Anda di halaman 1dari 12

KOPERASI

Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh anggotanya untuk memenuhi
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Sedangkan pengertian koperasi yang
lebih formal adalah sesuai dengan Undang Undang No. 17 Tahun 2012 pasal 1, yaitu:
Koperasi: badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan
nilai dan prinsip koperasi.

Koperasi didirikan dengan berlandaskan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Artinya, dalam menjalankan usahanya koperasi harus tunduk pada aturan dalam Pancasila dan
UUD ’45. Koperasi dijalankan dengan asas kekeluargaan. Artinya, koperasi tidak bertujuan
untuk menguntungkan satu orang saja, tetapi mencapai keuntungan bersama. Hal ini
membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya.

Jenis-jenis Koperasi
Ada beberapa jenis koperasi berdasarkan fungsinya. Dalam UU RI No. 17 Tahun 2012,
disebutkan bahwa jenis-jenis koperasi di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Koperasi Konsumen
Sesuai namanya, koperasi ini diperuntukkan bagi konsumen barang dan jasa. Biasanya, mereka
menjual berbagai kebutuhan harian seperti kelontong atau alat tulis sehingga sekilas tampak
seperti toko biasa. Bedanya, keuntungan yang didapat dari penjualan akan dibagikan kepada
anggotanya. Selain itu, karena biasanya yang membeli dari koperasi konsumen adalah
anggotanya juga, maka harga barangnya cenderung lebih murah dari toko biasa.

2. Koperasi Produsen
Sesuai namanya, koperasi ini diperuntukkan bagi produsen barang dan jasa. Koperasi ini
menjual barang produksi anggotanya, misalnya koperasi peternak sapi perah menjual susu
sedangkan koperasi peternak lebah menjual madu. Dengan bergabung dalam koperasi, para
produsen bisa mendapatkan bahan baku dengan harga lebih murah dan menjual hasil
produksinya dengan harga layak.

3. Koperasi Jasa
Koperasi jasa hampir sama seperti koperasi konsumen, tetapi yang disediakan oleh koperasi ini
adalah kegiatan jasa atau pelayanan bagi anggotanya. Misalnya saja, koperasi jasa angkutan atau
koperasi jasa asuransi.

4. Koperasi Simpan Pinjam

1
Koperasi simpan pinjam memberikan pinjaman kepada anggotanya. Koperasi ini bertujuan
untuk membantu anggotanya yang membutuhkan uang dalam jangka pendek dengan syarat yang
mudah dan bunga yang rendah.

5. Koperasi Serba Usaha


Beberapa koperasi menyediakan beberapa layanan sekaligus. Misalnya, selain menjual barang
kebutuhan konsumen, koperasi tersebut juga menyediakan jasa simpan pinjam. Koperasi seperti
ini disebut sebagai Koperasi Serba Usaha (KSU).

Hak dan Kewajiban Anggota Koperasi


Saat seseorang menjadi anggota koperasi, secara otomatis dia akan mendapatkan hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban anggota koperasi diatur dalam pasal 20 UU No. 25 1992.

Kewajiban anggota koperasi adalah sebagai berikut:


1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi serta semua keputusan yang
telah disepakati bersama dalam rapat anggota.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi.
3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan azas kekeluargaan

Hak anggota koperasi adalah sebagai berikut:


1. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota.
2. Memilih dan atau dipilih menjadi pengurus.
3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar
4. Mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus diluar rapat anggota, baik
diminta atau tidak diminta.
5. Memanfaatkan koperasi dengan mendapat pelayanan yang sama antar sesama anggota.
6. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan menurut ketentuan dalam anggaran
dasar
Tidak ada yang dapat mencabut hak anggota koperasi, termasuk Pengurus sekalipun. Hak dan
kewajiban seorang anggota koperasi akan gugur hanya saat dia tidak lagi menjadi anggota.

Prinsip Koperasi
Menjalankan koperasi berbeda dengan menjalankan usaha biasa karena ada prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi. Prinsip-prinsip itu adalah:

▪ Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka


Sukarela artinya anggota bergabung tanpa paksaan. Terbuka berarti siapa saja yang mampu
menjalankan kewajiban sebagai anggota berhak bergabung dalam koperasi.

▪ Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokrasi


Demokrasi artinya setiap anggota diperbolehkan menyampaikan pendapat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pengurus maupun Pengawas tidak bisa mencabut hak-hak seorang
anggota kecuali anggota tersebut mengundurkan diri dari posisinya.
2
▪ Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi
Setiap anggota memiliki perannya sendiri-sendiri dalam koperasi, baik sebagai pengurus,
pengawas maupun anggota yang berkontribusi dengan melaksanakan kegiatan usaha koperasi.

▪ Pemberian balas jasa sesuai modal


Balas jasa berupa SHU diberikan kepada anggotanya secara adil. Bagi anggota yang
menyertakan modal besar, maka SHU yang diterima akan besar juga. Begitu juga sebaliknya.

▪ Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen


Artinya dalam menjalankan usahanya koperasi tidak dipengaruhi oleh kepentingan individu
anggotanya maupun kepentingan pihak luar.

▪ Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan


Pendidikan dan pelatihan diberikan baik untuk anggota atau masyarakat umum. Pendidikan dan
pelatihan untuk anggota bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka sehingga koperasi
dapat beroperasi lebih baik, sedangkan pelatihan untuk masyarakat umum bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan.

▪ Koperasi memperkuat gerakan dengan bekerjasama


Kerjasama dengan koperasi lain maupun dengan organisasi lain dapat dilakukan lewat jaringan
kegiatan pada tingkat lokal, regional, nasional dan internasional. Tujuan dari kerja sama adalah
untuk memperkuat gerakan koperasi sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi
bagi perekonomian nasional.
Modal Koperasi
Untuk menjalankan usahanya, koperasi memerlukan modal. Modal digunakan untuk membeli
barang dagangan atau alat-alat produksi. Modal bisa didapat dari dua sumber, yaitu dari
anggotanya sendiri (internal) dan dari luar (eksternal).

Modal Internal Koperasi


Modal internal terdiri dari:

1. Simpanan pokok
Simpanan pokok dibayarkan selama satu kali saat mendaftar sebagai anggota dan besarannya
sudah ditentukan. Simpanan ini tidak bisa diambil selama masih menjadi anggota koperasi.

2. Simpanan wajib
Simpanan wajib dibayarkan setiap bulan dengan besaran yang sudah ditentukan. Simpanan ini
tidak bisa diambil selama masih menjadi anggota koperasi.

3. Simpanan sukarela
Simpanan ini sifatnya sukarela, begitu pula jumlahnya. Simpanan ini dapat diambil kapan saja.

3
4. Dana cadangan
Dana cadangan adalah bagian dari SHU (Sisa Hasil Usaha) yang tidak dibagikan kepada
anggotanya. Jumlahnya sesuai dengan kesepakatan saat rapat anggota.

Modal Eksternal Koperasi


Modal Eksternal terdiri dari:

1. Hibah
Hibah adalah pemberian dari pihak lain untuk koperasi. Hibah dapat berupa uang, lahan, atau
barang-barang modal.

2. Pinjaman
Koperasi dapat meminjam modal dari pihak lain, misalnya bank, untuk memenuhi kebutuhan
modal.

3. Sumber lain yang sah

Perangkat Koperasi
Untuk bisa berjalan lancar, koperasi memerlukan perangkat. Perangkat yang dimaksud di sini
adalah:

1. Rapat Anggota
Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Keputusan-
keputusan penting dalam koperasi seperti pemilihan pengurus, pembagian SHU, dan penetapan
dana cadangan diambil pada saat Rapat Anggota.

Rapat anggota dihadiri oleh seluruh anggota. Setiap anggota memiliki satu suara yang dapat
digunakan saat pengambilan keputusan. Umumnya, Rapat Anggota diadakan setahun sekali dan
sering disebut sebagai RAT (Rapat Anggota Tahunan).

2. Pengurus
Untuk menjalankan koperasi, diperlukan beberapa orang yang bertanggung jawab
melakukannya. Orang-orang ini disebut sebagai pengurus dan bertugas menjalankan koperasi
secara umum.

Pengurus dipilih melalui Rapat Anggota dan memiliki masa jabatan selama lima tahun.

3. Pengawas
Untuk mencegah adanya kecurangan dalam pengelolaan koperasi, kinerja Pengurus akan
diawasi oleh Pengawas. Setiap tahunnya, Pengawas melakukan audit atas kondisi manajerial,
kondisi finansial, serta kondisi fisik/inventaris koperasi. Pengawas juga melaporkan hasil
kinerja Pengurus.

4
Pengawas dipilih melalui Rapat Anggota.

4. Pengelola
Pengurus bertugas menjalankan koperasi secara umum, sedangkan pengelola bertugas
menjalankan usaha koperasi sesuai arahan dari Pengurus. Pengelola sering juga disebut sebagai
manajer.
Pengelola ditunjuk oleh Pengurus.

Struktur Organisasi Koperasi


Struktur Internal Organisasi Koperasi
Perangkat-perangkat koperasi tadi memiliki kedudukan di dalam struktur organisasi koperasi
seperti ditunjukkan dalam gambar berikut:

Struktur Eksternal Organisasi Koperasi


Koperasi seringkali bergabung dengan koperasi lain yang sejenis untuk memudahkan berbagai
keperluan mereka, misalnya untuk mendapatkan pelatihan, tambahan modal, maupun keperluan
lainnya. Alasan lainnya adalah untuk memperbesar cakupan anggota dan wilayahnya. Ketika
sebuah koperasi didirikan dan anggotanya telah mencapai minimal 20 orang, maka koperasi itu
disebut sebagai koperasi primer. Jika ada minimal empat koperasi primer yang sejenis di suatu
daerah, maka koperasi-koperasi tersebut dapat bergabung menjadi koperasi pusat yang
berkedudukan di tingkat kabupaten/kota. Jika ada minimal tiga koperasi pusat yang sejenis di
suatu daerah, maka mereka dapat bergabung dan menjadi koperasi gabungan yang
berkedudukan di tingkat provinsi. Jika ada minimal tiga koperasi gabungan yang sejenis di suatu

5
daerah, maka mereka dapat bergabung dan menjadi koperasi induk yang berkedudukan di
tingkat nasional.
Struktur yang menggambarkan hubungan satu koperasi dengan koperasi lainnya dapat dilihat
pada gambar berikut:

========================================================

MENDIRIKAN KOPERASI SYARIAH BERBASIS MASJID


(Dr. Arsyad Ahmad)

A. Mukadimah
Islam merupakan agama yang mempunyai ajaran yang sangat sempurna encakup
berbagai segi kehidupan masyarakat, termasuk bidang ekonomi. Khusus dalam hal ekonomi
ini, ajaran Islam menempatkannya pada kedudukan yang seimbang (tawazzun), bukan hanya
bertujuan materialistis untuk kebahagiaanduniawisaja, akantetapi bertujuan untuk mencapai
kebahagiaan akhirat dan terbebas dari api neraka.
Ajaran-ajaran ekonomi dalam Islam sudah dinyatakan secara eksplisit dalam kedua sumber utama
ajarannya, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Al- Qur’an banyak membahas berbagai hal tentang ekonomi,
dari mulai pengelolaan harta, cara-cara berdagang, sampai proses pinjam-meminjam harta, begitu juga
dalam Hadis Nabi Muhammad saw.. Bahkan Nabi Muhammad saw. telah memberikan contoh
praktik-praktik ekonomi sejak masa belia sampai beliau meninggal dunia.
Bukan hanya itu, para ulama muslim terdahulu telah menjelaskan teori-teori ekonomi dalam
kitab-kitab mereka termasuk di dalam kitab Ihya ‘Ulum ad-Din atau Al-Ihya karya Imam Al-
Ghazali yang sangat terkenal itu. Artinya, Imam Al-Ghazali yang dianggap sebagai tokoh sufi,
ternyata ahli juga dalam bidang ekonomi.
Hal ini sudah seharusnya disikapi oleh para pengurus dan aktivis di setiap Masjid. Pembinaan
kepada jemaah Masjid bukan hanya dalam hal ajaran mahdhah, yang hanya berkisar akidah,
thaharah, dan shalat saja. Akan tetapi pembinaan umat lebih meluas kepada aspek-aspek ajaran
ibadah muamalah, terutama ajaran-ajaran ekonomi sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam Al-
Qur’an dan Hadis serta pemikiran para ulama Islam tempo dulu. Umat Islam sudah

6
seharusnya membahas teori-teori ekonomi dan menjalankan praktik-praktik ekonomi Islam di
Masjid-Masjid karena hal itu bagian dari ajaran Islam yang harus didakwahkan dan dicontohkan
kepada masyarakat muslim. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menjadikan Masjid-Masjid
sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah melalui pendirian lembaga keuangan Islam.
Dengan demikian, praktik ekonomi Islam yang dimulai dari Masjid diharapkan mampu
mengenalkan Islam secara kaffah, di samping itu Masjid dapat dijadikan media untuk
menyelesaikan permasalahan ekonomi umat Islam.
Dalam hal ini, MUI Kota Bandung melalui bidang Ekonomi sedang menjalankan program, yaitu
mendirikan dan membina Koperasi Syariah berbasis Masjid. Koperasi Syariah ini merupakan
salah satu badan usaha dan lembaga keuangan yang sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang sudah mempunyai undang-undang tersendiri, serta dapat dikelola di Masjid-Masjid
dengan melibatkan para pengurus dan jemaah Masjid serta majelis taklim secara syariah sesuai
dengan nilai-nilai luhur Al-Qur’an dan As-Sunnah serta fatwa para ulama.

B. Kemakmuran Masjid dan Koperasi Syariah


Kesadaran umat Islam dalam berjamaah shalat wajib di setiap Masjid pada umumnya sangat
rendah. Hal ini dapat dililhat dari jumlah jemaah yang melakukan shalat wajib secara berjamaah
di Masjid. Umat Islam yang melaksanakan shalat wajib berjamaah di Masjid tidak begitu banyak.
Mereka masih banyak memilih shalat di rumah masing-masing daripada melaksanakannya di
Masjid secara berjamaah. Apalagi jemaah shalat subuh lebih sedikit lagi dibandingkan dengan salat
maghrib dan isya. Padahal shalat berjamaah di Masjid merupakan anjuran yang sangat tegas dari
Rasulullah saw., bahkan jika diperbolehkan, sahabat Abu Bakar As-Siddik hendak membakar
rumah seseorang yang tidak melaksanakan salat berjamaah di Masjid.
Di sisi lain, Masjid belum dapat difungsikan secara maksimal, terutama dalam bidang
Ekonomi. Tidak banyak Masjid yang dapat menjadi solusi permasalahan ekonomi umat.
Masyarakat sekitar Masjid lebih memilih meminjam kepada para rentenir daripada ke Masjid,
karena memang belum ada program Masjid yang dapat menggantikan peran rentenir di tengah-
tengah mereka. Belum lagi untuk mengatasi pengangguran yang tumbuh dan berkembang di
sekitar Masjid. Padahal Masjid seharusnya menjadi pusat kegiatan masyarakat muslim dan
menjadi sarana menyelesaikan permasalahan- permasalahan ekonomi umat, khususnya yang berada di
sekeliling Masjid.
Fenomena ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kita perlu mencari terobosan baru agar umat
Islam lebih tertarik shalat berjamaah di Masjid sekaligus memfungsikan dan memberdayakan
Masjid untuk peningkatan ekonomi umat. Hal ini dapat direalisasikan salah satunya melalui
penyaluran kredit mikro dengan membentuk sebuah lembaga keuangan syariah berbentuk
Koperasi Syariah yang mengatur pendayagunaan harta jemaah yang terkumpul dalam bentuk
simpanan pokok, wajib, dan sukarela, serta simpanan-simpanan lain yang tidak mengikat yang
akan digunakan untuk pembiayaan yang sifatnya produktif kepada anggota jemaah.
Sudah barang tentu kegiatan ini akan mendatangkan banyak manfaat. Di antara manfaatnya
adalah umat akan datang ke Masjid melalui daya tarik Koperasi Syariah yang memberi pinjaman
uang tanpa bunga dan dicicil sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, secara tidak
sadar hal ini akan membiasakan umat Islam mendatangi Masjid dan melaksanakan shalat
berjamaah. Di samping itu, umat Islam akan terhindar dari jeratan rentenir yang terus
berkeliaran mencari mangsa juga bujukan-bujukan dengan sedikit hadiah bahan makanan dan
7
pakaian asal mau menukar akidahnya.
Keberadaan Koperasi Syariah yang dikelola dan dikembangkan dengan baik, pada
gilirannya, akan dapat membantu menurunkan angka kemiskinan, khususnya yang berada di
sekitar Masjid. Juga akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan
pekerjaan. Dengan demikian, pendirian Koperasi Syariah di satu Masjid dapat mendatangkan
dua manfaat sekaligus, memakmurkan Masjid melalui shalat berjamaah dan meningkatkan
ekonomi umat Islam.

C. Kelembagaan Koperasi Syariah Berbasis Masjid


Koperasi Syariah yang akan dikembangkan ini pada dasarnya sama dengan koperasi pada
umumnya. Koperasi Syariah ini sudah mendapat pengakuan dari Kementrian Negara KUKM
dengan istilah KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah). Landasan hukumnya mengacu pada
pasal 33 UUD 1945 dan tata aturan pelaksanaannya telah diatur dan dikembangkan dalam
berbagai peraturan, misalnya Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian.
Berikutnya diikuti dengan PP No. 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh
koperasi, Kepmen Koperasi dan PKM No. 190/KEP/M/IX/1998 tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan kesehatan KJKS/UJKS/KOPERASI SYARIAH-Koperasi, dan Kepmen Koperasi
dan PKM No. 351/KEP/M/IX/1998 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh
koperasi. Khusus untuk KJKS, Kementrian Koperasi dan UKM memayungi serta menata format
pengelolaan koperasi dengan No. 91/KEP/ M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Dengan demikian, Koperasi Syariah berformat
KJKS sudah dapat didirikan dan dikelola oleh masyarakat muslim di seluruh Indonesia karena
sudah mempunyai naungan hukum yang kuat dari mulai UUD, UU, sampai kepada Kepmennya.
Perbedaan Koperasi Syariah dengan koperasi pada umumnya (konvensional) terletak pada
cara pengelolaan dana. Dana yang telah terhimpun dari para anggota, dikelola berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Salah satunya adalah menghilangkan segala unsur riba, termasuk bunga
dalam bertransaksi dengan para anggotanya. Sebagai gantinya, Koperasi Syariah menjalankan
pengelolaan dananya melalui pembiayaan berprinsip kerja sama, di antaranya mudharabah dan
musyarakah; berprinsip jual beli, di antaranya murabahah; berprinsip sewa, di antaranya ijarah;
juga berprinsip pengambilan ujroh (fee), di antaranya dengan cara kafalah (penjaminan),
wakalah (perwakilan), dan rahn (gadai).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung bidang Ekonomi berharap para pengurus
Masjid menyambut baik sikap pemerintah dalam pengembangan Koperasi Syariah dengan format
KJKS ini. MUI Kota Bandung juga terus memberikan dorongan agar setiap Masjid mempunyai
koperasi syariah. Dengan demikian, gerakan Koperasi Syariah di kota Bandung berawal dari
Masjid yang dikelola oleh jemaah Masjid. Dengan kata lain, Koperasi Syariah di kota Bandung
merupakan Koperasi Syariah yang berbasis Masjid.

D. Tujuan Mendasar Pendirian Koperasi Syariah


Mendirikan Koperasi Syariah bukan hanya bertujuan yang bersifat materialistis semata,
melainkan mempunyai tujuan yang sangat mendasar, di antaranya:
1. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam hal ekonomi Islam, meliputi tolong-menolong,
memberantas kemiskinan umat, mendorong kemajuan ekonomi mikro, serta mendidik orang
Islam agar bekerja
8
dengan manajemen yang baik, penuh kejujuran, dan bisa dipercaya.
2. Memakmurkan Masjid dengan cara mengajak para anggota Koperasi Syariah untuk ikut shalat
berjamaah di Masjid, terutama shalat subuh.
3. Menjalin kerja sama dan saling membantu dalam meningkatkan usaha di antara jemaah yang
mampu secara finansial dengan yang membutuhkan modal.
4. Mendidik para anggota rajin membuat catatan utang serta jujur dan disiplin dalam mencicil
utang.
5. Mengajak dan membiasakan para jemaah dan anggota bersikap hemat dalam menggunakan
harta dan menabung untuk kebutuhan- kebutuhan masa depan.
6. Meningkatkan SDM para pengurus/anggota agar menjadi lebih amanah, fathonah, istiqomah
dan professional.
7. Menjadi pelopor gerakan kebangkitan Koperasi Syariah dengan ikut mengurangi angka
kemiskinan, kefakiran, dan pengangguran.

E. Kepengurusan Koperasi Syariah


Sebagaimana koperasi pada umumnya, pendirian Koperasi Syariah diawali dengan
pengumpulan 20 (dua puluh) orang untuk dijadikan badan pendiri lengkap dengan fotokopi KTP-
nya. Setelah itu, adakan musyawarah untuk menentukan pengawas, dewan penasihat, dan
pengurus. Pengurus sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Boleh juga
ditambah wakil dari setiap komponen pengurus tersebut.
Di awal pengelolaannya, susunan pengurus Koperasi Syariah seperti itu sudah cukup sampai
koperasi benar-benar berjalan dengan baik. Semua pengawas dan pengurus diharapkan dapat
bekerja secara aktif melaksanakan tugas-tugas harian, mulai dari pencatatan, surat- menyurat,
sampai kepada pembukuan. Setelah koperasi bertambah maju, anggota semakin banyak, dan
kegiatannya semakin meningkat, pengurus dapat mengangkat seorang manajer dan tenaga
pembukuan. Manajer diperlukan untuk mengarahkan laju organisasi koperasi agar lebih terarah
dan terencana. Adapun tenaga pembukuan membantu pengurus untuk menyusun laporan
keuangan yang akan disampaikan pada saat musyawarah anggota tahunan (MAT). Tak kalah
pentingnya, karena ini koperasi syariah, musyawarah anggota membentuk dewan syariah agar
kegiatan-kegiatan koperasi tetap dalam jalur yang sesuai dengan syariat Islam.

F. Langkah-langkah Praktis Pendirian Koperasi Syariah


Berikut ini langkah-langkah praktis dalam mendirikan koperasi syariah:
1. Ada 2-3 pengurus Masjid yang sungguh-sungguh dan sepaham untuk mendirikan koperasi
syariah.
2. Mengumpulkan 20 orang beserta KTP-nya.
3. Tentukan pengurus 3-6 orang untuk ketua, sekretaris, bendahara, serta pengawas.
4. Musyawarah anggota untuk menentukan nama Koperasi Syariah dan besar simpanan pokok
dan wajibnya.
5. Menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
6. Mengurus domisili.
7. Susun neraca awal koperasi syariah.
8. Jalankan koperasi sekurang-kurangnya 3 bulan.
9. Buat daftar peminjam.
9
10. Prioritaskan peminjam bernominal kecil.
11. Daftarkan ke notaris dan Dinas KUKM.

G. Jenis Pembiayaan di Koperasi Syariah


Jenis pembiayaan yang dapat diterapkan di Koperasi Syariah adalah sebagai berikut:
1. Mudharabah, memberikan modal usaha kepada anggota yang membutuhkan melalui sistem
bagi hasil.
2. Murabahah, menjual barang-barang yang dibutuhkan atau yang dipesan oleh anggota
dengan mendapatkan margin laba keuntungan yang telah disepakati secara musyawarah.
3. Musyarakah, mengadakan kerja sama penyelenggaraan suatu usaha dengan anggota atau
dengan pihak lain melalui sistem bagi hasil, dengan nisbah disesuaikan dengan penyertaan
modal.
4. Qordhul Hasan, memberikan pinjaman/pemberian dana kepada anggota yang membutuhkan
khususnya untuk keperluan- keperluan yang bersifat konsumtif.
5. Kafalah, memberikan jaminan untuk anggota dalam memenuhi suatu kewajibannya kepada
pihak ketiga dengan mendapatkan imbalan atau ujroh (fee) yang telah disepakati.
6. Wakalah, pelimpahan kekuasaan kepada koperasi untuk menyelesaikan sesuatu hal
dengan mendapatkan imbalan atau ujroh (fee) yang telah disepakati.
7. Rahn (gadai), menahan salah satu harta milik anggota sebagai jaminan atas harta (uang) yang
diterimanya.
8. Musawamah, melakukan perdagangan (jual-beli) secara langsung/tunai.

H. Menghindari Risiko Utang Macet dan Mismanagemen


Permasalahan yang sering muncul di koperasi pada umumnya adalah utang yang macet dan
kesalahpahaman sesama pengurus. Untuk menghindari dua permasalahan klasik tersebut, hal-
hal berikut ini mudah-mudahan dapat menjadi jalan keluar untuk menghindarinya.
1. Pilihlah para pengurus yang berasal dari tokoh-tokoh atau pengurus Masjid yang dapat
dipercaya;.
2. Pengangkatan manajer dan tenaga pembukuan didasarkan pada keahlian dan profesionalisme.
3. Calon pemohon pembiayaan diseleksi dengan ketat, dilakukan survey dan uji kelayakan
pembiayaan.
4. Akad pembiayaan diketahui oleh istri/suami atau ahli warisnya; dan
5. Para pemohon pembiayaan diberi nasihat dan ceramah terlebih dahulu tentang bahaya tidak membayar
atau menunda-nunda membayar utang.

10
I. Contoh Formulir dan Akad-akad Pembiayaan

Untuk melengkapi tulisan ini, kami lampirkan beberapa contoh


formulir dan akad pembiayaan yang diperlukan dalam pengelolaan
koperasi syariah.
FORMULIR PENDAFTARAN
Kepada Yth.,
Pimpinan Koperasi Syariah ……………….

Dengan mengucap bismillaahirrahmaanirrahiim, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ………..................................................
Tempat, tanggal lahir : ………..................................................
Alamat : ………...................................................
Telp. : ........................ HP................................
Pekerjaan : ………..................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan*)
bermaksud mengajukan permohonan untuk dapat menjadi anggota
Koperasi Syariah ............... dengan akad Wadi’ah Yad Dhamanah
(titipan dengan hak penuh menggulirkan) dan saya bersedia menaati
segala ketentuan yang berlaku (AD/ART) di Koperasi
Syariah............... Sebagai tanda keikutsertaan saya, maka saya
bersedia menyetor:
a) Simpanan Pokok Rp ........................,-
b) Simpanan Wajib Rp .........................,-
Apabila saya tidak dapat melakukan transaksi sendiri, maka saya
menunjuk ahli waris saya sebagai wakil saya, yaitu:
Nama : ………...................................................
Tempat, tanggal lahir : ………...................................................
Alamat : ………...................................................
Hub. Keluarga : ..............................................................
Demikian permohonan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, ........................ , 20…


Pemohon,

..........................

Rekening Baru No : Paraf Setuju Ketua:


Dibukukan tanggal
11
TUGAS

BUATLAH KOPERASI SYARIAH BERBASIS MASJID DI


LINGKUNGAN MASJID TEMPAT ANDA TINGGAL

Selamat mengerjakan.....sukses selalu !!!!!!!

12

Anda mungkin juga menyukai