KHOVIVATUL ISTIQOMAH
Khovivatul Istiqomah
NIM F34110066
ABSTRAK
KHOVIVATUL ISTIQOMAH. Penentuan Produk Agroindustri Unggulan
di Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh FAQIH UDIN
ABSTRACT
KHOVIVATUL ISTIQOMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Khovivatul Istiqomah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Agroindustri 3
Analisis Komoditas Unggulan 4
Analisis Produk Agroindustri Unggulan 4
Analytical Hierarchy Process (AHP) 4
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) 8
METODE 9
Kerangka Berpikir 9
Jenis dan Sumber Data 10
Teknik Analisis Data 10
Tahapan Penelitian 10
GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIANJUR 14
Kondisi Geografi 14
Kondisi Demografi 14
Perkembangan Ekonomi Kabupaten Cianjur 15
Struktur Ekonomi Kabupaten Cianjur 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Analisis Penentuan Komoditas Unggulan 18
Analisis Penentuan Produk Agroindustri Unggulan 20
KESIMPULAN DAN SARAN 22
Kesimpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 47
DAFTAR TABEL
1 PDRB Kabupaten Cianjur atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha tahun 2007-2013 (juta rupiah) 1
2 Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty 7
3 Matrik keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (Manning
2005) 9
4 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Cianjur menurut kelompok
sektor Tahun 2009 dan 2013 (Juta Rupiah) 17
5 Komoditas unggulan sebagai alternatif dalam struktur hirarki AHP 18
6 Hasil dalam penentuan kriteria yang berpengaruh dalam menentukan
komoditas unggulan 20
7 Hasil dalam penentuan komoditas unggulan di Kabupaten 20
8 Urutan prioritas produk agroindustri unggulan di Kabupaten Cianjur 22
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir proses hirarki analitik 6
2 Contoh struktur hirarki dalam AHP 7
3 Diagram alir pembuatan kuisioner penentuan komoditas unggulan
dengan AHP 11
4 Diagram alir penentuan komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur 12
5 Diagram alir penentuan produk agroindustri di Kabupaten Cianjur 13
6 Struktur hirarki AHP dalam pemilihan komoditas unggulan di
Kabupaten Cianjur 19
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tabel 1. PDRB Kabupaten Cianjur atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha tahun 2007-2013 (juta rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Pertanian 3 287 763.08 3 345 527.53 3 531 105.55 3 611 107.62 3 665 172.91 3 832 315.50 3 949 274.60
2. Pertambangan
dan 9 129.16 9 633.15 9 896.03 9 680.54 10 462.88 10 211.81 10 981.23
Penggalian
3. Industri
201 434.96 215 971.73 220 749.64 234 148.73 254 916.18 270 596.70 285 862.33
Pengolahan
4. Listrik, Gas,
56 370.75 60 016.93 62 688.84 68 368.26 73 569.53 76 681.38 81 044.79
dan Air Bersih
5. Bangunan 231 475.51 246 301.30 249 343.12 269 278.65 291 521.86 316 366.86 339 566.85
6. Perdagangan,
Hotel, dan 1 902 882.68 2 018 070.97 2 088 530.13 2 237 943.89 2 409 712.72 2 550 617.09 2 713 191.07
Restoran
7. Pengangkutan
dan 537 049.75 575 276.51 595 396.43 612 602.64 658 282.99 694 780.66 735 203.30
Komunikasi
8. Keuangan,
Persewaan,
388 568.36 406 628.28 401 464.48 432 210.10 447 484.77 470 758.18 495 869.34
dan Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa 728 290.80 762 234.93 781 025.04 824 543.28 882 385.29 912 437.24 950 325.63
Produk Domestik
7 342 965.05 7 639 661.34 7 940 199.26 8 299 883.69 8 693 509.13 9 134 765.41 9 561 319.14
Regional Bruto
Sumber: BPS Kabupaten Cianjur, 2014
Keterangan:
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Agroindustri
sistem distribusi atau pemasaran. Hal ini diharapkan akan menciptakan peluang-
peluang bagi pengembangan sektor ekonomi secara luas termasuk sektor jasa,
perhubungan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya menurut Suhardjo (2008), ada beberapa hal dasar dan perlu
diperhatikan dalam upaya pengembangan agroindustri adalah sebagai berikut :
a. Industri yang mempunyai daya saing kuat dan peluang pasar yang cukup
luas, perlu didorong pengembangannya mengingat industri tersebut
merupakan industri yang mengolah bahan baku yang dapat diperbaharui.
b. Perlu dilakukan pengkajian dalam pemilihan teknologi yang tepat (teknologi
tepat guna).
c. Perlu dikembangkan dukungan Litbang terapan (R&D) secara bertahap.
Perlu diarahkan agar dapat menciptakan keterkaitan yang luas antara sektor
pertanian dan sektor industri sehingga dapat mendorong peningkatan nilai tambah
dan menambahkan kegiatan ekonomi di daerah melalui pengaruh ganda yang pada
gilirannya akan mendorong pengembangan zona industri, kantong-kantong
industri, kawasan industri, dan sentra-sentra industri kecil.
Mulai
Analisis kebutuhan
Penyusunan hierarki
Penilaian perbandingan
setiap elemen
Pengolahan horisontal:
1. Perkaitan elemen
2. Perhitungan vektor prioritas
3. Perhitungan nilai eigen
4. Perhitungan indeks konsistensi
5. Perhitungan nilai eigen
CI : CR
Revisi Tidak
pendapat CI : CR
pakar Memenuhi
Ya
Pengolahan vertikal
Selesai
Gambar 1. Diagram alir proses hirarki analitik
7
Tabel 2. Nilai dan Definisi Pendapat Kualitatif dari Skala Perbandingan Saaty
Nilai Keterangan
1 Kriteria atau alternatif A sama penting dengan kriteria
atau alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
3. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparison). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh
alternatif. Kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitaif dapat dibandingkan
sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot
dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau
melalui penyelesaian persamaan matematik.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan
secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis
dengan:
TNi = Total nilai alternatif ke-i
RKij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat
n = jumlah pilihan keputusan
m = jumlah kriteria keputusan
METODE
Kerangka Berpikir
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical
Hierarchy Process (AHP) dan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Untuk
pengolahan data AHP digunakan program Expert Choice dan untuk pengolahan
data MPE digunakan Excel 2010.
Tahapan Penelitian
Mulai
Disetujui?
Tidak
Ya Y
a
Persetujuan pemilihan alternatif komoditas unggulan
dan kriteria dalam penentuan komoditas unggulan
padastruktur hirarki Analytical Hierarchy Process
pustaka dan wawancara pakar dengan pengisian kuisioner. Berikut ini Gambar 4
dan Gambar 5 disajikan alur dalam tahap kedua dan ketiga tahapan penelitian.
Mulai
Tidak
Mulai
Disetujui?
Tidak
Ya
Persetujuan kuisioner
Kondisi Geografi
Secara geografi, Kabupaten Cianjur terletak pada koordinat 1060 42’ – 1070
25’ Bujur Timur dan 60 21’ – 70 25’ Lintang Selatan. Kabupaten Cianjur
mempunyai luas wilayah 361 434.98 hektar dengan luas lahan pertanian seluas
237 650 hektar yang terdiri atas lahan sawah seluas 66 180 hektar dan bukan
sawah seluas 171 470 hektar. Kabupaten Cianjur memiliki curah hujan pertahun
rata-rata antara 1 000 sampai 4 000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 hari
per tahun. Keadaan ini menjadikan sebagian besar lahan sangat subur. Sungai-
sungai besar dan kecil terdapat cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pengairan bagi pertanian (BPS 2014).
Kabupaten Cianjur terletak pada posisi strategis di Jawa Barat, dengan jarak
65 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120 km dari ibu kota
negara Indonesia (Jakarta). Hal ini yang menjadikan Kabupaten Cianjur
berpotensi untuk menumbuhkan kegiatan perdagangan, industri dan pariwisata.
Kabupaten Cianjur juga terletak pada daerah perbatasan yang strategis juga,
sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Purwakarta, sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi,
sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, dan sebelah Timur
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung (BPS 2014).
Secara geografis, wilayah Kabupaten Cianjur terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu wilayah utara, wilayah tengah, dan wilayah selatan. Kabupaten Cianjur
terdiri atas 32 kecamatan, 342 desa, dan 6 kelurahan di wilayah kota Cianjur.
Cianjur bagian utara merupakan dataran tinggi terletak di kaki Gunung Gede
dengan ketinggian 2 963 meter, sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi
pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang digunakan untuk areal
perkebunan dan persawahan. Cianjur bagian tengah merupakan daerah yang
berbukit-bukit kecil dikelilingi dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga
rentan terhadap pergeseran tanah dan longsor. Sedangkan Cianjur bagian selatan
merupakan daerah berbukit kecil, dataran rendah, dan pegunungan yang melebar
sampai pantai Samudera Indonesia (BPS 2014).
Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2013 adalah 2 231 107
jiwa yang terdiri atas 1 153 993 jiwa laki-laki dan 1 077 144 jiwa perempuan
dengan sex ratio 107.15. Kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Cianjur tahun
2013 rata-rata 617 jiwa per km2. Berdasarkan hasil sakernas tahun 2013,
penduduk Kabupaten Cianjur usia 15 tahun ke atas merupakan angkatan kerja
yaitu 1 013 648 jiwa yang terbagi dalam dua yaitu yang bekerja sebanyak 899 502
jiwa dan yang berstatus pengangguran terbuka sebanyak 114 146 jiwa (BPS
2014).
Angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan
perikanan mencapai 55.81 persen, industri pengolahan 4.69 persen, perdagangan,
rumah makan dan hotel 18.78 persen, jasa kemasyarakatan 4.92 persen, dan
lainnya meliputi pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air, bangunan,
15
Sektor Primer
Sektor primer adalah kelompok sektor yang tidak mengolah bahan baku
melainkan hanya menggunakan sumber-sumber alam yang ada (seperti tanah dan
deposit lainnya). Kelompok sektor primer terdiri atas sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian. Laju pertumbuhan sektor primer pada tahun 2013
sebesar 3.06 persen. Laju pertumbuhan kelompok sektor primer sangat rendah
apabila dibandingkan dengan dua kelompok sektor lainnya (BPS 2014).
Pertumbuhan kelompok sektor primer erat kaitannya dengan kinerja sektor
pertanian. Hal ini disebabkan sektor pertanian merupakan kontributor utama
terhadap kelompok sektor primer. Pada tahun 2013 sektor pertanian tumbuh 3.05
persen. Hal ini terkait dengan peningkatan produksi padi pada tahun 2013
dibandingkan produksi padi pada tahun 2012. Namun demikian, peningkatan
produksi pada pada tahun 2013 relatif lebih kecil dibandingkan kenaikan pada
tahun 2012, sehingga mengakibatkan perlambatan pertumbuhan sub sektor
tabama. Adapun sub sektor lainnya pada sektor pertanian rata-rata mengalami
pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai sub sektor kehutanan yaitu
tumbuh sebesar 14.57 persen. Pertumbuhan tinggi pada sub sektor kehutanan
disebabkan pada tahun 2013 memasuki masa tebang kayu lokal dan Jati
dibandingkan pada tahun 2012 (BPS 2014).
Demikain pula untuk sektor pertambangan dan penggalian laju
pertumbuhannya sebesar 7.53 persen. Kondisi ini menggambarkan terjadinya
peningkatan produksi hasil pertambangan dan penggalian pada tahun 2013
dibandingkan pada tahun 2012 (BPS 2014).
Sektor Sekunder
Sektor sekunder adalah sektor yang mengolah bahan baku baik dari sektor
primer maupun dari sektor sekunder menjadi bahan lain yang mempunyai nilai
yang lebih tinggi. Adapun yang termasuk kelompok sektor ini adalah sektor
16
industri pegolahan, listrik, gas, dan air minum serta bangunan/konstruksi. Kinerja
sektor sekunder pada tahun 2013 yaitu sebesar 6.45 persen tumbuh relatif tinggi
dibandingkan tahun 2009 yang hanya tumbuh sebesar 2.01 persen (BPS 2014).
Pertumbuhan kelompok sektor sekunder tersebut diperkuat dengan
pertumbuhan positif pada setiap sektornya. Pertumbuhan tertinggi dari sektor
bangunan sebesar 7.33 persen sedangkan sektor industri tumbuh sebesar 5.64
persen dan sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh sebesar 5.69 persen. Sektor
perdagangan di Kabupaten Cianjur merupakan kontributor utama pada kelompok
sektor sekunder meskipun pertumbuhannya masih dibawah sektor bangunan (BPS
2014).
Sektor Tersier
Sektor tersier atau dikenal dengan sektor jasa, yaitu sektor yang tidak
merubah bentuk fisik melainkan jasa, yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor angkutan dan telekomunikasi, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Laju pertumbuhan ekonomi untuk
sektor tersier pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5.75 persen. Adapun masing-
masing LPE dari sektornya yaitu sektor perdagangan sebesar 6.37 persen, sektor
pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 5.82 persen, sektor keuangan tumbuh
sebesar 5.33 persen dan sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 4.15 persen. Seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan sektor produksi, sektor
perdagangan mampu tumbuh relatif besar. Selain itu, sektor keuangan juga
mempunyai kontribusi yang cukup besar kepada pertumbuhan kelompok sektor
tersier. Permintaan transaksi keuangan dan jasa keuangan pada tahun 2013 di
Kabupaten Cianjur tumbuh positif (BPS 2014).
Pada Tabel 4 diperlihatkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun
2009 dan 2013 maka dapat dilihat mengenai perkembangan absolut PDRB selama
kurun waktu lima tahun terakhir. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2009
yaitu sebesar Rp. 16 738 trilyun meningkat menjadi Rp. 24 893 trilyun pada tahun
2013. Pada tahun 2013, distribusi terbesar disumbangkan oleh kelompok sektor
tersier yaitu sebesar Rp. 13 53 trilyun dan kontribusi terkecil yaitu sebesar
Rp. 2 13 trilyun dari kelompok sektor sekunder. Sedangkan kelompok primer
menyumbang sebesar Rp. 9 24 trilyun (BPS 2014).
Apabila dicermati dari Tabel 4, terlihat bahwa kelompok tersier pada tahun
2013 mempunyai kontribusi sebesar 54.35 persen dan yang terkecil dari kelompok
sektor sekunder yaitu sebesar 8.54 persen. Namun demikian, apabila diperhatikan
per sektornya, kontribusi terbesar disumbang dari sektor pertanian yaitu sebesar
37.00 persen sedangkan terkecil dari sektor pertambangan yaitu sebesar 0.12
persen. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa, struktur ekonomi Kabupaten
Cianjur masih dipegang oleh sektor pertanian. Namun apabila dipilah menjadi
kelompok sektor, PDRB Kabupaten Cianjur ditopang oleh kelompok sektor tersier
(BPS 2014).
17
Tabel 4. PDRB atas dasar harga berlaku kabupaten cianjur menurut kelompok
sektor Tahun 2009 dan 2013 (Juta Rupiah)
Kelompok Sektor 2009 2013
1. Primer 6 586 008.43 (39.35%) 9 238 865.05 (37.11%)
a. Pertanian 6 563 306.96 (39.21%) 9 209 425.94 (37.00%)
b. Pertambangan 22 701.47 (0.14%) 29 439.11 (0.11%)
2. Sekunder 1 334 552.36 (7.97%) 2 125 128.28 (8.54%)
a. Industri 558 318.48 (3.34%) 943 319.62 (3.79%)
b. Listrik, Air 183 213.24 (1.09%) 278 433.59 (1.12%)
Minum
c. Bangunan 539 020.64 (3.54%) 903 375.07 (3.63%)
3. Tersier 8 817 179.50 (52.68%) 13 529 212.88 (54.35%)
a. Perdagangan 4 173 366.15 (24.93%) 6 898 115.80 (27.71%)
b. Pengangkutan 1 678 050.49 (10.03%) 2 480 234.56 (9.96%)
c. Keuangan 768 009.94 (4.59%) 975 012.03 (3.92%)
d. Jasa-jasa 2 197 752.92 (13.13%) 3 175 850.22 (12.76%)
PDRB 16 737 740.29 (100%) 24 893 206.21 (100%)
Sumber: BPS Kabupaten Cianjur
Keterangan :
PP = Prospek pasar
NEBB = Nilai ekonomis bahan baku
KU = Kelayakan usaha
KLKU = Ketersediaan lahan komoditas unggulan
AKDP = Adanya kesempatan diversifikasi produk
PTK = Penyerapan tenaga kerja
KPBB = Ketersediaan pasokan bahan baku
KPM = Kebijakan pemerintah mendukung
SPP = Sarana dan prasarana pendukung
KPR = Keterkaitan pendapatan rakyat
unggulan di Kabupaten Cianjur, yaitu kontinuitas bahan baku, potensi pasar, nilai
tambah produk, dampak terhadap lingkungan, teknologi yang sudah dipakai,
penyerapan tenaga kerja, dan kondisi sosial budaya.
Kontinuitas bahan baku menunjukkan pasokan dan ketersediaan bahan baku
dari komoditas unggulan tersebut di Kabupaten Cianjur. Kontinuitas bahan baku
menjadi faktor penting dalam mengembangkan produk agroindustri di suatu
daerah. Ketika bahan baku terkendala, maka proses produksi pada suatu pabrik
berbasis agroindustri akan terkendala juga bahkan sampai gulung tikar. Suatu
pabrik berbasis agroindustri harus mempertimbangkan hal-hal berikut dalam
menentukan bahan baku yang digunakan, yaitu jenis, jumlah, mutu, kemudahan
dalam memperoleh komoditas yang digunakan, dan spesifikasinya.
Potensi pasar juga sangat berperan penting dalam hal pengembangan produk
agroindustri. Hal ini menunjukkan prospek kebutuhan dari produk agroindustri
tersebut di masyarakat. Ketika prospek kebutuhan produk agroindustri tersebut
tinggi maka potensi pasar dalam pengembangan produk dari komoditas tersebut
juga tinggi. Selain potensi pasar, nilai tambah produk dapat dijadikan sebagai
kriteria dalam menentukan produk agroindustri unggulan. Nilai tambah produk
merupakan suatu hasil dari proses yang digunakan agar suatu komoditas dapat
dikembangkan menjadi produk yang berbeda dari komoditas aslinya. Suatu
komoditas dapat bernilai tinggi ketika komoditas tersebut dapat diubah menjadi
produk agroindustri yang berbeda dengan produk agroindustri di pasaran.
Dampak terhadap lingkungan merupakan salah satu kriteria yang harus
dipenuhi dalam menentukan produk agroindustri unggulan di suatu daerah. Hal ini
berguna agar suatu produk agroindustri tersebut ramah lingkungan. Kriteria
dampak terhadap lingkungan sangat berkorelasi dengan kondisi sosial budaya di
suatu daerah tersebut. Ketika produk agroindustri berdampak baik bagi
lingkungan sekitar maka masyarakat sekitar dapat menerima proses produksi dari
produk agroindustri unggulan tersebut.
Kriteria yang sangat penting dalam hal menciptakan produk agroindustri
unggulan yaitu teknologi yang sudah dipakai. Ketika suatu daerah mencptakan
suatu inovasi produk agroindustri unggulan namun teknologi tidak mendukung
maka prospek produk agroindustri tersebut akan kurang di pasaran karena harga
relatif mahal. Namun, ketika teknologi yang digunakan dalam menciptakan
produk agroindustri sudah dipakai dan teknologi yang dipakai sudah kuno maka
harus melakukan peremajaan teknologi yang terbarukan agar hasil dari produk
agroindustri unggulan dapat meningkat.
Agroindustri dapat menjadi solusi dalam mengurangi pengangguran di suatu
daerah karena penyerapan tenaga kerja sangat tinggi. Jika suatu daerah memiliki
komoditas unggulan, maka proses agroindustri harus dilakukan sehingga tercipta
lapangan pekerjaan untuk masyarakat di daerahnya. Setelah dijelaskan mengenai
7 kriteria dalam menentukan alternatif produk agroindustri di suatu daerah, maka
perlu dilakukan pengisian kuisioner lebih lanjut dengan metode perbandingan
eksponensial. Responden atau pakar yang dipilih untuk menentukan produk
agroindustri unggulan di Kabupaten Cianjur ada 3 orang yaitu Kabid
Perindustrian di Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur, Kabid
Bina Usaha di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Kabid
Perindustrian di BAPPEDA Kabupaten Cianjur. Kuisioner dalam penentuan
produk agroindustri unggulan di Kabupaten Cianjur terlampir dalam Lampiran 6.
22
Simpulan
Saran
Hasil penelitian ini sebaiknya dilakukan analisis lebih lanjut seperti analisis
finansial dan strategi pengembangan produk agroindustri unggulan dengan
mempertimbangkan nilai tambah untuk setiap produk agroindustri berbasis
23
komoditas unggulan terpilih, seperti pati beras yang memiliki nilai tambah sangat
tinggi dibandingkan beras giling maupun tepung beras.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2012. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Cianjur Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011. Cianjur
(ID) : Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur.
[BPS] Ba . 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cianjur Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2008-2013. Cianjur (ID) : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Cianjur.
[DEPERINDAG] Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2010. Produk
Agroindustri. Jakarta (ID) : Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Ariani DW. 2002. Manajemen Kualitas, Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta (ID):
Depdiknas Press.
Arpah. 2006. Modul Alat Bantu Manajemen Mutu Pangan (Quality Tools). Bogor
(ID) : IPB Press.
Fewidarto P D. 1997. Proses Hirarki Analitik. [Skripsi]. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kadarisman D dan Muhandri T. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan.
Bogor (ID) : IPB Press.
Ma’arif S M dan Syam H. 2004. Kajian perlunya kebijakan pengembangan
agroindustri sebagai leading sector. [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Manning W A. 2005. Decision Making, How a Microcomputer Aids The Process
Interface. Di dalam Nadjikh M, Model Sistem Penunjang Keputusan Studi
Kasus : Pengembangan Industri Kecil. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta (ID) : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Marimin. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen
Rantai Pasok. Bogor (ID) : IPB Press.
Millet I dan Charles H Mawhinney. 2007. Aplication Executive Imformation
System. Journal of Critical Perspective Information and Manajement 23 (2007)
83 – 92, North – Holland.
Saaty T L. 1986. The Analitical Hierarchy Process Planning Priority Setting
Recources Allocation. New York (US) : Mc. Graw Hill International Book
Company.
Sarma V V S. 2005. Decision making in Complex System. J. System practice Vol.
7 No. 4pp (399-407).
Simatupang dan Adreng Purwoto. 2003. Industrialisasi pertanian sebagai strategi
agribisnis dan pengembangan pertanian dalam era globalisasi. Orasi
Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Bogor (ID) : PSE.
Suhardjo S. 2008. Perkembangan Agroindustri dan Kebijakan Pengembangannya.
Makalah pada Seminar Nasional Agroindustri III. Desember 2008: Yogyakarta.
24
Thierauf R J. 1982. Decision Support System for Effective Planning and Control :
A Case Study Approach. New York (UK) : Prentice-Hall Inc.
Wardoyo. 2008. Arah Pengembangan Agroindustri. Makalah pada Seminar
Nasional Agroindustri III. Desember 2008 : Yogyakarta
25
45 Kentang 1021
46 Kakao 895
47 Kina 263
48 Kopi 250
49 Bawang merah 246
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Cianjur
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Cianjur
Keterangan:
*) Angka Sementara sampai bulan Juni 2015
27
Tanggal Pengisian:
NRP : F34110066
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Pendidikan terakhir :
( ) Tidak Tamat SD ( ) Diploma/Akademik
( ) SD ( ) Sarjana
( ) SMP ( ) Pascasarjana
( ) SMA ( ) Doktor
Pekerjaan :
29
PETUNJUK PENGISIAN
I. UMUM
1. Isi kolom identitas yang terdapat pada halaman depan kuesioner
2. Berikan penilaian terhadap hierarki penentuan strategi penerapan produksi
bersih
3. Penilaian dilakukan dengan membandingkan tingkat/peran komponen
dalam satu level hierarki yang berkaitan dengan komponen-komponen level
sebelumnya.
4. Penilaian dilakukan dengan mengisi tanda checklist ( √ ) pada kolom yang
tersedia
Contoh Pengisian :
Tabel 1. Bagaimana Penilaian anda terhadap perbandingan tingkat
kepentingan antar kriteria di bawah ini berdasarkan tujuan Penentuan
Komoditas Unggulan di Kabupaten Cianjur
D
Diisi bila kolom kiri Diisi
Diisi bila kolom kanan
lebih penting dari pada kolom bila
Kolom Kiri lebih penting dari pada kolom kiri Kolom Kanan
kanan sama
penting
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Produktivitas √ Biaya
Produktivitas √ Dampak
Lingkungan
Produktivitas √ Kualitas
Biaya √ Dampak
Lingkungan
Biaya √ Kualitas
Dampak √ Kualitas
Lingkungan
30
Diisi
Diisi bila kolom kiri lebih
bila Diisi bila kolom kanan lebih
penting dari pada kolom Kolom
Kolom Kiri sama penting dari pada kolom kiri
kanan Kanan
penting
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sarana dan
Kelayakan
prasarana
usaha
pendukung
Adanya
Sarana dan
kesempatan
prasarana
deversifikasi
pendukung
produk
Sarana dan
Penyerapan
prasarana
tenaga kerja
pendukung
Sarana dan Kebijakan
prasarana pemerintah
pendukung mendukung
Sarana dan Ketersediaan
prasarana dan pasokan
pendukung bahan baku
Ketersediaan
Sarana dan
lahan
prasarana
komoditas
pendukung
unggulan
Sarana dan Keterkaitan
prasarana pendapatan
pendukung rakyat
Adanya
Kelayakan kesempatan
usaha deversifikasi
produk
Kelayakan Penyerapan
usaha tenaga kerja
Kebijakan
Kelayakan
pemerintah
usaha
mendukung
Ketersediaan
Kelayakan
dan pasokan
usaha
bahan baku
Ketersediaan
Kelayakan lahan
usaha komoditas
unggulan
Keterkaitan
Kelayakan
pendapatan
usaha
rakyat
Adanya
kesempatan Penyerapan
diversifikasi tenaga kerja
produk
Adanya
Kebijakan
kesempatan
pemerintah
diversifikasi
mendukung
produk
Adanya
Ketersediaan
kesempatan
dan pasokan
diversifikasi
bahan baku
produk
Adanya Ketersediaan
kesempatan lahan
diversifikasi komoditas
produk unggulan
Adanya
Keterkaitan
kesempatan
pendapatan
diversifikasi
rakyat
produk
32
Diisi bila kolom kiri lebih Diisi bila Diisi bila kolom kanan lebih
penting dari pada kolom sama penting dari pada kolom kiri Kolom
Kolom Kiri
kanan penting Kanan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebijakan
Penyerapan
pemerintah
tenaga kerja
mendukung
Ketersediaan
Penyerapan
dan pasokan
tenaga kerja
bahan baku
Ketersediaan
Penyerapan lahan
tenaga kerja komoditas
unggulan
Keterkaitan
Penyerapan
pendapatan
tenaga kerja
rakyat
Kebijakan Ketersediaan
pemerintah dan pasokan
mendukung bahan baku
Ketersediaan
Kebijakan
lahan
pemerintah
komoditas
mendukung
unggulan
Kebijakan Keterkaitan
pemerintah pendapatan
mendukung rakyat
Ketersediaan
Ketersediaan
lahan
dan pasokan
komoditas
bahan baku
unggulan
Ketersediaan Keterkaitan
dan pasokan pendapatan
bahan baku rakyat
Ketersediaan
Keterkaitan
lahan
pendapatan
komoditas
rakyat
unggulan
Hasil pakar dari Sekretaris Umum Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Kabupaten Cianjur
38
Hasil pakar dari Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Kabupaten Cianjur
40
Rumus: X =
Nilai gabungan pakar = 10(X)
Keterangan: n = jumlah pakar
e. Kelayakan Usaha
X= = -1.4685
(-1.4685)
Nilai gabungan pakar = 10 = 0.034
b. Ikan Nila
X= = -0.5607
(-0.5607)
Nilai gabungan pakar = 10 = 0.275
c. Sapi Lokal
X= = -0.8447
(-0.8447)
Nilai gabungan pakar = 10 = 0.143
d. Padi
X= = -0.4559
(-0.4559)
Nilai gabungan pakar = 10 = 0.350
42
Tanggal Pengisian:
NRP : F34110066
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Pendidikan terakhir :
( ) Tidak Tamat SD ( ) Diploma/Akademik
( ) SD ( ) Sarjana
( ) SMP ( ) Pascasarjana
( ) SMA ( ) Doktor
Pekerjaan :
43
1. Isi pada tanda ( ) dengan skala nilai 1 sampai 9 untuk memberi nilai pada
faktor yang berpengaruh dalam menentukan produk agroindustri unggulan
dari padi di Kabupaten Cianjur. Berikut ini definisi dari skala yang digunakan:
Nilai Definisi
1 Sangat kurang sekali
2 Sangat kurang
3 Kurang
4 Agak kurang
5 Sedang
6 Agak baik
7 Baik
8 Baik sekali
9 Sangat baik sekali
Keterangan:
1. Definisi nilai 8, 6, 4, 2 pada kriteria potensi pasar
Nilai Definisi
8 Sangat potensial
6 Potensial
4 Kurang potensial
2 Sangat kurang potensial
44
Nilai Definisi
8 Harus menggunakan grade tinggi
6 Memerlukan grade tinggi
4 Memerlukan grade tertentu
2 Tidak memerlukan grade tertentu
Nilai Definisi
8 Tinggi
6 Sedang
4 Kurang
2 Sangat kurang
Nilai Definisi
8 Ada dan terjamin
6 Ada
4 Baru akan ada
2 Belum ada sama sekali
Nilai Definisi
8 Sangat mendukung
6 Mendukung
4 Kurang mendukung
2 Tidak mendukung
Nilai Definisi
8 Ramah lingkungan
6 Sedang
4 Kurang ramah lingkungan
2 Tidak ramah lingkungan sama sekali
45
Contoh Perhitungan:
Nama Alternatif = Kriteria 1 (nilai bobot kriteria 1) + Kriteria 2 (nilai bobot kriteria 2)
+……
+ Kriteria n (nilai bobot kriteria n)
Hasil perhitungan pakar dari Kabid Bina Usaha Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura
1. Beras Giling = 89+27+65+67+87+83+65 = 136 611 008
2. Minyak Goreng = 69+47+85+67+67+63+45 = 10 687 960
3. Tepung Beras = 69+67+65+67+67+63+45 = 10 926 520
4. Pati Beras = 69+67+65+67+67+63+45 = 10 926 520