Anda di halaman 1dari 10

Surat Akad Syirkah Inan

Hukum Bisnis

RHEFA KINANI PRIATNA – 10090122043


AKUNTANSI A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023
SURAT AKAD SYIRKAH INAN

MUKADDIMAH
Allah ta’ala berfirman (dalam hadits Qudsi):

“Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah
seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada kawan syirkahnya, apabila diantara mereka ada yang
berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi).” (HR. Imam Daruquthni dari Abu Hurairah
radiyallahu anhu)

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pada hari ini, 31 Mei 2023, di Bandung, yang bertanda
tangan di bawah ini:

Nama : Kirana Putri Aulia

No. KTP 10090122040

Bertindak atas nama : Pemodal dan pengelola

Alamat : Jl. Buah Batu, Gang. Babakan Wates III No. 37


Yang selanjutnya disebut sebagai musyarik pertama

Nama : Rhefa Kinani Priatna

No. KTP 10090122043

Bertindak atas nama : Pemodal dan pengelola

Alamat : Jl. Kiaracondong Barat No. 39/126d

Yang selanjutnya disebut sebagai musyarik kedua

Secara bersama-sama bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama usaha dengan Akad Syirkah Inan dalam suatu usaha
bersama. Dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal 1
Ketentuan Umum
1. Para pihak yang berakad, adalah selaku pemilik modal sekaligus sebagai pengelola modal yang disebut sebagai musyarik.
Sebagai pemilik modal, para pihak disebut sebagai pihak pertama, sedangkan sebagai pengelola modal para pihak disebut
sebagai pihak kedua.
2. Pihak pertama menyerahkan sejumlah uang kepada pihak kedua untuk dipergunakan sebagai modal usaha, dengan jenis usaha
makanan ringan (snack) yang diberi nama Shake-it.
3. Pihak kedua, adalah selaku pengelola modal dari suatu usaha sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1 di atas, dengan jumlah
modal sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat 1.
4. Sejumlah modal dalam bentuk uang tunai dari pihak pertama, telah diserahkan pada saat akad ini ditandatangani.
5. Semua pemilik modal tidak diperkenankan menarik modalnya sampai berakhirnya jangka waktu akad ini.
6. Semua musyarik memiliki andil dalam usaha ini, baik berupa modal dan badan. Besarnya modal dari masing-masing musyarik
maupun pembagiannya sebagaimana tercantum pada pasal 2.
7. Semua musyarik akan mendapatkan keuntungan dari hasil usaha menurut prosentase keuntungan yang disepakati bersama dan
menanggung kerugian sebagaimana diatur dalam pasal 4 dan pasal 5.

Pasal 2
Modal Usaha

1. Besar uang/diuangkan sebagai modal usaha, sebagaimana disebut pada pasal 1 ayat 1 untuk masing-masing musyarik
adalah:

a. Musyarik pertama sejumlah 50% dari total modal.

b. Musyarik kedua sejumlah 50% dari total modal.

2. Modal tersebut diserahkan pada saat akad ini ditandatangani.

Pasal 3
Keuntungan

1. Keuntungan bagi hasil usaha adalah keuntungan bersih (net profit), berupa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha.

2. Net profit adalah nilai positif yang diperoleh dalam aktivitas usaha, dengan ketentuan: Net Profit = Total pendapatan - Total biaya
langsung -Total biaya operasional dikurangi – Total biaya lain-lain.

3. Impas adalah kegiatan usaha yang tidak memperoleh keuntungan usaha dan tidak menderita kerugian usaha.
4. Keuntungan hasil usaha dibagi menurut hasil kesepakatan musyawarah. Adapun pembagian keuntungan hasil usaha yang disepakati
adalah:

a. Pembagian keuntungan untuk penyertaan modal usaha adalah sebesar 30% dari laba bersih. Sedangkan untuk keterlibatan
badan adalah 70% dari laba bersih.
b. Pembagian keuntungan untuk keterlibatan modal adalah sesuai dengan jumlah modal yang disertakan, yaitu:
- Musyarik pertama 50%
- Musyarik kedua 50%

c. Pembagian keuntungan untuk keterlibatan badan adalah berdasarkan jabatan dan tanggung jawab masing-masing musyarik,
yaitu:

- Musyarik pertama 50%


- Musyarik kedua 50%

Pasal 4
Kerugian
1. Kerugian usaha adalah hasil usaha dikurangi pengeluaran usaha bernilai negatif atau besar modal usaha menjadi
berkurang atau musnah dalam suatu kegiatan usaha.
2. Kerugian (loss) adalah nilai negatif yang diperoleh dalam aktivitas usaha, dengan ketentuan: Loss = Total
pendapatan - Total biaya langsung -Total biaya operasional dikurangi – Total biaya lain-lain.
3. Apabila terjadi impas pada akhir kegiatan usaha, kedua pihak tidak mendapatkan apa-apa dari kegiatan usaha.
4. Kerugian ditanggung oleh semua pihak. Baik secara modal maupun badan. Kerugian modal usaha ditanggung
secara bersama berdasarkan porsi modal usaha.
Pasal 5
Perhitungan dan Pembagian Untung Rugi
1. Penghitungan untung rugi dilakukan setiap bulan oleh musyarik yang diberikan amanah mengurusi finansial usaha.
2. Hasil perhitungan untung rugi dan laporan keuangan diinformasikan secara tertulis kepada semua musyarik.
3. Penyerahan hasil keuntungan sebagaimana pasal 3 ayat 3 dilaksanakan selambat-lambatnya 7 hari setelah penghitungan
untung rugi dilakukan.

Pasal 6
Hak dan Kewajiban

1. Selama jangka waktu syirkah, setiap musyarik:


a. Berkewajiban mengelola modal usaha yang ada untuk suatu kegiatan usaha yang telah ditetapkan secara amanah, kafa’ah,
dan himmatul ‘amal.
b. Berkewajiban melaporkan hasil pekerjaannya masing-masing.
c. Berkewajiban secara serius dan terencana untuk mencapai target yang telah disebutkan dalam perjanjian kerjasama.
d. Berkewajiban menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan pasal 7.
e. Berhak mengelola dan menentukan kebijakan-kebijakan dalam kegiatan usaha.

Pasal 7
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Musyarik pertama memiliki tugas sebagai penanggung jawab usaha, pemodal, dan pengelola.
2. Musyarik kedua memiliki tugas sebagai finance, pemodal, dan pengelola.
3. Tugas Musyarik pertama:

a. Bertanggung jawab dalam mengembangkan kualitas usaha.

b. Bertanggung jawab dalam mengendalikan dan mengatur keberlangsungan usaha.

c. Bertanggung jawab memberikan modal untuk usaha.

d. Bertanggung jawab dalam mengontrol dan pengawasan usaha.

4. Tugas Musyarik Kedua:

a. Bertanggung jawab dalam atas modal yang diberikan.

b. Bertanggung jawab membuat laporan kinerja usaha dan pembukuan keuangan usaha.

c. Bertanggung jawab dalam mengembangkan usaha.

Pasal 8
Kelalaian dan Sanksi

1. Kelalaian adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh musyarik secara sengaja tidak melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagaimana tercantum dalam pasal 7.

2. Setiap kelalaian sebagaimana dijelaskan pada pasal 8 ayat 1 akan diberikan sanksi.

3. Bentuk sanksi yang diberikan berupa:


a. Teguran lisan.

b. Teguran tertulis.

c. Penggantian kerugian usaha yang diakibatkan oleh kelalaian musyarik terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

d. Pembubaran akad kerjasama.

Pasal 9
Berakhirnya
Syirkah
1. Syirkah secara wajar berakhir sesuai jangka waktu syirkah yang telah disepakati. Jangka waktu syirkah ini adalah 1 tahun.
2. Syirkah juga dikatakan berakhir jika masing-masing musyarik bersepakat untuk membubarkan syirkah sebelum jangka
waktu
syirkah.
3. Pada akhir periode, akad syirkah ini akan ditinjau kembali untuk diperbaharui dan atau dimusyawarahkan kembali oleh
kedua pihak.
4. Apabila para pihak bersepakat untuk membubarkan syirkah ini, maka pembagian harta kekayaan syirkah ini diatur pada
pasal

Pasal 10
Pembagian Harta Usaha
1. Pembagian harta usaha terjadi ketika para musyarik bersepakat untuk membubarkan syirkah ini atau ketika jangka
waktunya berakhir.
2. Harta usaha yang dimaksud adalah seluruh harta yang telah diserahkan oleh para musyarik untuk menjalankan usaha
dengan syirkah ini, termasuk di dalamnya asset tidak bergerak, asset bergerak, piutang usaha lancar, dan dana kas usaha.
3. Harta usaha yang dibagikan harus terbebas dari seluruh utang usaha. Artinya, harta usaha yang dibagikan adalah setelah
dikurangi seluruh utang usaha.
4. Pembagian harta usaha mengikuti aturan syirkah inan yaitu, jika terjadi kerugian maka ditanggung sesuai porsi modal
masing-masing musyarik. Sedangkan jika terjadi keuntungan maka modal dikembalikan sesuai porsinya sedangkan
keuntungannya tersebut dibagi berdasarkan aturan pembagian keuntungan yang telah disepakati para musyarik.
5. Kerugian harta usaha adalah nilai total harta usaha yang tersisa lebih kecil dari jumlah total jumlah modal awal yang
dikelola oleh musyarik sesuai pasal 2.
6. Keuntungan harta usaha adalah selisih positif dari harta usaha pada saat pembubaran usaha dikurangi dengan modal awal
usaha.

Pasal 11
Penyelesaian Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan diantara para musyarik sehubungan dengan akad syirkah ini, para musyarik bersepakat
menyelesaikannya dengan musyawarah dan mengedepankan hubungan ukhuwah (persaudaraan).
2. Segala sesuatu yang merupakan hasil penyelesaian musyawarah akan dituangkan dalam perjanjian sendiri.
3. Jika kata putus tidak diperoleh berdasarkan hasil musyawarah, maka perselisihan dapat diajukan kehadapan pengadilan
negara dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan Agama atau pihak yang dipercayai oleh para musyarik untuk memutuskan
perselisihan mereka sesuai syariat Islam.

Pasal 12
Lain-lain

1. Akad ini mengikat secara hukum syariat kepada setiap musyarik.


2. Surat akad ini dibuat rangkap tiga dan seluruhnya ditandatangani oleh semua musyarik pada hari dan tanggal di muka.
KHATIMAH
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara yang bathil dan janganlah kamu
membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain dan janganlah berbuat
dosa, padahal kamu mengetahui” (TQS. Al-Baqarah :188).

Yang Bersyirkah

Bandung, 31 Mei 2023

Musyarik Pertama, Musyarik Kedua,

Kirana Putri Aulia Rhefa Kinani Priatna

Saksi 1, Saksi 2

(Indra Fajar Alamsyah, Ph.D) Rina Karina

Anda mungkin juga menyukai