Kampus Mesen di
ruang produksi Inkubator Bisnis PSP-KUMKM LPPM UNS dan pada bulan Oktober
telah menempati gedung Pusbangis Purwosari Solo.
Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan pada tahun pertama ini adalah :
A. Rekruitment tenant peserta program IbPTK
Proses rekruitment ini merupakan proses paling awal dilakukan untuk
menseleksi calon tenant. Proses ini diawali dengan sosialisasi kepada para alumni
mahasiswa D3 Agribisnis dan D3 Tehnologi Hasil Pertanian (THP). Setelah melalui
proses seleksi wawancara untuk mengetahui kesediaan dan kemauan calon tenant
dalam berwirausaha, akhirnya dipilih 3 orang tennat yaitu Mailina dan Aini alumni
D3 Tehnologi Hasil Pertanian (THP) dan Panji alumni D3 Agribisnis. Proses seleksi
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. Rekruitment Calon Tenant program IbPTK


Tiga orang tenant tersebut, dinilai mempunyai motivasi kuat dalam berwirausaha dan
mampu mengembangkan usaha kripik buah berbasis vacum friying. Proses
pembelajaran dan semangat mengembangkan diri merupakan salah satu kunci sukses
dalam berwirausaha.

25
B. Introduksi dan pelatihan penggunaan vacum friying
Tenant hasil seleksi kemudian dikenalkan dengan peralatan vacum friying, cara
menggunakannya dan cara merawatnya. Sepintas tidak mudah untuk menggunakan
vacum friying, tetapi setelah melalui proses pelatihan bagaimana cara
menggunakannya akan terasa mudah. Hal ini karena banyak panel/ komponen yang
dioperasikan dan tenant belum paham benar bagaimana menggunakannya. Untuk
menguasai tehnik penggunaannya maka ditindaklanjuti dengan kegiatan pelatihan
penggunaan vacum friying.

Gambar 5. Proses introduksi vacum friying

Pelatihan penggunaan vacum friying dilakukan kepada kedua tenant, hal ini supaya
kedua tenant saling melengkapi jika harus berproduksi sendiri tanpa pengawasan
oleh Tim Pengabdi. Persiapan sebeum pelatihan yaitu menyiapkan bahan mentah
berupa buah segar yang akan divacum friying yaitu nangka, nanas, salak dan apel.
Pemilihan buah segar ini merupakan kunci keberhasilan dalam proses produksi
kripik buah karena jika salah dalam memilih agak matang maka kripik hasil vacum
akan berwarna coklat atau mengkerut. Proses pelatihan dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 6. Pelatihan penggunaan vacum friying dan spiner

26
Dipilihnya buah nangka, salak, apel dan nanas karena buah ini banyak terdapat di
pasar. Namun pada saat kegiatan ini sedang berlangsung, harga nangka sangat mahal
dimana 1 kg mencapai harga Rp 30.000/kg. Namun, harga sekarang sebesar Rp
20.000/kg. Di sisi lain, pembelian dengan kuantitas tertentu mendapat harga lebih
murah terjadi pada pembelian buah apel dan buah salak. Harga apel per 22 kg
seharga Rp 110.000 dan harga salak per 25 kg seharga Rp 150.000. Untuk
pembelian kurang dari jumlah tersebut maka harga salak menjadi Rp 7.500/kg dan
harga apel sebesar Rp 6.500/kg. Oleh karena itu, setelah dikaji secara finansial maka
untuk saat ini produksi kripik buah fokus pada kripik apel yang harga buahnya lebih
murah.
C. Standarisasi kualitas produk keripik buah
Produk kripik buah yang diproduksi oleh tenant belum mencapai standart kualitas
yang sama antar penggorengan. Hal ini bisa dilihat dari bentuknya (ada yang
keriting, ada yang bagus), warnanya (kuning emas, kuning cerah, agak putih dan
bahkan banyak yang gosong). Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut:

Gambar 7. Standarisasi kualitas produk keripik buah

Keripik apel dibuat dari buah apel hijau. Kriteria apel yang dipilih sebagai bahan
baku keripik adalah memiliki tekstur keras/padat, rasanya manis, berukuran besar
dengan diameter ± 7-8 cm, serta bagian kulit permukaan halus/tidak kasar. Untuk
membuat keripik apel, tahap-tahap yang dilakukan adalah mengiris buah apel secara
manual menggunakan pisau. Pengirisan secara manual lebih dipilih karena reaksi
browning pada apel lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan mesin
pemotong. Pada tahap ini, apel cukup diiris dan dipisahkan dari batang dan biji tanpa
dikupas kulitnya. Apel diiris secara horizontal dengan ketebalan irisan 0,3-0,5 cm.
27
Irisan buah apel lalu ditreatment untuk menghilangkan pengaruh enzim polifenol
oksidase yang dapat menyebabkan pencokelatan pada apel. Treatment dilakukan
dengan perendaman menggunakan larutan air gula, air kapur, dan air garam.
Konsentrasi yang pernah diuji-cobakan untuk masing-masing larutan yaitu :

Tabel 1. Konsentrasi Larutan dalam Treatment Kripik Apel


No Jenis Larutan Konsentrasi
1 Larutan gula 7,5% b/v dan 10% b/v
2 Larutan kapur 0,5% b/v dan 2% b/v
3 Larutan garam 0,5% b/v dan 2% b/v
Keterangan : b/v : konsentrasi larutan dalam satuan berat (gram) per volume (liter)
Dari percobaan treatment menggunakan ketiga larutan tersebut, belum menunjukkan
hasil keripik apel yang optimal yaitu memiliki tekstur yang renyah dan berwarna
putih cerah sehingga perlu dilakukan uji coba perendaman dengan perlakuan yang
berbeda.

Apel yang telah diiris dan ditreatment dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan
selanjutnya dibekukan dalam freezer pada suhu -5oC selama ±24 jam. Irisan apel
yang telah beku kemudian digoreng dengan vakum frying pada suhu 90-120oC
selama ±1,5-2 jam pada tekanan 0,6-0,7 atm. Pada tahap awal penggorengan, suhu
pemasakan yang digunakan adalah 120oC dan tekanan 0,8-0,75 atm hingga
kabut/embun dibagian kaca vakum frying menghilang. Apabila telah mencapai
kondisi tersebut, selanjutnya suhu penggorengan diturunkan menjadi 100oC sampai
gelembung minyak pada ruang vakum semakin sedikit dan mengecil, hingga tidak
bergelembung lagi. Pada kondisi tersebut maka tekanan akan turun dari 0,75 atm
menjadi 0,70 atm. Tahap akhir penggorengan adalah menurunkan suhu menjadi
90oC hingga tida ada sisa gelembung minyak dalam ruang vakum dan tekanan
menjadi stabil pada kondisi antara 0,65-0,70 atm. Setelah mencapai kondisi ini maka
keripik apel dapat diangkat dan ditiriskan dalam mesin spinner. Penirisan dalam
mesin spinner berlangsung ±30 menit. Rendemen keripik apel yang diperoleh
sebesar 22-25%. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg keripik apel membutuhkan irisan
buah apel sebanyak 4-4,5 kg.

28
Buah salak yang diolah menjadi keripik adalah buah salak yang berukuran relatif
besar dan rasanya manis. Buah salak yang akan diolah, dikupas, dipisahkan dari kulit
ari dan bijinya, lalu diiris secara vertikal menjadi 2 atau 3 bagian. Irisan buah salak
selanjutnya dicuci dengan air mengalir sampai bersih, ditiriskan dan dibekukan
dalam freezer yang bersuhu -5oC selama 24 jam. Irisan salak beku selanjutnya
digoreng pada vakum frying pada suhu 90-120oC dan tekanan 0,6-0,7 atm selama
1,5-2 jam. Pada tahap awal penggorengan suhu pemasakan disetting pada suhu
120oC dan tekanan akan secara otomatis turun dari 0,8 atm menjadi 0,75 atm serta
berlangsung selama ±20-30 menit, kondisi ini berlangsung hingga kabut/embun
dibagian kaca vakum frying menghilang sehingga gorengan di dalam vakum dapat
teramati. Apabila telah mencapai kondisi tersebut, suhu penggorengan diturunkan
menjadi 100oC sampai gelembung minyak berkurang, mengecil, dan menghilang
dan tekanan akan turun dari 0,75 menjadi 0,70 atm dan berlangsung selama 15-20
menit. Tahap akhir penggorengan adalah menurunkan suhu pada 90oC hingga sisa
gelembung minyak dalam tabung vakum akan habis. Pada tahap akhir ini kondisi
tekanan akan stabil antara 0,65-0,70 atm. Setelah mencapai kondisi ini maka keripik
salak dapat diangkat dan ditiriskan dalam mesin spinner selama ±30 menit.
Rendemen keripik salak yang diperoleh sebesar 23-25%. Artinya, untuk
menghasilkan 1 kg keripik salak membutuhkan irisan buah salak sebanyak 4,3-4,5
kg.

Keripik nangka terbuat dari buah nangka setengah matang sampai matang penuh
tergantung pada jenis keripik yang diinginkan. Tingkat kematangan nangka ini
berpengaruh pada hasil akhir gorengan yaitu apabila nangka yang digunakan adalah
nangka setengah matang maka akan diperoleh hasil keripik nangka yang tingkat
kemanisannya rendah sampai tawar (tidak manis). Apabila nangka yang digunakan
adalah nagka yang matang penuh maka keripik yang dihasilkan akan berasa manis.
Nangka yang dipilih adalah nangka yang memiliki ukuran yang relatif besar tekstur
yang padat serta berwarna kuning pucat sampai kuning kemerahan. Untuk
memperoleh hasil yang maksimal sebaiknya nangka yang dipilih adalah nangka
yang matang dari pohon dan bukan matang dari hasil pemeraman (dikarbid). Nangka

29
yang matang dikarbid kurang baik untuk diolah menjadi keripik karena memiliki
tekstur yang kurang padat serta lebih mudah rentan terhadap kerusakan pada saat
sedang dikupas. Untuk membuat keripik, buah nangka utuh dibelah dan dipisahkan
dari kulit luar, getah, serta bijinya. Satu biji buah nangka dibelah secara vertikal
menjadi 2-3 bagian dengan tujuan agar idak terlalu tebal. Buah nagka kupas
selanjutnya dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan dari sisa kotoran dan
getah yang masil menempel dan selanjutnya dibekukan dalam freezer pada suhu -
50C selama 24 jam. Buah nangka beku selanjutnya digoreng pada mesin vakum
frying pada suhu 80-1200C pada tekanan 0,8-0,65 atm selama 1,5-2 jam. Pada tahap
awal penggorengan, suhu yang digunakan adalah 1200C. Pada tahap ini, kondisi
ruang penggorengan berkabut dan tekanan akan secara otomatis menurun dari 0,8
menjadi 0,75 atm dan berlangsung selama 20-30 menit sampai kabut dipermukaan
vakum kaca menghilang. Apabila telah mencapai kondisi tersebut, suhu diturunkan
menjadi 1000C dan tekanan akan menurun kembali dari 0,75-0,65 atm dan
berlangsung selama 15-20 menit, kondisi ini akan berlangsung hingga mencapai
kondisi optimal yaitu gelembung minyak pada ruang vakum berangsur-angsur
berkurang, mengecil, dan menghilang. Apabila telah mencapai kondisi tersebut
maka suhu diturunkan kembali dari 1000C menjadi 800C tekanan akan mulai stabil
pada 0,65-0,6 atm dan berlangsung selama 10-15 menit hingga gelembung minyak
sudah tidak ada. Apabila gelembung minyak telah habis maka keripik dapat diangkat
dan ditiriskan dalam mesin spinner selama 15-20 menit. Rendemen keripik nangka
yang diperoleh adalah ±25%. Artinya untuk menghasilkan 1 kg keripik nangka maka
dibutuhkan 4 kg buah nangka.

D. Pengujian kadaluwarsa kripik buah


Produk kripik apel sebelum dipasarkan secara luas perlu untuk diuji terlebih dahulu
tanggal kadaluwarsanya. Oleh karena itu, kiripik apel yang sudah terstandart
kualitasnya kemudian dilakukan uji kadaluwarsa dengan mensampel produksi kripik
apel. Setiap kali produksi diambil sampel masing-masing tiga kemasan plastik
dengan tebal 0,8 mm dengan berat 10 gr. Proses pengujian dapat dilihat pada gambar
berikut :

30
Gambar 8. Pengujian kadaluwarsa kripik buah

Pada pengujian ini, sudah tiga bulan masa pengujian dan masih dalam keadaan baik
baik ditinjau dari segi warna, bau maupun rasanya. Masih terdapat dua buah sampel
produk yang belum dibuka sehinggal tanggal kadaluwarsaanya belum bisa
ditentukan. Tim Pengabdian memprediksi kadaluwarsa kripik buah ini lebih dari 4
bulan.
E. P-IRT di Dinkes Kesehatan
Pengurusan P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga), saat ini baru proses perijinan.
Dalam proses pengajuan P-IRT ke Dinas Kesehatan mengalami kendala karena di
lokasi yang sama, Dinas Kesehatan sudah mengeluarkan P-IRT kepada tenant
Inkubator Bisnis untuk produk makaroni preal atas nama Rita. Perijinan P-IRT baru
bisa diproses jika sudah ada pengajuan perpindahan tempat lokasi produksi dari
kampus mesen ke lokasi produksi milik Rita. Proses sekarang ini, surat pengajuan
perpindahan tempat lokasi produksi oleh Rita sudah diajukan kepada Dinas
Kesehatan sehingga berkas persyaratan untuk proses pengajuan P-IRT untuk produk
kripik buah sudah bisa diproses. Berkas persyaratan pengajuan seperti dalam
lampiran.
Lokasi kantor Pusat Studi Pendampingan Koperasi dan UMKM LPPM UNS pindah
dari Kampus Mesen ke Kantor Pusbangnis Purwosari maka lokasi IbPTKpun juga
pindah ke lokasi yang sama. Pada awal bulan Oktober, lokasi produksi kegiatan
IbPTK ini pindah dari Kampus Mesen ke Kantor Pusbangnis Purwosari. Banyak
yang dilakukan dalam mempersiapkan lokasi produksi yang baru yang siap untuk
proses produksi yang salah satunya adalah tempat pencucian bahan/ pembersihan
peralatan.

31
Proses pengajuan perijinan PI-RT perlu dilakukan pengulangan karena mengalami
perpindahan lokasi produksi. Sampai saat ini, proses pengajuan belum dilaksanakan
karena Tim Pengabdian masih melakukan perbaikan tempat produksi supaya pada
saat site visit Tim dari Dinas Kesehatan tidak banyak yang dipermasalahkan.
F. Pelatihan manajemen usaha kepada tenant
Tenant peserta program ini akan mengelola usaha kripik buah di Inkubator Bisnis.
Untuk itu, tenant perlu dibekali oleh kemampuan manajemen usaha yang meliputi
manajemen produksi dan operasi, manajemen keuangan dan manajemen pemasaran.
Pada manajemen produksi dan operasi diberi pelatihan bagaimana cara
memproduksi secara efisien, cara berproduksi yang baik dan benar dan pemilihan
bahan baku buah segar yang berkualitas. Diantara ketiga orang tenant diminta untuk
mengadakan pembagian kerja dari proses produksi, pembukuan sampai
pemasarannya. Akhirnya disepakati bersama bahwa yang bertanggung jawab dalam
proses produksi dan pembukuan adalah Mailina dan Aini, sedangkan Panji
melakukan pemasaran produk. Namun, antar tenant harus saling bersinergi dalam
berusaha di bidang ini.

Gambar 9. Pelatihan manajemen usaha kepada tenant

Manajemen keuangan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan tenant dalam


mengelola keuangan usaha. Penentuan harga pokok penjualan sangat perlu
dilakukan mengingat produk kripik buah ini tahap selanjutnya akan dipasarkan.
Manajemen pemasaran diberikan juga kepada kedua tenant untuk bekal dalam
bidang pemasaran bagaimana mengelola konsumen, buyer maupun saluran distribusi
lainnya. Pemilihan saluran pemasaran yang tepat akan memudahkan produk kripik

32
buah akan sampai kepada konsumen. Perluasan pemasaran sangat diperlukan dalam
pengembangan usaha ini.
G. Pengemasan produk
Inkubator Bisnis memiliki alat pengemas vacum dan alat pengemas kembung. Alat-
alat ini akan digunakan dalam pengemasan produk kripik buah. Alat pengemas
kembung ini secara prinsip lebih sulit penggunaannya daripada pengemas vacum.
Penggunaan pengemas kembung membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam
menggunakannya. Semakin lama alat ini sering digunakan maka keterampilan tenant
semakin meningkat. Kondisi sekarang ini, hanya tenant atas nama Panji yang
mampu mengoperasionalkan alat pengemas vacum ini.

Gambar 10. Pelatihan pengemasan produk

Pengemas kembung ini cocok untuk produk kripik buah dimana dengan kemasan
seperti ini dapat memperpanjang daya simpan. Demikian juga, untuk kerenyahan
produk kripik buah tetap terjaga dengan kemasan kembung ini.
H. Desain kemasan
Proses sekarang ini, Tim Pengabdi sedang mendesain kemasan yang cocok untuk
produk kripik yang dihasilkan. Sebelum mendesain kemasan, Tim Pengabdi
menentukan nama produk, merek, produsen, dan lain-lain. Proses menentukan nama
produk dan merek mengalami perubahan yang disesuaikan dengan komentar pada
konsumen pada waktu dilakukan test market. Proses mendesain kemasan mengalami
beberapa tahap perkembangan sebagai berikut :

33
Gambar 11. Desain lama Desain lama Desain baru

Kemasan yang digunakan adalah alumunium foil dengan ketebalan 0,5 mm.
Sebagian konsumen menginginkan kemasan yang bagian depan plastik bening yang
terlihat isinya dan bagian belakangnya berupa alumunium foil. Akhirnya disepakati
untuk dua jenis kemasan produk yaitu alumunium foil penuh dan setengah
alumunium foil.
I. Berdirinya dan pemantapan usaha kripik buah
Setelah proses uji coba pembuatan produk sampai diperolehnya produk yang
berkualitas maka usaha kripik buah mulai dikomersialisasikan. Langkah pertama
yang dilakukan adalah melakukan test market terhadap produk kripik buah yang
dihasilkan ditinjau dari segmen konsumennya, lokasi pasarnya dan harga jual. Hasil
test market diketahui bahwa kripik buah yang paling disukai adalah nangka
kemudian kripik apel dan kripik salak. Konsumen dari kripik buah ini adalah
konsumen yang berpendapatan menengah ke atas karena harga kripik yang mahal.
Untuk harga kripik nangka per 50 gr sebesar Rp 9.000, kripik apel per 50 gr sebesar
Rp 8.500 dan kripik salak per 50 gr sebesar Rp 8.000. Tenant juga melayani
penjualan dalam bentuk curah dengan minimal order sebanyak 5 kg dimana kripik
nangka dijual seharga Rp 140.000/kg, kripik apel seharga Rp 95.000/kg dan kripik
salak seharga Rp 85.000/kg.
Dalam berproduksi, tenant sudah membuat perencanaan waktu berproduksi selama 5
hari kerja, dan terkadang sabtu juga berproduksi untuk memenuhi pesanan. Setiap
hari, proses produksi hanya khusus memproduksi satu jenis kripik buah. Kapasitas

34
produksi per hari sebesar 5 kg kripik baik kripik nangka atau kripik apel atau kripik
salak. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan peralatan dalam berproduksi dimana
satu kali proses produksi maksimal hanya sebesar 5 kg rajangan buah yang
memerlukan waktu 1 – 2 jam proses penggorengan sehingga dalam satu hari
maksimal hanya dapat menggoreng empat kali.
Pembenahan lokasi produksi di Kantor Pusbangnis Purwosari dan proses produksi
dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 12. Proses produksi kripik buah

Setelah melalui tes pasar, produksi kripik buah secara komersial mulai dilakukan
pada bulan Oktober setelah pindah ke Kantor Pusbangnis Purwosari. Biaya produksi
per kg untuk kripik nangka sebanyak Rp 125.000, kripik apel Rp 85.000/kg dan
kripik salak sebanyak Rp 75.000/kg. Biaya tersebut sudah termasuk biaya tenaga
kerja tenant. Keuntungan per kg kripik nangka sebesar Rp 15.000, kripik apel
sebesar Rp 10.000 dan kripik salak sebanyak Rp 15.000. Keuntungan tersebut dapat
meningkat jika bahan bakunya berkualitas baik sehingga dihasilkan rendemen yang
tinggi lebih dari 25%. Berikut gambar produk yang dihasilkan :

Gambar 13. Aneka produk kripik

35
Risiko dari usaha kripik buah ini relatif besar karena tenant sudah beberapa kali
gagal menggoreng karena hasilnya gosong. Hal ini disebabkan kualitas bahan baku
yang tidak sama antar penggorengan sehingga prediksi waktu juga tidak sama. Hal
ini menyebabkan kerugian yang jumlahnya relatif besar untuk satu kali
penggorengan mencapai Rp 100.000 – Rp 125.000.
J. Penjalinan kemitraan dengan stakeholder
Perluasan pasar kripik buah perlu diperluas dalam rangka meningkatkan omset
penjualan dengan melaksanakan berbagai promosi dan penjalinan kemitraan dengan
pedagang perantara. Promosi yang dilaksanakan salah satunya dengan mengikuti
event pameran produk UMKM yang difasilitasi oleh Dekopin (Dewan Koperasi
Indonesia) pada tanggal 22-25 oktober 2015 di Paragon Mall. Pelaksanaan promosi
dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 14. Pameran di Paragon Mall

Penjalinan kemitraan dilakukan dengan toko oleh-oleh di Kota Solo dan sekitarnya,
para tenant inkubator yang mempunyai show room, dan pedagang besar produk oleh-
oleh. Sampai sejauh ini, kontinuitas konsinyasi semakin bertambah omset
penjualannya.

K. Pendampingan usaha tenant


Pendampingan usaha kripik dilakukan minimal seminggu sekali terhadap tenant.
Pendampingan mulai dari proses produksi, manajemennya sampai pemasarannya.
Beberapa yang perlu ditingkatkan adalah motivasi berusaha, semangat pantang
menyerah dan keinginan untuk maju.
36
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kegiatan IbPTK belum seluruhnya mencapai target kegiatan dimana ada satu
kegiatan yang belum selesai yaitu proses perijinan PI-RT. Untuk kegiatan yang
sudah mencapai target kegiatan yaitu :1). Pendirian unit usaha produktif pada
Inkubator Bisnis. Pendirian unit usaha ini dimulai dari seleksi calon tenant yang
mempunyai motivasi dan kemauan usaha tinggi yang akhirnya dipilih alumni D3
Agribisnis dan D3 Tehnologi Hasil Pertanian sebanyak 3 orang. Tenant hasil seleksi
kemudian diberi pelatihan penggunaan vacum friying dan proses produksinya. Buah
yang digunakan untuk pembuatan kripik yaitu nangka, salak, nanas dan apel. Setelah
mengalami proses pembelajaran beberapa waktu akhirnya dilihat dari harga jual dan
ketersediaan buah segar di pasaran akhirnya diputuskan untuk kondisi sekarang ini
memproduksi kripik apel dan nangka. Setelah kualitas kripik apel relatif stabil
kemudian dilakukan uji terhadap kadaluwarsa produk kripik apel dan nagka. 2).
Pengurusan perijinan Pangan Industri Rumah Tangga (PI-RT). Sampai sekarang ini
sudah dilakukan proses pengurusan perijinan P-IRT dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta. Namun, proses perijinan menemui kendala dimana satu lokasi hanya
diperbolehkan terdapat satu ijin P-IRT. Hal ini disebabkan lokasi produksi di
Kampus Mesen telah ada tenant inkubator yang memperoleh ijin P-IRT di lokasi
yang sama. Tindak lanjutnya adalah tenant yang sudah memperoleh ijin diminta
untuk melakukan perubahan tempat lokasi usaha karena saat ini tenant tersebut sudah
menetap di tempat produksi milik sendiri di sebelah timur Kentingan. 3) Pemantapan
manajemen pada unit usaha produktif dimana ketiga tenant tesebut membentuk unit
usaha kripik buah. Tenant mengadakan pembagian kerja baik di bagian produksi,
pemasaran dan pembukuan usaha. Setelah melakukan tes produk ke berbagai segmen
pasar, akhirnya usaha kripik buah ini mulai berproduksi secara rutin. Kapasitas
produksi setiap hari baru mencapai 5 kg kripik buah. 4) Penjalinan kemitraan bisnis
dengan stakeholder terkait. Hal ini diawali dengan mengikuti pameran di Paragon
Mall dan dengan pedagang perantara.
37
B. Saran
Pengurusan proses perijinan baru PI-RT perlu segera dilakukan mengingat
pentingnya perijinan bagi pemasaran produk. Pembenahan lokasi produksi yang baru
juga segera diselesaikan sehingga pada waktu sitevisit oleh Dinas Kesehatan Kota
Surakarta.

38
DAFTAR PUSTAKA

Alberti, Fernando; Salvatore Sciascia, dan Alberto Poli. 2004. Entrepreneurship


Education: Notes on and Ongoing Debate. 14th Annual int. Ent. Conference.
University of Napoli Federico II (Italy) 4-7 July 2004

Dandan Irawan. 2014. Pembentukan Inkubator Bisnis.

Erlyna Wida Riptanti, Emi Widiyanti, Heru Irianto, Bekti Wahyu Utami, R. Kunto Adi.
2012. Laporan Akhir Pengembangan Inkubator Bisnis Kerjasama Dengan
Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2012. Pusat Studi Pendampingan Koperasi
dan UMKM LPPM UNS.

_________. 2013. Laporan Akhir Pengembangan Inkubator Bisnis Kerjasama Dengan


Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2013. Pusat Studi Pendampingan Koperasi
dan UMKM LPPM UNS.

Ery Supriyadi dan Eka Setiajatnika,. 2009. Inkubator Sebagai Media Transfer
Teknologi Dan Pegembangan Kewirausahaan. Jurnal Sains Manajemen dan
Akuntansi. Vol 1 No 1 September 2009.

Indra M Yusuf. 2012. Perguruan Tinggi Harus Dukung Peningkatan UKM.


http://keuanganlsm.com/perguruan-tinggi-harus-dukung-peningkatan-ukm/

Rinto Yulhan. 2014. Pengangguran Terdidik.


http://yulhanrinto.blogspot.com/2014/03/pengangguran-terdidik.html

Tri Siwi Agustima. 2011. Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Dalam
Meminimalkan Resiko Kegagalan Bagi Wirausaha Baru Pada Tahap Awal
(START-UP). Majalah Ekonomi Tahun XXI, No. 1 April 2011

Widaningrum, N. Setyawan dan D.A. Setyabudi. 2008. Pengaruh Cara Pembumbuan Dan
Suhu Penggorengan Vakum Terhadap Sifat Kimia Dan Sensori Keripik Buncis
(Phaseolus Radiatus) Muda. J.Pascapanen 5(2) 2008: 45-54

Yohnson. 2003. Peranan Universitas dalam Memotivasi Sarjana Menjadi Young


Entrepreneur. Jurnal manajemen & Kewirausahaan. Vol 5 no 2 September 2003.
Surabaya: Universitas Kristen Petra.

39

Anda mungkin juga menyukai