Anda di halaman 1dari 89

KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUAH TIN (Ficus carica)

KEBUN JOGJA ARA GARDEN DI YOGYAKARTA

DEWI MASITHAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan


Pengusahaan Buah Tin (Ficus carica) Kebun Jogja Ara Garden di Yogyakarta
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2018

Dewi Masithah
NIM H34140021
ABSTRAK

DEWI MASITHAH. Kelayakan Pengusahaan Buah Tin (Ficus carica) Kebun Jogja
Ara Garden di Yogyakarta. Dibimbing oleh RITA NURMALINA.

Tin merupakan tanaman asal Mediterania yang saat ini mulai diusahakan di
Indonesia. Salah satunya berada di Jogja Ara Garden, Provinsi Yogyakarta. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengusahaan tin Jogja Ara
Garden berdasarkan aspek nonfinansial, aspek finansial, tingkat sensitivitas, dan
switching value. Analisis kelayakan pengusahaan tin terdiri atas tiga skenario, yaitu
skenario I (pembibitan), skenario II (produksi buah), dan skenario III (pembibitan
dan produksi buah). Berdasarkan aspek nonfinansial (aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek
lingkungan) dan aspek finansial (NPV, Net B/C, IRR, dan payback period) bahwa
usaha tin Jogja Ara Garden layak untuk dijalankan. Tingkat sensitivitas usaha
dilihat berdasarkan penurunan produksi tin dan peningkatan harga pupuk NPK
mutiara.

Kata kunci: nonfinansial, finansial, sensitivitas, switching value

ABSTRACT

DEWI MASITHAH. Feasibility Business of Fig Fruit (Ficus carica) Jogja Ara
Garden in Yogyakarta. Supervised by RITA NURMALINA.

Fig is a plant origin of the Mediterranean which is currently being cultivated


in Indonesia. One of them in Jogja Ara Garden, Province of Yogyakarta. The
purpose of this research are to analyze the feasibility business of Jogja Ara Garden
based on nonfinancial aspect, financial aspect, sensitivity level, and switching
value. The feasibility business analysis of the fig consists of three scenarios, they
are scenario I (nursery), scenario II (fruit production), and scenario III (nursery and
fruit production). Based on the nonfinancial aspects (market aspect, technical
aspect, management and legal aspect, social, economic, and cultural aspect, and
environmental aspect) and financial aspects (NPV, Net B/C, IRR, and payback
period) that business of fig in Jogja Ara Garden are feasible to run. The level of
business sensitivity is seen based on a decrease in fig production and increase in the
price of pearl NPK fertilizer.

Keywords: nonfinancial, financial, sensitivity, switching value


KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUAH TIN (Ficus carica)
KEBUN JOGJA ARA GARDEN DI YOGYAKARTA

DEWI MASITHAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah studi kelayakan bisnis dengan judul Kelayakan Pengusahaan
Buah Tin (Ficus carica) Kebun Jogja Ara Garden di Yogyakarta. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei 2018.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan arahan, saran, dan motivasi mulai dari penentuan topik penelitian,
penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Priyo Catur Pamungkas selaku pemilik kebun Jogja Ara Garden yang
telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
3. Kesbangpol Kabupaten Bogor, Kesbangpol Provinsi Jawa Barat, Kesbangpol
Provinsi Yogyakarta, Kesbangpol Kabupaten Sleman, Dinas Pertanian Provinsi
Yogyakarta, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, BPS Pusat, BPS Provinsi
Yogyakarta, BPS Kabupaten Sleman, Kecamatan Godean, Desa Sidokarto,
serta UPTBP3K Kecamatan Godean atas izin dan informasi pendukung yang
diberikan demi terlaksananya kegiatan penelitian ini.
4. Bantuan pendidikan Bidikmisi yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor.
5. Keluarga Paguyuban Bidikmisi (PBM) IPB dan sahabat Ninja Warior PBM IPB
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
6. Bapak (Arlen), Ibu (Endang Susilowati), Adik tersayang (Rahmat Fathin), dan
keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Laras Dien Hutami dan M Gafur Sidiq yang telah bersedia membantu penulis
selama melaksanakan penelitian di Yogyakarta.
8. Para sahabat lainnya, Atika, Emma, Anggun, Pipit, Larasati, dan Iruth atas
dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
9. Keluarga Agribisnis angkatan 51 yang selalu mendukung penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2018

Dewi Masithah
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan 5
Manfaat 5
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 6
Tanaman Tin 6
Aspek Nonfinansial 7
Aspek Finansial 8
KERANGKA PEMIKIRAN 8
Kerangka Pemikiran Teoritis 8
Kerangka Pemikiran Operasional 13
METODE PENELITIAN 15
Lokasi dan Waktu Penelitian 15
Jenis dan Sumber Data 15
Metode Pengumpulan Data 15
Metode Pengolahan dan Analisis Data 15
Asumsi Dasar 19
GAMBARAN UMUM 19
Lokasi Penelitian 19
Kebun Jogja Ara Garden 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Analisis Kelayakan Aspek Nonfinansial 21
Analisis Kelayakan Aspek Finansial 28
Analisis Sensitivitas 39
Analisis Switching Value 41
SIMPULAN DAN SARAN 42
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 45

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan luas lahan dan produksi buah tin berdasarkan negara 1


produsen utama di dunia tahun 2012-2016
2 Sebaran pengusaha tin di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2016 2
3 Tingkat produktivitas buah tin per tahun di India 4
4 Penerimaan penjualan bibit (skenario I) berdasarkan jenis bibit pada 28
pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama umur bisnis
5 Penerimaan penjualan buah tin (skenario II) pada pengusahaan tin 29
Jogja Ara Garden selama umur bisnis
6 Penerimaan penjualan bibit dan buah (skenario III) pada pengusahaan 29
tin Jogja Ara Garden selama umur bisnis
7 Nilai sisa investasi beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara 30
Garden
8 Biaya investasi beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara Garden 31
9 Nilai penyusutan skenario I dan III pengusahaan tin Jogja Ara Garden 32
selama umur bisnis
10 Nilai penyusutan skenario II pengusahaan tin Jogja Ara Garden 33
selama umur bisnis
11 Biaya reinvestasi skenario I, II, dan III pengusahaan tin Jogja Ara 33
Garden (Rp 000) selama umur bisnis
12 Biaya variabel skenario I pengusahaan tin Jogja Ara Garden 34
selama umur bisnis
13 Biaya variabel skenario II pengusahaan tin Jogja Ara Garden 35
selama umur bisnis
14 Biaya variabel skenario III pengusahaan tin Jogja Ara Garden 35
selama umur bisnis
15 Biaya tetap skenario I dan II pengusahaan tin Jogja Ara Garden 36
selama umur bisnis
16 Biaya tetap skenario III pengusahaan tin Jogja Ara Garden 37
selama umur bisnis
17 Tarif pajak yang dikeluarkan beberapa skenario pengusahaan tin 37
Jogja Ara Garden selama umur bisnis
18 Kelayakan investasi beberapa skenario dalam kondisi normal 38
pengusahaan tin Jogja Ara Garden
19 Sensitivitas penurunan jumlah produksi sebesar 50 persen terhadap 40
kelayakan usaha beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara Garden
20 Sensitivitas peningkatan harga NPK mutiara sebesar 30 persen 41
terhadap kelayakan usaha beberapa skenario pengusahaan tin Jogja
Ara Garden
21 Switching value beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara Garden 41

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan NPV dengan IRR 12


2 Kerangka pemikiran operasional 14
3 Tata letak Jogja Ara Garden 26

DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi kegiatan penelitian 45
2 Laporan laba/rugi skenario I 46
3 Laporan laba/rugi skenario II 47
4 Laporan laba/rugi skenario III 48
15

5 Cashflow skenario I 49
6 Cashflow skenario II 50
7 Cashflow skenario III 52
8 Sensitivitas skenario I apabila terjadi penurunan produksi sebesar 53
50 persen
9 Sensitivitas skenario II apabila terjadi penurunan produksi sebesar 55
50 persen
10 Sensitivitas skenario III apabila terjadi penurunan produksi sebesar 56
50 persen
11 Sensitivitas skenario I apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK 58
mutiara sebesar 30 persen
12 Sensitivitas skenario II apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK 60
mutiara sebesar 30 persen
13 Sensitivitas skenario III apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK 61
mutiara sebesar 30 persen
14 Switching value skenario I apabila terjadi penurunan produksi sebesar 63
36.27 persen
15 Switching value skenario II apabila terjadi penurunan produksi sebesar 64
56.73 persen
16 Switching value skenario III apabila terjadi penurunan produksi sebesar 66
58.16 persen
17 Switching value skenario I apabila terjadi peningkatan harga pupuk 67
NPK mutiara sebesar 109.97 persen
18 Switching value skenario II apabila terjadi peningkatan harga pupuk 69
NPK mutiara sebesar 1 532.32 persen
19 Switching value skenario III apabila terjadi peningkatan harga pupuk 70
NPK mutiara sebesar 1 193.51 persen

15
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tin merupakan buah asal Mediterania yang saat ini mulai diusahkan oleh
masyarakat dunia. Berdasarkan data dari Badan Pangan Dunia (FAO) pada tahun
2016, terdapat 52 negara penghasil buah tin dengan jumlah total produksi mencapai
1 064 784 ton. Jumlah tersebut menurun sebesar 108 046 ton dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan luas areal tanam berkurang sebesar 6 362 hektar
dari tahun sebelumnya yaitu 317 442 hektar pada tahun 2015. Lima besar produsen
utama tin pada tahun 2016 yaitu Turki, Mesir, Algeria, Moroko, dan Iran. Lima
besar negara produsen utama tin berdasarkan luas lahan dan produksi pada tahun
2012-2016 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan luas lahan dan produksi buah tin berdasarkan negara
produsen utama di dunia tahun 2012-2016
Tahun
Uraian Negara
2012 2013 2014 2015 2016
Luas lahan (ha) Turki 49 175 49 401 49 464 49 178 49 987
Mesir 28 716 28 884 28 501 27 881 27 918*
Algeria 45 125 44 608 44 395 43 130 42 248
Moroko 51 020 55 020 54 771 55 260 58 306
Iran 48 128 50 856 51 047 53 385* 53 101*
Produksi (ton) Turki 274 535 298 914 300 282 300 600 305 450
Mesir 171 602 176 595 176 105 172 474 167 622*
Algeria 110 058 117 100 128 620 139 137 131 789
Moroko 102 694 112 537 126 554 150 111 59 881
Iran 67 434 71 300 72 672 73 212* 70 178*
Sumber: FAO (2017)
*Data FAO berdasarkan metode imputasi

Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa produksi buah tin di negara


Turki mengalami peningkatan dibandingkan negara Mesir, Algeria, Moroko, dan
Iran yang mengalami penuruan produksi di tahun 2012-2016. Peningkatan dan
penurunan produksi berkaitan dengan luas lahan yang digunakan untuk
pengusahaan tin di negara tersebut. Namun berbeda dengan yang terjadi di negara
Moroko. Luas lahan yang digunakan untuk pengusahaan tin pada tahun 2016
mengalami peningkatan, namun produksinya mengalami penurunan. Oleh karena
itu, selain pengaruh luas lahan beberapa faktor yang memengaruhi produksi
diantaranya, kondisi cuaca dan iklim, adanya serangan hama dan penyakit, unsur
hara dalam tanah, dan irigasi di wilayah tersebut (Erviyana 2014).
Selain kelima negara tersebut, beberapa negara di Asia Tenggara seperti
Malaysia, Thailand, dan Indonesia mulai mengusahakan tanaman tin (Rahimah dan
Pujiastuti 2016). Sebenarnya tin bukanlah tanaman baru di Indonesia. Tanaman tin
masuk ke Indonesia pada abad ke-19. Tanaman tin tumbuh dan berbuah lebat di
Batavia (sekarang Jakarta) seperti yang disebutkan dalam sebuah majalah Belanda
2

yang terbit pada tahun 1885-1890. Selanjutnya pada tahun 1997, pengusaha
tanaman di Indonesia mengetahui bahwa tanaman tin yang bernama latin Ficus
carica mempunyai beragam varietas diantaranya Negronne, Flanders, dan
Conadria. Beragam varietas tin lainnya mulai didatangkan ke Indonesia pada tahun
2006. Meskipun demikian pengusaha tanaman tin masih terbatas di Indonesia.
Pengusaha tin di Indonesia terdapat di Pulau Jawa yaitu wilayah Malang, Kediri,
Tulungagung, dan Nganjuk yang berada di Jawa Timur, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta Jakarta.

Tabel 2 Sebaran pengusaha tin di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2016


Provinsi Jumlah pengusaha tin (orang)
Jawa Barat 3
Jawa Tengah 4
Daerah Istimewa Yogyakarta 2
Jawa Timur 6
DKI Jakarta 2
Sumber: Rahimah dan Pujiastuti (2016)

Usaha tanaman tin mulai komersial salah satunya di Provinsi Daerah


Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Sleman kurang dari 10 tahun terakhir.
Lokasi tersebut dipilih karena menjadi salah satu wilayah yang mampu
mentoleransi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tin. Ketinggian
wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 m dpl sampai dengan 2 500 m dpl
(BPPD 2013). Suhu rata-rata Kabupaten Sleman antara 18 0C sampai dengan 28.5
0
C. Kelembaban rata-rata Kabupaten Sleman antara 81.29% sampai dengan 87.19%
(BMKG 2018). Jenis tanah di Kabupaten Sleman yaitu regosol, grumosol,
kambisol, latosol dan mediterania (BPPD 2013). Selain faktor kesesuaian
agroekosistem, Kabupaten Sleman dipilih sebagai lokasi penelitian karena
merupakan wilayah yang telah mengusahakan tanaman tin dalam bentuk
pembibitan dan produksi buah.
Usaha tanaman tin di Kabupaten Sleman berada di Kecamatan Godean,
yaitu di Kebun Jogja Ara Garden. Pengusaha tin Jogja Ara Garden membuat rumah
tanam berkerangka bambu untuk pengusahaan tanaman tin. Kebun Jogja Ara
Garden mengusahakan tin dalam bentuk bibit dan buah. Oleh karena itu, dibuatlah
tiga skenario dalam pengusahaan tin Jogja Ara Garden, yaitu skenario I untuk
pembibitan, skenario II untuk produksi buah, dan skenario III untuk pembibitan dan
produksi buah. Kebun Jogja Ara Garden merupakan kebun pengusahaan tin yang
berdiri kurang dari 5 tahun, sehingga perlu dilakukan kajian analisis kelayakan
usaha untuk mengetahui seberapa tingkat kelayakan usaha tin jika dilihat dari aspek
nonfinansial dan aspek finansial terhadap usaha yang dijalankan.

Perumusan Masalah

Tin (Ficus carica) merupakan tanaman buah anggota famili Moraceae yang
tergolong semak tinggi atau pohon kecil yang tingginya dapat mencapai 10 meter.
3

Idealnya tanaman tin dapat tumbuh baik di wilayah tropis dan subtropis. Tanaman
tin berbuah lebat mulai pertengahan musim panas hingga musim gugur di wilayah
subtropis (negara empat musim). Sementara di wilayah tropis (seperti Indonesia),
tin dapat berbuah sepanjang tahun. Secara umum, semua tanaman tin dapat
menghasilkan buah. Namun tidak semuanya layak untuk dikonsumsi. Hanya buah
tin yang berasal dari pohon betina yang layak untuk dikonsumsi. Hal ini karena
buah tin yang berasal dari pohon tin jantan memiliki rasa yang tidak enak, pahit,
kering, dan bernas (Rahimah dan Pujiastuti 2016).
Terdapat tiga tipe pohon tin betina yaitu smyrna, san pedro, dan common.
Berdasarkan ketiga tipe pohon tin betina, tipe common yang paling potensial
diusahakan di Indonesia. Tipe common dapat menghasilkan buah utama (muncul di
atas ketiak daun) dan buah breba (muncul di bawah ketiak daun) yang layak untuk
dikonsumsi tanpa melalui polinasi (partenokarpi) dari tanaman tin jantan. Tipe
common ini berbeda dengan smyrna dan san pedro yang membutuhkan
penyerbukan dari bunga pohon tin jantan (caprifig) dengan bantuan tawon
Blastophaga spp. untuk menghasilkan buah utama dan/atau buah breba yang layak
dikonsumsi (Lev Yadun et al. 2006). Adapun tanaman indukan tin yang
diperbanyak di Indonesia diperoleh secara impor dari negara Spanyol, Prancis, dan
Israel.
Jenis tin common yang adaptif di Indonesia sulit diperbanyak secara
generatif atau perbanyakan dari biji karena sifatnya yang partenokarpi. Menurut
Tjitrosoepomo (2013), buah yang memiliki sifat partenokarpi biasanya tidak
mengandung biji atau jika ada bijinya maka biji tersebut tidak mengandung
kandung lembaga sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat perkembangbiakan.
Oleh karena itu, cara yang dapat dilakukan untuk perbanyakan tin di Indonesia
adalah secara vegetatif. Salah satunya dengan cara mencangkok. Selain mudah,
pertumbuhan tanaman hasil perbanyakan dengan metode cangkok juga sangat cepat
(Poerwanto dan Susila 2014). Hasil cangkokan tin sudah dapat diturunkan dan
ditanam di lahan hanya dalam waktu 3-4 minggu. Selain itu, bibit hasil cangkok
cenderung lebih cepat berbuah apabila dicangkok dari indukan yang sudah pernah
berbuah.
Tanaman tin dapat tumbuh optimal dan pertumbuhan berlangsung secara
terus-menerus pada daerah bersuhu 16-27 0C. Namun tin juga mentoleransi lokasi
penanaman dengan suhu 4-38 0C. Tingkat curah hujan yang disyaratkan adalah 400-
1 200 mm/tahun. Namun di Indonesia dengan tingkat curah hujan tergolong cukup
tinggi yaitu 2 000-3 000 mm/tahun masih mampu ditoleransi untuk pertumbuhan
tin. Penanaman tin dapat dilakukan di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Namun tanaman tin lebih produktif jika ditanam di daerah berketinggian lebih dari
500 m dpl. Pada umumnya tin bersifat genjah atau cepat panen. Tanaman tin sudah
berbuah dalam waktu 4-6 bulan pascatanam hanya dengan pemberian pupuk.
Penyiraman tin dilakukan rutin 1-3 kali sehari untuk memperoleh hasil buah
terbaik. Pemangkasan tanaman tin juga penting dilakukan untuk mengontrol ukuran
tanaman (Rahimah dan Pujiastuti 2016).
Menurut Flaishman et al. (2008) menyatakan bahwa tanaman tin mulai
belajar berbuah pada tahun ke-2 setelah tanam. Kemudian produksi mulai
meningkat sekitar tahun ke-3 hingga tahun ke-5 setelah tanam. Lalu tanaman tin
tetap produktif hingga tahun ke-15 sampai tahun ke-20 setelah tanam. Adapun
menurut Morton (2004) menyatakan bahwa tanaman tin tetap produktif hingga
4

tahun ke-12 sampai tahun ke-15 setelah tanam. Setelah itu, hasil panen akan
menurun meskipun tanaman tin dapat hidup sampai usia sangat lanjut. Menurut
Agrifarming (2017) bahwa di India panen perdana buah tin dimulai pada tahun ke-
3 dengan produktivitas buah tin yaitu 3 kg/pohon untuk varietas common fig. Hasil
produktivitas tersebut bisa saja berbeda dengan yang dihasilkan oleh pengusaha tin
di Indonesia. Hal ini karena pengusahaan tin di Indonesia masih tahap awal
sehingga data tersebut tidak dapat diperoleh secara rinci. Akses data statistik
pertanian tin di Indonesia untuk saat ini belum tersedia di dinas pertanian, badan
pusat statistik, dan kementerian pertanian Republik Indonesia. Beberapa
penyebabnya adalah pertanian tin di Indonesia merupakan bisnis yang baru
diusahakan sehingga masih berorientasi pada perbanyakan bibit sebagai tanaman
koleksi dan rata-rata pengusaha tanaman tin di Indonesia belum mendaftarkan
usahanya ke dinas pertanian setempat. Produktivitas buah tin di India dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat produktivitas buah tin per tahun di India


Tahun ke-
Buah Tin
3 4 5 6 7 8 ke atas
Bobot
3 6 9 12 15 18
(kg/pohon)
Sumber: Agrifarming (2017)

Pengusaha tanaman tin perlu mewaspadai penanaman tin di lahan sebab


rentan terkena serangan nematoda yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Apalagi di wilayah tropis seperti Indonesia dengan curah hujan dan kelembaban
tinggi yang dapat memudahkan berkembangnya organisme pengganggu tanaman
diantaranya nematoda, kutu penggerek, kutu putih, serangga, dan karat daun. Salah
satu cara mengendalikannya yaitu dengan menanam tin dalam greenhouse.
Penggunaan greenhouse untuk pengusahaan tin mulai diterapkan di Indonesia,
tetapi jumlah pengusaha yang mengaplikasikannya masih sedikit. Penyebabnya
adalah untuk mendirikan greenhouse membutuhkan biaya yang besar dan saat ini
pengusaha masih fokus dalam memproduksi bibit bukan buah.
Tingginya permintaan bibit tin tidak hanya berasal dari dalam negeri.
Permintaan tin juga meningkat untuk pasar luar negeri. Misalnya permintaan dari
negara Malaysia dan Thailand. Permintaan terbanyak tanaman tin pada kedua
negara tersebut adalah jenis green jordan dan purple jordan. Harga green jordan di
kedua negara tersebut bisa mencapai 4 sampai 5 kali dari Indonesia. Volume
permintaan juga tergolong tinggi. Misal saja pengiriman ke Malaysia bisa mencapai
1 200-2 000 setek tin. Namun, tingginya permintaan tanaman tin ini tidak diimbangi
dengan persediaan di lapang. Hal ini karena tanaman tin di Indonesia masih berada
pada tahap memulai pengembangan usaha.
Pengusaha tin Kebun Jogja Ara Garden, Kecamatan Godean, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang selama ini fokus untuk membibitkan
tin mulai mengusahakan produksi buah. Hal ini disebabkan permintaan tin tidak
hanya pada bibit saja melainkan permintaan pada buah tin juga. Harga bibit tin
dijual sebesar Rp5 000 untuk bibit cutting, bibit ukuran 30 cm dijual dengan harga
5

Rp50 000, dan bibit dalam tabulampot dijual dengan harga Rp300 000 per bibit.
Selain bibit, harga buah tin sebesar Rp250 000 per kg. Di samping bibit dan buah,
pengusaha juga berpeluang menjual daun tin. Namun, kegiatan ini masih belum
dilakukan oleh pengusaha tin di Jogja Ara Garden.
Penelitian yang dilakukan pada usaha tanaman tin Kebun Jogja Ara Garden,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi dalam tiga skenario.
Ketiga skenario tersebut yaitu skenario I untuk pengusahaan tin pada pembibitan,
skenario II untuk produksi buah, dan skenario III merupakan gabungan
pengusahaan tin pada pembibitan dan produksi buah. Berdasarkan perumusan
masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana kelayakan pengusahaan tin Jogja Ara Garden berdasarkan aspek
nonfinansial?
2. Bagaimana kelayakan pengusahaan tin Jogja Ara Garden berdasarkan aspek
finansial?
3. Bagaimana tingkat sensitivitas dan analisis switching value terhadap kelayakan
pengusahaan tin Jogja Ara Garden?

Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.


1. Menganalisis kelayakan pengusahaan tin Jogja Ara Garden berdasarkan aspek
nonfinansial.
2. Menganalisis kelayakan pengusahaan tin Jogja Ara Garden berdasarkan aspek
finansial.
3. Menganalisis tingkat sensitivitas dan switching value terhadap kelayakan
pengusahaan tin Jogja Ara Garden.

Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.


1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi pengusaha tin tentang kelayakan usaha
yang sedang atau akan dikelolanya.
2. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan literature review untuk
penelitian kelayakan pengusahaan tin selanjutnya.
3. Instansi terkait dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan pengusahaan tin.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada salah satu pengusaha tanaman tin yang berada
di Yogyakarta yaitu Jogja Ara Garden di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.
6

Adapun analisis kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek
nonfinansial dan aspek finansial. Adapun aspek nonfinansial yang dianalisis yaitu
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi,
dan budaya, serta aspek lingkungan. Selanjutnya aspek finansial yang dianalisis
adalah Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Tin

Tanaman tin (Ficus carica L.) merupakan tanaman asli Asia Barat dan telah
dibudidayakan selama ribuan tahun di Mediterania, negara-negara Eropa dan
Afrika Utara (Manago 2006). Tanaman tin termasuk spesies yang jumlahnya
berkisar antara 600 sampai 1 900 dan sering ditemukan di wilayah beriklim tropis
dan subtropis (Stover et al. 2007). Budidaya tanaman tin telah berkembang luas di
mancanegara seperti Spanyol, Turki, dan Italia, namun budidaya tin di Indonesia
masih terbatas. Buah tin memiliki sumber serat yang baik dan dapat membantu
metabolisme feses dalam tubuh. Buah tin segar mengandung 1.2% serat sedangkan
buah tin kering mengandung 5.6% serat (Pipattanawong et al. 2008 dalam
Marpaung dan Hutabarat 2015). Berikut klasifikasi botani tin (ITIS Report 2018).
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus L.
Spesies : Ficus carica L.
Secara umum, tanaman tin dapat tumbuh di wilayah beriklim panas.
Tanaman tin juga toleran terhadap musim panas yang ekstrem dengan syarat
penyiraman tin dilakukan secara teratur selama proses pembentukan buah karena
pengairan berdampak pada produksi yang baik. Karakterisktik tanah yang sesuai
untuk pertanaman tin mulai dari berpasir hingga berlumpur padat atau berkapur
(Stover et al. 2007). Tanaman tin dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif.
Perbanyakan secara generatif melalui biji dan jenis Ficus carica yang mampu
menghasilkan benih dapat diperbanyak sendiri oleh petani untuk dibudidayakan
(Lev-Yadun et al. 2006). Perbanyakan tanaman tin secara vegetatif dilakukan
dengan setek, yang terbaik digunakan berasal dari potongan kayu yang tumbuh baik
dan diameter batang 1.5-2.5 cm, dengan pohon induk tin berumur 2 tahun
(Marpaung dan Hutabarat 2015). Selain dengan cara setek, perbanyakan tanaman
tin dapat dilakukan dengan cangkok (Stover et al. 2007). Buah tin memiliki rasa
manis, siap untuk dimakan ketika matang, mudah ditanam, dan perbanyakannya
dapat dilakukan melalui vegetatif (Kislev et al. 2006).
Tin termasuk dalam tanaman berumah dua (deciduous) yaitu tin jantan dan
tin betina tidak berada dalam satu pohon. Pohon tin jantan dan tin betina sama-sama
7

bisa menghasilkan buah. Perbedaannya dari segi rasa, buah tin yang berasal dari
pohon tin betina lebih layak dimakan daripada buah tin yang berasal dari pohon tin
jantan. Hal ini karena buah tin yang berasal dari pohon tin jantan (caprifig)
memiliki rasa buah tidak enak, pahit, kering, dan bernas. Pohon tin betina terdiri
atas tiga tipe, yaitu smyrna, san pedro, dan common. Menurut Lev-Yadun et al.
(2006) tipe smyrna tidak memproduksi buah breba dan memerlukan polinasi untuk
menghasilkan buah, tipe san pedro memproduksi buah breba dan memerlukan
polinasi untuk menghasilkan buah, dan tipe common mampu menghasilkan buah
breba yang partenokarpi atau tanpa melalui polinasi. Jenis tin yang memerlukan
polinasi untuk memproduksi buah dilakukan melalui perantara serangga
Blastophaga psenes.
Pohon tin yang baru saja ditanam mampu menghasilkan buah pada usia 12-
15 bulan setelah tanam. Namun, secara umum produksi buah secara komersial yang
paling baik adalah pada usia 3-5 tahun setelah tanam (Stover et al. 2007). Tanaman
tin juga rentan terserang nematoda dan pada wilayah tropis dengan tingkat curah
hujan yang tinggi buah tin dapat terserang fungi seperti Alternateria, Aspergilus,
Botrytis, dan Penicillum. Selain itu, penyakit yang biasa menyerang tanaman tin
yaitu Fig Mosaic Disease (FMD). Gejala dari penyakit ini adalah timbulnya bercak
kuning seperti cincin pada daun dan terkadang pada buah.

Aspek Nonfinansial

Beberapa literatur tentang kelayakan pengusahaan tanaman penghasil buah


menganalisis aspek nonfinansial berdasarkan aspek teknis. Menurut Astanu et al.
(2013) aspek teknis yang dianalisis berdasarkan teknologi dan investasi selama
umur ekonomis tanaman masih produktif. Menurut Mutmainnah et al. (2014) aspek
teknis yang dianalisis berdasarkan teknologi mesin dan peralatan, kapasitas
produksi, bahan baku dan bahan tambahan, kebutuhan dan utilitas, tenaga kerja,
proses produksi, serta layout produksi. Menurut Winantara et al. (2014) aspek
teknis yang dianalisis berdasarkan kapasitas produksi sesuai target penjualan
dengan fasilitas yang mendukung usaha.
Pembeda masing-masing penelitian tersebut, seperti dalam Astanu et al.
(2013) aspek nonfinansial tidak hanya dianalisis berdasarkan aspek teknis
melainkan terdiri atas aspek budidaya dan aspek pasar. Adapun aspek budidaya
mencakup iklim, media tanam, dan teknik pemeliharaan tanaman. Terdapat
persamaan antara budidaya tanaman pala dengan tin yaitu dalam pemeliharaannya
yang tidak terlalu sulit. Meskipun begitu tanaman pala tetaplah berbeda dengan tin,
karena tanaman pala ini tergolong tanaman hutan yang memiliki tingkat adaptasi
yang cepat terhadap lingkungannya. Adapun aspek pasar meliputi pemasaran
produk mentah dari petani ke pasar ekspor.
Menurut Winantara et al. (2014), aspek nonfinansial yang dianalisis selain
aspek teknis yaitu aspek pasar, aspek manajemen sumberdaya manusia, serta aspek
legal dan lingkungan. Adapun aspek pasar terlihat dari peluang pasar yang positif
untuk produk yang dihasilkan. Aspek manajemen sumberdaya manusia terdiri atas
struktur organisasi dan tenaga kerja. Terdapat perbedaan pada aspek ini dengan
peneliti lainnya yaitu memasukkan komponen tenaga kerja pada aspek teknis
8

(Mutmainnah et al. 2014). Pada aspek legal dan lingkungan mencakup kelegalan
usaha dan perizinan, serta terdapat penanggulangan terhadap dampak lingkungan
yang ditimbulkan dari usaha tersebut.

Aspek Finansial

Beberapa teknik analisis aspek finansial yang digunakan untuk mengetahui


kelayakan pengusahaan tanaman penghasil buah yaitu Break Even Point (BEP)
dalam Mutmainnah et al. (2014), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C
Rasio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) seperti dalam
Astanu et al. (2013), Safaruddin (2013), dan Gaol et al. (2015). Tingkat suku bunga
yang digunakan pun berbeda yaitu 12% dalam Gaol et al. (2015) dan tingkat suku
bunga 15% dalam Astanu et al. (2013). Perbedaan tingkat suku bunga yang
digunakan berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat dilaksanakannya
penelitian tersebut. Berdasarkan teknik analisis aspek finansial tersebut, terdapat
perbedaan pada komponen IRR yaitu dalam Winantara et al. (2014)
membandingkan IRR dengan MARR (Minimum Atractive Rate of Return) yang
mana MARR digunakan untuk melihat proyeksi keuntungan terhadap suku bunga
pendapatan pada IRR. Usaha tersebut dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar
daripada MARR. Selain itu, analisis sensitivitas juga dilakukan untuk mengetahui
seberapa pengaruhnya perubahan penurunan volume penjualan dan peningkatan
harga bahan baku terhadap perubahan pendapatan (Winantara et al. 2014).

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Teori-teori ataupun konsep-konsep yang relevan dengan penelitian


kelayakan pengusahaan tin Kebun Jogja Ara Garden di Yogyakarta akan dibahas
lebih detail pada bagian ini. Berikut ini akan dibahas beberapa teori ataupun
konsep-konsep yang relevan tersebut.

Teori Investasi
Investasi atau dalam bahasa asing lebih dikenal dengan istilah investment.
Investasi merupakan sesuatu barang (uang, alat produksi, atau bahan baku) yang
disimpan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan di masa mendatang dapat
memberikan return yang diharapkan. Pihak yang melakukan kegiatan investasi
disebut investor. Menurut Fahmi et al. (2009) menyatakan bahwa investasi dapat
didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan
dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan
memberikan tambahan keuntungan atau compounding. Pengelolaan dana yang baik
dalam suatu kegiatan usaha menjadi penting untuk meminimalisasi risiko yang
tidak diharapkan bagi pelaku usaha. Risiko dapat berupa keuntungan atau kerugian
9

yang harus diterima oleh pelaku usaha nantinya. Keuntungan atau kerugian yang
diterima dapat berlaku untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam investasi dikenal pula istilah biaya investasi. Nurmalina et al. (2014)
menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk
memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu
tidak menguntungkan lagi. Biaya investasi yang dikeluarkan di awal bisnis dapat
pula dikeluarkan kembali beberapa tahun kemudian setelah bisnis tersebut berjalan.
Kegiatan tersebut dikenal dengan reinvestasi. Hal ini bertujuan untuk mengganti
alat produksi ataupun alat penunjang bisnis lainnya yang masa ekonomisnya telah
habis.

Konsep Studi Kelayakan Bisnis


Bisnis merupakan suatu kegiatan yang memberikan manfaat dan
keuntungan bagi pemiliknya. Adanya keuntungan memotivasi seseorang untuk
melakukan kegiatan bisnis. Keuntungan merupakan imbalan yang diterima oleh
pelaku usaha akibat mengorbankan modal dan waktu dalam menjalankan bisnisnya.
Orientasi keuntungan inilah yang membedakan antara bisnis dengan organisasi-
organisasi lainnya yang tidak berorientasi pada keuntungan, misalnya Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Upaya yang dapat dilakukan untuk menilai suatu
bisnis yang akan atau telah dijalankan ini layak atau tidak bisa melalui studi
kelayakan bisnis.
Studi kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan untuk menentukan
layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2010). Studi
kelayakan dilakukan pada suatu bisnis yang akan dilaksanakan atau telah terlaksana
(Fahmi et al. 2009). Bagi pelaku usaha pemula, studi kelayakan ini bermanfaat
untuk menilai bisnis yang dipilih tersebut layak atau tidak jika dilaksanakan.
Adapun bagi bisnis yang telah terlaksana, studi kelayakan ini bermanfaat bagi
pihak-pihak tertentu misalnya investor yang akan menempatkan dana pada bisnis
tersebut dan sejauh mana bisnis tersebut mampu memberikan efek pengembalian
keuntungan.
Terdapat dua aspek yang dibutuhkan dalam menganalisis kelayakan bisnis,
yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Apek-aspek nonfinansial studi
kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan (Nurmalina et al. 2014).

Aspek-Aspek Nonfinansial
1. Aspek Pasar
Aspek pasar menentukan seberapa besar potensi pasar yang ada untuk
produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh
pesaing (Kasmir dan Jakfar 2010). Nurmalina et al. (2014) menambahkan untuk
mencapai market share yang diharapkan diperlukan strategi pemasaran dengan
memperhatikan kedudukan produk dalam siklus usia produk (product life cycle)
dan komposisi marketing mix yang digunakan.
Beberapa aspek pasar dan pemasaran menurut Nurmalina et al. (2014)
sebagai berikut.
a. Permintaan, secara total ataupun terperinci, serta perkiraan tentang proyeksi
permintaan tersebut.
10

b. Penawaran, yang berasal dari dalam negeri maupun dari impor,


perkembangan penawaran dari masa lalu dan perkiraan di masa yang akan
datang, serta faktor-faktor yang memengaruhi penawaran.
c. Harga, perbandingan harga barang-barang impor dengan produk dalam
negeri, serta kecenderungan perubahan harga dan polanya.
d. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran (segmentation,
targeting, dan positioning), bauran pemasaran yang dikenal dengan istilah
4P (product, price, place, dan promotion), serta tahap identifikasi siklus
kehidupan produk.
e. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan.
2. Aspek Teknis
Tindakan selanjutnya setelah menganalisis aspek pasar adalah aspek
teknis. Analisis aspek teknis bertujuan untuk menilai kelayakan lokasi, alat,
bahan, teknologi (metode), keterampilan sumber daya manusia, dan dana yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan produksi sehingga dihasilkan produk
yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan (Jumingan 2011).
Beberapa kriteria aspek teknis menurut Nurmalina et al. (2014) sebagai
berikut.
a. Lokasi bisnis untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi
bukan pabrik.
b. Besarnya skala operasi atau luas produksi untuk mencapai skala ekonomis.
c. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat pembantu mesin
dan equipment.
d. Proses produksi yang dilakukan, layout pabrik, layout bangunan, dan
fasilitas lain.
e. Ketepatan jenis teknologi yang akan digunakan.
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen terkait dengan para pengelola usaha dan struktur
organisasi yang ada (Kasmir dan Jakfar 2010). Studi kelayakan bisnis yang
dianalisis pada aspek manajemen berupa fungsi-fungsi manajemen, meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Nurmalina et al.
(2014) menambahkan aspek manajemen mempelajari manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Manajemen dalam
masa pembangunan bisnis mempelajari tentang pelaksana bisnis, jadwal
penyelesaian bisnis tersebut, dan pihak yang melakukan studi masing-masing
aspek kelayakan bisnis. Selanjutnya manajemen dalam masa operasi
mempelajari tentang bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur
organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang
digunakan, serta menentukan anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.
Aspek hukum berkaitan dengan bentuk badan usaha yang akan
digunakan dan jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber
dana berupa pinjaman, serta terkait dengan akta, sertifikat, dan perizinan. Aspek
hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan
memperlancar kegiatan bisnis saat menjalin kerja sama dengan pihak lain
(Nurmalina et al. 2014).
4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Aspek sosial mengevaluasi seberapa jauh respon masyarakat terhadap
keberadaan suatu bisnis, berupa respon setuju, menentang, atau tidak
11

memberikan pendapat atas keberadaan bisnis tersebut (Jumingan 2011). Di


samping itu aspek sosial ini mempelajari penambahan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, pengaruh bisnis
tersebut terhadap lingkungan sekitar, serta memperhatikan manfaat dan
pengorbanan sosial yang dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis
(Nurmalina et al. 2014). Aspek ekonomi suatu bisnis memberikan peluang
peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari
pajak, dan menambah aktivitas ekonomi. Selanjutnya dalam aspek budaya,
perubahan teknologi atau peralatan mekanis dapat mengubah jenis pekerjaan
yang dilakukan masyarakat.
5. Aspek Lingkungan
Kegiatan bisnis harus memperhatikan dampak lingkungan hidup di
sekitar lingkungan bisnis. Keberadaan suatu bisnis apakah menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Nurmalina et al. (2014)
menjelaskan bahwa pihak yang merancang atau menganalisis kegiatan investasi
harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang merugikan. Misalnya
pembangunan kegiatan usaha pengolahan produk pertanian yang menghasilkan
limbah dapat menimbulkan masalah jika penanganan terhadap limbah tidak
dilakukan secara bijaksana.

Aspek-Aspek Finansial
Aspek finansial memperhitungkan jumlah dana yang digunakan untuk
mengoperasikan kegiatan bisnis. Sejumlah dana atau modal tersebut digunakan
untuk membiayai kegiatan pra-investasi, biaya investasi, dan modal kerja. Modal
yang digunakan untuk membiayai kegiatan pra-investasi seperti pengurusan izin
usaha dan pembuatan studi usaha. Selanjutnya modal yang digunakan untuk biaya
investasi meliputi pembelian lahan, pendirian bangunan, pembelian mesin-mesin,
dan peralatan lainnya. Modal tersebut juga digunakan untuk biaya operasional
bisnis seperti gaji karyawan dan biaya bahan baku. Sumber pendanaan modal
tersebut berasal dari modal pribadi ataupun modal pinjaman.
Kasmir dan Jakfar (2010) menyatakan bahwa masalah yang berkaitan
dengan perolehan modal adalah masa pengembalian modal dalam jangka waktu
tertentu. Tingkat pengembalian modal tergantung dari perjanjian dan estimasi
keuntungan yang akan diperoleh di masa yang akan datang. Terdapat unsur time
value of money yaitu nilai uang saat ini belum tentu sama dengan nilai uang di masa
yang akan datang. Oleh karena itu setiap akumulasi keuntungan bisnis perlu
didiskontokan setiap tahunnya menggunakan discount factor (DF).
Tujuan dilakukannya analisis aspek finansial adalah untuk menilai
kelayakan investasi bisnis yang dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2010). Beberapa
kriteria investasi yang biasa dianalisis menurut Nurmalina et al. (2014), yaitu nilai
bersih kini (Net Present Value = NPV), rasio manfaat biaya (Benefit Cost Ratio =
Net B/C), tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR), dan
jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Period = PP). Berikut ini
penjelasan alat analisis yang digunakan untuk menghitung kelayakan finansial.
1. Nilai Bersih Kini (Net Present Value = NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih kini adalah selisih antara total
present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present
value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2014).
12

Berdasarkan pengertian tersebut bahwa NPV telah memperhitungkan time


value of money, sehingga aliran kas telah didiskontokan menggunakan discount
factor pada tingkat suku bunga tertentu. Artinya nilai uang saat ini tidak sama
dengan nilai uang di masa yang akan datang. Nurmalina et al. (2014)
menambahkan bahwa bisnis dapat dikatakan layak jika selisih jumlah seluruh
manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan.
2. Rasio Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio = Net B/C)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (Nurmalina et al. 2014).
3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian bisnis
yang diterima per tahun terhadap investasi yang ditanamkan. Nurmalina et al.
(2014) menyatakan bahwa IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang
menghasilkan NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR biasanya menggunakan
metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang
menghasilkan NPV negatif). Hubungan NPV dan IRR ditujukkan pada Gambar
1.

NPV

IRR

i = Discount Rate (%)

Gambar 1 Hubungan NPV dengan IRR

4. Jangka Waktu Pengembalian Modal Investasi (Payback Period = PP)


Payback Period merupakan jangka waktu pengembalian investasi suatu
bisnis (Kasmir dan Jakfar 2010). Seorang investor yang ingin menanamkan
modal pada bisnis tertentu akan memilih tingkat payback period-nya yang
singkat. Kelemahan-kelemahan dari metode ini adalah sulit menentukan
payback period maksimum yang diisyaratkan, diabaikannya nilai waktu uang
(time value of money), dan diabaikannya cash flow setelah payback period.

Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Pada analisis
sensitivitas terdapat salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian (Gittinger 1986
dalam Nurmalina et al. 2014). Besarnya perubahan pada analisis sensitivitas sudah
diketahui secara empirik. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai sensitivitas
suatu bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya dan manfaat,
serta keadaan yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan
13

investasi atau bisnis. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan


bisnis umumnya disebabkan oleh harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan
biaya, dan hasil produksi.

Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)


Nilai pengganti (switching value) merupakan suatu variasi dari analisis
sensitivitas. Pada analisis switching value, perubahan tersebut masih dicari berapa
perubahan maksimum yang masih bisa ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.
Analisis switching value mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu
komponen inflow (penurunan harga output atau penurunan produksi) atau
perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya
produksi), yang masih bisa ditoleransi agar bisnis tersebut tetap layak. Oleh karena
itu, perubahan yang terjadi usahakan tidak melebihi nilai tersebut. Jika melebihi
maka bisnis tersebut menjadi tidak layak. Perhitungan switching value mengacu
pada perubahan yang terjadi sampai NPV sama dengan nol (NPV = 0).

Kerangka Pemikiran Operasional

Tin (Ficus carica) merupakan buah asal Mediterania yang saat ini mulai
banyak diusahakan oleh masyarakat dunia. Terdapat lima negara produsen utama
tin secara berturut-turut yaitu Turki, Mesir, Algeria, Moroko, dan Iran (FAO 2017).
Tanaman tin mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-19 sebagaimana yang
disebutkan dalam majalah Belanda yang terbit pada tahun 1885-1890. Walaupun
tanaman tin sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-19, belum banyak masyarakat
yang mengetahui keberadaan tanaman ini. Komersialisasi tanaman tin di Indonesia
dimulai sekitar 10 tahun terakhir. Pengusaha tanaman tin di Indonesia masih
terbatas di Pulau Jawa, yaitu Malang, Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Yogyakarta,
Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta.
Usaha tanaman tin mulai komersial salah satunya di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Sleman. Lokasi tersebut dipilih karena
menjadi salah satu wilayah yang mampu mentoleransi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tin. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara
100 m dpl sampai dengan 2 500 m dpl (BPPD 2013). Suhu rata-rata Kabupaten
Sleman 18-28.5 0C. Kelembaban rata-rata Kabupaten Sleman 81.29-87.19%
(BMKG 2018). Jenis tanah di Kabupaten Sleman yaitu regosol, grumosol,
kambisol, latosol dan mediterania (BPPD 2013).
Permintaan tanaman tin tidak hanya untuk memenuhi pasar dalam negeri,
melainkan pasar luar negeri seperti Malaysia dan Thailand. Varietas yang paling
diminati oleh kedua negara tersebut yaitu green jordan dan purple jordan. Saat ini
pemasaran tin bukan hanya dalam bentuk bibit, melainkan produk tanaman tin
lainnya seperti buah, daun, ataupun olahannya. Harga bibit tin bervariasi tergantung
jenisnya. Begitu pula dengan harga buah tin yaitu Rp250 000 per kg. Selain
pemasaran bibit dan buah, pengusaha juga berpeluang untuk menjual daun tin.
Salah satu wilayah di Indonesia yang mulai mengusahakan tanaman tin
adalah Kebun Jogja Ara Garden yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Terdapat dua aspek yang dianalisis untuk mengetahui kelayakan pengusahaan tin
14

Jogja Ara Garden, yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Komponen aspek
nonfinansial yang dianalisis terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Komponen
aspek finansial yang dianalisis terdiri atas Net Present Value (NPV), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Analisis kelayakan
pengusahaan tin Jogja Ara Garden terdiri atas tiga skenario, yaitu skenario I untuk
usaha pembibitan, skenario II untuk produksi buah, dan skenario III untuk usaha
pembibitan dan produksi buah. Secara lebih ringkas, kerangka pemikiran
operasional pengusahaan tin dijelaskan pada Gambar 2 berikut.

- Lima negara produsen utama tin dunia


- Pengusahaan tanaman tin di Kebun Jogja Ara Garden

- Kesesuaian agroekosistem pengusahaan tanaman tin


- Permintaan tin di dalam dan di luar negeri

Kelayakan pengusahaan tin Kebun Jogja Ara Garden

Aspek Nonfinansial Aspek Finansial

Aspek pasar, aspek teknis, NPV, Net B/C, IRR, Payback


aspek manajemen dan hukum, Period
aspek sosial, ekonomi, dan
budaya, serta aspek lingkungan Analisis Sensitivitas dan Switching Value
 Penurunan produksi tin
 Peningkatan harga pupuk NPK
mutiara

Skenario III
Skenario II
Skenario I (Pembibitan
(Produksi
(Pembibitan) dan produksi
buah)
buah)

Layak Tidak Layak

Pengembangan usaha buah tin

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional


15

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian kelayakan pengusahaan tin dilakukan di Jogja Ara Garden,


Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Tengah. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan mempertimbangkan bahwa daerah Yogyakarta merupakan salah satu
wilayah yang telah melakukan pengusahaan buah tin di Indonesia. Waktu penelitian
ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga Mei 2018.

Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer digunakan untuk menjawab tujuan utama penelitian
sedangkan data sekunder digunakan untuk memperkuat argumen yang terdapat
pada tujuan penelitian. Data primer diperoleh melalui wawancara. Enumerator
menggunakan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya sebagai panduan saat
wawancara berlangsung. Data sekunder yang diperoleh berupa jumlah pengusaha
tin, letak geografis, profil wilayah Yogyakarta, literature review yang diperoleh
dari majalah Trubus, jurnal penelitian, buku, Perpustakaan IPB, dan internet.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara


langsung dengan pemilik usaha dan tenaga kerja di lokasi usaha tanaman tin Jogja
Ara Garden. Penelitian ini menggunakan bantuan kuesioner yang telah disusun
sebelumnya sehingga dapat diperoleh data yang lengkap mengenai pengusahaan
tin. Kuesioner yang dibuat berupa kuesioner yang digunakan untuk menjawab
aspek nonfinansial dan aspek finansial usaha. Kuesioner yang berisi tentang aspek
nonfinansial diwawancarakan kepada pemilik dan beberapa anggota masyarakat
sekitar usaha ini. Adapun kuesioner yang berisi tentang aspek finansial diperoleh
dari pemilik usaha.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data primer. Data primer
meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan.
Selanjutnya data kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek finansial.
16

Dalam mengolah data menggunakan perangkat lunak komputer yaitu Microsoft


Excel 2013. Pada aspek finansial, analisis dibagi dalam tiga skenario yaitu skenario
I untuk usaha pembibitan, skenario II untuk produksi buah, dan skenario III untuk
pembibitan dan produksi buah. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai data
kualitatif dan kuantitatif serta metode pengolahannya.

Aspek Nonfinansial
1. Aspek Pasar
Aspek pasar yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah (Nurmalina
et al. 2014).
a. Pengukuran Potensi Pasar
Hal yang perlu diketahui adalah tingkat permintaan total, permintaan buah
tin, dan pasar potensial.
b. Penawaran
Hal yang perlu diketahui adalah penawaran total, kebijakan pemerintah, dan
penawaran buah tin.
c. Program Pemasaran
Bauran pemasaran yang digunakan pada penelitian ini adalah 4P (Product,
Price, Place, Promotion). Oleh karena itu, yang perlu diketahui adalah
sebagai berikut. Product: standardisasi buah tin, Price: HPP dan harga jual,
Place: saluran distribusi, dan Promotion: terdapat pamflet atau spanduk.
Aspek ini dikatakan layak apabila jumlah permintaan buah tin lebih
besar daripada penawarannya atau produk habis terjual, serta terdapat pula
bauran pemasaran. Bauran pemasaran ini dikatakan layak apabila manfaat yang
diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis yang dianalisis pada penelitian ini adalah lokasi usaha,
luas produksi, layout produksi, proses produksi, dan ketepatan pemilihan alat
serta teknologi (Nurmalina et al. 2014) yang digunakan untuk menunjang
produksi. Aspek ini dikatakan layak apabila semua kriteria dapat dipenuhi
dengan baik oleh perusahaan sehingga tujuan bisnis dapat tercapai.
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen yang dianalisis pada penelitian ini meliputi
pengetahuan, pengalaman, serta keahlian pengusaha dan pekerja dalam
kegiatan pengusahaan tin. Selain itu, terdapat kesesuaian pelaksanaan fungsi
manajemen (Kasmir dan Jakfar 2010) yaitu planning, organizing, leading, dan
controlling pada pengusahaan tin. Aspek ini dikatakan layak apabila kegiatan
usaha telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab
pekerjaan.
Aspek hukum yang dianalisis pada penelitian ini adalah berkaitan
dengan legalitas suatu usaha. Tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk
mengetahui keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen yang dimiliki.
Berikutnya pada aspek hukum ini dapat diketahui bentuk badan usaha yang
dijalankan yakni berbentuk Firma, CV, PT, Koperasi, atau Yayasan (Nurmalina
et al. 2014). Analisis aspek hukum dinyatakan layak apabila usaha ini memiliki
legalitas yang dapat diketahui melalui pemilik usaha memiliki kartu identitas
berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan mendapat izin usaha dari RT, RW
atau pemerintah setempat.
17

4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang dianalisis pada penelitian ini
adalah pengaruh keberadaan pengusahaan tin terhadap peluang kesempatan
kerja, peluang peningkatan pendapatan masyarakat, dan usaha yang dijalankan
tidak bertentangan dengan budaya setempat (Nurmalina et al. 2014). Aspek ini
dapat dikatakan layak apabila manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan.
5. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan yang dianalisis pada penelitian ini adalah dilihat dari
pengaruh bisnis terhadap lingkungan, yakni dengan adanya bisnis menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin rusak (Nurmalina et al. 2014). Analisis
aspek lingkungan dapat dikatakan layak apabila hasil limbah kegiatan
pengusahaan tin dapat dikelola dengan baik, seperti hasil pemangkasan
terhadap daun tin yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran teh.

Aspek Finansial
1. Net Present Value (NPV)
Suatu usaha dapat dikatakan layak jika seluruh manfaat yang diterima
melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut
manfaat bersih. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika NPV yang dihasilkan
lebih besar dari nol (NPV > 0), artinya usaha tersebut menguntungkan atau
memberi manfaat. Nilai yang dihasilkan pada perhitungan NPV adalah dalam
satuan mata uang rupiah (Rp). Secara matematis, NPV dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Nurmalina et al. 2014).
n
Bt − Ct
NPV = ∑ …………………………. (1)
(1 + i)t
t=1

Keterangan:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis
i = Tingkat discount rate (%)
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
(menguntungkan) dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (merugikan).
Suatu usaha dapat dikatakan layak jika Net B/C ratio yang dihasilkan lebih
besar dari satu (Net B/C ratio > 1), sedangkan suatu usaha dikatakan tidak layak
jika Net B/C ratio yang dihasilkan kurang dari satu (Net B/C ratio < 1). Secara
matematis, Net B/C ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut
(Nurmalina et al. 2014).

Bt − Ct (Bt – Ct) > 0


∑nt=1
(1 + i)t …………….
Net B/C = ……………………... (2)
B − Ct (Bt – Ct) < 0
∑nt=1 t
(1 + i)t
18

Keterangan:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Periode
i = Tingkat discount rate (%)
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) menilai kelayakan usaha berdasarkan
tingkat pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hasil
perhitungan IRR dinyatakan dalam satuan persen (%). Perhitungan IRR
umumnya dengan menggunakan metode interpolasi antara tingkat discount rate
yang menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate yang
menghasilkan NPV negatif. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika IRR yang
dihasilkan lebih besar dari discount rate-nya. Secara matematis, IRR dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Nurmalina et al. 2014).

NPV1 …………………………. (3)


IRR = i1 + x(i − i )
NPV1 − NPV2 2 1

Keterangan:
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
4. Payback Period (PP)
Payback period (PP) ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi
bisa kembali. Usaha yang payback period-nya cepat maka akan dipilih. Secara
matematis, PP dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Nurmalina
et al. 2014).

I …………………………. (4)
Payback Period =
Ab

Keterangan:
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya

Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-
variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam
kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi.
Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut
berdampak pada hasil kelayakan, yaitu NPV, Net B/C, dan IRR (Nurmalina et al.
2014).

Analisis Switching Value


Analisis switching value ini mengukur “perubahan maksimum” dari
perubahan suatu komponen inflow (penurunan produksi) atau perubahan komponen
outflow (peningkatan harga pupuk NPK mutiara) yang masih dapat ditoleransi agar
19

suatu usaha tetap layak (Nurmalina et al. 2014). Cara menghitung switching value
dapat dilakukan dengan metode interpolasi dengan menghasilkan perubahan yang
terjadi pada NPV sama dengan nol (NPV = 0) yang mana usaha tersebut layak untuk
dijalankan.

Asumsi Dasar

Adapun asumsi-asumsi dasar yang digunakan pada penelitian ini sebagai


berikut.
1. Umur bisnis berdasarkan umur ekonomis tanaman tin yaitu 15 tahun.
2. Harga input dan output selama umur bisnis menggunakan harga pada tahun
2017.
3. Modal yang digunakan untuk pengusahaan tin Jogja Ara Garden adalah modal
sendiri.
4. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk pengusahaan tin adalah tingkat suku
bunga deposito Bank Rakyat Indonesia tahun 2017 sebesar 5.7% per tahun.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) dipilih karena bank tersebut memiliki lokasi
paling dekat dengan lokasi usaha.
5. Luas lahan yang digunakan dalam perhitungan adalah 1 000 m2. Jarak tanam
yang digunakan adalah 4 m x 2 m. Lahan yang digunakan untuk usaha tin
dibentuk menjadi enam bedeng. Jumlah bibit yang ditanam sekitar 125 bibit
dengan usia bibit sekitar 3 bulan.
6. Output yang dihasilkan dari bisnis ini berupa bibit dan buah tin.
7. Harga bibit disesuaikan dengan ukuran. Harga bibit yang ditanam dalam
polybag adalah Rp50 000 per bibit, harga bibit dalam tabulampot adalah Rp300
000 per bibit, dan harga bibit cutting adalah Rp5 000 per batang.
8. Harga buah tin di tingkat petani sekitar Rp250 000 per kilogramnya.
9. Perhitungan nilai penyusutan masing-masing investasi menggunakan metode
garis lurus dengan nilai sisa masing-masing barang investasi pada akhir umur
ekonomis adalah nol (habis terpakai).
10. Pajak penghasilan yang digunakan mengacu kepada Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 dalam Pasal 4 yang
disebutkan bahwa besarnya tarif pajak yang bersifat final dengan memiliki
peredaran bruto tidak melebihi Rp4 800 000 000 adalah 1%.

GAMBARAN UMUM

Lokasi Penelitian

Kabupaten Sleman berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)


dengan luas wilayah 574.82 km2. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri
atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1 212 padukuhan. Secara geografis,
wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai dari 110012’57” sampai dengan
20

110032’48” bujur timur dan 7032’28” sampai dengan 7050’11” lintang selatan.
Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten
Boyolali di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, di
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten
Magelang, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul. Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian
selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan
Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring
dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal.
Kecamatan Godean merupakan wilayah administratif Kabupaten Sleman.
Secara geografis, di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mlati, di sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Sedayu, di sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Moyudan, serta di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Gamping. Lokasi Kecamatan Godean berada pada ketinggian 143-150 m dpl
dengan kemiringan lereng antara 0% sampai dengan 14% (UPTBP3K 2017). Jenis
tanah di Kecamatan Godean terdiri atas regosol, grumosol, kambisol, dan
mediterania. Khusus di wilayah Sidokarto, jenis tanah yang dominan adalah
kambisol dan sedikit mediterania. Tingkat keasaman tanah (pH) antara 5.5 sampai
dengan 6. Tingkat curah hujan di Kecamatan Godean antara 2 500 mm/tahun hingga
3 000 mm/tahun. Penggunaan lahan di Kecamatan Godean digunakan sebagai
sawah irigasi dan permukiman penduduk (BPPD 2013).

Kebun Jogja Ara Garden

Jogja Ara Garden didirikan oleh Priyo Catur Pamungkas sekitar tahun 2014.
Beliau merupakan alumni program studi desain grafis di salah satu universitas di
Yogyakarta. Lokasi kebun berada di Jalan Sidokarto km 9, Kecamatan Godean,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih karena agroekosistem
wilayah sesuai untuk usaha tin. Salah satunya jenis tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman tin yang menginginkan jenis tanah porous. Luas kebun Jogja
Ara Garden sekitar 2 000 m2 dan baru dioptimalkan untuk pengusahaan tin sekitar
1 000 m2. Sisa lahan yang tidak digunakan untuk pengusahaan tin, kemudian
digunakan oleh petani lain untuk ditanami jagung. Bapak Priyo tidak meminta
petani tersebut untuk membayar sewa lahan miliknya. Hanya saja beliau meminta
sedikit dari hasil panen jagung sebagai pengganti biaya sewa lahan. Lahan yang
digunakan merupakan lahan sewa milik dukuh setempat dengan masa kontrak 5
tahun.
Teknik budidaya yang mulai dikembangkan adalah teknik horizontal dari
Jepang yang mana batang sekunder dibentuk horizontal ke kanan dan ke kiri dengan
panjang yang sama pada kedua sisinya yaitu 2 meter. Selanjutnya batang tersier
dibuat vertikal dengan jarak antar batang tersier adalah 10-20 cm. Jadi, batang
sekunder mampu menopang sekitar 20-40 batang tersier. Produksi per batang
tersier mencapai 15-20 buah tin selama 3-5 bulan. Bobot buah tin dapat mencapai
100 gr/buah tergantung varietasnya. Harga yang ditawarkan saat panen perdana
pada tahun 2016 yaitu Rp250 000 per kg buah tin dengan bobot panen perdana
21

sekitar 3 kg. Informasi panen buah perdana disampaikan melalui media sosial dan
dalam waktu kurang dari satu hari buah tin sudah terjual.
Berbagai jenis tanaman tin yang diusahakan di kebun ini yang mana semua
jenisnya merupakan tipe common fig yang mampu ditanam di Indonesia. Jenis bibit
yang ditanam di kebun ini diantaranya Masui Dauphine (Jepang), Lousiana State
University (LSU) Gold (Amerika), Purple Yordan (Yordania), Panachea Tiger
(Perancis), serta Negronne (Italia).
Tenaga kerja yang bekerja di Jogja Ara Garden berjumlah 3 orang, terdiri
atas tenaga bersih-bersih kebun, olah media, dan mencangkok. Biasanya kegiatan
dimulai pada pukul 07.00 dan diakhiri pada pukul 17.00. Waktu istirahat pekerja
pada pukul 12.00 sampai dengan 13.00. Hari kerja yaitu Senin sampai Sabtu,
sedangkan hari libur adalah hari Minggu dan hari libur nasional. Upah yang
diberikan dihitung setiap hari kerja yaitu Rp60 000 per hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Aspek Nonfinansial

Analisis kelayakan usaha aspek nonfinansial pengusahaan tanaman tin Jogja


Ara Garden terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Bila salah satu aspek
tidak memenuhi kriteria kelayakan maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan
yang diperlukan. Berikut uraian aspek nonfinansial pengusahaan tin Jogja Ara
Garden.

Aspek Pasar
Jogja Ara Garden memasarkan produknya dalam bentuk bibit dan buah.
Sebanyak 95% bibit tin dipasarkan ke seluruh wilayah Indonesia seperti Sumatera,
Jawa, dan Bali, serta 5%-nya dipasarkan ke luar negeri seperti Malaysia dan
Thailand dengan wilayah pemasaran luar negeri terbanyak adalah ke wilayah
Malaysia. Jumlah bibit yang dipasarkan sebanyak 200-300 bibit/bulan dengan
harga yang ditawarkan sebesar Rp50 000 per bibit. Adapun pemasaran buah tin
dilakukan melalui daring atau online melalui media sosial facebook dan instagram.
Selain melalui daring, buah tin juga dipasarkan ke beberapa hotel, supermarket,
dan restoran di sekitar Yogyakarta, serta beberapa hotel di Bali. Panen perdana buah
tin menghasilkan 3 kg buah dengan harga yang ditawarkan sebesar Rp250 000 per
kg. Menurut Flaishman (2008) bahwa secara ekonomi produksi tin dapat berlanjut
ke masa depan. Permintaan buah tin di pasar dunia untuk buah tin segar cenderung
meningkat dan cenderung stabil pada permintaan buah tin kering. Beberapa kendala
yang dihadapi oleh Bapak Priyo selama kegiatan pengusahaan tin adalah
keterbatasan stok dan jenis bibit yang diusahakan, kurangnya lahan untuk
pengusahaan tin sehingga varietas bibit yang ditanam terbatas, kondisi agroklimat
wilayah, dan belum ditetapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP)
pengusahaan tin di Indonesia.
22

Selama ini, pihak-pihak yang terlibat dalam memasarkan bibit dan buah tin
adalah reseller. Jogja Ara Garden berperan sebagai produsen dan penyuplai bibit
tin. Para distributor dapat datang langsung ke lokasi kebun untuk membeli bibit
yang diinginkan, selain itu bibit juga bisa langsung diantarkan ke lokasi pembeli.
Jika permintaan banyak maka bibit diantarkan menggunakan mobil pick up, khusus
wilayah sekitar Yogyakarta. Jika berasal dari luar wilayah Yogyakarta bibit akan
dikirim menggunakan jasa pengiriman. Biaya pengiriman tidak dikenakan kepada
pembeli karena harga bibit sudah termasuk biaya kirim. Oleh karena itu, Bapak
Priyo hanya menerima pengiriman bibit dalam jumlah banyak minimal 10 bibit tin.
Hasil panen tin dipasarkan secara langsung melalui kegiatan pameran yang
diadakan oleh kampus-kampus di Yogyakarta dan memanfaatkan pelataran masjid
ketika menjelang sholat jumat namun hal ini jarang dilakukan. Pemasaran tidak
langsung melalui media sosial yakni instagram jogja.aragarden dan facebook P
Catur P.
Pengusahaan tin di Jogja Ara Garden masih dapat dikatakan layak menurut
aspek pasar. Hal tersebut dapat dilihat dari pemasaran bibit tin yang mencakup
seluruh wilayah Indonesia hingga Malaysia dan Thailand. Pemasaran buah untuk
saat ini hanya mencakup wilayah Yogyakarta, serta media yang digunakan untuk
kegiatan pemasaran yaitu memanfaatkan media sosial sebagai perantara transaksi
antara produsen dan konsumen. Namun, untuk meningkatkan produksi bibit dan
buah perlu adanya SOP mekanisme pengusahaan tin di Indonesia.

Aspek Teknis
a. Lokasi Usaha
Lokasi pembelian bahan-bahan untuk pengusahaan tin cukup terjangkau
seperti pupuk dan pestisida yang bisa diperoleh di wilayah Yogyakarta.
Pembelian bibit tin untuk jenis Masui Dauphine (Jepang), Lousiana State
University (LSU) Gold (Amerika), Purple Yordan (Yordania), Panachea Tiger
(Perancis), dan Negronne (Italia) mudah diperoleh di Indonesia karena sudah
banyak pengusaha tanaman tin yang telah mengusahakan varietas tersebut. Jika
ingin menambah koleksi bibit dapat dilakukan dengan menitip teman yang
sedang berada di luar negeri tempat jenis bibit tin tersebut berada. Bibit tin dari
luar negeri yang dibawa hanya batangnya saja dan nantinya akan diperbanyak
di Indonesia. Jumlah batang yang dibawa tidaklah banyak, sehingga masih lolos
pemeriksaan bandara.
Kondisi agroekosistem wilayah Sidokarto, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta masih mampu ditoleransi bagi pertumbuhan dan perkembangan tin.
Suhu rata-rata antara 18 0C sampai dengan 28.5 0C, kelembaban rata-rata antara
81.29% sampai dengan 87.19% (BMKG 2018), tingkat curah hujan antara 2
500 mm/tahun hingga 3 000 mm/tahun, ketinggian wilayah antara 100 m dpl
sampai dengan 2 500 m dpl, dan jenis tanah dominan kambisol dan sedikit
mediterania (BPPD 2013). Jenis tanah kambisol mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut pH asam, memiliki solum tanah dalam sampai sangat dalam, pori mikro
banyak, tekstur lempung liat berdebu, dan struktur remah (Putinella 2014). Jenis
tanah ini sesuai untuk pengusahaan tin. Tanaman tin menghendaki tanah yang
porous. Tantangan yang biasanya dihadapi adalah saat musim kemarau basah
karena kelembaban tinggi berakibat tanaman tin mudah terserang jamur.
23

Kondisi irigasi di wilayah Sidokarto mampu mencukupi untuk tanaman


tin. Lokasi kebun berdekatan dengan sumber irigasi. Keberadaan tong
penampung air juga memudahkan penyaluran air ke tanaman. Sistem irigasi
yang digunakan adalah teknik irigasi tetes. Menurut Poerwanto dan Susila
(2014) menyatakan bahwa irigasi tetes (drip irrigation) adalah sistem irigasi
pemberian air irigasi dengan cara diteteskan langsung di zona perakaran.
Teknik irigasi tetes mampu menghemat penggunaan air karena air langsung
terserap ke dalam akar tanaman. Selain itu, teknik irigasi tetes mampu menekan
serangan penyakit pada daun karena air tidak diaplikasikan melalui daun
sehingga dapat mempertahankan daun dalam kondisi kering.
Tenaga kerja usia muda merupakan suatu hal yang paling sulit
ditemukan di daerah ini. Minat pemuda sekitar rendah untuk bekerja di sektor
pertanian dan lebih memilih untuk bekerja di perusahaan. Pemuda juga memilih
untuk merantau ke kota. Hal ini menyebabkan putusnya regenerasi petani muda
di wilayah Sidokarto. Namun, tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun sangat
mudah ditemukan di wilayah ini. Akhirnya Bapak Priyo mempekerjakan
masyarakat sekitar yang berusia tersebut untuk membantu peningkatan
ekonomi mereka.
Fasilitas transportasi apabila akan berkunjung ke Jogja Ara Garden bisa
menggunakan bus Transjogja, kemudian berhenti di Jalan Godean, dan
dilanjutkan dengan menggunakan transportasi online untuk menuju Jalan
Sidokarto. Selain itu, bisa juga dengan menggunakan bus Yogyakarta-Godean
dan berhenti di Jalan Sidokarto. Apabila ingin menggunakan kendaraan pribadi,
jalan lurus dari Tugu Yogyakarta dan berhenti di Jalan Sidokarto. Namun
kemudahan akses menuju Jogja Ara Garden yang bisa dideteksi melalui Google
Maps, tidak didukung dengan kemudahan menemukan lokasi kebun ini. Hal ini
karena belum terdapat papan nama Jogja Ara Garden yang terpasang di depan
pintu masuk kebun.
Rencana mendatang, Jogja Ara Garden akan memperluas kebunnya
menjadi satu hektar. Bentuk lahan akan diubah dari persegi panjang menjadi
persegi empat. Dalam kebun seluas satu hektar nanti sekaligus akan dibangun
pabrik pengolahan sehingga sistem akan terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Sistem permodalan nantinya akan bekerja sama dengan investor.

b. Luas Produksi
Lahan yang dimiliki oleh Jogja Ara Garden merupakan lahan sewa dari
dukuh setempat dengan masa kontrak 5 tahun dan selanjutnya dapat
diperpanjang kembali. Luas lahan yang disewa oleh Jogja Ara Garden sebesar
2 000 m2. Namun, luas lahan tersebut hanya 1 000 m2 saja yang digunakan dan
sisanya belum dimanfaatkan untuk pengusahaan tin.
Lahan 1 000 m2 yang digunakan untuk usaha tanaman tin ditanami
sebanyak 125 pohon tin dengan jarak tanam dalam baris 4 m dan jarak antar
bedeng 2 m. Produksi bibit dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Target
produksi adalah sebanyak 1 000 bibit setiap kali cangkok. Adapun sistem panen
buah tin dilakukan secara bergilir dalam satu pohon. Hal ini karena buah tin
masak secara bertahap dari batang bagian bawah, tengah, kemudian atas.
Periode panen dari batang bagian bawah sampai atas adalah 3-4 hari. Satu
24

batang pohon tin bisa menghasilkan 15-20 buah dengan bobot sekitar 30-100
gr.

c. Proses Produksi
Usaha tanaman tin perlu memperhatikan kriteria bibit yang akan
diusahakan, seperti bibit sehat dan umur bibit mencapai 3-4 bulan atau apabila
bibit ditanam dalam pot telah pindah tanam ke pot ukuran 30 cm. Selain
mengusahakan tanaman tin, Jogja Ara Garden juga menjual bibit tin. Adapun
kriteria bibit tin yang siap untuk dijual adalah bibit sehat, sudah berumur lebih
dari satu bulan, dan tinggi tanaman antara 30 sampai dengan 40 cm.
Teknik budidaya tanaman tin yang mulai dikembangkan oleh Jogja Ara
Garden adalah teknik horizontal dari Jepang. Teknik tersebut dipilih karena
sangat bagus untuk manajemen produksi buah karena buah tin yang dihasilkan
lebih banyak daripada teknik budidaya biasanya. Adapun teknik horizontal dari
Jepang yang digunakan masih dalam tahap uji coba oleh Bapak Priyo. Proses
budidaya dimulai dengan pengolahan lahan terlebih dahulu. Lahan yang akan
digunakan untuk menanam tin digemburkan dengan menggunakan cangkul.
Lalu dibuatlah bedeng untuk ditanami tin dengan jarak antar bedeng sekitar 2
m. Kemudian persiapkan media tanam yang digunakan seperti sekam dan
pupuk kandang. Sekam dan pupuk kandang diaplikasikan selama 6 bulan sekali.
Setelah persiapan media tanam, bibit yang telah berumur 3-4 bulan kemudian
dipindahkan ke dalam lubang tanam.
Selama 1-1.5 tahun setelah tanam digunakan untuk mempersiapkan
pembentukan batang primer dan sekuder. Batang primer sebagai penompang
batang sekunder yang dibuat horizontal dengan ukuran 2 m ke kanan dan 2 m
ke kiri. Setelah batang sekunder terbentuk, batang tersier dibuat vertikal dengan
jarak antar batang tersier 10-20 cm. Guna batang tersier ini sebagai tempat
berkembangnya buah tin pada tahun kedua setelah tanam. Butuh waktu sekitar
3 bulan agar buah tin siap untuk dipanen, dengan periode panen 3-4 hari. Panen
buah dilakukan secara bergiliran dari batang tersier bagian bawah, kemudian
berturut-turut ke atas hingga ketinggian batang mencapai 2 m. Setelah batang
tersier setinggi 2 m, kemudian batang dipangkas dan disisakan 2-3 mata tunas.
Butuh waktu sekitar 3-5 bulan untuk mencapai tinggi batang tersier sekitar 2 m.
Panen tin dapat dilakukan sepanjang tahun asalkan tanaman cukup nutrisi.
Perawatan tanaman tin dapat dilakukan melalui pemupukan. Aplikasi
pemberian pupuk NPK mutiara dilakukan sebulan sekali. Formula NPK yang
digunakan biasanya NPK 20:5:20 (Flaishman et al. 2008) atau NPK 10:20:20
atau NPK 10:30:10 dengan dosis yang direkomendasikan adalah 60 gr/tanaman
muda, 100 gr/tanaman dewasa, serta pemberian mineral tambahan sebanyak 30
gr/pohon setiap 6 bulan (Morton 2004). Pemberian decis dan curacron ukuran
50 ml dilakukan sebulan sekali. Selanjutnya pemberian dithane M-45 dilakukan
3 bulan sekali. Pemberian pupuk bertujuan untuk menambahkan unsur hara
tanaman, mempercepat pertumbuhan tunas, memperkokoh dan memperluas
bidang penyerapan akar tanaman, mencegah tanaman agar tidak kerdil, dan
meningkatkan produksi buah. Pemberian decis, curacron, dan dithane M-45
adalah untuk melindungi tanaman dari gangguan hama dan fungi yang akan
menyerang tanaman.
25

Selain pemupukan, yang perlu diperhatikan dalam perawatan tanaman


tin adalah penyiraman. Bapak Priyo biasanya menyiram tanaman tin setiap pagi
dan sore hari. Frekuensi penyiraman disesuaikan dengan kondisi cuaca saat itu.
Menurut Rahimah dan Pujiastuti (2016), penyiraman tanaman tin dapat
dilakukan secara rutin sebanyak 1-3 kali sehari untuk menghasilkan produksi
buah yang baik. Adapun frekuensi penyiraman tin disesuaikan dengan ukuran
pohon, vigor, jenis tanah, dan curah hujan (Flaishman et al. 2008). Stres pada
tanaman tin terjadi pada periode musim kering karena sistem perakaran
tanaman tin yang dangkal. Adapun sebagian besar tanaman tin tidak mampu
mengatasi kondisi kelembaban tinggi. Daerah yang memiliki kelembaban tinggi
dan selama musim hujan, biasanya rentan terjadi keretakan pada buah. Hal ini
dapat dikendalikan dengan menyemprotkan fungisida untuk mencegah busuk
akar (Alternaria alternata), bercak daun (Aspergilus niger), dan jamur (Botrytis
spp. dan Penicillium spp.).
Selain produksi buah, Jogja Ara Garden juga memproduksi bibit.
Teknik perbanyakan bibit menggunakan sistem cangkok. Satu pohon tin dapat
menghasilkan hingga 50 cangkok. Teknik cangkok yang digunakan disebut oleh
Bapak Priyo adalah teknik kapitalis, karena satu pohon dapat dihasilkan banyak
cangkok dalam waktu yang singkat. Sebenarnya perbanyakan dengan cara
cangkok tidak dapat dilakukan secara massal (Poerwanto dan Susila 2014).
Apabila tanaman induk banyak dicangkok, tanaman tersebut akan banyak
kehilangan cabang dan menjadi merana. Media cangkok menggunakan lumut
yang direndam ke dalam campuran air dan hormon perangsang tumbuh akar,
misalnya rhizotun-f. Kemudian media tersebut dibalutkan pada batang yang
akan dicangkok. Selanjutnya media ditutup dengan menggunakan plastik wrap.
Hasil cangkok baru bisa dipindah tanam ke dalam polybag sekitar 3-4 minggu.
Gangguan yang mungkin muncul pada tanaman tin seperti serangan
hama, fungi, dan kondisi alam. Hama yang biasa menyerang tanaman tin adalah
belalang, kepik, ulat penggerek batang, dan rayap tanah yang menyerang akar.
Menurut Brien et al. (2002) beberapa hama yang menyerang tin yaitu
Meloidogyne spp. sejenis nematoda yang menyerang akar tanaman,
Carpophilus spp. yang menyerang buah, Aceria ficus sejenis tungau yang
menyerang buah, dan penyakit yang menyerang tin yaitu penyakit karat yang
disebabkan oleh jamur serta penyakit mosaik yang menyerang daun tin. Kondisi
alam akibat perubahan cuaca, musim kemarau basah, dan kelembaban tinggi
dapat mengakibatkan hingga 70% indukan tanaman tin mati. Kejadian tersebut
dialami oleh Bapak Priyo pada bulan Januari hingga Februari 2018. Akibat
curah hujan yang tinggi di Yogyakarta, sekitar 70% indukan tanaman tin mati
karena tidak mampu beradaptasi dengan cuaca ekstrem tersebut.
Perlakuan pascapanen buah tin dapat dijual dalam bentuk buah segar
dan olahan. Kebun Jogja Ara Garden hanya menjual buah tin dalam kondisi
segar ke hotel wilayah Yogyakarta dan Bali, restoran, dan supermarket. Namun,
penjualan buah segar tidak dilakukan secara kontinu tergantung persediaan
buah di kebun.

d. Layout
Lahan seluas 2 000 m2 yang dimiliki oleh Jogja Ara Garden hanya 1 000
2
m yang ditanami tanaman tin. Penggunaan lahan tersebut kurang optimal
26

karena terdapat setengah dari luas lahan yang dimiliki belum dimanfaatkan
untuk pengusahaan tin. Lahan seluas 1 000 m2 kemudian diolah dan dijadikan
enam bedeng untuk menanam tin. Sisa lahan yang tidak terpakai digunakan oleh
petani lain untuk ditanami jagung. Lokasi lahan pengusahaan tanaman tin
berada di depan tempat istirahat pemilik kebun. Kebun pengusahaan tin berada
di antara lahan sawah dan terdapat sungai kecil di belakang lokasi kebun. Letak
kebun juga strategis karena berada dipinggir jalan desa, berdekatan dengan
permukiman penduduk, dan kantor Desa Sidokarto. Penampakan kebun
pengusahaan tin Jogja Ara Garden dapat dilihat pada Gambar 3.

Sungai kecil

Lahan 1 000 m2 yang


belum digunakan
S S

A A
2
W Lahan 1 000 m yang W
ditanami tin
A A
Spesial sop
senerek dan H H
sop iga “Bu Tempat istirahat pekebun
Nik”
Pintu masuk
Jogja Ara Garden

Jalan Sidokarto km 9, Godean

Gambar 3 Tata letak Jogja Ara Garden

e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Perlengkapan


Alat-alat yang digunakan untuk pengusahaan tanaman tin adalah alat-
alat umum yang digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman lainnya. Alat-alat
tersebut diantaranya cangkul, sabit, gunting pangkas, cutter, gerobak, dan
sekop. Sistem pengairan menggunakan irigasi tetes. Perlengkapan irigasi tetes
yaitu selang irigasi, drip, pipa paralon, pompa air, dan tong penampung.
Perlengkapan lainnya seperti pot tanaman, polybag, ajir, sprayer, dan plastik
mulsa.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa kriteria dari aspek teknis telah


dipenuhi oleh pengusahaan tin di Jogja Ara Garden. Meskipun harus ada perbaikan
terutama dalam pemanfaatan luas lahan yang digunakan terhadap lahan yang
disewa. Secara umum, pengusahaan tin ini layak untuk dijalankan menurut aspek
teknis.
27

Aspek Manajemen dan Hukum


Jogja Ara Garden merupakan usaha perorangan yang dipimpin oleh Priyo
Catur Pamungkas. Belum ada struktur organisasi yang terbentuk. Pemilik hanya
membagi tugas masing-masing pekerja berdasarkan spesifikasinya. Terdapat tiga
orang yang bekerja di Jogja Ara Garden. Pembagian tugas ketiga orang tersebut
yaitu satu orang bertugas sebagai petugas kebersihan kebun dan olah media dan dua
orang bertugas untuk mencangkok tanaman tin. Berdirinya kebun seluas 2 000 m2
ini telah memperoleh izin dari pihak setempat seperti rt, rw, dan dukuh.
Berdasarkan uraian tersebut, pengusahaan tin di Jogja Ara Garden dapat dikatakan
layak untuk dijalankan menurut aspek manajemen dan hukum. Hal ini karena usaha
ini telah memenuhi salah satu kriteria aspek manajemen, seperti adanya pembagian
tugas dan bentuk usaha yang didirikan adalah usaha perorangan. Selanjutnya pada
aspek hukum, usaha ini telah memperoleh izin dari pihak rt, rw, dan dukuh
setempat.

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Kehadiran Jogja Ara Garden di Jalan Sidokarto, Kecamatan Godean
memberikan dampak terhadap masyarakat. Secara bertahap masyarakat mulai
mengetahui buah tin dan mulai mencoba membudidayakan di lingkungan masing-
masing sebagai tanaman pekarangan ataupun tanaman koleksi. Kehadiran Jogja Ara
Garden juga membuka lapangan kerja dan bisa meningkatkan pendapatan
masyarakat. Selain itu, penerangan jalan pun bertambah dengan adanya Jogja Ara
Garden. Lokasi kebun yang berdekatan dengan kedai makanan Spesial Sop Senerek
dan Iga Sapi “Bu Nik” juga menambah penghasilan kedai makanan tersebut karena
pengunjung kebun yang kelaparan bisa berkunjung ke sana tanpa harus jauh-jauh
mencari makanan ke luar. Pengunjung kebun dapat berasal dari luar wilayah
Sidokarto, Kecamatan Godean. Hal ini dapat lebih mengenalkan daerah tersebut
kepada masyarakat luar Sidokarto.
Berdasarkan uraian tersebut, pengusahaan tin di Jogja Ara Garden dapat
dikatakan layak untuk dijalankan berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya.
Usaha ini memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat setempat.

Aspek Lingkungan
Setiap kegiatan usaha tanaman pasti menghasilkan limbah baik yang bisa
diolah maupun tidak bisa diolah. Penanganan limbah begitu penting agar tidak
mencemari lingkungan sekitar. Umumnya limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
pengusahaan tanaman tin di Jogja Ara Garden adalah sampah bagian tanaman
seusai kegiatan pruning (pemangkasan). Sampah tersebut masih bisa diolah
menjadi pupuk organik bagi tanaman. Adapun sampah polybag dari tanaman yang
sudah dipindah tanam, bungkus pupuk, dan botol pestisida belum ada pengolahan
khusus dan langsung dibuang ke tempat sampah. Berdasarkan uraian tersebut,
pengusahaan tin di Jogja Ara Garden dapat dikatakan layak untuk dijalankan
berdasarkan aspek lingkungan. Usaha tidak menghasilkan limbah yang berbahaya
dan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
28

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Analisis kelayakan aspek finansial dilakukan dengan cara menghitung


keseluruhan dana yang dibutuhkan dalam membangun dan menjalankan bisnis.
Hasil dari analisis finansial akan menjadi pertimbangan suatu bisnis terhadap
kelayakan usaha yang akan atau sedang dijalankan. Adapun kriteria analisis
kelayakan aspek finansial meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan payback period.
Sebelum melakukan analisis keempat kriteria kelayakan tersebut, suatu bisnis perlu
membuat aliran kas (cash flow) dan laporan laba/rugi. Hal ini bertujuan agar
besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan dapat diketahui selama periode
usaha. Adapun aspek finansial yang dianalisis pada penelitian ini terbagi dalam tiga
skenario, yaitu skenario I untuk usaha pembibitan, skenario II untuk produksi buah,
dan skenario III untuk usaha pembibitan dan produksi buah.

Arus Penerimaan (Inflow)


Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi dengan
harga yang ditetapkan pada suatu periode dalam satu tahun. Arus penerimaan Jogja
Ara Garden diperoleh dari penjualan bibit, buah, atau penjualan bibit dan buah tin.
Adapun pada skenario I (pembibitan) Jogja Ara Garden diasumsikan
menjual bibit ukuran 30 cm dalam polybag sebanyak 200 bibit, bibit dalam
tabulampot sebanyak 5 pot, dan bibit cutting sebanyak 100 batang selama sebulan.
Penjualan bibit dimulai pada akhir tahun ke-2 berupa bibit ukuran 30 cm dan bibit
cutting. Penjualan bibit di tahun berikutnya berupa bibit ukuran 30 cm, bibit
tabulampot, dan bibit cutting. Harga bibit yang ditetapkan bervariasi tergantung
ukuran bibit. Rincian penerimaan skenario I (pembibitan) dapat dilihat pada Tabel
4.

Tabel 4 Penerimaan penjualan bibit (skenario I) berdasarkan jenis bibit pada


pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama umur bisnis
Harga/satuan Penerimaan tahun ke- (Rp 000)
Jenis bibit Jumlah Satuan
(Rp 000) 2 3 4 s.d. 15
Ukuran bibit 30 cm 200 bibit 50 10 000 110 000 110 000
Bibit tabulampot 5 pot 300 0 7 500 4 500
Bibit cutting 100 batang 5 500 5 000 6 000
Total 10 500 122 500 120 500

Penjualan bibit tin (skenario I) dimulai pada akhir tahun ke-2. Pada Tabel 4
dijelaskan bahwa penerimaan bibit terbanyak berasal dari penjualan bibit ukuran 30
cm dan bibit cutting. Diasumsikan bahwa bibit ukuran 30 cm dan bibit cutting lebih
diminati oleh pembeli bibit tin dibandingkan bibit tabulampot. Hal ini karena bibit
tabulampot memiliki ukuran yang besar dan harganya lebih mahal daripada bibit
ukuran 30 cm dan bibit cutting.
29

Tabel 5 Penerimaan penjualan buah tin (skenario II) pada pengusahaan tin Jogja
Ara Garden selama umur bisnis
Harga/satuan Penerimaan tahun ke- (Rp 000)
Jenis Jumlah Satuan
(Rp 000) 3 4 5 s.d. 15
Buah tin 196 kg 250 49 000
392.04 kg 250 98 010
1 176.12 kg 250 294 030
Total 49 000 98 010 294 030

Idealnya tanaman tin mulai berbuah pada umur 2 tahun setelah tanam. Perlu
menunggu waktu sekitar 3 bulan dari proses pembungaan hingga buah siap dipanen.
Oleh karena itu, penjualan buah tin di Jogja Ara Garden dimulai pada tahun ke-3.
Berdasarkan Tabel 5, penjualan buah tin (skenario II) diproyeksikan mengalami
peningkatan produksi selama tahun ke-3 hingga tahun ke-5. Setelah tahun ke-5,
produksi buah tin diproyeksikan konstan hingga akhir umur ekonomis tanaman tin
pada tahun ke-15. Produksi buah tin pada tahun ke-3 adalah 196 kg, pada tahun ke-
4 sebanyak 392.04 kg, dan pada tahun ke-5 sampai tahun ke-15 sebanyak 1 176.12
kg dengan harga jual Rp250 000 per kg.

Tabel 6 Penerimaan penjualan bibit dan buah (skenario III) pada pengusahaan tin
Jogja Ara Garden selama umur bisnis
Harga/satuan Penerimaan tahun ke- (Rp 000)
Jenis Jumlah Satuan
(Rp 000) 2 3 4 5 s.d. 15
Ukuran 200 bibit 50 10 000 110 000 110 000 110 000
bibit 30 cm
Bibit 5 pot 300 0 7 500 4 500 4 500
tabulampot
Bibit 100 batang 5 500 5 000 6 000 6 000
cutting
Buah tin 97.23 kg 250 24 307.5
194.4 kg 250 48 600
583.2 kg 250 145 800
Total 10 500 146 807.5 169 100 266 300

Berdasarkan Tabel 6, penerimaan skenario III (pembibitan dan produksi


buah) merupakan gabungan dari skenario I (pembibitan) dan skenario II (produksi
buah). Namun, terdapat perbedaan pada hasil buah yang dipanen yakni pada tahun
ke-3 sebanyak 97.23 kg, pada tahun ke-4 sebanyak 194.4 kg, dan pada tahun ke-5
hingga tahun ke-15 sebanyak 583.2 kg. Orientasi skenario III (pembibitan dan
produksi buah) masih fokus pada perbanyakan bibit sehingga meminimalkan
produksi buah. Harga bibit dan buah juga sama seperti pada skenario I (pembibitan)
dan skenario II (produksi buah).
Selain dari penerimaan di atas, penerimaan lain yang diperoleh dari
pengusahaan tin Jogja Ara Garden berasal dari nilai sisa (salvage value). Nilai sisa
merupakan nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai selama umur bisnis
(Nurmalina et al. 2014). Nilai sisa pada pengusahaan tin Jogja Ara Garden skenario
I (pembibitan) dan skenario III (pembibitan dan produksi buah) diperoleh dari pot
dan lampu, sedangkan pada skenario II (produksi buah) nilai sisa diperoleh dari
30

lampu. Asumsi nilai sisa dari semua peralatan yang digunakan untuk pengusahaan
tin yaitu hasil pembagian antara harga jual dengan umur barang sampai tidak layak
digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sisa pada akhir
pengusahaan tin skenario I (pembibitan) dan skenario III (pembibitan dan produksi
buah) adalah Rp1 093 750 sedangkan nilai sisa pada skenario II (produksi buah)
adalah Rp93 750. Perhitungan nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai sisa investasi beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara Garden
Nilai sisa (Rp 000)
Total Umur
Penyusutan Skenario III
biaya ekono Skenario II
No Jenis per tahun Skenario I (pembibitan
(Rp mis (produksi
(Rp 000) (pembibitan) dan produksi
000) (tahun) buah)
buah)
1. Tanaman 15 15 1 000 - - -
tin 000
2. Cangkul 330 3 110 - - -
3. Pot 1 500 3 500 1 000 - 1 000
(ukuran
15-17
cm)
4. Pompa 1 250 5 250 - - -
air
5. Sprayer 2 550 5 510 - - -
6. Gunting 135 3 45 - - -
pangkas
7. Ajir 6 000 3 2 000 - - -
8. Plastik 599.8 3 199.950 - - -
mulsa 50
9. Tong 1 500 5 300 - - -
penampu
ng (1 050
L)
10. Pagar 3 000 3 1 000 - - -
bambu
11. Selang 1 980 3 660 - - -
irigasi
12. Drip 625 3 208.33333 - - -
irigasi
13. Gerobak 550 5 110 - - -
14. Lampu 375 4 93.750 93.750 93.750 93.750
(Hori 65
watt)
15. Tangga 385 3 128.33333 - - -
16. Selang 900 5 180 - - -
air
17. Paralon 150 3 50 - - -
Total nilai sisa 1 093.750 93.750 1 093.750

Analisis Pengeluaran (Outflow)


Arus kas keluar yang dikeluarkan dalam pengusahaan tin Jogja Ara Garden
terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional mencakup
biaya variabel dan biaya tetap.
31

Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan bisnis
untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Komponen biaya investasi
pengusahaan tin Jogja Ara Garden meliputi tanaman tin, cangkul, pot, pompa air,
dan lain-lain. Total biaya investasi yang dikeluarkan pada skenario I (pembibitan)
dan skenario III (pembibitan dan produksi buah) adalah Rp36 829 850 sedangkan
pada skenario II (produksi buah) adalah Rp35 329 850. Biaya investasi terbesar
adalah pembelian tanaman tin yaitu Rp15 000 000. Rincian biaya investasi
pengusahaan tin Jogja Ara Garden dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Biaya investasi beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara Garden
Umur Harga Total biaya (Rp 000)
ekono /satua Skenario III
No Jenis Jumlah Satuan Skenario I Skenario
mis n (Rp (bibit dan
(tahun) 000) (bibit) II (buah)
buah)
1. Tanaman 15 150 pohon 100 15 000 15 000 15 000
tin
2. Cangkul 3 2 buah 165 330 330 330
3. Pot 3 600 buah 2.5 1 500 0 1 500
(ukuran
15-17
cm)
4. Pompa 5 1 buah 1 250 1 250 1 250 1 250
air
5. Sprayer 5 3 buah 850 2 550 2 550 2 550
6. Gunting 3 2 buah 67.5 135 135 135
pangkas
7. Ajir 3 500 buah 12 6 000 6 000 6 000
8. Plastik 3 13.33 kg 45 599.85 599.85 599.85
mulsa
9. Tong 5 1 buah 1 500 1 500 1 500 1 500
penampu
ng (1 050
L)
10. Pagar 3 1 unit 3 000 3 000 3 000 3 000
bambu
11. Selang 3 1 unit 1 980 1 980 1 980 1 980
irigasi
12. Drip 3 1 unit 625 625 625 625
irigasi
13. Gerobak 5 1 buah 550 550 550 550
14. Lampu 4 3 buah 125 375 375 375
(Hori 65
watt)
15. Tangga 3 1 buah 385 385 385 385
16. Selang 5 2 buah 450 900 900 900
air
17. Paralon 3 5 buah 30 150 150 150
Total 36 829.85 35 329.85 36 829.85
32

Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal bisnis akan mengalami


penyusutan setiap tahunnya. Biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus
yakni nilai sisa peralatan diasumsikan habis pada akhir umur ekonomis. Secara
umum biaya penyusutan pada skenario I (pembibitan) dan skenario III (pembibitan
dan produksi buah) adalah sama, karena terdapat persamaan komponen yang
digunakan pada skenario I dan skenario III. Namun, terdapat perbedaan pada
komponen pot yang baru terhitung penyusutannya pada tahun ke-3. Nilai
penyusutan tahun pertama dan kedua sebesar Rp6 845 366.66, sedangkan nilai
penyusutan tahun ketiga sebesar Rp7 345 366.66. Rincian nilai penyusutan skenario
I dan skenario III pengusahaan tin Jogja Ara Garden dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Nilai penyusutan skenario I dan III pengusahaan tin Jogja Ara Garden
selama umur bisnis
Umur Penyusutan tahun Penyusutan tahun
No. Jenis ekonomis ke-1 dan ke-2 ke-3 s.d. ke-15(Rp)
(tahun) (Rp)
1. Tanaman tin 15 1 000 000 1 000 000
2. Cangkul 3 110 000 110 000
3. Pot (ukuran 15-17 cm) 3 0 500 000
4. Pompa air 5 250 000 250 000
5. Sprayer 5 510 000 510 000
6. Gunting pangkas 3 45 000 45 000
7. Ajir 3 2 000 000 2 000 000
8. Plastik mulsa 3 199 950 199 950
9. Tong penampung (1 050 L) 5 300 000 300 000
10. Pagar bambu 3 1 000 000 1 000 000
11. Selang irigasi 3 660 000 660 000
12. Drip irigasi 3 208 333.33 208 333.33
13. Gerobak 5 110 000 110 000
14. Lampu (Hori 65 watt) 4 93 750 93 750
15. Tangga 3 128 333.33 128 333.33
16. Selang air 5 180 000 180 000
17. Paralon 3 50 000 50 000
Total penyusutan 6 845 366.66 7 345 366.66

Biaya penyusutan pada skenario II (produksi buah) berbeda dengan biaya


penyusutan pada skenario I (pembibitan) dan skenario III (pembibitan dan produksi
buah). Perbedaan tersebut terletak pada komponen pot yang tidak terdapat pada
skenario II. Biaya penyusutan pada skenario II diproyeksikan sama setiap tahunnya
yaitu Rp6 845 366.67. Rincian nilai penyusutan skenario II pengusahaan tin Jogja
Ara Garden dapat dilihat pada Tabel 10.
Biaya investasi selain dikeluarkan diawal tahun, juga dapat dikeluarkan
pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan yang digunakan untuk mengganti
peralatan atau komponen investasi yang umur ekonomisnya telah habis namun
operasional bisnisnya masih berjalan. Biaya ini disebut dengan reinvestasi.
Komponen reinvestasi pada skenario I (pembibitan) sama dengan komponen
reinvestasi skenario III (pembibitan dan produksi buah), sedangkan pada skenario
II (produksi buah) terdapat perbedaan yakni pada komponen pot tidak masuk ke
dalam reinvestasi skenario II. Oleh karena itu, reinvestasi skenario I dan skenario
III berbeda dengan skenario II. Komponen reinvestasi pengusahaan tin Jogja Ara
Garden dapat dilihat pada Tabel 11.
33

Tabel 10 Nilai penyusutan skenario II pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama
umur bisnis
Penyusutan tahun ke-1 s.d.
No. Jenis Umur ekonomis (tahun)
ke-15 (Rp)
1. Tanaman tin 15 1 000 000
2. Cangkul 3 110 000
3. Pompa air 5 250 000
4. Sprayer 5 510 000
5. Gunting pangkas 3 45 000
6. Ajir 3 2 000 000
7. Plastik mulsa 3 199 950
8. Tong penampung (1 050 L) 5 300 000
9. Pagar bambu 3 1 000 000
10. Selang irigasi 3 660 000
11. Drip irigasi 3 208 333.33
12. Gerobak 5 110 000
13. Lampu (Hori 65 watt) 4 93 750
14. Tangga 3 128 333.33
15. Selang air 5 180 000
16. Paralon 3 50 000
Total penyusutan 6 845 366.67

Tabel 11 Biaya reinvestasi skenario I, II, dan III pengusahaan tin Jogja Ara Garden
(Rp 000) selama umur bisnis
Umur Tahun ke-
Komponen ekono
investasi mis 4 5 6 7 9 10 11 12 13 15
(thn)
Cangkul 3 330 330 330 330
Pot (ukuran 3 1 500 1 500 1 500 1 500
15-17 cm)*
Pompa air 5 1 250 1 250
Sprayer 5 2 550 2 550
Gunting 3 135 135 135 135
pangkas
Ajir 3 6 000 6 000 6 000 6 000
Plastik 3 599.8 599.85 599.85 599.85
mulsa 5
Tong 5 1 500 1 500
penampung
(1 050 L)
Pagar 3 3 000 3 000 3 000 3 000
bambu
Selang 3 1 980 1 980 1 980 1 980
irigasi
Drip irigasi 3 625 625 625 625
Gerobak 5 550 550
Lampu 4 375 375 375
(Hori 65
watt)
Tangga 3 385 385 385 385
Selang air 5 900 900
Paralon 3 150 150 150 150
*komponen reinvestasi yang tidak masuk pada skenario II
34

Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan semua biaya yang digunakan untuk biaya
produksi, pemeliharaan, dan lainnya bagi setiap proses produksi dalam satu
kegiatan periode produksi (Nurmalina et al. 2014). Biaya operasional Jogja Ara
Garden terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Masing-masing biaya operasional
dijabarkan dalam skenario I (pembibitan), skenario II (produksi buah), dan skenario
III (pembibitan dan produksi buah).

Biaya variabel
Terdapat beberapa perbedaan penggunaan biaya variabel pada tahun
pertama dan kedua pada skenario I (pembibitan). Misal, penggunaan pupuk
kandang pada tahun pertama dan kedua sebanyak satu karung dan biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp50 000. Begitu juga pada penggunaan sekam pada tahun
pertama dan kedua sebanyak 82 karung dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp8
200 000. Beberapa komponen lainnya seperti palstik wrap, lumut, no drop,
rhizatun-f, dan polybag yang baru dikeluarkan pada tahun kedua untuk memulai
kegiatan pembibitan. Adapun biaya masing-masing komponen tersebut, yaitu
sebuah plastik wrap seharga Rp22 500, sepuluh karung lumut seharga Rp1 000 000,
satu kaleng no drop seharga Rp45 000, satu botol rhizatun-f seharga Rp20 000, dan
seribu buah polybag seharga Rp500 000. Oleh karena itu, total biaya variabel yang
dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp16 482 000 dan total variabel yang
dikeluarkan pada tahun kedua sebesar Rp18 272 000. Mulai tahun ke-3 hingga
tahun ke-15 total biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahun adalah Rp36 087
000. Rincian biaya variabel skenario I dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Biaya variabel skenario I pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama umur
bisnis
Harga/satuan Total biaya tahun ke- (Rp 000)
No. Jenis Jumlah Satuan
(Rp 000) 1 2 3-15
1. NPK mutiara 300 kg 25 7 500 7 500 7 500
2. Pupuk 13 karung 50 50 50 650
kandang
3. Decis 12 botol 16 192 192 192
4. Curacron 12 botol 35 420 420 420
5. Sekam 202 karung 100 8 200 8 200 20 200
6. Dithane M-45 4 bungkus 30 120 120 120
7. Plastik wrap 40 buah 22.5 - 225 900
8. Lumut 40 karung 100 - 1 000 4 000
9. No drop 1 kaleng 45 - 45 45
10. Rhizatun-F 3 botol 20 - 20 60
11. Polybag 4 000 buah 0.5 - 500 2 000
Total 16 482 18 272 36 087
35

Tabel 13 Biaya variabel skenario II pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama umur
bisnis
Harga/ Total biaya tahun ke- (Rp 000)
satuan
No. Jenis Jumlah Satuan 5 s.d.
(Rp 1-2 3 4
000) 15
1. NPK mutiara 300 kg 25 7 500 7 500 7 500 7 500
2. Pupuk kandang 1 karung 50 50 50 50 50
3. Decis 12 botol 16 192 192 192 192
4. Curacron 12 botol 35 420 420 420 420
5. Sekam 82 karung 100 8 200 8 200 8 200 8 200
6. Dithane M-45 4 bungkus 30 120 120 120 120
7. Upah panen
Tahun ketiga 1 orang 2 940 2 940
Tahun keempat 2 orang 2 940 5 880
Tahun kelima 6 orang 2 940 17 640
s.d. ke-15
Total 16 482 19 422 22 362 34 122

Tabel 14 Biaya variabel skenario III pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama
umur bisnis
Harga/ Total biaya tahun ke- (Rp 000)
Jum satuan
No. Jenis Satuan 5
Lah (Rp 1 2 3 4
000) s.d.15
1. NPK 300 kg 25 7 500 7 500 7 500 7 500 7 500
mutiara
2. Pupuk 13 karung 50 50 50 650 650 650
kandang
3. Decis 12 botol 16 192 192 192 192 192
4. Curacron 12 botol 35 420 420 420 420 420
5. Sekam 202 karung 100 8 200 8 200 20 200 20 200 20 200
6. Dithane 4 bungkus 30 120 120 120 120 120
M-45
7. Plastik 40 buah 22.5 - 225 900 900 900
wrap
8. Lumut 40 karung 100 - 1 000 4 000 4 000 4 000
9. No drop 1 kaleng 45 - 45 45 45 45
10. Rhizatun- 3 botol 20 - 20 60 60 60
F
11. Polybag 4 buah 0.5 - 500 2 000 2 000 2 000
000
12. Upah
panen
Tahun 1 orang 420 - - 2 940
ketiga
Tahun 1 orang 420 - - 2 940
keempat
Tahun 2 orang 420 - - 5 880
kelima s.d.
ke-15
Total 16 482 18 272 39 027 39 027 41 967
36

Berdasarkan Tabel 13, biaya variabel untuk skenario II (produksi buah)


berbeda dengan skenario I (pembibitan). Perbedaan tersebut diantaranya pada
komponen plastik wrap, lumut, no drop, rhizatun-f, dan polybag yang hanya
digunakan pada skenario I. Total biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario II
untuk tahun pertama dan kedua sebesar Rp16 482 000. Biaya variabel pada tahun
ke-3 hingga tahun ke-15 menambahkan komponen upah panen sebagai upah
pemanenan buah tin. Adapun total biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun
ketiga yaitu Rp19 422 000, biaya variabel pada tahun keempat yaitu Rp22 362 000,
dan biaya variabel pada tahun ke-5 hingga tahun ke-15 yaitu Rp34 122 000.
Berdasarkan Tabel 14, komponen biaya variabel pada skenario III
(pembibitan dan produksi buah) merupakan gabungan komponen biaya variabel
pada skenario I (pembibitan) dan skenario II (produksi buah). Penggunaan biaya
variabel tahun pertama dan kedua juga mengalami perbedaan. Selain itu, pada tahun
ketiga hingga tahun ke-15 terdapat penambahan komponen biaya variabel yaitu
upah panen untuk kegiatan panen buah tin. Oleh karena itu, total biaya variabel
yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp16 482 000, total biaya variabel
yang dikeluarkan pada tahun kedua sebesar Rp18 272 000, total biaya variabel yang
dikeluarkan pada tahun ketiga dan keempat sebesar Rp39 027 000, dan total biaya
variabel yang dikeluarkan pada tahun ke-5 hingga tahun ke-15 sebesar Rp41 967
000.

Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario I (pembibitan) sama dengan
skenario II (produksi buah), namun berbeda dengan skenario III (pembibitan dan
produksi buah). Terutama pada penggunaan tenaga kerja. Awal mendirikan usaha
hingga tahun kedua jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk masing-masing
skenario adalah satu orang. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan penggunaan
biaya karena pada dua tahun awal usaha tanaman tin belum mulai berproduksi.
Penambahan jumlah tenaga kerja pada skenario I (pembibitan) dan skenario II
(produksi buah) yaitu pada tahun ketiga menjadi dua orang. Begitu juga untuk biaya
promosi dan pemasaran, serta biaya sewa kendaraan yang baru dikeluarkan pada
tahun ketiga.

Tabel 15 Biaya tetap skenario I dan II pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama
umur bisnis
Harga/satuan Total biaya tahun ke- (Rp 000)
No. Jenis Jumlah Satuan
(Rp 000) 1-2 3 s.d. 15
1. Tenaga kerja 12 bulan 2 880 17 280 34 560
2. Listrik 12 bulan 200 2 400 2 400
3. Telepon 12 bulan 300 3 600 3 600
4. Promosi dan 4 kali 1 500 6 000
pemasaran
5. Sewa lahan 1 000 m2 5 5 000 5 000
6. Sewa kendaraan 12 bulan 300 3 600
Total 28 280 55 160

Berdasarkan Tabel 15, total biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario I
(pembibitan) dan skenario II (produksi buah) pada tahun pertama dan kedua adalah
37

Rp28 280 000, sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan mulai tahun ketiga hingga
seterusnya adalah Rp55 160 000.
Adapun total biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario III (pembibitan
dan produksi buah) pada tahun pertama dan kedua adalah Rp28 280 000, sedangkan
biaya tetap yang dikeluarkan mulai tahun ketiga hingga seterusnya adalah Rp72
440 000. Rincian biaya tetap skenario III dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Biaya tetap skenario III pengusahaan tin Jogja Ara Garden selama umur
bisnis
Harga/satuan Total biaya tahun ke- (Rp 000)
No. Jenis Jumlah Satuan
(Rp 000) 1-2 3 s.d. 15
1. Tenaga kerja 12 bulan 4 320 17 280 51 840
2. Listrik 12 bulan 200 2 400 2 400
3. Telepon 12 bulan 300 3 600 3 600
4. Promosi dan 4 kali 1 500 6 000
pemasaran
5. Sewa lahan 1 000 m2 5 5 000 5 000
6. Sewa kendaraan 12 bulan 300 3 600
Total 28 280 72 440

Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan termasuk biaya yang diperhitungkan dalam analisis
finansial. Pajak penghasilan suatu usaha berhubungan dengan pengurangan
manfaat bersih yang diterima oleh suatu bisnis. Pajak penghasilan di dalam cash
flow diambil dari pajak yang terdapat pada laporan laba/rugi dengan dasar tarif
pajak yang ditentukan terhadap laba bersih operasional dari kegiatan bisnis
(Nurmalina et al. 2014). Ketentuan pajak penghasilan yang harus dikeluarkan oleh
pengusahaan tin Jogja Ara Garden mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/ 2013 yaitu sebesar 1% (Kemenkeu
2013). Adapun besarnya pajak yang dikeluarkan oleh Jogja Ara Garden
berdasarkan skenario I, II, dan III dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Tarif pajak yang dikeluarkan beberapa skenario pengusahaan tin Jogja
Ara Garden selama umur bisnis
Pajak yang dikeluarkan tahun ke- (Rp)
No Kriteria
1 2 3 4 5 s.d. 15
1. Skenario I (516 073.67) (428 973.67) 239 076.33 219 076.33 219 076.33
(pembibitan)
2. Skenario II (516 073.67) (516 073.67) (324 273.67) 136 426.33 1 979 026.33
(produksi
buah)
3. Skenario III (516 073.67) (428 973.67) 279 951.33 502 876.33 1 445 476.33
(pembibitan
dan produksi
buah)

Analisis laporan laba/rugi


Analisis laporan laba/rugi perlu dilakukan dalam pengelolaan suatu bisnis.
Proyeksi laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh
38

pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis-
jenis biaya yang dikeluarkan serta jumlah dalam periode yang sama. Selain itu, pada
laporan laba/rugi dapat dilihat kondisi keuangan perusahaan terdapat keuntungan
atau kerugian dalam suatu periode atau beberapa periode (Kasmir dan Jakfar 2010).
Analisis laporan laba/rugi pada pengusahaan tin Jogja Ara Garden dibagi
dalam tiga skenario, yaitu skenario I (pembibitan), skenario II (produksi buah), dan
skenario III (pembibitan dan produksi buah). Secara umum pada tahun pertama
hingga tahun kedua mendirikan usaha, Jogja Ara Garden skenario I, II, dan III
masih mengalami kerugian. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut tanaman tin
masih belum menghasilkan sehingga biaya yang dikeluarkan lebih tinggi daripada
manfaat yang diterima. Pengusahaan tin Jogja Ara Garden baru bisa memperoleh
laba sejak tahun ketiga setelah tanam, yakni saat tanaman tin sudah menghasilkan
baik itu produksi bibit maupun produksi buah.
Nilai laba tahun ketiga yang dihasilkan pada skenario I (pembibitan) sebesar
Rp23 668 557.01 dan laba konstan yang diterima mulai tahun ke-4 hingga tahun
ke-15 yakni sebesar Rp21 668 557.01. Hal tersebut berbeda dengan skenario II
(produksi buah) yang pada tahun ketiga masih mengalami laba negatif karena
tanaman tin mulai menghasilkan buah pada tahun ketiga. Laba positif pada skenario
II (produksi buah) terjadi pada tahun keempat yaitu sebesar Rp13 506 207 dan laba
konstan yang diterima mulai tahun ke-5 hingga tahun ke-15 yakni sebesar Rp195
923 607. Selanjutnya nilai laba pada skenario III (pembibitan dan produksi buah)
dimulai pada tahun ketiga yakni sebesar Rp27 715 182.01, pada tahun keempat
terjadi peningkatan laba sebesar Rp49 784 757.01, dan laba konstan yang diterima
mulai tahun ke-5 hingga ke-15 sebesar Rp143 102 157.01. Rincian lebih lengkap
analisis laporan laba/rugi pengusahaan tin Jogja Ara Garden dapat dilihat pada
Lampiran 2, 3, dan 4.

Hasil kelayakan usaha


Penentuan layak atau tidaknya suatu investasi dari aspek keuangan perlu
dilakukan dan dapat diukur dengan beberapa kriteria. Beberapa kriteria yang umum
digunakan (Kasmir dan Jakfar 2010 serta Numalina et al. 2014) untuk menentukan
kelayakan investasi suatu usaha adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).
Berdasarkan kriteria tersebut, pengusahaan tin Jogja Ara Garden secara umum
layak untuk dijalankan pada skenario I, II, dan III. Rincian kelayakan pengusahaan
tin Jogja Ara Garden skenario I, II, dan III dalam kondisi normal dapat dilihat pada
Tabel 18.

Tabel 18 Kelayakan investasi beberapa skenario dalam kondisi normal pada


pengusahaan tin Jogja Ara Garden
Skenario III
Kriteria Kriteria Skenario I Skenario II
investasi kelayakan (pembibitan dan
(pembibitan) (produksi buah)
produksi buah)
NPV NPV>0 Rp81 694 713.59 Rp1 138 379 211.22 Rp886 674 596.83
Net B/C Net B/C>1 1.76 9.35 9.27
IRR IRR>5.7% 16% 50% 52.88%
PP PP<15 tahun 3.81 tahun 4.23 tahun 3.47 tahun
Kesimpulan Layak Layak Layak
39

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa pengusahaan tin Jogja Ara


Garden skenario I, II, dan III menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol. Namun,
nilai NPV terbesar dihasilkan pada skenario II (produksi buah) yaitu Rp1 138 379
211.22. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan tin Jogja Ara Garden pada
skenario II akan memberikan manfaat bersih kini sebesar Rp1 138 379 211.22
selama jangka waktu 15 tahun.
Nilai Net B/C yang diperoleh pengusahaan tin Jogja Ara Garden pada
skenario I, II dan III lebih besar dari satu. Namun, nilai Net B/C pada skenario II
(produksi buah) lebih besar daripada skenario I (pembibitan) dan skenario III
(pembibitan dan produksi buah). Nilai Net B/C skenario II adalah 9.35. Hal ini
menunjukkan bahwa pengusahaan tin Jogja Ara Garden pada skenario II berarti
setiap Rp1.00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp9.35.
Nilai IRR yang diperoleh pengusahaan tin Jogja Ara Garden pada skenario
I, II, dan III lebih besar dari discount rate yang ditetapkan yaitu 5.7%. Namun, nilai
IRR skenario III (pembibitan dan produksi buah) lebih besar daripada skenario I
(pembibitan) dan skenario II (produksi buah). Nilai IRR pada skenario III adalah
52.88%. Hal ini menunjukkan pada skenario III tingkat pengembalian bisnis
terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 52.88%.
Payback period pengusahaan tin Jogja Ara Garden pada skenario I, II, dan
III kurang dari umur investasi yang ditetapkan yaitu 15 tahun. Namun, pada
skenario III (pembibitan dan produksi buah) jangka waktu pengembalian investasi
lebih cepat dibandingkan skenario I (pembibitan) dan skenario II (produksi buah)
yaitu 3.47 tahun.
Berdasarkan Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa nilai investasi terbaik
berdasarkan kriteria NPV dan Net B/C adalah skenario II (produksi buah)
dibandingkan skenario I (pembibitan) dan skenario III (pembibitan dan produksi
buah). Jika dinilai berdasarkan kriteria IRR dan payback period maka skenario III
(pembibitan dan produksi buah) lebih baik daripada skenario I (pembibitan) dan
skenario II (produksi buah). Namun, diantara skenario II (produksi buah) dan
skenario III (pembibitan dan produksi buah) yang memberikan nilai kriteria
investasi yang lebih baik adalah skenario III (pembibitan dan produksi buah). Hal
ini dapat dilihat pada komponen IRR dan payback period skenario III (pembibitan
dan produksi buah) memberikan tingkat pengembalian bisnis terhadap investasi
yang ditanamkan lebih besar dan lebih cepat dibandingkan skenario II (produksi
buah).

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan


yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Besarnya perubahan
pada analisis sensitivitas telah diketahui secara empirik. Tingkat sensitivitas yang
diukur pada pengusahaan tin Jogja Ara Garden yaitu terjadi penurunan produksi
sebesar 50% dan terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30%.
Analisis sensitivitas yang dilakukan pada skenario I (pembibitan), skenario II
(produksi buah), dan skenario III (pembibitan dan produksi buah) untuk melihat
40

seberapa tingkat sensitivitas pengusahaan tin Jogja Ara Garden terhadap peubah
komponen inflow dan outflow yang ditetapkan.
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa jika terjadi penurunan produksi
sebesar 50% pada skenario I (pembibitan), maka NPV yang dihasilkan negatif
sebesar Rp94 716 461.24, Net B/C sebesar 0.26, IRR sebesar negatif 12%, dan
payback period selama 4.80 tahun. Jika terjadi penurunan produksi sebesar 50%
pada skenario II (produksi buah), maka NPV yang dihasilkan sebesar Rp135 058
901.61, Net B/C sebesar 1.71, IRR sebesar 14%, dan payback period selama 5.21
tahun. Jika terjadi penurunan produksi sebesar 50% pada skenario III (pembibitan
dan produksi buah), maka NPV yang dihasilkan sebesar Rp212 744 993.70, Net
B/C sebesar 2.80, IRR sebesar 21.39%, dan payback period selama 4.65 tahun.
Penurunan jumlah produksi sebesar 50% pada skenario I (pembibitan)
mengakibatkan pengusahaan tin Jogja Ara Garden menjadi tidak layak untuk
dijalankan, sedangkan pada skenario II (produksi buah) dan skenario III
(pembibitan dan produksi buah) pengusahaan tin masih layak untuk dijalankan.
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa peningkatan harga NPK mutiara
sebesar 30% pada skenario I (pembibitan) menghasilkan NPV sebesar Rp59 407
347.75, Net B/C sebesar 1.53, IRR sebesar 13%, dan payback period selama 3.89
tahun. Jika terjadi peningkatan harga NPK mutiara sebesar 30% pada skenario II
(produksi buah), maka menghasilkan NPV sebesar Rp1 116 091 845.39, Net B/C
sebesar 8.84, IRR sebesar 48%, dan payback period selama 4.25 tahun. Selanjutnya
peningkatan harga NPK mutiara sebesar 30% pada skenario III (pembibitan dan
produksi buah) menghasilkan NPV sebesar Rp864 387 230.99, Net B/C sebesar
8.77, IRR sebesar 50.87%, dan payback period selama 3.53 tahun. Peningkatan
harga NPK mutiara sebesar 30% pada skenario I (pembibitan), skenario II (produksi
buah), dan skenario III (pembibitan dan produksi buah) mengakibatkan
pengusahaan tin Jogja Ara Garden masih layak untuk dijalankan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengusahaan tin Jogja Ara Garden
skenario I, II, dan III lebih sensitif terhadap penurunan jumlah produksi daripada
peningkatan harga pupuk NPK mutiara. Hasil analisis sensitivitas masing-masing
skenario dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19 Sensitivitas penurunan jumlah produksi sebesar 50 persen terhadap


kelayakan usaha pada beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara
Garden
Net Payback
No. Kriteria NPV IRR Kesimpulan
B/C period
1. Normal Rp886 674 596.83 9.27 52.88% 3.47 tahun Layak
2. Skenario I (Rp94 716 461.24) 0.26 (12%) 4.80 tahun Tidak layak
(pembibitan)
3. Skenario II (produksi Rp135 058 901.61 1.71 14% 5.21 tahun Layak
buah)
4. Skenario III Rp212 744 993.70 2.80 21.39% 4.65 tahun Layak
(pembibitan dan
produksi buah)
41

Tabel 20 Sensitivitas peningkatan harga NPK mutiara sebesar 30 persen terhadap


kelayakan usaha pada beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara
Garden
Net Payback
No. Kriteria NPV IRR Kesimpulan
B/C period
1. Normal Rp886 674 596.83 9.27 52.88% 3.47 tahun Layak
2. Skenario I Rp59 407 347.75 1.53 13% 3.89 tahun Layak
(pembibitan)
3. Skenario II Rp1 116 091 845.39 8.84 48% 4.25 tahun Layak
(produksi buah)
4. Skenario III Rp864 387 230.99 8.77 50.87% 3.53 tahun Layak
(pembibitan dan
produksi buah)

Analisis Switching Value

Analisis switching value pengusahaan tin Jogja Ara Garden dilakukan untuk
mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow
(penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga pupuk
NPK mutiara) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Besarnya
perubahan maksimum pada komponen inflow dan outflow tidak diketahui secara
empirik sehingga dilakukan dengan menghitung besarnya perubahan menggunakan
metode interpolasi yang menghasilkan perubahan pada NPV sama dengan nol
(NPV=0). Analisis switching value yang dilakukan pada skenario I (pembibitan),
skenario II (produksi buah), dan skenario III (pembibitan dan produksi buah) untuk
melihat seberapa perubahan masksimum yang bisa ditoleransi agar pengusahaan tin
Jogja Ara Garden masih tetap layak dijalankan.
Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa pada skenario I
(pembibitan) penurunan jumlah produksi yang masih dapat ditoleransi agar bisnis
dapat dijalankan yaitu sebesar 36.27% dan peningkatan harga pupuk NPK mutiara
sebesar 109.97%. Switching value pada skenario II (produksi buah) menunjukkan
bahwa penurunan jumlah produksi yang masih dapat ditoleransi agar bisnis dapat
dijalankan yaitu sebesar 56.73% dan peningkatan harga pupuk NPK mutiara
sebesar 1 532.32%. Selanjutnya pada skenario III (pembibitan dan produksi buah)
hasil analisis switching value menunjukkan bahwa penurunan jumlah produksi
yang masih dapat ditoleransi agar bisnis dapat dijalankan yaitu sebesar 58.16% dan
peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 1 193.51%. Adapun hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Switching value beberapa skenario pengusahaan tin Jogja Ara Garden
Skenario III
Skenario I Skenario II
No. Perubahan maksimum (pembibitan dan
(pembibitan) (produksi buah)
produksi buah)
1. Penurunan produksi (%) 36.27 56.73 58.16
2. Peningkatan harga pupuk 109.97 1 532.32 1 193.51
NPK mutiara (%)
42

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai analisis kelayakan


pengusahaan buah tin (Ficus carica) Kebun Jogja Ara Garden di Yogyakarta adalah
berdasarkan hasil analisis kelayakan aspek nonfinansial dan aspek finansial bahwa
pengusahaan buah tin Jogja Ara Garden di Yogyakarta layak untuk dijalankan.
Analisis aspek nonfinansial terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan.
Berdasarkan aspek pasar diperoleh hasil bahwa pemasaran tin Jogja Ara Garden
mencakup wilayah domestik untuk bibit dan buah, serta pemasaran ke wilayah
mancanegara yaitu Malaysia dan Thailand berupa bibit tin. Selanjutnya pada aspek
teknis diperoleh hasil bahwa beberapa kriteria dalam aspek teknis telah dipenuhi
oleh pengusahaan tin Jogja Ara Garden. Selanjutnya pada aspek manajemen dan
hukum diperoleh hasil bahwa pengusahaan tin Jogja Ara Garden telah memenuhi
kriteria aspek manajemen yaitu adanya pembagian tenaga kerja dan aspek hukum
yaitu usaha telah mendapatkan izin dari rt, rw. dan dukuh setempat. Selain itu pada
aspek sosial, ekonomi, dan budaya diperoleh hasil bahwa pengusahaan tin Jogja
Ara Garden memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat setempat. Berikutnya pada aspek lingkungan diperoleh hasil
bahwa pengusahaan tin Jogja Ara Garden tidak menghasilkan limbah yang dapat
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Analisis kelayakan aspek finansial pengusahaan buah tin (Ficus carica)
Jogja Ara Garden di Yogyakarta terbagi menjadi tiga skenario, yaitu skenario I
berupa pembibitan, skenario II berupa produksi buah, dan skenario III berupa
pembibitan dan produksi buah. Analisis laba/rugi pengusahaan buah tin (Ficus
carica) Jogja Ara Garden di Yogyakarta dilakukan sebelum menganalisis
kelayakan investasi. Adapun hasil analisis laporan laba/rugi pengusahaan tin Jogja
Ara Garden, yaitu skenario I (pembibitan) memperoleh laba positif pada tahun
ketiga, skenario II (produksi buah) memperoleh laba positif pada tahun keempat,
dan skenario III (pembibitan dan produksi buah) memperoleh laba positif pada
tahun ketiga. Hasil kriteria kelayakan investasi pada skenario I (pembibitan),
skenario II (produksi buah), dan skenario III (pembibitan dan produksi buah) telah
memenuhi syarat kelayakan, yaitu nilai NPV lebih besar dari 0, nilai Net B/C lebih
besar dari 1, nilai IRR lebih besar dari 5.7%, dan nilai payback period kurang dari
15 tahun. Berdasarkan analisis aspek finansial skenario III (pembibitan dan
produksi buah) lebih dipilih karena nilai IRR dan payback period skenario III
(pembibitan dan produksi buah) memberikan tingkat pengembalian bisnis terhadap
investasi yang ditanamkan lebih besar dan lebih cepat dibandingkan skenario I
(pembibitan) dan skenario II (produksi buah).
Analisis sensitivitas pengusahaan buah tin (Ficus carica) Jogja Ara Garden
di Yogyakarta pada skenario I (pembibitan), skenario II (produksi buah), dan
skenario III (pembibitan dan produksi buah) sensitif terhadap penurunan produksi
sebesar 50% daripada peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30%.
Analisis switching value pengusahaan buah tin (Ficus carica) Jogja Ara Garden di
Yogyakarta pada skenario I (pembibitan), skenario II (produksi buah), dan skenario
43

III (pembibitan dan produksi buah) memberikan batas maksimum penurunan


produksi dan batas maksimum peningkatan harga pupuk NPK mutiara yang
menghasilkan NPV sama dengan 0, Net B/C sama dengan 1, IRR sama dengan
5.7%, dan payback period kurang dari 15 tahun.

Saran

Beberapa hal yang disarankan kepada pengusaha tin Jogja Ara Garden di
Yogyakarta sebagai berikut.
1. Sebaiknya pengusaha memanfaatkan secara maksimal luas lahan yang disewa
untuk pengusahaan tanaman tin. Luas lahan yang disewa sebesar 2 000 m2,
namun yang dimanfaatkan sebagai pengusahaan tanaman tin hanya 1 000 m2.
Hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya biaya tetap yang dikeluarkan oleh
pengusaha setiap tahun.
2. Lokasi kebun pengusahaan tin Jogja Ara Garden sangat strategis karena berada
dipinggir jalan desa. Namun, kurangnya papan nama identitas Jogja Ara Garden
mengakibatkan lokasi kebun sulit untuk ditemukan. Meskipun secara online,
lokasi kebun Jogja Ara Garden telah terdaftar pada aplikasi Google Maps.

DAFTAR PUSTAKA

Agrifarming. 2017. Fig farming (anjeer) information guide [Internet]. [diunduh


2017 Des 6]. Tersedia pada: www.agrifarming.in/fig-farming-anjeer
Astanu DA, Ismono RH, Rosanti N. 2013. Analisis kelayakan finansial budidaya
intensif tanaman pala di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. JIIA.
1(3): 218-225.
[BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2018. Metadata Stasiun Kabupaten
Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
[BPPD] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2013. Roadmap Penguatan
Sistem Informasi Daerah (SIDa) Kabupaten Sleman.
Brien J, Hardy S, Gosford. 2002. Fig growing in NSW. Agfact First Edition. H3 1
19:1-8.
Erviyana P. 2014 Faktor-faktor yang memengaruhi produksi tanaman pangan
jagung di Indonesia. JEJAK. 7(2): 194-202.
[FAO] Food and Agricultue Organization. 2017. Production Crops All Data.
Fahmi I, Syarifuddin, Hadi YL. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Aplikasi.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Flaishman MA, Rodov V, Stover E. 2008. Horticultural Reviews. Janick J, editor.
USA: John Wiley & Sons, Inc.
Gaol TW, Purwoko A, Affandi O. 2015. Studi kelayakan ekonomi budidaya durian
(Durio zibethinus Murr) rakyat di Desa Lau Bagot Kecamatan Tigalingga
Kabupaten Dairi. 1-8.
44

Halim A. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis Kajian dari Aspek Keuangan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
[ITIS Report] Integrated Taxonomic Information System Report. 2018. Ficus
carica L. Taxonomic Serial No: 19093.
Jumingan. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Teori & Pembuatan Proposal Kelayakan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Kislev ME, Hartmann A, Bar-Yosef O. 2006. Early domesticated fig in the Jordan
valley. Science. 312(5778): 1372-1374.
Lev-Yadun S, Ne’eman G, Abbo S, Flaishman MA. 2006. Comment on early
domesticated fig in the Jordan valley. Science. 314(5806): 1683a.
Marpaung AE, Hutabarat RC. 2015. Respon jenis perangsang tumbuh berbahan
alami dan asal setek batang terhadap pertumbuhan bibit tin (Ficus carica
L.). Jurnal Hortikultura. 25(1): 37-43.
Manago N. 2006. Fig in the Japanese society for horticultural science (eds.).
Horticultural in Japan. 106-120.
Morton JF. 2004. Fruits of Warm Climates. Miami: Creative Resource Systems,
Inc.
Mutmainnah L, Effendi U, Dewi IA. 2014. Analisis kelayakan teknis dan finansial
puree mangga podang urang pada skala industri kecil menengah (studi
kasus pada IKM kelompok wanita tani budidaya Tiron Makmur Banyakan,
Kediri). Jurnal Industria. 3(3): 127-137.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: IPB
Press.
Poerwanto R, Susila AD. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor: IPB Press.
Putinella JA. 2014. Perbaikan fisik tanah kambisol akibat pemberian bokashi ela
sagu dan pupuk ABG (Amazing Bio Growth) bunga-buah. Jurnal Budiaya
Pertanian. 10(1): 14-20.
Rahimah DS, Pujiastuti E. 2016. Prospek Bisnis Buah Tin. Depok: PT Trubus
Swadaya.
Safaruddin. 2013. Analisis kelayakan budidaya tanaman kakao sambung samping.
Jurnal Perbal. 2(2): 37-52.
Stover ED, Aradhya M, Ferguson L, Crisosto CH. 2007. The fig: overview of an
ancient fruit. Horticultural Science. 42(5): 1083-1087.
Tjitrosoepomo G. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
[UPTBP3K] Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan. 2017. Profil UPTBP3K Wilayah II Godean, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Winantara MY, Bakar A, Puspitaningsih R. 2014. Analisis kelayakan usaha kopi
luwak di Bali. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. 2(3): 118-129.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi kegiatan penelitian


46

46
Lampiran 2 Laporan laba/rugi skenario I
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Penerimaan
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Total penerimaan 10 500 000 122 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000
Pengeluaran
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Total biaya 44 762 000 46 552 000 91 247 000 91 247 000 91 247 000 91 247 000 91 247 000 91 247 000
Total penyusutan 6 845 366.66 6 845 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66
Total pengeluaran 51 607 366.66 53 397 366.66 98 592 366.66 98 592 366.66 98 592 366.66 98 592 366.66 98 592 366.66 98 592 366.66
Laba kotor (51 607 366.66) (42 897 366.66) 23 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34
Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0
Laba sebelum pajak (51 607 366.66) (42 897 366.66) 23 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34 21 907 633.34
Pajak (1%) (516 073.67) (428 973.67) 239 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33
Laba bersih (51 091 292.99) (42 468 392.99) 73 688 557.01 21 688 557.01 21 688 557.01 21 688 557.01 21 688 557.01 21 688 557.01
Lampiran 3 Laporan laba/rugi skenario II
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Penerimaan
Buah tin 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000
Total penerimaan 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000
Pengeluaran
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Upah panen 2 940 000 5 880 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Total biaya 44 762 000 44 762 000 74 582 000 77 522 000 89 282 000 89 282 000 89 282 000 89 282 000
Total penyusutan 6 845 366.67 6 845 366.67 6 845 366.67 6 845 366.67 6 845 366.67 6 845 366.67 6 845 366.67 6 845 366.67
Total pengeluaran 51 607 366.67 51 607 366.67 81 427 366.67 84 367 366.67 96 127 366.67 96 127 366.67 96 127 366.67 96 127 366.67
Laba kotor (51 607 366.67) (51 607 366.67) (32 427 366.67) 13 642 633.33 197 902 633.33 197 902 633.33 197 902 633.33 197 902 633.33
Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0
Laba sebelum pajak (51 607 366.67) (51 607 366.67) (32 427 366.67) 13 642 633.33 197 902 633.33 197 902 633.33 197 902 633.33 197 902 633.33
Pajak (1%) (516 073.67) (516 073.67) (324 273.67) 136 426.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33
Laba bersih (51 091 293) (51 091 293) (32 103 093) 13 506 207 195 923 607 195 923 607 195 923 607 195 923 607

47
47
48

48
Lampiran 4 Laporan laba/rugi skenario III
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Penerimaan
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Buah tin 24 307 500 48 600 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000
Total penerimaan 10 500 000 146 807 500 169 100 000 266 300 000 266 300 000 266 300 000 266 300 000
Pengeluaran
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Upah panen 2 940 000 2 940 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Total biaya 44 762 000 46 552 000 111 467 000 111 467 000 114 407 000 114 407 000 114 407 000 114 407 000
Total penyusutan 6 845 366.66 6 845 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66 7 345 366.66
Total pengeluaran 51 607 366.66 53 397 366.66 118 812 366.66 118 812 366.66 121 752 366.66 121 752 366.66 121 752 366.66 121 752 366.66
Laba kotor (51 607 366.66) (42 897 366.66) 27 995 133.34 50 287 633.34 144 547 633.34 144 547 633.34 144 547 633.34 144 547 633.34
Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0
Laba sebelum pajak (51 607 366.66) (42 897 366.66) 27 995 133.34 50 287 633.34 144 547 633.34 144 547 633.34 144 547 633.34 144 547 633.34
Pajak (1%) (516 073.67) (428 973.67) 279 951.33 502 876.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33
Laba bersih (51 091 292.99) (42 468 392.99) 27 715 182.01 49 784 757.01 143 102 157.01 143 102 157.01 143 102 157.01 143 102 157.01
Lampiran 5 Cashflow skenario I
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 10 500 000 122 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 121 593 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000

49
49
50

50
Lanjutan lampiran 5 Cashflow skenario I
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 239 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33
Total outflow 79 575 776.33 46 123 026.33 92 986 076.33 104 670 926.33 91 841 076.33 99 716 076.33 104 670 926.33 92 966 076.33
Net benefit (79 575 776.33) (35 623 026.33) 29 513 923.67 15 829 073.67 28 658 923.67 20 783 923.67 15 829 073.67 28 627 673.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (31 884 590.03) 24 992 056.14 12 681 059.82 21 721 256.26 14 903 134.29 10 738 177.76 12 464 109.29
NPV 81 694 713.59
NPV positif 188 863 860.22
NPV negatif (107 169 146.64)
Net B/C 1.76
IRR 16%
PP 3.81 tahun

Lampiran 6 Cashflow skenario II


Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Buah tin 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000
Nilai sisa 93 750
Total inflow 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 123 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Lanjutan lampiran 6 Cashflow skenario II
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Upah panen 2 940 000 5 880 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (516 073.67) (324 273.67) 136 426.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33
Total outflow 79 575 776.33 44 245 926.33 74 257 726.33 90 863 276.33 91 636 026.33 98 011 026.33 104 465 876.33 91 261 026.33
Net benefit (79 575 776.33) (44 245 926.33) (25 257 726.33) 7 146 723.67 202 393 973.67 196 018 973.67 189 564 123.67 202 862 723.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (39 602 565.17) (21 387 956.46) 5 725 415.92 153 399 039.60 140 555 610.91 128 597 118.20 88 323 738.34
NPV 1 138 379 211.22
NPV positif 1 274 654 289.45
NPV negatif (136 275 078.23)
Net B/C 9.35
IRR 50%
PP 4.23 tahun

51
51
52

52
Lampiran 7 Cashflow skenario III
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Buah tin 24 307 500 48 600 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 10 500 000 146 807 500 169 100 000 266 300 000 266 300 000 266 300 000 267 393 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Lanjutan lampiran 7 Cashflow skenario III
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Upah panen 2 940 000 2 940 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 279 951.33 502 876.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33
Total outflow 79 575 776.33 46 123 026.33 113 246 951.33 125 174 726.33 116 227 476.33 124 102 476.33 129 057 326.33 117 352 476.33
Net benefit (79 575 776.33) (35 623 026.33) 33 560 548.67 43 925 273.67 150 072 523.67 142 197 523.67 137 242 673.67 150 041 273.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (31 884 590.03) 28 418 692.34 35 189 615.92 113 743 411.35 101 962 883.67 93 103 125.14 65 325 979.84
NPV 886 674 596.83
NPV positif 993 843 743.46
NPV negatif (107 169 146.64)
Net B/C 9.27
IRR 52.88%
PP 3.47 tahun

Lampiran 8 Sensitivitas skenario I apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen


Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000
Bibit tabulampot
Bibit cutting
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000 101 093 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000

53
53
54

54
Lanjutan lampiran 8 Sensitivitas skenario I apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 239 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33
Total outflow 79 575 776.33 46 123 026.33 92 986 076.33 104 670 926.33 91 841 076.33 99 716 076.33 104 670 926.33 92 966 076.33
Net benefit (79 575 776.33) (46 123 026.33) 7 013 923.67 (4 670 926.33) 8 158 923.67 283 923.67 (4 670 926.33) 8 127 673.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (41 282 674.08) 5 939 311.09 (3 741 993.84) (6 183 835.58) 203 587.77 (3 168 677.98) 3 538 681.28
Lanjutan lampiran 8 Sensitivitas skenario I apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
NPV (94 716 461.24)
NPV positif 33 899 159.03
NPV negatif (128 615 620.27)
Net B/C 0.26
IRR -12%
PP 4.80 tahun

Lampiran 9 Sensitivitas skenario II apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen


Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Buah tin 24 500 000 49 005 000 147 015 000 147 015 000 147 015 000 147 015 000
Nilai sisa 93 750
Total inflow 24 500 000 49 005 000 147 015 000 147 015 000 147 015 000 147 108 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000

55
55
56

Lanjutan lampiran 9 Sensitivitas skenario II apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen

56
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Sekam 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Upah panen 2 940 000 5 880 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (516 073.67) (324 273.67) 136 426.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33
Total outflow 79 575 776.33 44 245 926.33 74 257 726.33 90 863 276.33 91 636 026.33 98 011 026.33 104 465 876.33 91 261 026.33
Net benefit (79 575 776.33) (44 245 926.33) (49 757 726.33) (41 858 276.33) 55 378 973.67 49 003 973.67 42 549 123.67 55 847 723.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (39 602 565.17) (42 134 278.86) (33 533 693.57) 41 972 995.64 35 138 350.78 28 864 610.98 24 315 357.91
NPV 135 058 901.61
NPV positif 325 613 995.81
NPV negatif (190 555 094.20)
Net B/C 1.71
IRR 14%
PP 5.21 tahun

Lampiran 10 Sensitivitas skenario III apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000 100 000 000
Bibit tabulampot
Bibit cutting
Buah tin 12 153 750 24 300 000 72 900 000 72 900 000 72 900 000 72 900 000
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 112 153 750 124 300 000 172 900 000 172 900 000 172 900 000 173 993 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Lanjutan lampiran 10 Sensitivitas skenario III apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Upah panen 2 940 000 2 940 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 279 951.33 502 876.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33
Total outflow 79 575 776.33 46 123 026.33 113 246 951.33 125 174 726.33 116 227 476.33 124 102 476.33 129 057 326.33 117 352 476.33
Net benefit (79 575 776.33) (46 123 026.33) (1 093 201.33) (874 726.33) 56 672 523.67 48 797 523.57 43 842 673.67 56 641 273.67

57
57
58

Lanjutan lampiran 10 Sensitivitas skenario III apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen

58
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (41 282 674.08) (925 710.50) (700 764.75) 42 953 406.89 34 990 315.59 29 742 133.58 24 660 859.05
NPV 212 744 993.70
NPV positif 330 938 699.63
NPV negatif (118 193 705.93)
Net B/C 2.80
IRR 21.39%
PP 4.65 tahun

Lampiran 11 Sensitivitas skenario I apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 10 500 000 122 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 121 593 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Lanjutan lampiran 11 Sensitivitas skenario I apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Biaya variabel
NPK mutiara 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 239 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33
Total outflow 81 825 776.33 48 373 026.33 95 236 076.33 106 920 926.33 94 091 076.33 101 966 076.33 106 920 926.33 95 216 076.33
Net benefit (81 825776.33) (37 873 026.33) 27 263 923.67 13 579 073.67 26 408 923.67 18 533 923.67 13 579 073.67 26 377 673.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (77 413 222.64) (33 898 465.19) 23 086 781.64 10 878 529.54 20 015 929.60 13 289 769.43 9 211 815.55 11 484 489.14
NPV 59 407 347.75
NPV positif 170 719 035.58
NPV negatif (111 311 687.83)
Net B/C 1.53
IRR 13%
PP 3.89 tahun

59
59
60

60
Lampiran 12 Sensitivitas skenario II apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Buah tin 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000
Nilai sisa 93 750
Total inflow 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 123 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Upah panen 2 940 000 5 880 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (516 073.67) (324 273.67) 136 426.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33
Lanjutan lampiran 12 Sensitivitas skenario II apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Total outflow 81 825 776.33 46 495 926.33 76 507 726.33 93 113 276.33 93 886 026.33 100 201 026.33 106 715 876.33 93 511 026.33
Net benefit (81 825 776.33) (46 495 926.33) (27 507 726.33) 4 896 723.67 200 143 973.67 193 768 973.67 187 314 123.67 200 612 723.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (77 413 222.64) (41 616 440.32) (23 293 230.97) 3 922 885.64 151 693 712.94 138 942 246.05 127 070 755.99 87 344 118.20
NPV 1 116 091 845.39
NPV positif 1 285 414 739.31
NPV negatif (142 322 893.93)
Net B/C 8.84
IRR 48%
PP 4.25 tahun

Lampiran 13 Sensitivitas skenario III apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Buah tin 24 307 500 48 600 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 10 500 000 146 807 500 169 100 000 266 300 000 266 300 000 266 300 000 267 393 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000

61
61
62

Lanjutan lampiran 13 Sensitivitas skenario III apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 30 persen

62
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000 9 750 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Upah panen 2 940 000 2 940 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 279 951.33 502 876.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33
Total outflow 81 825 776.33 48 373 026.33 115 496 951.33 127 424 726.33 118 477 476.33 126 352 476.33 131 307 326.33 119 602 476.33
Net benefit (81 825 776.33) (37 873 026.33) 31 310 548.67 41 675 273.67 147 322 523.67 139 947 523.67 134 992 673.67 147 791 273.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (77 413 222.64) (33 898 465.19) 26 513 417.84 33 387 085.64 112 038 084.69 100 349 518.81 91 576 762.92 64 346 359.69
NPV 864 387 230.99
NPV positif 975 698 918.82
NPV negatif (111 311 687.83)
Net B/C 8.77
IRR 50.87%
PP 3.53 tahun
Lampiran 14 Switching value skenario I apabila terjadi penurunan produksi sebesar 36.27 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot
Bibit cutting 1 745 060 1 745 060 1 745 060 1 745 060 1 745 060 1 745 060
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 111 745 060 111 745 060 111 745 060 111 745 060 111 745 060 112 838 810
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000

63
63
64

64
Lanjutan lampiran 14 Switching value skenario I apabila terjadi penurunan produksi sebesar 36.27 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 239 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33
Total outflow 79 575 776.33 46 123 026.33 92 986 076.33 104 670 926.33 91 841 076.33 99 716 076.33 104 670 926.33 92 966 076.33
Net benefit (79 575 776.33) (46 123 026.33) 18 758 983.67 7 074 133.67 19 903 983.67 12 028 983.67 7 074 133.67 19 872 733.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (41 282 674.08) 15 884 894.82 5 667 262.29 15 085 686.22 8 625 395.37 4 798 973.49 8 652 324.57
NPV 0
NPV positif 116 567 230.68
NPV negatif (116 567 230.68)
Net B/C 1.00
IRR 5.7%
PP 4.18 tahun

Lampiran 15 Switching value skenario II apabila terjadi penurunan produksi sebesar 56.73 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Buah tin 21 202 006 42 408 340 127 225 018 127 225 018 127 225 018 127 225 018
Nilai sisa 93 750
Total inflow 21 202 006 42 408 340 127 225 018 127 225 018 127 225 018 127 318 768
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Lanjutan lampiran 15 Switching value skenario II apabila terjadi penurunan produksi sebesar 56.73 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Upah panen 2 940 000 5 880 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (516 073.67) (324 273.67) 136 426.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33
Total outflow 79 575 776.33 44 245 926.33 74 257 726.33 90 863 276.33 91 636 026.33 98 011 026.33 104 465 876.33 91 261 026.33
Net benefit (79 575 776.33) (44 245 926.33) (53 055 720.33) (48 454 936.33) 35 588 991.67 29 213 991.67 22 759 141.67 36 057 741.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (39 602 565.17) (41 926 982.81) (38 818 439.97) 26 973 713.91 20 917 923.40 15 439 419.52 15 699 062.32
NPV 0
NPV positif 198 632 501.06
NPV negatif (198 632 501.06)
Net B/C 1.00
IRR 5.7%
PP 5.62 tahun

65
65
66

66
Lampiran 16 Switching value skenario III apabila terjadi penurunan produksi sebesar 58.16 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 83 684 640 83 684 640 83 684 640 83 684 640 83 684 640 83 684 640
Bibit tabulampot
Bibit cutting
Buah tin 10 170 822 20 335 368 61 006 102 61 006 102 61 006 102 61 006 102
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 93 855 462 104 020 008 144 690 742 144 690 742 144 690 742 145 784 492
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Lanjutan lampiran 16 Switching value skenario III apabila terjadi penurunan produksi sebesar 58.16 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Upah panen 2 940 000 2 940 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 279 951.33 502 876.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33
Total outflow 79 575 776.33 46 123 026.33 113 246 951.33 125 174 726.33 116 227 476.33 124 102 476.33 129 057 326.33 117 352 476.33
Net benefit (79 575 776.33) (46 123 026.33) (19 391 489.33) (21 154 718.33) 28 463 265.67 20 588 265.67 15 633 415.67 28 432 015.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (75 284 556.60) (41 282 674.08) (16 420 493.44) (16 947 564.60) 21 572 962.57 14 762 837.52 10 605 446.66 12 378 922.39
NPV 0
NPV positif 149 935 288.72
NPV negatif (149 935 288.72)
Net B/C 1.00
IRR 5.7%
PP 5.59 tahun

Lampiran 17 Switching value skenario I apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 109.97 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 10 500 000 122 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 120 500 000 121 593 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000

67
67
68

68
Lanjutan lampiran 17 Switching value skenario I apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 109.97 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 15 747 412.50 15 747 412.50 15 747 412.50 15 747 412.50 15 747 412.50 15 747 412.50 15 747 412.50 15 747 412.50
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 239 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33 219 076.33
Total outflow 87 823 188.83 54 370 438.83 101 233 488.83 112 918 338.83 100 088 488.83 107 963 488.83 112 918 338.83 101 213 488.83
Net benefit (87 823 188.83) (43 870 438.83) 21 266 511.17 7 581 661.17 20 411 511.17 12 536 511.17 7 581 661.17 20 308 261.17
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (83 087 217.44) (39 266 482.97) 18 008 240.69 6 073 855.03 15 470 352.96 8 989 318.50 5 143 271.62 8 873 295.31
Lanjutan lampiran 17 Switching value skenario I apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 109.97 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
NPV 0
NPV positif 122 353 700.40
NPV negatif (122 353 700.40)
Net B/C 1.00
IRR 5.7%
PP 4.13 tahun

Lampiran 18 Switching value skenario II apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 1 532.32 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Buah tin 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000
Nilai sisa 93 750
Total inflow 49 000 000 98 010 000 294 030 000 294 030 000 294 030 000 294 123 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 122 424 000 122 424 000 122 424 000 122 424 000 122 424 000 122 424 000 122 424 000 122 424 000
Pupuk kandang 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000

69
69
70

70
Lanjutan lampiran 18 Switching value skenario II apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 1 532.32 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Sekam 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000 8 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Upah panen 2 940 000 5 880 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000 17 640 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000 34 560 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (516 073.67) (324 273.67) 136 426.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33 1 979 026.33
Total outflow 194 499 776.33 159 169 926.33 189 181 726.33 205 787 276.33 206 560 026.33 212 935 026.33 219 389 876.33 206 185 026.33
Net benefit (194 499 776.33) (159 169 926.33) (140 181 726.33) (107 777 276.33) 87 469 973.67 81 094 973.67 74 640 123.67 87 938 723.67
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (184 011 141.28) (142 465 937.61) (118 704 297.47) (86 343 024.01) 66 295 501.35 58 149 236.03 59 634 606.49 38 287 353.53
NPV 0
NPV positif 531 524 400.37
NPV negatif (531 524 400.37)
Net B/C 1.00
IRR 5.7%
PP 5.29 tahun

Lampiran 19 Switching value skenario III apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 1 193.51 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Inflow
Ukuran bibit 30 cm 10 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000
Bibit tabulampot 7 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
Bibit cutting 500 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Buah tin 24 307 500 48 600 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000 145 800 000
Nilai sisa 1 093 750
Total inflow 10 500 000 146 807 500 169 100 000 266 300 000 266 300 000 266 300 000 267 393 750
Outflow
Tanaman tin 15 000 000
Cangkul 330 000 330 000 330 000
Pot 1 500 000 1 500 000 1 500 000
Lanjutan lampiran 19 Switching value skenario III apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 1 193.51 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
Pompa air 1 250 000 1 250 000
Sprayer 2 550 000 2 550 000
Gunting pangkas 135 000 135 000 135 000
Ajir 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Plastik mulsa 599 850 599 850 599 850
Tong penampung 1 500 000 1 500 000
Pagar bambu 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Selang irigasi 1 980 000 1 980 000 1 980 000
Drip irigasi 625 000 625 000 625 000
Gerobak 550 000 550 000
Lampu 375 000 375 000
Tangga 385 000 385 000 385 000
Selang air 900 000 900 000
Paralon 150 000 150 000 150 000
Biaya variabel
NPK mutiara 97 013 397 97 013 397 97 013 397 97 013 397 97 013 397 97 013 397 97 013 397 97 013 397
Pupuk kandang 50 000 50 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000 650 000
Decis 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000 192 000
Curacron 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Sekam 8 200 000 8 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000 20 200 000
Dithane M-45 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Plastik wrap 225 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
Lumut 1 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000
No drop 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Rhizotun-F 20 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Polybag 500 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000
Upah panen 2 940 000 2 940 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000 5 880 000
Biaya tetap
Tenaga kerja 17 280 000 17 280 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000 51 840 000
Listrik 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Telepon 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Promosi dan pemasaran 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000 5 000 000
Sewa kendaraan 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
Pajak penghasilan (1%) (516 073.67) (428 973.67) 279 951.33 502 876.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33 1 445 476.33
Total outflow 169 089 173.33 135 636 423.33 202 760 348.33 214 688 123.33 205 740 873.33 213 615 873.33 218 570 723.33 206 865 873.33
Net benefit (169 089 173.33) (125 136 423.33) (55 952 848.33) (45 588 123.33) 60 559 126.67 52 684 126.67 47 729 276.67 60 257 876.67

71
71
72

72
Lanjutan lampiran 19 Switching value skenario III apabila terjadi peningkatan harga pupuk NPK mutiara sebesar 1 193.51 persen
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 … 15
DF (i=5.7%) 0.946 0.895 0.847 0.801 0.758 0.717 0.678 0.435
PV manfaat bersih (159 970 835.70) (112 004 059.37) (47 380 237.97) (36 521 765.64) 45 899 152.54 37 777 208.15 32 378 739.79 26 353 034.43
NPV 0
NPV positif 355 876 898
NPV negatif (355 876 898)
Net B/C 1.00
IRR 5.7%
PP 5.17 tahun
73

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batam pada tanggal 25 Juli 1995 dari ayah Arlen dan
ibu Endang Susilowati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 001 Batu Aji Batam
(2008), kemudian melanjutkan pendidikan menengah ke SMP Negeri 26 Batam
(2011) dan SMA Negeri 1 Baso (2014). Setelah itu, pada tahun 2014 penulis
melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melaui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan beasiswa
Bidikmisi dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada kepengurusan Paguyuban
Bidikmisi (PBM) IPB sebagai anggota divisi Akademik dan Keilmiahan pada tahun
2015/2016 dan sebagai Sekertaris I Badan Pengurus Harian pada tahun 2016/2017.
Penulis juga merupakan anggota Rohani Islam Agribisnis angkatan 51 pada divisi
Syiar, Komunikasi, dan Informasi pada tahun 2015-2017. Selain itu, penulis juga
merupakan anggota Tim Tanggap Darurat Mahasiswa IPB pada tahun 2016-2018.
Di samping itu, penulis juga aktif sebagai pengajar Ekonomi Umum untuk
mahasiswa PPKU IPB di Tutorial Bidikmisi pada tahun 2017/2018.
Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang
dilaksanakan oleh LPPM IPB, yaitu Bina Cinta Lingkungan (BCL) IPB pada tahun
2015, IPB Goes to Field (IGTF) di Kabupaten Madiun pada tahun 2016, dan Kuliah
Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB di Kabupaten Kuningan tahun 2017. Penulis
juga aktif dalam berbagai kegiatan pelatihan, diantaranya ESQ Leadership Training
(2014), IPB First Aid Training (2016), Pelatihan Tanggap Darurat bagi Mahasiswa
IPB (2016), dan pelatihan software yang diadakan oleh Departemen Keprofesian
HIPMA IPB (2017). Penulis pernah ditunjuk sebagai perwakilan mahasiswa
Bidikmisi IPB dalam kegiatan Temu Nasional Mahasiswa Bidikmisi, ADiK Papua
dan Daerah 3T, serta Peserta SM-3T dan PPG yang diselenggarakan oleh
Ristekdikti di Solo tahun 2016. Penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan
diantaranya Evaluasi Bidikmisi (2015), Agribusiness Festival (2015), Sosialisasi
Bidikmisi (2015 dan 2016), Semarak PBM IPB (2015), Orange FEM (2016), REDS
AGB (2016), MTQ IPB VIII (2016), Ksatria Anti Narkoba IPB (2017), serta
Pelatihan Tanggap Darurat dan Pendidikan Pendahulan Bela Negara (2017).
Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis selama perkuliahan, yaitu
Juara 1 MTQ Tartilil Asrama Putri TPB IPB (2015), Juara 3 MTQ Tilawatil FEM
IPB (2016), dan Juara 3 MTQ Tartilil FEM IPB (2017). Penulis juga mengikuti
lomba karya tulis yaitu Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K)
didanai Dikti tahun 2015. Selain itu, karya tulis penulis yang dibukukan yaitu
Serapah di Kala Senja pada Buku Waksudhakasa (2016). Penulis juga meraih
penghargaan sebagai The Best Teacher of Tutorial Bidikmisi pada bulan Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai