Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KEBIJAKAN

PROVINSI BENGKULU

PROVINSI JAMBI

PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROVINSI LAMPUNG

MUHAMMAD ASRULLAH

MATA KULIAH :

DOSEN PENGAMPU :

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil-
hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan publik .
Kebijakan publik ialah keputusan atau tindakan pemerintah yang berpengaruh atau
mengarah pada tindakan individu dalam kelompok masyarakat.

Analisis kebijakan tidak termasuk katagori penelitian ilmiah, namun haruslah


dilakukan secara ilmiah dalam artian harus sistematis, logis dan menggunakan teori
ilmiah maupun hasil-hasil penelitian ilmiah. Hasil penelitian kebijakan merupakan salah
satu sumber utama informasi untuk pelaksanaan analisis kebijakan. Oleh karena itu,
analisis kebijakan pada dasarnya merupakan salah satu wahana diseminasi hasil-hasil
penelitian, termasuk hasil penelitian kebijakan.

Dalam proses pembangunan ekonomi nasional, tidak terlepas dari pembangunan


ekonomi daerah atau regional. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses yang
dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk pola kemitraan pemerintah daerah dan sektor swasta dalam menciptakan
lapangan kerja baru dan perangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah,
spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut.

Pengembangan wilayah memandang pentingnya keterpaduan sektoral, spasial, serta


keterpaduan antar pelaku (institutions) pembangunan di dalam dan antar wilayah.
Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional yang sinergis antar sektor
pembangunan, sehingga setiap kegiatan pembangunan dalam kelembagaan sektoral
dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah. Wilayah yang berkembang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan anatara sektor ekonomi wilayah, dalam arti terjadi
transfer input dan output barang dan jasa antar sektor yang sangat dinamis.

Langkah-langkah penyusunan arah kebijakan :

1. Mengklarifikasi tujuan dan sasaran yang akan dicapai.


2. Mengelompokkan prioritas isu-isu kritis yang akan diselesaikan.
3. Merumuskan program atau kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai respon dari
masalah atau isu-isu kritis.
4. Menyusun arah kebijakan berdasarkan pengelompokan program atau kegiatan yang
akan dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan dan sasaran.

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang


bagaimana pembangunan daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan
efisien. Strategi dan arah kebijakan merupakan komponen/bagian yg diperlukan dalam
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah, sebagai dasar perumusan
program menurut fungsi/bidang/sub-bidang/sub-sub-bidang urusan pembagian yang menjadi
kewenangan daerah.

Dalam pengembangan suatu wilayah tersebut maka diperlukan analisis kebijakan-


kebijakan yang akan dibuat dan dilaksanakan untuk pembangunan suatu wilayah. Kebijakan-
kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang berada di wilayah tersebut. Untuk itu, dalam membuat analisis tersebut
diperlukan penelitian mengenai wilayah yang akan dikembang untuk menetapkan suatu
kebijakan agar pengembangan wilayah tersebut tepat sasaran.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui analis kebijakan-kebijakan Provinsi Bengkulu, yaitu :
a. Analisis kebijakan pengentasan kemiskinan.
b. Analisis kebijakan pembangunan pedesaan.
c. Analisis kebijakan transportasi.
d. Analisis kebijakan pembangunan berkelanjutan.
e. Analisis kebijakan pembangunan perkotaan.
2. Untuk mengetahui analisis kebijakan-kebijakan Provinsi Jambi, yaitu :
a. Analisis kebijakan pembangunan pedesaan.
b. Analisis kebijakan pembangunan berkelanjutan.
c. Analisis kebijakan transportasi.
d. Analisis kebijakan pengentasan kemiskinan.
e. Analisis kebijakan pembangunan perkotaan.
3. Untuk mengetahui analisis kebijakan-kebijakan Provinsi Sumatera Selatan, yaitu :
a. Analisis kebijakan pembangunan berkelanjutan.
b. Analisis kebijakan pengentasan kemiskinan.
c. Analisis kebijakan pembangunan perkotaan.
d. Analisis kebijakan transportasi.
e. Analisis kebijakan pembangunan pedesaan.
4. Untuk mengetahui analisis kebijakan-kebijakan Provinsi Lampung, yaitu :
a. Analisis kebijakan transportasi.
b. Analisis kebijakan pembangunan perkotaan.
c. Analisis kebijakan pembangunan pedesaan.
d. Analisis kebijakan pembangunan berkelanjutan.
e. Analisis kebijakan pengentasan kemiskinan.

C. Manfaat
1. Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat bermafaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan terutama yang mengarah pada analisis kebijakan suatu wilayah provinsi.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan
yang diambil dalam pembangunan suatu wilayah provinsi.
3. Bagi penulis dan pembaca, makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan dari informasi yang diperoleh.
ANALISIS KEBIJAKAN PROVINSI BENGKULU, PROVINSI JAMBI,
PROVINSI SUMATERA SELATAN, PROVINSI LAMPUNG

1. BENGKULU
A. KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN

Strategi penanggulangan kemiskinan berbasis rumah tangga miskin sebaiknya mencakup


penyediaan beberapa bantuan sosial yang akan diberikan kepada keluarga miskin, antara
lain:

1. Pertama, Bantuan langsung kepada keluarga miskin dan hampir miskin. Bantuan
langsung dapat berupa bantuan langsung tunai bersyarat, bantuan langsung tunai
tanpa syarat, bantuan langsung dalam bentuk barang, seperti pemberian beras bagi
masyarakat miskin (raskin), serta bantuan bagi kelompok masyarakat rentan seperti
mereka yang cacat, lansia, yatim/piatu dan sebagainya. Penyediaan bantuan yang
diadakan oleh pemerintah provinsi ini sekaligus melengkapi prioritas Pemerintah
Pusat sehingga dampaknya bagi rumah tangga miskin penerima manfaat strategi akan
akan semakin diperkuat.
2. Kedua, bantuan pendidikan berupa beasiswa dan pendidikan anak usia dini. Bantuan
ini diberikan kepada anggota keluarga rumah tangga miskin dan hampir miskin yang
masih berusia sekolah melalui pemberian uang, dimana sebagai imbalannya keluarga
penerima diwajibkan untuk menyekolahkan anaknya yang berada dalam kategori usia
sekolah. Termasuk dalam strategi ini memberikan insentif bagi kepala keluarga rumah
tangga miskin untuk memasukkan anak-anak usia sekolah yang tidak berada di
sekolah, seperti pekerja anak, untuk kembali ke bangku sekolah. Bantuan-bantuan
tersebut secara langsung melengkapi program-program nasional seperti Kartu
Indonesia Pintar (KIP).
3. Ketiga, bantuan ini dilakukan melalui pemberi pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
Bantuan ini diberikan kepada ibu-ibu hamil atau yang sedang mengasuh anak balita
dalam rumah tangga miskin dan hampir miskin dengan syarat ibu-ibu hamil atau yang
sedang mengasuh anak balita tersebut memeriksakan kesehatan mereka atau anak
balita mereka ke Puskesmas. Selain itu, bantuan kesehatan ini dapat berupa jaminan
kesehatan daerah, Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan sebagainya.
4. Keempat, bantuan tunai untuk penanggulangan pengangguran sementara. Bantuan ini
disediakan bagi anggota keluarga rumah tangga miskin yang sudah berusia antara 15-
24 tahun namun masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Mereka akan diberikan
modal kerja sementara untuk mempersiapkan memperoleh pekerjaan yang sesuai.
Selain itu, mereka juga akan diberikan pelatihan peningkatan kompetensi untuk dapat
bersaing di pasar kerja.
5. Kelima, bantuan permodalan atau penyediaan kredit usaha bersama bagi kelompok
rumah tangga miskin. Program ini ditujukan untuk memberikan kesempatan pada
kelompok-kelompok rumah tangga miskin dan hampir miskin yang memiliki anggota
keluarga produktif untuk memiliki usaha mikro dan kecil. Dengan demikian, mereka
dapat meningkatkan akses terhadap permodalan, teknologi dan pasar. Strategi
penanggulangan kemiskinan berbasis individu terpilih sebagai pemicu pencapaian
peningkatan pendapatan bagi kelompok rumah tangga miskin produktif ini akan
bersinergi dengan program KUR sehingga diharapkan akan berlangsung akselerasi
pengembangan kegiatan perekonomian terutama di sektor riil, perluasan kesempatan
kerja, dan peningkatan pendapatan keluarga miskin dan hampir miskin.

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNGAN PERDESAAN


1. Pembangunan sarana dan prasarana untuk pemerataan Pendidikan.
Masih banyaknya desa-desa yang belum memiliki sarana dan prasaran pendidikan.
Apabila satu desa tidak memungkinkan dibangun SD karena rasio penduduk tidak
memungkinkan, maka perlu dibangun SD berdasarkan kluster desa-desa terdekat.
Pola kluster ini juga dapat diterapkan untuk SLTP, dan SLTA.
2. Pembangunan sarana dan prasarana untuk pemerataan pelayanan.
Kesehatan Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan menjadi
sangat krusial. Setiap desa sebaiknya sudah memiliki pusat-pusat pelayanan kesehatan
(polindes, misalnya) agar kesehatan masyarakat miskin dapat terlayani dengan baik.
Demikian juga, diperlukan peningkatan jumlah paramedis yang bertugas di pusat-
pusat pelayanan kesehatan desa, misalnya bidan dan perawat apabila penyediaan
dokter tidak memungkinkan.
3. Pembangunan Sarana dan prasarana ekonomi desa.
Peningkatan aktivitas perekonomian desa dapat ditingkatan melalui penyediaan sarana
dan prasarana yang diperlukan. Diperlukan program revitalisasi pasar desa (pasar
kalangan), termasuk di dalamnya revitalisasi pasar-pasar tradisional.

C. KEBIJAKAN TRANSPORTASI
1. Pembangunan Jalan Tol Bengkulu – Curup – Lubuk Linggau.
Pembangunan Proyek Strategis Nasional Jalan Tol yang menghubungkan Provinsi
Bengkulu ke Provinsi Sumatera Selatan sepanjang 95 Km yang akan terkoneksi
dengan jalan tol trans Sumatera. Rencana Pembangunan jalan Tol ini melewati
beberapa kabupaten/kota yaitu Kota Bengkulu – Bengkulu Tengah – Kepahiang –
Rejang Lebong. Trase jalan tol tersebut saat ini sudah ditetapkan. Rencana kegiatan
yang akan dilakukan selanjutnya yaitu penyusunan dokumen Feasibility Study, Basic
Design, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT). Kabupaten/Kota yang menjadi lintasan trase
Jalan Tol tersebut telah memberikan komitmen dukungan melalui fasilitasi kebijakan
dan kegiatan terkait pemmbangunan Jalan Tol.
2. Peningkatan Infrastruktur Jalan
Untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat pelayanan infrastruktur jalan guna
mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan maka arah kebijakan
pengembangan infrastruktur jalan adalah sebagai berikut :
a. Perbaikan perkerasan pada ruas jalan-ruas jalan yang rusak di seluruh jalan
kewenangan Provinsi diseluruh kabupaten/kota.
b. Pengembangan jaringan jalan Trans Enggano yaitu ruas jalan Ka’ana-Kahyapu,
Kahyapu - Tg. Keramai, Malakoni - Ka’ana, Malakoni -Banjarsari.
c. Peningkatan fungsi jalan nasional Batas Sumbar-Batas Lampung.
d. Pembanguan ruas jalan Lingkar Luar Bengkulu (Bengkulu Outer Ring Road) di
Kota Bengkulu. Perkembangan Bengkulu menjadi sebagai pusat pertumbuhan
bagi daerah hinterlandnya sudah menjadi wacana nyata saat ini. Pembangunan
jalan ini, kini dalam proses pengerjaan dan ditargetkan bisa diselesaikan dalam
tahun mendatang sehingga bisa segera dimanfaatkan. Jalur sepanjang 5,8
kilometer itu akan tersambung jembatan elevated sepanjang 600 meter.
3. Peningkatan Konektivitas melalui pembukaan ruas jalan baru.
Provinsi Bengkulu saat ini hanya memiliki 5 (lima) jalur konektivitas jalan menuju
provinsi tetangga. Arah kebijakan peningkatan konektivitas melalui pembukaan ruas
jalan baru adalah sebagai berikut:
a. Kabupaten Bengkulu Selatan : Peningkatan kualitas ruas jalan nasional eksisting
yaitu ruas jalan Manna – Tanjung Sakti – Pagar Alam (Sumsel).
b. Kabupaten Kaur : Pembangunan dan Peningkatan Akses Jalan eksisting yaitu ruas
jalan Tanjung Iman – Muara Sahung – Air Tembok – Muara Dua (Kabupaten
OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan).
c. Kabupaten Lebong : Pembukaan ruas jalan baru Sungai Lisai – Jangkat –
Merangin (Jambi).
d. Kabupaten Seluma : Pembukaan ruas jalan baru Suka Raja – Padang Capo
(Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu) – Air Kelinsar (Kabupaten Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan) sepanjang 49 Km.
e. Kabupaten Mukomuko : Pembukaan ruas jalan baru Penarik – Sungai Ipuh
(Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu) – Lempur (Kabupaten Kerinci
Provinsi Jambi).

D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


1. Meningkatnya investasi melalui peningkatan promosi investasi dan memperbanyak
sumber dan jenis investasi.
2. Meningkatnya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam bagi pembangunan
melalui:
a. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian melalui
ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dan perkebunan.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyuluh.
c. Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil peternakan melalui
ekstensifikasi dan intensifikasi peternakan.
d. Meningkatkan nilai tambah produk peternakan.
e. Meningkatkan produksi dan pengolahan hasil perikanan tangkap.
f. Meningkatkan produksi dan pengolahan hasil perikanan budidaya.
3. Mengembangkan destinasi wisata unggulan dan meningkatkan promosi wisata
melalui peningkatan pengembangan pemasaran seni budaya dan pariwisata dalam
meningkatkan kunjungan wisatawan.
4. Meningkatnya pembangunan industri maritim dan transportasi laut yang integratif dan
berdaya saing, melalui :
a. Meningkatkan pengelolaan dan pengembangan sarana sumber daya kemaritiman.
b. Pembangunan dan peningkatan fungsi Pelabuhan.
c. Meningkatkan produksi dan pengolahan hasil perikanan tangkap.

E. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN


1. Pengembangan dan pemantapan sistem pusat pelayanan Kota sebagai kesatuan sistem
yang terpadu dan berhierarki.
2. Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah Kota dan peningkatan kualitas serta
jangkauan pelayanan utilitas Kota.
3. Pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya.
4. Pengelolaan kawasan lindung untuk mendukung pembangunan Kota yang
berkelanjutan.
5. Pengelolaan kawasan rawan bencana.
6. Penetapan kawasan strategis Kota darisudut kepentingan ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan hidup.
7. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

2. JAMBI
A. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERDESAAN

Dalam rangka mendukung pencapaian target nasional dengan mengurangi 5000 desa
tertinggal dan meningkatkan 2000 desa mandiri pada tahun 2019, maka Provinsi Jambi akan
menargetkan menuntaskan 191 desa tertinggal dan meningkatkan 50 desa mandiri sampai
tahun 2021. Untuk itu dalam 5 tahun kedepan Provinsi Jambi akan membangun infrastruktur
desa pada 1399 desa dan 164 kelurahan sebesar Rp.200.000.000 per desa/ kelurahan selama 5
tahun (Rp 40.000.000,- per tahun/desa/kelurahan). Disamping itu masih ada bantuan Rp.
20.000.000,- per desa untuk insentif perangkat desa, guru mengaji dan lembaga adat di desa
setiap tahun.
1. Meningkatkan jaringan irigasi dalam kondisi baik melalui Program pengembangan
dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya.
2. Penyediaan eskavator/alat lainnya sebagai fasilitas cepat tanggap untuk penataan
drainase, normalisasi sungai dan perbaikan sarana pertanian dan masyarakat lainnya.
3. Menurunkan Desa Tertinggal di Provinsi Jambi melalui program pemberdayaan
masyarakat pedesaaan.
4. Meningkatkan Desa Mandiri di Provinsi Jambi melalui Program Peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa dan Program pemberdayaan masyarakat
pedesaaan.
5. Pembinaan desa pada daerah rawan bencana dalam pengelolaan lahan berkelanjutan
dan pembentukan desa tangguh bencana melalui Program Rakor dan Pelatihan Teknis
Kebencanaan dan Program Peningkatan Kualitas SDM pertanian.

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKELANJUTAN


1. Meningkatkan jumlah SDM yang menguasai dan terampil di bidang IPTEKIN dan
entrepreneur, melalui :
a. Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup
pemuda.
b. Program Peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas.
c. Program Peningkatan Kualitas SDM Pertanian
2. Mendorong tumbuh kembangnya pemanfaatan IPTEKIN dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan pengolahan komoditi unggulan Jambi melalui pengembangan
Industri Agro dan Kimia.
3. Menyiapkan kawasan industri yang dapat menjadi tempat pengolahan, melalui :
a. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi.
b. Program Perencanaan Sarana Prasarana, Tata Ruang dan Kerjasama
Pembangunan.
c. Program Pembinaan Pembangunan Ekonomi di bidang Penanaman Modal,
BUMN/BUMD dan Pendapatan Keuangan.
d. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi.
4. Membangun infrastruktur dasar di kawasan industri yang menjadi lokasi bagi industri
hilir komoditi karet dan kelapa sawit, melalui :
a. Program Perencanaan Sarana Prasarana, Tata Ruang dan Kerjasama
Pembangunan.
b. Program perencanaan dan penyelenggaraan pengembangan infrastruktur wilayah
dan Kawasan.
5. Mengembangkan kerjasama antar BUMD yang saling menguntungkan, melalui :
a. Program Pembinaan Pembangunan Ekonomi di bidang Penanaman Modal,
BUMN/BUMD dan Pendapatan Keuangan.
b. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi.

C. KEBIJAKAN TRANSPORTASI
1. Percepatan penyelesaian pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan untuk
kepentingan mobilitas perekonomian masyarakat dengan meningkatkan kualitas jalan
dan jembatan yang menjadi akses ke sentra produksi melalui program pembangunan/
peningkatan/ Pemeliharaan jalan dan jembatan.
2. Meningkatkan pelayanan Prasarana transportasi dengan Meningkatkan kualitas jalan
provinsi, melalui :
a. Program pembangunan/ peningkatan/ pemeliharaan jalan dan jembatan.
b. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan.
c. Program Rehabilitasi/Pemeliha raan Prasarana dan Fasilitas LLAJ.
3. Meningkatkan layanan transportasi sungai dan laut melalui program Pembangunan
sarana dan prasarana perhubungan.
4. Meningkatkan layanan transportasi udara melalui program Pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan.
5. Pengembangan interaksi kawasan untuk peningkatan perkembangan ekonomi
kawasan dengan pengembangan jalan arteri primer, kereta api dan sarana
pendukungnya dengan tidak mengganggu kawasan lindung dan fungsi
lingkungan.Pengembangan sarana prasarana transportasi yang akan dikembangkan
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pusatpusat pertumbuhan dalam
wilayah Provinsi Jambi.
6. Peningkatan akses kawasan budi daya (sektor unggulan) ke sistem jaringan
transportasi melalui peningkatan jalan kolektor primer.

D. KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN


1. Pemberdayaan dan pemberian bantuan kepada Fakir Miskin, Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Komunitas Adat Terpencil (KAT), melalui :
a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) Lainnya.
b. Program Perlindungan, Pelayanan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
(KAT).
c. Program Pembinaan, perlindungan, pemberdayaan bantuan dan Jaminan sosial
bagi PMKS.
d. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.
2. Mendorong semua perusahaan yang investasi di Provinsi Jambi untuk menyediakan
kuota yang lebih besar untuk tenaga kerja asal Jambi, melalui :
a. Program Peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas.
b. Program Pemberdayaan tenaga Kerja.
3. Peningkatan kemampuan keluarga miskin terutama kepala keluarga, istri dan anak-
anaknya yang sudah memasuki usia remaja melalui peningkatan keterampilan dan
keahlian serta pengetahuan.
4. Bantuan BPJS bidang Kesehatan untuk keluarga miskin yang belum ditanggung oleh
pusat dan kabupaten/kota.

E. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN


1. Mewujudkan Lingkungan Hidup Perkotaan yang Sehat, Hijau, Nyaman dan
Berkelanjutan, melalui :
a. Penataan, pengelolaan, dan pemantapan ruang kota dan LH.
b. Peningkatan dan perluasan RTH.
c. Peningkatan kinerja dan cakupan pengelolaan persampahan.
2. Meningkatkan dan Mewujudkan Pembangunan infrastruktur Perkotaan yang
berkualitas, melalui peningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur.
3. Mengembangkan Sarana dan Prasarana Perhubungan yang Terpadu dan Nyaman
melalui peningkatan dan penataan sarana dan prasarana perhubungan.
4. Mewujudkan Peningkatan Kinerja Ekonomi yang Merata dan Berkelanjutan melalui
Penerapan Kebijakan Ekonomi yang berpihak kepada masyarakat, menyeluruh,
seimbang, konsisten dan adil berbasis potensi daerah.
5. Pemantapan PKN Kota Jambi sebagai pusat orientasi wilayah menuju Metropolitan
Jambi sesuai criteria dan peraturan perundangan yang berlaku..
6. Pemantapan PKW yang terdiri dari Perkotaan Kuala Tungkal, Perkotaan Muara
Bungo, Perkotaan Sarolangun dan Perkotaan Muara Bulian sesuai arahan RTRWN.
7. Peningkatan dan Penetapan Kota Sungai Penuh, Perkotaan Bangko, Perkotaan Muara
Sabak, Perkotaan Muara Tebo, Perkotaan Sengeti menjadi Pusat Kegiatan Wilayah
yang dipromosikan provinsi (PKW) untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
3. SUMATERA SELATAN
A. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Menggali Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru Melalui Sektor Pariwisata dan Industri
Pengolahan, melalui kebijakan :
a. Mempercepat berfungsinya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sumatera
Selatan.
b. Pengembangan Destinasi Wisata potensial.
c. Membangun Infrastruktur dalam Mempercepat Pembangunan Perekonomian
Rakyat.
d. Penyediaan Bank Data, Informasi, Potensi dan Perkembangan Perekonomian
Provinsi Sumatera Selatan Secara Komprehensif, Realtime dan Online.
2. Mengoptimalkan Ekonomi Produktif Berbasis Kearifan Lokal, melalui kebijakan :
a. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang didukung oleh Sumber
Daya Manusia agar dapat Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing yang
Lebih Baik.
b. Pengembangan Kerjasama melalui Program Technopreneur.
c. Meningkatkan Keterampilan, Wawasan, dan Pengetahuan Usaha Mikro untuk
Meningkatkan Kualitas dan Inovasi Produk.
d. Mendorong Pelaku Usaha Mikro untuk Meningkatkan Standard dan Kualitas
Produk.
e. Membuka Wawasan para Usaha Mikro agar mendapat Akses Pembiayaan melalui
Aplikasi Sistem Informasi Kredit Program (SIKP).
f. Menambah Pengetahuan Pelaku Usaha Mikro mengetahui kelengkapan yang
dipersyaratkan untuk mendapatkan modal dari perbankan.
3. Mendorong Tersedianya Infrastruktur Mendukung Iklim Investasi, melalui kebijakan :
a. Mendorong Percepatan Infrastruktur Pendukung beroperasinya KEK Tanjung
Api-Api dan Kawasan Industri Lainnya.
b. Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Jalan dan Jembatan dalam Kondisi Baik.
4. Memfasilitasi Pembangunan Industri Sektor Hilir dari Potensi Ekonomi Masyarakat
agar dapat Memberikan Kesempatan Kerja SeluasLuasnya serta Tingkat Pendapatan
Pekerja Lebih Besar dan Lebih Merata, melalui kebijakan :
a. Mengoptimalkan Proses Perizinan untuk Investasi.
b. Mendorong Kondisi yang Kondusif bagi Investasi.
c. Peningkatan Citra Daerah sebagai Tujuan Investasi yang Menguntungkan Melalui
Peningkatan Popularitas dalam berbagai Aspek.
d. Pengemasan Potensi dan Peluang Investasi Wilayah menjadi Menarik.
e. Menyusun dan Menyajikan Peluang Kegiatan Penanaman Modal yang Lebih
Konkret.
f. Pengembangan Mekanisme Promosi Investasi yang Lebih Efisien dan Efektif
yang antara lain Melalui Penyelarasan Kegiatan Promosi Tourism, Trade, And
Investment (TTI) dengan OPD terkait serta Peningkatan Penggunaan Media
Elektronik yang Meliputi Radio, Televisi, Media Online dan Media Sosial.
g. Pelaksanaan Gelar Promosi Investasi Daerah untuk Mendorong Investor
Awareness And Willingness.
h. Fasilitasi Keikutsertaan UKM untuk Promosi dalam Rangka Matchmaking dengan
Perusahaan Skala Besar serta Pembinaan Kemitraan Usaha dengan Strategi Naik
Kelas/Aliansi.
i. Kerjasama dengan Pusat Promosi Terpadu di Negara-Negara Tertentu.
j. Peningkatan Pertemuan Bisnis Antara Pelaku Usaha dengan Pemerintah Pusat
Maupun Daerah.
k. Pengembangan Ekonomi Kreatif di Sektor Jasa dan IKM.

B. KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN


1. Menekan tingkat kemiskinan guna memperkecil kesenjangan sosial melalui
peningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar dan kegiatan
ekonomi produktif, melalui kebijakan :
a. Mengembangkan Industri Pengolahan (Manufaktur) untuk Hilirisasi SDA
Unggulan dengan Memprioritaskan Penggunaan Sebesar-Besarnya Tenaga Kerja
Lokal dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam (Resources)/ Bahan Baku Lokal.
b. Peningkatan Akses Angkatan Kerja Kepada Sumber Daya Produktif melalui
Peningkatan Keterampilan Pekerja.
c. Pengembangan Program Kemitraan Antara Pemerintah Provinsi dengan Dunia
Industri untuk Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja.
d. Peningkatan Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan Bagi Pekerja Rentan agar
dapat Memasuki Pasar Kerja.
e. Meningkatkan Aset Masyarakat Miskin Melalui Bedah Rumah dan Pemanfaatan
Pekarangan.
f. Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin melalui Peningkatan Pendidikan,
Kesehatan, Infrastruktur Dasar Berupa Air Bersih, Sanitasi, Bedah Rumah, Sarana
Prasarana Kawasan Kumuh, Sarana Perdagangan untuk Orang Miskin, Sarana
Industri Untuk Orang Miskin, dan Pemanfaatan Pekarangan (Benih dan Pupuk),
Peningkatan Pemberdayaan SDA Lokal.
g. Meningkatkan Lifeskill Pemuda melalui Pelatihan Kewirausahaan Pemuda
Miskin.
2. Mengoptimalkan Peran Koordinasi dan Konsultasi Kemiskinan, melalui kebijakan :
a. Meningkatkan Peran Kerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Mengembangankan Program dan Inovasi Penanggulangan Kemiskinan.

C. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN


1. Meningkatkan proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan dan berdaya saing,
melalui kebijakan :
a. Perwujudan Harmonisasi dalam Pemanfaatan, Penataan dan Pengendalian Ruang
pada seluruh Kawasan Strategis Provinsi (KSP).
b. Peningkatan Kinerja Perencanaan Ruang.
c. Peningkatan Kinerja Pemanfaatan Ruang.
d. Peningkatan Kinerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
2. Meningkatkan kondisi sarana dan prasarana dasar permukiman, melalui kebijakan :
a. Peningkatan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Air Minum.
b. Peningkatan Cakupan Pelayanan Air Limbah Domestik.
c. Peningkatan Cakupan Layanan Persampahan.
d. Peningkatan Ketersediaan Drainase Perkotaan.
e. Pengembangan Lingkungan Permukiman Sehat.
f. Pemenuhan Kebutuhan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR).

D. KEBIJAKAN TRANSPORTASI
1. Meningkatkan kondisi infrastruktur jalan guna mendukung pelayanan pergerakan
orang dan barang, melalui kebijakan :
a. Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Jaringan Jalan dan Jembatan untuk
Menunjang Aktivitas Perekonomian Masyarakat.
b. Meningkatkan Aksesibilitas Darat, Sungai, Udara, dan Laut.
c. Menciptakan Pembangunan yang Selaras dengan Kondisi Kewilayahan yang
didukung Tersedianya Infrastruktur yang dapat Meningkatkan Konektivitas Antar
Wilayah.
d. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur yang Mendukung Industri
Pertambangan Batubara.
e. Pengembangan Sistem Teknologi Baru dalam Efektifitas Sistem Tranportasi
Batubara.

E. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERDESAAN


1. Menurunkan Daerah Rawan Pangan, melalui kebijakan :
a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan.
b. Penanganan Daerah Rawan Pangan.
c. Kawasan Rumah Pangan Lestari.
2. Pengembangan industri pengolahan di pedesaan melalui kebijakan :
a. Penciptaan usaha pengolahan baru, terutama melalui pengembangan BUM Desa.
b. Perbaikan kinerja usaha pengolahan melalui pengembangan kemitraan dengan
perusahaan.
3. Peningkatan produktivitas petani melalui kebijakan :
a. Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial petani/kelompok tani.
b. Peningkatan kapasitas dan kinerja kelompok tani.
c. Pengembangan kemitraan usaha.
4. Penguatan Pemerintahan Desa melalui kebijakan :
a. Penguatan kualitas dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
desa.
b. Penguatan sistem pengolahan data dan informasi pembangunan desa.
c. Penguatan kapasitas pengelolaan keuangan Dana Desa.
d. Peningkatan kualitas pengelolaan potensi desa melalui BUM Desa.
5. Pengembangan sistem perlindungan sosial desa melalui kebijakan :
a. Penguatan sistem perlindungan kelompok rentan.
b. Peningkatan kualitas layanan dasar pada tingkat kecamatan dan desa (Puskesmas,
Pustu dan Posyandu, SD dan SMP dan pelayanan Dukcapil).

4. LAMPUNG

A. KEBIJAKAN TRANSPORTASI
1. Pembangunan, pemeliharaan, dan peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur
jalan dan jembatan, melalui kebijakan :
a. Pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan diselaraskan dengan jalan dan
jembatan nasional serta jalan dan jembatan kabupaten/kota dalam rangka
meningkatkan konektivitas antar bagian wilayah dalam provinsi untuk mendukung
sistem logistik nasional.
2. Pengembangan jaringan transportasi antar moda dengan meningkatkan keterpaduan
jaringan transportasi nasional, provinsi, kabupaten/kota dan pedesaan sebagai
penghubung antar pusat produksi dan pasar, melalui kebijakan :
a. Mengembangkan sarana dan prasarana perhubungan (darat, laut, dan udara) dalam
rangka peningkatan keselamatan dan pelayanan pergerakkan orang, barang, dan
jasa.

B. KEBIJAKAN PERKOTAAN
1. Pelaksanaan penataan ruang sesuai dengan indikasi program prioritas RTRW Provinsi
Lampung, melalui kebijakan :
a. Pengembangan kawasan-kawasan strategis, cepat tumbuh, kawasan andalan, dan
kawasan ekonomi khusus berdasarkan peruntukan masing-masing kawasan
mengacu pada RTRW dan memperhatikan dokumen perencanaan pembangunan
daerah terkait lainnya.
2. Pengembangan prasarana dan sarana bangunan, Gedung dan lingkungan, melalui
kebijakan :
a. Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman untuk menciptakan hunian
yang layak, aman, sehat, nyaman, dan produktif.
b. Meningkatkan pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah
negara yang menjadi aset Pemerintah Provinsi.

C. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERDESAAN


1. Membangun infrastruktur pendukung pertanian dan mengembangkan kawasan sentra
komoditas unggulan pertanian untuk mencapai swasembada dan ketahanan pangan
daerah.

2. Membangun sarana dan prasarana irigasi, normalisasi saluran air dan bendungan,
reklamasi rawa untuk cadangan pangan, dan membangun tanggul penahan pada
daerah rawan banjir.

3. Membantu peminjaman modal pertanian dengan bunga rendah.

4. Penguatan produktivitas UKMK dalam ekonomi kerakyatan berbasis agro industri-


agrobisnis strategis, termasuk di dalamnya perlindungan terhadap pasar tradisional.

5. Peningkatan peran serta usaha kecil mikro, usaha menengah, dan koperasi dalam
pengembangan berbagai jenis usaha.

6. Fasilitasi dan pengembangan jaringan pemasaran bagi industri manufaktur,


perdagangan dan jasa.

7. Merevitalisasi dan mengembangkan kawasan sentra komoditas unggulan pertanian


dan peternakan.Revitalisasi dan Percepatan Peningkatan Produksi Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, serta Kehutanan,
melalui kebijakan :

a. Meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,


dan peternakan bermutu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi,
diversifikasi berbasiskan pada IPTEK dan sumber daya lokal (kawasan).
b. Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan budidaya dan tangkap.
c. Pengembangan produksi dan produktivitas hasil hutan untuk memenuhi
ketersediaan pangan dan bahan baku industri dalam negeri.
D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Meningkatkan pelayanan terhadap pelaku usaha IKM serta mendorong tumbuhnya
industri-industri andalan masa depan (industri agro, industri kreatif dan industri
teknologi informasi komunikasi), melalui kebijakan :
a. Terwujudnya sinkronisasi program, penataan dan pengembangan kebudayaan dan
pariwisata antar sector dan berbagai pelaku bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif, baik tingkat pusat dan daerah.
b. Terwujudnya ekonomi kreatif berbasis seni budaya yang bernilai tambah dan
berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat Lampung.
c. Terwujudnya sumber daya manusia yang profesional dan kajian kebijakan yang
efektif di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
2. Peningkatan daya saing investasi daerah, melalui kebijakan :
a. Menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif dalam rangka
mempertahankan keberadaan investasi yang ada serta menarik investasi baru.
3. Mengembangkan produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri
masyarakat Lampung yang berakar pada alam dan budaya dalam konteks destinasi
wisata kultural, melalui kebijakan :
a. Meningkatkan keunggulan daya tarik dan promosi wisata untuk peningkatan daya
beli masyarakat.

E. KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN


1. Memberikan pelayanan, perlindungan dan santunan bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial dalam pemenuhan kebutuhan hidupnyA, melalui kebijakan :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas perlindungan, rehabilitasi, dan
pemberdayaan sosial.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas bantuan/jaminan sosial.
2. Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja melalui pelatihan, melalui
kebijakan :
a. Meningkatkan daya saing tenaga kerja.
b. Meningkatkan pengawasan dan perlindungan ketenagakerjaan, serta Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri sehingga mereka terhindar dari
perlakuan yang merugikan.
c. Mamfasilitasi pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan upah minimum
regional (UMR).

Anda mungkin juga menyukai