Oleh
Bagas Atmawan (21040112130079)
Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, ST, MT, MPS
Abstrak
Dalam pelaksanaan ketentuan Pasal 26 Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan terjadi dinamika di kabupaten yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang kabupaten secata mendasar, maka diperlukan peninjauan kembali
rencana tata ruang yang ada. Kabupaten Temanggung mempunyai Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tahun 2011-2031. RTRW
memiliki peran penting dalam penyusunan program-program pembangunan di Kabupaten
Temanggung, dan yang paling utama sebagai dasar perumusan pemanfaatan ruang di
Wilayah Kabupaten Temanggung. Di dalam RTRW Kabupaten Temanggung terdapat
rencana struktur dan pola ruang wilayah kota yang merupakan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang di Kabupaten Temanggung. Namun dalam pelaksanaannya terdapat
dinamika pembangunan yang terjadi sehingga rencana struktur dan pola ruang yang telah
disusun dituntut untuk dilakukan peninjauan kembali dan revisi. Pembahasan tinjauan kritis
ini berkaitan dengan kegiatan review RTRW Kabupaten Temanggung dengan fokus
pembahasan terhadap struktur dan pola ruang Kabupaten Temanggung. Tinjauan kritis ini
akan membandingkan rencana struktur dan pola ruang dengan beberapa teori yang berkaitan
dengan penentuan struktur dan pola ruang di suatu daerah. Dari perbandingan tersebut dapat
diketahui bahwa dalam menentukan struktur dan pola ruang di Kabupaten Temanggung
sudah sesuai dengan teori namun tetap harus dilakukan pengembangan agar tidak terjadi
ketimpangan antar daerah.
Kata Kunci: Pola Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Struktur Ruang, Tinjauan
Kritis
I. PENDAHULUAN
Beberapa wilayah di Indonesia masih belum bisa merasakan pembangunan yang
merata. Kesenjangan pembangunan masih terdapat di beberapa wilayah di Indonesia.
Permasalahan pembangunan yang tidak merata tersebut merupakan tantangan bagi
pemerintah Indonesia. Pembangunan daerah di Indonesia harus terlaksana secara merata
dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia dan tidak hanya terfokus pada salah
satu wilayah saja. Dalam mewujudkan pembangunan daerah yang merata diperlukan suartu
aturan mengenai rencana tata ruang kota sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembangunan daerah. Selain itu juga diperlukan suatu pengawasan terhadap pembangunan
daerah dengan tujuan pembangunan yang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang kota
tersebut.
Dalam pelaksanaannya pasal 26 Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2007 tentang penataan ruang terjadi dinamika di kabupaten yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang kabupaten secara mendasar. Demikian juga dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tahun 2011-2031 terdapat dinamika pembangunan kabupaten yang mendorong
untuk dilaksanakan kegiatan review RTRW Kabupaten Temanggung. Kegiatan review RTRW
Kabupaten Temanggung ini meliputi peninjauan kembali dan revisi terhadap rencana tata
ruang wilayah kabupaten.
RTRW memiliki peran yang penting sebagai acuan dalam menyusun program-program
pembangunan di Kabupaten Temanggung, khususnya sebagai dasar perumusan
pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Temanggung sesuai dengan kondisi wilayah.
RTRW juga berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan,
dengan tujuan mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antar sektor dan antar kawasan, serta menentukan lokasi yang diperuntukkan investasi
pemerintah dan masyarakat sebagai dasar penertiban terhadap perijinan lokasi
pembangunan. Di dalam RTRW terdapat rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
Rencana struktur dan pola ruang ini merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan
dalam suatu kota dan jaringan infrastruktur kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan
wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kota pada skala kota.
Laporan critical review terhadap proyek Review RTRW Kabupaten Temanggung ini
bertujuan untuk memberikan kritik terhadap penyusunan Review RTRW Kabupaten
Temanggung dengan melihat struktur dan pola ruang Kabupaten Temanggung kemudian
dibandingkan dengan teori struktur dan pola ruang yang ada. Sasaran yang akan dilakukan
dalam laporan ini adalah:
a. Mengidentifikasi dan menjelaskan secara singkat tentang proyek kerja praktek secara
umum dan menjelaskan secara khusus mengenai struktur dan pola ruang Kabupaten
Temanggung.
b. Mengkaji dan mengkritisi struktur dan pola ruang Kabupaten Temanggung yang dicapai
dalam proyek tersebut.
Ada beberapa tujuan dari penyusunan Review RTRW Kabupaten Temanggung ini,
tujuan tersebut adalah:
a. Mengidentifikasi kebijakan lingkungan strategis yang mempengaruhi RTRW Kabupaten
Temanggung.
b. Mengidentifikasi dinamika pembangunan di wilayah Kabupaten Temanggung yang
meliputi harapan, keinginan, dan tuntutan masyarakat Kabupaten Temanggung.
c. Mengidentifikasi kualitas, kesahihan, dan simpangan RTRW Kabupaten Temanggung.
d. Melakukan revisi terhadap rencana tata ruang yang memuat arahan penataan ruang
serta struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Temanggung.
e. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah Kabupaten Temanggung yang serasi dan
optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta
sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
Terdapat ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari
penyusunan Review RTRW Kabupaten Temanggung. Ruang lingkup kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi permasalahan-permasalahan penataan ruang di wilayah Kabupaten
Temanggung selama 5 tahun terakhir.
b. Penyelenggaraan survey ke lapangan dan beberapa instansi yang terkait dalam rangka
pengumpulan data primer dan sekunder yang digunakan untuk mendukung penyusunan
Review RTRW Kabupaten Temanggung.
c. Penyelenggaraan FGD untuk menghimpun harapan, keinginan, dan tuntutan dari
masyarakat serta untuk menghimpun pendapat dan masukan dari tokoh-tokoh
masyarakat guna mengidentifikasi dinamika pembangunan di wilayah Kabupaten
Temanggung.
d. Mengkaji data-data hasil survey lapangan dan FGD beserta permasalahan dan isu-isu
yang terkait dengan kondisi wilayah Kabupaten Temanggung.
e. Melakukan analisis terhadap kualitas, kesahihan, simpangan RTRW Kabupaten
Temanggung.
f. Menyusun draft materi teknis RTRW Kabupaten Temanggung yang dapat
mengakomodasi semua kepentingan, potensi, tantanga, dan keterbatasan di
Kabupaten Temanggung, yang dilengkapi dengan peta-peta dengan ketelitian minimal
1:50.000.
g. Pelaksanaan lokakarya untuk mempertajam konsep draft materi teknis RTRW
Kabupaten Temanggung.
b. Pola Ruang
Rencana pola ruang yang dibahas dalam laporan review RTRW Kabupaten
Temanggung meliputi dua kawasan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.
1) Kawasan Lindung
Kawasan lindung di dalamnya dibagi lagi menjadi kawasan hutan lindung dan
kawasan resapan air. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Temanggung berupa
kawasan hutan yang dikelola oleh negara dan berfungsi lindung dengan luas minimal
3.282 (tiga ribu dua ratus delapan puluh dua) hektar meliputi Kecamatan Tretep,
Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan
Bansari, Kecamatan Kledung, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan
Tembarak, dan Kecamatan Selopampang. Kawasan hutan lindung lebih banyak
terdapat di pegunungan Sindoro dan Sumbing dan sudah sesuai dengan rencana yang
terdapat di Perda RTRW Kabupaten Temanggung. Berikut ini merupakan luas
pemanfaatan lahan eksisting di kawasan hutan lindung.
Tabel 2 Luas (Ha) Penggunaan Lahan Eksisting di Rencana Kawasan Hutan Lindung di
Kabupaten Temanggung
No. Penggunaan Lahan Eksisting Luas
1 Sungai/Embung/Waduk/Air Tawar 0,880
2 Hutan 3.293,995
3 Kebun 96,996
4 Permukiman 0,000
5 Sawah Irigasi 0,055
6 Tegalan 33,016
Jumlah 3.424,942
Sumber: Perhitungan Digitasi Peta Citra Satelit, 2015
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di kawasan hutan lindung terdapat
penggunaan lahan berupa kebun dan tegalan yang masih cukup besar. Penanganan
hal tersebut dapat berupa pembelian lahan yang masih dimanfaatkan sebagai kawasan
budidaya di kawasan hutan lindung tersebut kemudian difungsikan seperti yang sudah
direncanakan, yaitu sebagai kawasan hutan lindung.
Kawasan lindung lainnya adalah kawasan resapan air. Kawasan resapan air di
Kabupaten Temanggung memiliki luas minimal 9.732 (sembilan ribu tujuh ratus tiga
puluh dua) hektar. Kawasan resapan air merupakan kawasan yang berfungsi untuk
meresapkan air ke dalam tanah untuk mencegah kelebihan air permukaan yang dapat
mengakibatkan banjir serta dapat memperkaya cadangan air tanah di suatu daerah.
Namun, pada kondisi eksisting kawasan resapan air ini masih digunakan sebagai lahan
budidaya seperti kebun, permukiman, sawah irigasi, dan tegalan. Hal ini
mengindikasikan adanya simpangan terhadap kawasan pola ruang, khususnya
kawasan lindung dalam Perda RTRW Kabupaten Temanggung.
2) Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya dibagi menjadi empat yaitu
kawasan peruntukkan hutan produksi, kawasan peruntukkan pertanian, kawasan
peruntukkan industri, dan kawasan peruntukkan permukiman.
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Temanggung memiliki luas 10.296 hektar.
Kawasan hutan produksi terbagi menjadi kawasan hutan produksi terbatas dan
kawasan hutan produksi tetap. kawasan yang direncanakan sebagai kawasan hutan
produksi terbatas, oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung belum diubah fungsinya
menjadi kawasan hutan produksi seperti yang telah diamanatkan dalam Perda RTRW
Kabupaten Temanggung. Hal ini perlu penanganan segera mengingat RTRW
Kabupaten Temanggung akan segera ditinjau kembali. Sedangkan untuk kawasan
hutan produksi tetap saat ini masih berupa kebun, permukiman, sawah irigasi, dan
tegalan. Hal ini mengindikasikan adanya simpangan terhadap rencana kawasan hutan
produksi tetap. Simpangan ini mengindikasikan adanya kendala dari Pemerintah
Kabupaten Temanggung untuk segera melaksanakan program-program yang telah
direncanakan dalam RTRW Kabupaten Temanggung.
Kawasan peruntukkan pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan dan pertanian
hortikultura. Pertanian tanaman pangan di Kabupaten Temanggung, terdiri atas lahan
beririgasi dan tidak beririgasi. Lahan beririgasi dengan luas minimal 18.920 Ha berada
di seluruh wilayah kecamatan. Lahan tidak beririgasi dengan luas minimal 251 Ha
berada di seluruh wilayah kecamatan. Jika dilihat dari penggunaan lahan eksisting
masih terdapat penggunaan lahan terbangun (permukiman dan industri) dan
penggunaan lahan tidak terbangun (sungai/embung/waduk/air tawar, hutan, kebun,
sawah irigasi, dan tegalan). Untuk penggunaan lahan eksistingnya yang masih berupa
kawasan terbangun, diperlukan tindak lanjut yang tegas dari pemerintah Kabupaten
Temanggung. Pasalnya lahan terbangun seperti permukiman dan industri tersebut
mengindikasikan adanya pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi
yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Menurut Perda RTRW Kabupaten
Temanggung, simpangan semacam ini dapat dikenakan sanksi.
Rencana Kawasan Peruntukan Industri dengan luas minimal 586 Ha meliputi
Kecamatan Pringsurat dan Kecamatan Kranggan. Rencana pengembangan kegiatan
industri terdiri atas industri besar, industri menengah, dan industri kecil dan/atau mikro.
Kegiatan industri besar dan menengah yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan wajib berlokasi di Kawasan Peruntukan Industri dan dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan. Pada kondisi eksisting kawasan peruntukkan
industri di Kabupaten Temanggung masih belum sesuai dengan peruntukkannya. Hal
ini perlu penanganan segera oleh pemerintah Kabupaten Temanggung untuk
mencegah pembangunan industri besar dan menengah di luar kawasan peruntukkan
industri lagi. Untuk membuka lahan baru pada rencana kawasan peruntukkan industri
tersebut, pemerintah Kabupaten Temanggung dapat melakukan beberapa kesepakatan
terkait lahan-lahan yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Temanggung pada
rencana kawasan peruntukkan industri di Kabupaten Temanggung tersebut.
Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf h
dengan luas minimal 14.698 (empat belas ribu enam ratus sembilan puluh delapan)
hektar meliputi Kawasan permukiman perkotaan dan Kawasan permukiman
perdesaaan. Pada kondisi eksisting kawasan permukiman perkotaan berada di seluruh
wilayah Kecamatan dengan luas minimal 7.214 Ha. Sedangkan, kawasan permukiman
perdesaan terdapat di seluruh wilayah Kecamatan dengan luas minimal 7.484 Ha.
Kondisi ini masih terdapat kawasan non terbangun yang mengindikasikan kawasan
permukiman belum terbangun di kawasan ini. Dengan hal tersebut maka pembangunan
kawasan permukiman akan diarahkan pada kawasan-kawasan non terbangun di
rencana kawasan peruntukkan permukiman. Hal ini dilakukan untuk mencegah
pembangunan kawasan permukiman di luar lokasi yang telah ditetapkan.
Dari kondisi eksisting dan permasalahan yang terkait dengan pola ruang di Kabupaten
Temanggung, maka dalam laporan review RTRW dibuat peta rencana pola ruang
Kabupaten Temanggung. Hal ini bertujuan agar pembangunan di Kabupaten Temanggung
tetap sesuai dengan Perda RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031. Berikut
merupakan peta rencana pola ruang Kabupaten Temanggung.
b. Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah kota merupakan distribusi peruntukkan ruang dalam
wilayah kota yang meliputi rencana peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kota memiliki
beberapa fungsi, yaitu:
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;
Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.
Dalam merumuskan suatu rencana pola ruang harus disesuaikan dengan kriteria-
kriteria berikut ini.
merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW provinsi beserta
rencana rincinya;
memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota;
memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah kota;
menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah kota;
menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal;
menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat kota;
jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan
pada wilayah kota bersangkutan; dan
mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
Pola ruang wilayah kota terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri dari hutan lindung yang merupakan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya, yang meliputi kawasan bergambut dan
kawasan resapan air. Hutan lindung juga berfungsi sebagai kawasan perlindungan
setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau
atau waduk, kawasan sekitar mata air. Kawasan rawan bencana alam termasuk
kawasan lindung yang meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir.
Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari kawasan perumahan yang dirinci meliputi
perumahan dengan kepadatan tinggi, perumahan dengan kepadatan sedang, dan
perumahan dengan kepadatan rendah. Selain perumahan yang termasuk ke dalam
kawasan budidaya seperti kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran,
kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan
ruang evakuasi bencana, dan kawasan peruntukkan ruang bafi kegiatan sektor informal.
b. Pola Ruang
Rencana pola ruang yang terdapat di RTRW Kabupaten Temanggung meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya. dalam menentukan pola ruang suatu kota
harus memperhatikan dan merujuk rencana pola ruang RTRWN dan RTRW Provinsi.
Dalam pelaksanaannya rencana pola ruang Kabupaten Temanggung sudah sesuai
dengan aaaartrwna dan RTRW Provinsi. Berikut ini merupakan peta arahan pola ruang
Kabupaten Temanggung.
Gambar 3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung
Sumber : Analisis CV DUTA, 2015
Selain merujuk pada rencana pola ruang RTRWN dan RTRW Provinsi, rencana pola
ruang suatu daerah harus memperhatikan hal-hal lain seperti mitigasi bencana pada
wilayah kota, memperhatikan kepentingan pertahanan dan kemanan wilayah kota,
menyediakan RTH minimal 30% dari luas wilayah kota, menyediakan ruang untuk
kegiatan sektor informal, menyediakan RTNH untuk kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat, dan mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri
dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pada peta rencana pola ruang Kabupaten
Temanggung di atas dapat diketahui bahwa pola ruang Kabupaten Temanggung
diklasifikasikan menjadi dua yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam peta
rencana pola ruang Kabupaten Temanggung terlihat komposisi RTH di Kabupaten
Temanggung masih tersedia lebih dari 30% dari luas total Kabupaten Temanggung.
Dalam penyediaan ruang untuk kegiatan sektor informal Pemerintah Kabupaten
Temanggung sudah menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal di kawasan
alun-alun berupa ruang untuk berjualan pedagang kaki lima.