Anda di halaman 1dari 23

BAB V

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

5.1 Arah Perkembangan Kota


5.1.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Halmahera Utara
A. Kebijakan Penataan Ruang
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan
wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan
penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Utara dalam kurun waktu 20 (dua
puluh) tahun. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah
tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai :

1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah


kabupaten;
2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;
3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW
kabupaten;dan
4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :
1. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Karakteristik wilayah kabupaten;
3. Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan
penataan ruang wilayah provinsi;
2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan;
3. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan

Bab V-1
4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka
rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Halmahera Utara adalah sebagai
berikut:

1. Peningkatan peran dan fungsi perkotaan dan perkampungan sebagai pusat


permukiman, pelayanan sosial, dan pelayanan pemerintah secara berimbang
dan berhirarki.
2. Peningkatan sistem sarana dan prasarana wilayah ke seluruh wilayah
kabupaten berbasis eko-konstruksi.
3. Pengembangan pertanian, kehutanan dan pariwisata sebagai sektor unggulan
kabupaten dengan mengedepankan prinsip kelestarian lingkungan.
4. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.
5. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
6. Pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan cepat tumbuh secara
terintegrasi dan harmonis untuk menciptakan pemerataan perkembangan
antarkawasan.
7. Pengembangan sistem mitigasi bencana terpadu untuk melindungi manusia
dan kegiatannya dari bencana alam.
8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

B. Strategi Penataan Ruang


Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang
dijabarkan secara lebih operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk ruang,
maka strategi penataan ruang adalah sebagai berikut :

1. Strategi peningkatan peran dan fungsi perkotaan dan Perdesaan sebagai pusat
permukiman, pelayanan sosial, dan pelayanan pemerintah secara berimbang
dan berhirarki terdiri atas:

Bab V-2
a. Meningkatkan dan memantapkan peran pusat-pusat kegiatan yang sudah
ada dan mengembangkan pusat-pusat kegiatan baru yang melayani daerah
sekitarnya;

b. Mengakomodasi dan memantapkan sistem permukiman perkotaan dan


perdesaan sebagai representasi keberadaan masyarakat;

c. Mengembangkan keterkaitan antar kecamatan dan antar pusat permukiman


secara fungsional, melalui pengembangan fungsi kecamatan dan pusat-
pusat permukiman; dan

d. Mengembangkan pusat-pusat permukiman dan Perdesaan yang terisolasi


melalui peningkatan aksesibilitas dan penyediaan fasilitas kebutuhan dasar
sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat lokal.

2. Strategi Peningkatan sistem sarana dan prasarana wilayah ke seluruh wilayah


kabupaten berbasis eko-konstruksi terdiri atas:

a. Meningkatkan sarana permukiman perkotaan dan perdesaan ;

b. Meningkatkan sarana pelayanan publik khususnya pendidikan dan


kesehatan;

c. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan


pelayanan transportasi darat (termasuk transportasi sungai) dan udara
dengan skala prioritas terkait dengan daya dukung lingkungan;

d. Meningkatkan kualitas pelayanan jaringan energi sesuai dengan daya


dukung lingkungan;

e. Meningkatkan kualitas jaringan telekomunikasi dengan skala prioritas


pengembangan jaringan nirkabel dan satelit untuk membuka keterisolasian
wilayah;

f. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya air dengan memperhatikan


kuantitas dan kualitas sumber-sumber air baku yang ada; dan

g. Meningkatkan jaringan pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan daya


dukung wilayah

Bab V-3
3. Strategi Pengembangan pertanian, kehutanan dan pariwisata sebagai sektor
unggulan kabupaten dengan mengedepankan prinsip kelestarian lingkungan
terdiri atas:
a. Mewujudkan kawasan agroforestri untuk meningkatkan kualitas hasil
perikanan, perkebunan dan pertanian;
b. Mengembangkan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan;
c. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perikanan, pertanian dan
perkebunan secara lestari;
d. Meningkatkan sarana produksi perikanan, pertanian dan pekerbunan, serta
pembinaan nelayan dan petani;
e. Meningkatkan usaha pengembangan peternakan secara terintegrasi dengan
sektor perikanan dan pertanian;
f. Meningkatkan kepariwisataan kabupaten dengan mengedepankan ekowisata
disertai dengan peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan
objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan
efektif; dan
g. Melestarikan sekaligus mempromosikan wisata budaya lokal
4. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
a. Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung;
b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah;
c. Membatasi kegiatan di sekitar kawasan lindung yang dapat memberikan
dampak terhadap penurunan fungsi lindung kawasan; dan
d. Memelihara nilai pemanfaatan dari kawasan lindung yang ada.
5. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan terdiri atas:

a. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan secara bijaksana dan


meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan

Bab V-4
b. Memantapkan kegiatan permukiman yang terintegrasi di pusat-pusat
kegiatan wilayah;
c. Mewujudkan kawasan budidaya yang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung serta mampu menjaga keseimbangan ekosistem wilayahnya; dan
d. Mengendalikan kegiatan sektor pertambangan.
6. Strategi pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan cepat tumbuh secara
terintegrasi dan harmonis untuk menciptakan pemerataan perkembangan antar
kawasan terdiri atas:
a. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal
dan pusat pertumbuhan wilayah;
b. Menetapkan kawasan strategis kabupaten bagi kawasan tertinggal dan
kawasan cepat tumbuh serta mengembangkannya secara harmonis; dan
c. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
7. Strategi pengembangan sistem mitigasi bencana terpadu untuk melindungi
manusia dan kegiatannya dari bencana alam terdiri atas:
a. Mengidentifikasi kawasan Risiko bencana berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan berdasarkan norma, peraturan, standar, dan ketentuan;
b. Menetapkan rencana pengelolaan kawasan Risiko bencana alam sebagai
sebuah acuan yang harus digunakan dalam pemanfaatan ruang pada
kawasan Risiko bencana; dan
c. Memberikan sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan pendidikan kepada
semua stakeholder menyangkut kebencanaan dari mulai tindakan
pencegahan, tindakan pada saat bencana terjadi, dan tindakan setelah
bencana terjadi.
8. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
terdiri atas:
a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan
negara;
b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan
peruntukannya; dan
c. Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan kemananan negara.

Bab V-5
5.1.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera Utara
Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan (Pusat Kegiatan) di
wilayah Kabupaten Halmahera Utara diarahkan untuk meningkatkan
pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyangkut
pemenuhan kebutuhan masyarakat termasuk dalam penyediaan sarana dan
prasarana utama penunjang yang pengadaannya dikelola secara terpadu.
Penerapan kebijaksanaan setiap sistem kegiatan pembangunan berbeda-beda
tergantung dari kebutuhan tiap-tiap wilayah.
Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui pengembangan
pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun perdesaan
untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan pemerintahan dan pelayanan jasa,
bagi kawasan permukiman maupun daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan
ditujukan untuk melayani perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan
permukiman masyarakat dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya.
Hirarki fungsional Wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah:
 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu pusat kegiatan lokal sebagaimana yang
diarahkan dalam RTRW Provinsi Maluku Utara,
 Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang berada di wilayah kabupaten,
merupakan PPK yang akan dipromosikan menjadi PKL dalam 5 tahun
mendatang,
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa
Adapun rencana sistem perkotaan di Kabupaten Halmahera Utara dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. 1 Sistem Perkotaan Kabupaten Halmahera Utara.
HIRARK SISTEM IBUKOTA
I PERKOTAA KECAMATAN KECAMATA FUNGSI PERKOTAAN
KOTA N N
1 PKW TOBELO Gamsungi Perdagangan dan Jasa
2 PKL GALELA Soasio Perikanan, pertanian, dan pariwisata
PKL KAO Kao Perdagangan dan Jasa, pertanian dan kehutanan
PKL MALIFUT Ngofakiaha Pertanian, kehutanan, dan pertambangan
PPK/ PKLp TOBELO SELATAN Kupa Kupa Pariwisata, Industri dan Hutan lindung
PPK/ PKLp GALELA UTARA Salimuli Perikanan, pertanian, dan Pertambangan
PPK/ PKLp LOLODA UTARA Dorume Pariwisata, perikanan, Pertanian dan
pertambangan

Bab V-6
HIRARK SISTEM IBUKOTA
I PERKOTAA KECAMATAN KECAMATA FUNGSI PERKOTAAN
KOTA N N
PPK/ PKLp KAO TELUK Dum Dum Pertanian dan kehutanan
Industri bahan baku hutan, pertanian dan
PPK/ PKLp KAO BARAT Tolabit
kehutanan
Perikanan, pertanian, pariwisata, dan
PPK/ PKLp GALELA BARAT Dokulamo
Pertambangan
PPK KAO UTARA Daru Industri pertanian, kehutanan
PPK TOBELO UTARA Gorua Hutan Produksi, Hutan Lindung, Pertanian
3
PPK GALELA SELATAN Soakonora Perikanan, pertanian, pariwisata
PPK TOBELO TENGAH Pitu Kehutanan, pertanian dan pariwisata
LOLODA
PPK Dama Pariwisata, perikanan, dan pertambangan
KEPULAUAN
4 PPK TOBELO BARAT Kusuri Pertanian dan kehutanan
PPK TOBELO TIMUR Mawea Pertanian dan Perikanan
Sumber: Revisi tahun 2018, tentang RTRW Kab. Halamahera Utara Tahun 2012-2032

Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk: 

 pemberdayaan masyarakat perdesaan; 


 pertahanan   kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya; 
 konservasi sumber daya alam; 
 pelestarian warisan budaya lokal; 
 pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan;
dan 
 penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan. 
Perdesaan merupakan konsentrasi kegiatan penduduk yang berfungsi
sebagai pengembangan lahan permukiman desa dan aktivitas penunjangnya.
Berdasarkan informasi dari Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun
2018, jumlah desa di Kabupaten Halmahera Utara adalah sebanyak 198 desa
yang tersebar di 17 kecamatan.
Pusat permukiman desa dikembangkan untuk memberikan dukungan
terhadap kawasan perkotaan dan memberikan hubungan sinergi antar kawasan.
Dengan demikian arahan pengembangan kawasan desa diarahkan pada sistem
kegiatan berikut :
1. Permukiman desa yang lokasinya tersebar
2. Budidaya pertanian (tanaman pangan, tanaman keras, perkebunan,
peternakan, dan perikanan), sesuai dengan potensi kesesuaian lahan

Bab V-7
3. Kegiatan pada kawasan desa harus memperhatikan ketentuan yang telah ada
mengenai kawasan lindung, suaka alam dan cagar budaya.

Bab V-8
Gambar 5. 1 Peta Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi tahun 2018, tentang RTRW Kab. Halamahera Utara Tahun 2012-2032 .

Bab V-9
5.1.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera Utara
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah
kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;
3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
lingkungan; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1) Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
2) Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana
rincinya;
3) Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang
berada di wilayah kabupaten bersangkutan;
4) Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
5) Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas
kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagai berikut:
a) Kawasan lindung yang terdiri atas:
(1) kawasan hutan lindung;

Bab V-10
(2) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, meliputi: kawasan resapan air;
(3) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,sempadan
sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasansekitar mata air,
serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokallainnya;
(4) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
meliputi:kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan
perairanlainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar
alamdan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
tamannasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman
wisataalam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan
ilmupengetahuan;
(5) kawasan Risiko bencana alam, meliputi: kawasan Risiko tanahlongsor,
kawasan Risiko gelombang pasang dan kawasan Risiko banjir;
(6) kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam
geologi,kawasan Risiko bencana alam geologi, dan kawasan
yangmemberikan perlindungan terhadap air tanah; dan
(7) kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, tamanburu,
kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsiansatwa,
terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa ataubiota laut
yang dilindungi.
b) Kawasan budidaya yang terdiri atas:
(1) kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi
kawasanperuntukan: hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap,
dan hutan produksi yang dapat dikonversi;
(2) kawasan hutan rakyat;
(3) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan
peruntukan: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,
hortikultura, kawasan peruntukan perkebunan, dan peternakan;
(4) kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi
kawasanperuntukan: perikanan tangkap, budi daya perikanan,
danpengolahan ikan;

Bab V-11
(5) kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi
kawasanperuntukan: mineral dan batubara, minyak dan gas bumi,
panasbumi, serta air tanah di kawasan pertambangan;
(6) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi : kawasan
peruntukan industri besar, industri sedang, dan industri rumahtangga;
(7) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi
kawasanperuntukan: pariwisata budaya, pariwisata alam, dan
pariwisatabuatan;
(8) kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi
kawasanperuntukan: permukiman perkotaan dan peruntukan
permukimanperdesaan. sebagai kawasan budi daya maka
permukimandiarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-
masingpermukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi,
misalnya dipegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan
sebagainya;dan
(9) kawasan peruntukan lainnya.
Rencana pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Utara
meliputi dua bagian utama, yaitu rencana pola ruang kawasan lindung dan
rencana pola ruang kawasan budidaya.
Kriteria dan analisis Kawasan Lindung dan Budidaya yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Kawasan Hutan Lindung berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung: Kawasan hutan dengan faktor-faktor
kelerengan lapangan, jenis tanah, dan curah hujan dengan nilai skor lebih
dari 125; dan/atau; Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan lapangan
40% atau lebih, dan pada daerah yang keadaan tanahnya peka terhadap
erosi dg kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan/atau, Kawasan hutan yg
mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih diatas permukaan laut.
2. Mengacu pada SK Kemenhut No.302 tahun 2013 tentang status kawasan
hutan
3. Kawasan Resapan Air (Catchment Area); Kawasan dengan curah hujan rata-
rata lebih dari 1000 mm/tahun; Lapisan tanahnya berupa pasir halus

Bab V-12
berukuran minimal 1/16 mm; Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan
kecepatan lebih dari 1 m/hari; Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m
terhadap permukaan tahan setempat; Kelerengan kurang dari 15%;
Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air
tanah dalam.
4. Analisis Kawasan Lindung Geologi, yang terdiri dari a) Kawasan Cagar Alam
Geologi dan Kawasan Kars (Pengertian : Kawasan Kars merupakan bentang
alam yang unik dan langka. Karena terbentuk dengan proses yang
berlangsung lama dan hanya dijumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah
tentu kawasan kars menjadi objek eksplorasi dan eksploitasi manusia), b)
Kawasan Risiko bencana alam geologi, yang terdiri dari Kawasan Risiko
letusan gunung api (Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat
letusan yang terpengaruh langsung dan tidak langsung, dengan tingkat
keRisiko an yang berbeda; Kawasan di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau
Kawasan berupa lembah yang dapat menjadi daerah terlanda awan panas,
aliran lahar, lava, lontaran atau guguran bau pijar dan/atau aliran gas
beracun), dan Kawasan Risiko gempa bumi tektonik (Kawasan yang
berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai
dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI); Kawasan yang mempunyai
sejarah kegempaan yang merusak; Kawasan yang dilalui oleh patahan aktif
daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo)
lebih besar dari 5 pada skala richter; Kawasan dengan batuan dasar berupa
endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk;
Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor).
5. Kawasan perlindungan setempat meliputi : a) Sempadan pantai (Daratan
sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik pantai, sekurang-kurangnya 100 m dari titik pasang tertinggi ke
arah darat). b) Sempadan sungai (Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya
100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang
tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya 10 m dari

Bab V-13
tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m,
Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 m - 20 m, Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai
untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dr 20 m, Sekurang-kurangnya
100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air
laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau. c) Kawasan sekitar waduk dan
danau/situ (Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-
kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat) d) Kawasan sekitar
mata air (Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di sekitar mata
air). e) RTH Kota (Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi;
Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan).
6. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi : a)
Kawasan cagar alam (Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk
mempunyai luas tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dengan
daerah penyangga cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan,
satwa atau ekosistemnya; Kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli
dan tidak atau belum diganggu manusia), b) Kawasan suaka margasatwa
(Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup & perkembangan dari
suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi, Memiliki
keanekaragaman dan/atau keunikan satwa, Memiliki luas yang cukup sebagai
habitat jenis satwa yang bersangkutan). c) Kawasan pantai Mangrove
(Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah
tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat). d) Taman wisata
alam (Kawasan darat dan/atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang
cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang
menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan; Memenuhi
kebutuhan rekreasi dan/atau olah raga serta mudah dijangkau). e) Kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan (Benda buatan manusia, bergerak atau
tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya
atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya 50 tahun atau mewakili

Bab V-14
masa gaya yang khas dan sekurangkurangnya 50 tahun serta dianggap
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;
Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya).
7. Kawasan usulan hutan lindung; Kawasan yang tidak berfungsi lindung, namun
berdasarkan kriteria teknis digolongkan ke dalam kawasan lindung.
8. Kawasan Budidaya berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Kawasan Budidaya yang meliputi kawasan budidaya di dalam hutan (kawasan
hutan yang memiliki skor  124 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan) di
luar hutan suaka alam dan di luar hutan pelestarian alam) dan kawasan
budidaya di luar hutan (kawasan pertanian, perkebunan, pertambangan,
peruntukan industri, kawasan parawisata dan pemukiman, yang secara
kuantitatif skor  124 dan secara ruang meningkatkan produktivitas dan gerak
pembangunan secara berkelanjutan).
Berdasarkan analisis tersebut di atas kawasan-kawasan lindung dan
kawasan-kawasan yang termasuk kawasan budidaya dapat dikemukakan beserta
luasannya. Kawasan lindung dalam lingkup wilayah kabupaten mencapai total
luas 90.174 Ha (25,49 %) dan selebihnya termasuk dalam kawasan budidaya,
yaitu 263.543 Ha (74,51%). Uraian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. 2 Luas Kawasan Lindung Menurut Setiap Kecamatan di Kabupaten Halmahera


Utara
Kawasan Lindung
Kawasan
Kecamatan Hutan Sempadan Sempadan Sempadan Tubuh
Ekosistem
Lindung Danau Pantai Sungai Air
Mangrove
Danau - - 0 - - 360
Galela 2,365 138 4 139 21 70
Galela Barat 2,299 - 66 - 11 135
Galela Selatan 6,931 - 34 - - 10
Galela Utara 4,557 27 - 442 18 73
Kao - 347 - 200 28 44
Kao Barat 16,096 - - - 8 49
Kao Teluk 5,893 139 - 380 39 60
Kao Utara 55 - - 309 42 37
Loloda Kepulauan 733 32 - 80 - -
Loloda Utara 3,183 - - 579 64 101
Malifut 7,430 357 - 140 90 211
Tobelo 9,095 1 - 78 - -
Tobelo Barat 6,378 - - - 21 86
Tobelo Selatan 870 - 10 127 32 524
Tobelo Tengah 6,759 - - 68 - 56

Bab V-15
Kawasan Lindung
Kawasan
Kecamatan Hutan Sempadan Sempadan Sempadan Tubuh
Ekosistem
Lindung Danau Pantai Sungai Air
Mangrove
Tobelo Timur 333 5 - 234 49 36
Tobelo Utara 10,519 - - 178 10 18
Jumlah 83,495 1,085 114 3,173 435 1,870
% 23.6 0.3 0.0 0.9 0.1 0.5
Sumber: Revisi tahun 2018, tentang RTRW Kab. Halamahera Utara Tahun 2012-2032

Tabel 5. 3 Luas Kawasan Budidaya Menurut Setiap Kecamatan di Kabupaten Halmahera


Utara

Sumber: Revisi tahun 2018, tentang RTRW Kab. Halamahera Utara Tahun 2012-2032

5.1.4 Indikasi Program Rtrw Kabupaten Halmahera Utara


Arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Halmahera Utara terangkum dalam
Indikasi Program Utama. Indikasi program-program pembangunan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Utara dijabarkan secara
sektoral di berbagai kawasan atau wilayah pengembangan. Jangka waktu
perencanaan program adalah 20 (dua puluh) tahun terhitung dari tahun 2012
hingga 2032. Program-program ini selanjutnya menjadi panduan bagi penyusunan
program dan kegiatan pembangunan, terutama yang berskala besar.

Bab V-16
Tabel 5. 4 Indikasi Program Utama Pengembangan Struktur Ruang Kabupaten Halma
Tahun Pelaksanaan
PJM II PJ
PJ
M
M
II
IV
Renca Sum I
Insta
N na Indikasi Be ber 2 2
nsi
o Strukt Program Lokasi sar Pend 0 0
Pelak
. ur Utama an anaa 2 2 2 2 2 2 2
sana
Ruang n 0 0 0 0 0 4- 9-
1 2 2 2 2 2 2
9 0 1 2 3 0 0
2 3
8 2
Pusat-pusat Kegiatan
1 PKW  Pemantap Tobelo APBD Bappe
an fungsi Kabu da,
perkotaan paten Dinas
Tobelo PUPR
sebagai
PKW:
a. Penin
gkata
n
pusat
peme
rintah
an
kabup
aten
b. Penge
mban
gan
pusat
pelay
anan
keseh
atan
c. Penin
gkata
n
pusat
pelay
anan
pendi
dikan
d. Pemb
angu
nan
perda
ganga
n dan
jasa
skala
regio
nal
e. Penge
mban
gan
indust
ri
perika
nan
dan
perta
nian
2 PKL  Pengemba Galela, APBD Bappe
ngan dan Kao, Kabu da,
pemantap Malifut paten Dinas
an fungsi PUPR
Perkotaan
a. Penyu
sunan
studi
kelay Bab V-17
akan
termi
nal,
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halamahera Utara Tahun 2012-2032

Bab V-18
5.2 Rencana Daerah Pelayanan

Kebutuhan air minum Kabupaten Halmahera Utara di supply dari PDAM


dengan wilayah pelayanan meliputi beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan
Tobelo, Tobelo Barat, Tobelo Tengah, Tobelo Utara, Tobelo Selatan, Galela,
Galela Selatan, Galela Barat, Kao dan Kao Teluk. Luas area pelayanan total

sebesar 2.015,5 km2 dengan jumlah penduduk 180.100 jiwa. Komponen wilayah
pelayanan meliputi kawasan pemukiman, perdagangan, pemerintahan,
pendidikan, dan kawasan pelabuhan. Pembagian wilayah yang sudah terlayani
PDAM Kabupaten Halmahera adalah sebagai berikut:
a. PDAM Tobelo, melayani 4 (empat) Desa di Kecamatan Tobelo, yaitu Desa
Linaino (Sadada), Desa Kalipitu, Desa Ruko, Desa Togoliua.
b. PDAM Unit IKK Galela, melayani 4 (empat) Desa di Kecamatan Galela, yaitu
Desa Pune, Desa Soakonora, Desa Igobula, Desa Dokulamo
c. PDAM Unit IKK Kao, melayani 5 (lima) desa di Kecamatan Kao, yaitu Desa
Kao, Desa Daru, Desa Kuntum Mekar, Desa Tabanoma, Desa Bori.
d. PDAM Unit IKK Tobelo Selatan, melayani 1 (satu) desa di Kecamatan Tobelo
Selatan, yaitu Desa Kupa-Kupa.NO.
Data sumber air, kapasitas sumber dan kapasitas produksi air minum
Kabupaten Halmahera Utara Tahun2018, dibagi dalam 3 (tiga) klaster sebagai
berikut:

Tabel 5. 5 Pusat Pelayanan Operasi PDAM Menurut Jenis Sumber Air, Kapasitas Sumber
Air, Kapasitas Produksi dan Kapasitas Idle Di Kabupaten Halmahera Utara
.
KAPASITAS
KAPASITAS KAPASITAS IDLE
NO. PUSAT OPERASI PDAM JENIS SUMBER AIR SUMBER AIR
PRODUKSI L/D L/D
L/D
I PDAM TOBELO (PDAM INDUK)
a. pusat operasi I PDAM Tobelo
- sumur 1 Sumur dangkal 25 22 11
- sumur 2 Sumur dangkal 3 2.5 0.5
- sumur 3 Sumur dalam 30 25 17.5
pusat operas II PDAM Tobelo
- sumur 1 Sumur dalam 50 40 38.5
- sumur 2 Sumur dalam 50 40 41
- sumur 3 Sumur dalam 50 40 47
- sumur 4 Sumur dalam 40 40 37

Bab V-19
KAPASITAS
KAPASITAS KAPASITAS IDLE
NO. PUSAT OPERASI PDAM JENIS SUMBER AIR SUMBER AIR
PRODUKSI L/D L/D
L/D
- sumur 5 Sumur dalam 40 40 35
- sumur 6 Sumur dalam 100 80 88.5
- sumur 7 Sumur dalam 100 80 90.5
- sumur 8 Sumur dalam 100 80 88.5
- sumur 9 Sumur dalam 100 80 90.5
b. Danau Paca Tobelo Selatan IPA 500 50 420
c. Pusat operasi III PDAM Kali pitu Sumur dalam 6 5 4
d. Pusat operasi IV PDAM Sadada Sumur dalam 15 10 12
e. Unit pelayanan PO Desa Ruko Sumur dalam 6.5 5 3
f. Unit pelayanan Desa Togoliua Permukaan 35 25 32.9
JUMLAH 1250.5 664.5 1057.4
II PDAM UNIT IKK Kao
a. pusat operasi IKK
- sumur 1 Sumur dalam 18 15 3
- sumur 2 Sumur dalam 15 10 5
b. unit pelayanan Desa Daru
- sumur 1 Sumur dalam
- sumur 2 Sumur dalam 6 5 1
c. unit pelayanan PO Desa Bori Sumur dalam 5 3.5 1.5
d. unit pelayanan PO Kuntum Mekar Sumur dalam 6 4.5 1.5
e. unit pelayanan PO Tabanoma Sumur dalam 4.5 3.5 1
f. unit pelayanan PO Malifut IPA 100 20 90
g. unit pelayanan PO Pidiwang Sumur dalam 30 25 20
JUMLAH 184.5 86.5 123
III PDAM UNIT IKK GALELA
a. Sungai IRA Galela IPA 100 20 90
b. Sungai Fram Tujuh Galela Air baku 100 20 90
c. Pusat operasi Pune
- Sumur 1 Sumur dalam 20 15 13.5
d. unit pelayanan PO Igobula Sumur dalam 5 4 2
e. unit pelayanan PO Dokulamo Sumur dalam 5 4 2
f. unit pelayanan PO Soakonora Sumur dangkal 7.5 5 4.2
 JUMLAH 237.5 68 201.7

Sumber: Revisi tahun 2018, tentang RTRW Kab. Halamahera Utara Tahun 2012-2032.

5.3 Proyeksi Jumlah Penduduk


Cakupan pelayanan air minum dari PDAM tahun 2016 sebanyak 46.308
jiwa atau 25,71% dari jumlah penduduk 186.431 masih dibawah target nasional
68.87% atau target SDGs sebesar 80%, selebihnya masyarakat menggunakan
air sumur gali untuk memenuhi kebutuhan airnya.

Bab V-20
Sebagai salah satu indikator utama pelayanan air minum adalah tingkat
cakupan pelayanan terhadap penduduk pada wilayah pelayanan. Pemerintah
telah berkomitmen untuk mencapai target Sustainable Development Goals
(SDGs) yaitu 80% cakupan akses aman air minum pada tahun 2016 dan pada
tahun 2030 dapat mencapai akses air minum universal dan layak yang aman dan
terjangkau bagi semua. Konsep SDGs melanjutkan konsep Millenium
Development Goals (MDGs) dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015
dengan target sebesar 68,87% cakupan pelayanan air minum.

Proyeksi kebutuhan air minum Kabupaten Halmahera Utara Tahun


2032
Perhitungan proyeksi kebutuhan air minum di Kabupaten Halmahera Utara
menggunakan standard lingkungan permukiman kota, dengan asumsi pemakaian
air 150 liter/ orang/ hari.
Dengan jumlah penduduk 504798 jiwa pada tahun 2032, Kabupaten
Halmahera Utara membutuhkan air minum untuk kebutuhan domestik sebanyak
66,759,088 liter/ hari dan non domestik 20,027,726 liter/ hari. Total kebutuhan
air bersih domestik dan non-domestik adalah 86,786,814 liter/ hari.

Gambar 5. 2 Skema Skenario Penyediaan Air MInum di Kabupaten Halmahera Utara

Bab V-21
Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Halmahera Utara sebagian
besar menggunakan sumber air dari air tanah yaitu dengan pembangunan
sumur Bor baik air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Pemanfaatan air
permukaan sebagai sumber air baku meliputi: Sungai Ira, Sungai Fram 7, Telaga
Paca, Wawongira dan Balisosang.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2032 perlu
ada sumber air baku baru atau dengan mengoptimalkan sumber air permukaan
seperti sungai dan danau dengan meningkatkan kapasitas produksi unit Instalasi
Pengolahan Air (IPA), menambah jaringan pipa distribusi dan menambah
cakupan area pelayanan.
Banyaknya pemanfaatan air tanah dangkal maupun air tanah dalam
sebagai sumber air baku harus diimbangi dengan laju infiltrasi air supaya
cadangan air tanah tetap mencukupi. Sebagai contoh arahan untuk menjaga
ketersediaan air tanah sebagai berikut:
1. Perlindungan daerah tangkapan air hujan (cathment area)
2. Pembangunan drainase ramah lingkungan
3. Pembangunan sumur resapan/ kolam retensi resapan
Cakupan pelayanan air minum dari PDAM tahun 2016 sebanyak 46.308
jiwa atau 25,71% dari jumlah penduduk 186.431 masih dibawah target nasional
68.87% atau target SDGs sebesar 80%, selebihnya masyarakat menggunakan
air sumur gali untuk memenuhi kebutuhan airnya.
Sebagai salah satu indikator utama pelayanan air minum adalah tingkat
cakupan pelayanan terhadap penduduk pada wilayah pelayanan. Pemerintah
telah berkomitmen untuk mencapai target Sustainable Development Goals
(SDGs) yaitu 80% cakupan akses aman air minum pada tahun 2016 dan pada
tahun 2030 dapat mencapai akses air minum universal dan layak yang aman dan
terjangkau bagi semua. Konsep SDGs melanjutkan konsep Millenium
Development Goals (MDGs) dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015
dengan target sebesar 68,87% cakupan pelayanan air minum.

Bab V-22
Tabel 5. 6 Proyeksi kebutuhan air minum Kabupaten Halmahera Utara sampai
dengan Tahun 2032.
Jumlah Penduduk, Jumlah Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik
Jumlah
Kebutuhan Kebutuha Kebutuhan Kebutuhan
No Kecamatan Desa/ Kebutuhan Kebutuhan
Kelurahan Air n Air non Air non Air non
2017 2018 Air Domestik 2022 Air Domestik
Domestik Domestik Domestik Domestik
(liter/hari) (liter/hari)
(liter/hari) (liter/hari) (liter/hari) (liter/hari)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Kao Barat 21 9,502 2,101 630 10,120 1,517,945 455,383 13,019 1,952,850 585,855

2 Kao Teluk 11 6,423 4,971 1,491 6,840 1,026,074 307,822 8,800 1,320,000 396,000

Loloda
3 10 8,232 22,619 6,786 8,767 1,315,062 394,519 11,279 1,691,850 507,555
Kepulauan

4 Loloda Utara 18 9,615 4,984 1,495 10,240 1,535,996 460,799 13,173 1,975,950 592,785

5 Tobelo Utara 10 12,319 12,171 3,651 13,120 1,967,960 590,388 16,878 2,531,700 759,510

Jumlah 196 196,279 8,332 2,500 209,037 31,355,570 9,406,671 268,919 40,337,850 12,101,355

Lanjutan

Jumlah Penduduk, Jumlah Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik


Jumlah
Kebutuhan
No Kecamatan Desa/ Kebutuhan Kebutuhan Air
Air non Kebutuhan Air non
Kelurahan 2027 Air Domestik 2032 Domestik
Domestik Domestik (liter/hari)
(liter/hari) (liter/hari)
(liter/hari)

(1) (2) (3) (13) (14) (15) (16) (17) (18)


1 Kao Barat 21 17,837 2,675,550 802,665 24,438 3,231,930 969,579
2 Kao Teluk 11 12,057 1,808,550 542,565 16,519 2,184,637 655,391
3 Loloda Kepulauan 10 15,453 2,317,950 695,385 21,171 2,799,967 839,990
4 Loloda Utara 18 18,049 2,707,350 812,205 24,728 3,270,342 981,103
5 Tobelo Utara 10 23,124 3,468,600 1,040,580 31,683 4,189,894 1,256,968
Jumlah 196 368,443 55,266,450 16,579,935 504,798 66,759,088 20,027,726
Sumber: Revisi tentang RTRW Kab. Halamahera Utara Tahun 2012-2032.

Bab V-23

Anda mungkin juga menyukai