Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RISKA ARYANA

NPM : 2021030261

KELAS : E (HES)

MATA KULIAH : HUKUM PERIKATAN & KONTRAK BISNIS SYARIAH

SURAT AKAD SYIRKAH MUDHARABAH

MUQADDIMAH

Allah SWT berfirman (dalam hadits Qudsi):


“Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah,
selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada kawan syirkahnya, apabila
diantara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi).”

(HR. Imam Daruquthni dari Abu Hurairah r.a)

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada hari ini, Rabu
tanggal 15 bulan Maret tahun 2023, di Bandar Lampung, yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Riska Aryana

Nomor KTP : 1808236789001

Alamat : Bandar Lampung

Yang selanjutnya disebut sebagai pihak pertama

Nama : Arina Putri

Nomor KTP : 1807542378003

Alamat : Lampung Selatan

Yang selanjutnya disebut sebagai pihak kedua

Secara bersama-sama kedua pihak bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama usaha
denga Akad Syirkah mudharabah dalam suatu usaha bersama. Dengan ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut :
Pasal 1

Ketentuan Umum

1. Pihak pertama, selaku pemilik modal (Shahibul Maal) menyerahkan sejumlah modal
kepada pihak kedua untuk dipergunakan untuk menjalankan usaha, dengan jenis usaha
Butik, yang diberi nama karin's fashion

2. Pihak kedua, selaku pengelola modal (Mudharib) dari pihak pertama, menerima dan
mengelola modal pihak pertamadalam usaha sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1
diatas, dengan jumlah modal sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat 1.

3. Pihak kedua menerima sejumlah modal dalam bentuk uang tunai dan atau barang yang
dinilai setara jumlah uang tertentu dari pihak pertama, yang diserahkan pada saat akad ini
ditandatangani.

4. Pihak pertama tidak diperkenankan menarik modalnya sampai berakhirnya jangka waktu
aqad ini.

5. Kedua pihak akan mendapatkan keuntungan dari hasil usaha menurut prosentase
keuntungan yang disepakati bersama dan menanggung kerugian sebagaimana diatur
dalam pasal 4 dan pasal 5.

6. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, pihak pertama berupa modal,
sedangkan pihak kedua berupa badan. Besar maupun pembagiannya sebagaimana
tercantum pada pasal 2 dan pasal 3.

Pasal 2

Modal Usaha

1. Besar uang/diuangkan sebagai modal usaha, sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1
adalah sejumlah Rp. 200.000.000,00

2. Modal tersebut diserahkan pada saat akad ini ditandatangani.

Pasal 3

Syarat Kepengelolaan Usaha

1. Pihak pertama selaku shahibul maal memberikan syarat-syarat kepengelolaan usaha


kepada pihak kedua sebagai berikut (contoh):

a) Pihak kedua hanya boleh menggunakan modal usaha dengan usaha yang telah
disepakati saja.
b) Pihak kedua tidak boleh mewakilkan usahanya kepada pihak lain tanpa
persetujuan dari pihak pertama.

c) Dan sebagainya (pihak pertama berhak menetapkan syarat-syarat diawal akad


tidak hanya pada jenis bisnis namun juga operasional kepengelolaan, misalnya
larangan membawa barang melalui laut dll).

2. Pihak kedua secara profesional bekerja mengelola usaha yang telah disepakati sesuai
syarat-syarat yang diajukan oleh pihak pertama.

Pasal 4

Keuntungan

1. Keuntungan bagi hasil usaha adalah keuntungan bersih (Net Profit), berupa keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan usaha.

2. Keuntungan bersih adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai positif atau
besar modal usaha menjadi bertambah dalam suatu kegiatan usaha, dengan ketentuan:
Net Profit = Total pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya operasional dikurangi
– Total biaya lain-lain

3. Impas adalah kegiatan usaha yang tidak memperoleh keuntungan usaha dan tidak
menderita kerugian usaha.

4. Keuntungan hasil usaha dibagi menurut hasil musyawarah. Adapun pembagian


keuntungan hasil usaha yang disepakati kedua pihak adalah : Pihak pertama sebagai
pemilik modal (shohibul Maal) mendapat prosentase bagi hasil dari seluruh keuntungan
bersih hasil usaha sebesar 35%, sedangkan pihak kedua memperoleh sebesar 65% dari
seluruh keuntungan bersih hasil usaha.

Pasal 5

Kerugian

1. Kerugian usaha adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai negatif atau
besar modal usaha menjadi berkurang atau musnah dalam suatu kegiatan usaha, dengan
ketentuan: Loss = Total pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya operasional
dikurangi – Total biaya lain-lain.

2. Apabila terjadi impas pada akhir kegiatan usaha, kedua pihak tidak mendapatkan apa-apa
dari kegiatan usaha.

3. Kerugian pada hakekatnya ditanggung oleh kedua pihak. Sesuai dengan hukum Islam
tentang syirkah mudharabah, tanggungan kerugian adalah sebagai berikut;
a. Kerugian modal usaha karena force major (bencana alam, kekacauan kondisi
politik dan ekonomi yang diluar kemampuan pengelola) sepenuhnya ditanggung
oleh pemilik modal (shahibul maal), sedangkan kerugian badan (tenaga dan waktu
pengelolaan usaha) ditanggung oleh pengelola (mudharib).

b. Kerugian modal usaha akibat kelalaian pengelola (kesengajaan), maka akan


menjadi tanggungan pengelola (diatur pada pasal 9).

Pasal 6

Perhitungan dan Pembagian Untung Rugi

1. Penghitungan untung rugi dilakukan setiap bulan oleh pihak kedua (mudharib).

2. Hasil perhitungan untung rugi dan laporan keuangan diinformasikan secara tertulis
kepada pihak pertama.

3. Penyerahan hasil keuntungan sebagaimana pasal 4 ayat 3 dilaksanakan selambat-


lambatnya 3 hari setelah penghitungan untung rugi dilakukan.

Pasal 7

Hak dan Kewajiban

1. Selama jangka waktu bersyirkah pihak pertama :

a. Berkewajiban untuk tidak mencampuri kebijakan usahayang sedang dijalankan


pihak kedua.

b. Berkewajiban untuk tidak melakukan pemaksaan kepada pihak kedua


menjalankan usul, saran, ataupun keinginannya dalam menjalankan usaha ini.

c. Berkewajiban untuk tidak melakukan kegiatan teknis di tempat usaha tanpa seijin
dan sepengetahuan pihak kedua.

d. Berkewajiban untuk tidak mengambil modal usaha sampai batas akhir perjanjian
kecuali dalam keadaan istimewa karena kelalaian pihka kedua.

e. Berhak untuk melakukan kontrol atau meninjau tempatkegiatan usaha dengan


disertai pihak kedua.

f. Berhak mengajukan usul dan saran kepada pihak keduauntuk memperbaiki dan
atau menyempurnakan kegiatan usaha yang sedang berjalan.
g. Berhak membatalkan perjanjian dan atau mengambil kembali sebagian atau
seluruh modal usaha dari pihak kedua setelah terbukti pihak kedua melakukan
penyelewengan dan atau mengkhianati isi aqad syirkah.

2. Selama jangka waktu bersyirkah, pihak kedua :

a. Berkewajiban mengelola modal usaha yang telah diterima dari pihak pertama
untuk suatu kegiatan usaha yang telah ditetapkan secara amanah, kafa’ah, dan
himmatul ‘amal.

b. Berkewajiban melaporkan hasil usaha secara rinci.

c. Berkewajiban secara serius dan terencana untuk mencapai target yang telah
disebutkan dalam proposal kerjasama.

d. Berhak menggunakan modal usaha dalam kegiatan usahayang telah disepakati


oleh kedua pihak.

e. Berhak mengelola dan menentukan kebijakan-kebijakandalam kegiatan usaha.

f. Berhak melaksanakan usul, saran atau pun keinginan pihak pertama.

Pasal 8

Kelalaian dan Sanksi

1. Kelalaian adalah suatu tindakan secara sengaja tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban


sebagaimana tercantum dalam pasal 7 yang dilakukan oleh pihak kedua.

2. Sanksi diberikan oleh pihak pertama kepada pihak kedua apabila terjadi kelalaian
sebagaimana tercantum pada pasal 8 ayat 1.

3. Bentuk sanksi yang diberikan berupa:

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pembatalan akad syirkah oleh pihak pertama dengan kewajiban bagi pihak kedua
untuk mengembalikan seluruh modal usaha yang telah diterima.
Pasal 9

Berakhirnya Syirkah

1. Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu syirkah yang telah disepakati. Jangka
waktu syirkah ini adalah 3 Tahun (hari, minggu, bulan atau tahun).

2. Syirkah juga dikatakan berakhir jika para pihak bersepakat untuk membubarkan syirkah
sebelum jangka waktu syirkah berakhir.

3. Pada akhir periode, akad syirkah ini akan ditinjau kembali untuk diperbaharui dan atau
dimusyawarahkan kembali oleh kedua pihak.

4. Apabila para pihak bersepakat untuk membubarkan perseroan ini, maka pembagian harta
kekayaan perseroan ini diatur pada pasal 11.

Pasal 10

Pembagian Harta Usaha

1. Pembagian harta usaha terjadi ketika para pihak bersepakat untuk membubarkan syirkah
ini atau ketika jangka waktunya berakhir.

2. Harta usaha yang dimaksud adalah seluruh harta yangdigunakan untuk menjalankan
usaha dengan syirkah ini, termasuk di dalamnya asset tidak bergerak, asset bergerak,
piutang usaha lancar, dan dana kas usaha.

3. Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh utang usaha. Artinya, harta usaha
yang dibagikan adalah setelah dikurangi seluruh utang usaha.

4. Pembagian harta usaha mengikuti aturan syirkah mudharabahyaitu, jika terjadi kerugian
maka menjadi tanggungan shahibul maal. Apabila terjadi keuntungan maka modal
dikembalikan kepada shahibul maal sedangkan keuntungannya tersebut dibagi
berdasarkan aturan pembagian keuntungan yang telah disepakati.

5. Kerugian harta usaha adalah nilai total harta usaha yang tersisa lebih kecil dari jumlah
total modal awal yang diberikan oleh shahibul maal sesuai pasal 2.

6. Keuntungan harta usaha adalah selisih positif dari jumlah harta usaha pada saat
pembubaran usaha dikurangi dengan modal awal usaha.
Pasal 11

Penyelesaian Perselisihan

1. Apabila terjadi perselisihan diantara para musyariksehubungan dengan akad syirkah ini,
para pihak bersepakat menyelesaikannya dengan musyawarah dan mengedepankan
hubungan ukhuwah (persaudaraan).

2. Segala sesuatu yang merupakan hasil penyelesaian musyawarah akan dituangkan dalam
perjanjian sendiri.

3. Jika kata putus tidak diperoleh berdasarkan hasil musyawarah, maka perselisihan dapat
diajukan kehadapan hakim (qadhi) negara dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan Agama
atau pihak yang dipercayai oleh para musyarik untuk memutuskan perselisihan sesuai
syariat Islam.

Pasal 12

Lain-lain

1. Akad ini mengikat secara hukum syariat kepada kedua pihak.

2. Surat akad ini dibuat rangkap dua dan seluruhnya ditandatangani oleh kedua pihak pada
hari dan tanggal di muka.

Khatimah

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara
yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat
memakan sebagian harta benda orang lain dan janganlah berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui”

(TQS. Al-Baqarah :188)


Yang Bersyirkah

Riska Aryana, Arina Putri

(Bandar Lampung, Rabu 15 Maret 2023)

Pihak Pertama, Pihak Kedua,

(Riska Aryana) (Arina Putri)

Saksi 1 Saksi 2

(Riski Ayu Lestari) (Keyla Adiguna)

Klausul:

1. Klausul ketentuan umum: "Pihak pertama, selaku pemilik modal (Shahibul Maal)
menyerahkan sejumlah modal kepada pihak kedua untuk dipergunakan untuk
menjalankan usaha, dengan jenis usaha butik, yang diberi nama Karin's fashion.

2. Klausul modal usaha: "Besar uang/diuangkan sebagai modal usaha, sebagaimana disebut
pada pasal 1 ayat 1 adalah sejumlah Rp. 200.000.000,00

3. Klausul syarat pengelolaan usaha: "Pihak kedua hanya boleh menggunakan modal usaha
dengan usaha yang telah disepakati saja."

4. Klausul keuntungan: "Pihak pertama sebagai pemilik modal (shohibul Maal) mendapat
prosentase bagi hasil dari seluruh keuntungan bersih hasil usaha sebesar 35%, sedangkan
pihak kedua memperoleh sebesar 65% dari seluruh keuntungan bersih hasil usaha."

5. Klausul kerugian: "Kerugian modal usaha karena force major (bencana alam, kekacauan
kondisi politik dan ekonomi yang diluar kemampuan pengelola) sepenuhnya ditanggung
oleh pemilik modal (shahibul maal), sedangkan kerugian badan (tenaga dan waktu
pengelolaan usaha) ditanggung oleh pengelola (mudharib)."

6. Klausul perhitungan dan pembagian untung rugi: "Penghitungan untung rugi dilakukan
setiap bulan oleh pihak kedua (mudharib)."

7. Klausul hak dan kewajiban: "pihak pertama: Berkewajiban untuk tidak mencampuri
kebijakan usaha yang sedang dijalankan pihak kedua. Dan Berhak mengajukan usul dan
saran kepada pihak keduauntuk memperbaiki dan atau menyempurnakan kegiatan usaha
yang sedang berjalan. Pihak kedua: Berkewajiban mengelola modal usaha yang telah
diterima dari pihak pertama untuk suatu kegiatan usaha yang telah ditetapkan secara
amanah, kafa’ah, dan himmatul ‘amal. Dan Berhak melaksanakan usul, saran atau pun
keinginan pihak pertama. "

8. Klausul kelalaian dan sanksi: "Bentuk sanksi yang diberikan berupa: Teguran lisan,
teguran tertulis, pembatalan akad syirkah oleh pihak pertama dengan kewajiban bagi
pihak kedua untuk mengembalikan seluruh modal usaha yang telah diterima."

9. Klausul berakhirnya syirkah: "Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu syirkah
yang telah disepakati. Jangka waktu syirkah ini adalah 3 tahun (hari, minggu, bulan atau
tahun)."

10. Klausul pembagian harta usaha: "Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh
utang usaha. Artinya, harta usaha yang dibagikan adalah setelah dikurangi seluruh utang
usaha."

11. Klausul penyelesaian perselisihan: "Apabila terjadi perselisihan diantara para


musyariksehubungan dengan akad syirkah ini, para pihak bersepakat menyelesaikannya
dengan musyawarah dan mengedepankan hubungan ukhuwah (persaudaraan)."

12. Klausul lain lain: "Akad ini mengikat secara hukum syariat kepada kedua pihak."

Anda mungkin juga menyukai