Anda di halaman 1dari 5

SURAT AKAD SYIRKAH MUDHARABAH

MUQADDIMAH
Allah SWT berfirman (dalam hadits Qudsi):
“Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang
yang melakukan syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada kawan syirkahnya,
apabila diantara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi).”
(HR. Imam Daruquthni dari Abu Hurairah r.a)

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada hari ini di tanggal.. bulan…..
tahun 2023 di jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……
Nomor KTP :.................................
Bertindak atas nama :.................................
Alamat : .......……....................

Yang selanjutnya disebut sebagai pihak pertama


Nama :
Nomor KTP :
Bertindak atas nama :
Alamat :

Nama :
Nomor KTP :.................................
Bertindak atas nama :.................................
Alamat : .......……....................

Yang selanjutnya disebut sebagai pihak kedua

Secara bersama-sama kedua pihak bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama usaha denga Akad
Syirkah mudharabah dalam suatu usaha bersama. Dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal
sebagai berikut :

Pasal 1
Ketentuan Umum

1. Pihak pertama, selaku pemilik modal menyerahkan sejumlah modal kepada pihak kedua untuk
dipergunakan untuk menjalankan usaha, dengan jenis usaha ………. yang diberi nama berkah solusi.
2. Pihak kedua, selaku pengelola modal (Mudharib) dari pihak pertama, menerima dan mengelola modal pihak
pertama dalam usaha sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1 diatas, dengan jumlah modal sebagaimana
tercantum dalam pasal 2 ayat 1.
3. Pihak kedua menerima sejumlah modal dalam bentuk uang tunai dan atau barang yang dinilai setara jumlah
uang tertentu dari pihak pertama, yang diserahkan pada saat akad ini ditandatangani.
4. Pihak pertama tidak diperkenankan menarik modalnya sampai berakhirnya jangka waktu aqad ini kecuali
kondisi syar’i
5. Kedua pihak akan mendapatkan keuntungan dari hasil usaha menurut prosentase keuntungan yang
disepakati bersama dan menanggung kerugian sebagaimana diatur dalam pasal 4 dan pasal 5.
6. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, pihak pertama berupa modal, sedangkan pihak kedua
berupa badan. Besar maupun pembagiannya sebagaimana tercantum pada pasal 2 dan pasal 3.

1
Pasal 2
Modal Usaha

1. Besar uang/modal sebagai modal usaha, sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1 adalah sejumlah
Rp..................., bila diperlukan tambahan modal seiring dengan pertumbuhan usaha maka pengelola bisa
mengajukan ke pihak investor dengan membuat kesepakatan baru.

2. Modal tersebut diserahkan pada saat akad ini ditandatangani.

Pasal 3
Syarat Kepengelolaan Usaha

1. Pihak pertama selaku memberikan syarat-syarat kepengelolaan usaha kepada pihak kedua sebagai berikut
(contoh):
a. Pihak kedua hanya boleh menggunakan modal usaha dengan usaha yang telah disepakati saja.
b. Pihak kedua tidak boleh mewakilkan usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pihak pertama.
c. Dan sebagainya (pihak pertama berhak menetapkan syarat-syarat diawal akad tidak hanya pada jenis
bisnis namun juga operasional kepengelolaan)

2. Pihak kedua secara profesional bekerja mengelola usaha yang telah disepakati sesuai syarat-syarat yang
diajukan oleh pihak pertama.

Pasal 4
Keuntungan

1. Keuntungan bagi hasil usaha adalah keuntungan bersih (Net Profit), berupa keuntungan yang diperoleh dari
kegiatan usaha.
2. Keuntungan bersih adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai positif atau besar modal usaha
menjadi bertambah dalam suatu kegiatan usaha, dengan ketentuan:
Net Profit = Total pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya operasional dikurangi – Total biaya lain-
lain
3. Laporan laba rugi dilakukan tiap bulan dari investor ke pengelola

4. Impas adalah kegiatan usaha yang tidak memperoleh keuntungan usaha dan tidak menderita kerugian
usaha.

5. Keuntungan hasil usaha dibagi menurut hasil musyawarah. Adapun pembagian keuntungan hasil usaha
yang disepakati kedua pihak adalah :
Pihak pertama mendapat prosentase bagi hasil dari seluruh keuntungan bersih hasil usaha sebesar 35%,
sedangkan pihak kedua memperoleh sebesar 65% dari seluruh keuntungan bersih hasil usaha.

Pasal 5
Kerugian

1. Kerugian usaha adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai negatif atau besar modal usaha
menjadi berkurang atau musnah dalam suatu kegiatan usaha.
2. Apabila terjadi impas pada akhir kegiatan usaha, kedua pihak tidak mendapatkan apa-apa dari kegiatan
usaha.
3. Kerugian pada hakekatnya ditanggung oleh kedua pihak. Sesuai dengan hukum Islam tentang syirkah
mudharabah, tanggungan kerugian adalah sebagai berikut;

2
a. Kerugian modal usaha karena force major (bencana alam, kekacauan kondisi politik dan ekonomi yang
diluar kemampuan pengelola) sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal (shahibul maal), sedangkan
kerugian badan (tenaga dan waktu pengelolaan usaha) ditanggung oleh pengelola (mudharib).
b. Kerugian modal usaha akibat kelalaian pengelola (kesengajaan), maka akan menjadi tanggungan
pengelola (diatur pada pasal 9).

Pasal 6
Perhitungan dan Pembagian Untung Rugi

1. Penghitungan untung rugi dilakukan setiap bulan oleh pihak kedua (mudharib).
2. Hasil perhitungan untung rugi dan laporan keuangan diinformasikan secara tertulis kepada pihak pertama.
3. Penyerahan hasil keuntungan sebagaimana pasal 4 ayat 3 dilaksanakan selambat-lambatnya 5 hari setelah
penghitungan laba rugi dilakukan.

Pasal 7
Hak dan Kewajiban

1. Selama jangka waktu bersyirkah pihak pertama :


a. Berkewajiban untuk tidak mencampuri kebijakan usaha yang sedang dijalankan pihak kedua.
b. Berkewajiban untuk tidak melakukan pemaksaan kepada pihak kedua menjalankan usul, saran,
ataupun keinginannya dalam menjalankan usaha ini.
c. Berkewajiban untuk tidak melakukan kegiatan teknis di tempat usaha tanpa seijin dan sepengetahuan
pihak kedua.
d. Berkewajiban untuk tidak mengambil modal usaha sampai batas akhir perjanjian kecuali dalam keadaan
istimewa karena kelalaian pihak kedua.
e. Berhak untuk melakukan kontrol atau meninjau tempat kegiatan usaha dengan disertai pihak kedua.
f. Berhak mengajukan usul dan saran kepada pihak kedua untuk memperbaiki dan atau menyempurnakan
kegiatan usaha yang sedang berjalan.
g. Berhak membatalkan perjanjian dan atau mengambil kembali sebagian atau seluruh modal usaha dari
pihak kedua setelah terbukti pihak kedua melakukan penyelewengan dan atau mengkhianati isi aqad
syirkah.

2. Selama jangka waktu bersyirkah, pihak kedua :


a. Berkewajiban mengelola modal usaha yang telah diterima dari pihak pertama untuk suatu kegiatan
usaha yang telah ditetapkan secara amanah, kafa’ah, dan himmatul ‘amal.
b. Berkewajiban melaporkan hasil usaha secara rinci.
c. Berkewajiban secara serius dan terencana untuk mencapai target yang telah disebutkan dalam proposal
kerjasama.
d. Berhak menggunakan modal usaha dalam kegiatan usaha yang telah disepakati oleh kedua pihak.
e. Berhak mengelola dan menentukan kebijakan-kebijakan dalam kegiatan usaha.
f. Berhak melaksanakan usul, saran atau pun keinginan pihak pertama.

Pasal 9
Kelalaian dan Sanksi

1. Kelalaian adalah suatu tindakan secara sengaja tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana
tercantum dalam pasal 7 yang dilakukan oleh pihak kedua.
2. Sanksi diberikan oleh pihak pertama kepada pihak kedua apabila terjadi kelalaian sebagaimana tercantum
pada pasal 8 ayat 1.
3. Bentuk sanksi yang diberikan berupa:
a. Teguran lisan

3
b. Teguran tertulis
c. Pembatalan akad syirkah oleh pihak pertama dengan kewajiban bagi pihak kedua untuk
mengembalikan seluruh modal usaha yang telah diterima.

Pasal 10
Berakhirnya Syirkah

1. Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu syirkah yang telah disepakati. Jangka waktu syirkah ini
adalah satu tahun sejak penandatangan akad ini sampai dengan 31 mei 2024.
2. Syirkah juga dikatakan berakhir jika para pihak bersepakat untuk membubarkan syirkah sebelum jangka
waktu syirkah berakhir.
3. Pada akhir periode, akad syirkah ini akan ditinjau kembali untuk diperbaharui dan atau dimusyawarahkan
kembali oleh kedua pihak.
4. Apabila para pihak bersepakat untuk membubarkan perseroan ini, maka pembagian harta kekayaan
perseroan ini diatur pada pasal 11

Pasal 11
Pembagian Harta Usaha

1. Pembagian harta usaha terjadi ketika para pihak bersepakat untuk membubarkan syirkah ini atau ketika
jangka waktunya berakhir.
2. Harta usaha yang dimaksud adalah seluruh harta yang digunakan untuk menjalankan usaha dengan syirkah
ini, termasuk di dalamnya asset tidak bergerak, asset bergerak, piutang usaha lancar, dan dana kas usaha.
3. Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh utang usaha. Artinya, harta usaha yang dibagikan
adalah setelah dikurangi seluruh utang usaha.
4. Pembagian harta usaha mengikuti aturan syirkah mudharabah yaitu, jika terjadi kerugian maka menjadi
tanggungan shahibul maal. Apabila terjadi keuntungan maka modal dikembalikan kepada shahibul maal
sedangkan keuntungannya tersebut dibagi berdasarkan aturan pembagian keuntungan yang telah
disepakati.
5. Kerugian harta usaha adalah nilai total harta usaha yang tersisa lebih kecil dari jumlah total modal awal yang
diberikan oleh shahibul maal sesuai pasal 2.
6. Keuntungan harta usaha adalah selisih positif dari jumlah harta usaha pada saat pembubaran usaha
dikurangi dengan modal awal usaha.

Pasal 11
Penyelesaian Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan diantara para musyarik sehubungan dengan akad syirkah ini, para pihak
bersepakat menyelesaikannya dengan musyawarah dan mengedepankan hubungan ukhuwah
(persaudaraan).
2. Segala sesuatu yang merupakan hasil penyelesaian musyawarah akan dituangkan dalam perjanjian sendiri.
3. Jika kata putus tidak diperoleh berdasarkan hasil musyawarah, maka perselisihan dapat diajukan kehadapan
hakim (qadhi) negara dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan Agama atau pihak yang dipercayai oleh para
musyarik untuk memutuskan perselisihan sesuai syariat Islam.

Pasal 12
Lain-lain

1. Akad ini mengikat secara hukum syariat kepada kedua pihak.


2. Surat akad ini dibuat rangkap dua dan seluruhnya ditandatangani oleh kedua pihak pada hari dan tanggal
di muka.

Khatimah

4
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan cara yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim
supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain dan janganlah berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui”
(TQS. Al-Baqarah :188)
Pihak Pertama, Pihak Kedua,

Materai 6000

(Jakarta … Mei 2023)

Saksi 1 Saksi 2

Anda mungkin juga menyukai