Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEBIJAKAN-KEBIJAKAN

PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

NABILAH HAFIZHAH

01021281924053

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil-
hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan publik .
Kebijakan publik ialah keputusan atau tindakan pemerintah yang berpengaruh atau
mengarah pada tindakan individu dalam kelompok masyarakat.

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.


Pembangunan daerah lebih ditujukan pada urusan peningkatan kualitas masyarakat,
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi yang optimal, perluasan tenaga kerja,
dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
daerah.

Dalam rangka untuk mencapai tujuan pembangunan daerah melalui pertumbuhan


ekonomi tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan
daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal yang
mampu mendorong kegiatan ekonominya.

Maka dari itu, pemerintah daerah memiliki kesempatan yang cukup untuk memahami
dan memberikan solusi nyata terhadap permasalahan-permasalahan penting yang
dihadapai oleh masyarakat secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang dimiliki. Meskipun demikian, untuk efektivitas dan efisiensi pencapaian sasaran
pembangunan, Pemerintah Daerah perlu bersinergi dan berkoordinasidengan Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Pusat agar tercipta keselarasan kebijakan pembangunan.

Perumusan kebijakan pembangunan dimaksudkan agar pengelolaan dan pemanfaatan


sumber daya provinsi dilakukan seoptimal mungkin untuk mempercepat peningkatan
taraf hidup masyarakat dan pelayanan public. Pelaksanaan Otonomi Khusus harus dapat
membangun komitmen semua stakeholder agar pembangunan dapat memberdayakan dan
menguatkan masyarakat khususnya bagi penduduk asli Papua di Kabupaten Manokwari
Selatan. Dalam kerangka tersebut maka perencanaan pembangunan juga harus menjamin
terselenggaranya pelaksanaan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar sesuai ketentuan tentang standar pelayanan minimal.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk memahami sektor ekonomi potensial di


Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat diperlukan suatu studi yang bertujuan untuk
menentukan sektor-sektor ekonomi apa saja yang potensial untuk dikembangkan dan
menjadi prioritas pengembangan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui analis kebijakan-kebijakan Provinsi Papua, yaitu :
a. Analisis kebijakan pengentasan kemiskinan.
b. Analisis kebijakan pembangunan pedesaan.
c. Analisis kebijakan transportasi.
d. Analisis kebijakan pembangunan berkelanjutan.
e. Analisis kebijakan pembangunan perkotaan.
2. Untuk mengetahui analisis kebijakan-kebijakan Provinsi Papua Barat, yaitu :
a. Analisis kebijakan pembangunan pedesaan.
b. Analisis kebijakan pembangunan berkelanjutan.
c. Analisis kebijakan transportasi.
d. Analisis kebijakan pengentasan kemiskinan.
e. Analisis kebijakan pembangunan perkotaan.

C. Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat bermafaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan
yang mengarah pada analisis kebijakan-kebijakan suatu wilayah di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
menentukan kebijakan yang diambil untuk pembangunan suatu wilayah di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat.
3. Makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dari informasi yang
diperoleh.
BAB II
ANALISIS KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

1. PROVINSI PAPUA
A. KEBIJAKAN PERENCANAA PEMBANGUNAN
1. Meningkatnya kualitas perencanaan, penganggaran, dan pengendalian program, serta
kegiatan pembangunan daerah, melalui kebijakan :
a. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah dan penganggaran yang
terintegratif secara sektoral dan spasial.
b. Memperkuat Perencanaan Pembangunan berbasis Data/Bukti (evidence
baseplanning) serta penguatan pengendalian pelaksanaan pembangunan.
c. Membuka ruang partisipasi yang luas bagi masyarakat untuk berperan dalam
pembangunan daerah.
d. Memperkuat integrasi perencanaan pembangunan dengan perencanaan tata guna
lahan, kewilayahan serta sektor sehingga prioritas pembangunan dapat terarah,
terukur dengan jelas, dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
e. Peningkatan pembiayaan melalui kerjasama dengan berbagai pihak dalam
pemenuhan infrastruktur.
f. Bantuan pembiayaan infrastruktur bagi kabupaten/kota yang diprioritaskan pada
peningkatan konektivitas dalam rangka pengembangan rantai nilai hulu-hilir
komoditi unggulan.
2. Membangun struktur perekonomian yang kokoh berbasis pada penciptaan nilai
tambah yang optimal terutama pada sektor-sektor industri manufaktur, jasa, dan
ekonomi kreatif, melalui kebijakan :
a. Meningkatkan akses tata niaga dan kualitas infrastruktur perdagangan.
b. Penguatan kemauan dan kemampuan masyarakat kampung dalam berinovasi dan
berproduksi serta mengelola ekonomi lokal yang kuat dan mandiri.
c. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan atau menghasilkan nilai
tambah (value added) komoditas.
d. Peningkatan industri non pertanian (off farm) yang mampu mendorong
perkembangan kemandirian ekonomi masyarakat dan daerah.
e. Meningkatkan kemitraan usaha mikro kecil menengah dengan perbankan dan
fasilitasi pemasaran produk
f. Pengembangan destinasi pariwisata andalan Provinsi Papua.
g. Pengembangan kepariwisataan diutamakan pada kegiatan ekoturisme yang
bernilai tambah tinggi, sehingga secara efeitif dan efisien dapat mendukung upaya
pengembangan kemandirian ekonomi dengan dampak lingkungan dan budaya
serendah mungkin.
h. Melaksanakan kebijakan pengembangan industri hilir pertanian, peternakan, dan
perikanan dengan diberikan insentif dalam pengembangannya.
3. Meningkatnya pembangunan ekonomi maritim dan kelautan yang berbasis pada
pendayagunaan potensi sumberdaya secara berkelanjutan, melalui kebijakan :
a. Meningkatkan produksi perikanan tangkap dan budidaya.
b. Meningkatkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan berbasis
masyarakat.
c. Peningkatan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi ikan.
d. Meningkatkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan berbasis
masyarakat.
e. Pembangunan dan pengembangan kluster ekonomi berbasis wilayah adat dengan
komoditi perikanan lokal unggulan.
f. Peningkatan dan pemenuhan infrastruktur perikanan.
4. Meningkatnya daya saing dan realisasi investasi pada sektorsektor andalan daerah,
melalui kebijakan :
a. Peningkatan daya saing dan realisasi investasi pada sektor-sektor unggulan
daerah.
b. Pembangunan dan pengembangan sentra ekonomi berbasis wilayah adat.
c. Penyederhanaan perizinan berbasis Online Single Submission (OSS).
d. Perbaikan tata kelola perizinan berbasis SDA dan lahan skala luas.
5. Meningkatnya pengelolaan sumber daya kehutanan secara berkelanjutan, melalui
kebijakan:
a. Meningkatkan pengelolaan sumber daya kehutanan secara berkelanjutan melalui
pelibatan masyarakat sekitar hutan dan pemanfaatan jasa lingkungan .
b. Optimalisasi konservasi sumberdaya alam hayati.
c. Restorasi pembangunan lahan gambut yang berkelanjutan.

B. KEBIJAKAN TRANSPORTASI
1. Meningkatnya akses transportasi berbasis antar moda dalam mendukung
pengembangan ekonomi wilayah/daerah dan akses bagi seluruh wilayah, melalui
kebijakan :
a. Meningkatkan akses transportasi antar moda dalam mendukung pengembangan
ekonomi wilayah/daerah dan akses bagi seluruh masyarakat di wilayah Papua.
b. Memantapkan hubungan antar wilayah/ daerah/ kampung dengan penyediaan
infrastruktur transportasi dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi, dan pelayanan antar wilayah / daerah yang kokoh serta
berkesinambungan.
c. Menyiapkan Sarana dan Prasarana Ekonomi Berbasis Keunggulan Masing-masing
Wilayah.
d. Meningkatkan kesesuaian pemanfaatan ruang untuk pembangunan dengan RTRW
Provinsi.
2. Pengembangan konektivitas Papua diarahkan untuk memadukan sistem pelayanan
transportasi antarmoda, dalam menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas di dalam
maupun antar wilayah adat, khususnya antara pusat pertumbuhan dengan kawasan
penyangga. Pada pengembangan klaster, infrastruktur menghubungkan lokasi
produksi komoditas berbasis sumber daya lokal dengan pusat pertumbuhan dan
wilayah luar Papua, khususnya dalam pengembangan ekonomi OAP. Dengan adanya
aksesibilitas yang memadai diharapkan dapat mengatasi kesenjangan pembangunan
antar wilayah, serta menarik dan mengembangkan minat investasi di berbagai sektor,
baik pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, pariwisata, maupun
pertambangan.

C. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN


1. Implementasi Rencana Tata Ruang secara konsisten, melalui kebijakan :
a. Pengendalian pemanfaatan ruang.
b. Sosialisasi rencana tata ruang dan penegakan hukum serta konsistensi antara
perencanaan dan pelaksanaan.
c. Peningkatan pembinaan penataan ruang dan pertanahan.
d. Peningkatan kapasitas penegakan hukum terhadap rencana tata ruang.
e. Penataan guna lahan permukiman di perkotaan.
2. Meningkatnya Pemenuhan perumahan layak huni dan penataan pemukiman, melalui
kebijakan :
a. Meningkatkan ketersediaan rumah layak huni bagi masyarakat.
b. Ketersediaan air bersih, sistem sanitasi, pengelolaan persampahan, dan air limbah.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan sistem komunikasi & Informasi antar wilayah,
melalui kebijakan :
a. Peningkatan akses informasi dan komunikasi di seluruh wilayah.
b. Mengembangkan sarana dan prasarana telekomunikasi.

D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERDESAAN


1. Meningkatnya Ketersediaan sistem pengairan yang mendukung produktivitas wilayah,
melalui kebijakan :
a. Meningkatkan kapasitas daya tampung jaringan irigasi dalam mendukung
aktivitas ekonomi masyarakat.
b. Penyediaan dan pengelolaan air baku.
c. Pengendalian banjir dan abrasi pantai.
2. Meningkatnya kualitas pembangunan berbasis kampung, melalui kebijakan :
a. Fasilitasi penataan kelembagaan kampung, lembaga adat, dan masyarakat hukum
adat.
b. Penguatan dan pendampingan tata kelola pemerintahan kampung serta
memperkuat peran distrik dalam pembangunan kampung dan pelayanan kepada.
c. Melakukan perbaikan kebijakan pembagian dana Otsus ke Kabupaten/kota untuk
mengurangi kesenjangan.
d. Percepatan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur di
daerah tertinggal, daerah perbatasan, daerah terluar dan tertentu.
e. Mengurangi kesenjangan jender dengan meningkatkan kebijakan pemihakan
kepada perempuan dan pengarusutamaan jender dalam strategi pembangunan.
f. Penguatan kemandirian kampung untuk pemenuhan kebutuhan pangan
(menghindari ketergantungan dari luar).
g. Penguatan kapasitas kelembagaan kampung dalam meningkatkan efektivitas dan
Alokasi Dana Kampung.
3. Meningkatnya percepatan pembangunan wilayah perbatasan, melalui kebijakan :
a. Optimalisasi kerjasama perbatasan dengan negara tetangga.
b. Percepatan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur di
daerah tertinggal, daerah perbatasan, daerah terluar dan tertentu.

E. KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN


1. Meningkatnya pemberdayaan terhadap KAT dan bantuan sosial PMKS, melalui
kebijakan :
a. Revitalisasi dan optimalisasi kelembagaan penanggulangan kemiskinan daerah
dan SDM yang menangani kesejahteraan sosial.
b. Perluasan aksesibilitas penanganan kesejahteraan sosial yang terpadu dan
konprehensif ke arah pemberdayaan masyarakat berketahanan sosial.
c. Meningkatkan terwujudnya sinkronisasi kebijakan permasalahan kesejahteraan
sosial melalui peran koordinasi, pembinaan, dan pengawasan dari Pemerintah
Provinsi Papua.
d. Perlindungan sosial untuk generasi emas, lanjut usia, dan difabel.
2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan SDM di Papua untuk
mewujudkan “green growth berbasis wilayah adat” dan pengembangan klaster
ekonomi dilakukan dengan pembentukan SDM unggul melalui center of knowledge,
politeknik agroindustri, technopark, SMK pertanian, dan balai latihan kerja yang
terletak di lokasilokasi strategis dalam pembentukan klaster ekonomi setiap wilayah
ada.

2. PROVINSI PAPUABARAT
A. KEBIJAKAN TRANSPORTASI
1. Meningkatnya interkoneksi antar wilayah, ketersediaan layanan dasar infrastruktur
daerah dan kualitas pengelolaan tata ruang daerah, melalui kebijakan :
a. Percepatan pembangunan dan pemeliharaan jalan serta jembatan yang
menpercepat konektivitas antar wilayah di Provinsi Papua Barat.
b. Penguatan kordinasi dengan pemerintah pusat terkait dengan penanganan
jalanjalan nasional serta dengan pemerintah kabupaten/kota terkait dengan
penanganan jalan kabupaten/kota.
2. Dukungan fasilitasi percepatan penyediaan infrastruktur kawasankawasan
pengembangan ekonomi khusus, melalui kebijakan :
a. Fasilitasi penyediaan infrastruktur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong.
b. Fasilitasi penyediaan infrastruktur Kawasan Industri Petrokimia Teluk Bintuni.
3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pelayanan transportasi darat, laut dan
udara, melalui kebijakan :
a. Pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana perhubungan darat dalam
lingkup kewenangan provinsi.
b. Pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana perhubungan laut dalam lingkup
kewenangan provinsi.
c. Pemantapan fasilitasi pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
perhubungan udara.
d. Pemantapan fasilitasi pembangunan transportasi kereta api Trans Papua.

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN


1. Percepatan pembangunan perkotaan, melalui kebijakan :
a. Pemantapan Fasilitasi Program KOTAKU.
b. Penyusunan dokumen perencanaan pengembangan kota-kota.
2. Percepatan Penataan wilayah Provinsi Papua Barat, melalui kebijakan :
a. Penguatan review perencanaan tata ruang Provinsi Papua Barat.
b. Fasilitasi penyelesaian RDTR kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.
c. Melakukan identifikasi dan tindak lanjut kasus -kasus pelanggaran pemanfaatan
ruang.
3. Percepatan penyediaan perumahan yang layak huni bagi masyarakat, melalui
kebijakan :
a. Pembangunan rumah layak huni bagi OAP.
b. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana air bersih.
c. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana sanitasi.
d. Peningkatan sarana dan prasarana persampahan.
4. Penataan pemukiman kumuh, melalui kebijakan :
a. Identifikasi permasalahan kawasan permukiman kumuh.
b. Penataan kawasan permukiman kumuh.
5. Sinergitas program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan kawasan kampung
di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, melalui kebijakan :
a. Fasilitasi pembukaan akses informasi dan komunikasi antar wilayah.
b. Fasilitasi pembangunan kawasan perkampungan terpadu antar wilayah
kabupaten/kota.

C. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERDESAAN


1. Percepatan pembangunan infrastruktur pengairan, irigasi dan air bersih guna
mendukung terciptanya produktivitas ekonomi wilayah, melalui kebijakan :
a. Pembangunan dan pemeliharaan irigasi dalam kewenangan provinsi.
b. Pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) Regional.
c. Pembangunan dan pemeliharaan drainase pada ruas ruas jalan provinsi.
2. Meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat kampung, melalui kebijakan :
a. Fasilitasi pemberdayaan potensi ekonomi kampung.
b. Fasilitasi penumbuhkembangan kelompok usaha bersama di kampung.
c. Fasilitasi pemasaran produk - produk potensial di kampung.
3. Fasilitasi penataan kelembagaan kampung, lembaga adat, dan masyarakat hukum
adat, melalui kebijakan :
a. Penetapan susunan kelembagaan pemerintahan kampung berdasarkan hukum adat.
b. Peningkatan pemberdayaan masyarakat hukum adat di tingkat provinsi.
c. Fasilitasi pemberdayaan lembaga kemasyarakatan yang begerak di bidang
pembedayaan kampung tingkat provinsi.
d. Fasilitasi pemberian bantuan pembangunan untuk kampung.
4. Penguatan dan pendampingan aparatur kampung, melalui kebijakan :
a. Pembinaan aparatur kampung secara periodik melalui kabupaten/kota.
b. Fasilitasi penyiapan tenaga pendamping administrasi pemerintahan kampung dari
kabupaten/kota.
5. Optimalisasi pemanfaatan Dana Otonomi Khusus dan Desa bagi usaha produktif
masyarakat di tingkat kampung, melalui kebijakan :
a. Fasilitasi perumusan pola kebijakan pembentukan BUMDes di masing-masing
kabupaten/kota.
b. Pembinaan pengembangan kelembagaan BUMDes melalui Kabupaten/kota.
c. Pembinaan alokasi Dana Desa di tingkat kabupaten/kota.
d. Fasilitasi penguatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah.
e. Monitoring dan evaluasi penggunaan Dana Desa di masing -masing
kabuapten/kota.
f. Pembinaan dan penyiapan Kampung Mandiri melalui penguatan kelembagaan di
masing -masing kabupaten/kota.
g. Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Usaha Orang Asli Papua melalui
masing -masing kabupaten/kota.

D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


1. Peningkatan ekonomi kerakyatan berbasis industri kreatif dan potensi daerah, melalui
kebijakan :
a. Fasilitasi Pemberdayaan UMKM yang bergerak di industri kreatif.
b. Peningkatan promosi produk industri kreatif provinsi.
c. Pengembangan database UMKM OAP √ Peningkatan kapasitas kelembagaan
UMKM.
d. Pemberian bantuan permodalan bagi UMKM OAP yang strategis.
2. Peningkatan daya saing pariwisata provinsi, melalui kebijakan :
a. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung menuju destinasi wisata.
b. kerjasama pengembangan dengan pelaku usaha pariwisata tingkat provinsi.
c. Fasilitasi peningkatan pengelolaan daya tarik wisata provinsi.
d. Peningkatan promosi pariwisata provinsi.
e. Peningkatan kerjasama pariwisata dengan daerah tujuan wisata nasional yang
sudah maju.
3. Peningkatan daya saing idan iklim investasi daerah, melalui kebijakan :
a. Percepatan fasilitasi penanaman modal.
b. Pengembangan sektor unggulan investasi daerah.
c. Pemberian insentif dan kemudahan investasi bagi investor.
d. Percepatan pengurusan pelayanan perizinan investasi.
e. Peningkatan promosi investasi daerah.
4. Meningkatkan pengembangan dan daya saing pelaku usaha industri kerakyatan,
melalui kebijakan :
a. Peningkatan kapasitas SDM OAP pelaku industri rakyat.
b. Penetapan rencana pembangunan industri provinsi.
c. Peningkatan pelaporan informasi industri provinsi.
d. Pemberian bantuan sarana dan prasarana bagi pelaku industri rakyat.
e. Peningkatan fasilitasi pengolahan industri berbahan baku lokal.
5. Peningkatan nilai perdagangan provinsi dan pengawasan distribusi perdagangan,
melalui kebijakan :
a. Fasilitasi peningkatan sarana dan prasarana perdagangan.
b. Peningkatan promosi perdagangan di tingkat provinsi.
c. Pembinaan OAP yang terlibat dalam usaha perdagangan.
d. Peningkatan pemasaran komoditas unggulan Provinsi Papua Barat.
e. Fasilitasi peningkatan perlindungan konsumen di seluruh kabupaten/kota.
f. Peningkatan pengawasan perdagangan antar provinsi.
g. Pembangunan dan pengelolaan pusat distribusi perdagangan provinsi.
h. Peningkatan pemantauan harga barang pokok di tingkat pasar provinsi.

E. KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN


1. Meningkatkan terwujudnya sinkronisasi kebijakan permasalahan kesejahteraan sosial
melalui peran koordinasi, pembinaan, dan pengawasan dari Pemerintah Provinsi
Papua Barat, melalui kebijakan :
a. Mendorong terwujudnya kabupaten/kota berketahanan sosial melalui peran
koordinasi pembinaan dan pengawasan Provinsi Papua Barat.
b. Peningkatan pengelolaan data fakir miskin di tingkat provinsi.
2. Menurunkan jumlah masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial provinsi,
melalui kebijakan :
a. Pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan sosial provinsi.
b. Fasilitasi penanganan terpadu penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui
rehabilitasi sosial.
c. Pengembangan jaminan sosial bagi fakir miskin khususnya OAP.
d. Fasilitasi penyediaan sarana sosial seperti panti sosial yang dimiliki oleh provinsi.
3. Revitalisasi dan optimalisasi kelembagaan penanggulangan kemiskinan daerah dan
SDM yang menangan kesejahteraan sosial, melalui kebijakan :
a. Revitalisasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
b. Penguatan koordinasi lintas OPD terkait perumusan kebijakan pengentasan
kemiskinan.
c. Penguatan TKPKD tingkat kabupaten/kota.
d. Monitoring evaluasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di tingkat
kabupaten/kota dan provinsi.
e. Penguatan kelembagaan di tingkat lokal skala kabupaten/kota yang menangani
masalah kesejahteraan sosial.
f. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penananganan masalah kesejahteraan
kesejahteraan sosial.
g. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga terdidik dalam menangani masalah
kesejahteraan sosial.
h. Pemenuhan sarana prasarana pendukung tenaga yang menangani PMKS.
4. Perluasan aksesibilitas penanganan kesejahteraan sosial yang terpadu dan
konprehensif ke arah pemberdayaan masyarakat berketahanan sosial, melalui
kebijakan :
a. Perumusan desain program bantuan berkesinambungan dan terintegrasi lintas
sektoral berbasis wilayah kabupaten/kota.
b. Pemberian bantuan sosial berbasis pemberdayaan masyarakat.
c. Monitoring evaluasi pelaksanaan program bantuan dan pemberdayaan sosial
masyarakat.
d. Inventarisir Komunitas Adat Terpencil di tiap kabupaten/kota.
e. Penguatan dan pemberdayaan KAT dalam pembangunan wilayah.
f. Pembangunan kawasan KAT.
g. Pemberian bantuan dan akses pemenuhan kebutuhan sosial di wilayah KAT.
h. Pemberdayaan kelompok dalam KAT sesuai potensi dan sumberdaya lokal
wilayah.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam pembangunan suatu wilayah provinsi, terutama Provinsi Papua dan Papua
Barat yang ada di dalam makalah ini. Dapat disimpulkan bahwa untuk membangun suatu
wilayah tersebut maka diperlukan analis-analis keadaan di wilayah itu. Analisis keadaan
melalui gambaran umum seperti letak geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia,
komoditi unggulan, adat-istiadat masyarakat, dan lain sebagainya. Setelah menganalisis
keadaan wilayah tersebut barulah dapat dibuat analisis kebijakan yang dapat mengarahkan
pembangunan wilayah provinsi sesuai dengan sektor unggulan yang ada di provinsi tersebut.

Analisis kebijakan suatu wilayah provinsi ini penting dilakukan untuk mengetahui
kebijakan apa yang tepat untuk membangun suatu wilayah agar pembangunan tersebut dapat
berhasil dan selanjutnya kemakmuran masyarakat di wilayah provinsi tersebut dapat tercapai.
Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan daerah harus berpedoman pada sasaran pokok
dan arah kebijakan masing-masing wilayah provinsi.

Anda mungkin juga menyukai