KATA PENGANTAR
Aset KJK sebagian besar tertanam pada aset dalam bentuk pinjaman, maka untuk
menjaga kehati-hatian KJK dalam menyalurkan pinjamannya dari hal-hal yang tidak
diinginkan, KJK perlu melakukan perjanjian (kontrak) pinjaman/pembiayaan dan
pengikatan agunan. Dalam kaitan ini Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola KJK
dituntut untuk mampu dan kompeten dalam melakukan kontrak
pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan, dalam rangka menjaga dan
mengembangkan agar KJK dapat dipercaya oleh masyarakat.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................2
Standar Kompetensi.................................................................................................3
Pendahuluan.............................................................................................................5
a. Kontrak Pinjaman/Pembiayaan dan Pengikatan Agunan....................................5
b. Pengertian dalam Kontrak Pinjaman dan Pengikatan Agunan............................6
Standar Kompetensi
BATASAN VARIABEL :
3 Kontek variabel :
Unit ini berlaku untuk merencanakan, melaksanakan dan melaporkan hasil
pelaksanaan kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan, yang digunakan
untuk melakukan kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan pada
Koperasi Jasa Keuangan
2.2 Meterai.
2.3 Stempel Koperasi Jasa Keuangan.
2.4 Alat tulis kantor .
3. Tugas pekerjaan untuk melakukan kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan
agunan pada Koperasi Jasa Keuangan meliputi :
3.1 Merencanakan kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan.
3.2 Melaksanakan kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan.
3.3 Melaporkan hasil melakukan kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan
agunan.
2. Kondisi penilaian :
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh
atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan perencanaaan,
pelaksanaan dan pelaporan hasil pelaksanaan kontrak dan pengikatan agunan.
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/ praktek,
dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja.
5. Aspek kritis :
Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit
kompetensi ini, sebagai berikut :
5.1. Perbedaan persepsi pada isi kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan
agunan.
5.2. Beban biaya kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan.
KOMPETENSI KUNCI
NO. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT
1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis informasi 2
2. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3. Merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas 2
4. Bekerja dengan orang lain dan kelompok 2
5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6. Memecahkan masalah 2
7. Menggunakan teknologi 1
PENDAHULUAN
Dalam hal penentuan besarnya pinjaman tidak selalu berdasarkan nilai agunan
tapi atas dasar rumus pembiayaan yang ada, sedangkan agunan hanya sebagai
tambahan untuk mengcover fasilitas pinjaman yang diberikan. Agunan ini nilainya
harus di atas fasilitas pinjaman yang diberikan
BAB I
MERENCANAKAN KONTRAK PINJAMAN/PEMBIAYAAN DAN
PENGIKATAN AGUNAN
2.2 Dokumen kontrak dan pengikatan, Untuk menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan atau diluar dugaan seperti salah ketik, maka perlu diteliti
kembali keakuratan dan keabsahannya.
2.3 Para pihak diundang, Pihak-pihak yang terkait dalam kontrak dan
pengikatan diundang secara resmi seperti: manajer, kabag pinjaman,
petugas pinjaman dan calon peminjam (perorangan : suami dan isteri,
sedangkan perusahaan : direktur dan komisari).
Contohnya, dalam KUH Perdata pasal 613 dengan tegas mengatur bahwa
dalam melakukan perjanjian pengalihan utang-piutang atas nama dan
kebendaan tidak bertubuh lainnya, maka perjanjian pengalihan tersebut harus
dibuat secara tertulis baik dalam bentuk akte notaris, ataupun perjanjian di
bawah tangan. Dengan pengertian lain, tidak ada perjanjian pengalihan hak
tagih piutang kepada orang lain (cessie) bila tidak dibuktikan dengan suatu
perjanjian tertulis, baik itu dalam bentuk akta notaris ataupun di bawah tangan,
seperti diatur dalam pasal 613, sebagai berikut : Penyerahan akta utang piutang
dilakukan dengan jalan membuat sebuat akta otentik atau dibawah tangan,
dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.
Selain harus tertulis, ada juga perjanjian yang harus dibuat dalam bentuk akta
otentik di hadapan notaris publik dan PPAT. Jika ketentuan tersebut tidak
dipenuhi, perjanjian tersebut akan batal demi hukum (null and void). Contohnya,
perjanjian pengalihan hak atas benda tidak bergerak seperti yang diatur dalam
pasal 617 KUH Perdata, antara lain sebagai berikut :
Tiap-tiap akta dengan mana kebendaan tak bergerak dijual, dihibahkan, dibagi,
dibebani atau dipindahtangankan, harus dibuat dalam bentuk otentik, atas
ancaman kebatalan.
Kata perjanjian dan kata perikatan merupakan istilah-istilah yang telah dikenal
dalam KUH perdata dalam menggambarkan tercapainya suatu kesepakatan
atara pihak untuk saling mengikatkan diri satu sama lain, dalam menyikapi
konsekuensi hukum dari kesepakatan untuk saling meningkatkan diri tersebut,
ternyata pengertian perjanjian tidak selalu mempunyai pengertian yang sama
dengan perikatan. Sehingga perlulah lebih dahulu dikaji dalam hal apa
pengertian dari perjanjian dapat disamakan dengan perjanjian dalam hal apa
pengertian perjanjian dan perikatan dapat dibedakan.
Pada dasarnya KUH Perdata tidak secara tegas memberikan definisi dari
perikatan, akan tetapi dalam pasal 1313 diberikan definisi dari perjanjian: Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Walaupun definisi dari perikatan tidak secara tegas diatur dalam KUH Perdata,
akan tetapi dalam pasal 1233 KUH Perdata ditegaskan bahwa perikatan selain
dapat dilahirkan dari undang-undang, dapat juga dilahirkan dari perjanjian.
Dengan kalimat lain, bila definisi dari pasal 1313 KUH Perdata tersebut
dihubungkan dengan maksud dari pasal 1233 KUH Perdata, maka terlihat
bahwa pengertian dari perjanjian dapat meliputi pengertian dari perikatan,
karena perikatan tersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendiri.
berikut : suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang
atau dua pihak, berdasarkan dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan itu.
Dari kedua definisi tersebut di atas, terlihat perbedaan yang tegas dari sisi
konsekuensi hukumnya. Pada perikatan masing-masing pihak mempunyai hak
hukum untuk menuntut pelaksanaan prestasi dari masing-masing pihak yang
telah bersepakat untuk terikat. Sementara pada perjanjian tidak ditegaskan
tentang hak hukum yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang berjanji
apabila salah satu dari pihak yang berjanji tersebut ternyata ingkar janji. Yang
ditegaskan oleh ahli hukum tersebut adalah bahwa konsekuensi dari perjanjian
tersebut dapatlah dilahirkan perikatan dengan konsekuensi hukum seperti yang
telah dijelaskan di atas.
Pada bentuk lain, dapat saja salah satu pihak yang akan berkontrak telah lebih
dahulu melakukan perancangan kontrak dengan format yang dipahami dan
diinginkannya dan kemudian menyerahkan rancangan kontrak yang
dirancangnya kepada calon mitra berkontraknya untuk direvisi ataupun untuk
disetujui. Ternyata pihak tersebut dapat menyetujui seluruh poin kesepakatan
yang terdapat dalam rancangan kontrak yang diajukan tersebut dapat
menyetujui seluruh poin kesepakatan yang terdapat dalam rancangan kontrak
yang diajukan tersebut. Atau dengan cara lain lagi. Dapat saja kedua pihak
yang akan berkontrak menyerahkannya kepada ahli perancangan kontrak
ataupun kepada Notrais Publik, dalam hal pembuatan kontrak dalam bentuk
akta otentik. Di sini rancangan kontrak tersebut sebelum akhirnya disepakati
menjadi kontrak yang mengikat.
Bila kontrak yang akan disepakti merupakan aktivitas hukum yang dilakukan
hanya dengan satu atau dua orang calon mitra kontrak, maka ketiga
kemungkinan cara perumusan draft dan menegosiasi kontrak di atas masih
memungkinkan untuk dilakukan. Misalnya, kontrak pembangunan suatu
jembatan, maka hubungan hukum yang akan disepaktai antara pemberi kerja
dengan kontrak dapat saja dibuat dengan menggunakan salah satu dari ketiga
cara di atas. Mengingat pada masing-masing pihak aktivitas bisnis tersebut
bukanlah aktivitas yang dilakukan setiap hari ataupun dilakukan dengan banyak
pihak.
Jika salah satu pihak gagal maupun lalai dalam melaksanakan kesepakatan
tersebut, akan membuat pihak yang lalai atau gagal (sebut Peminjam/Mitra
Pembiayaan), maka dihukum untuk melakukan pembayaran ganti rugi terhadap
pihak yang dirugikan akibat dari kelalaian ataupun kegagalan tersebut
(kreditur/KJK). Umumnya aktivitas-aktivitas ataupun hubungan hukum tersebut
Judul Modul : Melakukan Kontrak Pinjaman/Pembiayaan dan Halaman: 14 dari 59
Pengikatan Agunan Koperasi Jasa Keuangan
Buku Informasi Versi : 011/9/2021
MODUL DIKLAT KOMPETENSI BAGI PENGELOLA KOPERASI JASA Kualifikasi Level VI
KEUANGAN (KJK) MANAGER / Ka. CABANG
dilakukan begitu saja, hanya didasarkan pada saling percaya dan tanpa suatu
prosedur ataupun melibatkan dokumentasi dan administrasi yang tidak mudah.
Secara prakitis, hubungan-hubungan hukum di atas dilihat dari sudut pandang
non hukum, seakan-akan tidak ada yang perlu dipersoalkan.
Sanksi hukuman bagi pihak yang gagal ataupun lalai melakukan kewajiban
atupun prestasi yang telah disanggupinya dalam kontrak (wanprestasi)
pelaksanaannya dijamin oleh pengadilan. Pengadilan akan membuat suatu
putusan yang menghukum pihak yang wanprestasi untuk mengganti kerugian
dalam bentuk uang yang dapat meliputi : biaya yang telah dikeluarkan
sehubungan dengan pelaksanaan kontrak, ganti kerugian yang dialami oleh
pihak berkontrak yang dirugikan akibat dari tindakan wanprestasi, termasuk
juga bunga yang dapat dibebankan terhadap ganti rugi.
Kontrak yang dibuat secara notariel seperti akta perjanjian pinjaman notariil /
otentik, ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu :
1. Kekuatan Pembuktian
Pada suatu akta otentik terdapat 3 (tiga) macam kekuatan pembuktian :
Membuktikan antara para pihak, bahwa mereka sudah menerangkan apa
yang ditulis dalam akta tadi ( kekuatan pembuktian formal).
Membuktikan antara para pihak yang bersangkutan,bahwa sungguh –
sungguh peristiwa yang disebutkan disitu telah terjadi (kekuatan
Agar memudahkan verifikasi oleh para pihak, maka dokumen kontrak dan
pengikatan disusun sedemikian rupa, biasanya susunannya sebagai berikut :
Perjanjian Pinjaman (akte perjanjian pinjaman yang notariel).
Surat Persetujuan Permohonan Pinjaman (SP3).
Surat Kuasa menyerahkan/memindahkan hak atas barang yang dibiayai dan
agunan yang diserahkan kepada KJK (jika pengikatan secara notariel, maka
akan dibuatkan akte pengikatan agunan sesuai objek agunannya oleh
notaris).
Dokumen Agunan : Asli sertifikat (SHM, SHGB), Asli surat izin
pemakaian/penempatan kios, Asli Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB) dan Foto copy STNK (aslinya diperiksa).
Jika agunan berupa mesin-mesin : Invoice/faktur pembelian yang sah.
Agunan berupa stock barang dagangan : Daftar stock yang ada yang
ditandatangani pemilik di atas kertas bermeterai cukup.
Fotocopi Surat Nikah, Kartu Keluarga (KK) dan KTP suami/isteri.
Jika bentuk kontrak lisan saja mempunyai kekuatan hukum yang sah dan harus
dipatuhi oleh para pihak yang terikat padanya, maka prinsip tersebut
menunjukkan bahwa pada dasarnya kontrak tidak mempunyai sesuatu bentuk
yang baku. Perumusan kontrak sangat fleksibel pada bentuk-bentuk ataupun isi
yang diyakini oleh perumusan ataupun pemakaiannya dapat secara maksimal
melindungi hal hukumnya, dengan kalimat lain, kontrak tidak akan batal
walaupun bentuknya tidak lazim, sepanjang memenuhi ketentuan keabsahan
kontrak seperti yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata.
Draft suatu kontrak tidak dibatasi oleh suatu bentuk atau format yang telah baku
yang tinggal dapat dibuat oleh para pihak dengan menyesuaikan pada format
tersebut, walaupun mungkin dapat saja meninggalkan banyak ketidakjelasan
akibat pengaturan hak dan kewajiban para pihak yang kurang mendetil, namun
tidak berarti kekurang jelasan informasi tersebut akan mengurangi legalitasnya
sebagai suatu kontrak yang sah.
PERJANJIAN PINJAMAN
NO. : 002/III/2008
Pada hari ini Kamis tanggal enam bulan Maret tahun duaribudelapan (06-03-2008) bertempat di Kota
Bekasi, kami yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing :
1. PIHAK KEDUA wajib menggunakan dana pinjaman ini hanya untuk modal kerja
2. PIHAK KEDUA berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menerima pembiayaan tersebut dari
dan karenanya telah berutang kepada PIHAK PERTAMA sejumlah sebagai berikut :
Jumlah Utang Pokok Rp 20.000.000,00
Bunga / Jasa Rp 2.000.000,00… +/+
Jumlah Besarnya Utang Rp 22.000.000,00…
3. PIHAK KEDUA wajib membayar harga barang ditambah Bunga / jasa atas penyediaan fasilitas
pembiayaan ini kepada PIHAK PERTAMA dalam jangka waktu tertentu sesuai daftar angsuran
terlampir.
4. Setiap terjadi keterlambatan pembayaran oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, maka
PIHAK KEDUA berjanji dengan ini mengikatkan diri untuk membayar denda/biaya administrasi
pada PIHAK PERTAMA sebesar Rp. 110.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) atau 5% dari total
tunggakan per bulan, terhitung sejak saat kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo sampai
dengan tanggal dilaksanakannya pembayaran kembali.
5. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran sampai dengan 2 (dua) kali berturut-turut, maka PIHAK
PERTAMA akan menarik kembali barang tersebut diatas, dan segala biaya yang timbul akibat
penarikan tersebut tetap menjadi beban PIHAK KEDUA.
6. Untuk menjamin tertibnya pembayaran kembali/pelunasan pembiayaan dan margin keuntungan
tepat pada waktu yang telah disefakati kedua belah pihak berdasarkan Perjanjian ini, maka PIHAK
KEDUA berjanji dan dengan ini mengikatkan diri menyerahkan barang jaminan berupa BPKB
Mobil merk Toyota Kijang Tahun 1999 (sesuai Pengikatan Agunan tanggal 6 Maret 2008)
7. Apabila terjadi perselisihan pendapat akibat Perjanjian ini pada dasarnya diselesaikan berdasarkan
cara musyawarah untuk mufakat. Apabila terjadi perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah, kedua belah pihak memilih tempat kedudukan yang tetap dan syah di Pengadilan
Negeri Kota Bekasi
Demikian Perjanjian ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA
KSP SHARIA MANDIRI
PENGIKATAN AGUNAN
Pada hari ini Kamis tanggal enam bulan Maret tahun duaribudelapan (06-03-2008) bertempat di Kota
Bekasi, kami yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing :
1. Nama : Eyo A. Sasmita, Drs, MM
Jabatan : Manajer
Untuk dan atas nama KSP SHARIA MANDIRI untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
2. Nama : Dede Burhan, SE
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kenari III/9 Harapan Baru Bekasi
Untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Dalam pengikatan jaminan/agunan ini, PIHAK KEDUA memberikan kuasa sepenuhnya yang tidak
dapat ditarik kembali KSP SHARIA MANDIRI, untuk menjual barang-barang diatas, apabila yang
menyerahkan agunan dimaksud lalai terhadap kewajibannya kepada KSP SHARIA MANDIRI.
Dede Burhan, SE
nama jelas
Pemilik, Eyo A. Sasmita, Drs, MM
Manajer
Dede Burhan, SE
nama jelas
isi tanda silang (X) sesuai agunan/jaminan yang diserahkan.
2. Nama : ..................................................................................................................
Pekerjaan : ..................................................................................................................
Alamat : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau Mitra Pembiayaan.
Kedua belah pihak telah sepakat melakukan jual beli Murabahah dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pihak kesatu menerangkan dengan ini menjual kepada pihak kedua barang-barang sebagaimana tertulis dalam lampiran
berupa :
a. Modal Kerja Seharga Rp ……………………………………..
b. Investasi Seharga Rp. …………………………………….
Jumlah Rp …………………………………….
Rincian harga tersebut adalah
a. Harga Pokok Pembelian Rp ……………………………………..
c. Margin Rp ……………………………………..
d. Harga pokok investasi Rp ……………………………………..
e. Margin Rp ……………………………………..
Jumlah Rp …………………………………….
2. Pihak kedua telah/tidak*) membayar uang muka sebesar Rp …………………………………… kepada pihak kesatu, dengan
demikian pada hakekatnya pihak kedua berhutang kepada pihak kesatu sebesar Rp………………………….
(…………………………….........................................rupiah) dikarenakan membeli sesuatu atau sejumlah barang seperti
tersebut diatas.
3. Pihak kedua bersedia melunasi hutang tersebut paling lama ...........hari/minggu/bulan dengan cara cicilan sebesar
Rp................................... perhari/minggu/bulan. Hutang tersebut terhitung sejak tanggal .........................
s.d .........................
4. Untuk menambah jaminan supaya amanah berjalan sebagaimana mestinya maka dengan ini pihak kedua menyerahkan
jaminan berupa :
a. Jaminan Utama/Primer berupa tabungan atas nama....................... / tidak ada*. Atas jaminan tersebut BMT berhak
melakukan penarikan tabungan jika pihak kedua tidak melakukan angsuran sebagaimana kesepakatan dalam akad
piutang murbahah ini.
b. Jaminan Pelengkap/Sekunder berupa/tidak ada*. Jika pihak kedua menyalahi aturan sebagaimana tersebut dalam akad
ini, maka terhadap barang jaminan/agunan yang diserahkan kepada BMT menurut ketentuan pengikatan jaminan, atas
jaminan tersebut, pihak kedua secara otomatis menguasakan kepada pihak kesatu atau BMT untuk melakukan
pemblokiran atau menjadi pengganti modal sepenuhnya setelah terlebih dahulu diperhitungkan biaya administrasi,
c. Kerugian yang terjadi oleh sebab apapun tidak merubah kewajiban pihak kedua terhadap BMT
5. Pihak kesatu atau BMT dapat membatalkan akad ini bila ternyata pihak kedua menyalahi ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian dan karena itu seluruh modal piutang serta margin yang menjadi hak BMT harus dikembalikan.
6. Pihak kedua menjamin bahwa usaha yang dilakukannya tidak bertentangan dengan undang-undang hukum yang berlaku
atau sya’ra.
Jika dikemudian hari terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak didalam perjanjian ini maka akan diselesaikan dengan
cara musyawarah yang dilandasi oleh ukhuwah islamiyyah. Demikian surat perjanjian ini dibuat satu rangkap untuk BMT, yang
ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh dua orang saksi pada hari ……… tanggal …………………… di
Bekasi
“Orang-orang yang telah sanggup untuk membayar kewajibannya, tetapi dilalaikannya juga,
bolehlah orang merampas hartanya dan menyiksanya (memasukkan dalam penjara) “ Hadist riwayat Abu Daud dan Nasa’i
SAKSI :
1. ................................................. 2. ......................................................
Jika notaris mitra KJK yang telah dihubungi bersedia dengan jadual KJK susun,
kemudian mengkonfirmasi kepada para calon peminjam mengenai tanggal dan
tempat dilaksanakannya kontrak pinjaman dan pengikatan agunan (jika ada).
Untuk kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan yang dilakukan di
bawah tangan, langkah menghubungi notaris tidak dilakukan, dan pelaksanaan
penandatanganan kontrak pinjaman dan pengikatan agunan mutlak dilakukan di
kantor KJK sendiri.
waktu sesuai jadual, jika terjadi perubahan oleh salah satu pihak segera
informasikan kepada pihak lain.
BAB II
MELAKSANAKAN KONTRAK PINJAMAN/PEMBIAYAAN
DAN PENGIKATAN AGUNAN
Semua dokumen yang telah disiapkan baik oleh KJK maupun oleh notaris,
kemudian ditindaklanjuti oleh para pihak dengan jalan sebagai berikut:
Dokumen kontrak pinjaman dan pengikatan agunan dibacakan agar dapat
dimengerti oleh para pihak tentang isi dari kontrak pinjaman dan pengikatan
agunan tersebut.
Diberikan kesempatan untuk para pihak mengerti pasal demi pasal dari isi
perjanjian pinjaman dan pengikatan agunan, untuk memastikan tidak ada lagi
yang dipermasalahkan oleh para pihak.
Notaris (jika kontrak pinjaman secara notaril) atau manajer KJK (jika kontrak
pinjaman di bawah tangan) untuk menanyakan kepada calon peminjam,
apakah masih ada hal-hal yang perlu ditanyakan.
Di sisi lain pengertian jaminan dan agunan kredit sering disamakan, kendati
dalam UU Perbankan, pengertian keduanya sangat jelas. Jaminan Kredit
adalah untuk mendukung keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan
nasabah debitur melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan,
Jaminan Kredit meliputi unsur-unsur: watak, kemampuan, modal, agunan, dan
prospek usaha dari nasabah debitur. Menurut UU Perbankan yang Diubah,
agunan merupakan jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur
kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit/pinjaman atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Jaminan ada yang bersifat materiil dan inmateriil. Jaminan Materiil adalah
benda tertentu yang berwujud maupun tidak berwujud milik peminjam/mitra
pembiayaan atau pihak ketiga secara syah yang telah dijaminkan kepada
Kreditur untuk memenuhi kewajiban peminjam/mitra pembiayaan. Jaminan
Inmateriil adalah jaminan perorangan (personnal guarantee) dan/atau Jaminan
Korporasi (corporate guarantee) dari peminjam/mitra pembiayaan dan/atau
pihak ketiga untuk menanggung dipenuhinya kewajiban peminjam/mitra
pembiayaan.
pinjam tersebut. Sebagai panduan peraturan dan ketentuan yang dapat diacu
sekaligus merupakan sarana pendukung adalah :
1. Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang Perkoprasian Bab VIII Pasal
44 : Ayat (1) : Koperai dapat menghimpun dana dan menyalurkannya
melalui kegiatan usaha simpan pinjam dan dana (a) untuk anggota koperasi
yang bersangkutan, (b) koperasi lain dan atau anggotanya. Ayat (2) :
Kegiatan simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu dan satu-
satunya kegiatan usaha koperasi. Ayat (3) : Pelaksanaan kegiatan usaha
simpan pinjam oleh koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah (PP).
2. Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha
Simpan Pinjam.
3. Kepmen No. 194/KEP/MM/IX/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian
Koperasi.
4. Kepmen No. 351/KEP/M/XII/1998 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh koperasi.
Pengikatan agunan
Jaminan pinjaman yang diserahkan harus memiliki harga dan nilai. Berharga
artinya jaminan tersebut mempunyai harga yang dapat dinilai dengan mata
uang resmi (rupiah), sedangkan bernilai artinya bahwa jaminan tersebut
mempunyai nilai ekonomis dan nilai tambah lainnya dalam transaksi
perdagangan. Untuk mengetahui harga dan nilai dari suatu jaminan pinjaman,
dilakukan penilaian jaminan yang pelaksanaannya dapat diserahkan kepada
pihak ketiga yakni perusahaan appraisal. Biasanya KJK menggunakan
pendekatan secara konservatif, dimana agunan dinilai dengan harga terendah,
kemudian dikalikan dengan angka 70%.
Misalnya sebidang tanah berikut bangunan memiliki nilai pasar Rp 500 jt. dan
nilai menurut NJOP Rp 300 jt, maka penilaian bank terhadap agunan tersebut =
70% x Rp 300 jt = Rp 210 jt. KJK sebaiknya melakukan pengikatan terhadap
agunan dalam jumlah tertentu, artinya jaminan tersebut mempunyai harga dan
nilai yang dapat diklarifikasikan menurut harga pasar.
a. UU No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan, ada 2 ketentuan pokok mengenai objek hak
tanggungan yaitu :
Objek Hak tanggungan meliputi bangunan, tanamamn dan hasil karya
yang merupakan kesatuan dengan tanah, berupa Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha.
Objek Hak Tanggungan meliputi Rumah Susun dan Hak Pakai atas
tanah negara (semangatnya dalam membantu golongan masyarakat
menengah ke bawah, karena dalam UU Pokok Agraria No. 5 Tahun
1960 hanya disebutkan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna
Usaha).
b. Fiducia, merupakan pengembangan dari lembaga gadai. Barang-barang
yang diserahkan sebagai jaminan fiducia adalah benda/barang yang
secara sosial ekonomi dapat menunjang kelancaran jalannya suatu
usaha/perusahaan seperti kendaraan bermotor, stock barang dagangan,
Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan,
barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai
memenuhi perikatannya, tetapi melalaikannya, atau jika suatu yang harus
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang
waktu yang telah dilampaukannya.
Dalam pasal 1239 KUH Perdata diatur bahwa apabila pihak yang wanprestasi
(si berutang) tidak memenuhi kewajibannya, dalam hal berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu, maka si berutang diwajibkan memberikan penggantian
biaya, rugi dan bunga. Yang akan diganti rugi oleh si berutang menurut pasal
1246 KUH Perdata adalah kerugian yang telah diderita oleh pihak yang
dirugikan atas kontrak tersebut dan kerugian yang diderita atas batalnya keditur
tersebut untuk menikmati keuntungan yang sedianya pasti diperolehnya
andaikata kontrak tersebut berjalan dengan semestinya. Maka, sangat mungkin
jumlah kerugian yang diajukan kreditur berada di luar perhitungan debitur.
Dalam hal ini, perdebatan tentang jumlah kewajiban yang sebenarnya harus
dibayarkan oleh debitur akan diputuskan oleh pengadilan.
Doktrin force majeure sebagai dukungan terhadap prinsip bahwa prestasi yang
diperjanjikan dalam suatu kontrak haruslah prestasi yang memungkinkan untuk
dilakukan merupakan doktrin (pemaafan) yang dikenal secara universal dalam
hukum kontrak Negara-negara di dunia. Artinya, secara prinsip pengakuan
terhadap ketidakmungkinan untuk melaksanakan suatu prestasi (impossibility of
performance) disebabkan oleh halangan yang tidak dapat diduga akan terjadi
sebelumnya serta yang bukan datang dari dirinya ataupun akibat dari
kesalahannya, membuat orang yang secara normal tidak memungkinkan lagi
untuk melaksanakan prestasinya tersebut dapat dimanfaatkan dan dibebaskan
dari hukuman untuk membayar biaya, ganti rugi dan bunga (damages).
Dari pengaturan kedua pasal tersebut di atas terlihat bahwa dalam hukum
Indonesia dokrin force majeure dilaksanakan demi hukum, bukan pelaksanaan
karena kesepakatan dalam kontrak (contractualo obligatiaon). Artinya, walupun
Judul Modul : Melakukan Kontrak Pinjaman/Pembiayaan dan Halaman: 34 dari 59
Pengikatan Agunan Koperasi Jasa Keuangan
Buku Informasi Versi : 011/9/2021
MODUL DIKLAT KOMPETENSI BAGI PENGELOLA KOPERASI JASA Kualifikasi Level VI
KEUANGAN (KJK) MANAGER / Ka. CABANG
para pihak tidak secara spesifik mengatur keberlakukan dokrin force majeure
dalam kontraknya, tetap saja demi hukum dokrin force majeure tersebut dapat
berlaku sebagai alasan hukum bagi salah satu pihak yang tidak dapat
melakukan kewajibannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan dalam
kontrak.
Secara keseluruhan, pasal 1381 KUH Perdata mengatur tentang tata cara dan
dasar hukum tentang pengakhiran dari suatu perikatan, sebagai berikut :
1) Karena pembayaran.
2) Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan.
3) Karena pembaharuan utang (novasi).
4) Karena perjumpaan utang atau kompensasi (se off).
5) Karena percampuran utang.
6) Karena pembebasan utangnya.
7) Karena musnahnya barang yang terutang.
8) Kebatalan atau pembatalan.
Apabila keenam syarat tersebut dikembangkan lebih lanjut maka isi dari
perjanjian pinjaman/pembiayaan atau pengakuan hutang yang termuat dalam
pasal-pasal tersebut adalah seperti berikut :
1. Jumlah maksimum pinjaman/pembiayaan (plafond) yang diberikan oleh KJK
kepada peminjamnya. Dalam prakteknya, KJK dapat juga memberikan
kesempatan kepada debiturnya untuk menarik dana melebihi plafond
pinjamannya (overdraft).
2. Cara/media penarikan pinjaman/pembiayaan yang diberikan, yang mana
penarikan dana tersebut dilakukan di kantor KJK yang bersangkutan dan
pembayaran yang dilakukan pada hari dan jam kantor dibuka. Penarikan
dan pembayaran mana akan dicatat pada pembukuan KJK dan rekening
peminjam.
3. Jangka waktu dan cara pembayaran sampai jatuh tempo. Ada 2 (dua) cara
pembayaran yang lazim digunakan, yaitu; (1)diangsur; atau (2) secara
sekaligus lunas. Peminjam berhak untuk sewaktu – waktu untuk mengakhiri
perjanjian tersebut sebelum jangka waktunya berakhir, asal membayar
seluruh jumlah yang terhutang termasuk bunga, denda dan biaya – biaya
lainnya.
4. Mutasi keuangan peminjam dan pembukuan oleh KJK. Dari mutasi
keuangan dan pembukuan KJK ini dapatlah diketahui berapa besar jumlah
yang terhutang oleh debitur.
5. Pembayaran bunga/margin, administrasi, provisi dan denda (bila ada).
Kecuali pembayaran bunga/margin, maka pembayaran biaya administrasi
dan provisi harus dibayar dimuka oleh peminjam bila terdapat tunggakan
angsuran ataupun bunga/margin.
6. Klausula opersbarheid, yaitu klausula yang memuat hal – hal mengenai
hilangnya kewenangan bertindak atau kehilangan hak bagi peminjam untuk
mengurus harta kekayaanya, ketentuan – ketentuan dalam perjanjian
peminjam atau pengakuan hutang, sehingga peminjam harus membayar
secara seketika dan sekaligus lunas. Klausula tersebut antara lain karena:
(1) peminjam tidak membayar kewajiban secara sebagaimana mestinya.
(2) peminjam/pemilik jaminan pailit.
(3) peminjam/pemilik jaminan meninggal dunia.
(4) harta kekayaan peminjam/pemilik jaminan dilakukan penyitaan.
(5) Surcance van betaling.
(6) peminjam/pemilik jaminan ditaruh dibawah pengampunan (order curatele
gestesld).
7. Jaminan yang diserahkan oleh peminjam beserta kuasa – kuasa yang
menyertainya dan persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan
asuransi atas barang jaminan tersebut.
8. Syarat – syarat lain yang harus dipenuhi oleh peminjam dan termasuk hak
untuk pengawasan/pembinaan pinjaman oleh KJK.
9. Biaya akta dan biaya penagihan hutang yang juga harus dibayar oleh
peminjam.
Jika KJK ingin mempunyai kedudukan hukum yang kuat, maka jaminan
pinjaman/pembiayaan harus diperjanjikan secara tegas dan tertulis; barangnya
apa?, orangnya siapa?, tanggungannya berapa? Dengan demikian kedudukan
KJK sebagai kreditur lebih diutamakan daripada kreditur yang lain.
Yang perlu diperhatikan dalam pembebanan jaminan pinjaman pada KJK ialah :
Judul Modul : Melakukan Kontrak Pinjaman/Pembiayaan dan Halaman: 37 dari 59
Pengikatan Agunan Koperasi Jasa Keuangan
Buku Informasi Versi : 011/9/2021
MODUL DIKLAT KOMPETENSI BAGI PENGELOLA KOPERASI JASA Kualifikasi Level VI
KEUANGAN (KJK) MANAGER / Ka. CABANG
1960 bhanya disebutkan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak
Guna Usaha ).
b. Fiducia, objek fiducia adalah untuk benda-benda bergerak yang
diserahkan sebagai jaminan fiducia adalah benda/barang yang secara
sosial ekonomi dapat menunjang kelancaran jalannya suatu
usaha/perusahaan seperti kendaraan bermotor, stock barang dagangan,
inventaris dll. Selain barang bergerak, maka dengan berlakunya UU
Rumah Susun tanah dengan status hak pakai dapat diterima sebagai
jaminan dengan fiducia.
c. Gadai menurut Pasal 1150 KUH Perdata adalah suatu jaminan dalam hal
pelaksanaan suatu prestasi yang akan diberikan oleh debitur untuk masa
yang akan datang mengingat bahwa gadai memberikan kekuasaan
kepada pemegang gadai untuk mengambil pelunasan dari barang gadai
secara didahulukan. Objek gadai selain benda-benda bergerak juga
benda bergerak yang tak bertubuh sebagaimana pasal 1152, 1153 KUH
Perdata adalah tagihan-tagihan atau piutang, surat-surat atas unjuk dan
atau atas bawa.
d. Cessie piutang dapat dijadikan jaminan pengembalian pinjaman, dengan
memberikan hak untuk didahulukan dari pada para piutang lainnya kepada
Kreditur penerima jaminan cessi piutang. Cessie merupakan bentuk
pengalihan piutang sesuai Pasal 613 KUH Perdata. Syarat-syarat cessie
piutang sebagai Jaminan Kredit/Pinjaman :
Harus ada perjanjian pinjaman sebagai perjanjian pokok.
Piutang atas nama dan piutang itu telah ada pada saat dijaminkan.
Cessie piutang sebagai Jaminan pinjaman harus dituangkan dalam
suatu perjanjian pemberian jaminan yang dibuat dengan akta notaris,
menurut standar perjanjian pemberian pinjaman yang berlaku.
Cessie piutang yang menjadi jaminan pada KJK tidak dibukukan
sebagai harta KJK, selain sebagai agunan yang dibukukan secara
administrasi pada KJK.
Hubungan Interpersonal
Hubungan antara para pihak yang terlibat dalam masing-masing aktivitas
komersial seperti yang dicontohkan di atas, secara hukum, diwujudkan dalam
suatu perikatan hak dan kewajiban (prestasi) yang memberikan konsekuensi
adanya pihak yang berkewajiban melaksanakan kewajiban bagi pihak lain
menjadi haknya. Karena jika perikatan hak dan kewajiban dilaksanakan sesuai
dengan kesepakatan, akan memberikan keuntungan sehubungan dengan
sasaran komersial yang diharapkan oleh masing-masing pihak tersebut.
Dengan kalimat lain, terhadap suatu perikatan ataupun kontrak, memang harus
ada pengaturan yang tegas dan jelas sebagai ketegasan dan kejelasan dari
maksud masing-masing pihak kontrak untuk membangun kepastian bahwa para
pihak yang melakukan peringatan tersebut memang harus tunduk untuk
melaksanakanya dengan niat baik dan konsekuen.
Semua dokumen yang telah disiapkan oleh baik oleh KJK maupun oleh notaris,
kemudian ditindaklanjuti oleh para pihak dengan jalan sebagai berikut :
Jika para pihak telah sepakat bahwa isi perjanjian pinjaman maupun
pengikatan agunan dapat diterima, maka para pihak melakukan
penandatanganan pada dokumen kontrak pinjaman dan pengikatan agunan
Semua dokumen yang telah disiapkan oleh para pihak ditindaklanjuti dengan
jalan sebagai berikut :
Penandatanganan dokumen kontrak dan pengikatan dokumen kontrak dan
pengikatan semua ditandatangani oleh para pihak yaitu pengurus, peminjam
dan notaris.
Berkas dokumen kontrak dan pengikatan setelah ditandatangani berkas
dokumen kontrak dan pengikatan yang bersifat legal diarsipkan pada tempat
khusus (file permanent) yang disediakan.
Hasil kontrak dan pengikatan yang berupa dokumen sebelum di file
dilaporkan kepada pengurus.
Subjek dari suatu kontrak adalah para pihak yang menyepakati kontrak tersebut
sehingga oleh karenanya menjadi terikat dan bertanggung jawab terhadap
pemenuhan kewajiban dalam poin-poin perikatan yang telah disepakatinya
dalam kontrak tersebut. Selain dari keterikatan untuk melaksanakan
kewajibannya sehubungan dengan kontrak yang telah disepakati, subjek hukum
juga merupakan pihak yang harus mempertanggung jawabkan akibat kerugian
yang dialami oleh mitra berkontraknya sebagai akibat dari tindakan ingkar janji
(wanprestasi) yang dilakukannya. Terhadap kerugian tersebut, seluruh harta
subjek hukum menjadi jaminan pembayarannya. Subjek kontrak tersebut dapat
berupa subjek hukum pribadi (personal entity) ataupun subjek hukum korporasi
Obyek Kontrak
Obyek dari kontrak adalah prestasi (performance) itu sendiri, yaitu berupa suatu
tindakan dalam pelaksanaan kewajiban untuk memberikan/ menyerahkan
sesuatu, berbuat dan tidak berbuat sesuatu bagi kreditur maupun debitur
sebagai pihak-pihak yang terikat dalam pelaksanaan suatu kontrak. Contohnya,
dalam kontrak jual beli satu unit komputer. Objek dari kontrak jual beli tersebut
adalah kewajiban dari pembeli untuk melakukan pembayaran atas computer
yang disepakati untuk dibeli tersebut kepada penjual.
Jika subjek hukum tersebut adalah orang pribadi (person entity) maka
kewenangannya untuk melakukan perbuatan hukum akan dapat dimulai setelah
dia dewasa ataupun telah berumur 21 tahun. Pasal 1329 KUH Perdata
menegaskan bahwa setiap orang dinyatakan cakap untuk berkontrak, kecuali
bila undang-undang menyatakan tidak cakap. Dan orang-orang yang tidak
cakap untuk berkontrak dijelaskan dalam pasal 1330 KUH Perdata, yaitu :
3. Orang-orang perempuan, dalam hal yang ditetapkan oleh UU, dan pada
umumnya semua orang kepada siapa UU telah melarang membuat
persetujuan tertentu.
Legal file merupakan kelompok arsip yang bersifat tetap (permanent file)
pemanfaatannya bersifat berkala harus disimpan pada lemari khusus tahan api.
Formulir-formulis yang disiapkan harus disesuaikan dengan keadaan bentuk
dokumen yang ada dan bisa menampung banyak serta tidak mudah rusak dan
harus tahan lama. Dokumen seperti perjanjian pinjaman (akad kredit)
pengikatan agunan, polis asuransi dan dokumen legal lainnya dimasukkan ke
legal file.
Secara umum, kontrak lisan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
kontrak tertulis. Donnel Barnes Metzger berpendapat dalam bukunya, sebagai
berikut :
Many people mistakenly believe that oral xontracts are not binding and
enforceable. How many times have yau heard someone say :”I agreed, but they
didn’t get itu in writing? The truth of the matter is that oral cintracts are generally
every bit as binding and enforceable asa written ones.
Prinsip bahwa kontrak tidak harus tertulis merupakan suatu prinsip yang berlaku
secara universal atau berlaku secara internasional. Prinsip ini juga dengan
tegas diatur dalam pasal 1 ayat (2) dari dokumen The Peinciples of Intrnational
Commercial Contract yang menegaskan sebagai berkit :
Sejalan dengan itu, dalam pasal 1320 KUH Perdata ditegaskan bahwa yang
menjadi ukuran terhadap keabsahan suatu kontrak, menurut hukum Indonesia,
adalah apabila telah memenuhi empat persyaratan fundamental: adanya
kesepakatan antara pihak yang berkontrak, para pihak tersebut cakap untuk
membuat suatu kontrak, hal yang diperjanjikan dalam kontrak tersebut jelas dan
kuasa dari perjanjian tersebut halal.
Unsur Essensialia
Unsur essensialia suatu kontrak adalah unsur yang sangat penting dan mutlak
harus dipenuhi untuk dapat dikatakan telah ada atau telah lahirnya suatu
kontrak. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan dari apa-apa
sebenarnya yang mutlak harus jelas dalam suatu kontrak. Seperti dalam
kontrak sewa-menyewa, hargra sewa dalam kontrak tersebut harus jelas. Begitu
juga dengan kuasa dari suatu kontrak. Karena apabila hal tersebut tidak
dipenuhi dalam suatu kontrak maka dapat membuat kontrak tersebut tidak
pernah hadir.
Unsur Naturalia
Unsur naturalia suatu kontrak adalah unsure perjanjian yang diatur dalam
undang-undang. Namun, keberlakuan kontrak dapat dikesampingkan oleh para
pihak yang berkontrak. Contohnya, dalam guarante ogreement, keditur pada
umumnya akan meminta untuk tidak diberlakukannya ketentuan pasal 1831,
1833 1837, 1847, 1849 KUH Perdata yang mengatur tentang kewajiban kreditur
untuk terlebih dulu mengusahakan pemenuhan utang tersebut dari debitur
sebelum melakukan penagihan kepada guarantor dari perjanjian kredit tersebut.
Contoh lain, dalam pasal 1831 KUH Perdata, dengan tegas diatur hak isimewa
dari seorang guarantor. Bila debitur utama (principal debitor) wanprestasi,
kreditur tersebut hanya dapat menggugat guarantor, sebagai penjamin dalam
hal telah lebih dahulu dibuktikan bahwa debitur utama tersebut tidak
mempunyai harta maupun kemampuan lagi untuk menyelesaikan utang-
utangnya. Namun, pasal yang mengatur hak istimewa dari seorang penjamin
tersebut ternyata dapat dikesampingkan keberlakuannya berdasarkan hak yang
diberikan oleh pasal 1832 KUH Perdata.
Unsur Accidentalia
Unsure accedentalia adalah suatu kontrak mengambarkan kebebasan kontrak
bagi para pihak, para pihak dalam hal ini dapat memperjanjikan hal-hal yang
telah disepakati bersama dan menuangkannya dalam kontrak, walaupun hal-hal
yang disepakati tersebut tidak diatur dalam undang-undang.
Dengan kata lain perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian antara pihak
tersebutlah yang menjadi hukum di antara mereka. Akan tetapi, sebagai hukum
yang bersifat menambah, walaupun para pihak tidak mencantumkan ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam hukum perjanjian, ketentuan-ketentuan terebut
tetap berlaku bagi para pihak tersebut selama mereka tidak
mengenyampingkan keberlakuannya. Hal ini secara khusus pada perjanjian
bersama yang telah secara khusus diatur dalam KUH Perdata.
Perjanjian Pinjam Meminjam diatur dari pasal 246-308 KUH Dagang, dengan
telah diaturnya secara khusus ketentuan-ketentuan berkontrak untuk aktivitas
tertentu, seperti yang dimaksudkan dalam perjanjian bernama tersebut, maka
demi hukum pasal-pasal dalam masing-masing perjanjian bernama tersebut
akan menjadi ketentuan yang otomatis berlaku dan mengikat para pihak dalam
hal melakukan aktivitas hukum sesuai dengan jenis-jenis perjanjian dalam
perjanjian bernama tersebut.
1). Pasal 1338 ayat (1) dan pasal 1340 KUH Perdata yang memberikan
kebebasan bagi para pihak yang berkontrak (party autonomy) untuk
membangun kesepakatan-kesepakatan tersebut akan merupakan hukum
yang berlaku dan mengikat pihak-pihak yang berkontrak tersebut secara
khusus berdasarkan doktrin lex spcialis derogate lexi generalis.
2). Kehadiran pasal 1320 yang memberikan koridor hukum tentang syarat-
syarat perancangan suatu kontrak yang sah sebagai tuntunan terhadap
hak kebebasan berkontrak yang diberikan oleh pasal 1338 ayat (1)
tersebut.
3). Kehadiran pasal 1319 yang secara tegas mengkorporasikan kontrak-
kontrak yang dibuat berdasarkan hak yang diberikan oleh pasal 1338 dan
pasal 1320 tersebut, untuk tunduk sehingga menjadi hukum yang
meningkat yang tidak terpisahkan dari KUH Perdata.
4). Pasal 1338 ayat (2) yang memberikan kepastian bahwa kontrak yang telah
dibuat dengan sah tersebut berlaku sebagai hukum khusus yang mengikat
pihak-pihak yang berkontrak sehingga tidak dapat dilakukan perubahan
sepihak tanpa ijin dari mitra berkontraknya terlebih dahulu.
Seorang contract drafter yang baik harus sangat memahami bahwa kontrak-
kontrak yang di rancangnya atas dasar kebebasan berkontrak tersebut adalah
kontrak-kontrak yang harus memenuhi seluruh ketentuan yang diatur dalam
pasal 1320 KUH Perdata sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan
suatu kontrak yang sah dan mengikat berdasrakan ketentuan hukum Indonesia.
Artinya, tidak benar bila dalam merancang suatu kontrak yang pilihan hukumnya
(governing law) adalah hukum Singapura, seorang contract drafter tetap
menggunakan pasal 1320 KUH Perdata sebagai ukuran perancangan kontrak
tersebut.
BAB III
MELAPORKAN HASIL MELAKUKAN KONTRAK
PINJAMAN/PEMBIAYAAN DAN PENGIKATAN AGUNAN
1) Pelaporan
Teknik Pelaporan kegiatan melakukan kontrak pinjaman/pembiayaan dan
pengikatan agunan KJK. Manajer mendiskusikan dengan para kepala
bagian mengenai terjadinya kekurangan-kekurangan dalam kegiatan yang
berkaitan dengan kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan,
jika faktor penyebabnya adalah masalah skill SDM, maka segera dilakukan
upaya peningkatan kompetensi SDM melalui pembinaan dan diklat. Bila
faktor penyebabnya masalah internal lainnya seperti sarana dan prasarana,
segera dilengkapi dengan merekomendasikan kepada pengurus.
Pengertian Laporan adalah penyampaian informasi dari seorang manajer
kepada petugas/pejabat lain dalam suatu sistem administrasi. Laporan
memiliki fungsi informasi, pengawasan, pengambilan keputusan, dan fungsi
pertanggung jawaban.
Jenis Laporan dapat dibagi menjadi beberapa macam, berikut ini akan
diuraikan sebagai berikut :
a. Laporan menurut isinya :
• Laporan Informatif
• Laporan Rekomendasi
• Laporan Analitis
• Laporan pertanggungjawaban
• Laporan Kelayakan
b. Laporan menurut bentuknya :
• Laporan berbentuk Memo
• Laporan berbentuk Surat
• Laporan berbentuk Naskah
2) Penyusunan Laporan
Laporan evaluasi dan rekomendasi dapat dibuat dalam bentuk form dan
dilaporkan untuk ditindak lanjuti seperti berikut :
Format Laporan (Form laporan berkala sesuai dengan ketentuan masing-masing KJK)
Telah
No. Kegiatan Dilaksanakan Rekomendasi
YA TIDAK
1. Penyusunan draft dokumen kontrak √ Sesuai prosedur
pinjaman/pembiayaan
2. Penyusunan draft dokumen pingakatan agunan √ Sesuai prosedur
3. Penyiapan sarana pendukung untuk pelaksanaan √ Sesuai prosedur
kontrak pinjaman/pembiayaan dan pengikatan
agunan
4. Penyusunan jadual pelaksanaan kontrak √ Sesuai prosedur
pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan
5. Pelaksanaan konfirmasi kepada para pihak tentang √ Belum dilakukan
jadual pelaksanaan kontrak pinjaman/pembiayaan
dan pengikatan agunan
6. Pemanggilan para pihal melalui undangan √ Secara lisan
7. Penjelasan kontrak pinjaman/pembiayaan dan √ Sesuai prosedur
pengikatan agunan kepada para pihak
8. Penandatanganan kontrak pinjaman/pembiayaan dan √ Sesuai prosedur
pengikatan agunan oleh para pihak
9. Penyimpanan dan pengamanan dokumen kontrak √ Disimpan di filling
pinjaman/pembiayaan dan pengikatan agunan cabinet
c. Judul : Hak Tangungan Atas Tanah Beserta Benda Yang Berkaitan Atas Tanah
Penulis : --
Penerbit : Radja Grafindo Indonesia, Jakarta
Tahun publikasi : 1997