KATA PENGANTAR
Aliansi strategik atau kemitraan telah menjadi piranti strategik bagi hampir semua
perusahaan yang beroperasi dalam ekonomi jejaring dan bergerak cepat saat ini.
Kemitraan dapat membantu Koperasi Jasa Keuangan (KJK) dalam mempercepat
akses pembiayaan, mendapatkan akses ke pasar yang baru, berbagi risiko financial
pengembangan teknologi baru atau mendapatkan laba dari skala ekonomi
(economies of scale).
Kemitraan dalam bentuk program linkage , antara KJK dengan perbankan sangat
strategis, karena perbankan menguasai lebih dari 90% dana yang dihimpun dari
masyarakat yang saat ini mencapai Rp 2.000 triliun. Sehingga kemitraan dalam
rangka akses KJK terhadap sumber pembiayaan terhadap perbankan baik dalam
bentuk linkage program maupun channeling lainnya semakin dibutuhkan, apalagi
perbankan sulit melayani usaha mikro yang plafond pinjamannya kecil.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................1
Daftar Isi..................................................................................................................2
Standar Kompetensi...............................................................................................3
Pendahuluan...........................................................................................................5
a. Deskripsi dan Tujuan Modul...............................................................................5
b. Bebarapa Pengertian..........................................................................................6
STANDAR KOMPETENSI
BATASAN VARIABEL :
1. Kontek variabel :
Unit ini berlaku untuk merencanakan, menegosiasikan, melaksanakan, dan melaporkan hasil
pelaksanaan kemitraan, yang digunakan untuk melaksanakan kemitraan pada Koperasi Jasa
Keuangan.
2. Perlengkapan untuk melaksanakan kemitraan pada Koperasi Jasa Keuangan, mencakup:
2.1 Himpunan peraturan perundang-undangan.
2.2 Buku referensi/literatur.
2.3 Leaflet, brosur dan booklet.
2.4 Komputer dan printer.
2.5 Multimedia.
2.6 Alat tulis kantor.
3. Tugas pekerjaan untuk melaksanakan kemitraan pada Koperasi Jasa Keuangan, meliputi:
3.1. Merencanakan kemitraan.
3.2. Menegosiasikan kemitraan.
3.3. Melaksanakan kemitraan.
3.4. Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan kemitraan.
4. Peraturan untuk melaksanakan kemitraan pada Koperasi Jasa Keuangan, adalah:
4.1. Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.
4.2. PP. Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh
koperasi.
4.3. Keputusan Menteri Koperasi dan PKM nomor 351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk
pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi.
4.4. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang
Pedoman standar operasional manajemen koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi.
4.5. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syarah.
4.6. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Ketentuan Khusus lain yang berlaku di
masing-masing Koperasi Jasa Keuangan.
PANDUAN PENILAIAN :
KOMPETENSI KUNCI :
NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT
1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 3
3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 3
4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 3
5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 1
6. Memecahkan masalah 3
7. Menggunakan teknologi 2
PENDAHULUAN
BAB I
MERENCANAKAN KEMITRAAN
Tentu saja, semua sasaran ini dapat dicapai dengan cara-cara selain
kemitraan strategis , termasuk antara lain pengembangan internal, transaksi
berbasis pasar, atau pengintegrasian vertikal atau horizontal. Jadi sasaran
seharusnya bukan hanya dapat dicapai dengan kemitraan, tetapi strategi
kemitraan, harus menjadi cara terbaik untuk mencapainya.
Sebuah contoh di mana kemitraan menjadi solusi terbaik adalah dalam kasus
sebuah perusahaan pembuat mobil menetapkan bagaimana perusahaan
dapat menghasilkan suku cadang 15.000-plus yang dibutuhkan untuk merakit
sebuah mobil. Untuk membuat suku cadang tersebut secara internal, membeli
suku cadang tersebut di pasar terbuka atau membeli perusahan pembuat
suku cadang tersebut merupakan pilihan yang tidak mungkin, tidak ekonomis,
dan tidak praktis. Sebaliknya, suatu kemitraan dimungkinkan membuat
kendaraan dan pembuat suku cadang berbagi informasi yang menguntungkan
dan melakukan serangkaian transaksi dengan menyerahkan manajemen
masing-masing proses kepada tim yang mengetahui apa yang terbaik
mengenai proses-proses tersebut.
Kemitraan adalah hubungan yang sejajar, tanpa ada tekanan dari salah satu
pihak untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan.Implementasi
kemitraan yang berhasil harus bertumpu kepada persaingan sehat dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan dalam persekutuan
untuk menghindari persaingan. Sehingga kita perlu mengetahui siapa calon
mitra bisnis kita, perlu dilakukan analisis terhadap kondisi calon mitra bisnis
yang meliputi antara lain: Organisasi, Sumber Daya Manusia, Keuangan,
Produk, Pemasaran, dan lainnya.
Kita dapat mengajukan model ekonomi baru yang dikembangkan dalam game
thewy dengan istilah competition atau kompetisi. Dengan model baru tersebut,
diluncurkan suatu proporsi di mana para pengusaha tidak selalu harus
menghadapi persaingan dengan cara frontal, tetapi dengan alternatif kerja
sama, sehingga para pengusaha tersebut mampu mengendalikan dan
mengurangi ketidakpastian lingkungan usaha. Karena itu, dalam kompetisi, nilai
positif yang terkandung dalam cooperation dan competition dapat lebih
dipadukan sehingga merupakan win-win strategy dalam menghadapi
persaingan pasar.
a. Inti Plasma, adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
besar yang didalamnya usaha menengah atau besar sebagai inti dan usaha
kecil sebagai plasma, perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari
penyediaan sarana produksi & pemasaran, bimbingan teknis sampai
pemasaran hasil produksi.
b. Sub Kontrak, adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar, yang didalamnya usaha kecil memproduksi
produk yang diperlukan oleh usaha menengah atau besar sebagai bagian
dari produksi.
c. Pola Dagang Umum, adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar, yang didalamnya usaha menengah
atau usaha besar memasarkan hasil usaha kecil atau usaha kecil memasok
kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar kecil
memproduksi produk yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha
besar mitranya.
d. Pola Waralaba, adalah hubungan kemitraan yang didalamnya pemberi
waralaba memberikan hak pengunaan lisensi, merek dagang, dan saluran
distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai
bantuan dan bimbingan manajemen.
e. Pola Keagenan, adalah pola kemitraan yang didalamnya usaha kecil diberi
hak untuk memasukkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar
mitranya.
f. Pola bentuk-bentuk lain, adalah pola kemitraan yang pada saat ini sudah
berkembang, tetapi belum dilakukan, atau pola baru yang akan timbul
dimasa yang akan datang.
Karena itu, kemitraan usaha yang kita kembangkan memiliki tujuan untuk
memberdayakan KJK. Kemudian, tujuan lainnya adalah untuk menumbuhkan
struktur dunia usaha nasional yang lebih kokoh dan efesien hingga mampu
menguasai dan mengembangkan pasar domestik sekaligus meningkatkan
daya saing global melalui pembiayaan KJK.
BAB II
MENEGOSIASIKAN KEMITRAAN
Dalam negosiasi, ada dua kemungkinan cara pandang proses negosiasi, cara
pertama adalah pendirian agrasif yang moderat, yaitu ketika kita berusaha
mencapai kekuatan untuk diri sendiri. Cara kedua adalah ‘menang-menang’,
yaitu ketika mencari kepentingan terbaik kita dan pada saat bersamaan juga
menjadi terbaik buat pihak lain. Agar efektif, kedua belah pihak harus merasa
bahwa mereka telah menang karena mendapatkan yang terbaik dari
kemungkinan yang ada.
Jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi oleh salah satu pihak (wanprestasi),
pihak yang berhak atas pemenuhan kewajiban tersebut berhak untuk menuntut
ganti rugi atas wanprestasi terhadap pelaksanaan kewajiban tersebut yang
wujudnya dalam bentuk uang.
BAB III
MELAKSANAKAN KEMITRAAN
Sanksi hukuman bagi pihak yang gagal ataupun lalai melakukan kewajiban
atupun prestasi yang telah disanggupinya dalam kontrak (wanprestasi)
pelaksanaannya dijamin oleh pengadilan. Pengadilan akan membuat suatu
putusan yang menghukum pihak yang wanprestasi untuk mengganti kerugian
daalam bentuk uang yang dapat meliputi : biaya yang telah dikeluarkan
segubungan dengan pelaksanaan kontrak, ganti kerugian yang dialami oleh
pihak berkontrak yang dirugikan akibat dari tindakan wanprestasi, termasuk juga
bunga yang dapat dibebankan terhadap ganti rugi.
Setiap pengelola KJK pembuat keputusan perlu menyepakati sasaran apa yang
hendak dicapai dalam kemitraan yang ingin dibentuk sehingga mereka dapat
membuat keputusan yang rasional.
Setelah mempertimbangkan dari berbagai aspek dan para pihak yang bermitra
telah mencapai kesepatakan, maka dibuatlah komitment yang harus dipatuhi
dan dijalankan oleh pihak-pihak yang bermitra.
Praktek kemitraan lain yang juga perlu ditangkal adalah tindakan yang dapat
atau dimaksudkan untuk mengurangi atau menghindari persaingan. Dalam hal
ini, yang biasanya dilakukan antara lain adalah :
membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar yang menyebabkan
terhambatnya persaingan sehat;
secara langsung atau tidak langsung menetapkan harga yang tidak wajar
sehingga menghalangi atau menyingkirkan pesaing;
membatasi atau menghentikan produksi, penjualan atau penyaluran barang
atau jasa, yang berakibat menaikkan harga secara tidak wajar.
Lebih dari itu, proyek-proyek kemitraan seringkali membuka wilayah baru, yang
berarti bahwa ukuran-ukuran standar financial untuk sukses yang telah
dikembangkan di tahap awal biasanya tidak memadai. Bahkan, ditahap awal
evaluasi kemitraan harus dipusatkan pada kualitas hubungan tersebut dan
bukan pada hasilnya, kualitas kolaborasi, keseimbangan hubungan,
produktivitas dan pengetahuan yang diperoleh hendaknya dievaluasi. Jika
terdapat kekurangan dalam hal ini, haruslah segera diambil langkah-langkah
kongkrit penanganannya.
Prinsip keterbukaan dari hukum kontrak yang dianut KUH Perdata membuat
Kitab Undang-Undang Perdata Indonesia, secara tidak langsung, terus mampu
menyempurnakan dirinya melalui pemberian hak kebebasan berkontrak pagi
para pihak (party autonomi). Yaitu : hasil dari kontrak yang disepakati para
pihak tersebut akan dimasukkan menjadi bagian dari KUH Perdata dan menjadi
hukum yang akan berlaku khusus bagi pihak-pihak yang bermitra. Ketentuan-
ketentuan tentang asas keterbukaan perjanjian tersebut dengan tegas diatur
dalam pasal-pasal sebagai beriktu :
1). Pasal 1338 ayat (1) dan pasal 1340 KUH Perdata yang memberikan
kebebasan bagi para pihak yang berkontrak (party autonomy) untuk
membangun kesepakatan-kesepakatan tersebut akan merupakan hukum
yang berlaku dan mengikat pihak-pihak yang berkontrak/bermitra tersebut
secara khusus berdasarkan doktrin lex spcialis derogate lexi generalis.
2). Kehadiran pasal 1320 yang memberikan koridor hukum tentang syarat-
syarat perancangan suatu kontrak yang sah sebagai tuntunan terhadap
hak kebebasan berkontrak/bermitra yang diberikan oleh pasal 1338 ayat
(1) tersebut.
BAB IV
MELAPORKAN HASIL KEGIATAN PELAKSANAAN KEMITRAAN
Format Laporan
Secara umum yang mengelola dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
kegiatan kemitraan dan pelaporannya terutama dalam pemberian
rekomendasi adalah manajer. Maka setelah dilakukan pelaksanaan kemitraan
sesuai prosedur yang berlaku pada KJK, Manajer melaporkan kepada
pengurus.
Jenis Laporan dapat dibagi menjadi beberapa macam, berikut ini akan
diuraikan sebagai berikut :
a. Laporan menurut isinya :
• Laporan Informatif
• Laporan Rekomendasi
• Laporan Analitis
• Laporan pertanggungjawaban
• Laporan Kelayakan
b. Laporan menurut bentuknya :
• Laporan berbentuk Memo
• Laporan berbentuk Surat
• Laporan berbentuk Naskah
2) Penyusunan Laporan
Laporan evaluasi dan rekomendasi dapat dibuat dalam bentuk form dan
dilaporkan untuk ditindak lanjuti seperti berikut :