Anda di halaman 1dari 2

Public Lecture - Transit Oriented Development (TOD)

“Solusi atau Masalah dalam Pengembangan Wilayah”

Pembicara
Ir Resdiansyah, S.T, M.T

Konsep Transit Oriented Development (TOD) dalam Pembangunan Wilayah Perkotaan

Pembangunan sebuah kota itu harus unklusif, tidak ekslusif.

3 kementrian menyatakan TOD yang focus atasi kemacetan


ATR
PUPR
Kementrian Perhubungan

TOD itu manajemen transportasi

Contoh: konsep 3 in 1 dengan Genap Ganjil

TOD itu solusi atau masalah dalam trasportasi dalam pengembangan wilayah

TOD adalah pengembangan Kota yang berimpliksai pada pengembangan Wilayah.

Unsur-unsur TOD :
pEJALAN Kaki (400 – 800 m sesuai aturan)
Koneksivitas
Limitasi kendaraab pribadi

Di singapura ada satu badan yang mengurusi soal kelembagaan

TOD dibangun diarean2 kosong kota untuk mensuport semua unsur nya
Seminar TOD

Transit Oriented Development (TOD) adalah penggabungan area residensi dan komersial
dalam satu area yang didesain untuk memaksimalkan akses ke transportasi publik.
Pengembangan kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD)
merupakan salah satu solusi permasalahan transportasi dan lingkungan di kawasan perkotaan
yang berimpliksai pada pengembangan Wilayah.

TOD dikembangkan dalam rangka untuk mengatasi permasalahan kemacetan melalui


pengintegrasian sistem jaringan transportasi massal, selain itu TOD juga bertujuan untuk
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sekaligus mendorong orang untuk berjalan kaki
dan menggunakan kendaaraan umum dengan menyediakan jalur pedestrian yang
memberikan kenyamanan dalam berjalan kaki.

Menurut Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN No. 16 tahun 2017 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, kriteria tersebut antara lain berada pada
simpul transit jaringan angkutan umum massal berkapasitas tinggi berbasis rel,
dilayani minimal 2 moda transportasi, sesuai dengan arah pengembangan pusat
pelayanan kegiatan dan berbasis kawasan campuran (mixed use). Diantara nya ruang
perkantoran, perumahan, area bisnis komersial, ruang terbuka hijau dan lain sebagai
nya.

Selanjutnya dalam Peraturan Menteri tersebut terdapat beberapa kajian dan analisis yang
diperlukan sebelum menetapkan suatu kawasan menjadi TOD, antara lain kajian sistem
transportasi massal dalam lingkup regional dan lokal, kajian daya dukung prasarana kawasan,
kajian kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kajian karakteristik pemanfaatan ruang seperti
ketersediaan tanah dan status kepemilikan tanah.

Saat ini Pemprov DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW
DKI Jakarta, Peraturan Daerah No.1 Tahun 2014 tentang RDTR dan PZ DKI Jakarta dan
Peraturan Gubernur No.44 Tahun 2017 tentang Pengembangan Kawasan TOD, telah
merancang kawasan berbasis TOD di beberapa titik wilayahnya. Diantara nya : TOD Kawasan
Dukuh Atas, Kawasan Blok M dan lain sebagainya.

Beberapa tantangan yang dihadapi Pemprov DKI Jakarta dalam pembangunan kawasan TOD
adalah aspek sosial seperti isu kepemilikan lahan, resistensi masyarakat, dan kompensasi.
Maka dari itu, pengembangan TOD harus diakomodir dalam rencana tata ruang baik lingkup
umum maupun detail dan kesepakatan yang melibatkan partisipasi masyarakat dan para
pemangku kepentingan. Selain itu, tantangan lainnya dalam pembangunan TOD adalah
pembiayaan. Minim nya APBD, dan kebutuhan dana yang besar menjadikan opsi
metode Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebagai solusi
pengembangan Kawasan TOD.

Anda mungkin juga menyukai