Anda di halaman 1dari 11

Topik: Keterpaduan Sektor Formal dan Informal Perkotaan

Ruang Publik dan Modal Sosial:


Privatisasi dan Komodifikasi Ruang di
Kampung
Bobi B, Setiawan

This article describes that viliage is understood as a form ofcomunal housing, and
there isa publicspace, itisneededthe public intervension in keeping anddeveloping
the existence of public space in villages in Indonesia. The forms of intervension is
suggested. But, itis important tonote that thepublicspace in villages inIndonesia can
be developed bymanagementprocessbased on the village communities. The public
space andsociaicapitaiare interrelatedeach other- thepublicspace prepares tosup
portsocial capital, and the existence ofpublicspace needs one grade ofcertainsocial
capital.

Key words: Kampung, Informal dengan demikian mengarah pada debat-


Settlement, Indonesia debat tentang bagalmana merancang ruang
. publik yang indah dan estetis. Sangatjarang
Ruang Publik dan Modal Sosfal didlskuslkankaitan antara ruang publik dan
modal sosial, khususnya masyarakat kota.
Selamaini, diskusitentang ruang publik Modal sosial atau social capital
- didefinisikan secara umum sebagai
merupakan satu terminologi baru yang
ruang yang dapat diakses dan dimanfaatkan
dikembangkan oleh ahli-ahll sosial untuk
oleh warga kota - telah banyak dllakukan.
memperkaya pemahaman kita tentang
Fokus diskusi umumnya ditekankan pada
masyarakat dan komunitas. Modal sosial
upaya-upaya untuk menjelaskan manfaat
menjadi-khasanah perdebatan yang
ruang publik bagi llngkungan fisik kota.
menarik bagi ahli-ahll sosial dan
Diskusi tentangruangpublik pada umumnya
pembahgunan khususnya awal tahun
juga. dlcampur-adukkan dengan ruang
1990an. Diskusi tentang modal sosial ini
terbuka secara umum, khususnya ruang
berawal dari realitasbahwa proses-proses
terbuka hijau. Ruang publik, dengan
pembangunan yang selama inidllakukan di
demikian lebih dipersepslkan sebagai satu
negara-negara berkembang diangga terfalu
elemen penting dari estetlka kota. Dalam
materialistik dan men'gkesampingkan
konteks desain kota, diskusi ruang publik
aspek-aspek sosial dan kultur (Coleman

28 UNISIANO. 59/XXIX/I/2006
Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi dan Komodifikasi; Bobi B. Setiawan

1990, Putnam 1995, Lesser2000, Dasgupta Menurut Lesser (2000), modal sosial sangat
dan Serageldin, 2000). penting bagI komunitas karena; (1)
Sebagaimana didefinlsikan oleh mempermudah akses Informasi bagi angota
Putnam (1995) modal sosial adalah "features komunitas; (2) menjadi media power shar
of social organization such as networks, ing atau pembagian kekuasaan dalam
norms, and social trust that facilitate coor komunitas; (3) mengembangkan solidaritas;
dination and cooperation formutual beneftt." (4) memungkinkan mobllisasi sumber daya
Dalam penjelasan in!, Putnam menekankan komunitas; (5) memungkinkan pencapalan
bahwa modal sosial merupakan pemahaman bersama; dan (6) membentuk perilaku
dan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh kebersamaam dan berorganisasi komunitas.
komunitas, serta pola hubungan yan Perspektiftentang hubungan ruang dan
memungkinkan sekelompok Indivldu sistem sosial itu sendiri mengaiami
melakukan satu kegiatan yang produktlf. perkembangan yang dinamlk. Setelah
Terminologi in! merujuk pada organlsasl- model-model 'environmental determinisrri
organisasl, struktur, dan hubungan- dikritik dan dikoreksl sebagal satu
hubungan sosial yang dibangun sendiri oleh pendekatan yang kurang sempuma, ahli-ahli
komunitas, teriepas dari intervensi lingkungan perilaku dan psikologi semakin
pemerintah atau pihak lain. meyakini proses hubungan yang ieblh
Coleman (1990) mengatakan bahwa dinamlk (Rapoport, 1977,1982). Kelompok-
modal sosial adalah "consist of some as kelompok ahll lingkungan dan perilaku
pect of social structure, and they facilitate mengembangkan bert>agai modelyang pada
certain actions ofindividuals who are within dasamya melihat proses hubungan antara
the structure, Like other forms of capital, lingkungan dan perilaku yang timbal balik
social capital is productice, making possible dan dialektlk. Lingkungan dapat mempengaruhi
the achievement of certain ends that would perilaku,pada saat yang sama, perilakudapat
not be attained is its absence" Dalam melakukan berbagal adaptasi untukmengubah
penjelasannyatersebut,Coleman menegaskan dan mengembangkan Ilngkungannya agar
mengenai pentlngnya aspek produktivitas sesuai atau akomodatip terhadap perilaku
dalam modal sosial. Coleman mengatakan mereka.
bahwa modal sosial diperlukan untuk Di Indonesia, kajian hubungan antara
mewujudkan tujuan tujuan yang tidak lingkungan dan perilaku ini berkembang
mungkin dapat dicapai secara Individual. sejakawal tahun 1990. Beberapa penelitian
Coleman juga menekankan bahwa modal telah dilakukan dan menunjukkan dinamika
sosial mempunyai kpntribusi yang penting hubungan yang menarik dan dialektlk.
bagi pengkuatan komunitas yang dibangun Penelitian oleh Haryadi (1989), Setiawan dkk
atas. dasar kesatuan pemahaman, (1998), Saraglh (1990) menunjukkan bahwa
kepercayaan, dan solidaritas antar Indivldu. di lingkungan kampung padat kota,
-Modal sosial'hanya dapat dibangun hubungan tersebut sangat kompleks.
ketika tiap indivldu belajar dan mau Haryadi (1989) sebagal misal menunjukkan
mempercayai indivldu lainsehingga mereka hubungan yang dialeldik antara tekanan
mau membuat komitmen yang dapat sosial dan pola ruang di kampung pusat
dipertanggungjawabkan untuk mengem- kota. Dia rhemperllhatkan betapa
bangkan bentuk-bentuk hubungan yang masyarakat kampung secara dinamlk
saiing menguntungkan (Putman, 1995). melakukan adaptasi perilaku dan juga

VmSlA NO. 59/XXIX/I/2006 29


Topik: Keterpaduan Sektor Foiroal dan Informal Perkotaan

lingkungan untuk merespon tekanan diblarkan tak terkontrol dapat menlmbulkan


eksternal terhadap kampung. Berbagal revoiusi sosial yang negatlp.
penelitian ini menunjukkan bahwa dl Dalam perkembangannya, pemlklran-
perkampungan kota dl Indonesia, terjadi pemlklran kritis tentang proses kapitalisasi
hubungan yang kompleks dan dinamlk dan materialisasl kota, mengarah pada ide-
dimana komunltas kampung terus Ide normatip tentang bagalmana kota
melakukan upaya-upaya adaptasi balk seharusnya. Dalamkonteks Inl, karya-karya
lingkungan dan periiakunya agar mereka Jane Jacobs (1986,1992) merupakan karya
tetap .survive tinggal dl kampung. Sejalan yangjadi referensl utama tentang bagalmana
dengan perkembangan waktu, akan tetapl, kota seharusnya. Ide-lde Jane Jacobs
terjadi proses-proses percepatan dan tentang kota yang liveable mendapat
penlngkatan kaplta! dl lingkungan perkotaan perhatlan penuh dari para alhl dan praktlsl
dan kampung yang semakin mehlmbulkan kota. Dalam bukunya The Death and Life of
tekanan dan persoalan bagi penduduk Great American Cities, Jacobs menya-
kampung untuk melakukan adaptasi rankan beberapa prinsipdasar perancangan
terhadap perllaku dan llngkungannya. kota yang livable dan bertumpu pada skala
manusla(1992).
Privatisasi dan Kapitalisasi Kota
TIdak hanya pemlklran-pemlklran
Debat tentang kapitalisasi dan normatip tentang betuk kota seharusnya,
privatisasi kota sebenarnya telah lama banyak ahii kemudlan juga menekankan
berkembang. Padatahun 1970an, dengan tentang pentlngnya dinamlka penduduk kota,
kesadaran kritis terhadap proses-proses khususnya mereka yang selama inl tidak
kapitalisasi kota, beberapa ahll perkotaan diperhatikan dalam proses-proses
mencoba menyorotl seraca kritis perencanaan kota. Friedmann, dalam buku
kecenderungan kapitalisasi kota yang terbarunya 'the Prospects of the Cities"
berkeleblhan serta menyodorkan berbaga! secara kritis menengaral tentang
pemlklran baru tentang bagalmana kota berkembangnya kelompok-kelompok lokal
seharusnya dikembangkan (Parker, 2004). yang aktip dalam gerakan sosial atau apa
Sebagalmana ditunjukkan dengan beberapa yang lasebutsebagai insurgent citizenship.
karya tulisan dari Manuel Castells (1972, Friedmann menglngatkan tentang
1977,1989), dia mengkritlsl perkembangan pentlngnya memperhatlkan kelompok-
kota melalul kacamata marxis dan kelompok tersebut dalam perencanaan, dan
mengkhawatrlkan proses-proses mate- bahkan mendukung mereka agar menjadi
rlafeasl pembangunan perkotaan yang komunltas yang aktip dalam polltik
cenaGi;ung menciptakan dual sosiety yang perkotaan, balk pada tataran diskursus
gapnya dalam. Karya David Harvey, dalam maupun pratek. Dengan kata Iain, la
The Condition of Postmodemlty"(1989)juga menyarankan bahwa perencana harus
menunjukkan pemlklran yang sangat kritis mendukung tenvujudnya kota sebagal wadah
terhadap proses kapitalisasi kota. DIa yang kondusip untuk membuka ruang-ruang
menglngatkan bahwa proses kapitalisasi demokrasi. Dengan kata lain, Friedmann-
kota menunjukkan proses dimana kota menglngatkan kitapada hak-hak atas ruang
merupakan tempat untuk mereproduksl kehidupan penduduk kota, khususnya yang
kaplta! dan kekuasaan, yang apablla selama Inl justru miskin, lemah, dan tidak

30 UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006


Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi dan Komodifikasi; Bobi B. Setiawan

berdaya - Friedmann mengatakannya Privatisasi dan Komodifikasi


sebagai "the right to the city." Ruang Publik di Kampung
Pada akhlmya, krtitikterhadap proses- Kampung, sebagai satu fenomena khas
proses kapitalisasi kota bermuara pada ide- perkotaan di Indonesia, meridapatkan
ide untuk terus menghadirkan sisi perhatian yang nalk dan turun. Kadangkala,
kemanusiaan kota, juga peritingnya banyak perhatian, balk dari para ahli
mempettiatikan komunltas-komunitas kota! maupun praktisi terhadap kampung, kala
Dalam Bukunya The Spirit of Community' lain, kampung dilupakan dan tidak mendapat
Amitai Etzioni (1993) mengkritisi proses perhatian yang seharusnya. Kenyataan
perkernbangan peradaban di Amerikayang menunjukkan bahwa sebagian besar
kurang memperhatikan eksistensi penduduk perkotaan Indpnesiatinggal dan
komunitas-komunitas. Etzioni menyarankan menggantungkan hidupnya di kampung-
rhengenai perlunya dibangun kembali spirit karnpung. Sementara itu, tidak boleh
komunitas sebagai basis pembangunan di dilupakan bahwa kampung juga mendo-
masa depan. Sementara itu, Friedmann minasi karakter fisik -penampakan
menyoroti secara khusus mengenai lingkungan kotadi Indonesia.
kebutuhan untuk menghadirkan kotayang
"human flourishing." Human flourishing . Kampung sebagai satu bentuk
hanya akan terjadi bila kita dapat menjamin permukiman yang 'organik' dan 'informal'
kehidupan warga yang dinamis dan bebas menjadi khas karena keragaman wujud
dari kontroi, tekanan, dan kekuatan negara
fisiknya. Justru karena proses perlurp-
maupun kapital. ia menyebutnya dengan buhannya yang 'organik' tiap kampung
istilah "l[/lultipli/city" satu kondisi kehidupan mempunyai wujud yang berbeda dan khas.
dan spirit warga yang dinamis, dimana hak- Tiap kampung menjadi satu 'kolase' artefak
tersendiri yang merefleksikan 'kecerdikan'
hak dasar mereka akan waktu, ruang,
pekeijaan, dan sumber daya kota teijamin. komunitas kampung untuk menslasati
keterbatasan ruang yang ada. Dengan
Meiihat secara kritis. perkernbangan keterbatasan ruang yang ada penduduk
kota-kota di Indonesia, kita harus secara kampung selama ini 'berhasil' menslasati
kritis mempertanyakan ke arah mana kota secara cerdik kebutuhan ruang, baik untuk
kota kita akan dikembangkan. Yang jelas kebutuhan privat maupun sosial. Setiap
telah terjadi saat ini adaiah proses-proses jengkai ruang dimanfaatkan secara optimal,
kapitalisasi dan materialisasi kota yang dan ini semua menghadrikan kampung
beriebihan dan seakan-akan tidakterkontroi. sbegai satu ruang kehidupan yang 'livable.'
Proses-proses perkembangn kota di Indo Meskipun serlngkaii dicirikan dengan
nesia teiah sepenuhnya dikendaiikan oieh keterbatasan infrastruktur sehingga
pasardan kapitai. Ruang-ruang sosiai dan kampung seringkali 'dikonotasikan* sebagai
kulturai kota-kota kita telah terancam, pemukiman kumuh, kampung merupakan
sementara pemerintah kota tidak mampu sblusi yang optimum persoalan perumahan
melakukan intervensi untuk mengontroi dan di Indonesia.Di kampunglah berbagai
mengkoreksl eksternaiitas pasar.yan kebutuhari perumahan di Indonesia
negatip. .Hasilnya adaiah satu proses diwadahi, khususnya bagi kelompok
'dehurhanisasi' kota yang„semakin menengah ke bawah.
mengkhawatirkan.

UNISIANO. 59/XXIX/I/2006 31
Topik: Keterpaduan Sektor Formal dan Informal Perkotaan

Secara soslal dan ekonomi, kampung bentuk 'survival strategy' yang kadangkala
juga merupakan fenomena yang menarik tIdak sejalan dengan kesepakatan-
karena kebergaman corak soslal dan. kesepakatan soslal sebelumnya. Terjadi pula
ekonominya. Secara soslal, kampung kecenderungan dimana tlap warga kampung
selaludicirlkan sebagal komunltas dengan semakin tIdakmempunyal waktu luang untuk
tingkat 'kebersamaan' yang Istlmewa. aktlvltas-aktlvitas soslal kampung, bahkan
Gotong royong dan berbagal bentuk ha! inl dialami oleh pengurus-pengurus
kebersamaan lain hidup secara dinamlk dl kampung. Dengan kata lain, tekanan
kampung. Dl kampung pula dl temul ekonomi yang. besar -menekan pula
berbagal bentuk kegiatan ekonomi yang eksistensi dan kinerja instltusi, pranata, dan
beragam, sebagal perwujudan komunltas praktek-praktek soslal dl kampung. Modal
kampung untuk'survive.' Kampung, dengan soslal kampung, cenderung mengalami
demlkian, bukan hanya tempat 'hunlan' perubahan dan pelemahan.
semata, melainkan juga tempat kehldupan Impllkasi sekallgus representasi dari
yang sesunguhnya (Gulness 1987, Sullivan tererosinya modal soslal karena tekanan
1992, Setlawan, 1995,1998). ekonomi dl kampung tersebut antara lain
Dalam perkembangannya, akan tetapl, dlwujudkan dengan proses-proses
banyak kampung yang mengalami proses privatlsasi dan komerslallsasi ruang
translsl yang dinamlk. Terutama pada sebagalmana akan dijelaskan berlkutlnl.
kampung-kampung yang terletak dl pusat-
pusatperekonomlan kota, tekanan ekonomi Peningkatan Kepadatan Bangunan
dan penduduk yang demlklari besar
memaksa kampung melakukan proses- Secara umum, hampir sebaglan besar
kampung mengalami peningkatan kepadatan
proses perubahan yang tidak selalu sejalan
bangunan yang sangat signlflkan dan
dengan karakter kampung yang
digambarkan sebelumnya. Keadaan Inl cenderung. mendekati batas-batas yang
diplcu dengan krisis ekonomi yang terjadl mengkhawatirkan. Perkampungan di
sejak tahun 1997, yang membuat penduduk sepahjang sungal Code, sebagal misal,
kampung semakin tertekan secara mengalami peningkatan kepadatanbangunan
ekonomi. Tekanan ekonomi penduduk yang cukup signlflkansejak dua dekade lalu.
kampung Inl memaksa mereka untuk Sekltar tahun 1980, tingkat KDB kampung-
semakin memberdayakan berbagal bentuk kampung dl sepanjang sungal Code adalah
'aset' yang mereka millkl agar dapat terus 60%, sekarang KDB inl teiah mencapal 70-
'survive' termasuk aset fislk mereka yaknl 80% (Setlawan, 1987,1995,1998,2002, Zalm,
ruang.
2004). Peningkatan KDB kampung secara
umum Inl terjadi balk, karena perluasan
Leblh lanjut, tekanan ekonomi dan bangunan pribadi, maupun okupasi ruang-
soslal yang semakin tinggi ternyata juga ruang umum yang ada untuk berbagal
dapat menggoyahkan sendl-sendl soslal peruntukan. Perlu dicatat dislnl bahwa
kehldupan kampung. Sebagalmana dldo- peningkatan kepadatan bangunan Inl juga
kumentasikan oleh Setlawan (2000) terjadi disertai peningkatan kepadatan hunlan, yang
kecenderungan memudamya bentuk-bentuk dikhawatlfkan dapat rhengarah terjadlnya
'kebersamaan' soslal dl kampung! Tekanan 'over crowding' dengan segala implikaslnya
ekonomi yang tInggI memaksa tlap indlvidu termasuk kemungklnan 'stress.'
di kampung untuk melakukan berbagal

32 UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006


Ruang Publikdan Modal Sosial: Privatisasi dan Koraodifikasi; Bobi B. Setiawan

Ekspansi Bangunan Privat pada terlantar/slsa. Proses Ini cukup mengkha-


Jalan Kampung/gang watrikan terjadi karena menunjukkan juga
Bentuk lain proses privatisasi dan kelemahan institusi dan pranatasosial warga
kcmersialisasi ruang dl kampung adalah kampung untuk mencegah terjadinya proses
ekspansi bangunan privai khususnya pada okupasi tersebut.
jalan-jalan atau gang-gang .di kampung.
Sebagaimana telah didokumeritasikan oleh Pemanfaatan Bangunan untuk
Indartoro (1992) wujud fisik kampung-kampung Kepentingan. Komersiai
diantara lain ditunjukkan dengan perwujudan Kecenderungan lain yang terjadi adalah
gang-gang dalamkampung. Jalan atau gang- "peningkat^ pemanfealanbangunan pnbadidan
ganginidlsebutsebagai]alanrukunan' karena umum untuk kegiatan usaha. Tekanan ekonomi
merupakan penwujudandaribentuk kerukunan yang ada, rriemaksa warga kampung untuk
warga kampung yang 'mendermakan' memperluas dan. meningkatkan kegiatan
sebagian tanahnya untuk kepentihgan jalan ekonomi rumahtangga dalam bentuk'home-
yahg notabene kepentinganumum.Tekanan based enterprises.' Wujud 'home-trased enter
ekonomi yang tinggi, akan tetapi, memaksa prises' ini beragam, mulal dari pemanfaatan
banyak warga kampung 'memperluas' liimah untuk warung, usaha kost-kostan,
pemanfaatan 'asef mereka untuk kepentingan pembuatan makanan, kerajinan, danusahajasa
privat. Yang ten'adi adalahpengihgkaran atau lain (Marsoyo, 1993; Naareswati, 1997). Di
pengurangan terhadap kontribusi sosial K^pung Ratmakan, telah terjadi pengurangan
mereka yaknl dengan memperluas ruang area untukperumahan,dari84% ditahun 1969,
privatnya padagang-gang kampung sehlngga menjadi 34%ditahun 1985, danhanya 29%di
menjadi semakin semplt. Terdapat tahun 2003 (Zaim, 2004). Perubahan ini
kecenderungan beberapagangyang karena tentunya merupakan gejala yang wajardan
begitu semprtnya tidak lagi dapatdipakai atau positip secara ekonomi, akan tetapi apabiia
sulit dipakai untuk dilewati 'keranda' - satu tidak dikontrol dapat mengancam sistem
bentuk standard lebar minimum gang yang kehidupan dan lingkungan warga kampung.
selamainl dipakai secara umum oleh warga - Tidak saja ruang kehidupan untuk kegiatan
kampung. Perlu dicatat dislnl bahwa rumah tangga, termasuk istirahat, terganggu,
'penciutan' gang-gang kampung ini cukup terjadi jugapeningkatan buangan limbahyang
mengkhawatirkan terutama karena dihasllkan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi
menjadikan kampung lebih rentan terhadap rumah tangga, khususnya kerajinan dan
bahayakebakaran. pembuatan makanan. Kampung-kampung di
.sepanjang sungaiWinongo dimana terdapat
Pemanfaatan Ruang Publik untuk konsentrasi industri rumah tangga tahu
Kepentingan Privat menimbulkan buangan limbah yang belum
ditanganisecara optimal.
Bentuk lain privatisasi ruangdikampung
•adalah okupasi ruang-ruang publikatauruang-
ruang yang selama ini terlantar. Contohnya Ekspansi dari Luar
adalah okupasi bantaran sungai, okupasi di Ekspansi dari luar balk untuk kegiatan
sepanjang selokan atau bahkan dl atas komersiai danprivate jugamenjadi penyebab
selokan, okupasi ruang hijau, okupasi berkurangnya ruarig publik di kampung.
lapangan olah raga, danokupasi ruang-ruang Khususnya pada kampung-kampung yang

UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006 33


Topik: Keteipaduan Sektor Formal dan Informal Perkotaan

mengalami proses upgrading, blasanya akhirnya dibeli oleh sektor private untuk
diiukti kemudlan dengan proses-proses pelebaran kegiatan usahanya, baik dalarn
gentrifikasi karena ekspansi plhak luar bentuktoko ataupun usaha lain. Proses inl
kampung: SepertI ditunjukkan di tentunya wajar, akan tetapi tetap harus
perkampungan dl sepanjang sungai Code, diawasi dan dikritlsi karena mengancam
cukup banyak tanah warga kampung yang eksistensi kampung itu sendiri.

Ilustrasi Privatisasi dan Komersialisasi Huang di Kampung

34 UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006


Ruang Publikdan Modal Sosial: Privatisasi dan Komodifikasi; Bobi B.Setiawan

Faktor-faktor yang Mempengaruh Tionghoa; disepanjang re! KA, status lahan/


Proses Privatisasi dan tanah kawasan-kawasan ini memeang.
Komodifikasi Ruang Publik di seringkali kabur. Sebagian tanah munkgin
Kampung . jelas kepemilikannya, tetapl sebagian lain
tidak jelas, apakah milik pem,erlntah
•Terdapat paling tidaklima faktor yang atauopun lembaga Iain. Khusus di
berpengamh terhadap proses privatisasi dan Yogyakarta, situasi in! diperparah dengan
komodifikasi ruang publik di kampung. system pertanahan di Yogyakarta yang du-
Pertama, keterbatasan dan akseslbilitas
alistic pada mulanya, yakni gabungan
lahan.Sebagaimana diketahui, khususnya anatar system kraton dan pemerintah for
kota-kota di.Jawa, merhpunyai lahan yang mal RI. palam situasi inibanyak natah atau
terbatas. Dengan tingkat kepadatan kawasan yang sampai sekarang masih
penduduk rata-rata di pulau Jawa yang belum jelas kepemilikannya, apakah milik"
sangat-tinggl, sementara kebutuhan akan . kraton atau pemerintah. Lebih lanjut, dalam
lahan-lahan untuk pertanlan juga perlu sistern ini pula terjadi apa yang disebut
dipertahankan; persoalan ketersediaan sebagai.'ngindung' dan 'magerearl' yang
lahan merupakan persoalan besar kota-kota semakin menjadikan status tanah-tanh di
di pulau Jawa. Persoalan Ini diperparah kampong semakin rumit dan kompleks.
dengan dua hal yakhi ineflslensi Situasi Ini memunginkan proses-proses
pemanfaatan lahan dan spekulasi lahan/ privatisasi dan kapitalasisasi ruang.
tanah. Inefisiensi ditunjukkan dengan model
pengembangan kota yang sprawl dan bores
Ketlga, tekanan ekonomi terhadap
lahn serta menimbulkan b^yak l^an-lahan penduduk/penghuni kampungjuga memicu
terlantar. Spekulasi lahan menyebabkan proses komersialisasi atau kapitalisasi
harga lahan meningkat dan semakin
ruang dl kampung. Sebagaimana banyak
dijelaskan dalam referensl, tekanan ekonomi
menyebabkan masyarakat miskin tidak
dapat mengakses lahan bag! perumah-
terhadap keluarga mIskIn menyebabkan
mereka berusaha memakslmalkan seluruh
annya. Akibatnya adalah proses pemadatan
aset yang mereka punyal termasuk aset
permukiman, khususnya di kampung-
kampung pusat kota, baik untuk kegiatan tanah/ruang. Upaya memakslmalkan
perumahan maupun untuk kegiatan pemanfaatan aset mereka ini ditujukan agar
komersial.
mereka survive. Ruang, baik ruang private
maupun publik seringkali merupakan aset
Kedua, -ketidak jelasan^pemilikan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan
lahan. Meningkatnya kebutuhan akan lahan sebagai strategi survival mereka.
di perkotaan juga diperparah oleh situasi
dimana banyak lahan-lahan di perkotaan Keempat, tekanan ekonomi yang
Indonesia,termasuk di kampung kampung memaksa warga kampung mengomer-
yang tidak jelas statusnya. Sebagaimana
sialkan dan memprivatlsasikan ruang-ruang
yang ada juga dipicu oleh kecenderungan
diketahui, ketidak jelasan status inimemicu
proses pemanfaatan lahan secara liar dan
melemahnya modal sosial, balk InstltusI,
tak teratur. Khususnya di kampong- pranata, dan bahkan leadershipdan jaringan
wargakampung. Warga kampungcendemng
kampung, dimana seringkali dibangun dl
bertindak secara individual untuk meiicoba
kawasan-kawasan yang 'marginal'seperti
di bantaran sungai, bekas pekuburan survive, dan Individu-lndividu wargakampung
juga tidak mempunyal waktu laung yang

UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006 35


Topik: Keterpaduan Sektor Formal dan Informal Perkotaan

cukup untuk melakukan mobilisasi dana warga dan komunltas untuk terus berkreasi
pengembangan jaringan sosial. Leadership mensiasati hubungannya dengan ruang.
dl kampung juga melemah karena secara Tekanan penduduk dan ekonomi
indlvldupenguais warga kampung mungkin terhadap kampung.telah memaksa proses-
juga terjerat dalam tekanan ekonomi dan proses privatisasi dan komerslalisasi ruang
harus lebih meluangkan waktunya untuk di kampung, termasuk ruang publik. Proses
survival strategl mereka sendirl (Setiawan privatisasi initerjadi dalam berbagal bentuk,
2000). Dengan kata lain, terjadi dan telah mengancam keberadaan ruang
kecenderungan menurun dan melemahnya publikdi kampung. Proses inijuga semakin
bentuk-bentuk kebersamaan warga membuat lingkungan kampung rentan
kampung, yang kalau diteruskan akan terhadap berbagal masalah lingkungan balk
mengancam dasar utama modal sosial ancaman kebakaran, limbah, pencemaran,
yaknl adanya 'trust' atau kepercayaan overcrowding.
sesama warga kampung.
Berkurangnya ruang publik ini
Kelima, absennya pedonian tata ruang mengurangi kesempatan dan kemungkinan
dan tata bangunan kampung juga warga untuk melakukan kegiatan-kegiatan
menyebabkan perkembangan kampung sosial yarig dapat memperkaya modal sosial
yang semakin tidak terkontrol. Inl tidak warga. Ketladaan ruang bermain untuk anak-
berarll bahwa periu disusun rancangan atau anak memaksa anak-anak mengurangi
pedoman pengembangan fisik kampung kontak sosialnya sesama anak. Ketladaan
yang rind, yang diperlukan adalah pedoman ruang olah raga untuk remaja dan pemuda
umumyang dapat memproteksi ruang-ruang juga mengurangi kemungkinan mereka
publikyang esensial untuk warga kampung untuk memperkaya hubungan sosial
termasuk lebargang yang cukup, taman dan mereka. Singkatnya, berkurangnya ruang
tempat bermain, dan ruang hijau kampung. publik di kampung mengurangi sifat dan
karakter 'komunal' kampung.
Penutup
Terjadi pelemahan modal sosial
Paper ini menekankan mehgenal kampung, balk pada tataran Instltusi,
hubungan yang dialektik dan dinamik antara .pranata, leadership, jaringan, dan bahkan
ruang dan kehidupan sosial. Ruang adalah kepercayaan/trust. Tekanan ekonomi dan
hasil rekayasa manusia untuk mewadahi sosial semakin membuat warga kampung
berbagal bentuk kehldupannya, sebaliknya cenderung lebih memikirkan survival strategi
ruang dapat menstimuli perilaku dan mereka dan Inl memperlemah tingkat
kehidupan sosial manusia. Kaitan yang partlslpasi warga untuk membangun dan
dialektikdan dinamik initerjadi di lingkungan memperkaya modal sosial. Sementara Itu
kampung, dan ha! ini yang membuat leadrshlp kampung juga tidak selalu dapat
kampung menjadi khas dan unik. Perencana diharapkan, oleh karena pemlmpin dl
dan arsitek harus semakin memahami pola kampung juga cenderung mengalami
hubungan yang dinamikdan dialektikinlagar tekanan ekonomi yang memaksa mereka
ketika harus melakukan iritervensi desain, lebihmementlngkan survival strategi mereka
Intervensinya tidak justru mengganggu sendiri. Implikaslnya adalah. ketladaan
hubungan tersebut. Intervensi desain harus kontrol terhadap proses-proses privatisasi
tetap rhemberikan ruang kebebasan bagi dan komerslalisasi ruang kampung'yang
merugikan kepentingan publik.

36 UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006


Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi dan Komodifikasi; Bobi B. Setiawan

Dalam konteks inl diperlukan EtzionI, Amitai. 1993. The Spirit of Com
pendampingan-pendampingan darl plhak munity: The Reinvention of
luar untuk memfasilitasi warga kampung AmencarjSbciety. New York: ATouch
membangun kemball modal soslainya. stone Book.
Pendampingan i.nl dapat .dilakukan dalam
berbagai bentuk, akan tetapi harus peka Gilbert, A. and P. Ward. 1985. Housing, the
dilakukan dan tidak distandarkan, karena State and the Poor Policyand Prac
tiap kampung mempunyal persoalan yang tice in Three Latin American Cities.
beragam. Perencana danarsitek dapatpula Cambridge: Cambridge University
melakukanpendampingan untukmembantu Press.
warga kampung mendapatkan kembali
ruang-ruang publik mereka. Proses Guinnes, Patrick. 1986.Harmony and Hier
pendampingan harus hatl-hati, agar tIdak archy in a Javanese Kampungi
mengurangi inlslatip, kreasi, dan energi Singapore: Oxford University
warga kampung dalam membentuk Press.
llngkungannya. Warga kampung harus tetap
diberl peluang dan ruang dan bahkan Harrison, David. 1988. The Sociology of
kemerdekaan untuk menentukan wujud f^odemization and Development. Lon
kampungnya - hanya dengan inl kampung don: Unwin Hyman.
akan mungkin menjadi alternatip bentuk
ruang kehldupan yang 'livable.'^ Haryadi. 1989. Residents's Strategies for
Coping with Environmental Pres
Daftar Pustaka sures: Relation to House-Settlement
Systems ina Yogyakarta Kampung,
Carmona Dkk. 2003. Public Places - Urban
Indonesia. PhD. Dissertation: The
Spaces: The Dimensions of Urban
University of WIscounsin-Milwaukee.
Design. Boston: Architectural Press.
Harvey, David. 1989. The Condition of
Castell, M. 1977. The Urban Question. Lon
Postmodernity. Oxford: Basil
don: Edward Arnold.
Blackwell.

Castell, M. 1978. City, Class, and Power. Indarto. 1995.Jalan Rukunan di Yogyakarta.
London: Macmillan.
Tesis S2 Arsltektur Universitas
Gadjah Mada.
Castell, M. 1983. The city and the
Grassroots. London: Edward Arnold.
Lesser, Eric.2000. Knowledge and Social
Capital: Foundations and Applica
Dasgupta P. Dan Ismail Serageldin. 2000.
tions. Boston: Butterworth -
Social Capital: A Multifaceted Per
Heinemann.
spective. The WorldBank, Washing
ton D.C.
Nareswari. 1996. Proses Perubahan Ruang
dan KegiatandiKampungRatmakan.
Desai,V. 1995. CommunityParticipation and
Tesis S2 Arsltektur, Universitas
Slum Housing, A Study of Bombay.
Gadjah Mada.
New Delhi: Sage Publications.

UNISIA NO. 59/XXIX/I/2006 37


Topik: Keterpaduan Sektor Formal dan Informal Perkotaan

Nelson, J.M. 1979. Access to Power. Poli Setiawan, B. Dkk. 1987. Code RiverSettle
tics and the Urban Poor in Develop ment: Preliminary Study on the
ing Nations. Princeton, New Jersey: Community's Potential in Settlement
Princeton University Press. Upgrading. Internal publikasi. Jurusan
Teknik Arsitektur UGM.
N'Dow, Wally. 1996. 'The Future of Cities
Lies in Istanbul." In Habitat Publica Setiawan, B. 1993. "Hosuing Delivery Sys
tions. UNCHS, May 1996. tem in the Code River." Dalam Jumal
Perencanaan Wilayahdan Kota ITS.
Parker, s. 2004. Urban Theory and the Ur
ban Experiences. London dan New Setiawan, B. 1995. Community develop
York: Routledge. ment model: lessons from four
kampungs along the Code
Rapoport, A. 1969. House Form and Cul River, Yogyakarta. Paper presented
ture. New York: Prentice Hall Inc. at the workshop on the Study of
Community Development inthe Code
Rapoport, A. 1977. Human Aspects of Ur River Basin, Yogyakarta, 16 May.
ban Form. Oxford: Pergamon Press.
Setiawan, B. 1998. Locai Dynamics in In
Rapoport, A. 1982. The Meaning of the Built formal Settlement Development: A
Environment. Beverly HillsCalifornia: Case Study of Yogyakarta, Indone
Sage Publications. sia. PhD. Dissertation, The University
of British Columbia, Canada.
Roseland, M. 1998. Toward Sustainable
Communities: Resources for Citi Sullivan J. 1992. Local Government and
zens and Their Governments.' Community in Java: an urban case
Canada: New Society Publisher study. Singapore: Oxford University
Press.
Saunders, P. 1986. Social Theory and the
Urban Question. London: Zaim, Z. 2004. Perubahan Pemanfaatan
Hutchinson. Ruang Kawasan Perumahan Tepian
Sungai: Studi Kasus Ruas Sungai
Schuiz, A. 1979. Local Politics and nation- Code Kota Yogyakarta. Tesis S2
states, Case Studies in Poiitics and Arsitektur UGM.
Policy.Santa Bartara, California:Clio
Books.

oan

38 UmSIA NO. 59/XXIX/I/2006

Anda mungkin juga menyukai