Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN KRITIS PELAKSANAAN PENYUSUNAN REVIEW RENCANA TATA

RUANG WILAYAH (RTRW)


KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2011-2031

Oleh
Bagas Atmawan (21040112130079)
Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, ST, MT, MPS

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro


Email : bagas.atmawan16@pwk.undip.ac.id

Abstrak
Dalam pelaksanaan ketentuan Pasal 26 Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan terjadi dinamika di kabupaten yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang kabupaten secata mendasar, maka diperlukan peninjauan kembali
rencana tata ruang yang ada. Kabupaten Temanggung mempunyai Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tahun 2011-2031. RTRW
memiliki peran penting dalam penyusunan program-program pembangunan di Kabupaten
Temanggung, dan yang paling utama sebagai dasar perumusan pemanfaatan ruang di
Wilayah Kabupaten Temanggung. Di dalam RTRW Kabupaten Temanggung terdapat
rencana struktur dan pola ruang wilayah kota yang merupakan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang di Kabupaten Temanggung. Namun dalam pelaksanaannya terdapat
dinamika pembangunan yang terjadi sehingga rencana struktur dan pola ruang yang telah
disusun dituntut untuk dilakukan peninjauan kembali dan revisi. Pembahasan tinjauan kritis
ini berkaitan dengan kegiatan review RTRW Kabupaten Temanggung dengan fokus
pembahasan terhadap struktur dan pola ruang Kabupaten Temanggung. Tinjauan kritis ini
akan membandingkan rencana struktur dan pola ruang dengan beberapa teori yang berkaitan
dengan penentuan struktur dan pola ruang di suatu daerah. Dari perbandingan tersebut dapat
diketahui bahwa dalam menentukan struktur dan pola ruang di Kabupaten Temanggung
sudah sesuai dengan teori namun tetap harus dilakukan pengembangan agar tidak terjadi
ketimpangan antar daerah.

Kata Kunci: Pola Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Struktur Ruang, Tinjauan
Kritis

I. PENDAHULUAN
Beberapa wilayah di Indonesia masih belum bisa merasakan pembangunan yang
merata. Kesenjangan pembangunan masih terdapat di beberapa wilayah di Indonesia.
Permasalahan pembangunan yang tidak merata tersebut merupakan tantangan bagi
pemerintah Indonesia. Pembangunan daerah di Indonesia harus terlaksana secara merata
dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia dan tidak hanya terfokus pada salah
satu wilayah saja. Dalam mewujudkan pembangunan daerah yang merata diperlukan suartu
aturan mengenai rencana tata ruang kota sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembangunan daerah. Selain itu juga diperlukan suatu pengawasan terhadap pembangunan
daerah dengan tujuan pembangunan yang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang kota
tersebut.
Dalam pelaksanaannya pasal 26 Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2007 tentang penataan ruang terjadi dinamika di kabupaten yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang kabupaten secara mendasar. Demikian juga dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tahun 2011-2031 terdapat dinamika pembangunan kabupaten yang mendorong
untuk dilaksanakan kegiatan review RTRW Kabupaten Temanggung. Kegiatan review RTRW
Kabupaten Temanggung ini meliputi peninjauan kembali dan revisi terhadap rencana tata
ruang wilayah kabupaten.
RTRW memiliki peran yang penting sebagai acuan dalam menyusun program-program
pembangunan di Kabupaten Temanggung, khususnya sebagai dasar perumusan
pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Temanggung sesuai dengan kondisi wilayah.
RTRW juga berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan,
dengan tujuan mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antar sektor dan antar kawasan, serta menentukan lokasi yang diperuntukkan investasi
pemerintah dan masyarakat sebagai dasar penertiban terhadap perijinan lokasi
pembangunan. Di dalam RTRW terdapat rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
Rencana struktur dan pola ruang ini merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan
dalam suatu kota dan jaringan infrastruktur kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan
wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kota pada skala kota.
Laporan critical review terhadap proyek Review RTRW Kabupaten Temanggung ini
bertujuan untuk memberikan kritik terhadap penyusunan Review RTRW Kabupaten
Temanggung dengan melihat struktur dan pola ruang Kabupaten Temanggung kemudian
dibandingkan dengan teori struktur dan pola ruang yang ada. Sasaran yang akan dilakukan
dalam laporan ini adalah:
a. Mengidentifikasi dan menjelaskan secara singkat tentang proyek kerja praktek secara
umum dan menjelaskan secara khusus mengenai struktur dan pola ruang Kabupaten
Temanggung.
b. Mengkaji dan mengkritisi struktur dan pola ruang Kabupaten Temanggung yang dicapai
dalam proyek tersebut.

II. TINJAUAN SINGKAT PROYEK REVIEW RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN TEMANGGUNG 2011-2031
1. Tinjauan Umum Proyek
Review RTRW Kabupaten Temanggung dilakukan berdasarkan prosedur penyusunan
dan prosedur penetapan rencana tata ruang dan dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima)
tahun. Ruang lingkup kegiatan penyusunan Review RTRW Kabupaten Temanggung adalah
seluruh wilayah Kabupaten Temanggung. Secara administratif, batas-batas Kabupaten
Temanggung adalah sebagai berikut:
 Sebelah utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang
 Sebelah timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang
 Sebelah selatan : Kabupaten Magelang
 Sebelah barat : Kabupaten Wonosobo
Gambar 1 Peta Administrasi Kabupaten Temanggung
Sumber : Bappeda, 2012

Ada beberapa tujuan dari penyusunan Review RTRW Kabupaten Temanggung ini,
tujuan tersebut adalah:
a. Mengidentifikasi kebijakan lingkungan strategis yang mempengaruhi RTRW Kabupaten
Temanggung.
b. Mengidentifikasi dinamika pembangunan di wilayah Kabupaten Temanggung yang
meliputi harapan, keinginan, dan tuntutan masyarakat Kabupaten Temanggung.
c. Mengidentifikasi kualitas, kesahihan, dan simpangan RTRW Kabupaten Temanggung.
d. Melakukan revisi terhadap rencana tata ruang yang memuat arahan penataan ruang
serta struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Temanggung.
e. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah Kabupaten Temanggung yang serasi dan
optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta
sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
Terdapat ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari
penyusunan Review RTRW Kabupaten Temanggung. Ruang lingkup kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi permasalahan-permasalahan penataan ruang di wilayah Kabupaten
Temanggung selama 5 tahun terakhir.
b. Penyelenggaraan survey ke lapangan dan beberapa instansi yang terkait dalam rangka
pengumpulan data primer dan sekunder yang digunakan untuk mendukung penyusunan
Review RTRW Kabupaten Temanggung.
c. Penyelenggaraan FGD untuk menghimpun harapan, keinginan, dan tuntutan dari
masyarakat serta untuk menghimpun pendapat dan masukan dari tokoh-tokoh
masyarakat guna mengidentifikasi dinamika pembangunan di wilayah Kabupaten
Temanggung.
d. Mengkaji data-data hasil survey lapangan dan FGD beserta permasalahan dan isu-isu
yang terkait dengan kondisi wilayah Kabupaten Temanggung.
e. Melakukan analisis terhadap kualitas, kesahihan, simpangan RTRW Kabupaten
Temanggung.
f. Menyusun draft materi teknis RTRW Kabupaten Temanggung yang dapat
mengakomodasi semua kepentingan, potensi, tantanga, dan keterbatasan di
Kabupaten Temanggung, yang dilengkapi dengan peta-peta dengan ketelitian minimal
1:50.000.
g. Pelaksanaan lokakarya untuk mempertajam konsep draft materi teknis RTRW
Kabupaten Temanggung.

2. Tinjauan Umum Proyek Berdasarkan Struktur dan Pola Ruang


a. Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Temanggung mencakup dua rencana, yaitu
rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota dan rencana sistem prasarana
kota. Rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan di Kabupaten Temanggung
terbagi menjadi beberapa jenis sistem pusat pelayanan, yaitu Pusat Kegiatan Lokal (PKL),
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), dan Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL).
1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Dalam Perda RTRW Kabupaten Temanggung yang ditetapkan sebagai PKL adalah
kawasan perkotan Temanggung dan kawasan perkotaan Parakan. Masing-masing
kawasan perkotaan mempunyai potensi dan permasalahan. Untuk kawasan perkotaan
Temanggung mempunyai potensi seperti kawasan perkotaan Temanggung merupakan
ibukota Kabupaten Temanggung sehingga kecamatan ini menjadi salah satu pusat
pengembangan ekonomi lokal. Dengan menjadi ibukota kabupaten, Kecamatan
Temanggung mempunyai sarana dan prasarana yang memadai bagi kebutuhan
masyarakatnya dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Namun kawasan perkotaan
Temanggung juga mempunyai permasalahan seperti ketimpangan infrastruktur dan
fasilitas antara wilayah administrasi yang berstatus desa dengan kota.
Kawasan perkotaan Parakan mempunyai beberapa potensi dan masalah seperti
halnya kawasan perkotaan Temanggung. Potensi yang terdapat di kawasan perkotaan
Parakan seperti wilayahnya mempunyai penggunaan lahan untuk kawasan
perdagangan dan jasa yang memiliki jangkauan pelayanan sampai ke beberapa
kecamatan di sekitarnya. Kecamatan Parakan direncakan akan dilakukan
pembangunan jalan lingkar untuk melancarkan distribusi hasil pertanian dan industri,
mempermudah aksesibilitas dan meminimalisir kemacetan di Kecamatan Parakan.
Selain itu Kecamatan Parakan dilalui oleh 3 jalur utama berstatus jalan kolektor yaitu
Parakan - Ngadirejo, Parakan - Magelang dan Parakan - Wonosobo. Hal ini akan
mempermudah akses menuju Kecamatan Parakan dan dapat mendorong sektor
perdagangan dan jasa yang dapat meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat
lokal. Namun masih terdapat permasalahan yang belum teratasi seperti aksesbilitas
rendah di beberapa desa yang terdapat di Kecamatan Parakan. Kondisi tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan kondisi kelerengan yang
cukup bervariasi sehingga pembangunan di daerah yang mempunyai kelerengan curam
terkendala.
Berdasarkan potensi tersebut serta kondisi eksisting di lapangan, Kecamatan
Temanggung dan Kecamatan Parakan dalam laporan review RTRW Kabupaten
Temanggung dinilai berpotensi menjadi PKL di Kabupaten Temanggung seperti yang
sudah diamanatkan dalam Perda RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031.
Dengan ketersediaan dan kelengkapan fasilitas umum dan sosial yang dimiliki juga
dengan adanya pusat perdagangan dan jasa, maka Kecamatan Temanggung dan
Parakan telah tumbuh pesat menjadi kawasan perkotaan di Kabupaten Temanggung.
2) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Dalam Perda RTRW Kabupaten Temanggung yang ditetapkan sebagai PKLp adalah
kawasan perkotan Ngadirejo dan kawasan perkotaan Kranggan. Masing-masing
kawasan perkotaan mempunyai potensi dan permasalahan. Kawasan perkotaan
Ngadirejo mempunyai lokasi yang strategis karena terdapat jalur kolektor primer yang
memudahkan aksesbilitas dan terdapat transportasi umum dengan destinasi yang
beragam dan menjangkau kecamatan lain. Selain itu Kecamatan Ngadirejo juga
mempunyai terminal dengan skala pelayanan regional dan terdapat pasar dengan skala
pelayanan yang luas dan menjual berbagai komoditas. Kecamatan Ngadirejo juga
berpotensi untuk pengembangan lahan terbangun di kawasan budidaya yang masih
mempunyai area yang luas. Namun terdapat permasalahan seperti pengelolaan
sampah yang masih dibakar dan dibuang di sungai. Selain itu untuk kondisi jalan masih
banyak yang rusak di beberapa desa dan pembangunan infrastruktur yang kurang
merata.
Kawasan perkotaan Kranggan mempunyai potensi seperti sumber daya alam yang
cukup kering dan lahan perkebunan yang dikelola dengan baik. Kecamatan Kranggan
mempunyai pasar Agrotani dengan skala pelayanan satu Kabupaten Temanggung.
Kondisi dan kualitas jalan kolektor primer yang baik membuat aksesbilitas di Kecamatan
Kranggan menjadi tinggi dan meningkatkan perekonomian. Namun Kecamatan
Kranggan mempunyai permasalahan seperti ketimpangan sarana dan prasarana. Hal
ini diakibatkan oleh perkembangan industri di Kecamatan Kranggan hanya terpusat di
bagian selatan, sehingga pembangunan sarana dan prasarana hanya terfokus di
Kecamatan Kranggan bagian selatan dibandingkan di bagian utara.
3) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Dalam Perda RTRW Kabupaten Temanggung yang ditetapkan sebagai PPK adalah
kawasan perkotaan Pringsurat, kawasan perkotaan Kedu, kawasan perkotaan
Kandangan, kawasan perkotaan Kledung, kawasan perkotaan Bulu, kawasan
perkotaan Candiroto, kawasan perkotaan Selopampang, kawasan perkotaan Bejen,
kawasan perkotaan Jumo, kawasan perkotaan Tlogomulyo, kawasan perkotaan
Tembarak, kawasan perkotaan Kaloran, kawasan perkotaan Gemawang, kawasan
perkotaan Wonoboyo, kawasan perkotaan Bansari, dan kawasan perkotaan Tretep.
Kawasan perkotaan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
mempunyai potensi yang hampir sama di setiap kawasannya. Mayoritas kawasan
perkotaan mempunyai potensi seperti kawasannya dilalui jalan kolektor sampai jalan
arteri sehingga mempermudah aksesbilitas masyarakatnya. Selain aksesbilitas yang
mudah dengan dilalui jalur penting akan berdampak terhadap meningkatnya
perekonomian daerah. Selain itu juga terdapat sarana transportasi umum yang dapat
mempermudah pergerakan masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Kondisi jenis
tanah yang subur juga merupakan potensi dari kawasan perkotaan PPK sehingga
berpotensi untuk meningkatkan produktivitas petanian dan perkebunan. Potensi lain
yang wajib dimiliki oleh kawasan perkotaan PPK adalah sarana dan prasarana yang
dapat melayani masyarakat dalam skala kawasan. Sarana dan prasarana tersebut
meliputi kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.
Untuk permasalahan yang terdapat pada kawasan perekonomian PPK mayoritas
masih terdapat daerah rawan bencana seperti longor yang diakibatkan keadaan
kelerengan yang curam dan tanah yang peka terhadap erosi. Selain rawan bencana
permasalahan lain adalah terdapat permukiman yang dibangun di kawasan penyangga
dan kawasan lindung. Hal ini akan mengurangi fungsi dari kawasan penyangga dan
kawasan lindung sebagai kawasan yang mempunyai fungsi melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Masih
terdapat ketimpangan infrastruktur dan fasilitas antara wilayah administrasi yang
berstatus desa dengan kota.
4) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) termasuk ke dalam rencana sistem perdesaan.
Dalam Perda RTRW Kabupaten Temanggung yang ditetapkan sebagai PPL adalah
Desa Kebumen Kecamatan Pringsurat, Desa Kebonsari Kecamatan Wonoboyo, Desa
Tepusen Kecamatan Kaloran, Desa Gentan Kecamatan Kranggan, Desa Malebo
Kecamatan Kandangan, dan Desa lain yang ditetapkan kemudian. Desa-desa tersebut
kemudian akan mempunyai tugas untuk melayani kegiatan dalam skala antar desa.
5) Kawasan Agropolitan
Kawasan Agropolitan juga termasuk ke dalam rencana sistem perdesaan. Kawasan
agropolitan berupa pengembangan kawasan sentra produksi. Yang termasuk ke dalam
kawasan agropolitan adalah Kecamatan Kledung, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan
Gemawang, Kecamatan Selopampang, dan Kecamatan lain yang ditetapkan kemudian.
Berikut ini merupakan struktur ruang Kabupaten Temanggung yang sesuai dengan
RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031.

Tabel 1 Struktur Ruang Kabupaten Temanggung


Kawasan
PKL PKLp PPK PPL
Agropolitan
Kec.Temanggung Kec. Ngadirejo Kec. Pringsurat Ds. Kebumen Kec. Kledung
Kec. Parakan Kec. Kranggan Kec. Kedu Ds. Kebonsari Kec. Pringsurat
Kec. Kandangan Ds. Tepusen Kec. Gemawang
Kec. Kledung Ds. Gentan Kec. selopampang
Kec. Bulu Ds. Malebo
Kec. Candiroto
Kec. Selopampang
Kec. Bejen
Kec. Jumo
Kec. Tlogomulyo
Kec. Tembarak
Kec. Kaloran
Kec. Gemawang
Kec. Wonoboyo
Kec. Bansari
Kec. Tretep
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung 2011-2031
Selain itu dalam laporan review RTRW Kabupaten Temanggung juga terdapat anaisis
evaluasi kesahihan. Analisis kesahihan muatan materi RTRW dimaksudkan untuk
mengevaluasi kesesuaian muatan penataan ruang yang ada di dalam Perda RTRW
Kabupaten Temanggung dengan peraturan perundang-undangan penataan ruang dan
sektoral. Untuk bagian rencana struktur ruang dalam analisisnya lebih menyarankan untuk
muatan rencananya lebih menyesuaikan dengan beberapa undang-undang yang
mempunyai keterkaitan dengan aspek-aspek struktur ruang yang direncanakan.

b. Pola Ruang
Rencana pola ruang yang dibahas dalam laporan review RTRW Kabupaten
Temanggung meliputi dua kawasan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.
1) Kawasan Lindung
Kawasan lindung di dalamnya dibagi lagi menjadi kawasan hutan lindung dan
kawasan resapan air. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Temanggung berupa
kawasan hutan yang dikelola oleh negara dan berfungsi lindung dengan luas minimal
3.282 (tiga ribu dua ratus delapan puluh dua) hektar meliputi Kecamatan Tretep,
Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan
Bansari, Kecamatan Kledung, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan
Tembarak, dan Kecamatan Selopampang. Kawasan hutan lindung lebih banyak
terdapat di pegunungan Sindoro dan Sumbing dan sudah sesuai dengan rencana yang
terdapat di Perda RTRW Kabupaten Temanggung. Berikut ini merupakan luas
pemanfaatan lahan eksisting di kawasan hutan lindung.

Tabel 2 Luas (Ha) Penggunaan Lahan Eksisting di Rencana Kawasan Hutan Lindung di
Kabupaten Temanggung
No. Penggunaan Lahan Eksisting Luas
1 Sungai/Embung/Waduk/Air Tawar 0,880
2 Hutan 3.293,995
3 Kebun 96,996
4 Permukiman 0,000
5 Sawah Irigasi 0,055
6 Tegalan 33,016
Jumlah 3.424,942
Sumber: Perhitungan Digitasi Peta Citra Satelit, 2015

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di kawasan hutan lindung terdapat
penggunaan lahan berupa kebun dan tegalan yang masih cukup besar. Penanganan
hal tersebut dapat berupa pembelian lahan yang masih dimanfaatkan sebagai kawasan
budidaya di kawasan hutan lindung tersebut kemudian difungsikan seperti yang sudah
direncanakan, yaitu sebagai kawasan hutan lindung.
Kawasan lindung lainnya adalah kawasan resapan air. Kawasan resapan air di
Kabupaten Temanggung memiliki luas minimal 9.732 (sembilan ribu tujuh ratus tiga
puluh dua) hektar. Kawasan resapan air merupakan kawasan yang berfungsi untuk
meresapkan air ke dalam tanah untuk mencegah kelebihan air permukaan yang dapat
mengakibatkan banjir serta dapat memperkaya cadangan air tanah di suatu daerah.
Namun, pada kondisi eksisting kawasan resapan air ini masih digunakan sebagai lahan
budidaya seperti kebun, permukiman, sawah irigasi, dan tegalan. Hal ini
mengindikasikan adanya simpangan terhadap kawasan pola ruang, khususnya
kawasan lindung dalam Perda RTRW Kabupaten Temanggung.
2) Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya dibagi menjadi empat yaitu
kawasan peruntukkan hutan produksi, kawasan peruntukkan pertanian, kawasan
peruntukkan industri, dan kawasan peruntukkan permukiman.
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Temanggung memiliki luas 10.296 hektar.
Kawasan hutan produksi terbagi menjadi kawasan hutan produksi terbatas dan
kawasan hutan produksi tetap. kawasan yang direncanakan sebagai kawasan hutan
produksi terbatas, oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung belum diubah fungsinya
menjadi kawasan hutan produksi seperti yang telah diamanatkan dalam Perda RTRW
Kabupaten Temanggung. Hal ini perlu penanganan segera mengingat RTRW
Kabupaten Temanggung akan segera ditinjau kembali. Sedangkan untuk kawasan
hutan produksi tetap saat ini masih berupa kebun, permukiman, sawah irigasi, dan
tegalan. Hal ini mengindikasikan adanya simpangan terhadap rencana kawasan hutan
produksi tetap. Simpangan ini mengindikasikan adanya kendala dari Pemerintah
Kabupaten Temanggung untuk segera melaksanakan program-program yang telah
direncanakan dalam RTRW Kabupaten Temanggung.
Kawasan peruntukkan pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan dan pertanian
hortikultura. Pertanian tanaman pangan di Kabupaten Temanggung, terdiri atas lahan
beririgasi dan tidak beririgasi. Lahan beririgasi dengan luas minimal 18.920 Ha berada
di seluruh wilayah kecamatan. Lahan tidak beririgasi dengan luas minimal 251 Ha
berada di seluruh wilayah kecamatan. Jika dilihat dari penggunaan lahan eksisting
masih terdapat penggunaan lahan terbangun (permukiman dan industri) dan
penggunaan lahan tidak terbangun (sungai/embung/waduk/air tawar, hutan, kebun,
sawah irigasi, dan tegalan). Untuk penggunaan lahan eksistingnya yang masih berupa
kawasan terbangun, diperlukan tindak lanjut yang tegas dari pemerintah Kabupaten
Temanggung. Pasalnya lahan terbangun seperti permukiman dan industri tersebut
mengindikasikan adanya pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi
yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Menurut Perda RTRW Kabupaten
Temanggung, simpangan semacam ini dapat dikenakan sanksi.
Rencana Kawasan Peruntukan Industri dengan luas minimal 586 Ha meliputi
Kecamatan Pringsurat dan Kecamatan Kranggan. Rencana pengembangan kegiatan
industri terdiri atas industri besar, industri menengah, dan industri kecil dan/atau mikro.
Kegiatan industri besar dan menengah yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan wajib berlokasi di Kawasan Peruntukan Industri dan dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan. Pada kondisi eksisting kawasan peruntukkan
industri di Kabupaten Temanggung masih belum sesuai dengan peruntukkannya. Hal
ini perlu penanganan segera oleh pemerintah Kabupaten Temanggung untuk
mencegah pembangunan industri besar dan menengah di luar kawasan peruntukkan
industri lagi. Untuk membuka lahan baru pada rencana kawasan peruntukkan industri
tersebut, pemerintah Kabupaten Temanggung dapat melakukan beberapa kesepakatan
terkait lahan-lahan yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Temanggung pada
rencana kawasan peruntukkan industri di Kabupaten Temanggung tersebut.
Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf h
dengan luas minimal 14.698 (empat belas ribu enam ratus sembilan puluh delapan)
hektar meliputi Kawasan permukiman perkotaan dan Kawasan permukiman
perdesaaan. Pada kondisi eksisting kawasan permukiman perkotaan berada di seluruh
wilayah Kecamatan dengan luas minimal 7.214 Ha. Sedangkan, kawasan permukiman
perdesaan terdapat di seluruh wilayah Kecamatan dengan luas minimal 7.484 Ha.
Kondisi ini masih terdapat kawasan non terbangun yang mengindikasikan kawasan
permukiman belum terbangun di kawasan ini. Dengan hal tersebut maka pembangunan
kawasan permukiman akan diarahkan pada kawasan-kawasan non terbangun di
rencana kawasan peruntukkan permukiman. Hal ini dilakukan untuk mencegah
pembangunan kawasan permukiman di luar lokasi yang telah ditetapkan.
Dari kondisi eksisting dan permasalahan yang terkait dengan pola ruang di Kabupaten
Temanggung, maka dalam laporan review RTRW dibuat peta rencana pola ruang
Kabupaten Temanggung. Hal ini bertujuan agar pembangunan di Kabupaten Temanggung
tetap sesuai dengan Perda RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031. Berikut
merupakan peta rencana pola ruang Kabupaten Temanggung.

Gambar 2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung


Sumber : Analisis CV DUTA, 2015
Dari peta di atas rencana pola ruang yang dibuat disesuaikan dengan permasalahan
yang terjadi di Kabupaten Temanggung. Untuk kawasan-kawasan terbangun yang terdapat
di kawasan fungsi lindung sudah dikurangi, hal ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi
kawasan lindung sebagaimana mestinya. Untuk kawasan budidaya seperti kawasan
peruntukkan permukiman sedikit diperluas. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
pertumbuhan penduduk yang dari tahun ke tahun semakin bertambah dan memanfaatkan
kawasan non terbangun yang berada di kawasan peruntukkan permukiman untuk
dimanfaatkan secara maksimal. Sedangkan untuk kawasan peruntukkan industri juga
diperluas dengan tujuan agar pertumbuhan industri tetap beraglomerasi sehingga tidak
terjadi pembangunan industri di luar kawasam peruntukkan industri.
III. TINJAUAN KRITIS PROYEK REVIEW RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN TEMANGGUNG 2011-2031
1. Literatur Struktur dan Pola Ruang Kota
a. Struktur Ruang
Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta
sistem prasarana maupun sarana. Semua hal tersebut berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial dan ekonomi yang secara hirarki mempunyai hubungan fungsional.
Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarki dan
struktural mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang.
Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan
internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang
ada/direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu kesatuan
dari sistem regional, provinsi, nasional bahkan internasional. Rencana sturktur ruang
kota mencakup: rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota, dan rencana
sistem prasarana kota. Rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kegiatan
kota menggambarkan lokasi pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hirarkinya,
cakupan/skala layanannya, serta dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat
pelayanan kegiatan tersebut. Sedangkan rencana sistem prasarana kota mencakup
sistem prasarana yang mengintegrasikan kota dalam lingkup yang lebih luas maupun
mengitegrasikan bagian wilayah kota serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan
yang ada/direncakan dalam wilayah kota, sehingga kota dapat menjalankan peran dan
fungsinya sesuai dengan tujuan penataan ruang kota yang ditetapkan.
Menurut Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur tata ruang
kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional, dan jaringan jalan. Kota atau
kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem spasial, yang
secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi pembentuknya serta
keterkaitannya satu sama lain. Kota sebagai suatu sistem/tata ruang merupakan wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak, yang
mencirikan kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian. Wujud struktural
pemanfaatan ruang kota di antaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan
perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan yang
ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal.
Menurut Eko Budiharjo, Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia
yang paling rumit dan muskil sepanjang peradaban. Struktur merupakan bentuk dan
wajah serta penampilan kota, merupakan hasil dari penyelesaian konflik perkotaan yang
selalu terjadi, dan mencerminkan perkembangan peradaban warga kota maupun
pengelolanya. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu pusat-pusat
pelayanan, yaitu:
1) Faktor lokasi: letak suatu wilayah yang strategis menyebabkan suatu wilayah
dapat menjadi suatu pusat pelayanan.
2) Faktor ketersediaan sumber daya: ketersediaan sumber daya dapat
menyebabkan suatu wilayah menjadi pusat pelayanan.
3) Kekuatan aglomerasi: Kekuatan aglomerasi terjadi karena ada sesuatu yang
mendorong kegiatan ekonomi sejenis untuk mengelompok pada suatu lokasi
karena adanya suatu keuntungan, yang selanjutnya akan menyebabkan
timbulnya pusat-pusat kegiatan.
4) Faktor investasi pemerintah: Ketiga faktor diatas menyebabkan timbulnya
pusat-pusat pelayanan secara ilmiah, sedangkan faktor investasi pemerintah
merupakan sesuatu yang sengaja dibuat (Artificial).
Selain pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dan kawasan fungsional
perkotaan, unsur pembentuk struktur tata ruang kota adalah sistem prasarana dan
sarana. Prasarana perkotaan adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan
kawasan permukiman perkotaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jenis
prasarana : Transportasi, Air bersih, Air limbah, Drainase, Persampahan, Listrik, dan
Telekomunikasi. Sarana perkotaan adalah kelengkapan kawasan permukiman
perkotaan, yaitu : Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Pemerintahan dan Pelayanan
umum, Perdagangan dan Industri, dan sarana olahraga serta ruang terbuka hijau.

b. Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah kota merupakan distribusi peruntukkan ruang dalam
wilayah kota yang meliputi rencana peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kota memiliki
beberapa fungsi, yaitu:
 Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;
 Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
 Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
 Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.
Dalam merumuskan suatu rencana pola ruang harus disesuaikan dengan kriteria-
kriteria berikut ini.
 merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
 merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW provinsi beserta
rencana rincinya;
 memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
 memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota;
 memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah kota;
 menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah kota;
 menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal;
 menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat kota;
 jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan
pada wilayah kota bersangkutan; dan
 mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
Pola ruang wilayah kota terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri dari hutan lindung yang merupakan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya, yang meliputi kawasan bergambut dan
kawasan resapan air. Hutan lindung juga berfungsi sebagai kawasan perlindungan
setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau
atau waduk, kawasan sekitar mata air. Kawasan rawan bencana alam termasuk
kawasan lindung yang meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir.
Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari kawasan perumahan yang dirinci meliputi
perumahan dengan kepadatan tinggi, perumahan dengan kepadatan sedang, dan
perumahan dengan kepadatan rendah. Selain perumahan yang termasuk ke dalam
kawasan budidaya seperti kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran,
kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan
ruang evakuasi bencana, dan kawasan peruntukkan ruang bafi kegiatan sektor informal.

2. Tinjauan Kritis terhadap Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Temanggung


a. Struktur Ruang
Sebagaimana pengertian struktur ruang yang terdapat di literatur bahwa struktur
ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem
prasarana maupun sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial dan
ekonomi yang secara hirarki mempunyai hubungan fungsional. Mengacu pada
Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten (Permen PU No. 16 Tahun 2009), pusat
kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi,
dan administrasi masyarakat di wilayah kabupaten. Pusta kegiatan tersebut terdiri dari
Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dan pusat-pusat lain yang ada di
dalam wilayah kabupaten. Pusat-pusat lain yang berada di dalam wilayah kaupaten
tersebut terdiri Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL).
Dengan melihat ketentuan tersebut, struktur ruang wilayah kota di Kabupaten
Temanggung sudah mengacu pada pedoman penyusunan RTRW Kabupaten yaitu
Permen PU No. 16 Tahun 2009. Dapat dikatakan sudah mengacu pada pedoman
penyusunan RTRW Kabupaten karena di dalam RTRW Kabupaten Temanggung sudah
diatur mengenai rencana struktur ruang yang terdiri dari PKL, PPK, dan PPL. Namun
disini terdapat tambahan pusat kegiatan seperti Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp).
Hal ini dilakukan bertujuan untuk menambah pusat kegiatan lokal yang awalnya hanya
Kecamatan Temanggung dan Kecamatan Parakan, kemudian ditambahkan Kecamatan
Ngadirejo dan Kecamatan Kranggan untuk dipromosikan sebagai pusat kegiatan lokal
baru. Dengan adanya PKLp ini diharapkan tidak terjadi penumpukan kegiatan atau
ketimpangan daerah. Selain PKLp terdapat juga tambahan pusat pelayanan di skala
pedesaan, yaitu kawasan agropolitan. Kawasan ini dibentuk dengan tujuan
pengembangan kawasan sentra produksi.
Berdasarkan literatur yang diambil terdapat faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya suatu pusat-pusat pelayanan. Faktor-faktor tersebut kemudian dibahas
dengan praktek di lapangan. Dengan tahapan ini maka dapat diketahui apakah dalam
menentukanpusat pelayanan di Kabupaten Temanggung sudah sesuai dengan literatur
atau belum sesuai.
Tabel 3 Faktor-Faktor Pusat Pelayanan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Temanggung
Pusat Pelayanan di
No Faktor-Faktor Pusat Pelayanan Tinjauan Kritis
Kabupaten Temanggung
1 PKL  Faktor lokasi: letak suatu Kecamatan Temanggung dan
(Kec. Temanggung dan Kec. wilayah yang strategis Kecamatan Parakan ditetapkan
Parakan) menyebabkan suatu wilayah menjadi PKL berdasarkan faktor
dapat menjadi suatu pusat pusat pelayanan sudah hampir
pelayanan. sesuai.
 Faktor ketersediaan sumber  Kedua kecamatan tersebut
daya: ketersediaan sumber daya apabila dilihat dari lokasi
dapat menyebabkan suatu mempunyai lokasi yang strategis
wilayah menjadi pusat karena terdapat jalan arteri yang
pelayanan. menghubungkan dengan
 Kekuatan aglomerasi: Kekuatan kabupaten lain.
aglomerasi akan mendorong  Untuk ketersediaan sumber daya
kegiatan ekonomi dan alam kedua kecamatan tersebut
menyebabkan timbulnya pusat- mempunyai potensi lahan
pusat kegiatan. pertanian yang subur.
 Faktor investasi pemerintah:  Terdapat juga pusat perdagangan
faktor investasi pemerintah dan jasa yang beraglomerasi
merupakan sesuatu yang sehingga menjadi pusat kegiatan
sengaja dibuat (Artificial). masyarakatnya.
 Faktor investasi pemerintah juga
tersedia di kedua kecamatan
tersebut seperti sarpras yang
disediakan oleh pemerintah untuk
melayani masyarakatnya
2 PKLp Untuk Kecamatan Ngadirejo dan
(Kec. Ngadirejo dan Kec. Kecamatan Kranggan keduanya
Kranggan) hampir sesuai ditetapkan sebagai
PKLp. Hal ini dikarenakan kedua
kecamatan tersebut sudah
memenuhi faktor-faktor pusat
pelayanan. Namun untuk faktor
kekuatan aglomerasi masih
menghasilkan skala pelayanan
yang lebih kecil dibandingkan
dengan Kecamatan Temanggung
dan Kecamatan Parakan. Dengan
hal tersebut Kecamatan Nadirejo
dan Kecamatan Kranggan cocok
untuk di promosikan menjadi PKL
karena potensi untuk lebih
berkembang masih tinggi.
3 PPK Kecamatan-kecamatan yang
(Pringsurat, Kedu, Kandangan, termasuk kedalam PPK rata-rata
Kledung, Bulu, Candiroto, sudah sesuai dengan faktor-faktor
Selopampang, Bejen, Jumo, pusat pelayanan. Namun untuk
Tlogomulyo, Tembarak, Kaloran, faktor investasi pemerintah masih
Gemawang, Wonoboyo, beberapa kecamatan saja yang
Bansari, dan Tretep) ada, untuk kecamatan lainnya
masih ivestasi pemerintah masih
kecil.
4 PPL Untuk desa-desa yang termasuk
(Ds. Kebumen Kec. Pringsurat, PPL dari segi lokasi masih belum
Ds. Kebonsari Kec. Wonoboyo, mempunyai lokasi yang sangat
Ds. Tepusen Kec. Kaloran, Ds. strategis. Namun untuk faktor lain
seperti ketersediaan sumberdaya
Pusat Pelayanan di
No Faktor-Faktor Pusat Pelayanan Tinjauan Kritis
Kabupaten Temanggung
Gentan Kec. Kranggan, Ds. alam masih cukup banyak dan
Malebo Kec. Kandangan) terdapat aglomerasi yang
mendorong kegiatan ekonomi
walaupun skala kecil namun sudah
cukup untuk melayani masyarakat
dalam skala lingkungan.
5 Kawasan Agropolitan Kecamatan-kecamatan yang
(Kec. Kledung, Kec. Pringsurat, termasuk ke dalam kawasam
Kec. Gemawang, Kec. agropolitan rata-rata sudah sesuai
Selopampang) dengan faktor-faktor pusat
pelayanan. Kawasan yg termasuk
ke dalam kawasan agropolitan ini
hanya berfokus terhadap
pengembangan kawasan sentra
produksi. Sehingga semua faktor
pusat pelayanan harus dimiliki mulai
dari lokasi yang strategis,
ketersediaan sumber daya alam,
aglomerasi ekonomi, dan investasi
pemerintah.
Sumber: Analisis Penyusun, 2016
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan pusat-pusat pelayanan di
Kabupaten Temanggung sudah sesuai dengan faktor-faktor sebagai pusat pelayanan.
Namun beberapa daerah perlu untuk dilakukan peningkatan dalam hal aglomerasi untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah tersebut dan peningkatan investasi
pemerintah untuk menambah tingkat pelayanan kepada masyarakat dan tidak terjadi
ketimpangan dengan daerah lain.
Selain sistem pusat pelayanan, struktur ruang juga dilihat dari sistem jaringan
prasarana wilayah. Untuk sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Temanggung
seperti Transportasi, Air bersih, Air limbah, Drainase, Persampahan, Listrik, dan
Telekomunikasi terus dilakukan perbaikan dan pengembangan. Selain itu juga terdapat
sarana perkotaan seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan dan
pelayanan umum, perdagangan dan industri, dan sarana olahraga serta ruang terbuka
hijau. Pengembangan prasarana dan sarana di Kabupaten Temanggung tersebut
sebaiknya tidak hanya dilakukan di daerah perkotaannya saja, namun perlu dilakukan
di daerah-daerah yang masih tertinggal seperti daerah yang masih mempunyai
aksesbilitas rendah.

b. Pola Ruang
Rencana pola ruang yang terdapat di RTRW Kabupaten Temanggung meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya. dalam menentukan pola ruang suatu kota
harus memperhatikan dan merujuk rencana pola ruang RTRWN dan RTRW Provinsi.
Dalam pelaksanaannya rencana pola ruang Kabupaten Temanggung sudah sesuai
dengan aaaartrwna dan RTRW Provinsi. Berikut ini merupakan peta arahan pola ruang
Kabupaten Temanggung.
Gambar 3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung
Sumber : Analisis CV DUTA, 2015
Selain merujuk pada rencana pola ruang RTRWN dan RTRW Provinsi, rencana pola
ruang suatu daerah harus memperhatikan hal-hal lain seperti mitigasi bencana pada
wilayah kota, memperhatikan kepentingan pertahanan dan kemanan wilayah kota,
menyediakan RTH minimal 30% dari luas wilayah kota, menyediakan ruang untuk
kegiatan sektor informal, menyediakan RTNH untuk kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat, dan mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri
dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pada peta rencana pola ruang Kabupaten
Temanggung di atas dapat diketahui bahwa pola ruang Kabupaten Temanggung
diklasifikasikan menjadi dua yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam peta
rencana pola ruang Kabupaten Temanggung terlihat komposisi RTH di Kabupaten
Temanggung masih tersedia lebih dari 30% dari luas total Kabupaten Temanggung.
Dalam penyediaan ruang untuk kegiatan sektor informal Pemerintah Kabupaten
Temanggung sudah menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal di kawasan
alun-alun berupa ruang untuk berjualan pedagang kaki lima.

IV. LESSON LEARNED


1. Manfaat / Pembelajaran yang Didapat
Dalam menajalani kerja praktek kurang lebih 3 bulan terdapat beberapa hal penting
yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran, yaitu:
a. Mendapatkan pengalaman baru dalam dunia kerja. Selama kerja praktek mendapatkan
pemahaman bahwa dalam penyesuaian antara teori dan regulasi pemerintah tidak
sesuai, yang lebih dipentingkan adalah regulasi pemerintah yang mempunyai kekuatan
hukum.
b. Perlu adanya pemahaman dalam menerjemahkan suatu peraturan yang mengatur
tentang suatu dokumen perencanaan sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat
pengerjaan dokumen dan yang lebih penting adalah dokumen perencanaan tersebut
dapat diterapkan atau dokumen perencanaan yang seoperasional mungkin.
c. Teori dan regulasi seperti undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan lainnya
yang telah dipelajari selama perkuliahan banyak bermanfaat dalam kerja praktek yang
dilakukan.
d. Perlu adanya koordinasi yang baik antara pemberi pekerjaan dalam hal ini pemerintah
dalam dinas atau SKPD terkait dan penerima pekerjaan yaitu konsultan dalam
pengerjaan suatu dokumen perencanaan sehingga dokumen tersebut sesuai dengan
kebutuhan dan dapat diterapkan di masyarakat.
e. Teknik survei yang telah dipelajari pada saat perkuliahan sangat membantu dan
mempercepat dalam proses kegiatan lapangan.
f. Perlu adanya kerjasama serta koordinasi yang baik dalam suatu tim dalam mengerjakan
suatu perencanaan, dimana setiap orang yang terlibat memiliki spesialisasinya masing-
masing, sehingga kurang 1 spesialisasi saja dalam suatu tim dapat menyebabkan suatu
dokumen perencanaan tidak optimal.
2. Saran bagi Kegiatan Kerja Praktek
Adapun saran yang dapat diberikan setalah melakukan kerja praktek, yaitu:
a. Dibutuhkan manajemen waktu yang baik dalam mengerjakan suatu proyek, dengan
tujuan agar proyek tersebut selesai tepat waktu sesuai dengan kerangka acuan kerja
yang sudah disepakati.
b. Dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman terhadap proyek yang dikerjakan sehingga
hasil dari proyek tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan perencanaan yang
disusun dapat terealisasikan.
3. Kesimpulan
Dari hasil tinjauan kritis terhadap proyek review RTRW Kabupaten Temanggung dengan
fokus pembahasan struktur dan pola ruang kota, dapat disimpulkan bahwa:
 Rencana struktur ruang kota yang disusun seperti sistem pusat pelayanan sebagian
besar sudah memperhatikan faktor-faktor pusat pelayanan dalam menentukan
daerah-daerah yang dijadikan sebagai pusat pelayanan. Namun beberapa hal
seperti investasi pemerintah harus lebih ditingkatkan lagi agar tidak terjadi
ketimpangan antar daerah.
 Selain sistem pusat pelayanan, di dalam rencana struktur ruang kota juga dibahas
sistem jaringan prasarana wilayah. Untuk sistem jaringan prasarana wilayah di
Kabupaten Temanggung terus melakukan pembangunan untuk meningkatkan
aksesbilitas masyarakatnya.
 Recana pola ruang kota yang disusun oleh Kabupaten Temanggung sudah sesuai
dengan kriteria-kriteria menentukan rencana pola ruang, mulai dari penyediaan RTH
dan RTNH, memperhatikan RTRWN dan RTRW Provinsi, dan pembagiannya
menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. namun masih diperlukan
pengawasan terhadap penggunaan lahan agar tidak melanggar rencana pola ruang
yang sudah dibentuk.

V. UCAPAN TERIMA KASIH


Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berperan
penting dalam proses penyusunan laporan, yaitu:

1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya;


2. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil.;
3. Ibu Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, ST, MT, MPS. selaku dosen pembimbing Kerja
Praktek.
4. Bapak Widjonarko, ST, MT. selaku dosen koordinator mata kuliah Kerja Praktek yang
telah memberikan bimbingan dan masukan dalam pembuatan laporan ini.
5. Mas Roni selaku pembimbing CV DUTA dan Bu Dian Mardikani S, ST. selaku Direktur
CV DUTA. serta seluruh tenaga ahli pelaksaan proyek Review RTRW Kabupaten
Temanggung.
6. Seluruh staff selaku rekan/partner kerja di CV DUTA yang telah banyak membimbing
dan membantu selama kerja praktek yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
7. Semua teman Planologi Undip Angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Budiharjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung. Penerbit Alumni
CV DUTA. 2015. Kerangka Acuan Kerja Review RTRW Kabupaten Temanggung.
Semarang: Tidak diterbitkan.
Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031.
Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan. 2008. Pengantar Perencanaan Kota. Bandung.
Penerbit ITB
Peraturan Menteri PU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Anda mungkin juga menyukai