Anda di halaman 1dari 7

Kertas Kerja 1

KONTRAK PERJANJIAN
AKAD MUDHARABAH
MUQADDIMAH
Allah SWT berfirman (dalam hadits Qudsi): “Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha
Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang di antara mereka
tidak berkhianat kepada kawan syirkahnya, apabila di antara mereka ada yang berkhianat,
maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi).”
(HR. Imam Daruquthni dari Abu Hurairah r.a).

Bismillaahir Rohmaanir Roohiim


Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Pada hari ini, tanggal 05 bulan 01 tahun 2020, bertempat di Pasuruan, yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : Shohibul Mal
Nomor Identitas : 201910170311232
Alamat : Banyuwangi
Bertindak atas nama : Shohibul Mal
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak pertama
Nama : Harun
Nomor Identitas : 201910170311221
Alamat : Pasuruan
Bertindak atas nama : Harun
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak ke dua.
Secara bersama-sama kedua pihak bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama usaha
denga Akad Mudharabah dalam suatu usaha bersama. Dengan ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut :
Pasal 1
KETENTUAN UMUM

1. Pihak pertama, selaku pemilik modal (Shahibul Maal) menyerahkan sejumlah modal
kepada pihak ke dua (mudharib) untuk dipergunakan untuk menjalankan usaha, dengan
jenis usaha , yang diberi nama Meubel Harun
2. Pihak ke dua, selaku pengelola modal (Mudharib) dari pihak pertama, menerima dan
mengelola modal pihak milik pertama dalam usaha sebagaimana disebut pada pasal 1
ayat 1 di atas, dengan jumlah modal sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat 1.
3. Pihak ke dua menerima sejumlah modal dalam bentuk uang tunai dan atau barang yang
dinilai setara jumlah uang tertentu dari pihak pertama, yang diserahkan pada saat akad ini
ditandatangani.
4. Pihak pertama tidak diperkenankan menarik modalnya sampai berakhirnya jangka waktu
aqad ini.
5. Kedua pihak akan mendapatkan keuntungan dari hasil usaha menurut prosentase
keuntungan yang disepakati bersama dan menanggung kerugian sebagaimana diatur
dalam pasal 4 dan pasal 5.
6. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, pihak pertama berupa modal,
sedangkan pihak kedua berupa badan. Besar maupun pembagiannya sebagaimana
tercantum pada pasal 2 dan pasal 3.

Pasal 2
Modal Usaha
1. Besar uang/ diuangkan sebagai modal usaha, sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1
adalah sejumlah Rp 1.000.000.000
2. Modal tersebut diserahkan pada saat akad ini ditandatangani.

Pasal 3
SYARAT KEPENGELOLAAN USAHA
1. Pihak pertama selaku shahibul maal memberikan syarat-syarat kepengelolaan usaha
kepada pihak ke dua sebagai berikut:
a. Pihak ke dua hanya boleh menggunakan modal usaha dengan usaha yang telah
disepakati saja.
b. Pihak ke dua tidak boleh mewakilkan usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan
dari pihak pertama.
c. Dan sebagainya (pihak pertama berhak menetapkan syarat-syarat di awal akad tidak
hanya pada jenis bisnis namun juga operasional kepengelolaan, misalnya larangan
membawa barang melalui laut dll).
2. Pihak kedua secara profesional bekerja mengelola usaha yang telah disepakati sesuai
syarat-syarat yang diajukan oleh pihak pertama.
Pasal 4
KEUNTUNGAN
1. Keuntungan bagi hasil usaha adalah keuntungan bersih (Net Profit), berupa keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan usaha.
2. Keuntungan bersih adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai positif atau
besar modal usaha menjadi bertambah dalam suatu kegiatan usaha, dengan ketentuan:
Net Profit = Total pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya operasional dikurangi
– Total biaya lain-lain.
3. Impas adalah kegiatan usaha yang tidak memperoleh keuntungan usaha dan tidak
menderita kerugian usaha.
4. Keuntungan hasil usaha dibagi menurut hasil musyawarah. Adapun pembagian
keuntungan hasil usaha yang disepakati kedua pihak adalah : Pihak pertama sebagai
pemilik modal (shohibul Maal) mendapat prosentase bagi hasil dari seluruh keuntungan
bersih hasil usaha sebesar 35%, sedangkan pihak kedua memperoleh sebesar 65% dari
seluruh keuntungan bersih hasil usaha.
Pasal 5
KERUGIAN
1. Kerugian usaha adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai negatif atau
besar modal usaha menjadi berkurang atau musnah dalam suatu kegiatan usaha,
dengan ketentuan: Loss = Total pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya
operasional dikurangi – Total biaya lain-lain.
2. Apabila terjadi impas pada akhir kegiatan usaha, kedua pihak tidak mendapatkan apa-
apa dari kegiatan usaha.
3. Kerugian pada hakekatnya ditanggung oleh kedua pihak. Sesuai dengan hukum Islam
tentang syirkah mudharabah, tanggungan kerugian adalah sebagai berikut:
a. Kerugian modal usaha karena force major (bencana alam, kekacauan kondisi
politik dan ekonomi yang di luar kemampuan pengelola) sepenuhnya ditanggung
oleh pemilik modal (shahibul maal), sedangkan kerugian badan (tenaga dan waktu
pengelolaan usaha) ditanggung oleh pengelola (mudharib).
b. Kerugian modal usaha akibat kelalaian pengelola (kesengajaan), maka akan
menjadi tanggungan pengelola (diatur pada pasal 9).
Pasal 6
PERHITUNGAN DAN PEMBAGIAN UNTUNG RUGI
1. Penghitungan untung rugi dilakukan setiap bulan oleh pihak ke dua (mudharib).
2. Hasil perhitungan untung rugi dan laporan keuangan diinformasikan secara tertulis
kepada pihak pertama.
3. Penyerahan hasil keuntungan sebagaimana pasal 4 ayat 3 dilaksanakan selambat-
lambatnya 3 hari setelah penghitungan untung rugi dilakukan.

Pasal 7
HAK DAN KEWAJIBAN
1. Selama jangka waktu bersyirkah pihak pertama :
a. Berkewajiban untuk tidak mencampuri kebijakan usaha yang sedang dijalankan
pihak kedua.
b. Berkewajiban untuk tidak melakukan pemaksaan kepada pihak kedua
menjalankan usul, saran, ataupun keinginannya dalam menjalankan usaha ini.
c. Berkewajiban untuk tidak melakukan kegiatan teknis di tempat usaha tanpa seijin
dan sepengetahuan pihak kedua.
d. Berkewajiban untuk tidak mengambil modal usaha sampai batas akhir perjanjian
kecuali dalam keadaan istimewa karena kelalaian pihka kedua.
e. Berhak untuk melakukan kontrol atau meninjau tempat kegiatan usaha dengan
disertai pihak ke dua.
f. Berhak mengajukan usul dan saran kepada pihak kedua untuk memperbaiki dan
atau menyempurnakan kegiatan usaha yang sedang berjalan.
g. Berhak membatalkan perjanjian dan atau mengambil kembali sebagian atau
seluruh modal usaha dari pihak ke dua setelah terbukti pihak ke dua melakukan
penyimpangan dan atau mengkhianati isi aqad syirkah mudharabah.

2. Selama jangka waktu bersyirkah, pihak ke dua :


a. Berkewajiban mengelola modal usaha yang telah diterima dari pihak pertama
untuk suatu kegiatan usaha yang telah ditetapkan secara amanah, kafa’ah, dan
himmatul ‘amal.
b. Berkewajiban melaporkan hasil usaha secara rinci.
c. Berkewajiban secara serius dan terencana untuk mencapai target yang telah
disebutkan dalam proposal kerjasama.
d. Berhak menggunakan modal usaha dalam kegiatan usaha yang telah disepakati
oleh kedua pihak.
e. Berhak mengelola dan menentukan kebijakan-kebijakan dalam kegiatan usaha.
f. Berhak melaksanakan usul, saran atau pun keinginan pihak pertama.

Pasal 9
KELALAIAN DAN SANKSI
1. Kelalaian adalah suatu tindakan secara sengaja tidak melaksanakan kewajiban-
kewajiban sebagaimana tercantum dalam pasal 7 yang dilakukan oleh pihak kedua.
2. Sanksi diberikan oleh pihak pertama kepada pihak kedua apabila terjadi kelalaian
sebagaimana tercantum pada pasal 8 ayat 1.
3. Bentuk sanksi yang diberikan berupa:
a. Teguran lisan,
b. Teguran tertulis,
c. Pembatalan akad syirkah oleh pihak pertama dengan kewajiban bagi pihak ke dua
untuk mengembalikan seluruh modal usaha yang telah diterima.

Pasal 10
BERAKHIRNYA SYIRKAH
1. Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu syirkah yang telah disepakati.
Jangka waktu syirkah ini adalah 2 Tahun 24 Bulan, terhitung mulai Februari 2020-
Januari 2022
2. Syirkah juga dikatakan berakhir jika para pihak bersepakat untuk membubarkan
syirkah sebelum jangka waktu syirkah berakhir.
3. Pada akhir periode, akad syirkah ini akan ditinjau kembali untuk diperbaharui dan
atau dimusyawarahkan kembali oleh kedua pihak.
4. Apabila para pihak bersepakat untuk membubarkan perseroan ini, maka pembagian
harta kekayaan perseroan ini diatur pada pasal 11.

Pasal 11
PEMBAGIAN HARTA USAHA
1. Harta usaha yang dimaksud adalah seluruh harta yang digunakan untuk menjalankan
usaha dengan syirkah ini, termasuk di dalamnya asset tidak bergerak, asset bergerak,
piutang usaha lancar, dan dana kas usaha.
2. Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh utang usaha. Artinya, harta
usaha yang dibagikan adalah setelah dikurangi seluruh utang usaha.
3. Pembagian harta usaha mengikuti aturan syirkah mudharabah yaitu, jika terjadi
kerugian maka menjadi tanggungan shahibul maal.
4. Apabila terjadi keuntungan maka modal dikembalikan kepada shahibul maal
sedangkan keuntungannya tersebut dibagi berdasarkan aturan pembagian keuntungan
yang telah disepakati.
5. Kerugian harta usaha adalah nilai total harta usaha yang tersisa lebih kecil dari jumlah
total modal awal yang diberikan oleh shahibul maal sesuai pasal 2.
6. Keuntungan harta usaha adalah selisih positif dari jumlah harta usaha pada saat
pembubaran usaha dikurangi dengan modal awal usaha.

Pasal 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan diantara para musyarik sehubungan dengan akad syirkah ini,
para pihak bersepakat menyelesaikannya dengan musyawarah dan mengedepankan
hubungan ukhuwah (persaudaraan).
2. Segala sesuatu yang merupakan hasil penyelesaian musyawarah akan dituangkan dalam
perjanjian sendiri.
3. Jika kata putus tidak diperoleh berdasarkan hasil musyawarah, maka perselisihan dapat
diajukan ke hadapan hakim (qadhi) negara dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan Agama
atau pihak yang dipercayai oleh para musytarik untuk memutuskan perselisihan sesuai
syariat Islam.

Pasal 12
LAIN-LAIN
1. Akad ini mengikat secara hukum syariat kepada kedua pihak. Surat akad ini dibuat
rangkap dua dan seluruhnya ditandatangani oleh kedua pihak pada hari dan tanggal di
muka.
2. Khatimah “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan cara yang bathil dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada
hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain dengan jalan
dosa, padahal kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah:188).
Yang Bersyirkah
Malang, 05-01-2020
(tuliskan tempat dan tanggal akad syirkah mudharabah)

Pihak Pertama, Pihak Kedua,

(Shohibul Mal) (Harun)

Saksi 1 Faruq Ahmad (2018-159)

Saksi 2 Fahri (2018-347)

Anda mungkin juga menyukai