Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang
dijabarkan ke dalam indikasi program utama kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi :
2. Lokasi
Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
3. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program utama yang akan
dilaksanakan.
4. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBN, APBD provinsi, APBD kabupaten, dan/atau
masyarakat.
5. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang disesuaikan dengan kewenangan
masing-masing pemerintahan, dan pihak swasta serta masyarakat.
1. Perbaikan dan peningkatan terminal Liwa (tipe B) dan Fajar Bulan (tipe C)
2. Pembangunan terminal (tipe C) di Sumber Agung (PPK)
3. Pembangunan/peningkatan/rehabilitasi/pemeliharaan jalan kolektor primer dan lingkungan
primer, seperti ruas jalan:
a. Lingkar Utara Liwa (kolektor primer)
b. Basungan ke Way Kanan (lokal primer)
c. Sumber Jaya- Ulu Belu (kolektor primer)
d. Sumber Jaya-Taman Sari (lokal primer)
e. Liwa-Batas Sumatera Selatan (lokal primer)
f. Simpang Giham – Basungan (lokal primer)
g. Simpang Sari-Gedung Surian-Mutar Alam (lingkungan primer)
h. Nasional dan jalan provinsi (kolektor primer)
i. Batu Brak – Suoh (lokal rpimer)
j. Liwa-Lombok (lingkungan primer)
k. Ruas-ruas Jalan Kabupaten (lokal dan lingkungan primer)
ASDP; penyeberangan danau terdapat di Danau Ranau yang menghubungkan Desa Lombok
dengan desa-desa sekitar pinggiran Danau Ranau, termasuk ke Simpang Sender dan Kotabatu
(OKU Selatan, Sumatera Selatan). Infrastruktur dan fasilitas yang tersedia seperti dermaga dan
kapal motor perlu ditingkatkan pelayanannya dengan orientasi wisata. Artinya untuk 5 tahun
pertama hanya diperlukan perbaikan dermaga dan penambahan 2-3 kapal motor untuk keperluan
penyebrangan reguler dan pariwisata.
1. Konservasi sumber daya air dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber
air, pengawetan air, pengelolaan kualitas air, dan pencegahan pencemaran air.
2. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui pengembangan jaringan irigasi pada
seluruh wilayah kecamatan yang memiliki lahan pertanian lahan basah dan pemanfaatan untuk
air minum (PDAM) khususnya untuk kawasan perkotaan.
3. Pengendalian daya rusak air dilakukan melalui pembangunan dan/atau pengembangan
prasarana pengendalian banjir.
4. Pendayagunaan ekosistem rawa dilakukan dengan pemanfaatan untuk jasa lingkungan,
keseimbangan ekosistem rawa dan untuk kegaitan pertanian pada rawa dengan kedalaman
kurang dari 3 meter.
1. Pembangunan perumahan untuk kebutuhan penduduk di Lampung Barat sampai dengan tahun
2030 dengan program sejuta rumah dan pembangunan perumahan swadaya yang tahan gempa
2. Pengembangan prasarana dan sarana perumahan, berupa jalan poros, jalan lingkungan, jalan
setapak, dan drainase yang tersebar di seluruh kecamatan
3. Penyediaan prasarana dan sarana air minum terutama pada kawasan rawan air minum di
perkotaan dan perdesaan;
4. Pembangunan perumahan perkotaan di Liwa dan Fajar Bulan
5. Perbaikan perumahan tidak/semi permanen di seluruh pusat pelayanan kawasan/lingkungan
6. Optimalisasi TPA (TPST) di Liwa dan Sumber Jaya
7. Pembangunan TPS di seluruh pusat pelayanan kawasan maupun lingkungan (PPK dan PPL)
8. Pembangunan IPAL di Fajar Bulan untuk keperluan limbah industri (Agroindustri)
9. Pembangunan IPAL di Liwa untuk perumahan
1. Meningkatkan dan mengembangkan cakupan kawasan program HKm pada kawasan hutan
lindung yang sudah rusak/alih fungsi non hutan.
2. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan kritis melalui kerjasama dengan berbagai lembaga
peduli hutan, lintas instansi pemerintah dan masyarakat setempat.
3. Langkah-langkah pengelolaan hutan lindung yang akan dilaksanakan adalah :
a. Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung pada kawasan HL untuk
mendukung kawasan konservasi di atasnnya.
b. Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif, persuasif,
dan preventif) secara kontinu.
c. Kegiatan Rehabilitasi, Redeliniasi kawasan hutan.
d. Inventarisasi kawasan hutan rusak pada rencana areal kerja HKm untuk mendorong
perambahan yang ada di blok lindung/dalam kawasan TN untuk mendapatkan izin HKm
pada areal yang sudah direncanakan.
Hutan Kemasyarakatan (HKm), adalah : Hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai budaya,
memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan masyarakat setempat), tanpa
mengganggu fungsi pokoknya (meningkatkan fungsi hutan dan fungsi kawasan, pemanfaatan
kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu dengan tetap menjaga fungsi kawasan hutan).
Sampai dengan saat ini, implementasi kebijakan HKm di Lampung Barat terutama di Kecamatan
Sumber Jaya telah berjalan sekitar 5 tahun. Keberhasilan yang dapat dilihat bersifat relatif, tetapi
paling tidak dapat dilihat pada dampak teknis di lahan kelompok petani. Sistem berkebun campuran
yang diterapkan mulai menunjukkan hasilnya, minimal dari sisi nilai ekonomi, dan pihak
pemerintahpun memberikan penghargaan dalam bentuk pemberian izin Pengelolaan HKm pada
kelompok-kelompok yang dinilai telah menjalankan aturan HKm dengan baik. Selama kurun waktu
6 tahun (2000 – 2006), sudah 24 izin sementara (berlaku 5 tahun) yang telah dikeluarkan oleh
1. TNBBS dikelola dengan sistem zona dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, kebudayaan dan pariwisata/rekreasi alam.
Sistem zona merupakan penataan kawasan taman nasional berdasarkan fungsi dan
peruntukannya sesuai kondisi, potensi dan perkembangan yang ada. Secara umum pembagian
zona pada setiap taman nasional mencakup zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan atau
zona-zona lain yang dirinci sebagai berikut :
a. Zona Inti TNBBS difungsikan untuk perlindungan mutlak dan tidak diperkenankan
adanya perubahan apapun oleh kegiatan manusia, serta perubahan dan perkembangan yang
terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan manusia, kecuali kegiatan untuk
penelitian, pemantauan, perlindungan dan pengamanan.
Program utama mitigasi yang perlu diambil dalam menghadapi gempa/longsor adalah :
1. Pemasangan alarm dan komunikasi tanda bahaya (alarm warning systems) di seluruh setiap
wilayah padat penduduk di bagian timur (terutama Kecamatan Balik Bukit, Sukau,
Batubrak dan Suoh),
2. Penguatan kapasitas masyarakat Kabupaten Lampung Barat dalam menghadapi bahaya
gempa bumi,
3. Standarisasi kualitas bangunan tahan gempa bumi, terutama bangunan/obyek vital dan
perumahan penduduk di seluruh wilayah Kabupaten,
4. Sosialisasi tanggap darurat dan mekanisme evakuasi korban gempa bumi di seluruh
wilayah Kabupaten,
5. Penguatan kelembagaan dan mekanisme penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten
Lampung Barat,
6. Pembangunan dan penguatan sistem komunikasi ke daerah-daerah terpencil di wilayah
Kabupaten Lampung Barat,
7. Penguatan akses informasi dan komunikasi ke dan dari instansi-instansi yang menangani
kegempaan dan kebencanaan,
8. Penguatan dan peningkatan kerjasama dan partisipasi organisasi non pemerintah dalam
penanganan bencana gempa bumi.
Program utama yang perlu dilakukan untuk mitigasi rawan bencana longsor adalah :
Pada kawasan dengan genangan yang cukup lama perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung
(inclave). Karena bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang dapat diduga maka
rekayasa teknik pengendalian kerusakan air dapat dilakukan disamping dibangunnya sistem
peringatan dini. Namun untuk mencegah banjir limpasan karena deforestasi tentu hanya dapat
dilakukan dengan rehabilitasi kawasan hulu. Kawasan hulu yang perlu direhabilitasi adalah hulu-
hulu sungai di Suoh dan Bandar Negeri Suoh. Program utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Delineasi kawasan banjir eksisting dan potensi meluasnya kawasan rawan banjir
2. Identifikasi faktor penyebab bahaya banjir, seperti kerusakan kawasan tangkapan air pada hulu
sungai, kerusakan DAS, kawasan rawa, cekungan dan faktor-faktor lainnya
3. Penyusunan program mitigasi bencana banjir, baik mitigasi struktural maupun non struktural
4. Pelaksanaan program mitigasi yang telah dirumuskan seperti :
a. Rehabilitasi dan Reboisasi kawasan hulu dan DAS
b. Pembangunan waduk pengendali daya rusak air (banjir)
c. Sosialisasi teknis mitigasi banjir kepada masyarakat terdampak (potensial terdampak)
d. Menetapkan sebagian dari kawasan banjir sebagai kawasan lindung karena merupakan
bagian dari eksostim rawa/tanah basah (wet land).
Program di atas terlihat jelas sangat berpihak kepada masyarakat, baik masyarakat yang berada di
sekitar hutan ataupun yang berada dalam hutan. Program ini akan membawa kemanfaatan yang
bermakna bagi pemulihan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kendatipun
demikian proses penetapan lokasi, pola pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan dari hutan
tanaman rakyat dan hutan desa seyogyanya diselenggarakan dengan ketentuan teknis yang telah
ditetapkan oleh pemerintah (Permenhut No. 23 Tahun 2007 tentang Tata Cara Permohonan
IUPHHK pada Hutan Tanaman Rakyat dan Permenhut No. 49 Tahun 2008 tentang Hutan Desa).
Berdasarkan Surat keputusan Menteri Kehutanan tentang pencadangan lahan HTR akan
dikembangkan seluas 24.835 Ha pada HPT dengan program :
1. Peningkatan pelayanan irigasi teknis/desa dengan jaminan pasokan air yang mencukupi.
Perbaikan irigasi dilakukan secara terprogam dan sesuai prioritas dengan mengacu pada
kondisi terakhir dari irigasi teknis/desa yang ada pada laporan kondisi irigasi terakhir,
2. Peningkatan produksi pertanian sawah melalui intensifikasi lahan sehingga hasil panen dapat
dicapai lebih dari 4,2 ton/ha,
3. Untuk meningkatkan pendapatan petani perlu dikembangkan padi organik bersertifikat
sehingga sebagian hasil panen dapat dijual dengan nilai ekonomi yang tinggi,
4. Diperlukan berbagai insentif (keringanan pajak/retribusi dan subsidi) guna meningkatkan
produktivitas lahan dan kinerja petani,
5. Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan dan air (irigasi), pengadaan
sarana produksi, panen dan pengolahan pasca panen termasuk pemasaran.
Pertanian Lahan Kering & Hortikultura; untuk mewujudkan rencana pola ruang pertanian lahan
kering dan hortikultura diperlukan hal-hal berikut :
1. Penetapan kawasan dan sentra pertanian lahan kering untuk Lampung Barat
2. Penetapan komoditas unggulan sesuai karakteristik sub kawasan
3. Peningkatan produksi komoditas melalui intensifikasi lahan, ekstensifikasi dan optimasi lahan.
4. Pembangunan prasarana dan sarana pertanian, seperti jalan produksi, peralatan budidaya dan
teknologi pengolahan pasca panen
5. Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan, penggunaan pupuk organik,
pengangkutan, pengolahan dan pemasaran serta permodalan
1. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di Belalau dengan kawasan
pendukung seluruh kecamatan di Lampung Barat terutama kecamatan Way Tenong, Gedung
Surian, Pagar Dewa, Bandar Negeri Suoh, Suoh, dan Sekincau. Pada kawasan sentra
peternakan ternak kecil ini (Belalau) seyogyanya juga dibangun prasarana dan sarana
pendukung agar sentra berfungsi dan terjadi peningkatan populasi dan produksi ternak
kambing dan domba.
2. Pengembangan sentra peternakan unggas di Sumber Jaya dan Kebun Tebu. Diusulkannya dua
pusat sentra peternakan unggas ini karena populasi unggas terdapat di seluruh kecamatan
dengan jumlah yang relatif berimbang pada kawasan perbukitan.
3. Pengembangan kawasan agribisnis peternakan
4. Pengembangan kawasan integrasi seperti :
Kawasan integrasi perternakan – tanaman pangan dan hortikultura (organic farm)
Kawasan integrasi perternakan - perkebunan (kakao, lada, kopi)
Kawasan integrasi perternakan - perikanan
Pengembangan kawasan industri besar dan sedang diarahkan untuk pengolahan hasil pertanian,
dam perkebunan yang diarahkan pada kawasan agropolitan, minapolitan. Pengembangan industri
rumah tangga diarahkan sebagai industri penunjang industri besar, industri sedang dan kegiatan
pariwisata;
a. Pengembangan industri pengolahan hasil kayu dari hasil hutan tanaman industri pola
hutan tanaman rakyat
b. Pengembangan industri hasil pertanian
c. Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan, terutama kopi, kelapa dalam,
damar mata kucing
1. Pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Lombok Seminung Resort. Arahan kegiatan yang
akan dilaksanakan pada program ini meliputi:
a. Melengkapi Kawasan Wisata Terpadu Lombok Seminung Resort dengan fasilitas penunjang
wisata.
b. Melakukan promosi Kawasan Wisata Terpadu Lombok Seminung Resort melalui berbagai
media, dan melaksanakan berbagai event promosi.
c. Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang
progresif.
2. Pengembangan Kawasan Ekowisata di TNBBS dilakukan melalui :
a. Pemantapan jalur dan areal wisata alam
1. Konstruksi bangunan harus tahan gempa (ringan & kompak dibangun pada tapak yang datar).
Bangunan rumah panggung tradisional Lampung Barat adalah yang paling cocok untuk
kawasan yang rawan gempa, bahkan tsunami.
2. Tidak dibangun di sisi tebing untuk menghindari runtuhan tanah akibat longsor, baik longsor
akibat gerusan air ataupun akibat gempa
3. Permukiman seyogyanya harus didukung dengan infrastruktur dasar, seperti sistem
transportasi, air bersih, listrik, telekomunikasi yang memadai, sanitasi lingkungan dan adanya
pengelolaan sampah yang baik serta dilengkapi dengan fasilitas pendidikan, kesehatan dan
perdagangan.
Pembangunan permukiman dikembangkan dengan komposisi 1:3:6, artinya bila dibangun sebuah
rumah mewah harus sebanding dengan pembangunan 3 rumah sedang dan 6 rumah sederhana.
Komposisi tersebut sekaligus menggambarkan pemetakan kelompok tingkatan kepadatan rumah,
yaitu kepadatan tinggi, sedang dan rendah.
Adapun program yang perlu dikembangkan untuk permukiman perkotaan adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan yang tersebar di Liwa, Fajar Bulan dan
1. Pemetakan zona permukiman eksisiting dan kawasan siap bangun dengan memperhatikan :
a. Daya tampung kota, terkait dengan kawasan yang relatif aman dari ancaman bencana alam,
lahan dengan kemiringan dibawah 15%,
b. Rencana pembangunan Kebun Raya Liwa,
c. Rencana pengembangan fasilitas utama kota (Islamic Center, Stadion, Gedung Olah Raga,
Balai Latihan Kerja Modern, dan lain-lain)
d. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
2. Identifikasi kelengkapan dan cakupan layanan fasilitas dan utilitas utama pada masing-masing
blok dan perkiraan kebutuhan untuk tahun 2030, seperti :
a. Jalan lingkungan
b. Sistem jaringan prasarana air minum
c. Sistem jaringan prasarana listrik
d. Sistem jaringan prasarana telekomunikasi
e. Sistem pengelolaan sampah (gerobak, TPS dan sebuah TPA/TPST)
f. Sistem drainase dan pengelolaan limbah
3. Identifikasi lokasi kelompok permukiman yang berada pada kawasan rawan bencana alam dan
merekomendasikan mitigasinya/relokasi.
4. Revitalisasi kawasan tradisional/etnis/ bersejarah yaitu kawasan yang mempunyai bangunan
bersejarah yang bernilai atau bermakna penting
5. Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman.
6. Identifikasi seluruh bangunan yang berada pada kawasan aman bencana alam, namun tidak
memenuhi syarat teknis tahan gempa dan merekomendasikan solusi teknisnya
Program pembangunan pada kawasan perkotaan lainnya, Fajar Bulan sama dengan progam untuk
Kota Liwa, hanya disesuaikan dengan karakteristik, fungsi dan rencana pembangunan pada
masing-masing kawasan, seperti rencana pertanian pangan. Sementara itu di Fajar Bulan akan
dibangun pusat agropolitan dengan segala kelengkapannya.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pembangunan, maka
perlu disusun tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
bahwa pelaksanaan pembangunan memiliki jangka waktu pelaksanaan selama 20 tahun,
Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program pembangunan yang
akan diterapkan di kawasan perencanaan, sesuai dengan tujuan pengembangan tata ruang di masa
yang akan datang. Indikasi program pembangunan ditentukan berdasarkan potensi dan masalah
kawasan terkait pengembangan wilayah serta kecenderungan perkembangan sektor-sektor tertentu
dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan atau pembangunan sektor tersebut.
Pemantapan
Rencana
Pusat-Pusat
Permukiman
1 Peningkatan Pengesahan
APBN/APBD Dep. PU/ Pemkab
fungsi PKW RDTR Kota
Kab Lambar
Liwa Liwa
Bappeda Kabupaten
Pengembangan
dan penataan APBD Kab Pemkab Lambar
Kota Liwa
Pengembangan
perkantoran Dinas PU Kabupaten APBD Kab Pemkab Lambar
pemerintahan
Pembangunan
Perumahan Dinas PU Kabupaten APBD Kab/Prov Pemkab/Pemprov
PNS
Pengembangan
perumahan Dinas PU Kabupaten APBD Kab/Prov Pemkab/Pemprov
rakyat
Dinas PU/Dinas
Pengembangan
Koperindag dan APBD Kab Pemkab
Pasar Liwa
Pasar Kabupaten
Pembangunan
Dinas PU/Dis.
Perguruan
Pendidikan APBD Kab Pemkab
Tinggi
Kabupaten
(Akademi)
siap bangun
(lisiba)
Pembangunan
dan
Dinas PU Kabupaten APBD Kab Pemkab
pengembangan
Islamic Center
Pembangunan Dinas
Balai Latihan PU/Dinsosnaker APBD Kab/Prov Pemkab/Pemprov
Kerja Modern Kabupaten
Pengembangan
Sekolah Dinas PU/Dis.
APBD Kab/Prov Pemkab/Pemprov
Bertaraf Pendidik Kabupaten
Internasional
Pembangunan
Dinas PU
Jalan Lingkar APBD Kab/Prov Pemkab/Pemprov
Kabupaten
Utara Kota
2 Peningkatan Penyusunan Bappeda Kabupaten
Fungsi PKL RDTR Kota
APBD Kab/Prov Pemrpov/Pemkab
Fajar Bulan Fajar Bulan
(Agropolitan)
Pengembangan
perumahan Dinas PU Kabupaten APBD Kab Pemkab
rakyat
Peningkatan Dinas PU/ Dinas
pusat Koperindag dan
perdagangan Pasar Kabupaten
dan jasa
Pengembangan
Dinas PU/Dis.
SMP Negeri
Pendidikan APBD Kab Pemkab
bertaraf
Kabupaten
internasional
Peternakan
Ternak Unggas
7 Peningkatan Pembangunan Dinas Pertanian
APBN/APBD
Fungsi PPL Terminal Pemkab/Pemprov
Kab
Pampangan Agribisnis
(Sekincau) Pembangunan Dinas PU/Dinas
Jalan Produksi Perkebunan APBD Kab Pemkab
Perkebunan Kabupaten
Pembangunan Dinas Pertambangan
PLTP dan Energi APBN Pusat
Sekincau
Pembangunan Dinas Perkebunan
gudang
pengumpul dan APBD Kab Pemkab
lahan jemur
kopi
8 Peningkatan Pembangunan Dinas Perkebunan
Fungsi PPL Gudang
Gedung Pengumpul APBD Kab Pemkab
Surian dan Lahan
Jemur Kopi
Pembangunan Dinas PU/Dinas
Jalan Produksi Perkebunan APBD Kab Pemkab
Perkebunan Kabupaten
Pembangunan Dinas PU
fasilitas dan
utilitas
APBD Kab Pemkab
penunjang
kegiatan
peternakan
9 Peningkatan Peningkatan Dinas PU APBD Kab Pemkab
budaya
11 Peningkatan Pembangunan Dinas Perkebunan
Fungsi PPL gudang
Semarang pengumpul dan APBD Kab Pemkab
Jaya (Air lahan jemur
Hitam) kopi
Pembangunan Dinas PU/Dinas
jalan produksi Perkebunan APBD Kab Pemkab
perkebunan Kabupaten
Peningkatan Dinas Peternakan &
dan Kesehatan Hewan
pembangunan
prasarana
APBD Kab Pemkab
penunjang
kegiatan
perikanan air
tawar
Peningkatan Dinas Pertambangan
PMDN Swasta
irigasi desa dan Energi
12 Peningkatan Pembangunan Dinas Perkebunan
Fungsi PPL gudang
Basungan pengumpul dan APBD Kab Pemkab
(Pagar Dewa) lahan jemur
kopi
Pembangunan Dinas PU/Dinas
jalan produksi Perkebunan APBD Kab Pemkab
perkebunan Kabupaten
Pembangunan Dinas Peternakan &
Fasilitas Kesehatan Hewan
APBD Kab Pemkab
penunjang
Peternakan
Ternak Kecil
Pembangunan Dinas Pertambangan
PMDN Swasta
PLTA dan Energi
13 Peningkatan Pembangunan Dinas PU/Dinas
Fungsi PPL jalan produksi Perkebunan APBD Kab Pemkab
Bakhu (Batu perkebunan Kabupaten
Ketulis) Pembangunan Dinas Peternakan &
Fasilitas Kesehatan Hewan
penunjang APBD Kab Pemkab
Peternakan
Ternak Kecil
14 Peningkatan Peningkatan Dinas PU/Dinas
APBD Kab Pemkab
Fungsi PPL irigasi desa Pertanian
Sri Mulyo Pembangunan Dinas PU/Dinas
(Bandar jalan produksi Perkebunan APBD Kab Pemkab
Negeri Suoh) perkebunan Kabupaten
Pembangunan Dinas Peternakan &
Fasilitas Kesehatan Hewan
penunjang APBD Kab Pemkab
Peternakan
Ternak Kecil
Pembangunan Dinas Pertambangan
PLTP, PLTA dan Energi PMDN Swasta
dan PLTMH
15 Peningkatan Pengembangan Dishubparpora
APBD Kab Pemkab
Fungsi PPL kawasan Kabupaten
Lumbok wisata terpadu DKP Kabupaten
(Seminung Seminung
APBD Kab Pemkab
Lumbok) Lombok
Resort
Peningkatan Dinas Tanaman APBD Kab Pemkab
terbarukan untuk
memenuhi kebutuhan
listrik perdesaan
Pemanfaatan batubara
sebagai sumber energi APBD
Pemkab/Pemprov
dengan pengelolaan Kab/Prov
yang ramah lingkungan
Pengembangan energi
dan ketenagalistrikan APBD
Pemkab/Pemprov
berbasis panas bumi Kab/Prov
(geothermal)
Pembangunan jaringan
transmisi dan distribusi
listrik sampai tingkat
desa, terutama pada APBD
Pemkab/Pemprov
desa yang terdapat Kab/Prov
objek wisata terutama
ke daerah-daerah yang
belum berlistrik
Pengembangan dan
optimalisasi
pemanfaatan
APBD
pembangkit listrik Pemkab/Pemprov
Kab/Prov
tenaga mikro hidro
(PLTMH) berbasis
masyarakat
Pengembangan energi
berbasis energi air pada APBD
Pemkab/Pemprov
beberapa kawasan yang Kab/Prov
mempunyai potensi
Pendayagunaan
ekosistem rawa
dilakukan dengan
pemanfaatan untuk jasa
lingkungan,
keseimbangan Pemkab
APBD Kab
ekosistem rawa dan
untuk kegaitan
pertanian pada rawa
dengan kedalaman
kurang dari 3 (Tiga)
meter
5 Pengembangan Pembangunan
sistem prasarana perumahan untuk
perumahan dan kebutuhan penduduk di
permukiman Lampung Barat sampai
Pemkab
dengan tahun 2036 APBD Kab
dengan program sejuta
rumah, pembangunan
perumahan swadaya Dinas
yang tahan gempa PU/BLHKP
Pengembangan Kabupaten
prasarana dan sarana
perumahan, berupa
jalan poros, jalan Pemkab
APBD Kab
lingkungan, jalan
setapak, dan drainase
yang tersebar di
seluruh kecamatan
Penyediaan prasarana
dan sarana air minum
terutama pada kawasan Pemkab
APBD Kab
rawan air minum di
perkotaan dan
perdesaan
Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Pemkab
APBD Kab
Limbah (IPAL) pada
setiap rumah sakit
Pembangunan Tempat
Pengolahan Sampah
Pemkab
Terpadu (TPST) skala APBD Kab
lokal di Way Tenong,
Balik Bukit dan Suoh
Pembangunan TPS di
seluruh pusat
Pemkab
pelayanan kawasan APBD Kab
maupun lingkungan
(PPK dan PPL)
Penguatan program
rehabilitasi hutan lindung
berbasis masyarakat
Rehabilitasi kawasan
hutan lindung
Penegakan hukum
pemberantasan
pembalakan liar (illegal
logging) APBN/APBD Pemkab
Penerapan pola insentif
dan disinsentif dalam Dinas
pengelolaan hutan lindung KehutananKabupate
n APBN/APBD Pemkab
Pengawasan dan
pengamanan kawasan
APBD kab Pemkab
hutan lindung
evakuasi Penanggulangan
Bencana Daerah
Kabupaten
6 Pengelolaan Pemetaan dan klasifikasi Badan
kawasan kawasan rawan bencana Penanggulangan
lindung geologi geologi secara detil dan APBD Pemkab
Bencana Daerah
akurat Kabupaten
Pengaturan kegiatan
manusia di kawasan rawan
bencana geologi untuk Badan
melindungi manusia dari Penanggulangan
APBD Pemkab
bencana yang disebabkan Bencana Daerah
oleh alam maupun secara Kabupaten
tidak langsung oleh
perbuatan manusia
Melakukan upaya untuk
mengurangi/ meniadakan Badan
resiko bencana geologi Penanggulangan
APBD Pemkab
seperti melakukan Bencana Daerah
penghijauan pada lahan Kabupaten
kritis
Melakukan sosialisasi
mitigasi bencana geologi
pada masyarakat, terutama Badan
masyarakat yang berada Penanggulangan
APBD Pemkab
pada/dekat dengan daerah Bencana Daerah
rawan gempa bumi, Kabupaten
gerakan tanah, zona
patahan/sesar
Pengembangan dan
pembangunan prasarana
dan sarana pendukung
kegiatan pertanian
Pengembangan kawasan
pertanian sawah melalui
pertanian pangan
berkelanjutan yang
selanjutnya akan diatur
dengan keputusan bupati
Penguatan kelembagaan
petani terkait dengan
pengelolaan sumber daya
air untuk irigasi, APBD Pemkab
pengeadaan sarana
produksi, panen dan pasca
panen
(2) Kawasan Pertanian
Tanaman Pangan
Lahan Kering
Identifikasi dan
pengembangan jenis
komoditas unggulan yang
mempunyai nilai ekonomi
tinggi
Pembangunan prasarana
dan sarana penujang
pertanian tanaman pangan
lahan kering yang sesuai
kebutuhan dan memadai
Penyusunan tata niaga
pertanian tanaman lahan
kering guna menjamin
peningkatan kualitas dan
kuantitas produksi
Penguatan kelembagaan
petani agar mampu
bergerak pada kegiatan
ekonomi sekunder
Identifikasi dan
pengembangan jenis
komoditas unggulan yang
mempunyai nilai ekonomi
tinggi
Pembangunan prasarana
dan sarana penunjang
pertanian tanaman
hortikultura yang sesuai
kebutuhan dan memadai
Mengurangi,
menghentikan dan
selanjutnya tidak
mengembangkan
pertanian hortukultura
pada lahan yang tidak
sesuai
Pengembangan pola
tanam yang mampu
menjaga kesuburan tanah
dan keseimbangan alam
sehingga kegiatan dapat
berkelanjutan
Penyusunan tata niaga
pertanian hortikultura
guna menjamin
peningkatan kualitas dan
kuantitas produksi
9 Pengembanga Penetapan tata batas
n kawasan perkebunan yang potensial
perkebunan dan tidak berada pada APBD Pemkab
kawasan lindung dan atau
TNBBS
Dinas Perkebunan
Pengembangan kawasan
Kabupaten
tanaman
tahunan/perkebunan yaitu
APBD/Masy Pemkab/Masy
pengembangan komoditi
perkebunan antara lain :
kopi dan lada
Peningkatan produktivitas
dan kualitas kopi yang
bernilai ekonomi tinggi
APBD/Masy Pemkab/Masy
melalui pengembangan
kopi varitas unggul
bercitarasa tinggi
Peningkatan produktifitas
produksi perkebunan
melalui intensifikasi lahan APBD/Masy Pemkab/Masy
dan peningkatan
keterampilan petani kebun
Peremajaan dan
rehabilitasi untuk tanaman
yang sudah tua pada
APBD/Masy Pemkab/Masy
masing-masing
kecamatan/kawasan yang
diprogramkan
Pengembangan kawasan
pertanian melalui
pendekatan agropolitan APBD Pemkab
pada kawasan-kawasan
potensial
10 Pengembanga Pengembangan kawasan
n kawasan agribisnis peternakan APBD Pemkab
peternakan Dinas Pertanian
Pengembangan kawasan Kabupaten
integrasi di Kabupaten APBD/Masy Pemkab/Masy
Lampung Barat Dinas Peternakan &
Pengembangan kawasan Kesehatan Hewan
integrasi perternakan – APBD/Masy Pemkab/Masy
tanaman pangan dan
hortikultura (organic
farm)
Pengembangan kawasan
integrasi perternakan -
APBD/Masy Pemkab/Masy
perkebunan (kakao, lada,
kopi)
Pengembangan kawasan
integrasi perternakan - APBD/Masy Pemkab/Masy
perikanan
Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan para
peternak sehingga
diperoleh peningkatan
populasi dan produksi
APBD/Masy Pemkab/Masy
peternakan yang
berdampak terhadap
peningkatan pendapatan
masyarakat
Pengembangan pakan
ternak lokal dengan
mengandalkan hasil
APBD/Masy Pemkab/Masy
pertanian dan perikanan
lokal
Pengembangan kegiatan
minapolitan, terutama di Dinas Pertanian
APBD Pemkab
Danau Ranau Kabupaten
Pengembangan industri
pengolahan hasil APBD Pemkab
perkebunan, terutama kopi
14 Pengembanga Pengembangan Kawasan
n kawasan Wisata Terpadu Seminung APBD Pemkab
pariwisata Lombok Resort
Pengembangan Kawasan Dinas Pariwisata dan
APBD Pemkab
Ekowisata di TNBBS Kebudayan
Penguatan dan Kabupaten
pengembangan objek
daerah tujuan wisata APBD Pemkab
budaya, alam dan buatan
lainnya
15 Pengembanga Pengembangan kota kecil
n kawasan kawasan pusat Dinas PU Kabupaten APBD Pemkab
permukiman pertumbuhan
Pengembangan sarana Dinas PU Kabupaten
prasarana kawasan APBD Pemkab
tertinggal
Revitalisasi kawasan Dinas PU Kabupaten
tradisional/bersejarah,
APBD Pemkab
kawasan pariwisata dan
kawasan lain yang