Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN

A. Tinjauan RPJMD Kabupaten Luwu Utara

1. Visi Pembangunan
Visi Pembangunan Kabupaten Luwu Utara dalam RPJMD 2019-2024
sebagai gambaran realitas masa depan yang ingin dituju dalam kurun waktu
5 tahun ke depan adalah “Kabupaten Luwu Yang Maju, Sejahtera dan
Mandiri Dalam Nuansa Religi” Dalam rumusan visi ini mengandung 4
(empat) pokok visi yakni “maju”, “sejahtera” “mandiri” dan “religi”.

Makna visi pertama yaitu “maju” menggambarkan kondisi masyarakat


yang menikmati standar hidup relatif tinggi, ditandai dengan pemanfaatan
teknologi, ekonomi yang merata, sumber daya manusiayang berkualitas
(adaptif dan kompetitif), derajat kesehatan yang membaik, dan terpenuhinya
hak pendidikan dasar, tercapainya tujuan pembangunan fisik dan non fisik,
serta birokrasi yang profesional, inovatif, dan responsif.

Kondisi masyarakat yang memiliki tata kehidupan dan penghidupan,


mampu memenuhi kebutuhan dasar secara berkelanjutan(material maupun
spiritual) dengan suasana kehidupan religius, aman dan tentram,
merupakan pilar penting dan makna dari kata “sejahtera”. Kabupaten Luwu
Utara mampu memberdayakan seluruh potensi yang ada dalam peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat “mandiri” dan berkelanjutan.
Pengamalan tatanan kehidupan masyarakat dengan nilai-nilai
keagamaan (“religi”) dan budaya, sehingga dapat tercermin kehidupan yang
aman, tentram, dan nyaman.

2. Misi Pembangunan
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik membantu
lebih jelas penggambaran visi yang dicapai dan menguraikan upaya-upaya

II-1
apa yang harus dilakukan. Dalam suatu dokumen perencanaan, rumusan
misi menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk
mencapai visi melalui rumusan strategi dan arah kebijakan. Memperhatikan
visi serta perubahan paradigma pembangunan daerah dan kondisi yang
akan dicapai pada masa yang akan dating, maka dalam upaya mewujudkan
visi pembangunan Kabupaten Luwu Tahun 2019-2024, misi pembangunan
daerah Kabupaten Luwu beserta penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan Pemerintahan Yang Profesional, Berwibawa, Amanah,


Transparan, dan Akuntabel.
2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan Dan Kesehatan Yang
Terjangkau Bagi Semua Lapisan Masyarakat.
3. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur Yang Berkualitas dan
Berkelanjutan.
4. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengembangan Koperasi,
Usaha Mikro Kecil Menengah Dan Perluasan Lapangan Kerja.
5. Mewujudkan Ketahanan Pangan Dan Perekonomian Daerah Yang
Tangguh Berbasis Agribisnis.
6. Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama Dalam Mewujudkan
Masyarakat Kabupaten Luwu Yang Religius.
7. Optimaslisasi Otonomi Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
8. Menciptakan Iklim Investasi dan Usaha Yang Kondusif Berwawasan
Lingkungan.
9. Penegakan Supremasi Hukum, Hak Asasi Manusia, Untuk Mendorong
Partispasi Publik.
10. Mewujudkan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Serta Penanggulangan Bencana.

II-2
B. Tinjauan RTRW Kabupaten Luwu Utara

1. Tujuan dan Kebijakan


Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Luwu Utara merupakan
arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa
yang akan datang (20 tahun). Rumusan tujuan penataan ruang ini akan
berfungsi sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi
penataan ruang wilayah kabupaten, memberikan arahan bagi penyusunan
indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten, dan sebagai dasar dalam
penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : Visi
dan misi wilayah kabupaten; karakteristik wilayah kabupaten; issu strategis;
dan Kondisi obyektif yang diinginkan.

Kriteria yang digunakan dalam perumusan tujuan penataan ruang


wilayah kabupaten adalah: tidak bertentangan dengan tujuan penataan
ruang provinsi dan nasional; jelas dan dapat tercapai sesuai dengan jangka
waktu pelaksanaan; dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan

Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Luwu Utara Yang


aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutanberbasis agro dan kelautan dengan
memperhatikan aspek lingkungan dan aspek bencana demi terciptanya kesejahteraan
masyarakat Luwu Utara. Sedangkan Kebijakan penataan ruang Kabupaten
Luwu Utara, terdiri atas :

a. Penetapan pusat-pusat kegiatan yang mencakup Pusat Pelayanan


Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL);
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu
dan merata diseluruh wilayah kabupaten;
c. Perlindungan dan pelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan
untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistim,
melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan;
d. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan/pencemaran lingkungan hidup;

II-3
e. Perwujudan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan
budidaya;
f. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan;
g. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian kabupaten yang produktif, efesien, dan mampu bersaing
dalam perekonomian nasional;
h. pemanfaatan sumber daya alam dan atau perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara optimal untuk meningkatkan
kesejahtraan rakyat; dan
i. peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan Negara.

2. Strategi Penataan Ruang


Strategi penetapan pusat-pusat kegiatan yang mencakup PPK dan PPL
Kabupaten Luwu Utara:

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan;


b. menetapkan kawasan PPK yang melayanani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan; dan
c. menetapkan kawasan sebagai PPL yang tersebar di ibu kota kecamatan
yang berfungsi untuk mendukung PPK.

Strategi peningkatan jaringan energi dengan lebih menumbuh


kembangkan pemanfaatan sumber daya yang ramah lingkungan dalam
sistem kemandirian energi area mikro dan mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air :

a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan


keterpaduan pelayanan transportasi darat;
b. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di
kawasan daerah tertinggal; dan
c. meningkatkan jaringan energi dengan lebih menumbuh kembangakan
pemanfaatan sumber daya yang ramah lingkungan dalam sistem
kemandirian energi area mikro dan mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air.

Strategi perlindungan dan pelestarian fungsi dan daya dukung


lingkungan Kabupaten Luwu Utara :

II-4
a. Menetapkan kawasan hutan lindung; dan
b. Meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan
memeliharakeseimbangan ekosistem wilayah;
c. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional, propinsi
maupun kabupaten yang berpotensi mengurangi daya dukung kawasan;
dan
d. Membatasi dan mencegah pengembangan prasarana dan sarana di
dalam dan di sekitar kawasan strategis yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budidaya.

Strategi pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat


menimbulkan kerusakan/pencemaran lingkungan hidup:

a. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem


ekologi wilayah;
b. Melindungi dan mengoptimalkan kemampuan lingkungan hidup dari
tekanan perubahan dan/atau dampak negative yang ditimbulkan oleh
kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya;
c. Melindungi dan mengoptimalkan kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang dibuang ke
dalamnya;
d. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
e. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi
bencana di kawasan rawan bencana; dan mengelola sumber daya alam
yang terbaru untuk menjamin ketersediannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamnya.

Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan


antar kegiatan budidaya terdiri atas :

a. Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kabupaten


untuk memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat, laut, dan udara,
termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan
keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

II-5
b. Mengembangan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta
prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong
pengembagan perekonomian kawasan;
c. Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik,
pertahanan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan
d. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan
untuk mewujudkan ketahanan pangan kabupaten.

Strategi Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak


melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan terdiri atas:

a. Membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan


bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi
kerugian akibat bencana;
b. Menumbuh kembangkan kawasan agropolitan, agroindustri dan
minapolitan pada sentra-sentra produksi unggulan;
c. Mengembangan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% dari
luas kawasan terbangun perkotaan;
d. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di perkotaan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan
perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan sekitarnya.

Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam


pengembangan perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, dan
mampu bersaing dalam perekonomian nasional terdiri atas :

a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam


dan kegiatan budidaya unggulan sebagai pengerak utama
pengembangan wilayah;
b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung kawasan;
d. menjaga dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup kawasan; dan
e. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi.

II-6
Strategi Pemanfaatan sumber daya alam dan atau perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara optimal untuk meningkatkan
kesejahtraan rakyat terdiri atas :

a. Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari


pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;
b. Meningkatkan keterkaitan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi
tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan
c. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan
masyarakat.

Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan


keamanan Negara terdiri atas:

a. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak


terbangun disekitar asset-aset pertahanan dan keamanan
b. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di
sekitar asset-aset pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan; dan
c. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan kemanan
negara.

3. Pusat Pusat Kegiatan

Di Kabupaten Luwu Utara, berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi


Selatan (Perda No. 2 Tahun 2011), PKL merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan. Penetapan PKL disusun dengan memperhatikan pemanfaatan
ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kabupaten/kota yang didukung
dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang yang sesuai dengan
kegiatan ekonomi yang di layaninya, dalam hal ini wilayah Kota Masamba
masuk dalam penetapan Zonasi untuk PKL.

Penetapana pemanfaatan ruang PPK disusun untuk kegiatan perekonomian


berskala kecamatan yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur
perkotaaan dan sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayani yaitu
meliputi wilayah Kecamatan Sabbang, Sukamju, Malangke, dan Seko.
Sedangkan PPL disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk

II-7
kegiatan ekonomi yang berskala kecamatan dengan didukung oleh fasilitas
dan infrastruktur pedesaaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang
dilaninya, PPL meliputi 6(enam) wilayah yaitu, Kelurahan Bone-Bone di
Kecamatan Bone-Bone, Desa Kapidi di Kecamatan Mappedeceng, Desa Pao
di Kecamatan Malangke Barat, Desa Baebunta di Kecamatan Baebunta, Desa
Onondoa di Kecamatan Rampi, Desa Limbong di Kecamatan Limbong.

4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana


transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air, yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah kabupaten.

Pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Luwu Utara dilakukan


secara terpadu antara transportasi darat, laut dan udara, utamanya
transportasi darat dan udara. Indikatornya adalah interaksi wilayah terjadi
dalam lingkup eksternal dengan transportasi udara dan penyeberangan,
sedangkan pergerakan internal dalam wilayah Kabupaten Luwu Utara
dengan transportasi darat.

a. Rencana Transportasi Darat

Rencana pengembangan sistem transportasi darat adalah


peningkatan pelayanan jasa transportasi darat melalui perbaikan sistem
jaringan jalan untuk meningkatkan tingkat aksesibilitas
antarkawasan/wilayah. Kondisi jalan antarwilayah di Kabupaten Luwu
Utara khususnya Kecamatan Sukaju Selatan masih sangat terbatas baik
ditinjau dari kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu, rencana
pengembangan jaringan jalan diarahkan pada peningkatan kualitas
jalan, penambahan jaringan jalan dan pengembangan terminal regional
dan terminal subregional untuk memobilisasi penduduk pada zona-zona
utama pergerakan.

Arahan pengembangan jaringan jalan ke depan dikembangkan


berdasarkan hirarki jaringan jalan menurut sistem jaringan jalan primer
dan sekunder sesuai fungsinya (arteri, kolektor dan lokal).
Pengembangan jalan mengacu pada skala prioritas dengan
mengutamakan kondisi jalan yang rusak dan pemicu pertumbuhan
utama kawasan. Pembangunan jalan baru dikembangkan untuk

II-8
membuka hubungan antarwilayah dan terisolasinya kawasan serta upaya
pemerataan pembangunan sehingga kesenjangan dan disparitas
antarwilayah tidak terjadi. Sistem jaringan prasarana transportasi
Kabupaten Luwu Utara terdiri atas Sistem Jaringan Transportasi darat,
Laut, dan Udara.

Sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Luwu Utara terdiri atas:

a. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan,


jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas.
Sistem jaringan jalan terdiri atas:
1. Jaringan jalan arteri primer yaitu batas Kabupaten Luwu –
Masamba (Luwu Utara) dengan panjang ruas jalan 29,493 Km dan
Masamba – Batas Kabupaten Luwu Timur dengan panjang ruas
jalan 040,327 Km.
2. Jaringan jalan kolektor primer terdiri atas, ruas jalan Sabbang –
Tallang dengan panjang ruas jalan 63 Km; ruas Jalan Tallang –
Sae/Sodange dengan panjang ruas jalan 49.5 Km; dan ruas Jalan
Sae/Sodange – batas Sulbar dengan panjang ruas jalan 34 Km.
3. Jaringan jalan kolektor primer kabupaten terdiri atas : ruas jalan
yang berada di kota Masamba; ruas Baliase – Radda yang
merupakan lingkar selatan dan utara;
4. Jaringan jalan kolektor sekunder, lokal primer, lokal sekunder dan
rencana pengembangan jalan kolektor sekunder, lokal primer,
lokal sekunder.
5. Rencana pengembangan jalan lokal dan jalan strategis kabupaten
yang belum tercantum dalam lampiran II akan diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.

II-9
Jaringan prasarana lalu lintas di Kabupaten Luwu Utara, terdiri atas :

1. Terminal penumpang tipe B terdapat di Benteng dan Pamatata ;


2. Terminal penumpang tipe C terdapat di Appatanah dan
Pattumbukang.

Sedangkan untuk jaringan layanan lalu lintas, terdiri atas :


1. Trayek angkutan penumpang, terdiri atas :
 Masamba - Baebunta - Sabbang - Mari-Mari
 Masamba - Tondoktua – Lantang Tallang – Pincara
 Masamba – Malangke
 Masamba - Malangke Barat
 Masamba – Lara
 Masamba – Kapidi
 Masamba – Sukamaju
 Masamba - Bone-Bone
 Masamba – Toraja
 Masamba – Soppeng
 Masamba – Palopo
 Masamba – Malili
 Masamba – Bulukumba
 Masamba – Bone
 Masamba – Makassar
 Masamba - Lasusua - Kolaka – Kendari
 Masamba - Bungku – Kolonodale
 Masamba - Luwuk Banggai
 Masamba - Gorontalo - Manado – Bitung
 Masamba - Mamuju
2. Trayek angkutan barang, terdiri atas :
 Masamba - Mappedeceng – Malangke
 Masamba - Sukamaju - Bone-Bone
 Masamba - Baebunta – Sabbang
 Masamba - Malangke - Malangke Barat
 Masamba - Limbong - Seko
 Masamba - Rampi
 Masamba - Palopo

II-10
 Masamba - Toraja
 Masamba - Malili
 Masamba – Makassar
b. Jaringan Sungai, danau, dan penyeberangan, terdiri atas:
1. lintas penyeberangan, terdiri atas : Kabupaten Luwu Utara – Kota
Palopo, Kabupaten Luwu Utara – Luwu Timur; dan Lintas
penyeberangan regional.
2. Pelabuhan penyeberangan terdapat di Kecamatan Malangke,
Bone-Bone dan Malangke Barat; dan
3. Rencana pembangunan pelabuhan penyeberangan Munte di
Kecamatan Bone-Bone.
4. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Kecamatan Malangke.

Sistem jaringan perkeretaapian yaitu berupa jalur kereta api dari


batas Sulawesi Barat – Pinrang – Pare-Pare – Barru – Pangkep – Maros –
Makassar – Takalar – Jeneponto – Bantaeng –Bulukumba – Sinjai –
Watampone – Belopa – Palopo – Masamba – Wotu – Tarengge -Sulawesi
Tengah.
c. Rencana Transportasi Udara
Keunggulan wilayah dapat termanfaatkan dengan adanya
dukungan sektor transportasi, sehingga perbaikan kinerja aparat dan
penyediaan sarana dan prasarana transportasi mendorong
kompetitifnya suatu wilayah. Dalam sistem tatanan kebandarudaraan
povinsi ditetapkan terdapat beberapa Bandar Udara Pengumpan yaitu,
(1) Bandar Udara Andi Djemma Kecamatan Masamba dengan Panjang
landasan pacu 2.150x45 m (7.054 ft x 148 ft) dan berada pada ketibggian
55 meter (180 kaki) diatas permukaan laut, (2) Bandar Udara Seko
Kecamatan Seko tepatnya di Desa Padang Balua yang melayani daerah
terpencil di pengunungan Luwu Utara dengan ukuran landasan pacuan
1.000 x 23 m dilengkapi dengan bangunan terminal seluas 360 m 2 dan
kargo 100 m2.

5. Rencana Sistem Jaringan Prasarana


a. Prasarana Kelistrikan
Sistem jaringan prasarana terbagi menjadi dua yaitu:
 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), tersebar disetiap
kecamatan;

II-11
 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yaitu PLTA Rongkong di
Kecamatan Sabbang, PLTA Baliase, PLTA Patikala di Kecamatan
Masamba dan PLTA Kanjiro di Kecamatan Sukamaju;
 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) tersebar di setiap
Kecamatan kecuali Kecamatan Malangke dan Malangke Barat;
 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tersebar di setiap
Kecamatan; dan Pembangkit Listrik Geotermal (Panas Bumi) di
Kecamatan Sabbang, Limbong, Rampi, Seko dan Masamba.
Jaringan transmisi tenaga listrik terdiri atas :
 Jaringan transmisi tenaga listrik bertegangan 156 KVA; dan
 Jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi (sutet) 275 KV

b. Prasarana Telekomunikasi
Pengembangan sistem telekomunikasi diarahkan untuk
mendukung pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan diselaraskan
dengan pengembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan-kawasan
budidaya lainnya. Sistem informasi dan komunikasi selain dengan sistem
konvensional, juga berkembang sistem digital komunikasi dengan akses
yang lebih cepat. Arahan pengembangan sistem telekomunikasi
menganut pada standardisasi pelayanan dengan rasio tingkat layanan
kebutuhan telepon baik pribadi dan umum adalah 1:14 dan 1:250.

Sistem jaringan kabel terdapat di ibukota kabupaten dan tersebar di


semua kecamatan. Sedangkan sistem jaringan nirkabel Kabupaten Luwu
Utara terdapat di Kecamatan Masamba, Kecamatan Rampi, Kecamatan
Seko, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Limbong, Kecamatan
Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Baebunta, Kecamatan
Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone, dan Kecamatan Sabbang.

c. Prasarana Sumberdaya Air


1. Sistem jaringan sumber daya air dalam wilayah kabupaten terdiri
atas, wilayah sungai (WS), daerah irigasi (DI), jaringan air baku untuk
air minum,dan jaringan air bersih ke kelompok pengguna.
2. WS sebagaimana terdiri atas, WS lintas propinsi yaitu WS Pompengan
– Larona dan wilayah sungai Kaluku – Karama, Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang meliputi DAS Rongkong, Amassangan, Baliase, Kanjiro,

II-12
Bone-Bone, Lariang, Masamba, Baebunta, Lamasi, Larona, Kaluku dan
Karama.
3. DI sebagaimana terdiri atas :
 DI kewenangan Pemerintah Pusat terdiri atas, DI
Rongkong/Malangke 31.400 Ha, DI Baliase 28.800 Ha, DI Kanjiro
3.100 Ha.
 DI kewenangan Pemerintah Provinsi terdiri atas, DI Bone-Bone
2.817 Ha, DI Bungadidi 2.950 Ha, DI Tubuampak/Saluampak 748
Ha, DI Kurri-Kurri/Kasambi 2.000 Ha,
 Daerah Irigasi (DI) kewenangan pemerintah Kabupaten Luwu
Utara dan rencana pengembangan DI dijabarkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran III yang merupakan tidak terpisahkan
dengan Peraturan Daerah ini.
 Daerah Irigasi (DI) kewenangan pemerintah Kabupaten Luwu
Utara yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
4. Jaringan air baku air minum yaitu, Sungai Baliase dan Sungai
Masamba, Sungai Rongkong, Sungai Kanjiro, Sungai Lampuawa,
Sungai Baebunta, Sungai Onondoa, sungai Uraso, Sungai Bitue,
Sungai Marampa, dan Sungai Bungadidi.
5. Jaringan air bersih kekelompok pengguna meliputi seluruh wilayah
kecamatan pada pusat-pusat permukiman.
d. Prasarana Lingkungan
1. Penanganan Persampahan
Pengelolaan lingkungan melalui penanganan limbah dan sampah
merupakan bagian program pemerintah dalam menjaga kesehatan
lingkungan. Tingkat penanganan persampahan di wilayah
Kabupaten Luwu Utara menurut jenisnya adalah sistem konvesional,
dan secara umum di wilayah Kecamatan Sukamju Selatan masih
diolah secara insenerasi (pembakaran sampah). Melihat keterbatasan
pengelolaan sampah di Kabupaten Luwu Utara maka
pengembangannya diarahkan pada peningkatan dan perluasan
jangkauan pelayanan sampah serta diselaraskan peningkatan budaya
bersih masyarakat.

Pengembangan sistem persampahan secara intensif diarahkan


pada pusat-pusat pelayanan, sedangkan bagian-bagian wilayah lebih

II-13
diarahkan pada cara pengelolaan sampah yang ramah terhadap
lingkungan. Sistem jaringan persampahan Kabupaten Luwu Utara
yang masih harus di kembangkan dan olah dengan baik terdapat di
Desa Meli Kecamatan Baebunta sebagai Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup


besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, serta dampak
yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap
kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah,
penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan
bagi wilayah kabupaten.

2. Prasarana Air Bersih


Pemanfaatan Sumber Air Baku sebagai air minum dengan melalui
Instalasi Pengolahan Air, yang dikelola oleh PDAM, namun di
beberapa lokasi Kabupaten Luwu Utara masih ada yang
menggunakan air tanah sebagai air untuk konsumsi dan kebutuhan
sehari-hari.

Sistem jaringan air minum berupa jaringan perpipaan yang


terdapat di Kecamatan Masamba, Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan
Mappedeceng, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Sabbang,
Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Malangke, Kecamatan Seko,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Rampi dan Kecamatan Malangke
Barat (lokasi IPA).

3. Prasarana Drainase
Infrastruktur drainase merupakan komponen utama dalam
penanganan masalah genangan dan banjir. Untuk perencanaan
drainase, pendekatan perencanaan sistem drainase di Kabupaten
Luwu Utara adalah jumlah curah hujan dan topografi lahan.

Beberapa permasalahan mengenai sistem drainase yang terdapat


di kawasan perencaaan adalah secara kuantitas jaringan drainase
yang ada masih belum merata, beberapa kawasan potensial
terjadinya genangan khususnya kawasan perkotaan, dan di beberapa

II-14
tempat dengan topografi datar sehingga memudahkan terjadinya
genangan.

Pengembangan jaringan drainase akan diarahkan pada kawasan-


kawasan permukiman atau kawasan terbangun untuk menghindari
terjadinya genangan air. Sistem prasarana drainase yang
dikembangkan adalah sistem terbuka yang dapat difungsikan
sebagai tempat pengaliran air hujan dan air limbah rumah tangga,
selain itu sistem drainase terbuka ini juga memudahkan pengawasan
dan pemeliharaan.

Kondisi wilayah Kabupaten Luwu Utara sebagai daerah yang


dikelilingi oleh laut maka sistem drainasenya diarahkan ke laut atau
ke sungai terdekat sehingga memudahkan pengaliran air limpasan.
Sedangkan, pengembangan jaringan drainase yang direncanakan
pada kawasan terbangun dapat mengikuti jaringan jalan dengan
dimensi disesuaikan dengan jenis fungsional jalan.

4. Prasarana Sanitasi Lingkungan


Peningkatan kesehatan lingkungan melalui pembangunan sarana
dan prasarana prasarana sampah dan limbah dapat dilakukan
dengan pelibatan masyarakat secara aktif mengingat keterbatasan
pemerintah daerah dalam pendanaan dan sumber daya manusia
serta peralatan. Pengelolaan limbah manusia dan permukiman
diarahkan untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan
membuang limbah pada tempat terbuka dan mengurangi
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air.

Secara umum sarana pengelolaan air limbah domestik di


Kabupaten Luwu Utara masih memiliki permasalahan. Walaupun
berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara tahun
2012, dari total penduduk sebesar 68.904 KK, terdapat 34.036 unit
jamban/WC pribadi dengan persentase kepemilikan jamban
mencapai 74,26% tapi baru 33,9% dari total jumlah KK yang memilki
septic tank. Hal itu memperlihatkan masih perlunya penyadaran
kepada masyarakat akan arti pentingnya saraan sanitasi yang sesuai
standar kesehatan

II-15
Dalam meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan air limbah
terdapat sistem perpipaan di Kecamatan Sukamaju, Mappedeceng,
Sabbang dan Bone-Bone, serta pengembangan Instalasi Pembuangan
Air Limbah (IPAL)dan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) di
Kecamatan Masamba.

5. Prasana Jalur Evakuasi Bencana


Mengingat Kabupaten Luwu Utara terdapat beberapa jenis
Bencana yang sering dan umum terjadi yaitu Banjir, Tanah Longsor,
dan gelombang pasang. Sehingga terdapat sistem jaringan evakuasi
yang terdiri atas:
 Menuju ruang evakuasi bencana masing-masing di Kecamatan
Bone-Bone, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Malangke Barat,
Kecamatan Sabbang, Kecamatan Masamba, Kecamatan
Mappedeceng, Kecamatan Malangke, Kecamatan Sukamaju,
Kecamatan Rampi dan Kecamatan Seko.
 Bencana rawan tanah lonsor memanfaatkan jalan dan Bandar
udara menuju ruang evakuasi bencana di Kecamatan Masamba,
Kecamatan Rampi, Kecamatan Sabbang, Kecamatan Seko,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan
Sukamaju dan Kecamatan Bone-Bone.
 Bencana gelombang pasang memanfaatkan jalan poros Masamba -
Malangke - Malangke Barat – Bone-Bone menuju ruang evakuasi
bencana di Kecamatan Bone- Bone, Kecamatan Malangke, dan
Kecamatan Malangke Barat.

6. Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang kabupaten menggambarkan letak, ukuran, fungsi
dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung di wilayah kabupaten. Isi
rencana pola ruang adalah deliniasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial,
ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan
budidaya dan deliniasi kawasan lindung. Rencana pola ruang wilayah
kabupaten meliputi ruang daratan serta ruang laut dalam batas 4 mil laut
dari daratan terjauh di kabupaten.

a. Kawasan Lindung

II-16
Rencana pola ruang kawasan lindung di wilayah kabupaten, yang
dituangkan dalam RTRW Kabupaten, mencakup kawasan lindung
dengan kriteria sebagai berikut:

Kawasan Hutan Lindung, tersebar di setiap kecamatan dengan luasan


kurang lebih 362.214,91 Ha. Rincian luasan kawasan hutan lindung
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah, dapat di
lihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Luwu Utara
No. Kecamatan Luas (Ha)
1. Sabbang 36.211,50 Ha
2. Baebunta 22.141,68 Ha
3. Malangke 1.022,22 Ha
4 Malangke Barat 1.677,59 Ha
5 Sukamaju 351,01 Ha
6 Bone-Bone 2.879,10 Ha
7 Masamba 31.976, 88 Ha
8. Mappedeceng 13.047,06 Ha
9. Rampi 119.252.70 Ha
10. Limbong 29.840,93 Ha
11. Seko 103.815,70 Ha
Jumlah 362.214,91 Ha
Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara No. 1 Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan


kawasan hutan lindung Kabupaten Luwu Utara memiliki luas
362.214,91 Ha, dimna Kecamatan Rampi merupakan kecamatan terluas
untuk kawasan hutan lindung yaitu seluas 119.252,70 Ha. Sedangkan
KecamatanSukamaju merupakan kawasan hutan lindung yang
memiliki luasan paling sedikit yaitu 351,01 Ha. Kawasan perlindungan
setempat Kabupaten Luwu Utara , yang di tuangkan dalam RTRW
Kabupaten, meliputi:

 Kawasan sempadan pantai terdapat di Kecamatan Bone-Bone,


Kecamatan Malangke dan Kecamatan Malangke Barat dengan
ketentuan sepanjang tepi pantai yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 (seratus) meter
dari tepi pantai.

II-17
 Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud terletak pada
tepian sungai dalam wilyah kabupaten Luwu Utara dengan
ketentuan : (1) daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan
lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
(2) daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar
kawasan permukiman dengan lebar 100 (seratus) meter dari tepi
sungai; (3) daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul
diluar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima
puluh) meter dari tepi sungai; dan/atau (4) untuk sungai di
kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan
cukup untuk di bangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter.
 Kawasan sekitar mata air terdapat di sekitar mata air dalam
wilayah kabupaten dengan ketentuan paling dekat dengan radius
200 (dua ratus) meter terdapat di Kecamatan Rampi, Seko,
Limbong, Masamba, Baebunta, Sabbang.
 Kawasan resapan air tersebar di semua kecamatan.

Kawasan rawan Bencana alam, sesuai dengan RTRW Kabupaten Luwu


Utara terdiri dari :
 Kawasan rawan bencana banjir terdapat di Kecamatan Bone-Bone,
Kecamatan Baebunta, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan
Sabbang, Kecamatan Masamba, Kecamatan Mappedeceng,
Kecamatan Malangke, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Rampi
dan Kecamatan Seko.
 Kawasan rawan tanah longsor berada di Kecamatan Masamba,
Kecamatan Rampi, Kecamatan Sabbang, Kecamatan Seko,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan
Sukamaju dan Kecamatan Bone-Bone.
 Kawasan rawan gelombang pasang berada di Kecamatan Bone-
Bone, Kecamatan Malangke dan Kecamatan Malangke Barat.

Kawasan lindung geologi terdiri atas :


 Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana terdapat di Kecamatan
Bone-Bone, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Limbong, Kecamatan
Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng,
Kecamatan Masamba, Kecamatan Rampi, Kecamatan Sabbang dan
Kecamatan Sukamaju.

II-18
 Kawasan rawan gerakan tanah terdapat di Kecamatan Limbong,
Kecamatan Seko, Kecamatan Masamba dan Kecamatan Rampi.
 Kawasan rawan abrasi terdapat di Kecamatan Bone-Bone,
Kecamatan Malangke dan Kecamatan Malangke Barat.

b. Kawasan Budidaya
Rencana pola ruang kawasan budidaya di wilayah kabupaten, yang
dituangkan dalam RTRW Kabupaten, meliputi:

1. Kawasan Hutan Produksi, dirinci meliputi: kawasan hutan produksi


terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan yang
dapat dikonversi.
 Kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Kecamatan
Masamba, Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Sabbang, Kecamatan Bone-
Bone, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Rampi dan Kecamatan
Seko dengan luasan kurang lebih 151,100,71. Ha.
 Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan Bone-Bone,
Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Sabbang dan Kecamatan Seko
dengan luasan kurang lebih 12.237,07 Ha.
 Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di
Kecamatan Rampi dengan luasan kurang lebih 4.448,77 Ha.
2. Kawasan peruntukan Hutan Rakyat terdapat di Kecamatan Seko,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Sabbang, Kecamatan Malangke,
Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Masamba, Kecamatan
Mappedeceng, Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan Sukamaju,
Kecamatan Rampi dan Kecamatan Baebunta dengan luasan kurang
lebih 4,397 Ha.
3. Kawasan Pertanian, dirinci dalam RTRW Kabupaten Luwu Utara,
terdiri atas kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan,
pertanian holtikultura, perkebunan dan peternakan.
 Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan terdapat di
Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan
Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Masamba,
Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Baebunta, Kecamatan
Sabbang, Kecamatan Seko, Kecamatan Rampi, dan Kecamatan
Limbong.

II-19
 Kawasan peruntukan pertanian hortikultura terdapat di
Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta, Kecamatan
Masamba, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Malangke,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan
Rampi, Kecamatan Seko, Kecamatan Bone-Bone, dan Kecamatan
Malangke Barat.
 Kawasan peruntukan perkebunan, dapat dilihat pada table 2.2,
berikut ini:
Tabel 2.2.
Matriks Rencana Kawasan Budidaya Perkebunan Kab. Luwu Utara
No
Jenis Lokasi Luas (Ha)
.
1. Perkebunan
Perkebunan Kecamatan Sabbang,Baebunta, Masamba,
23.383.13
Kelapa Sawit Mappedeceng, Malangke, Malangke Barat,
Ha
Sukamaju, Bone-Bone, Seko,dan Kecamatan Rampi.
Perkebunan Kecamatan Sabbang,Baebunta, Masamba,
Vanili Mappedeceng, Malangke,Malangke Barat, Bone- 169.10 Ha
Bone,Seko, Limbong, dan Rampi.
Perkebunan KecamatanSabbang,Baebunta,Masamba,Mappedecen
56.238,69
Coklat g, Malangke,Malangke Barat, Sukamaju,Bone-Bone,
Ha
Seko,Limbong, dan Rampi
Perkebunan KecamatanSabbang,Masamba,Seko, Limbong, dan
990.25 Ha
Kopi Rampi
Perkebunan KecamatanBaebunta,Mappedeceng,Malangke,
Kelapa Malangke Barat,Sukamaju, Bone-Bone, 838.48 Ha
Hibrida
Perkebunan Kecamatan Sabbang, Baebunta,Masamba, Kecamatan
kelapa Mappedeceng, Malangke, Malangke Barat, 1.550,10 Ha
Sukamaju, Bone-Bone, dan Seko,
Perkebunan KecamatanSabbang, Baebunta, Masamba,
Rambutan Mappedeceng, Malangke,Malangke Barat, Sukamaju, 9.19 Ha
Bone-Bone, Seko, Limbong, dan Rampi
Perkebunan Kecamatan Sabbang, Baebunta, Masamba,
Durian Mappadeceng, Kecamatan Malangke, Malangke 15.000 Ha
Barat, Sukamaju,Bone-Bone, Kecamatan Seko,
Limbong, dan Rampi.
Perkebunan Kecamatan Sabbang, Baebunta, Masamba,
Jeruk Mappadeceng, Malangke, Malangke Barat,
Sukamaju, 29.615 Ha
Bone-Bone, Seko, dan Rampi.
Perkebunan Kecamatan Sabbang,Baebunta, Masamba, 2.885 Ha
Nilam Mappadeceng, Malangke, Malangke Barat,

II-20
No
Jenis Lokasi Luas (Ha)
.
Sukamaju,
Bone-Bone, Seko, dan Rampi.
2 Peternakan Terdapat dan tersebar di semua Kecamatan
-
Kabupaten Luwu Utara.

4. Kawasan Perikanan, dirinci meliputi: Perikanan budidaya meliputi


budidaya laut dan budidaya air laut, air tawar, air payau, dan
kawasan konservasi perikanan.
 Kawasan peruntukan budidaya perikanan laut terdapat di
Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan Malangke, dan Kecamatan
Malangke barat.
 Kawasan peruntukan budidaya terdapat diKecamatan Bone-
Bone, Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat,
Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Masamba, Kecamatan
Sabbang, Kecamatan Mappadeceng, Kecamatan Baebunta,
Kecamatan Seko, Kecamatan Rampi, dan Kecamatan Limbong.
 Kawasan peruntukan budidaya perikanan air payau di
Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan Malangke, dan Kecamatan
Malangke Barat.
 Kawasan konservasi perikanan terdapat di Desa Takkalala, Desa
Salekoe, Desa Ladongi di Kecamatan Malangke, Desa
Pengkajoang, Desa Pombakka, Desa Welawi untuk Kecamatan
Malangke Barat dan Desa Pongko, Desa Poreang dan Desa
Munte di Kecamatan Bone-Bone.
5. Kawasan Pertambangan, dirinci meliputi: pertambangan mineral
dan batu bara, minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi.
Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batu bara terdiri
dari :
 Kawasan peruntukan pertambagan mineral radio aktif berupa
kawasan indikasi potensi pertambagan mineral radio aktif
terdapat di kecamatan Rampi, Kecamatan Seko, Kecamatan
Sabbang, kecamatan Masamba dan Kecamatan Limbong;
 Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam berupa
kawasan potensi pertambagan mineral logam berupa emas dan
besi terdapat di kecamatan Rampi, Kecamatan Seko, Kecamatan
Sabbang dan Kecamatan Limbong

II-21
 Kawasan peruntukan pertambangan bukan logam berupa
kawasan potensi pertambagan mineral bukan logam berupa
pasir kuarsa dan Zeolit terdapat di Kecamatan Seko, Kecamatan
Masamba, Kecamatan Baebunta, Kecamtan Rampi dan
Kecamatan Sabbang;
 Kawasan peruntukan pertambangan batuan berupa kawasan
potensi pertambangan batuan berupa granit dan tras terdapat di
Kecamatan Seko, Kecamatan Masamba, Kecamatan Baebunta,
Kecamatan Rampi, Kecamatan Sabbang dan kecamatan
Limbong.
 Kawasan peruntukan pertambangan batubara terdapat di
kecamatan Limbong

Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi


berupa kawasan potensi pertambangan minyak dan gas bumi
terdapat di Kecamatan Bone-Bone dan Kecamatan Malangke.
Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi berupa kawasan
peruntukan prospek pertambangan panas bumi terdapat di
Kecamatan Limbong, Kecamatan Masamba, Kecamatan Sabbang,
Kecamatan Seko, dan Kecamatan Rampi.

6. Kawasan Industri, dirinci meliputi kawasan industri sedang dan


sentra industry Rumah Tangga.
Sektor perindustrian sebagai sektor usaha ekonomi potensial
untuk dikembangkan, dimana sektor ini berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi serta dapat menggerakkan sektor
pembangunan lainnya.Kawasan peruntukan industri sedang
terdapat di Kecamatan Bone-Bone dan Kecamatan Malangke.b

Kawasan peruntukan industri rumah tangga merupakan kawasan


peruntukan industri tertentu untuk usaha mikro kecil dan
menengah, terdapat di Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone,
Kecamatan Sabbang, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan
Baebunta, Kecamatan Masamba, Kecamatan Malangke, Kecamatan
Malangke Barat, Kecamatan Rampi, Kecamatan Seko, dan
Kecamatan Limbong.

7. Kawasan Pariwisata, disusun berdasarkan potensi wisata yang


dimiliki oleh wilayah atau darha tertentu yang ada di Kabupaten
Luwu Utara dan di bedakan dalam Kawasan peruntukan pariwisata
budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan.

II-22
Kawasan peruntukan pariwisata budaya terdapat di Kecamatan
Masamba, Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta, Kecamatan
Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Rampi,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Rampi,
Kecamatan Sukamaju, dan Kecamatan Seko.

Kawasan peruntukan pariwisata alam terdapat di Kecamatan Rampi,


Kecamatan Limbong, Kecamatan Seko, Kecamatan Sabbang,
Kecamatan Masamba, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone,
Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat, dan Kecamatan
Baebunta.

Kawasan peruntukan pariwisata buatan terdapat di Kecamatan


Masamba, Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan Malangke, Kecamatan
Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Rampi,
Kecamatan Seko, Kecamatan Sabbang, Kecamatan Sukamaju,
Kecamatan Baebunta dan Kecamatan Limbong.

8. Kawasan Permukiman, terdiri atas permukiman perdesaan dan


perkotaan. Sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan
dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing permukiman,
tetutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di
pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya.

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang mempunyai


kegiatan utama non pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi. Ciri utama wilayah ini adalah merupakan pusat pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi
perkotaan, serta jumlah penduduk yang relatif padat tetapi dengan
luasan lahan yang relatif kecil. Permukiman perkotaan Kabupaten
Luwu Utara terdapat di Kota Masamba,Desa Sukamaju di
Kecamatan Sukamaju, Desa Baebunta di Kecamatan Baebunta,
Kelurahan Marobo di Kecamatan Sabbang, Kelurahan Bone-Bone di
Kecamatan Bone-Bone.

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan


utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan

II-23
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan permukiman
perdesaan lokasinya menyebar dalam bentuk pusat-pusat
permukiman desa, yang termasuk kawasan perdesaan di Kab. Luwu
Utara terdapat di Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat,
Kecamatan Rampi, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Limbong,
Kecamatan Seko dan sebahagian Kecamatan Masamba, Kecamatan
Sabbang, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Bone-Bone dan
Kecamatan Sukamaju.

9. Kawasan peruntukan lainnya terdiri atas kawasan peruntukan


pertahanan dan keamanan, meliputi :Kodim direncanakan di Kota
Masamba; Koramil yang tersebar di seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Luwu Utara; Polres di kota Masamba; Polsek yang
tersebar di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Luwu Utara;
dan Pangkalan pemantau keamanan laut di Desa Munte Kecamatan
Bone-Bone

7. Rencana Kawasan Strategis


Kawasan strategis di wilayah Kabupaten Luwu Utara terdiri atas
kawasan strategis provinsi (KSP) dan kawasan strategis kabupaten.
Penetapan KSP wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan berdasarkan
kepentingan pertumbuhan ekonomi atas dasar itu, KSP yang ada di
Kabupaten Luwu Utara terdiri atas :

1. Kawasan lahan pangan berkelanjutan khususnya beras dan jagung


tersebar di semua kecamatan di kabupaten.
2. Kawasan budidaya pengembangan alternatif komoditi perkebunan
unggulan kakao, kelapa sawit, kopi robusta, jambu mete, di kabupaten
terletak di Kecamatan Sukamaju, Bonebone, Sabbang, Baebunta,
Masamba, Mappedeceng, Malangke, Malangke Barat, Seko, Limbong,
dan Rampi.
3. Kawasan pengembangan budidaya rumput laut meliputi wilayah
perairan pantai dan atau tambak di kabupaten terdapat di Kecamatan
Malangke, Kecamatan Malangke Barat, dan Kecamatan Bone-Bone.
Berdasarkan arahan kebijakan dan hasil analisis yang dilakukan serta
dinamika pembangunan yang terjadi menuntut adanya kawasan-kawasan

II-24
pengembangan baru yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan
wilayah kabupaten di masa mendatang. Dengan memperhitungkan kajian
kualitatif dan kuantitaf terhadap aspek sosial, ekonomi dan fisik wilayah,
maka kawasan strategis kabupaten (KSK) yang dikembangkan harus
mencerminkan dukungan terhadap pengembangan kegiatan sektoral yang
diandalkan di wilayan ini, antara lain :

1. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan


ekonomi
2. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya
3. Kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi; dan
4. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup

Memperhatikan kepentingan sektoral tersebut di atas, maka kawasan


strategis yang dikembangkan di Kabupaten Luwu Utara meliputi
kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dan
dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi serta dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
yaitu :

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi adalah :


a. Kawasan Perkotaan Masamba;
b. Kawasan Pesisir dan Minapolitan di Kecamatan Malangke,
Kecamatan Malangke Barat, dan Kecamatan Bone-Bone;
c. Kawasan pengembangan Agropolitan perkebunan, diarahkan pada
Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Masamba,
Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Limbong, Kecamatan Seko,
Kecamatan Rampi, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Bone-
Bone, Kecamatan Mappedeceng, dan Kecamatan Malangke;
d. Kawasan pengembangan Agropolitan pertanian di arahkan ke
Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone, Kecamatan Sabbang,
Kecamatan Baebunta, Kecamatan Masamba, Kecamatan

II-25
Mappedeceng, Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat,
Kecamatan Seko, Kecamatan Limbong dan Kecamatan Rampi;
e. Pengembangan kawasan Agro industri, Kecamatan Sabbang,
Kecamatan Baebunta, Kecamatan Masamba, Kecamatan Sukamaju,
Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone, dan Kecamatan
Mappedeceng;
f. kawasan Khusus pengembangan sagu yang ada di kabupaten yaitu
Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Malangke,
Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan
Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone, dan Kecamatan Masamba yang
lokasinya di sepanjang pinggiran sungai dan daerah genangan.
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya berada di
Kecamatan Malangke, Kecamatan Rampi, Kecamatan Limbong,
Kecamatan Baebunta, Kecamatan Masamba, Kecamatan Sabbang,
Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Seko, Kecamatan Sukamaju,
Kecamatan Bone-Bone, dan Kecamatan Mappedeceng.
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan terdiri atas :
 Kota Masamba, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Seko, dan
Kecamatan Rampi sebagai sentra peningkatan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta pengembangan teknologi dirgantara;
 Kecamatan yang ditetapkan sebagai PPK; Kawasan pertambangan
mineral di Kecamatan Rampi, Kecamatan Seko, Kecamatan Sabbang,
dan Kecamatan Limbong.
 kawasan pertambangan minyak bumi dan gas alam di Kecamatan
Bone-Bone dan Kecamatan Malangke; dan
 kawasan pertambangan batu bara di Kecamatan Limbong.
4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan terdiri atas :
 Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Malangke,
Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng, dan
Kecamatan Masamba yaitu sepanjang pinggiran sungai dan daerah
genangan;
 DAS Rongkong, DAS Kanjiro, DAS Masamba dan DAS Baliase.
 Kawasan pesisir pantai dan muara sungai di Kecamatan Malangke,
Kecamatan Malangke Barat, dan Kecamatan Bone-bone.

II-26
 Kawasan minapolitan dengan komoditas unggulan yang akan
dikembangkan adalah rumput laut jenis Gracillaria Sp dan Euchema
Cottoni di Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Malangke, dan
Kecamatan Bone-Bone.

II-27

Anda mungkin juga menyukai