CHAIRUN NISA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Bisnis Penggemukan Sapi Potong pada PT Catur Mitra Taruma Desa Cariu
Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Chairun Nisa
NIM H34090001
ABSTRAK
ABSTRACT
There is a gap between national beef consumption and production. This gap
could be a chance to open fattening beef cattle. PT Catur Mitra Taruma took that
chance and opened fattening beef cattle on March 2010. The purpose of this research
is to analyze the feasibility of fattening beef cattle in PT Catur Mitra Taruma. The
research was conducted at the main office of PT Catur Mitra Taruma at South Jakarta
and its feedlot stall is at Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Data analysis method which is
used on this research is qualitative analysis method to analyze feasibility based on
non-financial aspect such as market aspect, technical aspect, management and law
aspect, and also social, economic, and environmental aspect and quantitative analysis
based on investment criteria and sensitivity analysis using switching value to analyze
feasibility based on financial aspect. The result of this feasibility analysis shows that
fattening beef cattle in PT Catur Mitra Taruma is feasible to run. Based on the
sensitivity analysis using a switching value, the component ready for slaughter cattle
sales volume is more sensitive to change than the component cost of concentrate feed.
CHAIRUN NISA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Bisnis Penggemukan Sapi Potong pada PT
Catur Mitra Taruma Desa Cariu Kecamatan Cariu Kabupaten
Bogor
Nama : Chairun Nisa
NIM : H34090001
Disetujui oleh
Dr Ir Ratna Winandi, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing,
Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama, dan Dr Amzul Rifin, SP,
MA selaku dosen penguji Departemen Agribisnis. Terima kasih juga disampaikan
kepada Yanti N Muflik, SP, MAgribuss selaku wali akademik selama penulis
menjalani masa perkuliahan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Ifyandri St.
Rojolelo selaku Direktur Utama PT Catur Mitra Taruma, Ibu Maria Diana selaku
Manajer Akuntansi PT Catur Mitra Taruma, dan Suhail Basymeleh selaku
Supervisor Pemeliharaan Hewan PT Catur Mitra Taruma serta seluruh pihak dari
PT Catur Mitra Taruma lainnya yang telah membantu selama pengumpulan data
dan penelitian.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua tercinta Hasan
Basymeleh dan Nur Sahil Sahak, kakak tercinta Suhail dan Fatma serta seluruh
keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya kepada penulis selama
ini. Terima kasih juga kepada seluruh sahabat dan teman-teman, khususnya
teman-teman Agribisnis 46 atas segala doa, bantuan, dan dukungannya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Chairun Nisa
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Kerangka Pemikiran Operasional 18
METODE PENELITIAN 19
Lokasi dan Waktu Penelitian 19
Jenis dan Sumber Data 20
Metode Pengumpulan Data 20
Metode Pengolahan dan Analisis Data 20
Asumsi Dasar 24
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 25
Sejarah Perusahaan 25
Lokasi Perusahaan 25
Visi dan Misi Perusahaan 26
Aktivitas Bisnis Perusahaan 26
ANALISIS KELAYAKAN BISNIS ASPEK NON FINANSIAL 27
Aspek Pasar 27
Aspek Teknis 32
Aspek Manajemen dan Hukum 46
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 52
ANALISIS KELAYAKAN BISNIS ASPEK FINANSIAL 53
Arus Kas (Cashflow) 53
Analisis Laba Rugi 73
Analisis Kelayakan Finansial TARUMA 74
Analisis Sensitivitas dan Switching Value 75
SIMPULAN DAN SARAN 77
Simpulan 77
Saran 78
DAFTAR PUSTAKA 78
LAMPIRAN 82
DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan ketersediaan komoditas pangan nabati dan pangan hewani
tahun 2007-2011 1
2 Konsumsi daging sapi per kapita di beberapa negara 2
3 Populasi sapi potong di Indonesia tahun 2011 3
4 Volume impor sapi Indonesia tahun 2009-2011 4
5 Jumlah penduduk Jabodetabek tahun 1990-2010 28
6 Harga produk yang dihasilkan TARUMA Februari 2013 31
7 Proyeksi panen sapi siap potong jenis lokal tahun 2013-2030 54
8 Proyeksi panen sapi siap potong jenis BX tahun 2013-2030 55
9 Proyeksi penjualan sapi siap potong jenis lokal tahun 2013-2030 56
10 Proyeksi penjualan sapi siap potong jenis BX tahun 2013-2030 57
11 Proyeksi pembelian sapi bakalan jenis lokal oleh TARUMA 60
12 Proyeksi pembelian sapi bakalan jenis BX oleh TARUMA 61
13 Proyeksi biaya pembelian sapi bakalan jenis lokal TARUMA 62
14 Proyeksi biaya pembelian sapi bakalan jenis BX TARUMA 63
15 Rincian biaya pakan untuk sapi yang digemukkan TARUMA 65
16 Rincian biaya pakan konsentrat untuk dijual oleh TARUMA 66
17 Rincian biaya eartag yang dikeluarkan TARUMA 68
18 Pembayaran pinjaman dan bunga TARUMA kepada Victoria Bank 72
19 Hasil analisis laporan laba rugi TARUMA 74
20 Hasil analisis kelayakan finansial TARUMA 74
21 Hasil analisis switching value pada TARUMA 76
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan bisnis
penggemukan sapi potong pada PT Catur Mitra Taruma 19
2 Hubungan antara NPV dan IRR 23
3 Kandang koloni (kiri) dan kandang individu (kanan) 33
4 Loading dan unloading facilities pada TARUMA 34
5 Cattle yard (kiri) dan cattle scale dan cattle crush (kanan) 35
6 Jembatan timbang pada TARUMA 35
7 Gudang dan pabrik pakan TARUMA 36
8 Kantor administrasi (kiri) dan wisma pegawai (kanan) 36
9 Saluran dan kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 37
10 Lapangan penjemuran kotoran sapi 38
11 Proses pemberian pakan dan minum 41
12 Proses pembuatan pakan konsentrat hingga pendistribusian ke kandang 42
13 Pembersihan dan pengumpulan kotoran sapi 44
14 Layout produksi pada TARUMA 45
15 Struktur organisasi TARUMA 48
16 Hubungan NPV dan IRR hasil analisis kelayakan finansial pada
TARUMA 75
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah nilai sisa bisnis penggemukan sapi potong TARUMA 82
2 Biaya investasi pada bisnis penggemukan sapi potong TARUMA 84
3 Rincian re-investasi yang dilakukan TARUMA 86
4 Proyeksi siklus pembelian sapi bakalan lokal pada TARUMA 92
5 Proyeksi siklus pembelian sapi bakalan impor pada TARUMA 93
6 Rincian biaya penyusutan TARUMA 94
7 Laporan laba rugi TARUMA 96
8 Laporan arus kas (cashflow) TARUMA 98
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
http://www.fao.org/docrep/005/y4252e/y4252e05b.htm
3
240 juta jiwa berarti konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sebesar 480 juta
kg atau setara dengan 480 ribu ton per tahun.
Upaya pemenuhan konsumsi daging sapi Indonesia erat kaitannya dengan
populasi ternak sapi dan kemampuan produksinya. Populasi sapi potong di
Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 secara
nasional populasi ternak besar mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
tahun 2009. Populasi sapi potong sebesar 13.58 juta ekor (peningkatan sebesar
6.44 persen), sapi perah 0.49 juta ekor (peningkatan sebesar 2.89 persen), dan
kerbau 2 juta ekor (peningkatan sebesar 3.45 persen). Data terakhir dari Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyebutkan bahwa pada tahun 2011
berdasarkan hasil sensus peternakan populasi sapi potong Indonesia mencapai
14.79 juta ekor, dengan rincian seperti yang dituliskan pada Tabel 3.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Ada dua tipe penggemukan sapi yaitu penggemukan sapi komersial dan
penggemukan oleh peternak rakyat. Perbedaan di antara keduanya terletak pada
status kepemilikan dan ukuran dari penggemukannya. Bisnis penggemukan yang
dilakukan oleh peternak biasanya dimiliki oleh individual atau keluarga dan
berskala kecil dengan kapasitas sapi maksimal 1 000 ekor. Sedangkan
penggemukan komersial yang dilakukan oleh perusahaan dengan skala besar
umumnya dimiliki oleh individu, partnership, atau korporasi, dengan kapasitas
sapi lebih dari 1 000 ekor (Field 2007). Di Indonesia, lebih dari 90 persen
kegiatan penggemukan sapi dilakukan oleh peternak rakyat (Muladno 2008).
Bisnis penggemukan sapi dikembangkan oleh feedlotters (perusahaan
penggemukan sapi dalam skala besar) ataupun oleh peternak rakyat dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kuantitas sapi potong di dalam negeri, baik itu berasal
dari sapi potong lokal maupun sapi potong impor (Bank Indonesia 2000).
Penggemukan sapi potong umumnya dilakukan dengan tujuan untuk
menghasilkan nilai tambah secara ekonomis dan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan daging yang sehat dan berkualitas baik (Rahardjo 2009).
Dalam bisnis penggemukan sapi potong, pemilihan jenis sapi bakalan yang
akan digemukkan merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi
produktivitas daging yang dihasilkan. Secara umum, sapi dapat dibedakan
menjadi beberapa bangsa, yaitu sapi bangsa tropis, sapi bangsa subtropis (Eropa),
dan sapi bangsa brahman (Yulianto dan Saparinto 2010).
bakalan dalam bisnis penggemukan sapi. Sapi bakalan merupakan sapi yang siap
untuk digemukkan. Di antara sapi tropis yang dapat digunakan sebagai sapi
bakalan adalah:
1. Sapi Bali
Sapi bali merupakan keturunan dari banteng (Bos sondaicus) yang
telah mengalami proses penjinakan (domestikasi) berabad-abad lamanya.
Bentuk tubuh sapi bali menyerupai banteng tetapi dengan ukuran yang lebih
kecil akibat proses domestikasi dengan warna bulu untuk sapi betina adalah
merah bata sedangkan untuk sapi jantan berwarna kehitam-hitaman. Tinggi
badan sapi bali dewasa mencapai 130 cm, dengan bobot rata-rata sapi jantan
450 kg dan sapi betina 300-400 kg (Sudarmono dan Sugeng 2009). Menurut
Yulianto dan Sapironto (2010) pertambahan bobot tubuh sapi bali sebesar
0.35 kg/hari.
2. Sapi Madura
Sapi madura merupakan sapi hasil persilangan antara Bos sondaicus
dan Bos indicus. Baik sapi jantan maupun sapi betina memiliki warna bulu
merah bata dengan tinggi badan kira-kira 118 cm dan bobot badan 350 kg
(Sudarmono dan Sugeng 2009).
3. Sapi Ongole
Sapi ongole merupakan sapi keturunan sapi liar Bos indicus yang
dijinakkan di India dan mulai masuk ke Indonesia pada permulaan abad 20-
an (Siregar 2003). Di Indonesia, sapi ongole dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sapi sumba ongole (SO) dan peranakan ongole (PO). Sapi sumba
ongole memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan sapi lokal lainnya,
dengan warna bulu yang bervariasi dari putih hingga putih kelabu. Tinggi
sapi sumba ongole jantan dewasa mencapai 150 cm dengan bobot badan
250-300 kg sedangkan sapi sumba ongole betina memiliki tinggi badan 135
cm dengan bobot badan 150-200 kg. Pertambahan bobot badan pada sapi
sumba ongole sebesar 0.81 kg/hari (Yulianto dan Saparinto 2010). Sapi
peranakan ongole merupakan hasil perkawinan sapi sumba ongole dengan
sapi lokal lainnya. Postur tubuh dan bobot bandan dari sapi peranakan
ongole lebih kecil dibandingkan dengan sapi sumba ongole. Sapi sumba
ongole terdapat di wilayah Sumba, Sulawesi Utara, Sumatera, dan
Kalimantan, sedangkan untuk sapi peranakan ongole banyak terdapat di
daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah (Siregar 2003).
lingkungan tropis (Yulianto dan Saparinto 2010). Beberapa jenis sapi bangsa
brahman adalah:
1. Sapi Brahman
Sapi brahman merupakan sapi pengembangan dari keturunana Bos
indicus yang berkembang pesat di Amerika Serikat. Sapi brahman memiliki
ukuran tubuh besar dengan punuk yang besar pula, bergelambir, dan
berkulit longgar serta bertanduk besar, dengan warna kulit keputihan. Sapi
brahman banyak digunakan dalam perkawinan silang dengan tujuan
memperoleh sapi yang cocok di daerah tropis. Bobot sapi brahman betina
dewasa mencapai 550 kg sedangkan bobot sapi jantan brahman dewasa
mencapai 800 kg. Pertambahan bobot tubuh sapi brahman sebesar 0.91
kg/hari (Yulianto dan Saparinto 2010).
2. Sapi Santa Gertrudis
Sapi santa gertrudis merupakan hasil persilangan antara sapi brahman
dengan sapi shorthorn, berasal dari Texas. Ukuran tubuh sapi santa gertrudis
besar dan padat dengan kepala lebar, dahi berlekuk serta memiliki daging
tebal dan warna kulit merah kecokelatan. Sapi jantan santa gertrudis dewasa
memiliki ukuran punuk yang kecil dan memiliki gelambir di bawah leher
dan perut. Sapi santa gertrudis memiliki pertumbuhan yang cukup cepat
tetapi tingkat fertilitasnya tidak tinggi. Selain itu, sapi santa gertrudis juga
memiliki ketahanan tubuh yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan
toleransi terhadap pakan yang sederhana. Bobot sapi santa gertrudis betina
dewasa mencapai 725 kg sedangkan bobot sapi jantan santa gertrudis
dewasa mencapai 900 kg. Pertambahan bobot tubuh sapi santa gertrudis
sebesar 1.13 kg/hari (Yulianto dan Saparinto 2010).
Penelitian Terdahulu
lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan, nilai Net B/C lebih dari satu
dan payback period sebelum umur bisnis berakhir.
Penelitian lainnya yang masih berkaitan dengan sapi potong dilakukan oleh
Sodiq dan Budiono (2012), dengan judul penelitian produktivitas sapi potong
pada kelompok tani ternak di pedesaan. Penelitian tersebut dilakukan dengan
metode survei di lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Cilacap, Banyumas,
Purbalingga, Kebumen, dan Banjarnegara. Variabel utama yang diamati dalam
penelitian tersebut adalah produktivitas sapi potong pada bangsa sapi peranakan
ongole, peranakan sumba ongole, peranakan simmental, dan persilangan charolois
yang dipelihara secara kelompok. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan, pemeliharaan sapi potong pada kelompok tani ternak di pedesaan
ditujukan untuk menghasilkan pedet dan bakalan serta usaha penggemukan.
Produktivitas sapi pedet masih sangat rendah yaitu 6 persen pada kebuntingan
kedua dan tingkat kematian mencapai 25 persen.
Penelitian berkaitan dengan potensi sapi potong bakalan dilakukan oleh
Sumadi et al (2004) pada empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, dan Sleman. Penelitian tersebut
menggunakan metode survei dengan total responden sebanyak 323 peternak sapi.
Hasil yang diperoleh adalah Daerah Istimewa Yogyakarta mampu menghasilkan
sapi muda (umur 2 tahun) jantan 9.81 persen dari populasi yang dapat digunakan
sebagai bakalan, sapi muda (umur 2 tahun) betina 5.30 persen dari populasi yang
dapat digunakna sebagai bibit, sapi dewasa (4.18 tahun) jantan 3.68 persen dari
populasi untuk dipotong, dan sapi betina tua (afkir) 6.46 persen dari populasi
untuk dipotong. Total potensi sapi potong di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar
25.25 persen dengan potensi berdasarkan kabupaten masing-masing Gunung
Kidul 22.08 persen, Kulon Progo 25.96 persen, Bantul 33.45 persen, dan Sleman
19.47 persen. Perbedaan potensi tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan
ketersediaan pakan, tatalaksana pemeliharaan, iklim, dan sosial ekonomi
masyarakatnya.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Rahardjo (2009) mengenai strategi
pengembangan industri sapi potong menuju ketahanan pangan nasional studi
kasus pada PT. Lembu Jantan Perkasa (LJP). PT. LJP melakukan integrasi usaha
di bidang peternakan meliputi usaha pembibitan, usaha penggemukan, dan usaha
produksi pakan ternak. Usaha pembibitan dilakukan oleh tenaga ahli dengan
proses pembibitannya meliputi: seleksi sapi bibit bakalan yang memiliki alat
reproduksi yang baik; pemeliharaan sapi bibit dengan pakan ternak yang sesuai;
penyerentakan birahi secara berkala; inseminasi buatan pada sapi yang telah siap
kawin; pemerikasaan kebuntingan pada sapi yang telah diinseminasi;
pemeliharaan sapi bunting sampai melahirkan; pemeliharaan anak sapi secara
intensif; program penyapihan secara tepat; dan program inseminasi buatan
kembali setelah 3 bulan melahirkan. Usaha penggemukan dimulai dengan impor
sapi bakalan dari Australia, selanjutnya digemukkan selama 90-100 hari dengan
pemberian pakan bernutrisi tinggi sehingga diperoleh kenaikan berat badan sapi
sebesar 1.2-1.4 kg/hari. Usaha produksi pakan ternak didukung oleh 3 pabrik
pakan yang dimiliki oleh PT LJP dengan bahan baku berasal dari sisa produksi
pengolahan hasil pertanian/pengolahan yang masih mengandung nutrisi yang
baik.
13
KERANGKA PEMIKIRAN
Pengertian Investasi
William F.S dalam Kasmir dan Jakfar (2010) menyebutkan bahwa investasi
adalah menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha saat sekarang kemudian
mengharapkan pengembalian dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan
di masa yang akan datang. Pengorbanan sekarang mengandung kepastian bahwa
dana yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan, sedangkan hasil di
masa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung pada kondisi di masa yang
akan datang. Gray et al (1992) dalam Nurmalina et al (2010) mendefinisikan
investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan
menggunakan berbagai sumber seperti barang modal, bahan mentah, bahan
setengah jadi, tenaga kerja serta waktu, untuk mendapatkan manfaat (benefit).
Investasi dapat dilakukan dalam banyak bidang usaha. Dalam praktiknya
investasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu investasi nyata dan investasi finansial
(Kasmir dan Jakfar 2010). Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam
harta tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan mesin-mesin. Sedangkan
investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian
saham, obligasi, atau surat berharga lainnya.
dalam proses produksi serta alur dari kegiatan produksi yang dijalankan
(Umar 2007).
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen berkaitan dengan manajemen dalam pembangunan
bisnis dan manajemen dalam implementasi bisnis (masa operasional bisnis)
(Umar 2007). Manajemen pembangunan bisnis merupakan sistem untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan bisnis secara
efisien. Manajemen implementasi bisnis terkait dengan manajemen
sumberdaya manusia yang berpengaruh dalam jalannya suatu bisnis seperti
struktur organisasi dari bisnis yang dijalankan, deskripsi masing-masing
jabatan dari struktur organisasi yang ada serta terkait dengan tenaga kerja
yang digunakan (Kasmir dan Jakfar 2010).
Aspek hukum berkaitan dengan dokumen-dokumen yang perlu diteliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keasliannya. Dokumen-dokumen tersebut
meliputi badan hukum perusahaan, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah
atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan bisnis yang dilakukan
(Kasmir dan Jakfar 2010). Aspek hukum yang terpenuhi dengan baik dapat
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat akan
mengadakan kegiatan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010).
4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam studi kelayakan bisnis
berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas bisnis yang
dilaksanakan, baik dilihat dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan bagi
masyarakat luas dan bagi pemerintah. Bagi masyarakat, dampak sosial dari
adanya suatu bisnis akan dinilai dari manfaat yang dapat diterima
masyarakat dengan tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan
seperti listrik, pembangunan jalan, jembatan, dan sarana lainnya, sedangkan
dampak ekonomi akan dinilai dari apakah bisnis yang dijalankan
memberikan peluang peningkatan pendapatan, khususnya bagi masyarakat
di sekitar lokasi bisnis, serta peningkatan aktivitas ekonomi yang dapat
dilakukan oleh masyarakat. Bagi pemerintah, dampak sosial dari adanya
suatu bisnis dapat dilihat dari kontribusi bisnis tersebut dalam pembukaan
lapangan kerja atau pengurangan pengangguran, sedangkan dampak
ekonomi dari adanya suatu bisnis dapat dilihat dari peranan bisnis tersebut
dalam memberikan peluang peningkatan pendapatan asli daerah maupun
peningkatan perekonomian secara nasional (Kasmir dan Jakfar 2010).
Aspek lingkungan berkaitan dengan dampak yang terjadi pada
lingkungan terhadap suatu aktivitas bisnis. Aspek lingkungan erat kaitannya
dengan penanganan limbah dari kegiatan produksi yang dijalankan oleh
suatu perusahaan. Penanganan limbah yang tepat tidak akan menimbulkan
kerusakan pada lingkungan dan cenderung akan menimbulkan manfaat
tambahan bagi perusahaan itu sendiri. Sebaliknya, penanganan limbah yang
kurang tepat atau bahkan tidak ada akan menimbulkan pencemaran hingga
kerusakan lingkungan. Menurut Hufschmidt et al (1987) dalam Nurmalina
et al (2010), suatu bisnis yang tidak bersahabat dengan lingkungan tidak
akan bertahan lama.
16
5. Aspek Finansial
Aspek finansial dalam studi kelayakan bisnis merupakan aspek yang
digunakan untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara
keseluruhan. Aspek finansial sangat berkaitan dengan keuntungan
perusahaan sehingga sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Selain
berkaitan dengan keuntungan perusahaan, aspek finansial juga sangat
berkaitan dengan modal bagi perusahaan, baik kebutuhan modal maupun
cara penyediaannya. Penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber
dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan
biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, proyeksi aliran kas
(cashflow) dan laporan laba/rugi, dan kriteria penilaian investasi (Kasmir
dan Jakfar 2010).
Kebutuhan modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi
dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk
pembelian aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan,
kendaraan, dan aktiva tetap tidak berwujud seperti perijinan, lisensi, paten,
biaya studi pendahuluan, dan biaya latihan atau produk percobaan. Modal
kerja merupakan modal yang digunakan untuk aktivitas operasional seperti
pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan
kegiatan operasional lainnya. Baik modal investasi maupun modal kerja
dapat bersumber dari dana pribadi (modal sendiri) ataupun dari dana
pinjaman (modal pinjaman). Umumnya, untuk modal investasi yang
bersumber dari dana pinjaman, periode pengembaliannya di atas satu tahun
sehingga merupakan pinjaman jangka panjang. Sedangkan untuk modal
kerja yang berasal dari dana pinjaman umumnya periode pengembaliannya
lebih singkat (Kasmir dan Jakfar 2010).
Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan dengan
jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Sebelum
melakukan kegiatan investasi terlebih dahulu perlu dibuat biaya kebutuhan
investasi. Secara umum, biaya kebutuhan investasi meliputi biaya pra-
investasi, biaya aktiva tetap, dan biaya operasional. Biaya pra-investasi
terdiri dari biaya pengurusan perijinan dan biaya studi pendahuluan. Biaya
aktiva tetap terdiri dari biaya pembelian aktiva tetap berwujud (tanah,
bangunan, mesin, peralatan, kendaraan, dan aktiva berwujud lainnya) dan
biaya aktiva tetap tidak berwujud (lisensi, paten, good wiil, dan merek
dagang). Biaya operasional terdiri dari biaya bahan baku produksi, upah dan
gaji karyawan, biaya listrik, telepon, dan air, pajak, premi asuransi, dan
biaya lainnya (Kasmir dan Jakfar 2010).
Cashflow (arus kas) merupakan aliran kas yang ada pada suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Arus kas adalah jumlah uang yang
masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan
hingga berakhirnya investasi tersebut (Kasmir dan Jakfar 2010). Unsur-
unsur yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow),
arus pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus
penerimaan terdiri dari nilai produksi total, pinjaman, hadiah atau hibah,
nilai sewa, dan nilai sisa. Arus pengeluaran merupakan biya-biaya yang
harus dikeluarkan dalam suatu bisnis yang dapat mengurangi kas, meliputi
pengeluaran untuk biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga
17
Kebutuhan akan daging sapi di Indonesia saat ini masih belum dipenuhi
dengan jumlah produksi yang ada. Kebutuhan tersebut berpotensi mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan populasi penduduk, peningkatan
kesadaran akan kebutuhan gizi, peningkatan taraf ekonomi serta perbaikan tingkat
pendidikan. Potensi peningkatan konsumsi tersebut apabila tidak diikuti oleh
peningkatan produksi daging sapi akan menimbulkan kesenjangan. Kesenjangan
tersebut menjadi peluang bagi bisnis penyediaan daging sapi, yaitu bisnis
penggemukan sapi potong. Peluang bisnis penyediaan daging sapi untuk
kebutuhan nasional tersebut menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi
berdirinya PT Catur Mitra Taruma (TARUMA) sebagai perusahaan penggemukan
sapi potong pada tahun 2010.
TARUMA melakukan sejumlah kegiatan investasi dan kegiatan operasional
yang cukup besar untuk dapat mewujudkan perusahaan penggemukan sapi dengan
fasilitas yang lengkap serta kapasitas produksi yang besar. TARUMA juga
melakukan peminjaman dana kepada pihak perbankan untuk membantu
memenuhi modal kerja TARUMA. Hal tersebut membawa kepada pentingnya
dilakukan analisis kelayakan bisnis pada TARUMA sehingga dapat diketahui
apakah bisnis penggemukan sapi potong yang dijalankan TARUMA akan
memberikan manfaat (benefit) sehingga layak untuk terus dijalankan atau tidak,
seperti dijelaskan pada Gambar 1.
19
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari TARUMA melalui wawancara
kepada direktur utama, pihak manajer, dan karyawan lapang. Wawancara
dilakukan dengan mengajukan sejumah pertanyaan kepada pihak-pihak tersebut.
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh
TARUMA yaitu company profile TARUMA dan laporan keuangan TARUMA,
studi kepustakaan, dan penelusuran literatur Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementrian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Badan Ketahanan Pangan serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan sifat data. Data
yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek kelayakan non-finansial
yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan. Data yang bersifat kuantitatif diolah untuk mengkaji
aspek kelayakan finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi yaitu NPV, Net
B/C, IRR, dan PP serta dilakukan analisis sensitivitas melalui switching value
untuk mengetahui komponen dalam bisnis penggemukan sapi potong yang lebih
peka terhadapt perubahana serta mengetahui persentase perubahan produksi dan
biaya variabel terhadap kelayakan finansial yang masih dapat ditoleransi dalam
bisnis sehingga masih dinyatakan layak dengan menggunakan Microsoft Excel
2007 dan kalkulator.
21
∑ ∑ ∑
( ) ( ) ( )
Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis
i = Tingkat discount rate (%)
(Nurmalina et al 2010). Sebuah bisnis dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar
dari nilai discount rate-nya. IRR dinyatakan dengan satuan persentase (%). Secara
matematis, IRR dirumuskan sebagai berikut:
( )
Dimana:
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol,
artinya besarnya persentase IRR dalam kriteria penilaian investasi bisnis tertentu
merupakan persentase discount rate pada saat NPV menunjukkan angka nol
(Nurmalina et al 2010). Hubungan antara NPV dan IRR dijelaskan pada Gambar
2.
NPV (Rp)
5160
IRR
760
Payback Period
Payback period (PP) merupakan kriteria penilaian investasi yang digunakan
untuk mengukur seberapa cepat kegiatan investasi yang dilakukan dalam suatu
bisnis dapat kembali (Nurmalina et al 2010). Suatu bisnis dapat dikatakan layak
jika payback period-nya lebih kecil dari umur bisnis yang dijalankan. Satuan dari
payback period adalah tahun. Secara matematis, payback period dirumuskan
sebagai berikut:
Dimana:
I = Biaya investasi yang dikeluarkan
Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya
24
Asumsi Dasar
Beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisis kelayakan bisnis yang digunakan pada penelitian ini adalah spesifik
pada analisis kelayakan investasi, karena kegiatan investasi yang dilakukan
pada TARUMA cukup besar sehingga ingin diketahui apakah kegiatan
investasi yang dilakukan dapat memberikan manfaat atau keuntungan bagi
perusahaan selama umur bisnisnya.
2. Umur bisnis untuk analisis finansial selama 21 tahun, berdasarkan umur
ekonomis dari bangunan kandang sapi yaitu 20 tahun yang dihitung sejak
bangunan kandang selesai dibangun yaitu tahun 2011 ditambah satu tahun
pertama kegiatan bisnis yang dilakukan di kandang sewaan pada tahun 2010.
3. Sapi yang digemukkan adalah jenis-jenis sapi lokal dan sapi impor jenis BX
(Brahman Cross). Sapi lokal yang dimaksud di sini adalah sapi Peranakan
Ongole, Peranakan Limousin, Rotte Ongole, Sumba Ongole, dan Pegon yang
diperoleh dari peternak di beberapa daerah di Pulau Jawa dan Sumbawa,
sedangkan sapi BX diperoleh dari importir sapi Australia.
4. Kandang untuk sapi dibedakan menjadi dua yaitu kandang untuk sapi lokal
dengan kapasitas maksimum 800 ekor sapi dan kandang untuk sapi BX
dengan kapasitas maksimum 2 400 ekor sapi. Kandang ini mulai digunakan
setahun setelah TARUMA didirikan pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun
2010 kandang yang digunakan merupakan kandang sewaan dengan kapasitas
1 800 ekor sapi.
5. Baik sapi lokal maupun sapi BX digemukkan selama 120 hari (4 bulan)
dengan bobot awal untuk sapi lokal sebesar 331.40 kg dan bobot awal untuk
sapi BX sebesar 301.30 kg, yang diperoleh berdasarkan rata-rata bobot awal
sapi dari data sapi tahun 2011 dan tahun 2012 yang digemukkan di
TARUMA.
6. Total bobot akhir dari sapi yang siap dijual dihitung menggunakan rumus:
( ) ( )
Sehingga pada saat penjualan, bobot akhir dari sapi lokal sebesar 464.60 kg
dan bobot akhir dari sapi BX sebesar 470.50 kg.
7. ADG (Average Daily Gain) merupakan rataan pertambahan bobot sapi setiap
hari, satuannya kg/hari. ADG untuk sapi lokal yang digemukkan di TARUMA
adalah 1.11 kg/hari, sedangkan ADG untuk sapi BX adalah 1.41 kg/hari.
Angka ADG tersebut diperoleh dari data sapi tahun 2011 dan tahun 2012 yang
digemukkan di TARUMA.
8. Proyeksi yang dilakukan dalam analisis finansial dimulai pada tahun 2013
berdasarkan data pada tahun 2012. Proyeksi jumlah sapi yang digemukkan
pada tahun 2013 dan tahun-tahun selanjutnya merupakan jumlah sapi sesuai
kapasitas maksimum kandang. Harga sapi yang digunakan untuk menghitung
proyeksi analisis finansial merupakan rataan harga sapi sepanjang tahun 2012,
dan diasumsikan konstan hingga akhir bisnis.
9. Proyeksi yang dilakukan tidak memperhatikan tahapan siklus bisnis, artinya
bisnis yang dijalankan stabil dan berada pada kondisi kemampuan produksi
maksimumnya.
25
10. Tingkat mortalitas dari sapi yang digemukkan diasumsikan sebesar 0.05
persen setiap tahunnya baik untuk sapi lokal maupun sapi BX. Persentase
tingkat mortalitas diperoleh berdasarkan data historis TARUMA.
11. Biaya pengangkutan sapi hanya dikeluarkan pada saat pembelian sapi lokal
dan hanya 7 persen dari total keseluruhan sapi yang dibeli dalam satu tahun
yang mengeluarkan biaya pengangkutan, sebesar Rp 561.728/kg bobot sapi,
sisanya tidak ada biaya pengangkutan. Pada saat penjualan sapi siap potong
tidak ada biaya pengangkutan karena ditanggung langsung oleh pembeli.
12. Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu:
13. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 13 persen
berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman pada Victoria Bank, selaku bank
yang memberikan pinjaman modal kerja untuk TARUMA, diasumsikan tetap
hingga akhir bisnis.
14. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan
perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan yaitu sebesar 25 persen, berlaku flat hingga akhir bisnis.
Sejarah Perusahaan
PT. Catur Mitra Taruma (TARUMA) didirikan pada bulan Maret 2010 oleh
Abimanyu Suyoso, Djoko Suwono, Syahban Sinuraya, dan Ifyandri yang
merupakan pensiunan dari beberapa BUMN yang berbeda. Keinginan untuk
memberikan manfaat bagi orang banyak merupakan salah satu hal yang mendasari
pendirian TARUMA. Latar belakang dari pendirian TARUMA adalah fakta yang
ada di Indonesia bahwa peternak lokal belum mampu memenuhi semua kebutuhan
daging sapi nasional. Dalam cakupan yang lebih sempit lagi, total kebutuhan sapi
di wilayah Jabodetabek berdasarkan data dari Departemen Pertanian tahun 2009
sebesar 1 770 ekor per hari dan belum mampu dipenuhi oleh peternak-peternak
lokal di Indonesia (Company Profile Taruma 2012). Maka dari itu, peluang
pemenuhan kebutuhan sapi masih sangat terbuka lebar sehingga TARUMA
berusaha untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan mendirikan perusahaan
penggemukan sapi potong.
Lokasi Perusahaan
TARUMA berkantor pusat di Grha Induk KUD lantai 3, Jl. Warung Buncit
Raya No. 18-20, Jakarta 12510. Sedangkan kandang penggemukan sapi terletak di
Jl. Raya Jonggol Cariu km 81 Desa Cariu, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat, dengan luasan lahan mencapai 25 hektar. Selain terdiri dari bangunan
kandang semi tertutup, di lokasi yang terletak di Kecamatan Cariu tersebut juga
terdapat gudang/pabrik pakan, wisma karyawan, kantor administrasi, lahan
26
jenis-jenis sapi lokal adalah Rp35 000/kg bobot hidup, sedangkan harga jual untuk
jenis sapi impor pada saat penelitian dilakukan adalah Rp33 000/kg bobot hidup.
Aspek Pasar
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dijalankan oleh TARUMA tercermin dari bauran
pemasaran yang dilakukan, meliputi produk (product), harga (price), saluran
distribusi (place), dan promosi (promotion).
1. Produk (Product)
Produk yang dihasilkan dari aktivitas bisnis utama yang dijalankan
TARUMA yaitu sapi siap potong. Sapi siap potong merupakan produk yang
menguntungkan untuk diperdagangkan karena pasar dari produk tersebut
cukup jelas serta keuntungan yang diperoleh dapat dihasilkan dari
pertambahan bobot yang dihasilkan selama proses penggemukan sapi.
Kualitas dari sapi siap potong dipengaruhi oleh manajemen penggemukan
yang dijalankan oleh TARUMA. Salah satu hal yang mempengaruhi
kualitas sapi siap potong TARUMA adalah kualitas bahan pakan yang
diberikan serta proses pemeliharaan yang dilakukan. Bahan pakan yang
diberikan merupakan bahan pakan yang mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan serat bagi sapi, yaitu pakan konsentrat dan pakan hijauan. Pakan
konsentrat sengaja diproduksi sendiri agar mampu menghasilkan pakan
dengan komposisi bahan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan sapi
sehingga mampu menghasilkan pertambahan bobot badan sapi yang tinggi.
Proses pemeliharaan yang dilakukan TARUMA sangat memperhatikan
kesehatan sapi. Kotoran sapi yang ada di kandang setiap hari dibersihkan
agar kebersihan kandang terjaga serta kesehatan sapi tidak terganggu.
Tenaga Dokter Hewan juga disediakan untuk mengawasi kesehatan hewan
setiap harinya sehingga meminimalisir kasus sapi mati karena penanganan
sapi sakit yang terlambat.
Kegiatan penggemukan sapi juga menghasilkan produk sampingan
lainnya, seperti kotoran sapi yang dapat dijual dan dimanfaatkan sebagai
pupuk kandang. Kotoran-kotoran sapi tersebut selanjutnya melalui proses
penjemuran dan pengemasan sederhana menggunakan karung untuk dijual
sebagai sumber penerimaan tambahan. Sumber penerimaan tambahan
lainnya juga dihasilkan oleh penjualan pakan konsentrat yang diproduksi
oleh pabrik pakan yang ada di TARUMA serta penjualan karung bekas
bahan baku pakan.
2. Harga (Price)
Harga produk sapi siap potong yang dihasilkan TARUMA ditentukan
berdasarkan harga yang terbentuk di pasar berdasarkan penawaran dan
permintaan yang terjadi. Penetapan harga untuk produk sampingan berupa
kotoran sapi dan karung bekas bahan pakan ditentukan berdasarkan harga
31
pasaran secara umum. Sedangkan untuk penetapan harga pada produk pakan
konsentrat, ditentukan berdasarkan strategi cost based pricing, yaitu
besarnya harga ditentukan berdasarkan harga pokok produksi dari pakan
konsentrat ditambah dengan margin atau keuntungan yang diinginkan oleh
perusahaan. Adapun daftar harga produk produk yang dihasilkan TARUMA
pada saat penelitian dilakukan dijelaskan pada Tabel 6.
itu, potensi pasar pada masa yang akan datang yang masih terbuka lebar seiring
dengan peningkatan konsumsi yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah
penduduk dan peningkatan pendapatan. Strategi pemasaran melalui bauran
pemasaran juga telah diupayakan dengan baik. Produk yang dihasilkan TARUMA
merupakan produk yang diinginkan konsumen dengan kualitas yang baik serta
harga sesuai dengan harga yang berlaku di pasaran. Konsumen langsung memilih
sapi mana yang akan dibeli dengan datang langsung ke lokasi penggemukan
TARUMA sehingga konsumen dapat memastikan sendiri kondisi sapi yang akan
dibeli. Selain produknya dapat diterima pasar, produk yang dihasilkan TARUMA
merupakan produk yang menguntungkan untuk dijual. Keuntungan tersebut
diperoleh dari pertambahan bobot sapi selama kegiatan penggemukan dijalankan.
Aspek Teknis
cukup mudah. Akses yang mudah menuju lokasi kantor memberikan kemudahan
bagi karyawan untuk dapat mencapai kantor, baik menggunakan kendaraan
pribadi maupun menggunakan kendaraan umum.
4. Cattle Yard
Cattle yard merupakan area setelah loading dan unloading facilities
sebelum memasuki kandang yang memiliki jalur khusus dengan lebar yang
hanya cukup dilalui oleh satu sapi sehingga proses penggiringan sapi
menjadi lebih mudah. Fungsi dari cattle yard adalah sebagai kandang
penanganan sapi sebelum sapi dimasukkan ke kandang pemeliharaan. Cattle
35
scale dan cattle crush terdapat pada cattle yard, berfungsi sebagai
timbangan sapi dan tempat pemasangan eartag sebagai identitas sapi.
Gambar 5 Cattle yard (kiri) dan cattle scale dan cattle crush (kanan)
5. Jembatan Timbang
Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang truk yang mengangkut
sapi yang baru dibeli. Penimbangan dilakukan pada saat truk pengangkut
sapi tersebut baru tiba di lokasi kandang penggemukan TARUMA, sebelum
sapi diturunkan dari truk untuk memasuki kandang karantina.
listrik dari PT PLN sebesar 110 kVA dihubungkan untuk dapat memenuhi
kebutuhan listrik TARUMA. Mesin Diesel (genset) dengan kapasitas 125
kVA juga disediakan untuk memberikan pasokan listrik saat pasokan listrik
dari PT PLN padam.
9. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
IPAL berfungsi untuk mengolah air limbah dari aktivitas
penggemukan sapi seperti limbah dari pembersihan kandang. Limbah cair
akan dialirkan dari kandang melalui saluran air yang bermuara pada kolam
pengolahan limbah yang berada di belakang kandang. Limbah cair yang
terkumpul dalam kolam akan melaui proses pengendapan sehingga terpisah
antara kotoran dan air. Kotoran akan mengendap sehingga air dapat
digunakan kembali. Air yang telah melalui proses pengendapan dapat
digunakan kembali untuk menunjang kegiatan di lokasi kandang
penggemukan TARUMA seperti untuk menyiram tanaman dan
membersihkan kandang. IPAL yang ada telah berfungsi dengan baik dan
dipergunakan untuk untuk kegiatan menyiram tanaman dan membersihkan
kandang setiap harinya.
10. Jalan
Jalan merupakan infrastruktur penunjang yang sangat penting bagi
aktivitas bisnis yang dijalankan TARUMA. Jalan yang ada di lokasi
kandang penggemukan TARUMA berupa jalan tidak beraspal yang
menghubungkan mulai dari gerbang TARUMA hingga kandang-kandang
yang ada di TARUMA.
11. Lahan Rumput Gajah
Lahan rumput gajah terletak di bagian depan TARUMA sebelum
memasuki wilayah kandang dan juga di bagian belakang kandang dengan
luasan mencapai 10 hektar.
12. Kendaraan
Kendaraan diperlukan sebagai sarana transportasi dan pengangkutan,
mulai dari pengangkutan sapi bakalan, pengangkutan pakan untuk
didistribusikan ke kandang-kandang, pengangkutan kotoran sapi ke
lapangan penjemuran, dan kegiatan-kegiatan administrasi yang dilakukan
38
Proses Produksi
1. Aktivitas Bisnis Utama
Aktivitas bisnis utama yang dijalankan TARUMA adalah
penggemukan sapi. Proses penggemukan sapi di TARUMA dilakukan
dengan sistem dry lot fattening. Sistem dry lot fattening merupakan sistem
penggemukan dengan menempatkan sapi pada kandang, tidak digembalakan
di padang rumput, dan diberi dua jenis pakan yaitu pakan konsentrat dan
pakan hijauan. Pakan konsentrat diberikan dalam komposisi yang lebih
banyak dari pakan hijauan, yaitu dengan persentase 70 persen banding 30
persen. Proses penggemukan sapi dimulai dari pengadaan sapi bakalan
hingga sapi panen atau dijual.
1) Pengadaan Sapi Bakalan
Sapi bakalan yang akan digemukkan di TARUMA diperoleh
dengan dua cara tergantung jenis sapi bakalan yang akan dibeli. Sapi
bakalan lokal dibeli langsung ke lokasi penjualan sapi bakalan.
Lokasinya terdapat di beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa
Timur (Ponorogo, Magetan, Plaosan, Lamongan), Jawa Tengah
(Banjarnegara, Kebumen, Boyolali, Gunung Kidul), Jawa Barat
(Majalengka), dan Nusa Tenggara Timur. Sapi impor diperoleh dari
importir sapi yang ada di Indonesia. Proses pengadaan sapi bakalan
merupakan tanggung jawab dari Manajer Pengadaan. Manajer
Pengadaan akan menentukan lokasi pembelian sapi bakalan dan
jumlah bakalan yang harus dibeli. Selanjutnya Manajer Pengadaan
akan mengutus pelaksana untuk survei ke lokasi pembelian sapi
39
Layout Produksi
Layout produksi merupakan pengaturan penempatan infrastruktur dan
fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan sehingga mempermudah proses produksi
dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan bisnis yang dilakukan. TARUMA
telah merancang layout produksi sebaik mungkin untuk mempermudah serta
mengefisienkan proses produksi. Misalnya, pabrik pakan dibangun di depan
kandang sehingga proses distribusi pakan menjadi lebih cepat. Selain itu, lorong
yang terdapat di antara kandang sengaja dibuat lebar sehingga mobil pick-up
pengangkut pakan dan pengangkut kotoran sapi dapat melewatinya. Kantor
administrasi dibangun di bagian depan agar mempermudah proses administrasi
yang dilakukan.
produksi telah dijalankan dengan baik mulai dari pembelian sapi bakalan hingga
proses penjualan dilakukan. TARUMA telah menyiapkan persyaratan dan standar
tertentu pada setiap kegiatan produksi yang dijalankan sehingga hasil dari
kegiatan produksinya dapat memuaskan. Infrastruktur dan fasilitas telah dibangun
dengan lengkap guna menunjang kegiatan produksi yang dijalankan TARUMA.
Infrastruktur dan fasilitas yang ada ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan
layout produksi yang baik dan efisien serta mempermudah proses produksi yang
dilakukan.
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Supervisor Handling
Manajer Nutrisi
Manajer Pemeliharaan
Fasilitas
2. Deskripsi Pekerjaan
Deskripsi pekerjaan yang jelas dibutuhkan agar masing-masing
individu dalam organisasi mampu menjalankan tugas dan kewajibannya
dengan baik. Adapun deksripsi pekerjaan dari masing-masing jabatan yang
ada dalam struktur organisasi TARUMA adalah sebagai berikut:
a) Dewan Komisaris, memiliki tugas dan wewenang dalam melakukan
pengawasan dan pengarahan atau memberikan nasihat kepada Direksi
dalam mengelola perusahaan.
b) Direktur Utama, berperan sebagai penanggung jawab dalam seluruh
kegiatan bisnis yang dijalankan oleh TARUMA dan memiliki
wewenang penuh dalam pengambilan keputusan perusahaan yang telah
disepakati bersama Dewan Komisaris.
c) Direktur Niaga, memiliki tugas untuk memimpin dan bertanggung
jawab pada seluruh kegiatan bisnis yang dijalankan oleh TARUMA.
49
- Menentukan sapi jual paksa dan sapi potong paksa sehingga tidak
terjadi sapi mati
- Menentukan pemberian vitamin, suplement, dan obat-obatan
lainnya bersama dengan Manajer Nutrisi dan Manajer Pemeliharaan
- Melakukan pengobatan terhadap sapi yang sakit
- Mencegah penularan penyakit hewan
- Memisahkan sapi yang sakit untuk dikarantina
- Memelihara dan mengobati sapi yang dipelihara di tempat karantina
- Melaksanakan tes laboratorium yang diperlukan
- Membuat laporan sapi yang di potong paksa karena sakit
- Membuat laporan dalam bidang tugasnya
k) Supervisor Handling, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk:
- Menjamin bahwa handling (penanganan) hewan dilaksanakan
dengan baik
- Menurunkan dan menaikkan sapi
- Melakukan supervisi penanganan hewan dalam hal ini sapi meliputi
kegiatan menggiring, memindahkan, menjepit, mengikat,
menimbang, mengelompokkan, melakukan treatment, dan
pemasangan eartag
- Membuat laporan dalam bidang tugasnya
l) Manajer Nutrisi, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk:
- Bersama dengan Supervisor Pemeliharaan Hewan menetapkan lama
hari penggemukan dan program penggemukan sapi
- Bersama dengan Supervisor Pemeliharaan Hewan menetapkan
jadwal, jenis, dan volume pakan
- Menentukan formula pakan yang optimal
- Mengikuti perkembangan harga bahan baku pakan
- Merencanakan dan mengatur persediaan (logistik) bahan baku
pakan dan air minum
- Melakukan seleksi bahan baku pakan dan air minum
- Menjamin bahwa bahan baku pakan dan air minum yang diterima
telah sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ditentukan
- Mengatur dan menjaga agar persediaan bahan pakan dan air minum
tersedia dalam jumlah yang optimal
- Mengatur dan menjaga agar persediaan bahan pakan dan air minum
tersimpan dengan aman dan tidak rusak
- Membuat/memproses/memproduksi pakan
- Menjamin bahwa produksi pakan menghasilkan produk sesuai
dengan kebutuhan dengan kualitas yang baik
- Menjamin bahwa pakan diproduksi dengan cara yang efektif dan
efisien
- Melaksanakan distribusi pakan dan air minum
- Menjamin bahwa air minum dan pakan yang telah dibuat
terdistribusikan sesuai dengan program pakan
- Membuat laporan dalam bidang tugasnya
51
pengesahan badan hukum perseroan, SIUP, izin lokasi, IMB, izin gangguan serta
izin budidaya ternak.
memenuhi kriteria kelayakan bisnis yaitu baik secara sosial, ekonomi, maupun
lingkungan kegiatan yang diusahakan TARUMA mampu mendatangkan manfaat
tidak hanya bagi TARUMA sendiri juga manfaat bagi masyarakat sekitar dan
pemerintah setempat. Manfaat yang muncul dari kegiatan bisnis penggemukan
sapi potong yang dijalankan TARUMA berupa peluang peningkatan kesempatan
kerja bagi masyarakat sekitar lokasi pendapatan, peningkatan pendapatan baik
bagi masyarakat sekitar maupun bagi pemerintah daerah, serta pemanfaatan
limbah untuk kegiatan pertanian masyarakat sekitar. Bisnis penggemukan sapi
potong pada TARUMA juga dinilai tidak mencemari lingkungan karena
TARUMA telah mengupayakan kegiatan pengolahan limbah yang dihasilkan dari
kegiatan produksi yang dijalankan.
sebesar Rp 44 612 053 400 yang merupakan hasil penjualan 2 333 ekor sapi
lokal dengan total bobot jual sebesar 990 515 kg dengan harga rata-rata
Rp28 863/kg dan 1 093 ekor sapi BX dengan bobot jual sebesar 513 553 kg
dengan harga rata-rata Rp31 200/kg. Penjualan sapi siap potong dari tahun
ke-1 hingga tahun ke-3 diperoleh berdasarkan data historis TARUMA.
Proyeksi penjualan sapi siap potong dimulai pada tahun ke-4 hingga tahun
ke-21, dengan jumlah sapi yang dijual sesuai dengan proyeksi panen sapi
TARUMA. Proyeksi panen diperoleh berdasarkan proyeksi pembelian yang
dilakukan TARUMA pada tahun ke-4 hingga tahun ke-21. Secara lebih rinci
proyeksi panen sapi siap potong dijelaskan pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7 Proyeksi panen sapi siap potong jenis lokal tahun 2013-2030a
Jumlah panen sapi lokal pada tahunb
No. Bulan
2013 2014 2015 2016-2029 2030
1 Januari 0 200 200 200 200
2 Februari 0 200 200 200 200
3 Maret 0 200 200 200 200
4 April 347 200 200 200 200
5 Mei 0 199 199 199 199
6 Juni 199 200 200 200 200
7 Juli 200 200 200 200 200
8 Agustus 200 200 200 200 200
9 September 200 200 200 200 200
10 Oktober 200 200 200 200 200
11 November 200 200 200 200 200
12 Desember 200 200 200 200 200
Total panen sapi/tahun 1 746 2 399 2 399 2 399 2 399
a
Sumber: Data primer (diolah);bJumlah panen sapi lokal (ekor)
Tabel 9 Proyeksi penjualan sapi siap potong jenis lokal tahun 2013-2030a
Jumlah Bobot akhir Total bobot Penerimaan
Tahun Harga juale
sapib sapic akhird penjualanf
2013 1 746 464.60 811 192 28 863 23 413 249 085
2014 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2015 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2016 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2017 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2018 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2019 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2020 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2021 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2022 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2023 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2024 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2025 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2026 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2027 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2028 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2029 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
2030 2 399 464.60 1 114 575 28 863 32 169 750 604
a
Sumber: Data primer (diolah);bJumlah sapi (ekor); cBobot akhir sapi (kg/ekor); dTotal
bobot akhir (kg); eHarga jual (Rp/kg); fPenerimaan penjualan (Rp)
Penerimaan penjualan sapi siap potong jenis lokal pada tahun 2013
sebesar Rp23 413 249 085 lebih rendah dibandingkan penerimaan penjualan
penjualan sapi siap potong jenis lokal pada tahun berikutnya yaitu sebesar
Rp32 169 750 604 karena tahun 2013 merupakan tahun awal penggemukan
sapi sesuai kapasitas maksimum produksinya sehingga jumlah panen sapi
siap potongnya menjadi lebih sedikit. Penerimaan penjualan sapi siap
potong jenis lokal pada tahun 2014 hingga tahun 2030 besarnya konstan
sesuai dengan kapasitas produksi maksimum.
57
bekas bahan baku pakan sebesar Rp12 157 500, dan penerimaan dari
penjualan kotoran sapi sebesar Rp13 052 400. Penerimaan dari aktivitas
bisnis tambahan pada tahun 2012 sebesar Rp43 815 200. Jumlah tersebut
merupakan penerimaan penjualan pakan konsentrat sebesar Rp24 678 400,
penerimaan penjualan karung bekas bahan baku pakan sebesar Rp8 034 000,
dan penerimaan penjualan kotoran sapi sebesar Rp11 102 800. Penjualan
pakan konsentrat hanya dilakukan jika ada pembeli sapi siap potong yang
ingin sekaligus membeli pakan bagi sapi yang dibelinya, dengan harga jual
Rp3 000/kg. Jumlah penjualan pakan konsentrat tidak dapat ditentukan,
tergantung banyaknya pembeli sapi siap potong yang juga sekaligus
membeli pakan konsentrat. Demikian halnya dengan penjualan karung
bekas bahan baku pakan dan kotoran sapi, jumlah penjualan masing-masing
tidak dapat ditentukan, tergantung ada pembeli atau tidak. Harga jual karung
bekas bahan baku pakan Rp1 000/lembar untuk karung dengan kualitas baik
dan Rp 500/lembar untuk karung dengan kualitas kurang baik, sedangkan
harga jual kotoran sapi Rp80/kg.
Proyeksi penjualan pakan konsentrat, karung bekas bahan baku pakan,
dan kotoran sapi diasumsikan sama dengan penjualan pada tahun 2012,
yaitu sebesar Rp43 815 200, konstan hingga tahun 2030. Asumsi tersebut
diambil karena adanya keterbatasan data terkait dengan penjualan-penjualan
tersebut.
3. Penerimaan Modal Pinjaman
Modal pinjaman yang diterima oleh TARUMA berasal dari dua pihak,
yaitu komisaris TARUMA dan pihak bank. Komisaris pada TARUMA
memberikan pinjaman untuk tambahan modal kegiatan investasi, sedangkan
pinjaman dari pihak bank diperuntukkan bagi tambahan modal kerja yaitu
untuk aktivitas pembelian sapi bakalan. Modal pinjaman dari komisaris
TARUMA hanya diterima pada tahun 2010 sebesar Rp4 102 944 033 dan
tahun 2011 sebesar Rp8 996 294 868. Modal pinjaman tersebut tidak
dikenai bunga dan tidak ada ketentuan jangka waktu pengembaliannya.
Modal pinjaman dari pihak bank diberikan oleh Victoria Bank sebesar Rp14
100 000 000 pada tahun 2012. Pinjaman tersebut merupakan pinjaman
jangka pendek sehingga harus dibayar dalam jangka waktu 1 tahun, dengan
bunga pinjaman sebesar 13%. Modal pinjaman pada tahun 2013 hingga
tahun 2029 diasumsikan konstan sebesar Rp15 000 000 000 setiap tahunnya,
sesuai dengan plafon pinjaman yang diberikan oleh Victoria Bank. Pada
tahun 2030 diasumsikan tidak melakukan peminjaman pada Victoria Bank
karena tahun 2030 merupakan tahun berakhirnya kegiatan bisnis TARUMA
sesuai dengan umur bisnisnya.
4. Penerimaan dari Nilai Sisa
Nilai sisa merupakan nilai dari barang-barang investasi yang belum
habis umur ekonomisnya pada akhir umur bisnis, termasuk di dalamnya
nilai dari pembelian tanah yang dilakukan di awal bisnis. Jumlah nilai sisa
TARUMA pada tahun 2025 sebesar Rp8 847 342 650. Rincian nilai sisa
disajikan pada Lampiran 1.
59
dengan total bobot 505 743 kg dan rata-rata harga Rp30 513/kg
bobot hidup.
Pembelian sapi bakalan juga memperhatikan kapasitas
kandang yang dimiliki oleh TARUMA, yaitu 800 ekor untuk
sapi lokal dan 2 400 ekor untuk sapi BX dan lama pengemukan
(120 hari). Proyeksi pembelian sapi bakalan memperhatikan dua
unsur tersebut sehingga dapat ditentukan jumlah pembelian
yang dapat dilakukan setiap bulannya dan mencegah terjadinya
over capacity, sebagaimana disajikan pada Lampiran 4 dan
Lampiran 5. Proyeksi pembelian sapi bakalan secara lebih rinci
disajikan pada Tabel 11 dan Tabel 12.
b) Biaya Tetap
Merupakan biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh
perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu
periode. Adapun rincian biaya tetap yang dikeluarkan oleh TARUMA
adalah sebagai berikut:
1) Biaya Sewa Kandang dan Kantor Pusat
Pada tahun pertama TARUMA berdiri yaitu pada tahun
2010, TARUMA belum memiliki kandang penggemukan
sendiri, sehingga TARUMA menyewa kandang penggemukan
di daerah Rangkas Bitung dengan biaya sewa Rp150 000 000
dalam satu tahun. Pada tahun selanjutnya TARUMA tidak
menyewa kandang penggemukan karena telah memiliki
kandang penggemukan sendiri di Desa Cariu. Sedangkan kantor
pusat yang terletak di daerah Warung Buncit Jakarta Selatan
disewa sejak tahun 2010 hingga saat ini dengan biaya sewa per
tahun nya Rp226 768 007. Biaya sewa kantor pusat tersebut
diasumsikan konstan hingga akhir umur bisnis.
69
2) Biaya Gaji
Biaya gaji yang dikeluarkan oleh TARUMA merupakan
biaya gaji yang dikeluarkan bagi direksi, staff, karyawan lapang,
dan satpam. Namun, karena rincian biaya yang terkait dengan
gaji sangat sensitif dan tidak dapat dikeluarkan oleh perusahaan,
maka biaya gaji yang akan dihitung di sini merupakan total
biaya gaji yang dikeluarkan secara keseluruhan setiap tahunnya,
tanpa perincian. Besarnya biaya gaji yang dikeluarkan
TARUMA pada tahun 2010 sebesar Rp1 419 934 976,
sedangkan pada tahun 2011 biaya gaji yang dikeluarkan
TARUMA sebesar Rp1 464 664 273 dan pada tahun 2012
sebesar Rp2 847 034 318. Perubahan yang terjadi pada biaya
gaji yang dikeluarkan TARUMA bersumber dari perubahan
jumlah karyawan yang ada di TARUMA. Pengeluaran untuk
biaya gaji pada tahun 2013 hingga tahun 2030 diasumsikan
konstan sesuai dengan biaya gaji pada tahun 2012.
3) Biaya Listrik dan Air
Berdasarkan data historis TARUMA, besarnya biaya
listrik dan air yang dikeluarkan pada tahun 2010, 2011, dan
2012 berturut-turut sebesar Rp30 892 225, Rp61 011 873, dan
Rp126 585 266. Proyeksi pengeluaran untuk biaya listrik dan air
pada tahun 2013 hingga tahun 2030 diasumsikan sama dengan
pengeluaran biaya listrik dan air pada tahun 2012.
4) Biaya Telekomunikasi
Biaya telekomunikasi yang dikeluarkan TARUMA
berdasarkan data historis yang ada sebesar Rp17 625 498 pada
tahun 2011 dan Rp 24 013 215 pada tahun 2012, sedangkan
pada tahun 2010 tidak terdapat biaya telekomunikasi. Proyeksi
pengeluaran untuk biaya telekomunikasi pada tahun 2013
hingga tahun 2030 diasumsikan sama dengan pengeluaran biaya
telekomunikasi pada tahun 2012.
5) Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan
TARUMA terkait dengan pengeluaran untuk iklan, biaya
entertainment serta biaya bensin, parkir, dan tol yang
dikeluarkan berkaitan dengan upaya pemasaran. Biaya iklan
yang dikeluarkan disini merupakan biaya iklan untuk lowongan
pekerjaan, sedangkan untuk iklan yang terkait dengan upaya
memasarkan produk lebih bersifat dari mulut ke mulut. Biaya
enternainment serta biaya bensin, parkir, dan tol yang
dikeluarkan terkait dengan pengeluaran bagian direksi untuk
bertemu klien, relasi bisnis, dan sebagainya. Besarnya biaya
pemasaran pada tahun 2010, 2011, dan 2013 berturut-turut
sebesar Rp3 226 471, Rp53 656 967, dan Rp101 916 545.
Proyeksi pengeluaran untuk biaya pemasaran pada tahun 2013
hingga tahun 2030 diasumsikan sama dengan pengeluaran biaya
pemasaran pada tahun 2012.
70
Berdasarkan Tabel 20, hasil NPV memiliki nilai yang lebih besar dari nol,
sehingga berdasarkan NPV bisnis penggemukan sapi potong pada TARUMA
layak untuk dijalankan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan
TARUMA menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dijalankan karena
memberikan tambahan manfaat bersih sebesar Rp20 696 240 936 selama jangka
waktu 21 tahun. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga
berdasarkan Net B/C bisnis penggemukan sapi potong pada TARUMA layak
untuk dijalankan. Nilai Net B/C sebesar 1.75 menunjukkan bahwa setiap
tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1 akan menghasilkan tambahan
manfaat bersih bagi TARUMA sebesar Rp1.75. Nilai IRR yang diperoleh yaitu
22% lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yaitu 13%, sehingga
berdasarkan IRR bisnis penggemukan sapi potong pada TARUMA layak untuk
dijalankan. Hubungan antara NPV dan IRR yang diperoleh pada analisis
kelayakan finansial pada TARUMA disajikan pada Gambar 16.
20.7
IRR
6.27
Gambar 16 Hubungan NPV dan IRR hasil analisis kelayakan finansial pada
TARUMA
yang diperoleh dari analisis switching value, maka dapat diketahui komponen
mana yang lebih peka terhadap perubahan, dilihat berdasarkan besaran persentase
perubahan. Besaran persentase perubahan yang rendah mengindikasikan bahwa
komponen tersebut relatif lebih peka jika dibandingkan dengan komponen lain
yang besaran persentase perubahannya lebih besar. Hasil analisis switching value
yang diperoleh disajikan pada Tabel 21.
Hasil analisis switching value yang diperoleh yang disajikan pada Tabel 21
menunjukkan bahwa maksimum penurunan volume penjualan sapi siap potong
yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap dikatakan layak adalah sebesar 2.99
persen dan maksimum peningkatan biaya pakan konsentrat yang masih dapat
ditoleransi agar bisnis tetap dikatakan layak adalah sebesar 15.72 persen. Pada
kondisi tersebut, besarnya NPV yang diterima perusahaan adalah nol dengan nilai
Net B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 13% sesuai dengan discount rate yang
digunakan. Jika dibandingkan besaran persentase maksimum antara penurunan
volume penjualan sapi siap potong dan peningkatan biaya pakan konsentrat,
besaran persentase maksimum penurunan volume penjualan sapi siap potong lebih
rendah dibandingkan besaran persentase maksimum peningkatan biaya pakan
konsentrat, sehingga dapat dikatakan bahwa pada TARUMA komponen penjualan
sapi siap potong lebih peka terhadap perubahan dibandingkan dengan biaya pakan
konsentrat. Komponen yang lebih peka terhadap perubahan tersebut hendaknya
lebih diperhatikan oleh perusahaan sehingga perubahan yang terjadi tidak
melebihi batasan yang ada karena jika melebihi batasan yang ada maka bisnis
yang dijalankan akan mengalami kerugian dan bisnis tidak lagi dinyatakan layak
untuk dijalankan.
Penurunan volume penjualan sapi siap potong pada harga jual yang konstan
sebesar 2.99 persen atau setara dengan 132 273 kg bobot hidup untuk sapi BX dan
142 986 kg bobot hidup untuk sapi lokal. Jumlah tersebut apabila dikonversikan
ke dalam jumlah sapi, maka penurunan volume penjualan sebesar 2.99 persen
setara dengan penurunan penjualan sebanyak 281 ekor sapi BX atau 308 ekor sapi
lokal. Penurunan penjualan tersebut dapat dimungkinkan terjadi akibat beberapa
hal seperti misalnya penurunan angka pertambahan bobot harian pada sapi yang
digemukkan (ADG). Penurunan ADG dari sapi yang digemukkan dapat
disebabkan oleh penurunan kondisi kesehatan sapi atau asupan gizi yang
diperoleh sapi berkurang. Untuk itu, pihak TARUMA harus selalu memperhatikan
manajemen pemberian pakan dan pengecekan kesehatan sehingga kasus
penurunan ADG dari sapi yang digemukkan tidak terjadi. ADG yang menurun
akan menyebabkan bobot akhir sapi siap potong yang akan dijual menjadi lebih
rendah dalam waktu penggemukan yang sama pada saat ADG tidak mengalami
77
penurunan yaitu 120 hari. Hal tersebut akan menurunkan keuntungan yang dapat
diperoleh TARUMA atau bahkan menyebabkan kerugian bagi TARUMA.
Peningkatan biaya pakan konsentrat sebesar 15.72 persen atau setara dengan
Rp346/kg konsentrat dapat dimungkinkan terjadi karena peningkatan harga bahan
baku pakan seperti misalnya harga kedelai atau bahan baku pakan lainnya. Untuk
mengantisipasi peningkatan biaya pakan akibat dari meningkatnya harga bahan
baku pakan, TARUMA hendaknya menyiapkan alternatif bahan baku pakan
lainnya yang memiliki kandungan serupa dengan bahan baku yang meningkat
harganya dengan harga yang lebih murah sehingga kualitas pakan yang dihasilkan
tidak jauh berbeda dengan kualitas pakan sebelum ada peningkatan harga bahan
bakunya dan biaya yang dikeluarkan juga tidak mengalami peningkatan.
Simpulan
Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk dapat mengatasi permasalahan dalam penyediaan sapi bakalan,
TARUMA sebaiknya mulai melakukan kegiatan pembibitan sapi sehingga
pemenuhan kebutuhan sapi bakalan tidak hanya bergantung pada pemasok
di luar TARUMA.
2. Sebaiknya aktivitas bisnis tambahan dikelola lebih lanjut sehingga
menghasilkan penerimaan yang lebih besar, seperti misalnya pakan
konsentrat yang dijual diberi merek tertentu dan dipasarkan lebih luas dan
kotoran sapi diproses lebih lanjut sehingga nilai tambah yang diperoleh
lebih tinggi.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menerapkan skenario-skenario tertentu
dalam bisnis penggemukan sapi potong pada TARUMA seperti misalnya
skenario jika ada penambahan aktivitas bisnis yang dilakukan.
4. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan analisis ekonomi pada bisnis
penggemukan sapi potong TARUMA sehingga dapat memaksimumkan
sumberdaya yang bersifat nasional dalam menghasilkan pendapatan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/B05D8B50-2016-4E20-B443-
8E538F4B7E7A/15890/PenggemukanPedetSapiPerah1.pdf
[Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat]. 2012. Perusahaan importir sapi bakalan
[Internet]. [diunduh 2012 Desember 5]. Tersedia pada:
http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenuAuto&id
MenuKiri=691&idMenu=702
[Direktoat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2011. Cuplikan blue print
program swasembada daging sapi 2014 [Internet]. [diunduh 2012
November 25]. Tersedia pada:
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/publikasi/analisis-kebijakan-
pertanian/374-joomla-promo38/2431-cuplikan-blue-print-program-
swasembada-daging-sapi-2014
[Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2011. Blue print program
swasembada daging sapi 2014 [Internet]. [diunduh 2012 November 25].
Tersedia pada: http://ngada.org/bn80-2010lmp.pdf
[Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]. 2012. Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta (ID): Kementan
Field, Thomas G. 2007. Beef production and management decisions fifth edition.
Departement of animal sciences, Colorado State University, Fort Collins,
Colorado. Pearson Prentice Hall.
Harmini, Asmarantaka RW, Atmakusuma J. 2011. Model dinamis sistem
ketersediaan daging sapi nasional. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol (12)
no. 1:128-146. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2010. Petunjuk praktis perkandangan sapi.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Pengkajian
Dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian NTB. NTB (ID): Kementan
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2012. Laporan kinerja kementerian pertanian
tahun 2011 [Internet]. [diunduh 2012 November 25]. Tersedia
pada:http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/2012/Laporan-kinerja-
kementan2011.pdf
[Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat]. 2011. Proposal
pembuatan portofolio investasi pembibitan dan penggemukan sapi potong
[Internet]. [diunduh 19 Mei 2013]. Tersedia pada
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles/daerah/6371/attac
hment/Download%20File%20Pembibitan%20dan%20Penggemukan%20S
api%20Potong.pdf kerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Kalimanatan Selatan, Banjarmasin.
Muladno. 2008. Kumpulan pemikiran: pengembangan industri peternakan sapi
potong. [Internet]. [diunduh 2012 November 25]. Tersedia pada:
http://www.muladno.com/book/PemikiranAkademi1/22-sapi%20potong-
forkom.pdf
Ngadiyono, Nono. 1995. Pertumbuhan serta sifat-sifat karkas dan daging sapi
sumba ongole, brahman cross, dan australian commercial cross yang
dipelihara secara intensif pada berbagai bobot potong. Disertasi. IPB
80
87
88
88
500
89
90
90
29 Printer Dan UPS Prolik 2 225 000 2 225 000
30 Printer 550 000 550 000
31 Komputer HP 45 500 000 45 500 000
32 Laptop 15 998 000 15 998 000
91
92
92
93
94
96
Lampiran 7 Laporan laba rugi TARUMAa
Tahun keb -
Komponen 1 2 3 4 5 6 7-20 21
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016-2029 2030
Penjualan 18 518 059 060 15 578 521 000 44 655 868 600 102 698 424 884 137 849 140 252 137 849 140 252 137 849 140 252 137 878 499 778
Biaya operasional-variabel
1. Biaya pembelian sapi 22 170 843 231 5 960 240 245 41 859 395 374 87 184 664 227 89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 59 395 234 361
2. Biaya pengangkutan sapi 22 506 000 17 000 000 37 900 000 28 668 126 31 274 319 31 274 319 31 274 319 20 849 546
3. Biaya pakan 3 059 292 917 2 233 299 380 11 961 847 493 25 680 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 17 490 097 493
4. Biaya obat dan vitamin - 18 828 000 159 793 390 343 327 512 350 632 353 350 632 353 350 632 353 233 754 902
5. Biaya eartag - 7 308 000 39 375 000 84 600 000 86 400 000 86 400 000 86 400 000 57 600 000
Total biaya operasional-variabel 25 252 642 148 8 236 675 625 54 058 311 257 113 321 357 358 115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 77 197 536 303
Margin kotor (6 734 583 088) 7 341 845 375 (9 402 442 657) (10 622 932 475) 22 061 884 544 22 061 884 544 22 061 884 544 60 680 963 475
Biaya operasional-tetap
1. Biaya sewa kandang 150 000 000 - - - - - - -
2. Biaya sewa kantor pusat 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007
3. Biaya gaji 1 419 934 976 1 464 664 273 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318
4. Biaya listrik dan air 30 892 225 61 011 873 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266
5. Biaya telekomunikasi - 17 625 498 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215
6. Biaya pemasaran 3 226 471 53 656 967 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545
7. Biaya ekspedisi, pos, dan materai - 634 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000
8. Biaya perjalanan dinas - 30 100 613 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282
9. Biaya atk dan rumah tangga
47 117 497 43 615 066 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433
kantor
10. Biaya stnk, kir, dan pajak
- 2 083 600 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000
kendaraan
11. Biaya retribusi dan sumbangan 20 518 845 12 625 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500
97
12. Biaya perijinan - 95 600 000 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272
13. Biaya konsultasi - 220 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000
14. Biaya pemeliharaan 24 315 537 34 362 310 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930
15. Biaya pbb - - 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376
16. Biaya penyusutan 214 674 153 1 226 287 465 1 605 470 498 1 497 470 498 1 497 470 498 1 497 470 498 1 497 470 498 1 497 470 498
Total biaya operasional-tetap 2 137 447 711 3 489 035 172 5 644 244 642 5 536 244 642 5 536 244 642 5 536 244 642 5 536 244 642 5 536 244 642
Laba kotor (laba sebelum bunga
(8 872 030 799) 3 852 810 203 (15 046 687 299) (16 159 177 177) 16 525 639 903 16 525 639 903 16 525 639 903 55 144 718 833
dan pajak)
Bunga (13%) 1 833 000 000 1 950 000 000 1 950 000 000 1 950 000 000 1 950 000 000
Laba sebelum pajak (8 872 030 799) 3 852 810 203 (15 046 687 299) (17 992 117 117) 14 575 639 903 14 575 639 903 14 575 639 903 53 194 718 833
Pajak (25%) - 936 202 551 - - 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 13 298 679 708
Laba bersih (8 872 030 799) 2 889 607 652 (15 046 687 299) (17 992 117 117) 10 931 729 927 10 931 729 927 10 931 729 927 39 896 039 125
a
Sumber: Laporan keuangan PT Catur Mitra Taruma tahun 2010, 2011, 2012 (diolah); bTahun ke (Rp)
97
98
98
99
100
100
Total Biaya
27 175 415 706 10 499 423 332 58 097 085 401 117 360 131 502 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851
Operasional
3. Biaya
Pembayaran
16 660 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495
Pinjaman dan
Bunga
4. Biaya Pajak - 963 202 551 - - 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976
Total Outflow 34 964 135 423 29 346 200 390 63 072 717 923 134 023 716 996 141 249 867 933 141 291 743 751 141 171 098 321 141 147 675 321 141 891 275 933 142 476 205 756 142 852 072 421
Net Benefit (12 343 132 330) (4 771 384 522) (4 316 849 323) (16 325 292 113) 11 599 272 319 11 557 396 501 11 678 041 931 11 701 464 931 10 957 864 319 10 372 934 496 9 997 067 831
DF 13% 0.8849558 0.7831467 0.6930502 0.6133187 0.5427599 0.4803185 0.4250606 0.3761599 0.3328848 0.2945883 0.2606977
PV Manfaat
(10 923 125 956) (3 736 693 963) (2 991 793 124) (10 012 607 388) 6 295 620 301 5 551 231 668 4 963 876 021 4 401 621 430 3 647 706 838 3 055 745 638 2 606 212 122
Bersih
PV Biaya 30 941 712 764 22 982 379 505 43 712 557 392 82 199 255 587 76 664 769 279 67 865 042 297 60 006 277 931 53 094 090 031 47 233 453 747 41 971 830 101 37 241 200 036
PV Manfaat 20 018 586 808 19 245 685 542 40 720 764 268 72 186 648 199 82 960 389 581 73 416 273 965 64 970 153 951 57 495 711 461 50 881 160 585 45 027 575 739 39 847 412 159
NPV 20 696 240 936
IRR 22%
PV Positif 48 360 461 366
PV Negatif (27 664 220 430.54)
Net B/C 1.75
Net Benefit
Rata-Rata per 8 370 591 923
Tahun
Payback Period 7.3 tahun
Penerimaan
15 000 000 000 15 000 000 000 15 000 000 000 15 000 000 000 15 000 000 000 15 000 000 000 15 000 000 000 15 000 000 000 15 000 000 000
Pinjaman
Nilai Sisa 8 847 342 650
Total Inflow 152 849 140 252 152 849 140 252 152 849 140 252 152 849 140 252 152 849 140 252 152 849 140 252 152 849 140 252 152 849 140 252 152 849 140 252 146 725 842 428
Outflow
1. Biaya
Investasi
Sarana dan
323 845 000
Prasarana
Bangunan
Mesin dan
- 2 850 000 - - 2 850 000 40 575 000 1 181 612 005 1 042 817 000 - -
Peralatan
Perlengkapan
- 81 392 612 144 068 430 20 573 000 - 81 392 612 144 068 430 20 573 000 - 81 392 612
Kantor
Kendaraan - 20 800 000 - - - 297 788 000 - 643 857 100 - 20 800 000
Total Biaya
- 105 042 612 144 068 430 20 573 000 2 850 000 743 600 612 1 325 680 435 1 707 247 100 - 102 192 612
Investasi
2. Biaya
Operasional
2.1 Biaya
Variabel
Biaya
89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 89 092 851 542 59 395 234 361
Pembelian Sapi
Biaya
Pengangkutan 31 274 319 31 274 319 31 274 319 31 274 319 31 274 319 31 274 319 31 274 319 31 274 319 31 274 319 20 849 546
Sapi
Biaya Pakan 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 26 226 097 493 17 490 097 493
Biaya Obat dan
350 632 353 350 632 353 350 632 353 350 632 353 350 632 353 350 632 353 350 632 353 350 632 353 350 632 353 233 754 902
Vitamin
Biaya Eartag 86 400 000 86 400 000 86 400 000 86 400 000 86 400 000 86 400 000 86 400 000 86 400 000 86 400 000 57 600 000
Total Biaya
115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 115 787 255 707 77 197 536 303
Variabel
2.2 Biaya
Tetap
Biaya Sewa
Kandang
Biaya Sewa
226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007 226 768 007
Kantor Pusat
101
102
102
Biaya Gaji 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318 2 847 034 318
Biaya Listrik
126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266 126 585 266
dan Air
Biaya
24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215 24 013 215
Telekomunikasi
Biaya
101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545 101 916 545
Pemasaran
Biaya
Ekspedisi Pos 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000 4 311 000
dan Materai
Biaya
Perjalanan 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282 85 501 282
Dinas
Biaya ATK dan
Rumah Tangga 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433 53 388 433
Kantor
Biaya STNK
KIR dan Pajak 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000 1 825 000
Kendaraan
Biaya Retribusi
38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500 38 087 500
dan Sumbangan
Biaya Perijinan 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272 96 616 272
Biaya
352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000 352 000 000
Konsultasi
Biaya
75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930 75 475 930
Pemeliharaan
Biaya PBB 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376 5 251 376
Total Biaya
4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144 4 038 774 144
Tetap
Total Biaya
119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 119 826 029 851 81 236 310 446
Operasional
3. Biaya
Pembayaran
17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495 17 677 735 495
Pinjaman dan
Bunga
4. Biaya Pajak 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 3 643 909 976 13 298 679 708
Total Outflow 141 147 675 321 141 252 717 933 141 291 743 751 141 168 248 321 141 150 525 321 141 891 275 933 142 473 355 756 142 854 922 421 141 147 675 321 112 314 918 261
Net Benefit 11 701 464 931 11 596 422 319 11 557 396 501 11 680 891 931 11 698 614 931 10 957 864 319 10 375 784 496 9 994 217 831 11 701 464 931 34 410 924 167
103
DF 13% 0.2307059 0.2041645 0.1806766 0.1598908 0.1414962 0.1252179 0.1108123 0.0980640 0.0867823 0.0767985
PV Manfaat
2 699 596 855 2 367 577 793 2 088 150 537 1 867 666 606 1 655 310 044 1 372 120 900 1 149 764 672 980 072 909 1 015 479 980 2 642 707 051
Bersih
PV Biaya 32 563 599 745 28 838 790 880 25 528 104 926 22 571 497 520 19 972 268 829 17 767 329 430 15 787 801 992 14 008 924 138 12 249 119 177 8 625 616 241
PV Manfaat 35 263 196 601 31 206 368 673 27 616 255 463 24 439 164 126 21 627 578 873 19 139 450 330 16 937 566 664 14 988 997 048 13 264 599 157 11 268 323 292
NPV 20 696 240 936
IRR 22%
PV Positif 48 360 461 366
PV Negatif (27 664 220 430.54)
Net B/C 1.75
Net Benefit
Rata-Rata per 8 370 591 923
Tahun
Payback Period 7.3 tahun
a
Sumber: Laporan keuangan PT Catur Mitra Taruma tahun 2010, 2011, 2012 (diolah); bTahun ke (Rp)
103
104
RIWAYAT HIDUP