NPM : 2021030261
KELAS : E (HES)
MUQADDIMAH
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada hari ini, Rabu
tanggal 15 bulan Maret tahun 2023, di Bandar Lampung, yang bertanda tangan di bawah ini:
Secara bersama-sama kedua pihak bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama usaha
denga Akad Syirkah mudharabah dalam suatu usaha bersama. Dengan ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut :
Pasal 1
Ketentuan Umum
1. Pihak pertama, selaku pemilik modal (Shahibul Maal) menyerahkan sejumlah modal
kepada pihak kedua untuk dipergunakan untuk menjalankan usaha, dengan jenis usaha
Butik, yang diberi nama karin's fashion
2. Pihak kedua, selaku pengelola modal (Mudharib) dari pihak pertama, menerima dan
mengelola modal pihak pertamadalam usaha sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1
diatas, dengan jumlah modal sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat 1.
3. Pihak kedua menerima sejumlah modal dalam bentuk uang tunai dan atau barang yang
dinilai setara jumlah uang tertentu dari pihak pertama, yang diserahkan pada saat akad ini
ditandatangani.
4. Pihak pertama tidak diperkenankan menarik modalnya sampai berakhirnya jangka waktu
aqad ini.
5. Kedua pihak akan mendapatkan keuntungan dari hasil usaha menurut prosentase
keuntungan yang disepakati bersama dan menanggung kerugian sebagaimana diatur
dalam pasal 4 dan pasal 5.
6. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, pihak pertama berupa modal,
sedangkan pihak kedua berupa badan. Besar maupun pembagiannya sebagaimana
tercantum pada pasal 2 dan pasal 3.
Pasal 2
Modal Usaha
1. Besar uang/diuangkan sebagai modal usaha, sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1
adalah sejumlah Rp. 200.000.000,00
Pasal 3
a) Pihak kedua hanya boleh menggunakan modal usaha dengan usaha yang telah
disepakati saja.
b) Pihak kedua tidak boleh mewakilkan usahanya kepada pihak lain tanpa
persetujuan dari pihak pertama.
2. Pihak kedua secara profesional bekerja mengelola usaha yang telah disepakati sesuai
syarat-syarat yang diajukan oleh pihak pertama.
Pasal 4
Keuntungan
1. Keuntungan bagi hasil usaha adalah keuntungan bersih (Net Profit), berupa keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan usaha.
2. Keuntungan bersih adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai positif atau
besar modal usaha menjadi bertambah dalam suatu kegiatan usaha, dengan ketentuan:
Net Profit = Total pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya operasional dikurangi
– Total biaya lain-lain
3. Impas adalah kegiatan usaha yang tidak memperoleh keuntungan usaha dan tidak
menderita kerugian usaha.
Pasal 5
Kerugian
1. Kerugian usaha adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai negatif atau
besar modal usaha menjadi berkurang atau musnah dalam suatu kegiatan usaha, dengan
ketentuan: Loss = Total pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya operasional
dikurangi – Total biaya lain-lain.
2. Apabila terjadi impas pada akhir kegiatan usaha, kedua pihak tidak mendapatkan apa-apa
dari kegiatan usaha.
3. Kerugian pada hakekatnya ditanggung oleh kedua pihak. Sesuai dengan hukum Islam
tentang syirkah mudharabah, tanggungan kerugian adalah sebagai berikut;
a. Kerugian modal usaha karena force major (bencana alam, kekacauan kondisi
politik dan ekonomi yang diluar kemampuan pengelola) sepenuhnya ditanggung
oleh pemilik modal (shahibul maal), sedangkan kerugian badan (tenaga dan waktu
pengelolaan usaha) ditanggung oleh pengelola (mudharib).
Pasal 6
1. Penghitungan untung rugi dilakukan setiap bulan oleh pihak kedua (mudharib).
2. Hasil perhitungan untung rugi dan laporan keuangan diinformasikan secara tertulis
kepada pihak pertama.
Pasal 7
c. Berkewajiban untuk tidak melakukan kegiatan teknis di tempat usaha tanpa seijin
dan sepengetahuan pihak kedua.
d. Berkewajiban untuk tidak mengambil modal usaha sampai batas akhir perjanjian
kecuali dalam keadaan istimewa karena kelalaian pihka kedua.
f. Berhak mengajukan usul dan saran kepada pihak keduauntuk memperbaiki dan
atau menyempurnakan kegiatan usaha yang sedang berjalan.
g. Berhak membatalkan perjanjian dan atau mengambil kembali sebagian atau
seluruh modal usaha dari pihak kedua setelah terbukti pihak kedua melakukan
penyelewengan dan atau mengkhianati isi aqad syirkah.
a. Berkewajiban mengelola modal usaha yang telah diterima dari pihak pertama
untuk suatu kegiatan usaha yang telah ditetapkan secara amanah, kafa’ah, dan
himmatul ‘amal.
c. Berkewajiban secara serius dan terencana untuk mencapai target yang telah
disebutkan dalam proposal kerjasama.
Pasal 8
2. Sanksi diberikan oleh pihak pertama kepada pihak kedua apabila terjadi kelalaian
sebagaimana tercantum pada pasal 8 ayat 1.
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pembatalan akad syirkah oleh pihak pertama dengan kewajiban bagi pihak kedua
untuk mengembalikan seluruh modal usaha yang telah diterima.
Pasal 9
Berakhirnya Syirkah
1. Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu syirkah yang telah disepakati. Jangka
waktu syirkah ini adalah 3 Tahun (hari, minggu, bulan atau tahun).
2. Syirkah juga dikatakan berakhir jika para pihak bersepakat untuk membubarkan syirkah
sebelum jangka waktu syirkah berakhir.
3. Pada akhir periode, akad syirkah ini akan ditinjau kembali untuk diperbaharui dan atau
dimusyawarahkan kembali oleh kedua pihak.
4. Apabila para pihak bersepakat untuk membubarkan perseroan ini, maka pembagian harta
kekayaan perseroan ini diatur pada pasal 11.
Pasal 10
1. Pembagian harta usaha terjadi ketika para pihak bersepakat untuk membubarkan syirkah
ini atau ketika jangka waktunya berakhir.
2. Harta usaha yang dimaksud adalah seluruh harta yangdigunakan untuk menjalankan
usaha dengan syirkah ini, termasuk di dalamnya asset tidak bergerak, asset bergerak,
piutang usaha lancar, dan dana kas usaha.
3. Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh utang usaha. Artinya, harta usaha
yang dibagikan adalah setelah dikurangi seluruh utang usaha.
4. Pembagian harta usaha mengikuti aturan syirkah mudharabahyaitu, jika terjadi kerugian
maka menjadi tanggungan shahibul maal. Apabila terjadi keuntungan maka modal
dikembalikan kepada shahibul maal sedangkan keuntungannya tersebut dibagi
berdasarkan aturan pembagian keuntungan yang telah disepakati.
5. Kerugian harta usaha adalah nilai total harta usaha yang tersisa lebih kecil dari jumlah
total modal awal yang diberikan oleh shahibul maal sesuai pasal 2.
6. Keuntungan harta usaha adalah selisih positif dari jumlah harta usaha pada saat
pembubaran usaha dikurangi dengan modal awal usaha.
Pasal 11
Penyelesaian Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan diantara para musyariksehubungan dengan akad syirkah ini,
para pihak bersepakat menyelesaikannya dengan musyawarah dan mengedepankan
hubungan ukhuwah (persaudaraan).
2. Segala sesuatu yang merupakan hasil penyelesaian musyawarah akan dituangkan dalam
perjanjian sendiri.
3. Jika kata putus tidak diperoleh berdasarkan hasil musyawarah, maka perselisihan dapat
diajukan kehadapan hakim (qadhi) negara dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan Agama
atau pihak yang dipercayai oleh para musyarik untuk memutuskan perselisihan sesuai
syariat Islam.
Pasal 12
Lain-lain
2. Surat akad ini dibuat rangkap dua dan seluruhnya ditandatangani oleh kedua pihak pada
hari dan tanggal di muka.
Khatimah
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara
yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat
memakan sebagian harta benda orang lain dan janganlah berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui”
Saksi 1 Saksi 2
Klausul:
1. Klausul ketentuan umum: "Pihak pertama, selaku pemilik modal (Shahibul Maal)
menyerahkan sejumlah modal kepada pihak kedua untuk dipergunakan untuk
menjalankan usaha, dengan jenis usaha butik, yang diberi nama Karin's fashion.
2. Klausul modal usaha: "Besar uang/diuangkan sebagai modal usaha, sebagaimana disebut
pada pasal 1 ayat 1 adalah sejumlah Rp. 200.000.000,00
3. Klausul syarat pengelolaan usaha: "Pihak kedua hanya boleh menggunakan modal usaha
dengan usaha yang telah disepakati saja."
4. Klausul keuntungan: "Pihak pertama sebagai pemilik modal (shohibul Maal) mendapat
prosentase bagi hasil dari seluruh keuntungan bersih hasil usaha sebesar 35%, sedangkan
pihak kedua memperoleh sebesar 65% dari seluruh keuntungan bersih hasil usaha."
5. Klausul kerugian: "Kerugian modal usaha karena force major (bencana alam, kekacauan
kondisi politik dan ekonomi yang diluar kemampuan pengelola) sepenuhnya ditanggung
oleh pemilik modal (shahibul maal), sedangkan kerugian badan (tenaga dan waktu
pengelolaan usaha) ditanggung oleh pengelola (mudharib)."
6. Klausul perhitungan dan pembagian untung rugi: "Penghitungan untung rugi dilakukan
setiap bulan oleh pihak kedua (mudharib)."
7. Klausul hak dan kewajiban: "pihak pertama: Berkewajiban untuk tidak mencampuri
kebijakan usaha yang sedang dijalankan pihak kedua. Dan Berhak mengajukan usul dan
saran kepada pihak keduauntuk memperbaiki dan atau menyempurnakan kegiatan usaha
yang sedang berjalan. Pihak kedua: Berkewajiban mengelola modal usaha yang telah
diterima dari pihak pertama untuk suatu kegiatan usaha yang telah ditetapkan secara
amanah, kafa’ah, dan himmatul ‘amal. Dan Berhak melaksanakan usul, saran atau pun
keinginan pihak pertama. "
8. Klausul kelalaian dan sanksi: "Bentuk sanksi yang diberikan berupa: Teguran lisan,
teguran tertulis, pembatalan akad syirkah oleh pihak pertama dengan kewajiban bagi
pihak kedua untuk mengembalikan seluruh modal usaha yang telah diterima."
9. Klausul berakhirnya syirkah: "Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu syirkah
yang telah disepakati. Jangka waktu syirkah ini adalah 3 tahun (hari, minggu, bulan atau
tahun)."
10. Klausul pembagian harta usaha: "Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh
utang usaha. Artinya, harta usaha yang dibagikan adalah setelah dikurangi seluruh utang
usaha."
12. Klausul lain lain: "Akad ini mengikat secara hukum syariat kepada kedua pihak."