Anda di halaman 1dari 8

SURAT AKAD SYIRKAH MUDHARABAH

MUQADDIMAH
Allah SWT berfirman (dalam hadits Qudsi):
“Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua pihak yang melakukan Syirkah,
selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada kawan Syirkahnya, apabila
diantara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi).”
(HR. Imam Daruquthni dari Abu Hurairah r.a)

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada hari ini …….
tanggal ………. bulan ……………. tahun 2022, di majelis akad, yang bertanda tangan di bawah
ini :

Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
NIK KTP :
Alamat :
Bertindak atas nama :
Posisi Pelaku Syirkah :
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA
Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
NIK KTP :
Alamat :
Bertindak atas nama :
Posisi Pelaku Syirkah :
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

Pihak ……….. telah mengijab kepada pihak ………. Kemudian pihak ……….. mengqabul kepada
pihak …………... Secara bersama-sama bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama
usaha dengan Akad Syirkah Mudharabah dalam suatu usaha bersama. Dengan ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal 1
KETENTUAN POKOK SYIRKAH MUDHARABAH

1. Syirkah adalah akad antara dua pihak atau lebih yang bersepakat melakukan suatu
usaha/bisnis dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

2. Syirkah mudharabah adalah Syirkah antara pihak pertama pemodal (shahibul maal) dan
pihak kedua pengelola (amil/mudharib).

3. Akad Syirkah Mudharabah harus dilakukan melalui ijab dan qabul antara pihak-pihak
yang berakad, dan jelas berapa nilai modalnya.

4. Dalam Syirkah Mudharabah Mutlaqah Pemodal tidak memberikan batasan penggunaan


Modal, jadi tidak wajib ada penjelasan aktifitas usaha/bisnis yang disepakati. Dalam
Mudharabah Muqayyadah Pemodal memberikan batasan atau syarat-syarat penggunaan
Modal, yang wajib dipatuhi oleh Pengelola, maka wajib ada penjelasan syarat dan juga
penjelasan aktifitas usaha/bisnis yang disepakati.

5. Pemodal adalah pemilik modal yang mempercayakan sejumlah harta kepada Pengelola
yang menjadi modal untuk dikelola/dikembangkan. Maka wajib Modal adalah miliknya
dan tidak dalam kondisi sebagai jaminan atau tersengketa. Pemodal tidak berhak turut
campur dalam tasharruf. Namun pengelola terikat dengan syarat yang ditetapkan
pemodal.

6. Pengelola adalah pihak yang diijinkan dan mampu mengelola harta. Pengelola adalah
pihak yang mempunyai hak tasharruf (pengelolaan) penuh terhadap bisnis yang
dijalankan. Pengelola hanya menggunakan modalnya untuk keperluan bisnisnya.

7. Modal Syirkah bisa berupa uang atau harta selain uang. Jika berupa harta selain uang
maka pada saat akad harus ditentukan nilai nominalnya sehingga bisa dilebur dengan
modal keseluruhan menjadi satu kesatuan. Modal dalam syirkah harus bisa
diserahterimakan pada saat akad sesuai nilai riil, tidak boleh tertunda, tidak boleh
diutang, tidak boleh tidak ada atau tidak boleh hanya pengakuan saja.

8. Syirkah dibangun di atas asas profit and loss sharing yakni pembagian keuntungan dan
kerugian. Sharing keuntungan dan kerugian itu dilakukan mengikuti kaedah seperti yang
diriwayatkan oleh Abdurrazaq bahwa Ali bin Abi Thalib berkata:

Kerugian itu berdasarkan harta (modal) sedangkan keuntungan berdasarkan apa yang
mereka (syarik yang bersyirkah) sepakati (lihat, Abdurrazaq, Mushannaf ‘Abd ar-Razâ q,
hadits no 15087, viii/248, al-Maktab al-Islami, Beirut, 1403)

9. Dalam Syirkah Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan di antara para pelaku Syirkah,
sedangkan kerugian ditanggung hanya oleh pemodal, walaupun hakekatnya pengelola
juga terkena kerugian dari sisi tenaga. Apabila pemodal lebih dari 1 orang, maka kerugian
dibagi tanggung para pemodal sesuai porsi modal. Pengelola Syirkah turut menanggung
kerugian modal, apabila kerugian itu terjadi karena kesengajaannya atau karena
melanggar syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal.

10. Tanggungjawab dalam pengelolaan Syirkah adalah tanggungjawab pengelola secara


bersama-sama tanpa ada perbedaan bila pengelolanya lebih dari 1 orang. Dalam praktek
menjalankan Syirkah dimungkinkan adanya pembagian tugas diantara pengelola, meski
secara tanggungjawab mereka tetap sama.

11. Dalam Syirkah terkandung asas amanah dan wakalah dimana diantara syarik saling
mengamanahkan dan mewakilkan. Karena itu keputusan yang dibuat oleh salah seorang
pengelola tidak boleh dianggap sebagai keputusan personal tetapi secara syar’i
merupakan keputusan Syirkah atau para pengelola.

12. Bagi hasil keuntungan ditentukan dalam nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan para syarik.
Waktu tutup buku (pemberian bagi hasil keuntungan) ditentukan sesuai kesepakatan.
Bila diwaktu tutup buku belum ada keuntungan maka tidak ada yang dibagihasilkan.

13. Jangka waktu Syirkah adalah jangka waktu yang disepakati oleh para syarik ketika akad
untuk berlangsungnya kerjasama usaha tersebut dimana pada akhir jangka waktu itu bisa
dilakukan peninjauan ulang untuk kemudian bisa dilanjutkan atau akad Syirkah tersebut
dibubarkan.

14. Akad Syirkah merupakan ‘aqdun mustamirrun yaitu akad yang berlangsung selama
jangka waktu tertentu dan seolah-olah akad tersebut terus diperbarui seiring bergulirnya
waktu. Jadi Syirkah akan berlangsung berkesinambungan, apabila sudah berakad maka
akan terus berjalan sampai putus syirkah.

15. Akad Syirkah termasuk ‘aqdun ja`izun yaitu akad yang tidak mengikat para pihak dalam
arti masing-masing pihak boleh membatalkan akad sesuai keinginannya tanpa
bergantung kepada persetujuan pihak lain. Namun jika pembatalan itu minimal diduga
kuat akan mendatangkan dharar kepada pihak lainnya, maka pembatalan itu sesuai
kaidah dharar tidak boleh dilakukan.

16. Jika salah seorang syarik mundur dan atau modal dikembalikan kepada pemodal, maka
terjadi putus Syirkah dan harus dilakukan penghitungan dan prosedur putus syirkah.

17. Selama berlangsungnya Syirkah dimungkinkan dilakukan perubahan klausul yaitu nisbah
bagi hasil, waktu tutup buku (pemberian bagi hasil keuntungan) dan atau jangka Syirkah
tanpa harus putus syirkah atau berakad baru.
PASAL 2
MODAL USAHA
1. Modal Syirkah Pemodal adalah berupa uang dengan nilai Rp ……………… (…………………….),
berupa barang barang dengan nilai Rp ……………………… (……………………….). List barang
terlampir.
Total Modal Syirkah adalah senilai Rp ………………….. (……………………..)
2. Semua modal tersebut diserah terimakan pada saat akad.
3. Pengembalian Modal akan dilakukan apabila putus syikrah. Maka modal tidak dapat
diambil atau dikembalikan kepada pemodal selama Syirkah masih berjalan.
PASAL 3
SYARAT KEPENGELOLAAN USAHA
1. Pihak pemodal memberikan syarat-syarat kepengelolaan usaha kepada pihak pengelola
hanya boleh menggunakan modal usaha untuk usaha yang telah disepakati saja, yaitu
menjalankan bisnis ……………………………
Syarat – syarat dari pemodal :
a. ……
b. ……
2. Pihak pengelola secara profesional bekerja mengelola usaha yang telah disepakati sesuai
syarat-syarat yang diajukan oleh pihak pemodal.
PASAL 4
KEUNTUNGAN USAHA
1. Yang dibagi hasil dalam Syirkah adalah keuntungan usaha. Keuntungan usaha adalah
kelebihan dari nilai modal. Keuntungan usaha bila nilai total harta usaha telah melebihi
nilai modal.
2. Keuntungan usaha yang dibagi hasil adalah selisih positif dari harta dikurangi modal dan
juga sudah menyelesaikan semua beban, biaya dan juga utang usaha.
3. Bila belum ada keuntungan usaha maka belum ada bagi hasil.
4. Impas adalah kegiatan usaha yang tidak memperoleh keuntungan usaha dan tidak
menderita kerugian usaha.
5. Apabila terjadi impas pada akhir kegiatan usaha (putus Syirkah), para pihak tidak
mendapatkan apa-apa dari kegiatan usaha.
6. Pembagian keuntungan hasil usaha yang disepakati para pihak adalah :
a. Pihak pertama mendapat persentase bagi hasil sebesar ………%
b. Pihak kedua mendapat persentase bagi hasil sebesar …………..%

PASAL 5
KERUGIAN USAHA
1. Kerugian usaha adalah kekurangan dari nilai modal. Kerugian usaha bila nilai total harta
usaha kurang dari pada nilai modal. Kerugian usaha adalah selisih negatif dari harta
dikurangi modal.
2. Kerugian pada hakekatnya ditanggung oleh para pihak. Sesuai dengan hukum Islam
tentang Syirkah, tanggungan kerugian adalah sebagai berikut:
a. Kerugian modal usaha sepenuhnya ditanggung oleh pemodal, sedangkan kerugian
badan (tenaga dan waktu pengelolaan usaha) ditanggung oleh pengelola.
b. Kerugian modal usaha akibat kelalaian pengelola (kesengajaan), maka akan menjadi
tanggungan pengelola.

PASAL 6
PERHITUNGAN DAN PEMBAGIAN UNTUNG RUGI
1. Tutup buku dan penghitungan untung rugi dilakukan diwaktu yang disepakati yaitu
setiap……………………………...
2. Hasil laporan keuangan dan perhitungan untung rugi diinformasikan secara tertulis
kepada pihak pemodal.
3. Penyerahan hasil laporan dan keuntungan dilaksanakan selambat-lambatnya …. hari
setelah tutup buku dilakukan.
PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN
1. Selama jangka waktu bersyirkah pihak pemodal :
a. Berkewajiban untuk tidak mencampuri kebijakan usaha yang sedang dijalankan
pihak pengelola.
b. Berkewajiban untuk tidak mengambil modal usaha sampai batas akhir perjanjian.
c. Berhak untuk melakukan pengawasan atau meninjau tempat kegiatan usaha baik
sendiri atau dengan disertai pihak pengelola.
d. Berhak mengajukan usul dan saran kepada pihak pengelola untuk memperbaiki dan
atau menyempurnakan kegiatan usaha yang sedang berjalan.
2. Selama jangka waktu bersyirkah, pihak pengelola :
a. Berkewajiban mengelola modal usaha yang telah diterima dari pihak pemodal untuk
suatu kegiatan usaha yang telah ditetapkan.
b. Berkewajiban melaporkan hasil usaha secara rinci.
c. Berhak menggunakan modal usaha dalam kegiatan usaha yang telah disepakati oleh
para pihak.
d. Berhak mengelola dan menentukan kebijakan-kebijakan dalam kegiatan usaha.
PASAL 8
KELALAIAN DAN SANKSI
1. Kelalaian adalah suatu tindakan secara sengaja tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban
oleh pihak pengelola.
2. Sanksi diberikan oleh pihak pemodal kepada pihak pengelola apabila terjadi kelalaian.
3. Bentuk sanksi yang diberikan berupa:
a. Teguran lisan.
b. Teguran tertulis.
c. Pemutusan akad Syirkah oleh pihak pemodal dengan kewajiban bagi pihak pengelola
untuk mengembalikan kerugian yang bila terjadi karena kelalaian tersebut.
PASAL 9
BERAKHIRNYA SYIRKAH
1. Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu Syirkah yang telah disepakati. Jangka
waktu Syirkah ini adalah selama ……… bulan/tahun yaitu sampai tanggal ……………………….
2. Syirkah juga dikatakan berakhir jika para pihak bersepakat untuk membubarkan Syirkah
sebelum jangka waktu Syirkah berakhir.
3. Pada akhir periode, akad Syirkah ini akan ditinjau kembali untuk diperbaharui dan atau
dimusyawarahkan kembali oleh para pihak.

PASAL 10

PUTUS SYIRKAH (PEMBAGIAN HARTA USAHA)


1. Pembagian harta usaha terjadi ketika Syirkah ini berakhir, baik dikarenakan hal yang
otomatis wajib memutuskan Syirkah ini (seperti : ada pelaku Syirkah yang meninggal,
menjadi gila, dll) atau dikarenakan para pihak bersepakat untuk membubarkan Syirkah
ini atau dikarenakan jangka waktu Syirkahnya berakhir.
2. Harta usaha yang dimaksud adalah seluruh harta yang digunakan untuk menjalankan
usaha dengan Syirkah ini, termasuk di dalamnya asset tidak bergerak, asset bergerak,
piutang usaha, dan dana kas usaha.
3. Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh utang usaha. Artinya, harta usaha
yang dibagikan adalah setelah dikurangi seluruh utang usaha.
4. Pembagian harta usaha mengikuti aturan Syirkah yaitu, jika terjadi kerugian maka
menjadi tanggungan para pemodal. Apabila terjadi kelebihan harta melebihi nilai modal
maka modal dikembalikan kepada pemodal sedangkan kelebihannya tersebut adalah
keuntungan yang dibagi dengan pengelola berdasarkan aturan pembagian hasil
keuntungan yang telah disepakati.
5. Kerugian harta usaha adalah nilai total harta usaha yang tersisa lebih kecil dari jumlah
total modal awal yang diberikan oleh pemodal.
6. Keuntungan harta usaha adalah selisih positif dari jumlah harta usaha pada saat
pembubaran usaha dikurangi dengan modal awal usaha.
7. Apabila ada asset atau barang-barang usaha milik Syirkah akan di jual, maka para syarik
lainnya memiliki hak untuk menerima penawaran penjualan terlebih dahulu (hak asy-
syuf’ah).

PASAL 11

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan diantara para musyarik sehubungan dengan akad Syirkah ini,
para pihak bersepakat menyelesaikannya dengan musyawarah dan mengedepankan
hubungan ukhuwah (persaudaraan).
2. Segala sesuatu yang merupakan hasil penyelesaian musyawarah akan dituangkan dalam
perjanjian sendiri.
3. Jika kata putus tidak diperoleh berdasarkan hasil musyawarah, maka perselisihan dapat
diajukan kehadapan hakim (qadhi) negara dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan Agama
sesuai syariat Islam.

PASAL 12
LAIN-LAIN
1. Akad ini mengikat secara hukum syariat kepada para pihak yang menjalankan akad ini.
2. Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini,
maka para pihak akan mengaturnya bersama secara musyawarah untuk mufakat dalam
suatu Addendum.
3. Tiap Addendum dari Perjanjian ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini.
4. Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak di atas kertas yang bermaterai
cukup dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing berlaku sebagai aslinya bagi
kepentingan masing-masing pihak.
5. Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh semua pihak setelah seluruh kalimat dan kata-
kata yang tercantum di dalamnya dibaca oleh atau dibacakan kepada pihak pemodal dan
pihak pengelola, sehingga pihak pemodal dan pihak pengelola dengan ini menyatakan,
telah memahami seluruh isinya serta menerima segala kewajiban dan hak yang timbul
karenanya.
KHATIMAH
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
cara yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu
dapat memakan sebagian harta benda orang lain dan janganlah berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui” (TQS. Al-Baqarah :188)

Yang Bersyirkah, ……… ……………. 2022


Pihak Pemodal, Pihak Pengelola,

(…………………………..) (……………………………..)

Saksi 1, Saksi 2,

(……………………………) (……………………………)

NB :

Dalam akad yang terpenting adalah ijab-kabul, jadi bila sudah terjadi ijab kabul yg sesuai
syariah maka akad Syirkah sudah sah, walaupun surat akad atau tanda tangan akadnya
menyusul. Namun bila ijab-kabulnya pada saat tanda tangan surat akad juga boleh.

Dalam akad syirkah tidak wajib ada saksi, tapi bila mau diadakan lebih baik. Syarat saksi 2 laki-
laki, 1 laki-laki dan 2 perempuan, atau 4 perempuan.
Saksi tidak boleh yang ada hubungan suami, istri, bapak, ibu atau anak dari pihak yang menjadi
pelaku akad.

Anda mungkin juga menyukai