Anda di halaman 1dari 27

w 1.

KONSEP HARTA DALAM ISLAM


w 2. KOPERASI KONVENSIONAL
w 3. PENGERTIAN KOPERASI SYARIAH
(1). DUA MAZHAB KOPERASI
SYARIAH
(2) DALIL-DALIL MASING2
MAZHAB
– (3) TARJIH
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
w Definisi harta (maal) :
‫ اًحَالِطْصإ ُلاَمْلَا‬: ‫ ِب ُعاَفِتْنِإلْا ُنِكْمُي اَم ُّلُك‬w
‫ِهِب َعاَفِتْنِإلا ُعْرَّشلا َحاَبَأ اَّمِم ِه‬
w “Harta menurut arti istilah : setiap-
tiap apa yang dapat dimanfaatkan
dari apa-apa y ang dibole hkan
syariah untuk memanfaatkannya.”
w (Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam
Lughah Al Fuqaha`, hlm. 304).
w KONSEP HARTA DLM ISLAM :
w Pertama, sesungguhnya harta itu
hakikatnya milik Allah, sesuai
firman Allah SWT :
‫ ْمُكاَتآ يِذَّلا ِهَّللا ِلاَم ْنِم ْمُهوُتآَو‬w
w “Dan berikanlah kepada mereka
sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu.” (QS
An Nuur [24] : 33).
w Kedua, kemudian Allah telah
menjadikan manusia berkuasa atas
harta itu, sesuai firman Allah SWT :
‫ َنيِفَلْخَتْسُم ْمُكَلَعَج اَّمِم اوُقِفْنَأَو‬w
‫ِهيِف‬
w “Dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya.” (QS Al Hadid
[57] : 7).
w (M. Husain Abdullah, Dirasat fi Al Fikr
Al Islami, hlm. 54).
w Implikasi dari konsep harta dalam
Islam :
wberarti segala pengaturan
urusan harta wajib tunduk
kepada hukum Allah
(Syariat Islam) saja.
w Koperasi didefinisikan sebagai
badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum
yang berlandaskan pada asas
kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
w Sebuah koperasi harus
melaksanakan 5 (lima) prinsip
koperasi, yaitu :
w Pertama, keanggotaan koperasi bersifat
sukarela (tanpa paksaan) dan terbuka
(tanpa diskriminasi atau pembatasan).
w Kedua, pengelolaan koperasi dilakukan
secara demokratis, yakni berdasarkan
kehendak dan keputusan para anggota.
w Ketiga, sisa hasil usaha (SHU) yang
merupakan keuntungan dari usaha yang
dilakukan oleh koperasi dibagi berdasarkan
besarnya jasa masing-masing anggota, yakni
maksudnya tak semata berdasarkan modal.
w Keempat, modal diberi balas jasa secara
terbatas, yakni maksudnya secara wajar
dengan tak melebihi suku bunga di pasar.
w Kelima, koperasi bersifat mandiri, yakni
tanpa tergantung pada pihak lain.
w Yahya Abdurrahman, Tinjauan Kritis
Seputar Koperasi, hlm. 13-15;
w Walid Naji Al Hayali, Muhasabah Al
Jam’iyat At Ta’awuniyah, hlm. 20.
KOPERASI TIDAK SAH MENURUT SYARIAH,

KARENA 2 ALASAN :
w ALASAN 1 : TIDAK TERDAPAT IJAB & QABUL
DARI KEDUA BELAH PIHAK UNTUK MELAKUKAN
USAHA.

YANG ADA HANYALAH PENGGABUNGAN MODAL


SAJA (OLEH PENDIRI KOPERASI),

PADA SAAT PENGGABUNGAN MODAL, BELUM


TERDAPAT PENGURUS KOPERASI YANG AKAN
MENJALANKAN USAHA

JADI DALAM KOPERASI, TIDAK TERDAPAT IJAB


QABUL ANTARA PEMODAL DAN PENGELOLA
MODAL
w ALASAN 2 : SISTEM BAGI HASIL TIDAK MENGACU
SISTEM BAGI HASIL YANG SYAR’I, YAITU
MENGACU PADA MODAL ATAU KERJA

DALAM KOPERASI , BAGI HASIL MENGACU PADA


ASPEK DI LUAR MODAL DAN KERJA, YAITU :
(a) KUANTITAS PENJUALAN PRODUK KE PASAR
(PADA KOPERASI PEMASARAN)

(B) KUANTITAS BELANJA ANGGOTA KPD


KOPERASI (PADA KOPERASI PEMBELIAN)

(c) KUANTITAS KREDIT YG DIAMBIL ANGGOTA


DITAMBAH BUNGA DAN BEA ADMINISTRASI
(PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM)
Koperasi Syariah = koperasi yang
dilaksanakan menurut ketentuan
Syariah Islam.

Merupakan konversi dari koperasi


konvensional melalui pendekatan yang
sesuai dengan syariah Islam dan
peneladanan ekonomi yang dijalankan
Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

(Yahya Abdurrahman, Tinjauan Kritis


Koperasi Syariah, hal. 25)
Terdapat dua mazhab koperasi syariah
=> sebagai hasil dari kritik masing2
terhadap koperasi konvensional.

Mazhab Pertama, koperasi syariah


yang mengkonversi kegiatan dan
usaha koperasi.

Mazhab ini tidak mempermasalahkan


bentuk akad koperasi.
Mazhab ini mengislamkan koperasi
kovensional dg menghindarkan
koperasi dari sejumlah usaha /
kegiatan yg tidak syar’i ex:
(1) Maysir (judi)
(2) Asusila
(3) Gharar (uncertainty)
(4) Haram
(5) Riba
(6) Ihtikar (menimbun)
(7) Dharar (bahaya)
Mazhab Kedua, koperasi syariah yang
mengubah akad koperasi konvensional
agar sesuai dengan akad syirkah.

Mazhab ini mempermasalahkan akad


koperasi konvensional yang tidak
sesuai dengan akad syirkah.

Menurut mazhab ini akad koperasi


konvensional tidak sah, karena tak ada ijab
kabul dalam pengertian syar’i (yg ada hanya
kesepakatan mengumpulkan modal, tanpa
ada syarik badan sejak awal akad)
Mazhab ini mengkonversi koperasi
konvensional pada 2 aspek utama :
(1) dengan mengubah akad koperasi
konvensional menjadi akad syirkah
(misal akad syirkah mudharabah).

(2) mengubah dasar bagi hasil,


menjadi bagi hasil berdasarkan kerja
(amal) atau modal (mal), bukan lagi
berdasar pada hal2 yang tak syar’i
dlm hukum syirkah (spt kuantitas
pembelian, kuantitas penjualan,
kredit yg diambil)
Mazhab ini hanya fokus pada upaya
menghindarkan diri dari usaha /
kegiatan yang tidak syar’i.

Mereka tidak mempermasalahkan akad


koperasi konvensional, dengan dasar kaidah
fiqih :

‫رحتلا ليلد دري مل ام ةحابإلا تالماعملا يف لصألا‬


‫مي‬

“Hukum asal muamalah adalah boleh


selama tak ada dalil yang mengharamkan”
Mazhab ini fokus pada akad koperasi, karena
akad koperasi dianggap menyalahi akad
dalam syirkah.
Juga mengkritik dasar bagi hasil yang tak
sesuai dengan dasar bagi hasil dalam akad
syirkah.

Maka koperasi tidak sah karena berdasar


sabda Nabi SAW :

‫در وهف انرمأ هيلع سيل المع لمع نم‬


“Barang siapa melakukan suatu perbuatan yg
tak sesuai dengan tuntunan kami, maka
perbuatan itu tertolak.” (HR Muslim)
Menurut kami yang rajih (lebih kuat) adalah
mazhab kedua, dengan alasan sbb :

(1) kaidah fiqih yang dipakai mazhab pertama


tidak tepat.
Karena ditinjau dari segi dalil yang
mendasarinya, kaidah fiqih tersebut
sebenarnya cabang dari (atau lahir dari)
kaidah fiqih lain yaitu :
‫شألا يف لصألا ايميرحتلا ليلد دري مل ام ةحابإلا ء‬

“Hukum asal segala sesuatu adalah boleh selama tak


ada dalil yang mengharamkan”
Padahal kaidah fiqih tersebut, hanya berlaku
untuk benda (materi), tidak dapat
diberlakukan pada muamalah (sebab
muamalah bukan benda, melainkan aktivitas
manusia).

(2) kaidah fiqih tersebut bertentangan dengan


nash hadits, yg menunjukkan bahwa para
sahabat selalu bertanya lebih dahulu kepada
Rasulullah SAW dalam muamalah mereka.
Andaikata hukum asal muamalah itu boleh,
tentu mereka TAK PERLU bertanya kepada
Rasulullah SAW.
Sebagai contoh, perhatikan hadits yg
menunjukkan sahabat bertanya kpd Rasul
SAW dalam masalah muamalah :

‫لوسر اي تلق لاق هنأ هنع هللا يضر مازح نب ميكح نع‬
‫مرحي امو اهنم يل لحي امف ًاعويب يرتشأ ينإ هللا‬
‫ لاق يلَع‬: ‫قت ىتح هعبت الف ًاعيب تيرتشا اذإف‬
‫هضب‬

Dari Hakim bin Hizam RA, dia berkata,”Aku bertanya,’Wahai


Rasulullah SAW, sesungguhnya aku banyak melakukan jual
beli, apa yang halal bagiku dan yang haram bagiku?’
Rasulullah SAW menjawab,’Jika kamu membeli suatu barang,
jangan kamu menjualnya lagi hingga kamu menerima barang
itu.” (HR Ahmad).
(1) Menurut kami, pendapat yang
rajih adalah pendapat mazhab
kedua, karena dalilnya lebih kuat.

(2) Maka dari itu, bentuk koperasi


syariah yang kami
rekomendasikan adalah konversi
koperasi konvensional pada
AKAD-nya, bukan sekedar pada
usaha atau kegiatan yang haram.

Anda mungkin juga menyukai