Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PEMBUATAN SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN


PADA RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI

DIANA HERLINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan
pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Diana Herlina
NIM H34110019


Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
DIANA HERLINA. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan
Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi. Dibimbing oleh
JUNIAR ATMAKUSUMA.

Bandrek merupakan salah satu minuman tradisional Jawa Barat yang


menjadi salah satu produk unggulan Kota Sukabumi. Rradh Indonesia FIC
merupakan salah satu produsen bandrek instan di Kota Sukabumi. Permintaan
konsumen yang meningkat menjadi peluang usaha bagi Rradh Indonesia FIC
untuk meningkatkan produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan yang
akan dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif untuk aspek non finansial dan
metode kuantitatif untuk aspek finansial. Berdasarkan hasil analisis aspek non
finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta
aspek ekonomi sosial dan lingkungan, usaha pembuatan serbuk minuman bandrek
instan layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial berdasarkan kriteria
investasi NPV, Net B/C, IRR, dan payback period menunjukkan rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan layak untuk
dijalankan. Sedangkan berdasarkan analisis switching value, usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC memiliki tingkat
sensitifitas yang tinggi pada penurunan penjualan produk.
Kata kunci: kelayakan, minuman tradisional, pengembangan

ABSTRACT

DIANA HERLINA. Feasibility Analysis of Bandrek Instant Production Business


Development at Rradh Indonesia FIC in Sukabumi. Supervised by JUNIAR
ATMAKUSUMA.

Bandrek is one of traditional beverages from West Java that became one of
supreme products in Sukabumi. Rradh Indonesia FIC is one of the bandrek instant
producers in Sukabumi. The increasing of consumer’s demand of bandrek instant
has become Rradh Indonesia FIC’s opportunity to increase production. The
purpose of this study is to analyze the feasibility of developing bandrek instant
production that are going to be performed by Rradh Indonesia FIC. Data analysis
methods that are used in this study were a qualitatif analysis method for non-
financial aspects and quantitatif analysis method for financial aspects. The results
of non-financial analysis showed that the business is feasible to run based on non-
financial aspects such as market, technical, management and legal aspect, and also
economic social and environmental aspect. The result of financial analysis based
on investment criteria such as NPV, Net B/C, IRR, and payback period showed
that development plan from this business is feasible to run. Meanwhile, according
to switching value analysis shows that the business of bandrek instant production
in Rradh Indonesia FIC has high sensitifity in product selling.
Keywords: development, feasibility, traditional beverage
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN PADA
RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI

DIANA HERLINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan
Januari hingga Februari 2015 dengan judul “Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC,
Kota Sukabumi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC, Kota Sukabumi berdasarkan aspek non finansial dan aspek
finansial.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Juniar Atmakusuma, MS
selaku pembimbing, serta Dr Ir Burhanuddin, MM dan Etriya, SP MM yang telah
banyak memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada para staf dan dosen Departemen Agribisnis
yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, Bapak Dana Saidana
selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta menjadi
tempat penelitian penulis, serta teman-teman seperjuangan yang ikut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

Diana Herlina
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Minuman Tradisional Serbuk Instan 6
Kelayakan Pengembangan Usaha 7
KERANGKA PEMIKIRAN 9
Kerangka Pemikiran Teoritis 9
Kerangka Pemikiran Operasional 15
METODE PENELITIAN 18
Lokasi dan Waktu Penelitian 18
Jenis dan Sumber Data 18
Metode Pengumpulan Data 18
Metode Pengolahan dan Analisis Data 18
Analisis Aspek Non Finansial 19
Analisis Aspek Finansial 20
Analisis Switching Value 22
Asumsi Dasar Penelitian 22
GAMBARAN UMUM USAHA 23
Sejarah dan Gambaran Umum Usaha 23
Visi dan Misi Perusahaan 24
Keadaan Lokasi 24
Peralatan Produksi untuk Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan 25
HASIL DAN PEMBAHASAN 26
Analisis Aspek Non Finansial 26
Analisis Aspek Finansial 43
Analisis Switching Value 52
SIMPULAN DAN SARAN 53
Simpulan 53
Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 56
DAFTAR TABEL

1 Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi


menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013 1
2 Jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis
kegiatan tahun 2010-2014 2
3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan di
Kota Sukabumi tahun 2014 3
4 Sebaran permintaan dan produksi produk serbuk minuman bandrek
instan di Rradh Indonesia FIC tahun 2015 27
5 Kapasitas produksi per bulan di Rradh Indonesia FIC pada tahun 2014 34
6 Gaji tenaga kerja di Rradh Indonesia FIC 41
7 Proyeksi penerimaan penjualan serbuk minuman bandrek instan per
tahun di Rradh Indonesia FIC 44
8 Nilai sisa investasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
di Rradh Indonesia FIC 45
9 Biaya investasi rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC 46
10 Umur ekonomis dan nilai penyusutan per tahun dari investasi pada
rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC 47
11 Hasil kelayakan investasi rencana pengembangan usaha di Rradh
Indonesia FIC 50
12 Hasil analisis switching value pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 52

DAFTAR GAMBAR

1 Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh


Indonesia FIC tahun 2014 4
2 Hubungan antara NPV dan IRR 14
3 Kerangka pemikiran operasional 17
4 Lokasi usaha Rradh Indonesia FIC 24
5 Peralatan produksi pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC 26
6 Persentase market share dari industri produk serbuk minuman bandrek
instan di Kota Sukabumi 28
7 Produk serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia FIC 30
8 Skema distribusi produk serbuk minuman bandrek instan Rradh
Indonesia FIC 31
9 Persentase market share produk serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC 32
10 Proses produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia
FIC 34
11 Penjemuran bahan baku 35
12 Penyangraian rempah-rempah 35
13 Penghalusan 36
14 Pencampuran dan pengemasan 36
15 Produk siap didistribusi 37
16 Mesin penepung 38
17 Mesin pengemas sachet 38
18 Layout lokasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC 39
19 Struktur organisasi Rradh Indonesia FIC 40
20 Hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC 51

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perizinan dan sertifikat dari usaha pembuatan serbuk minuman


bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 56
2 Rangkuman hasil kelayakan aspek-aspek non finansial pada Rradh
Indonesia FIC 57
3 Rincian biaya variabel per tahun pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 60
4 Annuitas pengembalian pinjaman modal investasi rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
pada Rradh Indonesia FIC 61
5 Laba rugi rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 62
6 Cash flow rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 63
7 Analisis switching value kenaikan harga gula semut pada rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC 66
8 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD
Super Bandrek original pada rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 69
9 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD
Super Bandrek susu pada rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC 72
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia


yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi terutama di
Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2014). Pembangunan bidang industri
merupakan bagian dari pembangunan nasional yang harus dilaksanakan secara
terpadu dan berkelanjutan, sehingga pembangunan bidang industri dapat
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Sektor industri merupakan
sektor yang didorong untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dan
kokoh dalam rangka menciptakan landasan ekonomi yang kuat agar tumbuh
berkembang atas kekuatan sendiri (BPS Kota Sukabumi 2014).
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan
industri pengolahan makanan dan minuman yang cukup tinggi dibandingkan
industri lainnya. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Provinsi Jawa Barat tahun 2014, jumlah industri pengolahan
makanan dan minuman di Jawa Barat pada tahun 2011 telah mencapai 1 989 unit
usaha. Sebanyak 58.82 persen, kegiatan industri pengolahan makanan dan
minuman di Jawa Barat dilakukan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Saat ini kegiatan industri pengolahan makanan dan minuman tidak hanya
berada di kota-kota besar saja namun sudah merambah hingga ke kota-kota kecil,
salah satunya yaitu Kota Sukabumi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Sukabumi tahun 2014, sektor pengolahan di Kota Sukabumi telah
memberikan kontribusi sebesar 5.14 persen pada produk domestik regional bruto
(PDRB) Kota Sukabumi. Tabel 1 menunjukkan nilai PDRB Kota Sukabumi
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013.

Tabel 1 Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi


menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013
PDRB Persentase
No Lapangan usaha
(juta Rupiah) (%)
1 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan 62 305.04 3.25
perikanan
2 Pertambangan dan penggalian 88.67 0.00
3 Industri pengolahan 124 039.16 5.14
4 Listrik, gas, dan air bersih 30 804.55 1.33
5 Bangunan 158 415.42 5.21
6 Perdagangan, hotel, dan restoran 1 029 262.80 47.80
7 Pengangkutan dan komunikasi 386 821.41 16.43
8 Keuangan, persewaan, dan jasa 197 864.69 8.32
perusahaan
9 Jasa-jasa 265 285.74 12.53
Produk domestik regional bruto (PDRB) 2 254 887.46 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi (2014)
2

Kontribusi sektor industri pengolahan pada PDRB Kota Sukabumi


diharapkan dapat meningkat seiring dengan peningkatan nilai investasi yang
ditanamkan untuk sektor industri pengolahan setiap tahunnya. Berdasarkan data
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Sukabumi,
investasi di berbagai kegiatan sektor industri pengolahan pada tahun 2014
mencapai Rp47 708 000 000 atau naik 1.44 persen dibanding tahun 2013. Selain
itu, berdasarkan data BPS Kota Sukabumi tahun 2014, laju pertumbuhan sektor
industri pengolahan di Kota Sukabumi pada tahun 2013 berdasarkan harga
konstan mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya,
yakni sebesar 7.93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan
merupakan sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Industri pengolahan di Kota Sukabumi terdiri dari industri pengolahan
makanan dan minuman, industri kayu olahan, dan industri kerajinan tangan.
Setiap tahunnya jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi mengalami
peningkatan. Tabel 2 menunjukkan peningkatan jumlah industri pengolahan di
Kota Sukabumi berdasarkan jenis kegiatan tahun 2010 hingga 2014.
Tabel 2 Jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis
kegiatan tahun 2010-2014
Industri
Industri makanan Industri kayu
Jenis kerajinan
dan minuman olahan
kegiatan tangan
(unit) (unit)
(unit)
2010 888 291 226
2011 946 305 235
2012 972 306 235
2013 981 306 240
2014 1 012 307 247
Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi, 2015
(diolah)
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa industri pengolahan di Kota
Sukabumi lebih banyak dilakukan pada kegiatan pengolahan makanan dan
minuman. Peningkatan jumlah industri pengolahan makanan dan minuman yang
lebih tinggi dibandingkan industri pengolahan lainnya menunjukkan bahwa
industri pengolahan makanan dan minuman memiliki potensi yang cukup baik di
Kota Sukabumi. Pengembangan sektor industri pengolahan makanan dan
minuman terutama produk makanan dan minuman khas di Kota Sukabumi
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional
Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi untuk meningkatkan jumlah wisatawan
yang datang ke Kota Sukabumi dan meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu
produk unggulan dari sektor pengolahan makanan dan minuman di Kota
Sukabumi adalah bandrek instan.
Bandrek dikenal sebagai minuman tradisional Jawa Barat. Minuman
bandrek terbuat dari bahan-bahan alami dengan racikan dan komposisi yang tepat
sehingga memiliki rasa dan aroma yang khas. Selain sebagai minuman penyegar,
bandrek juga memiliki aspek fungsional bagi kesehatan dan dapat menjaga
kebugaran tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini bandrek telah
dibuat menjadi produk serbuk minuman instan sehingga lebih praktis dan
memiliki daya simpan yang lebih lama. Aspek kemudahan dalam penyajian,
3

penyimpanan, dan transportasi menjadi nilai tambah dari produk serbuk minuman
instan. Cita rasa yang khas serta tampilan dan bentuk kemasan yang menarik
merupakan alasan produk serbuk minuman bandrek instan ini dapat menjadi
produk unggulan Kota Sukabumi.
Hingga tahun 2014, terdapat enam unit UKM yang memproduksi serbuk
minuman bandrek instan di Kota Sukabumi. Adapun daftar nama UKM yang
memproduksi serbuk minuman bandrek instan di Kota Sukabumi dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan
di Kota Sukabumi tahun 2014
Kapasitas
Tahun
No Nama UKM Kelurahan produksi
daftar
(kg)
1 Rradh Indonesia FIC Cikole 2005 487
2 Bandrek Cap Gelas Nanggeleng 2007 1 000
3 Supernoni Cikondang 2009 400
4 Bandrek Do’I Pelabuhan 2009 450
5 Tia Sari Limus Nunggal 2010 125
6 Super Bandrek Cibeureum 2013 375
Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi
(2015)
Rradh Indonesia Family Industry Company (FIC) merupakan salah satu
UKM di Kota Sukabumi yang bergerak di bidang pembuatan serbuk minuman
bandrek instan dengan merek RISD Super Bandrek. Rradh Indonesia FIC
merupakan produsen serbuk minuman bandrek instan pertama di Kota Sukabumi.
Keunggulan dari produk Rradh Indonesia FIC adalah penggunaan lada hitam
sebagai bahan bakunya serta tampilan kemasan yang menarik sehingga cocok
untuk menjadi buah tangan bagi wisatawan. Produk serbuk minuman bandrek
instan dari Rradh Indonesia FIC telah lama dikenal sebagai produk khas Kota
Sukabumi, bahkan Rradh Indonesia FIC sudah pernah menerima pesanan dari luar
negeri, seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Rusia. Selain memproduksi serbuk
minuman bandrek instan merek RISD Super Bandrek, Rradh Indonesia FIC juga
memproduksi serbuk minuman bandrek instan untuk perusahaan lain.

Rumusan Masalah

Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu binaan Dewan Kerajinan


Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi. Dengan bantuan Deskranasda
Kota Sukabumi, produk serbuk minuman bandrek instan diperkenalkan dan
dipromosikan sebagai salah satu produk khas unggulan Kota Sukabumi.
Dekranasda Kota Sukabumi telah menunjuk Rradh Indonesia FIC sebagai salah
satu produsen utama bandrek instan khas Kota Sukabumi, karena produk bandrek
instan Rradh Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, yakni menggunakan lada
hitam sebagai bahan bakunya. Pemilihan lada hitam sebagai bahan baku dari
serbuk minuman bandrek instan ini karena lada hitam lebih aman dikonsumsi bagi
penderita mag. Selain itu, tampilan kemasan yang menarik menjadi salah satu
nilai tambah dari produk Rradh Indonesia FIC.
4

Dengan adanya promosi bandrek instan sebagai salah satu produk unggulan
Kota Sukabumi, maka permintaan terhadap produk serbuk minuman bandrek
instan dari Rradh Indonesia FIC mengalami peningkatan. Gambar 1 menunjukkan
permintaan produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh Indonesia FIC
pada tahun 2014.

Gambar 1 Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh


Indonesia FIC tahun 2014
Peningkatan permintaan tersebut tidak dapat diimbangi dengan jumlah
produksi Rradh Indonesia FIC yang cenderung konstan akibat keterbatasan
kapasitas produksi. Saat ini, kapasitas produksi Rradh Indonesia FIC per bulan
sebanyak 16 250 sachet yang terdiri dari 7 250 sachet bandrek original dan 9 000
sachet bandrek susu. Permintaan yang belum terpenuhi berasal toko makanan atau
souvenir yang berada di Kota Sukabumi. Selain itu, mulai bulan Juni 2015 Rradh
Indonesia FIC juga mendapat pesanan untuk memproduksi serbuk minuman
bandrek instan original dan serbuk minuman bandrek instan susu secara kontinyu
dari trader. Kegiatan pengemasan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
yang masih dilakukan secara manual menjadi penyebab utama terbatasnya jumlah
produk yang dapat dihasilkan. Selain itu, kapasitas blender yang digunakan untuk
menghaluskan bahan baku juga masih sedikit yakni 150 gram rempah-rempah
pada sekali proses penghalusan. Agar dapat memenuhi permintaan pasar, maka
Rradh Indonesia FIC berencana untuk melakukan pengembangan usaha untuk
memenuhi permintaan akan produk serbuk minuman bandrek instan di
perusahaannya.
Adapun upaya pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Rradh
Indonesia FIC meliputi pembelian peralatan produksi dan peningkatan kapasitas
produksi. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan penambahan mesin
tanpa harus mengurangi atau menggangu proses produksi yang sedang dilakukan
saat ini. Kegiatan pengembangan usaha tersebut memerlukan modal investasi
yang cukup besar dan hingga saat ini usaha yang dijalankan Rradh Indonesia FIC
belum pernah dianalisis kelayakan usahanya sehingga diperlukan analisis
kelayakan usaha terkait pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini untuk mengkaji apakah kegiatan investasi ini layak atau tidak
untuk dilaksanakan.
5

Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami perubahan
seperti harga input dan penjualan output yang berfluktuasi akan mempengaruhi
biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Untuk itu diperlukan analisis switching value untuk mengetahui seberapa besar
perubahan maksimum dari harga input maupun penjualan output yang dapat
ditolerir pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini agar tetap
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan aspek non finansial pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan aspek finansial pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan dilihat dari kriteria investasi yaitu net
present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return
(IRR), dan payback period (PP)?
3. Bagaimana switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku
dan penurunan penjualan produk?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini


adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ditinjau dari aspek non finansial.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ditinjau dari aspek finansial.
3. Menganalisis switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku
dan penurunan penjualan produk.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada pada penelitian, maka


penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, seperti:
1. Penulis, yakni penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah
2. Pemilik usaha, yakni penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan
yang bermanfaat dalam mengembangkan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini
3. Calon investor, yakni dapat memberikan gambaran mengenai kondisi usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan, terutama di tempat penelitian
dilakukan
4. Akademisi, yakni penilitian ini dapat menjadi bahan informasi,
pengetahuan, dan literatur untuk penelitian selanjutnya
6

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah meneliti kelayakan


pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh
Indonesia FIC berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non
finansial yang dianalisis adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Aspek finansial yang dianalisis
meliputi analisis laporan laba/rugi, analisis cash flow berdasarkan kriteria
kelayakan investasi, dan analisis switching value. Adapun kriteria kelayakan
investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV), net
benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan payback period
(PP).

TINJAUAN PUSTAKA

Minuman Tradisional Serbuk Instan

Minuman khas Indonesia merupakan minuman tradisional yang terbuat dari


bahan baku rempah maupun tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia. Minuman tradisional tersebut umumnya berbentuk minuman dan dikenal
sebagai jamu yang merupakan racikan dari berbagai jenis rempah (Ratnaningsih
2008). Minuman tradisional memiliki khasiat yang penting bagi kesehatan,
diantaranya untuk mencegah masuk angin, influenza, rematik dan batuk juga
menghangatkan badan dan meningkatkan stamina (Wasini 2009). Beberapa jenis
minuman tradisional Indonesia adalah kunyit asam, beras kencur, bandrek,
sekoteng, bajigur, wedang secang dan lain-lain.
Bandrek adalah salah satu minuman tradisional yang berasal dari daerah
Jawa Barat. Bandrek terbuat dari campuran gula palem, lada, jahe, kayu manis,
cengkeh, cabe jawa dan rempah-rempah lainnya. Variasi bahan dalam pembuatan
bandrek dipengaruhi oleh kebiasaan daerah masing-masing. Bandrek
Parahiyangan yang menambahkan lada halus (merica halus) dan cabe kering yang
dimemarkan selain bahan utamannya yaitu jahe dan gula jawa, sedangkan pada
bandrek Wetan ditambahkan serai untuk menambah aroma dan rasa pada bandrek
(Wasini 2009). Selain menggunakan beragam rempah-rempah, bandrek pun dapat
divariasikan dengan bahan lainnya seperti susu dan serutan kelapa muda.
Bandrek biasa disajikan pada saat cuaca dingin, yakni saat hujan ataupun
malam hari. Minuman ini berkhasiat untuk meningkatkan kehangatan tubuh,
meringankan batuk, mencegah masuk angin, melancarkan peredaran darah,
mengobati mual dan menjaga stamina tubuh. Minuman bandrek termasuk dalam
kategori pangan fungsional (food suplement) karena dilihat dari definisinya,
pangan fungsional merupakan makanan atau minuman yang mengandung bioaktif
yang bermanfaat bagi kesehatan (Wasini 2009).
Perkembangan pola hidup masyarakat yang saat ini semakin kompleks
menuntut tersedianya berbagai produk siap saji (instan). Keunggulan bentuk
serbuk minuman instan adalah kemampuan larut tanpa melibatkan pengadukan
secara manual dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air. Selain itu,
keunggulan lain yang dimiliki dari produk dalam bentuk serbuk instan adalah
7

daya simpan lebih lama, membutuhkan ruangan lebih kecil untuk transportasi, dan
lebih mudah dikemas (Utami 2008). Penyajian dalam bentuk bubuk cepat saji
(instan) merupakan suatu alternatif untuk menyediakan minuman yang
menyehatkan dan praktis (Ratnaningsih 2008).

Kelayakan Pengembangan Usaha

Menurut Nurmalina et al (2009), studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan


investasi adalah penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis
merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak
untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan
gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat
(benefit) yang dapat diterima oleh suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar
dalam pengambilan keputusan investasi.
Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yaitu
yang pertama jika dia merupakan suatu usaha baru dan yang kedua apabila
terdapat investasi baru pada usaha tersebut. Salah satu jenis pengembangan usaha
yang dapat dilakukan adalah penambahan alat produksi maupun peningkatan
kapasitas produksi (Hastriratna 2014). Alasan pengembangan usaha tersebut
dilakukan karena terdapat permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi karena
keterbatasan kapasitas produksi ataupun produktivitas yang rendah akibat
teknologi yang digunakan masih sederhana (Firdaus 2013). Pengembangan usaha
berupa peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan produksi sesuai dengan kapasitas mesin yang dimiliki maupun
penambahan alat produksi (Indyastuti 2010). Selain untuk meningkatkan kapasitas
produksi, penambahan alat dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas produk (Firdaus 2013) atau menambah variasi dari ukuran produk yang
dihasilkan (Hastriratna 2014). Pada analisis kelayakan pengembangan usaha ini,
terdapat dua aspek yang diteliti yakni kelayakan usaha berdasarkan aspek non
finansial dan kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial.
Pada aspek non finansial, aspek-aspek yang diteliti antara lain aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek
lingkungan. Pada penelitian Indyastuti (2010) dan Firdaus (2013), hal-hal yang
dianalisis pada aspek pasar adalah permintaan, penawaran, dan strategi pemasaran
yang dilakukan. Namun, pada penelitian Hastriratna (2014) ditambahkan pula
analisis mengenai potensi pasar. Pada aspek teknis, hal-hal yang diteliti mencakup
lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis
teknologi. Pada analisis aspek teknis, Firdaus (2013) menambahkan informasi
produk dan spesifikasi mesin yang akan digunakan untuk pengembangan usaha,
sedangkan Hastriratna (2014) menambahkan analisis tentang ketersediaan bahan
baku, letak pasar yang dituju, kebutuhan tenaga kerja, dan skala usaha. Pada aspek
manajemen dan hukum dijelaskan mengenai struktur organisasi perusahaan,
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan kegiatan usaha, serta
bentuk badan usaha maupun perijinan yang dimiliki oleh perusahaan. Pada aspek
sosial dan ekonomi dianalisis bagaimana dampak dari keberadaan bisnis bagi
masyarakat sekitar maupun kontribusi usaha tersebut terhadap perekonomian
daerah secara keseluruhan. Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk
8

mengetahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha


(Indyastuti 2010).
Pada analisis mengenai aspek finansial, kriteria kelayakan investasi yang
digunakan adalah net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C),
internal rate of return (IRR), payback period (PP), dan analisis switching value.
Pada penelitian Firdaus (2013) ditambahkan perhitungan incremental net benefit
untuk menunjukkan manfaat bersih tambahan yang diperoleh setelah pemanfaatan
faktor-faktor produksi yang belum termanfaatkan. Untuk penelitian mengenai
analisis kelayakan pengembangan usaha, analisis mengenai aspek finansial
dilakukan pada dua skenario, yakni pada kondisi aktual (sebelum pengembangan)
dan kondisi setelah pengembangan.
Untuk mendanai suatu kegiatan investasi pada kegiatan pengembangan
usaha maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar sehingga dapat
menjadi kendala untuk melakukan pengembangan bisnis atau investasi. Perolehan
dana dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada, seperti dari modal sendiri,
modal pinjaman, atau keduanya. Pada penelitian Agustika (2009) dan Rohmawati
(2010), sumber modal untuk melakukan pengembangan usaha berasal dari
gabungan modal sendiri dan pinjaman ke bank. Namun, tingkat diskonto yang
digunakan oleh Agustika (2009) hanya menggunakan suku bunga pinjaman ke
bank, sedangkan tingkat diskonto yang digunakan oleh Rohmawati (2010)
merupakan suku bunga rata-rata dari suku bunga pinjaman bank dan suku bunga
deposito.
Pada penelitian Indyastuti (2010) tentang Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten
Lebak, Banten) dan penelitian Hastriratna (2014) mengenai Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka,
disimpulkan bahwa kedua skenario dikatakan layak untuk dijalankan. Hal tersebut
berdasarkan hasil penelitian Indyastuti (2010) bahwa sebelum dilakukan
pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 063 214 374.71, IRR sebesar 65
persen, Net B/C sebesar 3.6 persen, dan PP selama 2 tahun 2 bulan 12 hari.
Setelah dilakukan pengembangan usaha, diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 415
855 468.24, IRR sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4.3, dan PP selama 1 tahun
10 bulan 11 hari. Hastriratna (2014) memperoleh nilai NPV sebesar Rp561 581
471, Net B/C sebesar 1.642, IRR sebesar 16.75 persen, dan PP selama 7.42 tahun
untuk kondisi aktual, serta diperoleh nilai NPV sebesar Rp991 447 447, Net B/C
2.12, IRR 24.34 persen dan PP selama 4.9 tahun untuk kondisi pengembangan.
Berbeda dengan Indyastuti (2010) dan Hastriratna (2014), Firdaus (2013)
menyimpulkan bahwa pengembangan usaha dikatakan lebih layak untuk
dijalankan. Hal ini didasarkan pada penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Penggilingan Tepung Ubi Jalar pada KWT Berkah Sari
Desa Purwasari, kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, yang memperoleh hasil
analisis kelayakan finansial pada kondisi aktual dikatakan tidak layak untuk
dijalankan karena nilai NPV Rp-3 048 874.96, Net B/C sebesar 0.79, dan IRR
sebesar 2 persen atau lebih kecil dari tingkat discount rate. Tetapi, ditinjau dari PP
selama 8.39 tahun menunjukkan usaha ini layak karena nilai tersebut kurang dari
umur usaha selama 10 tahun. Namun, setelah dilakukan analisis kelayakan
finansial pada skenario II (setelah pengembangan), diperoleh nilai NPV sebesar
Rp53 059 471.44, Net B/C sebesar 2.96, IRR 38 persen dan PP selama 2.82 tahun.
Selain itu, kesimpulan Firdaus (2013) yang menyatakan bahwa pengembangan
9

usaha lebih layak untuk dijalankan didasarkan pula dari hasil perhitungan
incremental net benefit yang menunjukkam total incremental net benefit selama
10 tahun dari usaha ini sebesar Rp85 122 300, sehingga diperoleh nilai NPV
sebesar Rp62 634 376, Net B/C sebesar 12.03 dan PP 2.71 tahun. Pada penelitian
pengembangan usaha dengan sumber modal tambahan pinjaman ke bank, hasil
penelitian Rohmawati (2009) mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, memperoleh hasil bahwa pengembangan usaha dengan
tambahan modal dari pinjaman bank layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil
analisis aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp2 039 639 749, Net B/C
sebesar 4.08, IRR sebesar 60 persen, dan payback period sebesar 2.03 tahun.
Setelah analisis aspek finansial, dilakukan pula analisis sensitivitas untuk
melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu
analisis kelayakan. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai
pengganti (switching value). Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui
perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan
komponen outflow yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk
dijalankan (Indyastuti 2010). Perubahan yang terjadi pada usaha tersebut dapat
berupa peningkatan harga bahan baku dan penurunan harga produk (Firdaus
2013).
Berdasarkan hasil analisis Indyastuti (2010), peningkatan harga gula cetak
maksimum untuk kondisi aktual sebesar 6.3 persen sedangkan untuk kondisi
pengembangan sebesar 6.9 persen, dan untuk penurunan harga gula semut
maksimum untuk kondisi aktual sebesar 5.9 persen, sedangkan untuk kondisi
pengembangan sebesar 6.0 persen. Hasil analisis switching value oleh Hastriratna
(2014) menunjukkan bahwa kenaikan harga gula aren pada kondisi aktual sebesar
49.73 persen, sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 71.7 persen,
dan penurunan produksi maksimum pada kondisi aktual sebesar 8.5 persen
sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 12 persen. Pada penelitian
Firdaus (2013), analisis switching value hanya dilakukan pada kondisi setelah
pengembangan. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa perubahan
maksimum dari penurunan harga penjualan tepung ubi jalar sebesar 17.61 persen
dan kenaikan harga bahan baku maksimum sebesar 70.43 persen.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teori-


teori yang relevan dengan masalah. Berikut ini adalah teori-teori yang relevan dan
dapat digunakan pada penelitian ini.

Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), studi kelayakan bisnis merupakan
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usahat tersebut
dijalankan. Mempelajari secara mendalam memiliki arti bahwa meneliti secara
10

sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan
dianalisis dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Nurmalina et al (2010) menyatakan studi kelayakan bisnis diperlukan agar
dapat menunjukkan apakah kegiatan investasi dalam bentuk bisnis yang
direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan.
Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi
atau suatu bisnis layak untuk dijalankan.
Tahap-tahap dalam melakukan studi kelayakan bisnis yang umum dilakukan
menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dan informasi
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin,
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi
dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, baik data primer
maupun data sekunder.
2. Pengolahan data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data
dilakukan secara benar dan akurat dengan metode-metode yang telah lazim
digunakan dan hendaknya perhitungan tersebut diperiksa ulang untuk memastikan
kebenaran dari pengolahan data yang telah dilakukan.
3. Analisis data
Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria-kriteria seluruh aspek yang telah
memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak untuk digunakan. Setiap jenis usaha
memiliki kriteria tersendiri untuk dikatakan layak atau tidak untuk dilakukan.
4. Mengambil keputusan
Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan mendapatkan hasil dari
pengukuran, selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut.
Mengambil keputusan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan sesuai
dengan hasil pengukuran dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
5. Memberikan rekomendasi
Rekomendasi diberikan kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi
kelayakan bisnis yang telah disusun. Pemberian saran serta perbaikan dilakukan
apabila ada suatu kesalahan dalam melaksanakan usaha.

Tujuan Dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis


Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan agar suatu usaha atau proyek yang
dijalankan tidak akan sia-sia. Adanya studi kelayakan bisnis sangat membantu
saat sebelum maupun dalam menjalankan bisnis. Menurut Kasmir dan Jakfar
(2003), tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah menghindari risiko kerugian,
memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan
pengawasan, dan memudahkan pengendalian.
Hasil penilaian melalui kelayakan usaha ini sangat diperlukan dan
dibutuhkan oleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap usaha atau proyek yang dijalankan. Perusahaan yang melakukan studi
kelayakan akan bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka katakan layak
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa yakin dan sangat percaya
dengan hasil studi kelayakan bisnis yang telah dilakukan. Adapun pihak-pihak
yang memperoleh manfaat dari studi kelayakan bisnis menurut Umar (2005)
adalah :
11

1. Pihak investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap


keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal
yang ditanamkannya.
2. Pihak kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang
studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan
tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.
3. Pihak manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan
bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang
dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan
kreditor.
4. Pihak pemerintah dan masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang
memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan diprioritaskan
untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
5. Bagi tujuan pembangunan ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan
bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan
ditimbulkan terhadap perekonomian nasional.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), terdapat beberapa aspek yang perlu
dilakukan studi untuk menentukan kelayakan usaha. Masing-masing aspek tidak
berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Hal ini berarti jika salah satu aspek
tidak terpenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.
Secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi
aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial.
1. Aspek pasar
Aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menganalisis seberapa besar
potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market
share yang dikuasai oleh para pesaing (Kasmir dan Jakfar 2003). Pengkajian
aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa
adanya permintaan barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut (Umar 2005).
Menurut Nurmalina et al (2010), aspek pasar dan pemasaran mempelajari
tentang :
a) Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang
proyeksi permintaan tersebut.
b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan
dimasa yang akan datang.
c) Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi
dalam negeri lainnya.
d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.
e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa
dikuasai.
Untuk menganalisis potensi pasar dari produk yang ditawarkan, perusahaan
perlu menganalisis situasi bisnis dan mengetahui posisi perusahaan dalam industri
yang dimasukinya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
menganalisis persaingan industri adalah Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s
Five-Forces Model). Menurut Porter (1980), hakikat persaingan di suatu industri
tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan, yaitu:
12

a) Ancaman masuknya pendatang baru


Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar.
Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga
mengurangi kemampulabaan dari perusahaan.
b) Tingkat persaingan di antara para anggota industri
Persaingan di kalangan anggota industri terjadi untuk memperbaiki posisi
dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, perang iklan,
introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada
pelanggan. Beberapa bentuk persaingan, khususnya persaingan harga,
sangat tidak stabil dan sangat mungkin membuat keadaan indutri memburuk
dari sudut pandang kemampulabaan.
c) Produk pengganti (substitusi)
Produk pengganti (substitusi) merupakan produk-produk yang dapat
menjalankan fungsi yang sama seperti produk yang dihasilkan dalam
industri. Produk pengganti mebatasi laba potensial dari industri dengan
menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh
perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan
oleh produk pengganti, maka makin ketat pembatasan laba industri.
d) Kekuatan tawar-menawar pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar-
menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta
berperan sebagai pesaing satu sama lain yang semuanya akan
mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok
pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik
situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya.
e) Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar-menawar atas para anggota
industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa
yang dijualnya. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampu labaan suatu
industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan
harganya sendiri.
2. Aspek teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun (Nurmalina et al 2010). Aspek teknis berkaitan dengan
pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan
kapasitas produksi, tata letak dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar
2005).
3. Aspek manajemen dan hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al 2010).
Dalam aspek ini, dilakukan pengkajian tentang bentuk organisasi atau badan
usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, jumlah tenaga kerja yang
digunakan, serta jabatan apa saja yang dibutuhkan.
Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yang akan digunakan,
berbagai akta, sertifikat, dan izin yang dimiliki perusahaan. Selain itu, aspek
hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar
13

kegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek hukum digunakan untuk meneliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dukumen-dokumen yang dimiliki.
4. Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
Pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang akan dinilai adalah
seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan
terhadap masyarakat keseluruhan. Menurut Nurmalina et al (2010), hal yang
dipelajari pada aspek sosial adalah penambahan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran. Pada aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan
peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD),
pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Pada aspek
lingkungan, hal yang dipelajari adalah bagaimana pengaruh bisnis terhadap
lingkungan. Dengan adanya bisnis, apakah akan menciptakan lingkungan yang
semakin baik ataukah semakin rusak.
5. Aspek finansial
Analisis aspek finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan
dan aliran kas proyek bisnis sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana
bisnis yang dimaksud (Umar 2005). Penelitian ini meliputi seberapa lama
pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat
suku bunga yang berlaku sehingga jika dihitung dengan formula penilaian
investasi sangat menguntungkan (Kasmir dan Jakfar 2003).
Menurut Nurmalina et al (2010), untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu kegiatan investasi pada bisnis digunakan metode yang umum yang dipakai
yaitu metode discounted cash flow dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap
tahun didiskonto dengan discount factor (DF). Penggunaan discount factor erat
kaitannya dengan preferensi waktu atas uang (time preference of money) di mana
sejumlah uang sekarang lebih disukai daripada sejumlah uang uang sama pada
tahun mendatang. Terdapat beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan
untuk penilaian kelayakan dari suatu bisnis, yakni sebagai berikut:
a) Net Present Value (NPV)
NPV atau nilai kini manfaat bersih yang akan diperoleh pada masa
mendatang merupakan selisih dari nilai kini benefit dengan nilai kini dan
biaya. NPV ini menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha selama
umur usaha pada tingkat suku bunga tertentu.
 Nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0) artinya usaha tersebut sudah dinyatakan
menguntungkan dan dapat dilaksanakan atau diteruskan.
 Nilai NPV kurang dari nol (NPV < 0) artinya usaha merugikan dan tidak
dapat dilaksanakan.
 Nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya usaha tersebut tidak untung
dan tidak rugi.
b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan
bersih pada tahun di mana keuntungan bersih bernilai positif dengan
keuntungan bersih yang bernilai negatif. Metode ini digunakan untuk
menghitung antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa mendatang dengan nilai sekarang investasi.
14

 Nilai Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C > 1) artinya usaha dianggap
layak untuk dilaksanakan secara finansial.
 Net B/C kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya usaha tidak layak untuk
dilaksanakan secara finansial.
 Net B/C sama dengan satu (Net B/C = 1) maka biaya yang dikeluarkan sama
dengan keuntungan yang didapatkan.
c) Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga di mana nilai kini dari biaya total sama
dengan nilai kini dari penerimaan total atau dapat diartikan sebagai tingkat
suku bunga yang menyebabkan NPV = 0. Tingkat IRR mencerminkan tingkat
suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya
yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih
besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya, apabila nilai IRR
lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak
untuk dilaksanakan. Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada
Gambar 2.

Sumber: Nurmalina et al (2010)


Gambar 2 Hubungan antara NPV dan IRR
d) Payback Period (PP)
Payback Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan
Jakfar 2003). Metode ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat
investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat
pengembaliannya termasuk bisnis yang kemungkinan besar akan dipilih.
Metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina et
al 2010).

Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)


Menurut Nurmalina et al (2010), analisis sensitivitas digunakan untuk
melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu
analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan
terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila
terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.
Menurut Kadariah et al (1999) dalam Nurmalina et al (2010), analisis
sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha
ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
15

mengandung ketidakpastian tetang apa yang akan terjadi di waktu yang akan
datang. Menurut Gittinger (1986), perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam
menjalankan bisnis pada umumnya disebabkan oleh (1) harga, (2) keterlambatan
pelaksanaan, (3) kenaikan dalam biaya, dan (4) hasil produksi.
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti
(switching value). Analisis ini digunakan untuk mengukur “perubahan
maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output,
penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input
atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih
tetap layak. Perhitungan switching value mengacu pada berapa besar perubahan
yang terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama
umur usaha. NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga
dan nilai Net B/C = 1. Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan
switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah
diketahui secara empirik dan dilihat bagaiaman dampaknya terhadap hasil analisis
kelayakan, sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut
dicari, seberapa besar perubahan masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap
layak (Nurmalina et al 2010).

Umur Bisnis
Umur bisnis sangat berpengaruh pada suatu perencanaan dalam studi
kelayakan bisnis, di mana bisnis diproyeksikan akan berjalan sesuai dengan umur
bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2010), terdapat beberapa cara dalam
menentukan umur bisnis, diantaranya:
1. Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode)
yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di
bisnis, yaitu jumlah tahun selama aset tersebut dapat meminimumkan biaya
tahunan (masih menguntungkan jika dipakai).
2. Umur teknis. Umur bisnis ini digunakan untuk bisnis besar bergerak
(diberbagai bidang) karena lebih mudah menggunakan umur teknis dari
unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur
ekonomis, tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi
(absolence) dengan digunakannya teknologi baru.
3. Umur bisnis yang berumur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun dapat
menggunakan umur bisnis yakni 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25
tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10
persen maka present value-nya akan kecil sekali karena nilai discount
factor-nya kecil atau mendekati nol.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kota Sukabumi merupakan salah satu kota yang berada di wilayah Jawa
Barat. Letak Kota Sukabumi yang berdekatan dengan kota-kota besar seperti
Jakarta dan Bandung merupakan daerah yang strategis dalam pengembangan
sektor industri serta pariwisata. Dekranasda Kota Sukabumi melihat kondisi
tersebut sebagai sebuah potensi untuk memperkenalkan dan mempromosikan
produk kerajinan Kota Sukabumi terutama pada produk-produk khas daerah yang
16

sering dijadikan buah tangan oleh para wisatawan. Serbuk minuman bandrek
instan merupakan salah satu produk yang diunggulkan dari Kota Sukabumi.
Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu UKM binaan Dekranasda Kota
Sukabumi yang memproduksi serbuk minuman bandrek instan yang sedang
dipromosikan menjadi salah satu produk minuman khas daerah Kota Sukabumi.
Dengan kondisi tersebut, maka permintaan produk dari Rradh semakin meningkat.
Selain itu Rradh juga meneriman pesanan khusus untuk memproduksi serbuk
minuman bandrek instan secara kontinyu dari beberapa perusahaan. Peningkatan
permintaan produk tersebut tidak diimbangi dengan jumlah produksi dari Rradh
karena keterbatasan kapasitas produksi. Oleh sebab itu, Rradh bermaksud untuk
mengembangkan usahanya dengan cara menambah kapasitas produksi serta
membeli peralatan produksi untuk memenuhi permintaan yang ada.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka analisis kelayakan pengembangan
usaha ini bertujuan untuk melihat apakah usaha pembuatan minuman bandrek
instan ini layak atau tidak untuk dikembangkan. Dalam analisis kelayakan ini
dilakukan pengkajian terhadap aspek-aspek kelayakan usaha seperti apek finansial
dan aspek non finansial. Pada aspek non finansial, dapat dilihat dari aspek pasar,
aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen dan, serta aspek sosial ekonomi
dan lingkungan. Pada aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net B/C,
IRR, PP dan analisis sensitifitas menggunakan switching value.
Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder. Setelah data
terkumpul, maka dilakukan identifikasi dan analisis data yang diperoleh.
Identifikasi aspek non finansial dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam
bentuk deskriptif, sedangkan aspek finansial diidentifikasi secara kuantitatif serta
diintepretasikan hasilnya. Dari seluruh analisis tersebut, maka akan ditentukan
apakah usaha tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Jika layak, maka usaha
tersebut dapat terus dijalankan dan dapat dilakukan upaya pengembangan.
Namun, jika tidak layak, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap usaha tersebut.
Setelah itu dapat ditarik kesimpulan dan saran bagi usaha pengembangan tersebut.
Skema kerangka pemikiran operasional secara terstruktur dapat dilihat pada
Gambar 3.
17

Rradh Indonesia FIC merupakan UKM yang


memproduksi serbuk minuman bandrek instan

- Dipromosikan oleh Dekranasda Kota Sukabumi sebagai produsen utama bandrek


instan khas Kota Sukabumi
- Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh semakin meningkat
- Terdapat pesanan khusus untuk memproduksi serbuk minuman bandrek instan dari
trader
- Kapasitas produksi terbatas

Keinginan untuk mengembangkan usaha dengan


penambahan peralatan dan kapasitas produksi

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Analisis Non Finansial Analisis Finansial


- Aspek Pasar Kriteria kelayakan investasi
- Aspek Teknis - NPV
- Aspek Manajemen dan Hukum - Net B/C
- Aspek Sosial, Ekonomi dan - IRR
Lingkungan - Payback Period

Switching value:
- Peningkatan harga bahan gula semut
- Penurunan jumlah penjualan produk

Tidak Layak Layak

Perbaikan Usaha dapat dilanjutkan


dan dikembangkan
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
18

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian analisis kelayakan pengembangan usaha ini dilakukan di UKM


Rradh Indonesia FIC yang berlokasi di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa produk
bandrek instan merupakan salah satu produk yang sedang dipromosikan sebagai
produk khas Kota Sukabumi dan Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu
UKM binaan Dekranasda Kota Sukabumi yang ditunjuk sebagai produsen utama
minuman bandrek instan khas Kota Sukabumi. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk menjelaskan gambaran dan


keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan (observasi) dan wawancara
dengan pemilik usaha atau pihak-pihak yang terkait dengan usaha tersebut. Data
sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari bahan-
bahan kepustakaan yang relevan, penelitian-penelitian terdahulu, serta instansi-
instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi, Dewan
Kerajinan Nasional Daerah Kota Sukabumi serta Dinas Koperasi Perindustrian
dan Perdagangan Kota Sukabumi.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan


pengisian kuisioner kepada pemilik sekaligus manajer perusahaan. Wawancara
yakni pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek
yang diteliti untuk memperoleh data primer. Pengisian kuesioner yakni teknik
pengumpulan data dengan menyusun pertanyaan yang terstruktur kemudian
dilakukan pengisian oleh pemilik usaha. Pengumpulan data dengan studi literatur
melalui penelusuran pustaka di perpustakaan IPB dan instansi terkait untuk
memperoleh data sekunder.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisis aspek non finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan,
sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial
dengan melakukan analisis laporan laba rugi dan analisis kriteria investasi yang
terdiri dari NPV, Net B/C, IRR, PP, dan analisis switching value menggunakan
software Microsoft Excel 2010 serta kalkulator.
19

Analisis Aspek Non Finansial

Pada penelitian ini aspek-aspek non finansial yang dianalisis adalah sebagai
berikut:
Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dilihat dari potensi pasar dari produk khas daerah Kota
Sukabumi terutama untuk produk serbuk minuman bandrek instan. Usaha
dikatakan layak apabila memiliki potensi dan peluang pasar serta menerapkan
strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen. Pendekatan yang
dilakukan dalam analisis aspek pasar dan pemasaran menggunakan analisis lima
kekuatan persaingan industri Porter dan bauran pemasaran yang terdiri dari
(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
Aspek Teknis
Penilaian aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-hal
teknis dari usaha seperti: alasan pemilihan lokasi usaha, letak pasar yang dituju,
ketersediaan bahan baku, peralatan, perlengkapan, kapasitas usaha, rencana
pengembangan usaha, teknologi yang digunakan, proses produksi yang dilakukan,
dan layout perusahaan. Aspek teknis dikatakan layak apabila komponen-
komponen teknis yang dianalisis dapat memberikan kemudahan, efektivitas dan
efisiensi kerja untuk mengoptimalkan hasil produksi.
Aspek Manajemen dan Hukum
Analisis aspek manajemen dilakukan secara kualitatif untuk melihat apakah
fungsi-fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan. Aspek manajemen yang dikaji
meliputi struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, deskripsi pekerjaan sekaligus
pembagian wewenang dan tanggungjawab serta sistem gaji atau upah anggota
maupun tenaga kerja. Bisnis dikatakan layak apabila menggunakan sistem
manajemen yang baik.
Aspek hukum yang dianalisis dalam penelitian ini mengenai legalitas dari
perusahaan. Tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan,
kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada aspek
hukum ini akan dilihat legalitas perusahaan dan jenis bentuk badan usaha yang
dipilih, seperti perusahaan perseorangan, perseroan terbatas (PT), firma,
perserikatan komanditer (CV), koperasi, atau yayasan. Analisis layak apabila
memiliki legalitas yakni pemilik mendapat izin usaha dari RT/RW atau
pemerintah setempat serta izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Aspek sosial ekonomi dan lingkungan yang dianalisis mencakup kontribusi
usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan yang dilakukan oleh pengusaha
terhadap masyarakat sekitar seperti dalam penyerapan tenaga kerja, kontribusi
terhadap pembangunan dan pendapatan daerah, serta dampak dari adanya usaha
tersebut terhadap lingkungan sekitar tempat penelitian. Suatu usaha dikatakan
layak apabila usaha yang bersangkutan tidak menghasilkan limbah yang dapat
merugikan lingkungan atau masyarakat sekitar, dan tidak bertentangan dengan
aspek sosial ekonomi sekitar.
20

Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial ini bertujuan untuk menilai seberapa besar biaya-
biaya yang dikeluarkan dan seberapa besar pendapatan yang akan diterima pada
usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC serta
menilai kelayakan usahanya. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis laporan
laba rugi, aliran kas (cash flow), dan kriteria penilaian investasi. Berikut
penjelasan tentang hal yang dianalisis pada aspek finansial:
1. Analisis laporan laba/rugi
Laporan ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai
tujuannya selama periode tertentu (Nurmalina et al 2010). Analisis ini terdiri dari
beberapa komponen, yaitu penerimaan penjualan, biaya operasional, laba kotor
atau earning before interest and tax (EBIT), biaya bunga, laba sebelum pajak atau
earning before tax (EBT), biaya pajak, dan laba bersih atau earning after interest
and tax (EAIT). Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Pada
biaya tetap terdapat biaya penyusutan. Pada penelitian ini biaya penyusutan
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dimana pengurangan harga
pembelian dengan nilai sisa dibagi umur ekonomis. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut:
Penyusutan per tahun = nilai beli-nilai sisa
umur ekonomis
Dari analisis ini akan diperoleh biaya pajak yang digunakan dalam aliran
kas (cash flow) dan dari hasil perhitungannya dapat dilihat besarnya laba bersih
yang diperoleh oleh perusahaan tiap tahunnya.
2. Aliran kas (cash flow)
Aliran kas berisi tentang semua penerimaan dan pengeluaran dari usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC. Penerimaan
yang diperoleh berasal dari nilai produksi total dan nilai sisa. Nilai produksi total
dihitung dengan produksi utama dikalikan dengan harga per satuan produk
tersebut, sedangkan nilai sisa dihitung dengan nilai pembelian dikurangi nilai sisa,
kemudian dibagi dengan umur ekonomis. Untuk sumber modal yang berasal dari
pinjaman ke bank, diperoleh pula penerimaan yang berasal dari pinjaman bank.
Pengeluaran berasal dari biaya investasi, biaya operasional, biaya pengembalian
pinjaman dan biaya pajak. Dari analisis ini dapat dilihat berapa besar manfaat
bersih yang diperoleh oleh usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC.
3. Kriteria penilaian investasi
Menurut Nurmalina et al (2010) kriteria penilaian investasi dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak
untuk dilaksanakan. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan
adalah nilai bersih sekarang (net present value), rasio manfaat biaya bersih (net
benefit and cost ratio), tingkat pengembalian investasi (internal rate of return)
dan masa pengembalian investasi (payback period).
a. Net Present Value (NPV)
Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya
melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut
dengan manfaat bersih. Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar
21

dari 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV


adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value
biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al
2010):

Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1
i = Tingkat DR (dicount rate)
b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang menguntungkan
bisnis dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut.
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut (Nurmalina et al 2010):

Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1
i = Tingkat DR (dicount rate)
c. Internal Rate of Return (IRR)
Kelayakan bisnis juga dinilai seberapa besar pengembalian bisnis terhadap
investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang
menghasilkan NPV sama dengan 0. Perhitungan IRR umumnya dilakukan
dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate
yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount
rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berdasarkan
Nurmalina et al (2010), adapun rumus IRR yaitu:

Dimana:
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
d. Payback Period (PP)
Payback Period adalah metode yang digunakan untuk mengukur seberapa
cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang PP-nya singkat atau cepat
pengembaliannya termasuk bisnis yang kemungkinan besar akan dipilih.
Berdasarkan Nurmalina et al (2010), adapun rumus perhitungannya sebagai
berikut:
22

Dimana:
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Analisis Switching Value

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan


yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Nilai pengganti atau
switching value merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas. Switching
value digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan atau
penurunan maksimum suatu komponen dalam kegiatan usaha seperti kenaikan
harga bahan baku dan penurunan penjualan produk. Dengan switching value dapat
diketahui berapa batas maksimal perubahan tersebut sehingga usaha masih layak
untuk dijalankan. Kondisi tersebut dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati
nol, nilai Net B/C mendekati satu, dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto.

Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar yang digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Umur proyek adalah delapan tahun, berdasarkan umur ekonomis dari
bangunan yang merupakan investasi terbesar dari usaha ini.
2. Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan berdasarkan
informasi yang didapatkan pada saat penelitian.
3. Jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 25 hari, sehingga dalam satu
tahun terdapat 300 hari kerja.
4. Produk yang dihasilkan dari usaha ini terdiri dari dua jenis, yaitu bandrek
original dan bandrek susu. Produk tersebut untuk merek RISD Super
Bandrek dan untuk pesanan khusus.
5. Produk serbuk minuman bandrek instan merek RISD Super bandrek dijual
dalam bentuk kemasan berisi lima sachet dengan harga Rp8 000 untuk
bandrek original dan Rp10 000 untuk bandrek susu. Untuk bandrek pesanan
dijual per sachet dengan harga Rp1 300 untuk bandrek original dan Rp1 500
untuk bandrek susu.
6. Rencana pengembangan usaha dilakukan dengan membeli peralatan
produksi berupa mesin pengemas sachet dan mesin penepung, serta
meningkatkan kapasitas produksi menjadi 25 000 sachet per bulan yang
terdiri dari 12 000 sachet bandrek original dan 13 000 sachet bandrek susu.
7. Peningkatan kapasitas produksi pada rencana pengembangan usaha ini
dimulai pada bulan keenam di tahun pertama.
8. Modal awal yang digunakan pada usaha Rradh Indonesia FIC adalah modal
sendiri.
9. Sumber modal yang digunakan oleh Rradh Indonesia FIC untuk rencana
pengembangan usaha adalah pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia dengan
tingkat suku bunga pinjaman untuk usaha mikro pada bulan Februari 2015
sebesar 19.25 persen dengan jangka waktu pinjaman lima tahun. Suku
bunga ini diasumikan tetap hingga akhir masa pinjaman.
23

10. Tingkat diskonto (DR) yang ditetapkan adalah 9.14 persen berdasarkan
tingkat suku bunga rata-rata tertimbang dari suku bunga pinjaman ke bank
sebesar 19.25 persen dan suku bunga deposito sebesar 7 persen.
11. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam perhitungan ini
adalah harga yang berlaku pada Februari 2015 dan diasumsikan konstan
hingga akhir tahun umur usaha.
12. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan serbuk minuman bandrek
instan ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi
dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk
peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.
13. Penyusutan adalah penurunan nilai faktor produksi tetap akibat penggunaan.
Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus, yaitu:
Penyusutan per tahun = nilai beli-nilai sisa
umur ekonomis
14. Pajak pendapatan yang digunakan pada usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini berdasarkan Peraturan Perpajakan No 46 Tahun 2013.
Tercantum pada pasal 2 dan pasal 3 bahwa penghasilan dari usaha, tidak
termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp4 800 000 000 dalam satu tahun pajak,
besarnya tarif pajak penghasilan adalah 1 persen dari peredaran bruto yang
diterima.

GAMBARAN UMUM USAHA

Sejarah dan Gambaran Umum Usaha

Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu UKM yang menghasilkan


produk minuman tradisional yaitu serbuk bandrek instan dengan proses tradisional
dan menggunakan bahan baku terbaik, aman dikonsumsi, dan tanpa menggunakan
bahan pengawet. Salah satu keunggulan dan ciri khas dari produknya adalah
penggunaan lada hitam sebagai salah satu bahan baku produknya sehingga
memiliki cita rasa yang lebih pedas serta rasa hangat yang lebih lama. Selain itu,
serbuk minuman bandrek yang diproduksinya juga aman untuk dikonsumsi oleh
penderita mag.
Usaha Rradh Indonesia FIC dimulai pada bulan Juli 1997. Saat itu kegiatan
produksi dilakukan oleh Bapak Hidayat beserta istrinya. Pada awalnya kegiatan
produksi dilakukan secara sederhana di rumah Bapak Hidayat. Produk serbuk
minuman bandrek instan tersebut pada mulanya dikenal dengan merek Burung
Antik. Kegiatan pemasaran hanya dilakukan disekitar Kota dan Kabupaten
Sukabumi. Pada tahun 2005, produk Rradh Indonesia FIC kemudian berganti
merek menjadi RISD Super Bandrek.
Pada tahun 2007, usaha Rradh Indonesia FIC dilanjutkan oleh salah satu
putra dari Bapak Hidayat, yaitu Bapak Dana Saidana. Kegiatan produksi
kemudian dipindahkan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Bubulang yang terletak
di Jalan Terminal Cibeureum, Kota Sukabumi. Sejak tahun 2012 hingga saat ini,
kegiatan usaha ini dilakukan di sebuah rumah yang berlokasi di Jalan Ir. H.
24

Juanda Gang Adireja No 8 Kelurahan Cikole, Kota Sukabumi. Kegiatan


pemasaran telah dilakukan ke daerah Sukabumi, Bandung, Bogor, Jakarta, bahkan
pernah menerima pesanan hingga ke luar negeri seperti Arab Saudi, Malaysia, dan
Rusia. Sejak saat itu, produk serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia
FIC dikenal sebagai salah satu produk unggulan khas Kota Sukabumi.
Selain memproduksi serbuk minuman bandrek instan dengan merek RISD
Super Bandrek, sejak tahun 2010 Rradh Indonesia FIC mulai menerima pesanan
khusus untuk memproduksi serbuk minuman bandrek instan dari instansi maupun
perusahaan lain seperti Lido Lakes Resort & Conference dan Pangrango Hotel.
Untuk pesanan khusus tersebut, produk serbuk minuman bandrek instan dapat
dikemas dan menggunakan merek yang diinginkan oleh pemesan.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi dan misi merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Visi dan misi
merupakan suatu gambaran singkat yang dapat menentukan arah dan tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan. Adapun visi dari Rradh Indonesia FIC adalah
Knowing the World, sedangkan misi dari Rradh Indonesia FIC adalah:
1. Membuat produk RISD Super Bandrek dengan bahan-bahan alami dengan
kualitas terbaik serta aman dikonsumsi oleh seluruh masyarakat
2. Memperkenalkan produk RISD Super Bandrek kepada masyarakat luas
3. Menanamkan kebanggaan kepada masyarakat luas untuk lebih mencintai
hasil produksi dalam negeri

Keadaan Lokasi

Tempat produksi pembuatan serbuk minuman bandrek instan saat ini


terletak di Jalan Ir. H. Juanda Gang Adireja No 8 Kelurahan Cikole, Kota
Sukabumi. Lokasi usaha tersebut memiliki luas tanah 100 m2 dan luas bangunan
40 m2. Lokasi usaha berada di lingkungan perumahan penduduk yang berada tepat
di pusat kota dan pusat pemerintahan Kota Sukabumi. Meskipun berada di sekitar
perumahan penduduk, namun kegiatan usaha ini tidak mengganggu kegiatan
masyarakat di daerah tersebut. Lokasi usaha yang berada di dalam gang menjadi
salah satu kekurangan dari lokasi usaha ini karena akan menyulitkan konsumen
untuk menemukan dan menjangkau lokasi usaha terutama apabila menggunakan
kendaraan roda empat (Gambar 4).

Gambar 4 Lokasi usaha Rradh Indonesia FIC


25

Peralatan Produksi untuk Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan

Peralatan produksi yang digunakan saat ini oleh Rradh Indonesia FIC untuk
membuat serbuk minuman bandrek instan hampir sama dengan industri rumah
tangga lainnya. Jenis teknologi yang digunakan masih manual dan sehingga
kapasitas dari mesin produksi masih sedikit. Adapun jenis peralatan yang
digunakan dalam kegiatan produksi adalah sebagai berikut:
a) Blender
Blender merupakan peralatan utama untuk menghaluskan rempah-rempah.
Blender yang dimiliki oleh Rradh Indonesia FIC saat ini berjumlah dua buah
dengan harga Rp450 000 per unit dan umur ekonomis empat tahun.
b) Tampir
Tampir digunakan sebagai alas rempah-rempah ketika dilakukan
penjemuran. Jumlah tampir yang dimiliki oleh Rradh Indonesia FIC
sebanyak lima unit dengan harga Rp30 000 per buah dan umur ekonomis
empat tahun.
c) Baskom
Baskom digunakan sebagai tempat untuk mencampur seluruh bahan baku
dari serbuk minuman bandrek instan. Baskom yang dimiliki oleh Rradh
Indonesia FIC sebanyak tiga buah dengan harga Rp20 000 per unit dan
umur ekonomis selama empat tahun.
d) Kompor gas dan wajan
Kompor gas dan wajan digunakan untuk menyangrai rempah-rempah agar
rempah-rempah dari produk serbuk minuman bandrek instan matang.
Jumlah kompor gas yang dimiliki Rradh Indonesia FIC sebanyak satu buah
dengan harga Rp450 000, sedangkan wajan yang digunakan sebanyak dua
buah dengan harga Rp150 000 per unit. Kedua peralatan tersebut memiliki
umur ekonomis selama empat tahun.
e) Timbangan digital
Digunakan untuk melakukan penimbangan bahan baku sebelum dicampur
agar perbandingannya sesuai dengan komposisi. Timbangan digital ini
digunakan pula untuk menimbang serbuk minuman bandrek instan ketika
akan dikemas. Timbangan digital yang dimiliki Rradh Indonesia FIC
sebanyak satu unit dengan harga Rp230 000 dan umur ekonomis empat
tahun.
f) Hand sealer
Digunakan untuk menyegel plastik kemasan agar kedap udara dan menjaga
kondisi serbuk minuman bandrek instan tetap baik dan tahan lama. Rradh
Indonesia FIC memiliki satu unit hand sealer dengan harga Rp250 000 dan
umur ekonomis empat tahun.
26

Gambar 5 Peralatan produksi pembuatan serbuk minuman bandrek instan di


Rradh Indonesia FIC

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Non Finansial

Analisis kelayakan aspek non finansial dilakukan untuk melihat kondisi


lingkungan yang mempengaruhi proses alternatif pengambilan keputusan terbaik
dalam kegiatan usaha. Setiap aspek saling berhubungan satu dengan yang lain
sehingga penting untuk dikaji hal yang akan menjadi dasar pengambilan
keputusan sebagai gambaran prospek usaha yang akan dikembangkan. Dalam
penelitian ini beberapa aspek yang dikaji pada aspek non finansial ini adalah
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan.

Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan salah satu aspek bisnis yang penting dikaji
kelayakannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memulai atau
mengembangkan suatu usaha. Jika pasar yang dituju tidak jelas dan prospek usaha
ke depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan menjadi besar. Aspek pasar
digunakan untuk mengkaji mengenai potensi pasar produk serbuk minuman
bandrek instan Rradh, baik dari sisi permintaan, penawaran, strategi pemasaran
yang meliputi bauran pemasaran 4P (product, price, place, promotion).
1. Permintaan dan Penawaran
Bandrek menjadi salah satu produk khas dari Kota Sukabumi. Dengan
dikenalnya produk ini sebagai produk khas daerah serta kebutuhan masyarakat
terhadap produk yang dapat menjaga kesehatan, maka permintaan terhadap
produk serbuk minuman bandrek instan semakin meningkat. Pada tahun 2015,
permintaan terhadap produk serbuk minuman bandrek instan yang diproduksi oleh
Rradh Indonesia FIC mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yakni 18 000
27

sachet per bulan yang terdiri dari 8 500 sachet bandrek original dan 9 500 sachet
bandrek susu. Selain itu, mulai bulan Juni 2015 Rradh Indonesia FIC juga
mendapat pesanan untuk memproduksi serbuk minuman bandrek instan bagi
trader sebanyak 5 000 sachet per bulan yang terdiri dari 2 500 sachet bandrek
original dan 2 500 sachet bandrek susu secara kontinyu, sehingga total permintaan
produk serbuk minuman bandrek instan per bulan sebanyak 23 000 sachet yang
terdiri dari 11 000 sachet bandrek original dan 12 000 sachet bandrek susu.
Sebaran permintaan dan produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh
Indonesia FIC dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran permintaan dan produksi produk serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC tahun 2015
Konsumen Permintaan Produksi Selisih
(sachet) (sachet) (sachet)
Toko makanan/souvenir 7 000 5 250 1 750
Restoran/kafe 2 500 2 500 0
Hotel 2 000 2 000 0
Trader 5 000 0 5 000
Instansi pemerintah/non pemerintah 1 500 1 500 0
Konsumen langsung 5 000 5 000 0
Total 23 000 16 250 6 750
Sumber: Rradh Indonesia FIC (2015)
Berdasarkan Tabel 4, terdapat selisih antara permintaan dan produksi serbuk
minuman bandrek instan sebanyak 6 750 sachet. Permintaan akan semakin
meningkat ketika kondisi cuaca sedang musim hujan, yakni sekitar bulan
September hingga Februari. Peningkatan permintaan ini juga disebabkan mulai
bulan Juni 2015, Rradh Indonesia FIC mendapat pesanan dari trader untuk
memproduksi serbuk minuman bandrek instan. Tingginya permintaan akan serbuk
minuman bandrek instan ini menunjukkan bahwa potensi pasar yang dimiliki
cukup besar. Hal ini merupakan peluang bagi Rradh Indonesia FIC untuk
meningkatkan kapasitas produksinya agar permintaan pasar dapat terpenuhi.
Melihat kondisi tersebut maka Rradh Indonesia FIC berencana untuk
meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 25 000 sachet per bulan.
2. Potensi pasar
Untuk menganalisis potensi pasar dari produk yang ditawarkan, perusahaan
perlu menganalisis situasi bisnis dan mengetahui posisi perusahaan dalam industri
yang dimasukinya. Intensitas persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh
kondisi diantaranya: meningkatkannya jumlah pesaing, penurunan permintaan
produk, persaingan harga, persaingan dalam hal strategi atau sumber daya. Untuk
mengetahui potensi pasar yang dimiliki oleh Rradh Indonesia FIC, digunakan
teori lima kekuatan persaingan industri Porter sebagai berikut:
a) Ancaman masuknya pendatang baru
Potensi masuknya pesaing baru dalam industri serbuk minuman bandrek
instan sangat besar. Hal ini disebabkan oleh hambatan masuk ke industri ini
sangat kecil. Pesaing baru dapat dengan mudah memasuki industri ini
apabila memiliki cukup modal untuk memulai produksi serbuk minuman
bandrek instan dan memiliki strategi pemasaran yang lebih menarik
dibandingkan Rradh Indonesia FIC. Selain itu, teknologi yang digunakan
untuk membuat produk serbuk minuman bandrek instan cukup sederhana
28

dan komposisi dari bahan baku serbuk minuman bandrek instan yang belum
dipatenkan menjadi peluang bagi para pesaing untuk memasuki industri ini.
b) Tingkat persaingan di antara para anggota industri
Berdasarkan data Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota
Sukabumi tahun 2015, saat ini jumlah UKM yang memproduksi serbuk
minuman bandrek instan di Kota Sukabumi sebanyak enam unit usaha.
Berdasarkan kapasitas produksi yang dimilikinya, Rradh Indonesia FIC
telah menguasai 17.17 persen pangsa pasar dari konsumen serbuk minuman
bandrek instan di Kota Sukabumi. Gambar 6 menunjukkan persentase
market share dari industri produk serbuk minuman bandrek instan di Kota
Sukabumi.

Gambar 6 Persentase market share dari industri produk serbuk minuman


bandrek instan di Kota Sukabumi
Berdasarkan Gambar 6, persentase market share yang dikuasai oleh setiap
UKM cukup seimbang. Hal ini menunjukkan persaingan di antara para
anggota industri cukup kuat, terutama di persaingan daerah pemasaran dan
harga jual. Persaingan daerah pemasaran terjadi karena pemasaran produk
yang dilakukan sebagian masih ditujukan untuk wilayah yang sama,
sedangkan persaingan harga jual terjadi karena pesaing menetapkan harga
jual yang lebih rendah dibandingkan dengan harga jual yang telah
ditetapkan oleh Rradh Indonesia FIC. Rradh Indonesia FIC menetapkan
harga jual Rp8 000 per kemasan untuk bandrek original, sedangkan
produsen serbuk minuman bandrek instan lainnya menetapkan harga jual
Rp5 000 hingga Rp7 500 per kemasan untuk bandrek original.
c) Produk pengganti (substitusi)
Produk pengganti (substitusi) merupakan produk-produk yang dapat
menjalankan fungsi yang sama seperti produk yang dihasilkan dalam
industri. Menurut Porter (1980), produk pengganti yang perlu mendapatkan
perhatian besar adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk
memiliki harga atau prestasi yang lebih baik ketimbang produk industri,
atau dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. Saat ini, telah banyak
produk-produk yang memiliki fungsi yang sama seperti bandrek instan,
seperti jahe merah instan, bajigur instan, sekoteng instan, wedang secang,
dan minuman tradisional lainnya yang telah dibuat dalam bentuk minuman
serbuk instan yang dapat digunakan untuk menghangatkan tubuh. Produk-
29

produk ini sebagian besar diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar


sehingga memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga
yang ditetapkan oleh Rradh Indonesia FIC karena jumlah produk yang
dihasilkannya sangat banyak. Selain itu, perusahaan-perusahaan besar
memiliki pangsa pasar yang lebih luas.
d) Kekuatan tawar-menawar pembeli
Porter (1980) menyatakan bahwa pembeli bersaing dengan industri dengan
cara memaksa harga untuk turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih
tinggi, dan pelayanan yang lebih baik. Perusahaan akan menghadapi
ancaman dari banyaknya perusahaan sejenis yang masuk dalam industri
sehingga pembeli mempunyai alternatif pilihan produk dari perusahaan yang
berbeda dengan ditunjang informasi yang lengkap. Saat ini telah terdapat
lima UKM lainnya yang memproduksi serbuk minuman bandrek instan di
Kota Sukabumi sehingga pembeli memiliki alternatif pilihan produk lain
apabila tidak menemukan produk serbuk minuman bandrek instan dari
Rradh Indonesia FIC.
e) Kekuatan tawar-menawar pemasok
Daya tawar pemasok dapat dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti
jumlah pemasok yang terbatas, bahan baku pengganti tidak tersedia, peran
produk yang dipasok, dan besarnya biaya yang dikeluarkan produsen untuk
beralih kepada pemasok lain. Saat ini, bahan baku utama dari serbuk
minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC adalah gula semut. Bahan
baku ini diperoleh dari supplier khusus dengan kesepakatan harga sesuai
dengan kondisi pasar. Untuk bahan baku rempah-rempah diperoleh dari
pedagang di pasar tradisional. Namun Rradh Indonesia FIC memiliki
beberapa pemasok untuk memenuhi kebutuhan rempah-rempah ini sehingga
apabila rempah-rempah di salah satu pemasok tidak tersedia, maka pihak
Rradh Indoesia FIC dapat mencari rempah-rempah di pemasok lainnya.
3. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran diperlukan untuk menghadapi persaingan di pasar.
Strategi pemasaran ini berhubungan dengan bauran pemasaran atau marketing
mix. Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel yang
merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
(Suliyanto 2010). Adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh Rradh
Indonesia FIC dalam memasarkan produknya meliputi produk (product), harga
(price), distribusi (distribution), dan promosi (promotion).
a) Produk
Bandrek merupakan salah satu minuman tradisional khas Jawa Barat yang
dibuat dari gula aren yang dicampur dengan berbagai rempah-rempah asli
Indonesia seperti jahe, lada, kayu manis, cengkeh, dan cabe jawa. Rradh
menghasilkan produk serbuk bandrek instan yang memiliki cita rasa khas karena
menggunakan lada hitam. Penggunaan lada hitam sebagai bahan baku dari
produknya karena lada hitam memiliki keunggulan rasa hangat dan pedas yag
lama serta aman untuk penderita mag. Produk serbuk minuman bandrek instan
dari Rradh Indonesia FIC juga tidak menggunakan pengawet sehingga produk ini
hanya dapat bertahan selama enam bulan. Saat ini, Rradh Indonesia FIC
memproduksi serbuk minuman bandrek instan dengan dua varian rasa, yakni
bandrek original dan bandrek susu. Serbuk minuman bandrek instan Rradh
30

Indonesia FIC dikemas dalam bentuk sachet dengan dengan ukuran 30 gram
untuk bandrek original dan ukuran 34 gram untuk bandrek susu. Serbuk minuman
bandrek instan tersebut dijual dalam kemasan berisi lima sachet. Selain
memproduksi dengan merek sendiri yakni RISD Super Bandrek, Rradh Indonesia
FIC juga memproduksi serbuk minuman bandrek instan untuk instansi atau
perusahaan lain dengan ukuran yang sama namun dengan merek yang diinginkan
oleh instansi atau perusahaan tersebut. Produk serbuk minuman bandrek instan
merek RISD Super Bandrek dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Produk serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia FIC


Berdasarkan Gambar 7, pengemasan produk yang dilakukan Rradh
Indonesia FIC sudah cukup menarik sehingga cocok untuk dijadikan buah tangan
bagi wisatawan. Ciri khas dari kemasan produk RISD Super Bandrek adalah
penulisan label “Special One From Sukabumi” dan gantungan hati di bagian luar
kemasan yang bertuliskan “Produk Wisata Kota Sukabumi” dan lambang Kota
Sukabumi. Pada setiap sachet maupun kemasan produk telah dicantumkan nomor
P-IRT, label halal, komposisi produk, berat bersih, nama dan alamat dari Rradh
Indonesia FIC, serta tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa. Hal tersebut telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan. Namun, merek dagang serbuk minuman bandrek instan dari Rradh
Indonesia FIC yakni RISD Super Bandrek belum terdaftar di Kantor Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) sehingga Rradh Indonesia FIC belum memiliki hak
paten pada produknya.
b) Harga
Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix.
Kebijakan dalam penetapan harga merupakan kegiatan yang sangat penting karena
jika harga terlalu tinggi produk tersebut akan mengalami kesulitan dalam
memasuki pasar, dan apabila harga terlalu rendah dapat menyebabkan kerugian
terhadap usaha. Penetapan harga yang dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC
diputuskan berdasarkan harga biaya operasional perusahaan, khususnya harga
bahan baku utama yaitu gula semut. Namun, Rradh Indonesia FIC juga tetap
mempertimbangkan harga rata-rata produk serbuk minuman bandrek instan di
pasar. Hal ini agar harga yang ditetapkan perusahaan dapat tetap bersaing di pasar.
Rradh Indonesia FIC menetapkan tingkat harga yang berbeda untuk
konsumennya. Harga yang rendah ditetapkan kepada konsumen pesanan khusus
untuk mempertahankan agar konsumen tersebut tetap menjadi pelanggan,
mengingat konsumen dengan pesanan khusus biasanya membeli dengan jumlah
yang banyak atau kontinyu setiap bulannya berdasarkan kontrak yang disepakati.
31

Harga yang ditetapkan untuk setiap kemasan berisi lima sachet adalah Rp8 000
untuk bandrek original dan Rp10 000 untuk bandrek susu, sedangkan untuk
pesanan khusus, harga yang ditetapkan untuk bandrek original adalah Rp1 300 per
sachet dan Rp1 500 per sachet untuk bandrek susu. Selain itu, Rradh Indonesia
FIC menerapkan strategi potongan harga bagi konsumen langsung yang membeli
produk ini ke lokasi usaha atau memesan melalui website Rradh apabila membeli
dengan jumlah tertentu. Strategi ini digunakan untuk meningkatkan penjualan dari
produk Rradh Indonesia FIC.
c) Distribusi
Rradh Indonesia FIC memiliki lokasi usaha yang sangat strategis, yakni
berada di pusat kota dan pusat pemerintahan Kota Sukabumi. Lokasi tersebut
memudahkan Rradh Indonesia FIC untuk mendistribusikan produknya ke
berbagai lokasi pemasaran produk oleh-oleh di kota Sukabumi. Untuk menunjang
kegiatan distribusinya, Rradh Indonesia FIC memiliki kendaraan operasional
berupa motor. Untuk pesanan khusus biasanya diambil sendiri oleh konsumennya
di pabrik Rradh Indonesia FIC ataupun dikirim melalui perusahaan pengiriman
paket.
Produk Rradh Indonesia FIC dapat diperoleh di berbagai toko oleh-oleh
yang berada di pusat wisata belanja Kota Sukabumi. Namun, banyak pula
konsumen yang membeli produk Rradh Indonesia FIC langsung di lokasi usaha
atau memesan secara online. Hingga saat ini wilayah pemasaran Rradh Indonesia
FIC telah menjangkau wilayah Sukabumi, Bandung, Bogor, dan Jakarta. Saluran
ditribusi pemasaran produk Rradh Indonesia FIC dapat dilihat pada Gambar 8.
Rradh Indonesia FIC
V
II I
Restoran / Kafe Institusi Pemerintah
Toko Makanan / IV / Non Pemerintah
Souvenir
III
Trader
VI Hotel

Konsumen Akhir
Gambar 8 Skema distribusi produk serbuk minuman bandrek instan Rradh
Indonesia FIC

Berdasarkan Gambar 8, pemasaran produk serbuk minuman instan bandrek


Rradh Indonesia FIC dilakukan melalui enam saluran. Pada saluran distribusi I,
produk serbuk minuman bandrek instan dikirim ke toko makanan/souvenir yang
ada di wilayah Kota Sukabumi dengan sistem penjualan konsinyasi. Pada saluran
distribusi II, produk Rradh dijual kepada restoran ataupun kafe untuk dijual dan
disajikan langsung kepada konsumen. Pada saluran distribusi III, produk serbuk
minuman bandrek instan dibuat dengan pesanan khusus dari pihak hotel. Produk
tersebut akan dikemas sesuai dengan merek dari pihak hotel. Pada saluran
distribusi IV, produk serbuk minuman bandrek instan dipesan oleh trader untuk
32

selanjutnya dipasarkan berdasarkan merek yang digunakan trader. Pada saluran


distribusi V, produk Rradh Indonesia FIC dikirim ke institusi pemerintah maupun
non pemerintah secara kontinyu dengan sistem penjualan konsinyasi, dan pada
saluran distribusi VI, konsumen membeli langsung produk Rradh Indonesia FIC
baik saat pameran maupun datang langsung ke lokasi usaha. Biasanya konsumen
ini merupakan konsumen yang menjadi langganan dari produk Rradh Indonesia
FIC. Bersarnya persentase pangsa pasar dari setiap konsumen produk serbuk
minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Persentase market share produk serbuk minuman bandrek instan di


Rradh Indonesia FIC
d) Promosi
Selama ini kegiatan promosi yang dilakukan Rradh Indonesia FIC untuk
mempromosikan produknya adalah dengan memperkenalkan produk Rradh secara
langsung kepada konsumen dengan memberikan contoh produk, melalui website
Rradh dan media sosial lainnya, juga menawarkan kerjasama dengan berbagai
perusahaan. Selain itu, Rradh Indonesia FIC juga biasa mengikutsertakan
produknya di berbagai kegiatan-kegiatan UKM yang diselenggarakan oleh
pemerintah Kota Sukabumi serta mengikuti berbagai pameran, baik yang berskala
regional maupun nasional. Beberapa pameran yang telah diikuti diantaranya The
4th Sme’sCo Festival 2006, PKBL-BUMN Expo I Jawa Barat tahun 2006, Agro &
Food Expo tahun 2006, Gelar Karya PKBL BUMN tahun 2008, Singapore Expo
pada tahun 2009 dan 2010, Pameran Hut Jabar tahun 2014 di Bandung, dan
berbagai pameran yang diadakan oleh Pemerintah Kota Sukabumi. Selain itu,
pada Desember 2009 produk Rradh Indonesia FIC telah diliput dalam acara
OPINI yang ditayangkan oleh TV One.
Dari kegiatan pameran, promosi, maupun penawaran kerjasama yang
dilakukan sendiri oleh Rradh Indonesia FIC, maka Rradh Indonesia FIC telah
berhasil mendapatkan tawaran kerjasama untuk memproduksi serbuk minuman
bandrek instan untuk perusahaan lain hingga saat ini. Keikutsertaan Rradh
Indonesia FIC dalam beberapa pameran merupakan hasil kerjasama Rradh
Indonesia FIC dengan Pemerintah Daerah Kota Sukabumi sehingga produk
serbuk minuman bandrek instan ini dapat dikenal sebagai salah satu produk
unggulan Kota Sukabumi.
33

Aspek Teknis
Analisis terhadap aspek teknis yang dilakukan pada penelitian ini mencakup
lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga listrik dan air, letak
pasar yang dituju, tenaga kerja, kapasitas produksi, layout, proses produksi, dan
pemilihan jenis teknologi. Berikut adalah hasil analisis pada setiap kriteria aspek
teknis.
1. Lokasi usaha
Lokasi usaha merupakan salah satu faktor terpenting dalam kegiatan usaha.
Usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia FIC terletak
di Jalan Ir. H. Juanda Gang Adireja No 8 Kelurahan Cikole, Kota Sukabumi.
Lokasi usaha sangat strategis karena terletak di pusat kota dan pusat pemerintahan
Kota Sukabumi. Meskipun berada di dalam gang, namun lokasi usaha ini masih
mudah dijangkau oleh konsumen. Fasilitas transportasi umum yang melewati
daerah tersebut cukup banyak sehingga masyarakat dari wilayah Kota maupun
Kabupaten Sukabumi dapat mengakses lokasi ini dengan mudah. Keuntungan dari
pemilihan lokasi ini adalah kemudahan dalam mengakses bahan baku, kedekatan
dengan pasar yang dituju, serta kemudahan dalam mengakses sarana transportasi
umum. Variabel-variabel utama dalam pemilihan lokasi ini adalah sebagai
berikut:
a) Ketersediaan bahan baku
Bahan baku merupakan komponen penting dari keseluruhan proses operasi
perusahaan. Bahan baku yang dibutuhkan untuk kegiatan pembuatan serbuk
minuman bandrek instan ini terdiri dari gula semut dan rempah-rempah.
Untuk gula semut diperoleh dari supplier yang ada di Kota Sukabumi,
sedangkan rempah-rempah diperoleh dengan membeli sendiri di pasar
tradisional Kota Sukabumi. Hingga saat ini ketersediaan bahan baku tidak
pernah mengalami masalah karena dapat selalu terpenuhi dan juga Rradh
Indonesia FIC memiliki beberapa pedagang yang dapat menyediakan bahan
baku. Selain itu, perusahaan lebih memilih untuk membeli bahan baku
sendiri agar dapat memilih kualitas dari bahan baku tersebut. Kegiatan
pembelian bahan baku biasa dilakukan dua minggu sekali.
b) Ketersediaan tenaga listrik dan air
Peranan tenaga listrik dalam kegiatan produksi serbuk minuman bandrek
instan cukup besar karena peralatan utama untuk menunjang produksi
produk serbuk minuman bandrek instan menggunakan energi listrik. Lokasi
usaha Rradh Indonesia FIC telah dijangkau oleh tenaga listrik sehingga
dalam penggunaannya tidak mengalami masalh. Rradh Indonesia FIC
memperoleh energi listriknya melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Untuk ketersediaan air di Rradh Indonesia FIC diperoleh dari Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) karena lokasi usaha tersebut berada di
lingkungan perumahan penduduk.
c) Letak pasar yang dituju
Pasar utama yang dituju oleh Rradh Indonesia FIC adalah toko
makanan/souvenir dan restoran/kafe yang berada di Kota Sukabumi. Letak
pasar yang dituju masih berada di sekitar lokasi produksi Rradh Indonesia
FIC sehingga mudah untuk mendistribusikan produknya. Untuk
mendistribusikan produknya, Rradh Indonesia FIC dapat menggunakan
kendaraan operasional berupa motor.
34

d) Ketersediaan tenaga kerja


Tenaga kerja Rradh Indonesia FIC terdiri dari dua lingkup, yakni tenaga
kerja internal dan eksternal. Tenaga kerja internal perusahaan berasal dari
anggota keluarga sendiri yakni untuk manager yang merupakan pemilik
usaha, bagian keuangan, dan bagian pemasaran. Sedangkan tenaga kerja
eksternal merupakan tenaga kerja luar keluarga yang berasal dari warga
sekitar lokasi usaha dan merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja
eksternal ini mendapat pekerjaan di bagian produksi. Total tenaga kerja
yang ada di Rradh Indonesia FIC sebanyak 8 orang.
2. Kapasitas produksi
Kapasitas produksi adalah jumlah atau volume produk yang seharusanya
dibuat oleh perusahaan. Kapasitas produksi Rradh Indonesia FIC dapat dilihat dari
jumlah serbuk minuman bandrek instan yang diproduksi setiap bulannya. Adapun
jumlah kapasitas produksi per bulan dari Rradh Indonesia FIC pada tahun 2014
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kapasitas produksi per bulan di Rradh Indonesia FIC pada tahun 2014
Kapasitas produksi Persentase
Produk
(sachet) (%)
RISD Super Bandrek original 6 250 38.46
RISD Super Bandrek susu 8 000 49.23
Bandrek original pesanan 1 000 6.15
Bandrek susu pesanan 1 000 6.15
Total produksi 16 250 100
Sumber: Rradh Indonesia FIC (2015)
3. Proses produksi
Proses produksi merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi hasil
akhir atau produk. Produk yang dihasilkan oleh Rradh Indonesia FIC terdiri dari
dua jenis serbuk minuman bandrek instan, yakni bandrek original dan bandrek
susu. Dalam kegiatan produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh
Indonesia FIC terdiri dari enam tahapan yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Persiapan Bahan Baku

Penjemuran Bahan Baku

Penyangraian Rempah-Rempah

Penghalusan

Pencampuran

Pengemasan

Gambar 10 Proses produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia


FIC
35

a) Persiapan bahan baku


Proses produksi dimulai dengan persiapan bahan baku. Bahan baku tersebut
ditimbang sesuai dengan kebutuhan produksi serbuk minuman bandrek
instan. Rempah-rempah dicuci hingga bersih dan dipisahkan dari kotoran-
kotoran yang tertinggal.
b) Penjemuran bahan baku
Setelah seluruh bahan baku siap, maka bahan baku dijemur di bawah sinar
matahari selama dua jam agar bahan baku kering. Gula semut juga akan
dijemur apabila dalam kadaan lembab atau menggumpal. Penjemuran ini
dilakukan di bagian belakang dari lokasi pembuatan serbuk minuman
bandrek instan.

Gambar 11 Penjemuran bahan baku

c) Penyangraian rempah-rempah
Setelah seluruh rempah-rempah selesai dijemur hingga kering, kemudian
kemudian rempah-rempah tersebut disangrai selama tiga puluh menit.
Tujuan pengnyangraian rempah-rempah ini adalah untuk mematangkan
rempah-rempah dari serbuk minuman bandrek instan ini sebelum dibuat
menjadi serbuk minuman bandrek instan. Gula semut tidak ikut dimasak
dengan rempah-rempah karena dalam proses pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC dilakukan dengan proses produksi
secara kering.

Gambar 12 Penyangraian rempah-rempah


36

d) Penghalusan
Setelah disangrai, rempah-rempah tersebut didiamkan selama satu jam
untuk menghilangkan uap panas. Setelah benar-benar dingin, seluruh
rempah-rempah dihaluskan menggunakan blender. Rempah-rempah
dihaluskan hingga diperoleh ukuran yang sesuai (kurang lebih 60 mesh)
untuk dicampurkan dengan gula semut. Dalam sekali menghaluskan
rempah-rempah, kapasitas dari blender adalah 150 gram. Dalam sehari,
untuk memproduksi 20 kg serbuk minuman bandrek instan diperlukan
waktu kurang lebih empat jam.

Gambar 13 Penghalusan
e) Pencampuran dan pengemasan
Setelah dihaluskan, dilakukan proses pencampuran seluruh bahan baku
sesuai dengan perbandingan komposisi bahan yang telah ditentukan.
Kemudian serbuk minuman bandrek instan ditimbang dan dikemas ke dalam
kantung plastik sachet. Khusus untuk bandrek susu, ditambahkan campuran
susu dan creamer ketika serbuk minuman bandrek instan dimasukkan ke
dalam kemasan sachet. Adapun berat bersih produk serbuk minuman
bandrek instan original adalah 30 gram per sachet, sedangkan berat bersih
dari produk serbuk minuman bandrek instan susu adalah 34 gram per
sachet. Setelah itu, produk dikemas dengan kemasan sachet kertas dengan
merek RISD Super Bandrek. Setelah itu produk kemudian dimasukkan ke
dalam kemasan bag. Setiap kemasan bag berisi lima sachet serbuk minuman
bandrek instan. Setelah itu, produk dimasukkan ke dalam dus besar. Setiap
dus berisi 40 kemasan serbuk minuman bandrek instan.

Gambar 14 Pencampuran dan pengemasan


37

Gambar 15 Produk siap didistribusi


4. Identifikasi kebutuhan mesin
Untuk mengolah serbuk minuman bandrek instan berdasarkan langkah-
langkah yang ditunjukkan pada Gambar 10 dan dengan peralatan produksi yang
dimiliki saat ini, maka setiap setiap hari hanya dapat menghaluskan 20 kg bahan
baku dan mengemas 650 sachet serbuk minuman bandrek instan. Dari proses
tersebut terdapat kekurangan yaitu:
a) Proses penghalusan bumbu lama karena kapasitas dari blender dalam sekali
penghalusan adalah 150 gram
b) Kegiatan pengemasan membutuhkan waktu yang cukup lama dan
membutuhkan tenaga kerja yang banyak
c) Produk cepat rusak akibat plastik pengemas mengalami kerusakan karena
kurang baik saat disegel.
5. Kebutuhan mesin
Dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan terdapat beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan seperti kemampuan tenaga kerja dalam menggunakan
teknologi, kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang digunakan,
kemungkinan untuk mengembangkan teknologi di masa yang akan datang, dan
keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain (Suliyanto 2010). Dari
kekurangan yang ada, maka perlu dilakukan perbaikan pada proses penghalusan
bumbu dan pengemasan produk sehingga dapat mengurangi ataupun
menghilangkan hal-hal tersebut di atas. Oleh sebab itu, kebutuhan mesin dapat
diidentifikasi dari beberapa faktor, seperti:
a) Faktor manusia
Diharapkan mesin yang digunakan dapat meringankan beban pekerja, tidak
menggunakan banyak tenaga, serta mempercepat proses produksi.
b) Faktor mesin atau alat
Diharapkan mesin yang digunakan mudah untuk dioperasikan dan proses
penghalusan bumbu serta pengemasan produk lebih cepat dan tidak mudah
rusak.
c) Faktor metode
Diharapkan mesin yang digunakan praktis dan mudah dilakukan.
d) Faktor material
Hasil produk memiliki tekstur yang seragam dan kemasan produk lebih baik
dibandingkan dengan diproduksi secara manual.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka pada kondisi pengembangan usaha
terdapat dua jenis mesin yang akan dibeli sebagai penambahan alat produksi.
Penambahan alat produksi tersebut berdasarkan petimbangan atas kemampuan
38

produksi saat ini dengan jumlah permintaan produk serta permintaan dari trader.
Adapun alat yang akan ditambahkan adalah sebagai berikut:
a) Mesin penepung
Mesin penepung digunakan untuk menghaluskan bahan baku menjadi
tepung/serbuk. Penambahan alat ini bertujuan untuk menggantikan blender
yang sebelumnya digunakan sebagai alat untuk menghaluskan bahan baku.
Dengan penambahan alat ini, maka kapasitas bahan baku yang akan
dihaluskan dapat meningkat. Adapun spesifikasi dari mesin penepung yang
akan dibeli adalah sebagai berikut:
Model : AGC 15
Kapasitas : 30 kg
Dimensi : 16 cm x 95 cm x 35 cm
Bahan : stainless steel
Power : bensin solar

Sumber: www.tokomesin.com
Gambar 16 Mesin penepung
b) Mesin pengemas sachet
Mesin pengemas sachet digunakan untuk mengemas serbuk minuman
bandrek instan yang telah dibuat. Penambahan alat ini bertujuan untuk
mempermudah dan mempercepat proses pengemasan yang sebelumnya
dilakukan secara manual. Selain itu, dengan penambahan alat ini dapat
mengurangi kerusakan produk karena kebocoran kemasan. Adapun
spesifikasi dari alat pengemas sachet ini adalah sebagai berikut:
Tipe : AW 6035 3SS
Produk : Powder, seed, granule
Tipe seal : Continues strap, 3 side seal
Dimensi seal : W: 50-140 mm, L: 50-160 mm
Berat produk : maksimal 50 gram
Dimensi mesin : 690 mm x 700 mm x 1770 mm
Material packing : AL+PE, OPP+PE, NY+PE
Listrik : 1300 watt, 220/380 volt

Sumber: www.tokomesin.com
Gambar 17 Mesin pengemas sachet
39

6. Layout
Layout nerupakan keseluruhan proses penentuan dan penempatan fasilitas-
fasilitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut Suliyanto (2010), layout
yang baik memiliki berbagai kriteria, yaitu meminimalkan jarak angkut
antarbagian, aliran material yang baik, efektif dalam penggunaan ruang, luwes
atau indah, memberikan keselamatan atas barang-barang yang diangkut,
memungkinkan adanya perluasan bisnis, meminimalkan biaya produksi, dan
memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi keselamatan tenaga kerja.
Saat ini, layout bangunan di lokasi usaha Rradh Indonesia FIC sudah
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Ruang penyimpanan bahan baku,
tempat produksi, dan bagian administrasi (kantor) sudah berada pada ruangan
yang berbeda walaupun masih dalam satu bangunan. Tipe layout yang digunakan
di Rradh Indonesia FIC termasuk layout kelompok, di mana mesin-mesin dan
peralatan yang memuat serangkaian komponen yang sama dikelompokkan pada
suatu tempat. Layout ini merupakan kombinasi antara layout produk dan layout
proses (Suliyanto 2010). Layout dari lokasi usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan pada Rradh Indonesia FIC dapat dilihat pada Gambar 18.
Tempat Penjemuran

Mesin Ruang
Ruang penepung
Penyimpanan Produksi
Produk

Mesin
pengemas Ruang
Kantor Penyimpanan
Ruang Bahan Baku
Pengemasan

Tempat Parkir

Gambar 18 Layout lokasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di


Rradh Indonesia FIC

Pintu masuk utama dari tempat usaha Rradh Indonesia FIC berada di bagian
depan kantor. Kantor tersebut digunakan sebagai tempat administrasi serta tempat
penerimaan konsumen yang datang. Bahan baku berupa gula semut dan rempah-
rempah akan disimpan pada ruang penyimpanan yang terletak disebelah tempat
parkir. Hal ini ditujukan untuk memudahkan proses pemindahan bahan baku
sehingga ketika akan memasukkan bahan baku tidak perlu melalui pintu utama.
Penempatan ruang penyimpanan bahan baku dan ruang produksi yang berdekatan
bertujuan untuk memudahkan proses pemindahan bahan baku ke ruangan
produksi agar lebih efektif. Pada saat pengembangan usaha, mesin penepung akan
disimpan di ruang produksi, sedangkan mesin pengemas sachet akan disimpan di
ruang pengemasan sesuai lokasi dari setiap proses produksi. Setelah proses
pengemasan, produk yang sudah jadi akan disimpan di ruang penyimpanan
produk. Ruangan ini telah terpisah dengan ruangan lainnya agar kebersihan
produk tetap terjaga.
40

Aspek Manajemen Dan Hukum


Pengkajian aspek manajemen bertujuan untuk menilai apakah struktur
organisasi dan manajemen pada suatu perusahaan sudah berjalan dengan baik atau
tidak. Kegiatan usaha yang dijalankan akan berhasil apabila dilakukan oleh orang-
orang yang profesional mulai dari yang merencanakan, melaksanakan, hingga
mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Oleh sebab itu, struktur
organisasi yang ada harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usaha serta sesuai
dengan kebutuhan.
Pada penelitian ini, aspek manajemen yang diteliti dibatasi pada manajemen
operasi, yang meliputi struktur organisasi, tugas, dan wewenangnya. Struktur
organisasi adalah susunan dan hubungan-hubungan antarkomponen bagian-bagian
dan posisi-posisi dalam suatu organisasi. Struktur organisasi menggambakan
peran formal, prosedur, mekanisme pengawasan, kewenangan, dan proses
pengumpulan kebijakan. Tujuan disusunnya struktur organisasi adalah agar
pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih baik dibandingkan tanpa adanya
pembagian tugas kerja (Suliyanto 2010). Saat ini, struktur organisasi yang
terdapat di Rradh Indonesia FIC masih sederhana dan termasuk struktur organisasi
fungsional. Struktur organisasi Rradh Indonesia FIC dapat dilihat pada Gambar
19.
Manager

Keuangan Pemasaran Produksi

Gambar 19 Struktur organisasi Rradh Indonesia FIC


Tenaga kerja di Rradh Indonesia FIC berjumlah delapan orang yang terdiri
dari tiga tenaga kerja dalam keluarga dan lima tenaga kerja luar keluarga. Jam
kerja dari seluruh karyawan adalah setiap hari Senin hingga Sabtu pukul 09.00
WIB sampai pukul 15.30 WIB. Adapun pembagian pekerjaan di Rradh Indonesia
FIC adalah sebagai berikut:
1. Manager
Bertanggung jawab untuk mengelola usaha secara umum, melakukan
perencanaan pemasaran, dan merancang inovasi produk. Posisi ini ditempati
oleh pemilik usaha sendiri.
2. Keuangan
Bertanggung jawab mengenai pembukuan harian dan pemesanan produk.
Posisi ini ditempati oleh satu orang tenaga kerja yang berasal dari dalam
keluarga.
3. Pemasaran
Bertanggung jawab dalam kegiatan pemasaran produk, promosi produk
melalui website Rradh, serta mengikuti pameran. Jumlah tenaga kerja pada
posisi ini sebanyak dua orang, yang terdiri dari satu orang tenaga kerja
dalam keluarga dan satu orang tenaga kerja luar keluarga.
41

4. Produksi
Bertanggung jawab dalam kegiatan produksi dari serbuk minuman bandrek
instan. Posisi ini diisi oleh empat orang tenaga kerja yang berasal dari luar
keluarga.
Gaji yang diberikan untuk tenaga kerja berbeda-beda sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan. Daftar gaji bagi tenaga kerja di Rradh Indonesia FIC
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Gaji tenaga kerja per bulan di Rradh Indonesia FIC
Jenis pekerjaan Gaji (Rp)
Manager 1 250 000
Keuangan 1 050 000
Pemasaran 950 000
Produksi 850 000
Sumber: Data wawancara pemilik (2015)
Pendirian dan beroperasinya usaha akan lebih diketahui serta diakui
keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha dan memiliki
perizinan usaha. Suatu perusahaan yang layak perlu memenuhi persyaratan
legalitas agar dapat mempermudah hubungan ke luar perusahaan dan memiliki
kekuatan secara hukum. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting
karena hal tersebut merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila
dikemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat
diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen
tersebut.
Bentuk badan usaha dari Rradh Indonesia FIC adalah Perusahaan
Perseorangan. Kegiatan usaha ini termasuk kegiatan usaha yang legal karena tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku serta mendapat izin dari pemerintah
kelurahan setempat yaitu Kelurahan Cikole. Untuk memproduksi serbuk minuman
bandrek instan, Rradh Indonesia FIC juga telah memenuhi persyaratan karena
telah memiliki beberapa izin dan sertifikat untuk produknya, yakni:
1. Izin produksi pangan industri rumah tangga (P-IRT) untuk bandrek original
dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
2. Izin produksi pangan industri rumah tangga (P-IRT) untuk bandrek susu
dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
3. Sertifikat penyuluhan keamanan pangan dari Dinas Kesehatan Kota
Sukabumi
4. Izin pelabelan halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa
Barat.
Dengan adanya izin usaha tersebut, perusahaan dapat menjalankan usahanya
dengan lancar karena telah memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Perizinan dan sertifikat yang dimiliki Rradh Indonesia FIC dapat dilihat pada
Lampiran 1.

Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Pembangunan suatu usaha hendaknya memperhatikan lingkungan
sekitarnya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan ekonomi.
Pembangunan usaha yang baik adalah pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen
42

dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam


setiap tahapan proses produksinya (Utami 2008).
Pada aspek sosial dan ekonomi, kegiatan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan yang dilakukan Rradh Indonesia FIC mendapatkan dukungan dari
masyarakat sekitar karena tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat
setempat. Keberadaan usaha ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitar usaha, yaitu berupa penyerapan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat
sekitar lokasi usaha. Meskipun jumlahnya tidak banyak yaitu lima orang, namun
perusahaan sudah mampu mengurangi pengangguran di daerah sekitar lokasi
usaha. Selain itu, usaha ini juga dapat memberikan manfaat secara tidak langsung
kepada pendapatan daerah Kota Sukabumi karena produk serbuk minuman
bandrek instan dari Rradh Indonesia FIC telah terpilih menjadi produk unggulan
Kota Sukabumi sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke
Kota Sukabumi karena daya tarik dari wisata belanja dan kulinernya.
Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil observasi, usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan yang dilakukan Rradh Indonesia FIC
tidak menghasilkan limbah yang berdampak buruk pada keseimbangan
lingkungan. Hal ini disebabkan bahan-bahan yang digunakan oleh Rradh
Indonesia FIC merupakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan.
Hasil Analisis Aspek Non Finansial
Hasil analisis terhadap kelayakan aspek non finansial usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC secara umum telah layak.
Analisis terhadap aspek pasar yang dilakukan terhadap permintaan dan
penawaran, potensi pasar, dan strategi pemasaran menunjukkan bahwa Rradh
Inonesia FIC memiliki potensi pasar yang cukup besar dan memiliki strategi
pemasaran yang cukup baik sehingga dapat bersaing dengan industri lainnya.
Namun, Rradh Indonesia FIC belum memiliki hak paten atas produk serbuk
minuman bandrek instan merek RISD Super Bandrek sehingga produk ini dapat
ditiru oleh perusahaan lainnya. Pada aspek teknis belum sepenuhnya layak karena
jenis teknologi dan peralatan yang digunakan untuk membuat serbuk minuman
bandrek instan saat ini tidak dapat memenuhi kapasitas produksi yang diharapkan
untuk pengembangan usaha. Pada aspek manajemen dan hukum, Rradh Indonesia
FIC telah memiliki struktur organisasi yang jelas berdasarkan fungsi-fungsi yang
dilaksanakan oleh pihak manajemen. Perizinan dan sertifikat yang dimiliki telah
sesuai dengan posisi Rradh Indonesia FIC sebagai UKM yang memproduksi
produk pangan. Pada aspek sosial dan ekonomi, usaha ini telah membuka
lapangan pekerjaan serta mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar juga
dapat meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan aspek lingkungan, kegiatan
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC tidak
memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hasil kelayakan aspek-aspek non
finansial yang telah diuraikan di atas terangkum pada Lampiran 2.
43

Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu


proyek atau usaha dari segi keuangan. Arus kas (cash flow) digunakan untuk
melakukan analisis terhadap keempat kriteria investasi karena dengan cash flow
kita dapat mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang
dikeluarkan selama periode tertentu. Adapun komponen-komponen yang
dianalisis pada aliran kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran
(outflow), dan net benefit. Sebelumnya akan dilakukan analisis laporan laba rugi.
Laporan laba/rugi berisi tentang total penerimaan, pengeluaran, dan kondisi
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau
produksi. Laporan laba/rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya
mencapai tujuannya selama periode tertentu. Dari analisis ini akan diperoleh biaya
pajak yang digunakan pada aliran kas (cash flow). Aliran kas diproyeksikan
selama delapan tahun berdasarkan umur ekonomis dari bangunan. Pengukuran
layak atau tidaknya rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini menggunakan kriteria investasi yang meliputi net present value
(NPV), internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C) dan payback
period (PP).
Pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC adalah
peningkatan kapasitas produksi menjadi 25 000 sachet per bulan yang terdiri dari
12 000 sachet bandrek original dan 13 000 sachet bandrek susu sesuai dengan
permintaan yang telah dipaparkan pada aspek pasar serta untuk persediaan.
Peningkatan kapasitas ini disertai dengan pembelian satu unit mesin penepung dan
satu unit mesin pengemas sachet. Modal yang dibutuhkan untuk pengembangan
usaha ini sebesar Rp100 000 000 dan direncanakan seluruhnya berasal dari
pinjaman ke bank dengan suku bunga pinjaman sebesar 19.25 persen dan jangka
waktu pinjaman selama lima tahun. Pada pengembangan usaha ini terjadi
pengurangan salah satu alat produksi yaitu blender. Pengurangan blender pada
komponen biaya investasi disebabkan penggunaan blender dapat digantikan
dengan mesin penepung yang memiliki kapasitas yang lebih tinggi dibandingkan
blender. Gambar mesin penepung dan mesin pengemas sachet dapat dilihat pada
Gambar 16 dan Gambar 17.
Analisis Inflow
Arus penerimaan (inflow) diperoleh dari penjualan serbuk minuman
bandrek instan merek RISD Super Bandrek dan serbuk minuman bandrek instan
pesanan khusus, serta nilai sisa biaya investasi usaha. Pendapatan penjualan
dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pada tahun
pertama, perusahaan mulai berproduksi sebanyak 25 000 sachet pada bulan
keenam karena disesuaikan dengan kontrak penjualan, sedangkan pada bulan
pertama hingga kelima perusahaan masih berproduksi sesuai dengan jumlah
produksi sebelumnya yaitu 16 250 sachet per bulan. Pada tahun kedua,
perusahaan sudah mulai berproduksi sebanyak 25 000 sachet pada bulan pertama
setiap tahunnya. Maka total produksi pada tahun pertama sebanyak 256 250
sachet, sedangkan pada tahun kedua hingga kedelapan sebanyak 300 000 sachet.
Perusahaan menetapkan harga yang berbeda pada produk serbuk minuman
bandrek instan yang dihasilkannya. Perbedaan ini didasarkan pada jenis produk
serta jenis konsumen yang membeli produk tersebut. Produk serbuk minuman
44

bandrek instan merek RISD Super Bandrek dijual dalam kemasan berisi lima
sachet dengan harga Rp8 000 per kemasan untuk bandrek original dan Rp10 000
per kemasan untuk bandrek susu. Untuk pesanan khusus produk bandrek instan
dijual per sachet dengan harga Rp1 300 per sachet untuk bandrek original dan
Rp1 500 per sachet untuk bandrek susu.
Pada tahun pertama, jumlah produk serbuk minuman bandrek instan yang
diproduksi dengan merek RISD Super Bandrek original sebanyak 18 150
kemasan, RISD Super Bandrek susu sebanyak 21 300 kemasan, serta bandrek
original dan bandrek susu untuk pesanan khusus masing-masing sebanyak 29 500
sachet. Pada tahun kedua hingga tahun kedelapan, produk serbuk minuman
bandrek instan yang dapat diproduksi dengan merek RISD Super Bandrek original
sebanyak 20 400 kemasan, RISD Super Bandrek susu sebanyak 22 800 kemasan,
serta bandrek original dan bandrek susu untuk pesanan khusus masing-masing
sebanyak 42 000 sachet. Berdasarkan hal tersebut, maka total penerimaan dari
penjualan serbuk minuman bandrek instan pada tahun pertama adalah Rp440 800
000, sedangkan total penerimaan dari penjualan pada tahun kedua hingga
kedelapan adalah Rp508 800 000. Rincian penerimaan penjualan dari usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan per tahun dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Proyeksi penerimaan penjualan serbuk minuman bandrek instan per
tahun di Rradh Indonesia FIC
Total nilai
Nilai penerimaan
Tahun Jenis produk Jumlah Satuan penerimaan
(Rp)
(Rp)
1 RISD Super
18 150 kemasan 145 200 000
Bandrek original
RISD Super
21 300 kemasan 213 000 000 440 800 000
Bandrek susu
Bandrek original 29 500 sachet 38 350 000
Bandrek susu 29 500 sachet 44 250 000
2-8 RISD Super
20 400 kemasan 163 200 000
Bandrek original
RISD Super
22 800 kemasan 228 000 000 508 800 000
Bandrek susu
Bandrek original 42 000 sachet 54 600 000
Bandrek susu 42 000 sachet 63 000 000
Selain penerimaan dari penjualan produk, penerimaan lain yang diperoleh
oleh Rradh Indonesia FIC adalah nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa
merupakan nilai sisa barang modal yang tidak habis terpakai selama umur usaha
berlangsung dan dinilai ketika umur usaha berakhir. Nilai sisa diterima bila aktiva
yang sudah digunakan dijual, ditukar, atau cara-cara lain dikurangi biaya yang
terjadi untuk menjual/menukarnya (Suliyanto 2010).
Pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini nilai sisa
diperoleh dari tanah, bangunan, dan peralatan usaha. Tanah tidak mengalami
penyusutan sehingga harganya akan tetap bahkan dapat meningkat. Nilai sisa dari
bangunan dan alat transportasi diasumsikan 10 persen dari harga pembelian,
sedangkan nilai sisa dari mesin pengemas sachet, mesin penepung, lemari display,
kursi, dan meja stand alumunium diasumsikan 5 persen dari nilai pembelian.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sisa pada akhir umur usaha sebesar
Rp55 743 000. Perhitungan nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 8.
45

Tabel 8 Nilai sisa investasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
Umur Penyusutan
Total biaya Nilai sisa
No Uraian ekonomis per tahun
(Rp) (Rp)
(tahun) (Rp)
1 Tanah 50 000 000 - - 50 000 000
2 Bangunan 20 000 000 8 2 250 000 2 000 000
3 Mesin pengemas
35 000 000 8 4 156 250 1 750 000
sachet
4 Mesin penepung 5 000 000 8 593 750 250 000
5 Lemari display 1 000 000 8 118 750 50 000
6 Kursi 660 000 8 78 375 33 000
7 Alat transportasi 16 000 000 8 1 800 000 1 600 000
8 Meja stand
1 200 000 8 142 500 60 000
alumunium
Total nilai sisa (Rp) 55 743 000

Analisis Outflow
Komponen biaya (outflow) yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya operasional mencakup biaya tetap dan
biaya variabel. Berikut adalah rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur
proyek.
1. Biaya investasi dan biaya reinvestasi
Komponen investasi yang dikeluarkan oleh Rradh Indonesia FIC
disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis meliputi pembelian tanah
dan bangunan, pembelian mesin dan peralatan produksi, kendaraan, dan peralatan
kantor. Pada rencana pengembangan usaha ini, blender dihilangkan dari biaya
investasi karena telah digantikan oleh mesin penepung yang memiliki kapasitas
lebih tinggi dibandingkan dengan blender. Total biaya investasi yang dikeluarkan
oleh usaha ini untuk kegiatan pengembangan usaha sebesar Rp135 250 000. Biaya
pembelian tanah, bangunan, dan mesin pengemas sachet merupakan biaya
terbesar yang dikeluarkan oleh usaha ini. Rincian biaya investasi pada usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC ini dapat
dilihat pada Tabel 9.
46

Tabel 9 Biaya investasi rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC


Harga/unit Nilai
No Uraian Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Tanah 100 m2 500 000 50 000 000
2 Bangunan 1 unit 20 000 000 20 000 000
3 Mesin pengemas sachet 1 unit 35 000 000 35 000 000
4 Mesin penepung 1 unit 5 000 000 5 000 000
5 Tampir 5 unit 30 000 150 000
6 Baskom 3 unit 20 000 60 000
7 Kompor gas 1 unit 450 000 450 000
8 Wajan besar 2 unit 150 000 300 000
9 Hand sealer 1 unit 250 000 250 000
10 Timbangan digital 1 unit 230 000 230 000
11 Komputer 1 unit 4 000 000 4 000 000
12 Printer 1 unit 800 000 800 000
13 Telepon 1 unit 150 000 150 000
14 Lemari display 1 unit 1 000 000 1 000 000
15 Kursi 3 unit 220 000 660 000
16 Alat transportasi 1 unit 16 000 000 16 000 000
17 Meja stand alumunium 1 unit 1 200 000 1 200 000
Total nilai (Rp) 135 250 000

Barang-barang investasi yang dikeluarkan pada awal proyek mengalami


penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda. Penyusutan masing-
masing barang investasi dipengaruhi umur ekonomis dari barang-barang investasi
tersebut. Umur ekonomis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan
berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat dipergunakan secara
layak dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha.
Dalam hal ini tanah tidak diperhitungkan umur ekonomisnya karena tanah dapat
dipergunakan sepanjang tahun (melebihi umur proyek) dan tidak berkurang nilai
kesuburannya atau nilai spesifik lainnya sehingga dalam penyusutan komponen
tanah tidak dimasukkan di dalamnnya. Biaya penyusutan ini hanya terdapat pada
laporan laba rugi. Besar penyusutan investasi setiap tahunnya sebesar Rp10 737
125. Nilai penyusutan yang telah dihitung berdasarkan metode garis lurus dapat
dilihat pada Tabel 10.
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek,
yaitu tahun pertama. Namun, jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang
dari umur proyek, maka biaya investasi juga dikeluarkan selama proyek
berlangsung yang disebut biaya reinvestasi. Kegiatan reinvestasi dilakukan untuk
menambah fungsi ekonomis dari barang-barang tersebut selama umur proyek
masih berlangsung. Barang-barang yang harus dilakukan reinvestasi adalah
barang-barang investasi yang memiliki umur ekonomis selama empat tahun, yaitu
kompor, timbangan digital, hand sealer, wajan besar, komputer, printer, dan
telepon. Kegiatan reinvestasi pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek
instan dilakukan pada tahun kelima dengan total nilai Rp6 390 000.
47

Tabel 10 Umur ekonomis dan nilai penyusutan per tahun dari investasi pada
rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC
Umur Ekonomis Penyusutan
No Uraian
(tahun) (Rp)
1 Bangunan 8 3 500 000
2 Mesin pengemas sachet 8 4 156 250
3 Mesin penepung 8 593 750
4 Tampir 4 37 500
5 Baskom 4 15 000
6 Kompor gas 4 112 500
7 Wajan besar 4 75 000
8 Hand sealer 4 62 500
9 Timbangan digital 4 57 500
10 Komputer 4 1 000 000
11 Printer 4 200 000
12 Telepon 4 37 500
13 Lemari display 8 118 750
14 Kursi 8 78 375
15 Alat transportasi 8 1 800 000
16 Meja stand alumunium 8 142 500
Total penyusutan (Rp) 10 737 125

2. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama
pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan sehingga nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap pada Rradh
Indonesia FIC pada rencana pengembangan usaha terdiri dari:
a) Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimiliki oleh Rradh Indonesia FIC sebanyak 8 orang
yang terdiri dari satu orang manajer, satu orang bagian keuangan, dua orang
bagian pemasaran dan empat orang bagian produksi. Untuk manajer, gaji
yang diterima adalah Rp1 250 000 per bulan. Untuk bagian keuangan
memperoleh gaji sebesar Rp1 050 000 per bulan, sedangkan bagian
pemasaran dan produksi memperoleh gaji masing-masing sebesar Rp950
000 dan Rp850 000. Dengan demikian, biaya tenaga kerja karyawan tetap
dalam setahun adalah Rp91 200 000.
b) Biaya listrik
Biaya listrik yang dikeluarkan Rradh Indonesia FIC selama satu tahun
adalah Rp3 600 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar
Rp300 000. Biaya listrik ini diperoleh dari biaya pembelian token listrik
yang dibeli di minimarket.
c) Biaya PDAM
Biaya PDAM yang dikeluarkan oleh Rradh Indonesia FIC selama satu tahun
adalah Rp900 000 dengan asumsi biaya per bulannya sebesar Rp75 000.
48

d) Biaya komunikasi
Biaya komunikasi yang dikeluarkan oleh Rradh Indonesia FIC setiap
tahunnya sebesar Rp1 200 000 dengan asumsi biaya komunikasi per
bulannya sebesar Rp100 000.
e) Biaya gas
Biaya gas yang dikeluarkan oleh Rradh Indonesia FIC selama setahun
adalah Rp1 620 000 dengan asumsi biaya yang dikeluarkan per bulannya
sebesar Rp135 000.
f) Biaya solar
Biaya solar yang dikeluarkan oleh Rradh Indonesia FIC selama setahun
sebesar Rp1 200 000 dengan asumsi per bulannya sebesar Rp100 000. Biaya
solar ini dikeluarkan karena terdapat mesin penepung.
g) Biaya promosi
Biaya promosi yang dikeluarkan Rradh Indonesia FIC dalam setahun
sebesar Rp600 000 dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp50
000.
h) Biaya transportasi
Biaya transportasi yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp2 400 000
dengan asumsi pengeluaran per bulannya sebesar Rp200 000.
i) Biaya administrasi
Biaya administrasi ini dikeluarkan untuk kegiatan pencetakan proposal, nota
penjualan, dan peralatan administrasi lainnya. Total biaya yang dikeluarkan
untuk biaya administrasi selama setahun sebesar Rp600 000 dengan asumsi
biaya per bulannya sebesar Rp50 000.
j) Biaya pajak
Biaya pajak yang dikeluarkan oleh Rradh Indonesia FIC terdiri dari biaya
PBB dan pajak kendaraan. Biaya yang dikeluarkan untuk PBB sebesar Rp50
000 per tahun dan biaya pajak kendaraan sebesar Rp215 500 per tahun.
Berdasarkan uraian di atas, komponen biaya terbesar yang dikeluarkan
perusahaan pada biaya tetap ini adalah biaya tenaga kerja produksi yakni sebesar
Rp40 800 000 per tahun. Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh Rradh Indonesia
FIC dari tahun pertama hingga tahun kedelapan pada rencana pengembangan
usaha ini sebesar Rp103 585 500.
Pada biaya operasional terdapat pula biaya variabel. Biaya variabel adalah
biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam
proses produksi. Biaya variabel pada Rradh Indonesia FIC terdiri dari biaya bahan
baku dan biaya kemasan. Adapun bahan baku yang dibutuhkan pada usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan adalah gula semut, lada hitam, cabe
jawa, kayu manis, cengkeh, susu bubuk, dan creamer. Pada kegiatan
pengembangan usaha ini terdapat biaya variabel baru yang akan dikeluarkan pada
komponen kemasan karena disesuaikan dengan permintaan trader, yaitu kemasan
sachet alumunium dan kemasan dus. Total biaya variabel pada tahun pertama
berbeda dengan total variabel tahun kedua hingga tahun kedelapan karena
perbedaan jumlah produk yang dihasilkan. Total biaya variabel yang dikeluarkan
Rradh Indonesia FIC pada tahun pertama sebesar Rp295 361 500, sedangkan pada
tahun kedua hingga kedelapan sebesar Rp345 937 000. Adapun rincian biaya
variabel pada rencana pengembangan usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
49

3. Pengembalian pinjaman
pada rencana pengembangan usaha ini, modal yang digunakan berasal dari
pinjaman ke bank sebesar Rp100 000 000 dengan jangka waktu pengembalian
pinjaman selama lima tahun. Suku bunga pinjaman yang digunakan berdasarkan
suku bunga pinjaman Bank Rakyat Indonesia untuk usaha mikro yakni sebesar
19.25 persen. Oleh sebab itu, pada terdapat biaya pengembalian pinjaman kepada
bank dilakukan dengan metode angsuran (annuity) sebesar Rp32 887 723 per
tahun. Pengembalian pinjaman ini dilakukan mulai tahun pertama hingga tahun
kelima. Perhitungan pembayaran angsuran pinjaman secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 4.
4. Pajak penghasilan
Selain biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya, sebuah usaha
juga harus memberikan kompensasi atas keuntungan yang diperolehnya kepada
negara melalui pembayaran pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan
pengeluaran biaya atas keuntungan yang diperoleh suatu usaha. Besarnya jumlah
pajak penghasilan yang harus dibayarkan kepada negara setiap tahunnya diatur
oleh pemerintah.
Menurut pasal 6 UU No 20 Tahun 2008 tentang UMKM mengenai kriteria
UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total penjualan per tahun, maka
usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh Indonesia FIC
termasuk dalam usaha kecil. Oleh karena itu perhitungan pajak yang digunakan
oleh unit usaha skala kecil mengacu pada Peraturan Perpajakan No 46 Tahun
2013 yang menyatakan bahwa tarif pajak penghasilan badan usaha sebesar 1
persen dari peredaran bruto kumulatif yang diterima dan menjadi tarif pajak flat
setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan laba rugi dari rencana pengembangan usaha, pada
tahun pertama total penerimaan dari Rradh Indonesia FIC sebesar Rp440 800 000,
sehingga biaya pajak penghasilan yang harus dibayarkan sebesar Rp4 408 000.
Pada tahun kedua hingga kedelapan total penerimaan Rradh Indonesia FIC
sebesar Rp508 800 000, sehingga biaya pajak penghasilan yang harus dibayarkan
sebesar Rp5 088 000.

Analisis Laba/Rugi
Laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu
(Kasmir dan Jakfar 2003). Analisis laba rugi merupakan suatu metode yang
digunakan sebuah perusahaan untuk mengetahui tingkat perolehan laba yang
dimilikinya selama masa usaha berlangsung. Metode yang digunakan dalam
analisis laba rugi yaitu dengan melakukan perhitungan atas pemasukan
pendapatan dan pengeluaran biaya selama masa pengoperasian usaha setiap
tahunnya. Komponen laba rugi pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek
instan ini terdiri atas pendapatan penjualan hasil produksi, biaya tetap, biaya
variabel, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan.
Laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) diperoleh dari pendapatan
penjualan dikurangi dengan biaya tetap, biaya variabel, dan biaya penyusutan.
Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh setelah EBIT dikurangi dengan biaya bunga
pinjaman yakni sebesar 19.25 persen dari sisa pokok pinjaman. Laba setelah pajak
(EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan sebesar 1
persen dari pendapatan usaha.
50

Berdasarkan hasil perhitungan laba rugi usaha pada rencana pengembangan


usaha ini, laba yang diperoleh berbeda setiap tahunnya. Pada tahun pertama laba
yang diperoleh sebesar Rp7 457 875, tahun kedua sebesar Rp26 827 637, tahun
ketiga sebesar Rp29 958 261, tahun keempat sebesar Rp33 691 531, tahun kelima
sebesar Rp38 143 455, dan tahun keenam hingga kedelapan sebesar Rp43 452
375. Perbedaan ini disebabkan pada tahun pertama jumlah produksi pada lima
bulan awal sebanyak 16 250 sachet dan tujuh bulan berikutnya sebanyak 25 000
sachet sesuai kapasitas produksi yang diharapkan, sedangkan pada tahun kedua
dan seterusnya perusahaan memproduksi 25 000 sachet dimulai dari bulan
pertama. Selain itu, pada tahun pertama hingga tahun kelima terdapat biaya bunga
yang harus dibayarkan ke bank dan berbeda setiap tahunnya berdasarkan sisa
pinjaman sebelumnya. Hasil perhitungan analisis laba rugi rencana pengembangan
usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC dapat
dilihat pada Lampiran 5.

Analisis Kelayakan Finansial


Kelayakan finansial usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC dapat dilihat dari beberapa kriteria investasi yaitu Net
Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return
(IRR) dan Payback Period (PP). Pada rencana pengembangan usaha ini, tingkat
diskonto yang digunakan sebesar 9.14 persen. Tingkat diskonto tersebut
merupakan tingkat suku bunga rata-rata tertimbang dari suku bunga deposito dan
suku bunga pinjaman. Menurut Gittinger (1986), jika tambahan kapital (modal)
yang diperoleh adalah gabungan antara kapital (modal) sendiri dan kapital
pinjaman, maka tingkat diskonto harus ditimbang untuk memperoleh besarnya
pengembalian kapital sendiri di satu pihak dan di pihak lain. Hasil analisis
kelayakan finansial rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC
berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil kelayakan investasi rencana pengembangan usaha di Rradh
Indonesia FIC
Kriteria Indikator Hasil
Hasil
investasi kelayakan kelayakan
NPV (Rp) 146 839 370 >0.0 layak
Net B/C 6.22 >1.00 layak
IRR (%) 77.87 >9.14 layak
PP 6 tahun 8 hari < 8 tahun layak
Net present value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh usaha
pembuatan bandrek instan selama umur bisnis. Suatu usaha dinyatakan layak
untuk dijalankan jika nilai NPV lebih besar dari nol. Berdasarkan hasil
perhitungan cash flow diperoleh nilai NPV sebesar Rp146 839 370. Hal ini
menunjukkan bahwa rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan yang akan dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC dapat memberikan
manfaat bersih sebesar Rp146 839 370 selama kurun waktu 8 tahun. Dengan
demikian, berdasarkan kriteria NPV rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan ini layak untuk dijalankan.
Net benefit cost ratio (Net B/C) menunjukkan manfaat bersih yang
diperoleh oleh usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan terhadap biaya
yang telah dikeluarkan selama umur bisnis. Suatu usaha dinyatakan layak apabila
51

Net B/C lebih dari satu. Pada rencana pengembangan usaha dari usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan ini, Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 6.22.
Hal ini berarti setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini
akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp6.22 Ini menunjukkan bahwa
berdasarkan kriteria Net B/C rencana pengembangan usaha ini layak untuk
dijalankan.
Internal rate of return (IRR) menunjukkan seberapa besar pengembalian
bisnis terhadap investasi yang ditanamkan selama umur bisnis. Usaha dikatakan
layak apabila hasil IRR lebih besar dari discount rate yang digunakan. Pada usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini, tingkat discount rate yang
digunakan sebesar 9.14 persen berdasarkan tingkat suku bunga rata-rata
tertimbang dari suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman bank BRI. Nilai
IRR yang diperoleh sebesar 77.87 persen yang menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian yang diberikan usaha atas modal yang telah diinvestasikan adalah
sebesar 77.87 persen. Berdasarkan kriteria IRR, maka rencana pengembangan
usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini layak untuk dijalakan karena
nilai IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang digunakan. Hubungan
antara nilai NPV dan tingkat suku bunga pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC dapat dilihat
pada Gambar 20.

Gambar 20 Hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
di Rradh Indonesia FIC
Payback period (PP) digunakan untuk mengetahui seberapa lama investasi
yang dikeluarkan dari usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan dapat
kembali. Dari hasil perhitungan, diperoleh payback period usaha ini selama 6
tahun 8 hari. Hal ini berarti bahwa rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan ini dapat mengembalikan modal sebelum umur
usaha berakhir, sehingga berdasarkan kriteria payback period rencana
pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil kriteria penilaian investasi tersebut, secara keseluruhan
rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indoensia FIC layak untuk dijalankan. Jika dilihat dari nilai NPV, usaha ini
memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol. Berdasarkan hasil Net B/C, usaha ini
memperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu. Nilai IRR menunjukkan bahwa
52

nilai IRR dari usaha ini lebih besar dari discount rate dan dari hasil PP, usaha ini
dapat mengembalikan investasi kurang dari umur bisnis. Perhitungan cash flow
rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC dapat dilihat pada Lampiran 6.

Analisis Switching Value

Hasil analisis kelayakan finansial dengan berbagai kriteria kelayakan yang


digunakan menunjukkan bahwa rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk
minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC layak dan menguntungkan untuk
dilakukan. Namun, keadaan tersebut dapat terjadi dengan asumsi tidak terjadi
perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya. Untuk melihat kembali hasil
analisis kelayakan usaha ini apabila terjadi perubahan-perubahan dalam manfaat
dan biaya, maka dilakukan analisis switching value.
Analisis switching value atau analisis nilai pengganti digunakan untuk
mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan
penerimaan penjualan yang dapat ditolerir sehingga usaha pembuatan serbuk
minuman bandrek instan ini masih layak untuk dilaksanakan. Analisis switching
value ini dilakukan dengan uji coba sehingga menghasilkan keuntungan normal
dimana nilai NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau sama dengan tingkat
suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu.
Dalam penelitian ini, variabel yang dibahas untuk analisis switching value
adalah variabel yang dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap
pelaksanaan proyek. Oleh sebab itu, variabel yang digunakan adalah peningkatan
harga gula semut dan penurunan harga jual serbuk minuman bandrek instan.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis switching value ini antara lain:
1. Gula semut merupakan komponen terbesar dari biaya variabel usaha yakni
sebesar 29 persen. Peningkatan harga gula semut akan mempengaruhi biaya
yg dikeluarkan perusahaan.
2. Penurunan jumlah penjualan produk dapat terjadi akibat persaingan
beberapa usaha yang bergerak di bidang usaha yang sama dan lokasi
penjualan maupun lokasi usaha yang sama. Penurunan jumlah penjualan
produk serbuk minuman bandrek instan dapat mempengaruhi manfaat yang
diterima perusahaan.
3. Semua manfaat dan biaya selain harga gula semut dan penurunan harga jual
produk diasumsikan konstan (ceteris paribus).
Dengan analisis switching value terhadap kedua variabel tersebut, maka
dapat diketahui peningkatan harga maksimum gula semut dan penurunan jumlah
penjualan maksimum dari produk serbuk minuman bandrek instan yang membuat
usaha ini masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value dapat
dilihat di Tabel 12.
Tabel 12 Hasil analisis switching value pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
Persentase NPV Net IRR
Kondisi
(%) (Rp) B/C (%)
Kenaikan harga gula semut 18.66 0.0 1.00 7.0
Penurunan penjualan produk RISD Super
11.45 0.0 1.00 7.0
Bandrek original
Penurunan penjualan produk RISD Super
8.14 0.0 1.00 7.0
Bandrek susu
53

Dari hasil analisis switching value, dapat dilihat bahwa batas maksimal
perubahan terhadap kenaikan harga gula semut 18.66 persen atau sebesar Rp14
238.61 per kilogram, sedangkan penurunan penjualan produk RISD Super
Bandrek original dan RISD Super Bandrek susu masing-masing adalah 11.45
persen dan 8.14 persen. Pada persentase yang telah diperoleh tersebut
menggambarkan tingkat impas kelayakan apabila terjadi kenaikan atau penurunan
suatu komponen yang artinya usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. Bila
kenaikan harga gula semut melebihi 18.66 persen maka nilai NPV akan lebih kecil
dari nol atau negatif, Net B/C kurang dari satu, dan IRR lebih kecil discount
factor. Begitu pula jika penurunan penjualan produk RISD Super Bandrek
original melebihi 11.45 persen dan penurunan penjualan produk RISD Super
Bandrek susu melebihi 8.14 persen maka nilai NPV yang diperoleh akan lebih
kecil dari nol atau negatif, Net B/C kurang dari satu, dan IRR lebih kecil discount
factor. Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga gula semut dapat
dilihat pada Lampiran 7, sedangkan rincian analisis switching value terhadap
penurunan jumlah penjualan produk RISD Super Bandrek original dan RISD
Super Bandrek susu dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial menunjukkan


secara umum bahwa usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan yang
dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC layak untuk dijalankan. Namun, Rradh
Indonesia FIC belum memiliki hak paten terhadap produk dan merek dagangnya
sehingga produk serbuk minuman bandrek instan masih mudah ditiru oleh
produsen lainnya. Selain itu, dalam pemilihan teknologi produksi pada usaha yang
saat ini dijalankan masih menggunakan teknologi yang sederhana sehingga
memiliki kapasitas produksi yang rendah. Secara teknis, penambahan mesin
pengemas sachet dan mesin penepung akan memudahkan proses pembuatan
serbuk minuman bandrek instan ini serta dapat meningkatkan hasil produksinya.
Penambahan kedua alat tersebut tidak akan menggangu proses produksi yang
sedang berjalan. Penempatan kedua alat itu akan disesuaikan dengan lokasi dan
proses produksi yang dilakukan sehingga tidak akan mengurangi kualitas produk
yang dihasilkan.
Pada aspek finansial, hasil analisis laba rugi menunjukkan bahwa rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC ini dapat memberikan laba positif setiap tahunnya. Hasil analisis
aspek finansial berdasarkan kriteria investasi yang digunakan juga menunjukkan
bahwa kegiatan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Rradh Indonesia
FIC layak untuk dijalankan. Namun, masa pengembalian investasinya (payback
period) yang diperoleh menunjukkan bahwa masa pengembalian investasinya
lebih lama dibandingkan waktu pengembalian pinjaman ke bank. Berdasarkan
hasil analisis switching value, rencana pengembangan usaha ini memiliki tingkat
kepekaan yang tinggi pada penurunan jumlah penjualan produk serbuk minuman
bandrek instan terutama produk RISD Super Bandrek susu.
54

Saran

1. Sebaiknya Rradh Indonesia FIC mendaftarkan merek dagang RISD Super


Bandrek ke Kantor Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar memiliki hak
paten bagi produknya agar dapat melindungi penjualan dari pemalsuan
produk.
2. Kemajuan teknologi merupakan salah satu komponen penting bagi
kemajuan kegiatan industri. Kebutuhan teknologi di Rradh Indonesia FIC
berupa mesin pengemas sachet dan mesin penepung diperlukan untuk
menambah kapasitas produksi dan kontinuitas produksi untuk dapat
memenuhi permintaan pasar.
3. Rradh Indonesia FIC sebaiknya melakukan pengembangan usaha melebihi
target kapasitas yang diinginkan (25 000 sachet per bulan) agar masa
pengembalian investasinya lebih cepat daripada jangka waktu pengembalian
pinjaman ke bank.

DAFTAR PUSTAKA

Agustika D. 2009. Analisis Kelaykan Perluasan Usaha Pemasok Ikan Hias Air
Tawar Budi Fish Farm, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan
yang Baik untuk Industri Rumah Tangga. BPOM [internet]. [diunduh 2015
Juni 08]. Tersedia pada:
http://clearinghouse.pom.go.id/admin/editor/gambar/File/PERATURAN%2
0CPPB%20IRT/CPPB-IRT%20No.2206.pdf
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi. 2014. Kota Sukabumi dalam Angka
2014. Sukabumi (ID): Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2014. Jawa Barat dalam Angka
2014. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
[Diskoperindag] Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi.
2011. Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Kegiatan Tahun
Anggaran 2011. Sukabumi (ID): Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Kota Sukabumi
[Diskoperindag] Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi.
2012. Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Kegiatan Tahun
Anggaran 2012. Sukabumi (ID): Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Kota Sukabumi
[Diskoperindag] Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi.
2013. Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Kegiatan Tahun
Anggaran 2013. Sukabumi (ID): Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Kota Sukabumi
55

[Diskoperindag] Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi.


2014. Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Kegiatan Tahun
Anggaran 2014. Sukabumi (ID): Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Kota Sukabumi
[Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. 2011.
Jumlah Unit Usaha, Investasi dan Tenaga Kerja Industri Jawa Barat Tahun
2008-2011. Disperindag [internet]. [diunduh 2015 Januari 16]. Tersedia
pada: http://disperindag.jabarprov.go.id
Firdaus F. 2013. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggilingan Tepung
Ubi Jalar Pada KWT Berkah Sari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.
Sutomo S, Mangiri K, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari:
Economic Analysis of Agriculture Project.
Hastriratna. 2014. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kecap CV Maja
Menjangan di Kabupaten Majalengka [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Indyastuti Y. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD
Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana
Prenada Media Group.
[Kemendag] Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 1999. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pamgan. Kemendag [internet]. [diunduh 2015 Juni 08]. Tersedia pada:
http://ditjenspk.kemendag.go.id/files/regulasi/1999/07/21/label-dan-iklan-
pangan-id-1376540604.pdf.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi.
Bogor (ID): Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Porter ME. 1980. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Maulana A, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Competitive Strategy.
Ratnaningsih N. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan Minuman
Instan Secang. Eksakta [internet]. [diunduh 2014 Maret 6]. Tersedia pada:
http://lppmbantara.com/nugraheni003.html
Rohmawati O. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air
Tawar pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota
Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor
Suliyanto. 2010. Studi kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta (ID):
Penerbit ANDI.
Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.
Utami NL. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis
Tanaman Obat (Studi Kasus: Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran
Syifa, Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wasini. 2009. Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Minuman Bandrek
Serbuk Merek StarBandrek PT Liza Herbal International (Studi Kasus di
Wilayah Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
56

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perizinan dan sertifikat dari usaha pembuatan serbuk minuman


bandrek instan di Rradh Indonesia FIC

Sertifikat izin produksi pangan industri rumah tangga (P-IRT)

Sertifikat penyuluhan keamanan pangan Sertifikat halal


57

Lampiran 2 Rangkuman hasil kelayakan aspek-aspek non finansial pada Rradh


Indonesia FIC

No Aspek Kriteria Hasil Keterangan


1 Aspek pasar Permintaan dan
penawaran
-Permintaan -Permintaan serbuk Layak
lebih besar dari minuman bandrek instan di
penawaran Rradh Indonesia FIC
sebanyak 23 000 sachet per
bulan. Peluang pasar yang
belum terpenuhi 29.35
persen.
Potensi pasar
-Perusahaan -Rradh Indonesia FIC Layak
mampu bersaing menguasai 17.17 persen dari
dengan industri market share dari konsumen
lainnya serbuk minuman bandrek
instan di Kota Sukabumi
Strategi
pemasaran yang
digunakan
-Produk -Menggunakan merek RISD Tidak layak
menggunakan Super Bandrek, namun
merek sendiri belum memiliki hak paten
dan -Sudah mencantumkan label Layak
mencantumkan kemasan dengan lengkap
label dengan sesuai peraturan perundang-
lengkap (PP RI undangan
Nomor 69
Tahun 1999
tentang Label
dan Iklan
Pangan)
-Harga jual yang -Harga jual produk serbuk Layak
ditetapkan minuman bandrek instan
sesuai dengan merek RISD Super Bandrek
harga pasar Rp8 000 untuk bandrek
original dan Rp10 000 untuk
bandrek susu dapat diterima
di kalangan masyarakat
-Kegiatan -Rradh Indonesia FIC Layak
promosi yang merupakan satu-satunya
dilakukan UKM yang memproduksi
efektif untuk bandrek instan di Kota
mempromosikan Sukabumi yang telah
produk memiliki website sendiri
dan telah memiliki izin
58

2 Aspek Lokasi
Teknis -Dekat dengan -Rradh Indonesia FIC Layak
bahan baku dan berlokasi di Kecamatan
target pasar Cikole yang merupakan
yang dituju wilayah pusat kota dan
wilayah wisata kuliner di
Kota Sukabumi. Bahan baku
dapat diperoleh dari pasar
tradisional utama di Kota
Sukabumi dan beberapa
supplier.
-Akses mobilitas -Lokasi Rradh Indonesia Layak
mudah FIC dekat dengan jalan raya
dan mudah diakses dengan
angkutan umum.
Proses produksi
-Menggunakan -Teknologi saat ini masih Tidak layak
teknologi tepat memiliki kapasitas yang
guna, tepat sedikit karena menggunakan
waktu, dan tepat blender untuk
mutu untuk menghaluskan rempah-
melakukan rempah dan memerlukan
pengembangan waktu yang lama sehingga
usaha tidak dapat memenuhi
kapasitas produksi yang
diharapkan untuk
melakukan pengembangan
usaha
Layout
-Layout -Bangunan telah terbagi Layak
bangunan sesuai menjadi lima ruangan yang
dengan terpisah dan sesuai dengan
kebutuhan dan proses produksi yang
kualitas produk dilakukan sehingga kualitas
tetap terjaga produk yang dihasilkan
(Peraturan tetap terjaga
Kepala BPOM
RI No
HK.03.1.23.04.1
2.2206 Tahun
2012)
3 Aspek Struktur
Manajemen organisasi dan
dan Hukum pembagian tugas
-Memiliki -Rradh Indonesia FIC telah Layak
struktur memiliki struktur organisasi
organisasi dan dan pembagian tugas yang
pembagian tugas jelas
yang jelas
59

Perizinan
-Pemerintah -Rradh Indonesia FIC telah Layak
setempat memiliki izin dari
pemerintah Kecamatan
Cikole dan terdaftar di
Dinas Koperasi
Perindustrian dan
Perdagangan Kota
Sukabumi
-Memiliki -Bandrek original: P-IRT Layak
sertifikat P-IRT No 312327201115
-Bandrek susu: P-IRT No Layak
312327202115
-Memiliki -Sertifikat penyuluhan Layak
sertifikat keamanan pangan No
penyuluhan 115/32.72/05
keamanan
pangan
-Memiliki -Sertifikat Halal No MUI- Layak
sertifikat Halal JB 01121024160607
4 Aspek Ekonomi
Ekonomi -Dampak positif -Membuka lapangan Layak
Sosial dan bagi masyarakat pekerjaan bagi warga sekitar
Lingkungan -Meningkatkan pendapatan
daerah melalui daya tarik
wisata dan kuliner
Sosial
-Gangguan -Tidak ada Layak
akibat aktivitas
usaha
-Pertentangan -Tidak ada Layak
dengan budaya
setempat
Lingkungan
-Limbah industri -Tidak ada Layak
dan
penanggulangan
nya
60
Lampiran 3 Rincian biaya variabel per tahun pada rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh
Indonesia FIC
Tahun
Harga/satuan 1 2-8
No Uraian Satuan
(Rp) Total biaya Total biaya
Jumlah Jumlah
(Rp) (Rp)
Bahan baku
1 Gula semut kg 12 000 7 175 86 100 000 8 400 100 800 000
2 Lada hitam kg 90 000 384 34 593 750 450 40 500 000
3 Cabe jawa kg 120 000 256 30 750 000 300 36 000 000
4 Kayu manis kg 40 000 128 5 125 5000 150 6 000 000
5 Cengkeh kg 150 000 128 19 218 750 150 22 500 000
6 Susu bubuk kg 60 000 340 20 400 000 390 23 400 000
7 Creamer kg 55 000 272 14 960 000 312 17 160 000
Kemasan
1 Kemasan sachet plastik pak 27 000 123 3 231 000 133 3 591 000
2 Kemasan sachet kertas cetak 1 300 000 13 16 900 000 13 16 900 000
Kemasan sachet
3 cetak 1 750 000 7 12 250 000 12 21 000 000
alumunium
4 Kemasan bag cetak 2 000 000 18 36 000 000 19 38 000 000
5 Kemasan dus buah 600 7 000 4 200 000 12 000 7 200 000
6 Pita emas rol 13 000 147 1 911 000 160 2 080 000
7 Tali kur hitam rol 45 000 114 5 130 000 123 5 535 000
8 Gantungan hati cetak 14 000 141 1 974 000 160 2 240 000
9 Label 2x5 cm pak 14 000 32 448 000 34 476 000
10 Label expire pak 2 500 112 280 000 122 305 000
11 Dus karton buah 1 500 1 200 1 800 000 1 500 2 250 000
Total biaya variabel (Rp) 295 361 500 345 937 000
Lampiran 4 Annuitas pengembalian pinjaman modal investasi rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
pada Rradh Indonesia FIC

Perhitungan pembayaran kredit


Pinjaman 100.000.000
Jangka waktu 5 tahun
Tingkat suku bunga 19,25%
Angsuran 32.887.723

Pembayaran angsuran pinjaman


Tahun Pokok pinjaman Biaya bunga Total angsuran Sisa pokok pinjaman
1 13.637.723 19.250.000 32.887.723 86.362.277
2 16.262.985 16.624.738 32.887.723 70.099.292
3 19.393.609 13.494.114 32.887.723 50.705.683
4 23.126.879 9.760.844 32.887.723 27.578.803
5 27.578.803 5.308.920 32.887.723 (0)

61
62
Lampiran 5 Laba rugi rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC

Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
PENERIMAAN
Penjualan RISD Super Bandrek original 145.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000
Penjualan RISD Super Bandrek susu 213.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000
Penjualan bandrek original 38.350.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000
Penjualan bandrek susu 44.250.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000
TOTAL PENERIMAAN 440.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000

BIAYA
Biaya Tetap 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500
Biaya Variabel 295.361.500 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000
Biaya Penyusutan 10.737.125 10.737.125 10.737.125 10.737.125 10.737.125 10.737.125 10.737.125 10.737.125
TOTAL BIAYA 409.684.125 460.259.625 460.259.625 460.259.625 460.259.625 460.259.625 460.259.625 460.259.625

Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak 31.115.875 48.540.375 48.540.375 48.540.375 48.540.375 48.540.375 48.540.375 48.540.375
Bunga 19.250.000 16.624.738 13.494.114 9.760.844 5.308.920 - - -
Laba Bersih Sebelum Pajak 11.865.875 31.915.637 35.046.261 38.779.531 43.231.455 48.540.375 48.540.375 48.540.375
Pajak 1% 4.408.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000
Laba Bersih Setelah Pajak 7.457.875 26.827.637 29.958.261 33.691.531 38.143.455 43.452.375 43.452.375 43.452.375
Lampiran 6 Cash flow rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
Penjualan RISD Super Bandrek original 145.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000
Penjualan RISD Super Bandrek susu 213.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000
Penjualan bandrek original 38.350.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000
Penjualan bandrek susu 44.250.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000
Pinjaman 100.000.000
Nilai Sisa 55.743.000
TOTAL INFLOW 540.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 564.543.000

OUTFLOW
1 Biaya Investasi
Tanah 50.000.000
Bangunan 20.000.000
Mesin pengemas sachet 35.000.000
Mesin penepung 5.000.000
Tampir 150.000 150.000
Baskom 60.000 60.000
Kompor gas 450.000 450.000
Wajan besar 300.000 300.000
Hand sealer 250.000 250.000
Timbangan digital 230.000 230.000
Komputer 4.000.000 4.000.000
Printer 800.000 800.000
Telepon 150.000 150.000
Lemari display 1.000.000
Kursi 660.000
Alat transportasi 16.000.000
Meja stand alumunium 1.200.000
Total Biaya Investasi 135.250.000 - - - 6.390.000 - - -

63
64
2 Biaya Operasional
2.1 Biaya Variabel
Gula semut 86.100.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000
Lada hitam 34.593.750 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000
Cabe jawa 30.750.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Kayu manis 5.125.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Cengkeh 19.218.750 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000
Susu bubuk 20.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000
Creamer 14.960.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000
Kemasan sachet plastik 3.321.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000
Kemasan sachet kertas 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000
Kemasan sachet alumunium 12.250.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000
Kemasan bag 36.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000
Kemasan dus 4.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pita emas 1.911.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000
Tali kur hitam 5.130.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000
Gantungan hati 1.974.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000
Label 2x5 cm 448.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000
Label expire 280.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000
Dus karton 1.800.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Total Biaya Variabel 295.361.500 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000

2.2 Biaya Tetap


Biaya tenaga kerja
a. Manager 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
b. Keuangan 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000
c. Pemasaran 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000
d. Produksi 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000
Biaya listrik 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Biaya PDAM 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Biaya komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya gas 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000
Biaya solar 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya promosi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Biaya transportasi 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Biaya administrasi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Pajak
a. PBB 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
b. Kendaraan 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500
Total Biaya Tetap 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500

Pembayaran pinjaman 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723


Pajak 1% 4.408.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000
TOTAL OUTFLOW 571.492.723 487.498.223 487.498.223 487.498.223 493.888.223 454.610.500 454.610.500 454.610.500

Net Benefit (30.692.723) 21.301.777 21.301.777 21.301.777 14.911.777 54.189.500 54.189.500 109.932.500
Discount Factor = 9,14% 0,916 0,840 0,769 0,705 0,646 0,592 0,542 0,497
Present Value (28.122.341) 17.883.311 16.385.662 15.013.434 9.629.631 32.063.538 29.378.357 54.607.778
NPV 146.839.370
PV Negatif (28.122.341)
PV Positif 174.961.711
Net B/C 6,22
Payback period 6 tahun 8 hari
IRR 77,87%

65
66
Lampiran 7 Analisis switching value kenaikan harga gula semut pada rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek
instan di Rradh Indonesia FIC

Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
Penjualan RISD Super Bandrek original 145.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000
Penjualan RISD Super Bandrek susu 213.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000
Penjualan bandrek original 38.350.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000
Penjualan bandrek susu 44.250.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000
Pinjaman 50.000.000
Nilai Sisa 55.743.000
TOTAL INFLOW 490.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 508.800.000 564.543.000

OUTFLOW
1 Biaya Investasi
Tanah 50.000.000
Bangunan 20.000.000
Mesin pengemas sachet 35.000.000
Mesin penepung 5.000.000
Tampir 150.000 150.000
Baskom 60.000 60.000
Kompor gas 450.000 450.000
Wajan besar 300.000 300.000
Hand sealer 250.000 250.000
Timbangan digital 230.000 230.000
Komputer 4.000.000 4.000.000
Printer 800.000 800.000
Telepon 150.000 150.000
Lemari display 1.000.000
Kursi 660.000
Alat transportasi 16.000.000
Meja stand alumunium 1.200.000
Total Biaya Investasi 135.250.000 - - - 6.390.000 - - -
2 Biaya Operasional
2.1 Biaya Variabel
Gula semut 102.162.047 119.604.348 119.604.348 119.604.348 119.604.348 119.604.348 119.604.348 119.604.348
Lada hitam 34.593.750 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000
Cabe jawa 30.750.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Kayu manis 5.125.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Cengkeh 19.218.750 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000
Susu bubuk 20.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000
Creamer 14.960.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000
Kemasan sachet plastik 3.321.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000
Kemasan sachet kertas 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000
Kemasan sachet alumunium 12.250.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000
Kemasan bag 36.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000
Kemasan dus 4.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pita emas 1.911.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000
Tali kur hitam 5.130.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000
Gantungan hati 1.974.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000
Label 2x5 cm 448.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000
Label expire 280.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000
Dus karton 1.800.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Total Biaya Variabel 311.423.547 364.741.348 364.741.348 364.741.348 364.741.348 364.741.348 364.741.348 364.741.348

2.2 Biaya Tetap


Biaya tenaga kerja
a. Manager 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
b. Keuangan 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000
c. Pemasaran 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000
d. Produksi 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000
Biaya listrik 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Biaya PDAM 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Biaya komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya gas 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000

67
68
Biaya solar 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya promosi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Biaya transportasi 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Biaya administrasi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Pajak
a. PBB 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
b. Kendaraan 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500
Total Biaya Tetap 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500

Pembayaran pinjaman 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723


Pajak 1% 4.408.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000
TOTAL OUTFLOW 587.554.770 506.302.571 506.302.571 506.302.571 512.692.571 473.414.848 473.414.848 473.414.848

Net Benefit (96.754.770) 2.497.429 2.497.429 2.497.429 (3.892.571) 35.385.152 35.385.152 91.128.152
Discount Factor = 9,14% 0,916 0,840 0,769 0,705 0,646 0,592 0,542 0,497
Present Value (88.651.979) 2.096.647 1.921.062 1.760.181 (2.513.719) 20.937.141 19.183.746 45.266.922
NPV 0
PV Negatif (88.651.979)
PV Positif 88.651.979
Net B/C 1,00
IRR 9,14%
Lampiran 8 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD Super Bandrek original pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC

Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
Penjualan RISD Super Bandrek original 128.570.453 144.508.939 144.508.939 144.508.939 144.508.939 144.508.939 144.508.939 144.508.939
Penjualan RISD Super Bandrek susu 213.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000 228.000.000
Penjualan bandrek original 38.350.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000
Penjualan bandrek susu 44.250.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000
Pinjaman 50.000.000
Nilai Sisa 55.743.000
TOTAL INFLOW 474.170.453 490.108.939 490.108.939 490.108.939 490.108.939 490.108.939 490.108.939 545.851.939

OUTFLOW
1 Biaya Investasi
Tanah 50.000.000
Bangunan 20.000.000
Mesin pengemas sachet 35.000.000
Mesin penepung 5.000.000
Tampir 150.000 150.000
Baskom 60.000 60.000
Kompor gas 450.000 450.000
Wajan besar 300.000 300.000
Hand sealer 250.000 250.000
Timbangan digital 230.000 230.000
Komputer 4.000.000 4.000.000
Printer 800.000 800.000
Telepon 150.000 150.000
Lemari display 1.000.000
Kursi 660.000
Alat transportasi 16.000.000
Meja stand alumunium 1.200.000
Total Biaya Investasi 135.250.000 - - - 6.390.000 - - -

69
70
2 Biaya Operasional
2.1 Biaya Variabel
Gula semut 86.100.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000
Lada hitam 34.593.750 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000
Cabe jawa 30.750.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Kayu manis 5.125.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Cengkeh 19.218.750 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000
Susu bubuk 20.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000
Creamer 14.960.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000
Kemasan sachet plastik 3.321.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000
Kemasan sachet kertas 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000
Kemasan sachet alumunium 12.250.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000
Kemasan bag 36.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000
Kemasan dus 4.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pita emas 1.911.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000
Tali kur hitam 5.130.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000
Gantungan hati 1.974.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000
Label 2x5 cm 448.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000
Label expire 280.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000
Dus karton 1.800.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Total Biaya Variabel 295.361.500 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000

2.2 Biaya Tetap


Biaya tenaga kerja
a. Manager 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
b. Keuangan 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000
c. Pemasaran 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000
d. Produksi 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000
Biaya listrik 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Biaya PDAM 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Biaya komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya gas 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000
Biaya solar 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya promosi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Biaya transportasi 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Biaya administrasi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Pajak
a. PBB 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
b. Kendaraan 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500
Total Biaya Tetap 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500

Pembayaran Pinjaman 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723


Pajak 1% 4.408.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000
TOTAL OUTFLOW 571.492.723 487.498.223 487.498.223 487.498.223 493.888.223 454.610.500 454.610.500 454.610.500

Net Benefit (97.322.270) 2.610.716 2.610.716 2.610.716 (3.779.284) 35.498.439 35.498.439 91.241.439
Discount Factor = 9,14% 0,916 0,840 0,769 0,705 0,646 0,592 0,542 0,497
Present Value (89.171.953) 2.191.754 2.008.204 1.840.025 (2.440.562) 21.004.172 19.245.164 45.323.196
NPV 0
PV Negatif (89.171.953)
PV Positif 89.171.953
Net B/C 1,00
IRR 9,14%

71
72
Lampiran 9 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD Super Bandrek susu pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC

Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
INFLOW
Penjualan RISD Super Bandrek original 145.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000 163.200.000
Penjualan RISD Super Bandrek susu 195.669.362 209.448.894 209.448.894 209.448.894 209.448.894 209.448.894 209.448.894 209.448.894
Penjualan bandrek original 38.350.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000 54.600.000
Penjualan bandrek susu 44.250.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000
Pinjaman 50.000.000
Nilai Sisa 55.743.000
TOTAL INFLOW 473.469.362 490.248.894 490.248.894 490.248.894 490.248.894 490.248.894 490.248.894 545.991.894

OUTFLOW
1 Biaya Investasi
Tanah 50.000.000
Bangunan 20.000.000
Mesin pengemas sachet 35.000.000
Mesin penepung 5.000.000
Tampir 150.000 150.000
Baskom 60.000 60.000
Kompor gas 450.000 450.000
Wajan besar 300.000 300.000
Hand sealer 250.000 250.000
Timbangan digital 230.000 230.000
Komputer 4.000.000 4.000.000
Printer 800.000 800.000
Telepon 150.000 150.000
Lemari display 1.000.000
Kursi 660.000
Alat transportasi 16.000.000
Meja stand alumunium 1.200.000
Total Biaya Investasi 135.250.000 - - - 6.390.000 - - -
2 Biaya Operasional
2.1 Biaya Variabel
Gula semut 86.100.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000 100.800.000
Lada hitam 34.593.750 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000 40.500.000
Cabe jawa 30.750.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Kayu manis 5.125.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Cengkeh 19.218.750 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000
Susu bubuk 20.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000
Creamer 14.960.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000 17.160.000
Kemasan sachet plastik 3.321.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000 3.591.000
Kemasan sachet kertas 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000 16.900.000
Kemasan sachet alumunium 12.250.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000
Kemasan bag 36.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000
Kemasan dus 4.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pita emas 1.911.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000 2.080.000
Tali kur hitam 5.130.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000 5.535.000
Gantungan hati 1.974.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000
Label 2x5 cm 448.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000 476.000
Label expire 280.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000 305.000
Dus karton 1.800.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000 2.250.000
Total Biaya Variabel 295.361.500 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000 345.937.000

2.2 Biaya Tetap


Biaya tenaga kerja
a. Manager 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
b. Keuangan 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000
c. Pemasaran 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000 22.800.000
d. Produksi 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000 40.800.000
Biaya listrik 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Biaya PDAM 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Biaya komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya gas 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000 1.620.000

73
74
Biaya solar 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Biaya promosi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Biaya transportasi 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Biaya administrasi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Pajak
a. PBB 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
b. Kendaraan 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500 215.500
Total Biaya Tetap 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500 103.585.500

Pembayaran Pinjaman 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723 32.887.723


Pajak 1% 4.408.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000 5.088.000
TOTAL OUTFLOW 571.492.723 487.498.223 487.498.223 487.498.223 493.888.223 454.610.500 454.610.500 454.610.500

Net Benefit (98.023.361) 2.750.671 2.750.671 2.750.671 (3.639.329) 35.638.394 35.638.394 91.381.394
Discount Factor = 9,14% 0,916 0,840 0,769 0,705 0,646 0,592 0,542 0,497
Present Value (89.814.331) 2.309.249 2.115.860 1.938.666 (2.350.182) 21.086.982 19.321.039 45.392.718
NPV 0
PV Negatif (89.814.331)
PV Positif 89.814.331
Net B/C 1,00
IRR 9,14%
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 19 Maret 1993 di Bandung,


Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
bapak Agus Triana dan ibu Mutty Crisniani. Tahun 2008 penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Cisaat dan menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Cisaat pada tahun 2011. Pada
tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) Undangan dan
diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama menjalani pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif dalam
beberapa kegiatan kepanitian, seperti Festival Seni Budaya Sunda dalam
penutupan Dies Natalis IPB ke-49 pada tahun 2012, MPD (Masa Perkenalan
Departemen) Agribisnis pada tahun 2013, Agribusiness Festival (Agrifest) 2 pada
tahun 2013, juga menjadi pembawa acara babak semi final Business Plan, the 11th
Economic Contest tahun 2013. Penulis juga aktif dalam berorganisasi yakni
menjadi anggota UKM Lingkung Seni Sunda (Lises) Gentra Kaheman periode
2012 dan sekretaris 1 UKM Lingkung Seni Sunda (Lises) Gentra Kaheman
periode 2013. Penulis juga mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Program
Akademik) pada tahun 2012 hingga 2014 dari Institut Pertanian Bogor. Penulis
pernah menjadi asisten praktikum Dasar-Dasar Komunikasi pada tahun ajaran
2013/2014 dan tahun ajaran 2014/2015.

Anda mungkin juga menyukai