Anda di halaman 1dari 167

EXECUTIVE SUMMARY

Peningkatan kesejahteraan melalui upaya pemberdayaan keluarga merupakan


terobosan untuk mempercepat transformasi kegiatan non sosial ekonomi menjadi usaha
ekonomi. Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan minat, semangat, dan keterampilan keluarga dalam bidang usaha ekonomi
produktif. Melalui upaya ini, keluarga khususnya keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga
Sejahtera mampu memanfaatkan peluang usaha yang ada dalam rangka pembelajaran
usaha ekonomi produktif pada skala rumah tangga. Permasalahan yang sering dijumpai
dari kegiatan UPPKS adalah tingkat kelangsungan hidup kelompok, dimana banyak usaha
yang dilakukan oleh para anggotanya tidak berkembang secara baik. Dalam aspek
permodalan, banyak kelompok yang belum mempunyai informasi lengkap tentang bentuk
permodalan dan aksesibilitas dari bantuan tersebut. Selain sulitnya mendapatkan modal,
masalah lain adalah kemampuan kelompok dalam pengelolaan modal.
Studi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yang bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang profil, akses modal, proses produksi, dan pemasaran
kelompok UPPKS, sedangkan untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan UPPKS
dan sumber dana digali informasinya dari pengelola program. Lokasi penelitian di Provinsi
Jawa Timur, dengan mengambil lokasi sampel di 2 kabupaten, yaitu Gresik dan Malang.
Bentuk kegiatan berupa identifikasi dan memotret keadaan kelompok UPPKS sesuai focus
kegiatan, selanjutnya hasil penelitian disosialisasikan kepada pengelola program, sektor
terkait, dan Pemda sebagai bahan masukan untuk perencanaan dan intervensi.
Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi: Persiapan (pengembangan proposal,
instrumen, uji coba, sampling, dan penyiapan lapangan). Pelaksanaan penelitian
(pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif, pengolahan dan analisis data, pembuatan
laporan pendahuluan), serta pembuatan laporan dan diseminasi hasil.
Alokasi anggaran dipergunakan untuk kegiatan persiapan, pelaksanaan, serta
pembuatan laporan dan diseminasi hasil. Komponen anggaran antara lain untuk biaya
pertemuan, alat tulis kantor, uji coba instrumen, honor peneliti, pengumpulan data,
pendamping lapangan, pengolahan data, penyusunan laporan, penyajian hasil dan

diseminasi hasil. Besaran alokasi anggaran sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima
puluh juta rupiah). Mekanisme pengelolaan anggaran dikelola secara swakelola memalui
Satuan Kerja Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera BKKBN. Rancangan
pencairan anggaran melalui mekanisme sesuai ketentuan Kemenristek. Aset data dan
informasi dimiliki oleh pelaksana dan lokus penelitian. Wujud asset berupa data dan
informasi (barang tidak berwujud) yang akan diserahkan setelah penelitian selesai
dilaksanakan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab tujuan penelitian untuk mengetahui
aksesibilitas permodalan pada kelompok-kelompok UPPKS. Untuk mendapatkan informasi
tersebut di atas dilakukan survei dengan sampling dua tahap, yaitu pertama memilih 5
kecamatan di masing-masing kabupaten secara random, kemudian di setiap kecamatan
diambil 6 kelompok UPPKS secara random. Sebagai unit analisis adalah kelompok UPPKS
(data kuantitatif) dan untuk data penunjang informasi diperoleh dari para pengelola program
melalui instrumen kualitatif. Pada kegiatan awal telah berhasil disusun proposal final,
sampling lokasi, dan kuesioner yang telah diujicobakan, kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan data, analisis data, dan melaporkan hasil penelitian.
Potensi pengembangan kedepan akan berkoordinasi dengan Bappeda, SKPD-KB, serta
pemangku kebijakan yang terkait. Strategi dilakukan melalui pertemuan lintas sektor serta
sinkronisasi kegiatan dalam rangka perencanaan kegiatan lebih lanjut. ndikator
Keberhasilan Sinergi adalah tersusunnya dukungan/komitmen rencana tindak lanjut
pengelolaan kelompok UPPKS. Perkembangan Sinergi Koordinasi Akan dilaksanakan pada
saat sosialisasi hasil penelitian.
Kerangka pemanfaatan hasil ini akan dimotori oleh pemangku kebijakan dalam hal ini
pemerintah daerah, SKPD-KB, serta pemangku kebijakan terkait, khususnya di lokus
penelitian. Tahapan pemanfaatan hasil biasanya dilakukan pasca sosialisasi. Strategi
pemanfaatan hasil melalui penyerahan hasil melalui karya tulis ilmiah dan policy paper.
Tolok ukur keberhasilan untuk barang yang tidak berwujud ini adalah dimanfaatkannya
hasil penelitian oleh berbagai sektor yang memililki program terkait seperti SKPD-KB,
Bank, ndustri, Perindustrian, dan lainnya.
Kerangka berkelanjutan pemanfaatan hasil litbangyasa dapat disiapkannya strategi dan
perencanaan program/kegiatan dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga
melalui kelompok UPPKS. Strategi pengembangan ke depan diharapkan dapat
dikembangkan peningkatan kualitas kelompok UPPKS dan akses modal.
LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
AKSESIBILITAS MODAL DI KALANGAN KELOMPOK UPPKS
DALAM MENINGKATKAN USAHA KELOMPOK DI KABUPATEN GRESIK
DAN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
KEMENTERIAN/LEMBAGA: BKKBN
PeneIiti/Perekayasa:
1. Dra. Iswarati, SU
2. Ir. Endah Winarni, MSPH
3. Sri Wahyuni, SH, MA
4. Dra. Iswari Hariastuti, MKES
5. Oktriyanto, S.Si
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
2012
kCuL !uuuL: A.2
1
LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN
PKPP 2012
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peningkatan kesejahteraan melalui upaya pemberdayaan keluarga merupakan
terobosan untuk mempercepat transformasi kegiatan non sosial ekonomi menjadi
usaha ekonomi. Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan minat, semangat, dan keterampilan keluarga
dalam bidang usaha ekonomi produktif. Melalui upaya ini, keluarga khususnya
keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera mampu memanfaatkan peluang
usaha yang ada dalam rangka pembelajaran usaha ekonomi produktif pada skala
rumah tangga.
Program peningkatan kesejahteraan keluarga melalui pendekatan kelompok
usaha peningkatan pendapatan keluarga telah berlangsung lebih dari tiga dekade.
Selama itu pula upaya pengembangan usaha ekonomi keluarga mengalami pasang
surut, yang terjadi kadangkala fasilitasi bantuan modal dan kemitraan begitu kuatnya,
namun ada saatnya pula ditemui permasalahan dalam kelompok UPPKS. Namun
demikian ditengah pasang surut kegiatan UPPKS, peningkatan usaha ekonomi
keluarga melalui kelompok UPPKS merupakan bagian dari upaya penanggulangan
kemiskinan yang telah dicanangkan pemerintah dengan sasaran pada kelompok
keluarga miskin, yakni Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera .
2. Pokok permasaIahan
Permasalahan yang masih sering dijumpai dari kegiatan UPPKS adalah tingkat
kelangsungan hidup kelompok, dimana banyak usaha yang dilakukan oleh para
anggotanya tidak berkembang secara baik.
2
Dalam aspek permodalan, banyak kelompok yang belum mempunyai informasi
lengkap tentang bentuk permodalan dan aksesibilitas dari bantuan tersebut. Selain
sulitnya mendapatkan modal, masalah lain adalah kemampuan kelompok dalam
pengelolaan modal melalui proses simpan pinjam dalam kelompok.
3. Maksud dan Tujuan
Studi dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang profil, akses
modal, proses produksi, dan pemasaran kelompok UPPKS, selain itu juga ingin
mendapatkan informasi tentang pengelolaan UPPKS dan sumber dana kelompok
UPPKS.
4. MetodoIogi PeIaksanaan
Studi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Untuk memperoleh
informasi akses modal akan digali dengan instrumen kuantitatif pada kelompok-
kelompok UPPKS, sedangkan untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan
UPPKS dan sumber dana akan digali dinformasinya dengan instrumen kualitatif pada
para pengelola program.
a. Lokus Kegiatan
Lokasi penelitian di Provinsi Jawa Timur, dengan mengambil lokasi sampel di 2
kabupaten, yaitu Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi
penelitian berdasarkan pada kriteria wilayah pilot project/daerah binaan Ristek yang
tercakup dalam wilayah koridor 2 MP3E Provinsi Jawa Timur di 7 kabupaten, yaitu
Malang, Gresik, Ngawi, Madiun, Trenggalek, Banyuwangi, dan Blitar. Namun karena
alasan waktu, operasional, dan penggarapan program untuk penelitian ini diambil 2
kabupaten, yaitu Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang. Kabupaten Gresik
merupakan wilayah pantai dan pengelolaan UPPKS kurang bagus, sedangkan
Kabupaten malang merupakan wilayah pegunungan dan pengelolaan UPPKS lebih
bagus. Dari masing-masing kabupaten dipilih 6 (enam) kecamatan dan setiap
kecamatan dipilih 5 kelompok UPPKS. Pemilihan kelompok dilakukan melalui data
base yang tersedia di Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga. Pemilihan
kelompok berdasarkan jenis usaha dan skala modal (kecil, menengah, besar).
Sebagai unit analisis adalah kelompok UPPKS, dengan demikian terdapat 30
S
kelompok UPPKS di setiap kabupaten/kota. Jumlah total UPPKS dari 2 kabupaten
adalah 60 kelompok UPPKS.
b. Fokus Kegiatan
Selain ingin mengetahui profil kelompok UPPKS, keadaan permodalan, akses
permodalan kelompok, juga proses produksi, dan pemasaran produksi kelompok
UPPKS. Peran institusi dalam mendukung keberhasilan kelompok UPPKS juga
menjadi fokus kegiatan.
c. Bentuk Kegiatan
Melakukan kegiatan identifikasi dan memotret keadaan kelompok UPPKS,
lembaga pemberi modal, pengelola program sesuai focus kegiatan, selanjutnya hasil
penelitian disosialisasikan kepada Pemda, SKPD-KB, Koperasi, industri, dan instansi
terkait sebagai bahan masukan untuk perencanaan dan intervensi.
4
BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Tahapan PeIaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
Persiapan, meliputi pengembangan proposal, instrumen/kuesioner, uji coba
kuesioner, perbaikan instrumen, sampling kelompok UPPKS, dan penyiapan
lapangan.
Pelaksanaan penelitian, meliputi pengumpulan data kuantitatif pada kelompok
UPPKS dan data kualitatif pada pengelola, kemudian edit data, entry data,
analisis data, dan pembuatan laporan pendahuluan.
Diseminasi/sosialisasi hasil litbang
Pembuatan laporan akhir hasil litbang.
a. Perkembangan Kegiatan
Pada tahap persiapan pada umumnya setiap kegiatan mulai dari penyusunan
proposal, pembuatan kuesioner dan uji coba kuesioner dapat dilaksanakan
dengan baik. Dalam melakukan sampling kelompok UPPKS sedikit mengalami
kesulitan, karena kelompok UPPKS pada data base setelah dicek di lapangan
sudah tidak ada lagi kelompok tersebut, oleh karena itu melakukan sampling lagi.
Penyiapan lapangan berjalan lancar karena koordinasi dengan mitra di daerah
baik, hal ini terjadi karena segala sesuatu yang dibutuhkan sudah dipersiapkan
terlebih dahulu, seperti surat ijin penelitian, sampling lokasi dan kelompok UPPKS
terpilih yang menjadi sasaran penelitian. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
pada bulan puasa menjelang lebaran dan pembuatan laporan penelitian
dilaksanakan setelah lebaran.
b. KendaIa - Hambatan PeIaksanaan Kegiatan
Pendanaan termin baru cair bersamaan dengan bulan puasa, sehingga
pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan menjelang hari raya. Hal ini sedikit
merepotkan, karena responden (kelompok UPPKS) lebih konsentrasi dalam
menjalani puasa dan mempersiapkan lebaran.
S
2. PengeIoIaan Administrasi ManajeriaI
Pengelolaan administrasi menjadi dimensi penilaian atas perkembangan
pelaksanaan administrasi manajerial dalam pengelolaan kegiatan.
a. Perencanaan anggaran
Alokasi anggaran pada awal perencanaan besarnya anggaran
Rp 220.000.000,- termasuk pajak yang diterima dalam tiga tahap, masing-
masing 30%, 50%, dan 20%. Pada termin telah dibayarkan 20% sebesar
Rp 70.310.700 diperuntukkan sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan,
yang meliputi pertemuan penyusunan proposal dan instrumen, uji coba dan
penyempurnaan instrumen, dan honor pelaksana kegiatan penelitian.
Pembayaran termin ke dua sebesar 50% sebesar Rp 111.333.636,-
diperuntukkan pengumpulan data, pengolahan data, penulisan laporan, dan
honor pelaksanan kegiatan penelitian. Pembayaran termin sebesar 20%
sebesar Rp 38.355.664.500,- diperuntukkan penyajian hasil di lokasi penelitian
dan perbanyakan hasil.
b. Mekanisme PengeIoIaan Anggaran
Mekanisme pengelolaan anggaran dikelola secara swakelola melalui Satuan
Kerja Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera BKKBN.
Rancangan pencairan anggaran melalui mekanisme sesuai ketentuan
Kemenristek.
c. Rancangan dan Perkembangan PengeIoIaan Aset
Aset data dan informasi dimiliki oleh pelaksana dan lokus penelitian. Wujud
asset berupa data dan informasi (barang tidak berwujud) yang akan diserahkan
setelah penelitian selesai dilaksanakan.
d. KendaIa- Hambatan PengeIoIaan Administrasi ManajeriaI
Hambatan dalam pengelolaan administrasi manajerial hampir tidak ditemui,
kalaupun ada hambatan segera dapat dicarikan solusinya, sehingga kegiatan
dapat dilaksanakan dengan baik.
6
BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA
1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja
a. Kerangka Metode-Proses
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif diharapkan dapat
menjawab tujuan penelitian untuk mengetahui aksesibilitas permodalan pada
kelompok-kelompok UPPKS. Untuk mendapatkan informasi tersebut di atas
dilakukan survei dengan sampling dua tahap, yaitu pertama memilih 5
kecamatan di masing-masing kabupaten secara random, kemudian di setiap
kecamatan diambil 6 kelompok UPPKS secara random. Sebagai unit analisis
adalah kelompok UPPKS (data kuantitatif) dan untuk data penunjang informasi
diperoleh dari para pengelola program melalui instrumen kualitatif.
b. Indikator KeberhasiIan
Ditindak lanjutinya hasil penelitian dalam bentuk kebijakan/strategi/program
dalam upaya meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui wadah
kelompok UPPKS.
c. Perkembangan dan HasiI PeIaksanaan Litbangyasa
Pada kegiatan awal telah berhasil disusun proposal final, sampling lokasi,
dan kuesioner yang telah diujicobakan. Pada kegiatan pelaksanaan kegiatan
berhasil dilakukan pengumpulan data dengan mewawancarai kelompok UPPKS
dan pengelola kegiatan. Setelah pengumpulan data, tahap berikutnya dilakukan
pengolahan data yang meliputi editng, entry dan analisis data. Tahap terakhir
diperoleh data dan informasi hasil penelitian.
d. Potensi Pengembangan Ke Depan
Kerangka Pengembangan Ke Depan
Arah kedepan dapat disiapkannya strategi dan perencanaan
program/kegiatan dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga
melalui kelompok UPPKS.
Strategi Pengembangan Ke Depan
Diharapkan dapat dikembangkan peningkatan kualitas kelompok UPPKS
dan akses modal.
7
BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sinergi Koordinasi KeIembagaan-Program
Sinergi koordinasi kelembagaan dan program diharapkan dapat diwujudkan
dalam pelaksanaan pekerjaan paket-paket PKPP 2012.
a. Kerangka Sinergi Koordinasi
Pelaksanaan kegiatan ini akan berkoordinasi dengan Bappeda, SKPD-KB,
serta pemangku kebijakan yang terkait. Strategi melalui pertemuan lintas
sektor serta melakukan sinkronisasi kegiatan dalam rangka perencanaan
kegiatan lebih lanjut.
b. Indikator KeberhasiIan Sinergi
Tersusunnya dukungan/komitmen rencana tindak lanjut pengelolaan
kelompok UPPKS.
Perkembangan Sinergi Koordinasi
Dilaksanakan pada saat pelaksanaan pengumpulan data dan sosialisasi
hasil penelitian.
2. Pemanfaatan HasiI Litbangyasa
Dimensi pemanfaatan ini memberikan gambaran arah dan wujud pemanfaatan
hasil litbangyasa.
a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan HasiI
Konsep pemanfaatan hasil ini akan dimotori oleh pemangku kebijakan dalam
hal ini Pemda, SKPD-KB, serta pemangku kebijakan terkait, khususnya di
lokus penelitian. Tahapan pemanfaatan hasil biasanya dilakukan pasca
sosialisasi, sedangkan strateginya dengan penyerahan hasil melalui karya
tulis ilmiah dan policy paper.
b. Indikator KeberhasiIan Pemanfaatan
Tolok ukur keberhasilan untuk barang yang tidak berwujud ini adalah
dimanfaatkannya hasil penelitian oleh berbagai sektor yang memililki
program terkait seperti SKPD-KB, Bank, ndustri, Perindustrian, Koperasi,
dan lainnya.
c. Perkembangan Pemanfaatan HasiI
Sedang dalam tahap perencanaan.
8
BAB V. PENUTUP
1. KesimpuIan
a. Tahapan PeIaksanaan kegiatan dan Anggaran
Tahapan pelaksanaan kegiatan mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga
pasca kegiatan penelitian berjalan lancar. Alokasi anggaran digunakan
sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan, yang meliputi kegiatan
persiapan, pelaksanaan, serta pembuatan laporan dan diseminasi hasil.
b. Metode Pencapaian Target Kinerja
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif diharapkan dapat
menjawab tujuan penelitian untuk mengetahui aksesibilitas permodalan
pada kelompok-kelompok UPPKS serta dukungan institusi dan pengelola
program dalam mendukung keberhasilan kelompok UPPKS. Tolok ukur
keberhasilan pencapaian target kegiatan adalah ditindak lanjutinya hasil
penelitian dalam bentuk kebijakan/strategi/program dalam upaya
meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui wadah kelompok
UPPKS.
c. Potensi Pengembangan Ke Depan
Arah kedepan dapat disiapkan strategi dan perencanaan program/kegiatan
dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui kelompok
UPPKS. Strategi pengembangan ke depan dapat dikembangkan dengan
peningkatan kualitas kelompok UPPKS dan akses modal.
d. Sinergi Koordinasi KeIembagaan Program
Kegiatan akan dilaksanakan berkoordinasi dengan Bappeda, SKPD-KB,
serta pemangku kebijakan terkait. Strateginya adalah melalui pertemuan
lintas sektor serta melakukan sinkronisasi kegiatan dalam rangka
perencanaan kegiatan lebih lanjut. ndikator keberhasilan sinergi adalah
tersusunnya dukungan/komitmen rencana tindak lanjut pengelolaan
kelompok UPPKS.
9
e. Kerangka Pemanfaatan HasiI Litbangyasa
1) Konsep pemanfaatan hasil ini dimotori oleh pemangku kebijakan, yaitu
oleh Pemda, SKPD-KB, serta sektor terkait, khususnya di lokus
penelitian.
2) Melalui karya tulis ilmiah dan policy paper.
3) Tolok ukur keberhasilan adalah dimanfaatkannya hasil penelitian oleh
berbagai sektor yang memililki program terkait seperti SKPD-KB, Bank,
ndustri, Perindustrian, Koperasi dan lainnya.
2. Saran
a. KeberIanjutan Pemanfaatan HasiI Kegiatan
Komitmen antar sektor terkait dalam memberdayakan kelompok UPPKS
dapat berkelanjutan.
b. KeberIanjutan Dukungan Program Ristek
Paket insentif PKPP dapat berlanjut.
Dalam mendukung kesesuaian pemanfaatan hasil litbang yang dapat
diterapkan di masyarakat, khususnya pada kelompok UPPKS, dukungan
Ristek dari hasil penemuan ATTG (Alat Teknologi Tepat guna) dan metode
baru pengolahan makanan, dan lainnya dapat dilakukankan.
139
PEDOMAN WAWANCARA
RESPONDEN : LEMBAGA KEUANGAN
Nama:
Jabatan:
A. KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI
1. Apakah ada kebijakan yang berkaitan dengan UKM ? Jelaskan..
2. Jenis bantuan apa saja yang diberikan?
3. Berapa besar bantuan tersebut ?
4. Apakah Bpk/bu mengetahui adanya kelompok UPPKS?
Jika tahu, bagaimana kebijakan tentang sumber modal bagi kelompok UPPKS?
Berapa alokasi anggaran untuk UPPKS dan yang sudah terserap berapa?
5. Apakah ada komitmen/MoU dengan BKKBN, jika ada dalam hal apa?
6. Bagaimana pelaksanaan di lapangan? Sulit/tidak.
7. Jika sulit apa kesulitannya, jelaskan.
B. AKSES PERMODALAN
1. Bagaimana caranya agar masyarakat mengetahui bahwa di lembaga ini
menyediakan pinjaman modal untuk usaha?
2. Bagaimana masyarakat mengetahui mekanisme/cara untuk mendapatkan
pinjaman modal yang ada di lembaga ini?
D. FASILITASI
1. Setelah memberikan modal apa ada pelatihan bagi mereka yang telah
mengakses modal tersebut?
2. Jika ada pelatihan, materi apa saja yang diberikan?
3. Apakah ada pembinaan bagi mereka, jika ada dalam bentuk apa pembinaan
tersebut? Kelompok atau perorangan?
4. Siapa yang melakukan dan berapa kali?
i
ABSTRAK
Kelompok UPPKS dalam perkembangannya mengalami berbagai permasalahan.
Permasalahan yang sering dijumpai adalah kelangsungan hidup kelompok. Dalam aspek
permodalan, banyak kelompok yang belum mempunyai informasi lengkap tentang
permodalan dan aksesibilitas mendapatkan bantuan modal. Permasalahan lainnya adalah
kemampuan anggota dalam mengelola pinjaman, kemampuan dalam berusaha, dan
kemampuan dalam pemasaran produk. Berdasarkan pengalaman kelompok UPPKS yang
berhasil mengatasi permasalahan tersebut, khususnya dalam mendapatkan akses
permodalan, maka perlu dilakukan penelitian ini dengan lebih mendalam.
Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kegiatan UPPKS, serta mencari pola-pola
pada kelompok UPPKS yang meliputi pola pengorganisasian, kiat dalam akses
permodalan, proses kegiatan usaha kelompok, dan dukungan institusi. Lokasi penelitian
adalah di Kabupaten Gresik dan Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian kuantitatif diperoleh dari responden pengurus kelompok UPPKS,
sementara data kualitatif untuk mendukung temuan kuantitatif, digali dari informan
pengelola program UPPKS dan lembaga keuangan mikro setempat. Jumlah sampel
kelompok UPPKS adalah 30 kelompok di setiap lokasi kabupaten Malang dan Gresik.
Temuan kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa keberadaan SK merupakan hal
penting bagi kelompok sebagai salah satu persyaratan dalam upaya memperoleh
permodalan.
Secara umum kelompok UPPKS pernah mendapatkan pelatihan/pembinaan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan usaha kelompok. Kelompok di Kabupaten Malang
cenderung pernah menerima hampir semua substansi pelatihan (permodalan, administrasi,
pengelolaan usaha, peningkatan produksi dan pemasaran, sedangkan kelompok di
Kabupaten Gresik cenderung hanya mendapatkan pelatihan tentang
administrasi/pembukuan dan tentang permodalan.
Kiat kelompok dalam mendapatkan permodalan beragam. Akses permodalan umumnya
memerlukan persyaratan yaitu mempunyai usaha ekonomi produktif, terdapat instansi yang
memfasilitasi, serta membuat proposal pengajuan pinjaman modal. Untuk lembaga
ii
perbankan tertentu, adakalanya diperlukan agunan/jaminan/aset (barang tidak bergerak
atau berupa emas) dari kelompok, selain persyaratan umum untuk dapat akses modal.
Jenis sumber modal kelompok yang pernah diakses di Gresik terutama dari BKKBN dan
UP2K (PKK), sementara di Kabupaten Malang umumnya bersumber dari BKKBN, AKU dan
Dinas Koperasi. Sebagian besar kelompok di Gresik akses terhadap 1(satu) jenis sumber
modal; sebaliknya Kabupaten Malang lebih banyak akses terhadap lebih dari 3 (tiga)
sumber modal. Temuan kualitatif menunjukkan bahwa sumber-sumber permodalan yang
tersedia sebenarnya lebih beragam dari pada yang pernah diakses kelompok. Lembaga
keuangan mikro lainnya yang juga menyediakan pinjaman modal kelompok adalah BR
(KUR), PNPM Mandiri, Pegadaian (Kredit Krista), BPR Jawa Timur, dan peluang CSR dari
PT Semen Gresik.
Karakteristik pengurus dan pengetahuan mereka tentang permodalan berkaitan erat
dengan akses modal. Pengurus berpendidikan tinggi (tamat SLTA+) lebih banyak akses
terhadap beragam sumber modal. Sebagian besar kelompok mendapatkan pendampingan,
sebelum dan sesudah memperoleh pinjaman modal. Berdasarkan temuan kualitatif dan
kuantitatif, instansi yang mendampingi, sesuai dengan pemberi pinjaman modal, di
Kabupaten Gresik cenderung oleh UP2K/PKK dan BKKBN; sementara di Kabupaten
Malang utamanya didampingi oleh BKKBN, AKU dan Dinas Koperasi. Berkembangnya
suatu kelompok, diduga faktor yang berperan adalah lama waktu usaha, ketersediaan
sumber permodalan, besar bunga pinjaman, dan ketersediaan sumber modal swadaya.
Temuan survei menunjukkan indikasi semakin lama berusaha, kelompok lebih banyak
akses ke beragam sumber modal, sehingga modal bertambah.
Dukungan institusi untuk keberhasilan kelompok, meliputi dukungan dalam penyediaan
modal, pendampingan permodalan, pendampingan dalam proses produksi, pelatihan dan
dalam pemasaran. Dukungan institusi dalam permodalan dan pendampingan permodalan
secara umum adalah BKKBN, AKU, Dinas Koperasi, PKK, dan lembaga keuangan seperti
BPR (Badan Perkreditan Rakyat). Dukungan institusi dalam pendampingan proses
produksi dan pemasaran, maupun pelatihan umumnya adalah Dinas Perindustrian, PKK,
Dinas Pertanian, AKU (sebagai fasilitator), juga Dinas Koperasi. Beberapa institusi lain
yang potensial dapat dimanfaatkan sebagai penyedia sumber modal adalah Bumdes,
PNPM (APBN), ADD (Alokasi Dana Desa) (APBN), BR, dan CSR dari perusahaan.
iii
Saran-saran agar kelompok UPPKS dapat lebih berkembang adalah menjalin
kemitraan dengan istitusi-institusi terkait khususnya sebagai penyedia permodalan
kelompok, serta perlu koordinasi dengan baik. nstitusi/lembaga penyedia modal perlu
disosialisasikan dengan intensif kepada kelompok sasaran, serta sosialisasi
cara/mekanisme mengajukan pinjaman permodalan. Dalam implementasinya, sosialisasi di
lapangan perlu fasilitator (penggerak/wadah) yang bisa memfasilitasi/menjembatani
pertemuan antara kelompok sasaran dengan berbagai akses sumber permodalan,
sehingga hasilnya lebih optimal.
Berkaitan dengan penggerak/wadah/fasilitator, di Kabupaten Malang, ada peluang
peran AKU sebagai fasilitator/koordinator yang diharapkan dapat menjembatani pertemuan
antara kelompok dan sumber-sumber permodalan, maupun pendampingan lainnya bisa
lebih dioptimalkan. Di Gresik, peran BUMDES agar lebih diperkuat dan difungsikan sebagai
wadah atau muara dari berbagai sumber pinjaman permodalan, yang disinergikan dan
dikoordinasikan, sehingga dapat memfasilitasi kelompok dalam mendapatkan akses
informasi dan akses pelayanan modal. Optimalisasi peran AKU dan fungsi Bumdes antara
lain untuk mencegah terjadinya ego sektoral dari instansi/institusi/lembaga penyedia modal.
Untuk itu perlu komitmen yang kuat dari pimpinan daerah agar berbagai instansi tersebut
bersama-sama mendukung dan sepakat melaksanakannya.
Peran SKPD-KB dalam pembinaan kelompok UPPKS mutlak diperlukan, sehingga
masih ada ikatan antara SKPD/KB dan kelompok dalam pembinaan/pendampingan. Terkait
dengan pembinaan, sekaligus dilakukan evaluasi, dan kelompok yang berkembang/maju
bisa diajukan atau ditingkatkan status kelompoknya menjadi kopwan (koperasi wanita)
dengan fasilitasi dari SKPD-KB setempat.
iv
KATA PENGANTAR
Kegiatan penelitian dan laporan hasil penelitian tentang Aksesibilitas Modal di
Kalangan Kelompok UPPKS dalam Meningkatkan Usaha Kelompok Di Jawa Timur
(Kabupaten Gresik Dan Malang) telah selesai di laksanakan. Penelitian yang dilaksanakan
di dua kabupaten, yaitu Gresik dan Malang secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi
kegiatan kelompok UPPKS serta mencari pola yang ada pada kelompok UPPKS. Hasil
yang diharapkan dari penelitian adalah dapat dipakai sebagai masukan penentu kebijakan
dalam menentukan strategi penggarapan dalam upaya meningkatkan usaha ekonomi
produktif kelompok UPPKS.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih kurang dari sempurna, namun
tim peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan keluarga melalui peningkatan pendapatan
keluarga. Sedangkan bagi penentu kebijakan, hasil penelitian dapat dipakai sebagai
masukan dalam menentukan strategi penggarapan dalam upaya meningkatkan kegiatan
kelompok UPPKS.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung penelitian ini, namun adanya kritik membangun dan masukan dari berbagai
pihak untuk perbaikan hasil laporan sangat kami harapkan dan hargai..
Jakarta, September 2012
Tim Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR DENTTAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN HASL PENELTAN DAN PENGEMBANGAN,
KEKAYAAN NTELEKTUAL, DAN HASL PENGELOLAANNYA
ABSTRAK ......................................i
KATA PENGANTAR .................................iv
DAFTAR S ....................................v
BAB PENDAHULUAN ...............................1
1.1 Latar Belakang ......................... ....1
1.2 Rumusan Masalah ...........................3
1.3 Tujuan Penelitian ...........................5
1.4 Hasil yang Diharapkan .......................5
BAB METODE PENELTAN ...........................7
2.1 Disain Penelitian ...........................7
2.2 Kerangka Operasional .......................7
2.3 Pemilihan Lokasi ...........................7
2.4 Pengumpulan dan Analisis Data .....................8
2.5 Pengolahan dan Analisis Data .....................8
2.6 Langkah-langkah Kegiatan ......................8
2.7 Pelaksanaan Penelitian ........................9
2.8 Dana ................................9
BAB KEADAAN WLAYAH KABUPATEN GRESK DAN MALANG ........11
3.1 Geografi ..............................11
3.2 Kependudukan ............................12
3.3 Ekonomi ...............................13
BAB V HASL PENELTAN ..........................15
4.1. GAMBARAN KELOMPOK UPPKS ...................... 15
vi
4.1.1. KARAKTERSTK PENGURUS KELOMPOK............16
4.1.2. PROFL KELOMPOK....................19
4.1.3. BENTUK DAN JENS USAHA KELOMPOK ..........25
4.1.4. PERMODALAN .......................28
4.1.5. AKSES PERMODALAN DAR KELOMPOK ..........40
4.1.6. AKSES NFORMAS PERMODALAN.............49
4.1.7. PROSES PRODUKS .....................51
4.1.8. PEMASARAN PRODUKS KELOMPOK .............56
4.1.9. MANAJEMEN KELOMPOK .................62
4.1.10. FAKTOR YANG MEMPENGARUH AKSES MODAL.........70
4.2. DUKUNGAN NSTTUS UNTUK KEBERHASLAN KELOMPOK......76
4.2.1. PENGELOLA PROGRAM ......................77
A. Kebijakan ............................77
B. Sumber Modal .......................83
C. Sumber Akses Modal ...................85
D. Mekanisme .........................86
E. Fasilitas .........................87
F. Kebutuhan Kelompok UPPKS .................88
G. Pengelolaan Kelompok UPPKS ................89
H. Saran-Saran Untuk Kelangsungan Kelompok UPPKS .....90
4.2.2. LEMBAGA KEUANGAN (KOPERAS, PERBANKAN, AKU)....91
A. Kebijakan dan mplementasi ................92
B. Akses Permodalan .....................98
C. Fasilitasi ........................99
BAB V PEMBAHASAN HASL ................................103
BAB V KESMPULAN DAN REKOMENDAS .....................107
DAFTAR PUSTAKA ..............................117
KUESONER ..................................119
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BeIakang
Peraturan Presiden R Nomor 32 Tahun 2011 tentang Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi ndonesia (MP3E) 2011-2025 telah memberikan arah
pembangunan ekonomi ndonesia hingga 2025, antara lain melalui percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi, perwujudan kualitas pembangunan manusia
ndonesia sebagai bangsa yang maju tidak saja melalui peningkatan pendapatan
dan daya beli semata, namun dibarengi dengan membaiknya pemerataan dan
kualitas hidup seluruh bangsa.
Pembangunan ekonomi ndonesia yang berkembang saat ini selalu mengacu
pada pertumbuhan ekonomi, sehingga fokus pembangunan ekonomi nasional pun
mengacu pada upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang setinggi-
tingginya. Meskipun kelihatannya dampak dari pertumbuhan ekonomi ini secara teori
mampu mengurangi angka kemiskian, namun pertumbuhan ekonomi bukan jaminan
dapat menuntaskan masalah kemiskinan. Bahkan ang terjadi saat ini banyak
program penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penyaluran bantuan sosial
untuk orang miskin sebagai program kompensasi. Program penanggulangan
kemiskinan antara lain berupa penyaluran beras untuk rakyat miskin, jaring
pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin, bantuan langsung tunai (BLT) dan
sebagainya. Menurut Gianto upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan
kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan
dapat menimbulkan ketergantungan (Gianto, disampaikan sebagai pengantar diskusi
Rapat Kerja Community Development UI).
Berbagai upaya telah dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. BKKBN sejak tahun 1976 telah melakukan kegiatan
yang ditujukan untuk keluarga akseptor KB agar mereka dapat memperoleh
kehidupan yang lebih baik melalui program community incentive project (CP). Para
keluarga akseptor diberikan berbagai insentif atas prestasinya dalam kesertaan ber
KB. Pada tahun 1979, program tersebut dikembangkan lebih luas melalui
2
pendekatan kelompok yang dikenal dengan UPPKA (Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Akseptor), yang kebanyakan anggotanya ibu-ibu akseptor KB.
Kemudian pada tahun 1990 UPPKA diubah menjadi UPPKS (Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera) yang mencakup sasaran lebih luas, yaitu PUS
(Pasangan Usia Subur) yang belum ber KB, Keluarga Pra Sejahtera (KPS),
Keluarga Sejahtera (KS ), dan keluarga lain yang berminat menjadi anggota
kelompok UPPKS (BKKBN, 2010).
Adanya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, yang merupakan hasil
amandemen dari Undang-Undang Republik ndonesia Nomor 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
maka program Kependudukan dan KB mendapat pijakan hukum yang lebih kuat.
Rencana Kerja Pemerintah tahun 2010 telah ditetapkan tema pembangunan
nasional, yaitu Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan
Kesejahteraan Rakyat.
Peningkatan kesejahteraan melalui upaya pemberdayaan keluarga merupakan
terobosan untuk mempercepat transformasi kegiatan non sosial ekonomi menjadi
usaha ekonomi. Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan minat, semangat, dan keterampilan keluarga
dalam bidang usaha ekonomi produktif. Melalui upaya ini, keluarga khususnya
keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera mampu memanfaatkan peluang
usaha yang ada dalam rangka pembelajaran usaha ekonomi produktif pada skala
rumah tangga (BKKBN, 2007).
Program peningkatan kesejahteraan keluarga melalui pendekatan kelompok
usaha peningkatan pendapatan keluarga telah berlangsung lebih dari tiga dekade.
Selama itu pula upaya pengembangan usaha ekonomi keluarga mengalami pasang
surut, yang terjadi kadangkala fasilitasi bantuan modal dan kemitraan begitu
kuatnya, namun ada saatnya pula ditemui permasalahan dalam kelompok UPPKS.
Namun demikian ditengah pasang surutnya kegiatan UPPKS, peningkatan usaha
ekonomi keluarga melalui kelompok UPPKS merupakan bagian dari upaya
penanggulangan kemiskinan yang telah dicanangkan pemerintah dengan sasaran
pada kelompok keluarga miskin, yakni Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga
Sejahtera .
3
1.2. Rumusan MasaIah
Permasalahan yang masih sering dijumpai dari kegiatan UPPKS adalah tingkat
kelangsungan hidup kelompok, dimana banyak usaha yang dilakukan oleh para
anggotanya tidak berkembang secara baik. Hal ini perlu mendapat perhatian kita
semua bagaimana mendorong kelompok UPPKS dapat mempunyai motivasi dan
semangat melakukan usaha produktif, memperoleh pengetahuan dan keterampilan
untuk berwira usaha, serta meningkatkan kemampuan dalam mengurus dan
mengelola kegiatan usaha.
Dalam aspek permodalan, banyak kelompok yang belum mempunyai informasi
lengkap tentang bentuk permodalan dan aksesibilitas dari bantuan tersebut. Cukup
banyak bantuan modal yang dapat di akses di masyarakat, akan tetapi dalam
penggunaannya seringkali belum dimanfaatkan secara efektif. Hal ini kemungkinan
sangat erat kaitannya dengan sejauh mana pengurus kelompok dapat mencari
peluang dan melakukan pendekatan dengan berbagai pihak.
Selain sulitnya mendapatkan modal, masalah lain adalah kemampuan kelompok
dalam pengelolaan modal melalui proses simpan pinjam dalam kelompok. Sebagai
suatu kelompok usaha ekonomi, UPPKS adalah kelompok usaha simpan pinjam
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan dari sisi ekonomi,
usaha simpan pinjam akan efektif jika modal kelompok dapat dimanfaatkan untuk
pemupukan modal, sehingga diperoleh keuntungan yang optimal berupa sisa hasil
usaha. Keberhasilan pengelolaan modal sangat menentukan keberhasilan kelompok
dalam mengembalikan pinjaman modal, akumulasi modal kelompok, yang
selanjutnya dalam upaya meningkatkan skala usaha seluruh anggota kelompok
UPPKS. Kondisi ini akan terwujud jika para anggota dapat memanfaatkan pinjaman
tersebut secara optimal. Pada kenyataannya banyak anggota yang belum dapat
memanfaatkan modal yang diperoleh dari kelompok. Sementara anggota kelompok
yang sudah memanfaatkan modal usahanya tidak jalan, sehingga tidak dapat
melunasi pinjaman.
Kemampuan anggota dalam menggunakan modal pinjaman secara efektif
sangat ditentukan oleh kemampuan mereka dalam usaha. Permasalahan pada
umumnya yang dihadapi adalah mereka belum mempunyai kemampuan
menerapkan atau mengambil alih teknologi, sehingga akan membatasi
produktivitas dan nilai tambah dari barang yang dihasilkan, dengan demikian perlu
4
digali pemikiran tentang cara memperoleh kemudahan atau bantuan teknologi
produksi. Masalah lainnya adalah pemasaran, kemampuan dalam memproduksi
barang dan jasa yang dilakukan para anggota kelompok tidak akan mengenai
sasaran jika produk yang dihasilkan sulit dipasarkan. Oleh karena itu pengalaman
kelompok UPPKS yang berhasil dalam menghadapi dan menanggulangi
permasalahan di atas, khususnya dalam akses modal perlu diteliti. Perlu
disampaikankan bahwa pada saat ini kelompok UPPKS murni sudah berkembang
menjadi kelompok bermacam-macam, meskipun pada data online disebutkan
kelompok UPPKS. Oleh karena itu apapun bentuk kelompok yang ada di lapangan
tetap dijadikan sebagai sasaran penelitian, yang penting merupakan kelompok
kelompok usaha ekonomi produktif. Bahkan yang semula kelompok UPPKS,
sekarang telah berkembang bagus menjadi koperasi wanita.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut " Persyaratan apa saja yang dapat mempengaruhi akses modal sehingga
dapat meningkatkan usaha kelompok UPPKS. Aksesibilitas adalah derajat
kemudahan yang dapat dicapai atau diperoleh seseorang atau suatu kelompok
terhadap suatu obyek, pelayanan, ataupun lingkungan (Wikipedia Bahasa ndonesia,
2012). Aksesibilitas juga dapat difokuskan pada kemudahan bagi anggota kelompok
UPPKS untuk mendapatkan modal usaha. Beberapa pertanyaan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pola pengorganisasian pada kelompok UPPKS sehingga mudah
dalam mendapatkan aksesibillitas permodalan.
1. Apa saja kiat-kiat yang dilakukan kelompok UPPKS sehingga mudah
mendapatkan aksesibilitas permodalan.
2. Bagaimana proses kegiatan usaha UPPKS mendapatkan aksesibilitas
permodalan.
3. Dukungan institusi mana saja yang berperan terhadap keberhasilan kelompok
UPPKS.
5
1.3. Tujuan PeneIitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan kelompok
UPPKS serta mencari pola yang ada pada kelompok UPPKS tersebut. nformasi dan
pola ini diharapkan bisa menjadi pemikiran untuk pengembangan kelompok UPPKS
lainnya yang belum berhasil.
Tujuan khususnya adalah :
1. Mengetahui pola pengorganisasian yang ada pada UPPKS, yang meliputi
karakter kepemimpinan, manajemen pelaksanaan, susunan organisasi, dan
sistem keanggotaan
2. Mengetahui kiat-kiat yang dilakukan kelompok UPPKS dalam aspek
permodalan yang meliputi bagaimana mendapatkan modal, mengelola modal,
dan mengembangkan kelompok UPPKS menjadi kelompok yang berhasil.
3. Mengetahui proses kegiatan usaha UPPKS, yang meliputi kemampuan SDM
dalam pengembangan proses produksi, jenis usaha, kesediaan bahan baku,
dan pemasarannya.
4. Mengetahui berbagai dukungan institusi yang mendukung keberhasilan
kelompok UPPKS.
1.4. HasiI yang Diharapkan
Bagi penentu kebijakan, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan
dalam menentukan strategi penggarapan dalam upaya meningkatkan usaha
ekonomi produktif kelompok UPPKS.
6
7
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Disain PeneIitian
Penelitian dirancang untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif, studi kuantitatif
dilakukan untuk mendapatkan informasi dari kelompok UPPKS, sedangkan studi
kualitatif untuk mendukung temuan studi kuantitatif dilakukan dengan menggali
informasi dari para pengelola kegiatan. Metodologi kuantitatif dilakukan dengan
wawancara dengan kuesioner kepada kelompok UPPKS (pengurus kelompok),
sedangkan metodologi kualitatif dengan wawancara mendalam kepada pengelola
program. Penelitian kuantitatif ini untuk mendapatkan hasil statistik deskriptif,
sedangkan penelitian kualitatif lebih kepada deskriptif mendalam dari suatu
fenomena.
2.2. Kerangka OperasionaI
Skema 1
Kerangka OperasionaI
2.3. PemiIihan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada kriteria wilayah pilot
project/daerah binaan Ristek yang tercakup dalam wilayah koridor 2 MP3E Provinsi
Jawa Timur di 7 kabupaten, yaitu Malang, Gresik, Ngawi, Madiun, Trenggalek,
Banyuwangi, dan Blitar. Namun karena alasan waktu, operasional, dan penggarapan
program untuk penelitian ini diambil 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Gresik dan
emblna
an,penge
mbangan
kelompok
Pengorganisasian
Pengelolaan
modal
SDM
Dukungan
institusi
Berjalan dan
meningkat
nya usaha
kelompok
UPPKS
Akses
modal
8
Kabupaten Malang. Kabupaten Gresik mewakili daerah pantai dan penggarapan
UPPKS kurang berhasil, sedangkan Kabupaten Malang mewakili daerah
pegunungan dan penggarapan UPPKS lebih baik. Dari masing-masing kabupaten
dipilih 6 (enam) kecamatan dan setiap kecamatan dipilih 5 kelompok UPPKS.
Pemilihan kelompok dilakukan melalui data base yang tersedia di Direktorat
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga. Pemilihan kelompok berdasarkan jenis usaha
dan skala modal (kecil, menengah, besar). Sebagai unit analisis adalah kelompok
UPPKS, dengan demikian terdapat 30 kelompok UPPKS di setiap kabupaten/kota.
Jumlah total UPPKS dari 2 kabupaten adalah 60 kelompok UPPKS. Jumlah
responden kualitatif adalah Bidang KS Provinsi, satu orang pengelola UPPKS
(SKPD-KB setempat) dan 2-3 orang pejabat di institusi lembaga keuangan mikro
dan sektor terkait di setiap lokasi penelitian.
2.4. PengumpuIan Data
Untuk menggali data kualitatif diwawancarai responden dari UPPKS yang
meliputi ketua kelompok, sekretaris, bendahara kelompok, dan anggota kelompok,
sedangkan untuk pengelola adalah petugas dari Bidang KS Provinsi, SKPD KB
Kabupaten dan lembaga keuangan. Sementara untuk data kuantitatif yang
diwawancarai adalah pengurus kelompok UPPKS atau kelompok ekonomi produktif.
2.5. PengoIahan dan AnaIisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan SPSS, sedangkan analisis dilakukan secara
deskriptif sesuai dengan tujuan yang ingin diperoleh, yaitu dengan cara
mendiskripsikan hasil informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan
responden, baik dalam bentuk narasi maupun tabulasi.
2.6. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian,
seperti TOR, data pendukung, surat ijin, surat pemberitahuan ke provinsi dan
lokasi penelitian serta menyiapkan instrumen penelitian.
2. Melakukan wawancara dengan pengurus kelompok UPPKS dan wawancara
mendalam dengan petugas dari SKPD KB dan lembaga keuangan..
3. Pengolahan dan analisis data kualitatif.
9
4. Penulisan hasil dan penyajian hasil.
5. Finalisasi penulisan dan perbanyakan hasil.
2.7. PeIaksanaan PeneIitian
A. PersoniI PeIaksana PeneIitian
Personil dalam organisasi pelaksana penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang
peneliti. Berikut nama dan jabatan personil pelaksana penelitian sebagai berikut:
1. Peneliti Utama : Dra. swarati, S.U
2. Co Peneliti : r. Endah Winarni, MSPH
3. Anggota : 1. Sri Wahyuni, SH, MA
2. Dra. swari Hariastuti, MKES
3. Oktriyanto, S.Si
B. JaduaI PeneIitian
Kegiatan penelitian direncanakan selama 9 (tujuh) bulan, dimulai pada
Bulan Pebruari sampai dengan Oktober 2012. Berikut rincian kegiatan dan jadual
penelitian.
Tahun 2012 N
o
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
Pembahasan proposal
Penyusunan kuesioner
2 Pengumpulan data
3 Pengolahan dan analisis
4 Penulisan
5 Penyajian hasil
6 Finalisasi, perbanyakan
2.8. Dana
Dana penelitian ini bersumber dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi;
dan jumlah dana yang disediakan sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
10
11
BAB III
KEADAAN WILAYAH KABUPATEN GRESIK DAN MALANG
3.1. Geografi
Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik mempunyai luas wilayah 119.25 Km
2,
yang terdiri atas luas
daratan 994.98 Km
2
dan luas kepulauan (Bawean) 197.42 Km
2
. Posisi Kabupaten
Gresik terletak antara 7-8
0
LS dan 112-113
0
BT. Wilayahnya merupakan dataran
rendah dengan ketinggian 2-12 meter di atas permukaan air laut, kecuali Kecamatan
Panceng dan sebagian Kecamatan Ujung Pangkah yang mempunyai ketinggian 25
meter di atas permukaan air laut. Selebihnya atau sepertiga wilayahnya merupakan
daerah pesisir pantai, yaitu sebagian Kecamatan Kebomas (lokasi penelitian),
Kecamatan Gresik (lokasi penelitian), Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah,
Kecamatan Ujung Pangkah, Kecamatan Sidayu, Kecamatan Sangkapura, dan
Kecamatan Tambak.
Kabupaten Gresik secara administrasi terbagi atas 18 kecamatan dan 26
kelurahan, serta 330 desa. Batas wilayah Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut,
sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur Selat Madura, sebelah selatan Kotamadya
Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto, dan sebelah barat Kabupaten
Lamongan.
Kabupaten MaIang
Kabupaten Malang terdiri atas 33 kecamatan dengan mempunyai luas wilayah
4.576 Km
2
. Batas wilayah Kabupaten Malang menunjukkan sebelah utara adalah
Kabupaten Pasuruan dan Mojokerto, sebelah timur Kabupaten Probolinggo dan
Lumajang, sebelah barat Kabupaten Blitar dan Kediri, dan sebelah selatan Samudra
ndonesia. Kabupaten Malang merupakan kabupaten terluas ke dua di Pulau Jawa
setelah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan.
Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan dengan puncaknya Gunung Arjuno
dan Gunung Kawi. Bagian timur komplek Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru
dengan puncaknya Gunung Bromo dan Gunung Semeru yang merupakan gunung
12
tertinggi di Pulau Jawa. Bagian selatan berupa pegunungan dan dataran
bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar
pantainya berbukit.
Kabupaten Malang dengan iklim sejuknya mempunyai potensi di bidang
pertanian. Daerah utara dan timur banyak dimanfaatkan untuk perkebunan apel,
daerah pegunungan di bagian barat banyak ditanami sayuran, daerah selatan
ditanami tebu dan hortikultura (salak, semangka). Kabupaten Malang juga
berpotensi untuk perkebunan kopi dan coklat. Hutan jati banyak ditanam di bagian
selatan yang merupakan daera kapur.
3.2. Kependudukan
Kabupaten Gresik
Jumlah penduduk Kabupaten Gresik tahun 2010 adalah 1.177.201 jiwa, terdiri
atas penduduk laki-laki 582.746 jiwa dan perempuan 594.455 jiwa, dengan ratio
jenis kelamin 98. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Gresik rata-rata per tahun
1,6 persen sedikit lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata Provinsi Jawa Timur 0,76
persen dan rata-rata nasional 1,49 persen (BPS, 2010). Kepadatan penduduk
Kabupaten Gresik pada tahun 2006 sebesar 913 jiwa per Km
2
, terpadat di
Kecamatan Gresik 15.433 jiwa per Km
2
dan Kecamatan Kebomas 2.634 jiwa per
Km
2
, sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Tambak 344 jiwa per Km
2
.
Rara-rata jumlah jiwa per rumah tangga relatif sedikit, yaitu 4 orang per rumah
tangga.
Kabupaten MaIang
Jumlah penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2010 sebesar 2.447.051 jiwa,
Kecamatan Singosari memiliki jumlah penduduk terbesar dan terkecil penduduknya
kecamatan Kasembon. Penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-
laki (sex ratio 99). Kepadatan penduduk Malang tahun 2010 adalah 822 jiwa per
Km
2
, Kecamatan Kepanjen dan Pakis memiliki kepadatan tertinggi, di atas 2000 jiwa
per Km
2
.
13
3.3. Ekonomi
Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik merupakan kota industri dan perdagangan dengan dukungan
pertanian yang cukup. Kebanyakan lapangan pekerjaan penduduk pada tahun 2006
di sektor industri (29,52 persen), kemudian di sektor pertanian (26,05 persen) dan
perdagangan (22,27 persen). Penduduk wanita yang bekerja lebih banyak di sektor
perdagangan dibandingkan laki-laki, yaitu 60,7 persen wanita dan 49,7 persen laki-
laki, sedangkan di sektor lain pekerjanya lebih banyak laki-laki dibanding wanita
(Profil, 2007).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2004
sebesar Rp 14.01948 Milyar, pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp 16.03548
Milyar, naik sebesar 14,38 persen. Sementara itu, income per capita (dari PDRB
harga berlaku dibagi penduduk pertengahan tahun) menunjukkan peningkatan, yaitu
tahun 2004 sebesar Rp 13.860.285 naik 12,58 persen menjadi Rp 15.601370 pada
tahun 2005.
Kabupaten MaIang
Kabupaten Malang memiliki tingkat aktivitas ekonomi yang cukup tinggi, hal ini
terlihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menduduki
peringkat ke 6 dari 33 kabupaten/kota di Jawa Timur setelah Kota Surabaya, Kota
Kediri, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Pasuruan. Sektor
ekonomi yang memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu lima tahun
terakhir adalah sektor pertanian, kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor industri pengolahan serta sektor jasa. Peran sektor-sektor terhadap PDRB
menunjukkan bahwa sektor primer yang mencakup pertanian, pertambangan dan
galian dalam lima tahun terakhir memberikan rerata sebesar 30,59 persen, yang
didominasi sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 29,76 persen.
Kelompok sektor sekunder yang mencakup sektor industri pengolahan, listrik
dan air bersih, dan bangunan memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB
Kabupaten Malang, yaitu 18,50 persen. Peran sektor ini didominasi industri
pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 14,58 persen selama lima tahun
14
terakhir. Sedangkan kelompok sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan bangunan
dan jasa perusahaan, dan jasa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Malang, yaitu 50,76 persen. Peran sektor ini didominasi sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang memberi kontribusi sebesar 23,02 persen.
Secara keseluruhan di Kabupaten Malang dari tahun 2000 sampai 2004 (Pemda
Kabupaten Malang, 2004) peran sektor primer sebesar 30,46 persen, sektor
sekunder 18,5 persen, dan sektor tersier 50,79 persen .
15
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. PROFIL KELOMPOK UPPKS DI KABUPATEN GRESIK DAN MALANG
UPPKS dimulai sejak tahun 1979 melalui wadah UPPKA (Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Akseptor) dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera). Sejak tahun 1994 UPPKA berkembang
menjadi UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Sampai
dengan saat ini kelompok UPPKS telah tersebar luas hingga ke seluruh pelosok
tanah air.
Anggota kelompok UPPKS terdiri dari para peserta KB khususnya keluarga Pra
Sejahtera dan KS , maupun keluarga yang belum menjadi peserta KB, termasuk
peserta KB pria, maupun remaja serta anggota masyarakat di sekitarnya yang
berminat untuk ikut mengembangkan kelompok UPPKS tersebut.
Pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh kelompok UPPKS adalah upaya
pemberdayaan ekonomi keluarga melalui berbagai usaha ekonomi produktif ataupun
kegiatan simpan pinjam. Berbagai sumber modal telah tersedia untuk dapat diakses
oleh kelompok dalam menjalankan usahanya. Untuk mendapatkan gambaran yang
rinci mengenai kelompok UPPKS beserta jenis usaha dan dukungan modal yang
diakses maka telah dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner
berstruktur kepada beberapa pengurus kelompok UPPKS di dua lokasi penelitian
yaitu Kabupaten Malang dan Kabupaten Gresik. Jumlah responden yang
diwawancarai di masing-masing kabupaten adalah 30 orang pengurus kelompok.
Berbagai informasi yang telah dikumpulkan disajikan dalam beberapa bagian yang
meliputi:
Bagian 1 : Karakteristik Responden (Pengurus Kelompok)
Bagian 2 : Profil Kelompok
Bagian 3 : Bentuk dan jenis Usaha Kelompok
Bagian 4 : Permodalan
Bagian 5 : Akses Permodalan Anggota Kelompok
Bagian 6 : Akses nformasi Permodalan
16
Bagian 7 : Proses Produksi
Bagian 8 : Pemasaran Produksi Kelompok
Bagian 9 : Manajemen Kelompok
4.1.1. KARAKTERISTIK PENGURUS KELOMPOK
Sebagaimana telah disebutkan pada alinea di atas, bahwa responden yang
diwawancarai dengan menggunakan kuesioner berstruktur dalam penelitian ini
adalah pengurus kelompok. Kepengurusan dalam suatu kelompok pada umumnya
dikelola oleh seorang ketua, dibantu oleh wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Di
dalam penelitian ini pengurus kelompok yang paling banyak berhasil dihubungi dan
diwawancarai di dua wilayah penelitian adalah mereka yang berstatus sebagai
ketua kelompok. Persentase di masing-masing kabupaten adalah 63 persen di
Gresik dan 80 persen di Malang (Tabel 1). Responden berikutnya adalah bendahara
(23 persen di Gresik dan 13 persen di Malang). Sementara persentase untuk jabatan
lain yaitu sekretaris maupun wakil ketua tercatat jauh lebih rendah.
Tabel 1. Jabatan Responden Pengurus Kelompok UPPKS, Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jabatan di
kelompok n Persen n Persen n Persen
Ketua 19 63,3 24 80 43 71,7
Wakil ketua 1 3,3 2 6,7 3 5,0
Sekretaris 3 10,0 0 0 3 5,0
Bendahara 7 23,3 4 13,3 11 18,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Dari segi umur, pada umumnya 73 persen responden pengurus kelompok
sudah tergolong tua (40 tahun atau lebih). Delapan dari sepuluh responden di Gresik
dan tujuh dari sepuluh responden di Malang, berusia 40 tahun atau lebih (Tabel 2).
17
Tabel 2. Umur Responden Pengurus Kelompok UPPKS,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Umur Responden
n Persen n Persen n Persen
< 40 tahun 7 23,3 9 30 16 26,7
>40 tahun 23 76,7 21 70 44 73,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Berdasarkan jenjang pendidikan, dua pertiga responden (sekitar 77 persen) baik
di Gresik maupun di Malang, tergolong berpendidikan tinggi (SMA atau lebih tinggi).
Namun demikian, masih dijumpai pula sebagian kecil responden (10 persen di
Gresik dan 13 persen di Malang) yang hanya berpendidikan tamat SD (Tabel 3).
Tabel 3. Pendidikan Responden Pengurus Kelompok UPPKS,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pendidikan
Responden n Persen n Persen n Persen
Tidak tamat SD 0 0 0 0 0 0
Tamat SD 3 10 4 13,3 7 11,7
Tamat SLTP 4 13,3 3 10 7 11,7
Tamat SLTA+ 23 76,7 23,0 76,7 46 76,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Tabel 4 menunjukkan jumlah anak yang dimiliki responden nampak beragam.
Sebagian dari responden nampaknya telah memahami betul tentang pentingnya
keluarga berencana, yaitu memiliki 2 anak sebagaimana yang diharapkan oleh
Program KB. Persentase responden yang memiliki 2 anak tercatat paling banyak (43
persen di Gresik dan 60 persen di Malang). Namun demikian, juga masih cukup
banyak responden yang memiliki 3 anak bahkan lebih (30 persen di Gresik dan 23
persen di Malang). Selain itu, dijumpai pula responden yang belum memiliki anak,
18
meski dalam persentase yang relatif kecil (10 persen di Gresik dan 3 persen di
Malang).
Tabel 4. Jumlah Anak Responden Pengurus Kelompok UPPKS,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah Anak
Responden
n Persen n Persen n Persen
0 Anak 3 10,0 1 3,3 4 6,7
1 Anak 5 16,7 4 13,3 9 15,0
2 Anak 13 43,3 18 60,0 31 51,7
3 s/d 5 Anak 9 30,0 7 23,3 16 26,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Kesertaan responden dalam ber-KB di dua lokasi penelitian lebih banyak di
Gresik dibanding Malang, yaitu masing-masing 67 persen di Gresik dan 60 persen di
Malang (Tabel 5). Namun dari segi pola pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan
terlihat berbeda. Responden di Gresik terbanyak sebagai peserta kontap (25
persen), sementara responden di Malang, lebih dari separo (56 persen)
menggunakan alat kontrasepsi UD. Lebih lanjut, responden di Gresik juga lebih
senang menggunakan alat kontrasepsi suntik dan pil (masing-masing 20 persen),
sebagian responden di Malang juga menyenangi suntikan, meski dengan persentase
sedikit lebih rendah (17 persen). Kontrasepsi implant lebih banyak dipakai
responden Gresik dari pada di Malang (15 persen berbanding 6 persen), sementara
pemakai kondom nampak sedikit lebih banyak di Malang disbanding Gresik, yaitu
masing-masing 5 persen dan 6 persen. Selain itu, pemakai pil hanya dijumpai di
Gresik (20 persen), dan tidak dijumpai satupun pemakai pil di Malang (Tabel 6).
Tabel 5. Status Ber-KB Pengurus Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Status KB
Responden n Persen n Persen n Persen
Ya 20 66,7 18 60,0 38 63,3
Tidak 10 33,3 12 40,0 22 36,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
19
Tabel 6. Jenis Alat/cara KB yang Digunakan Responden Pengurus Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Alat/Cara KB yang
Dipakai Responden n Persen n Persen n Persen
Sterl. Wanita/MOW 8 25,0 5 16,7 13 20,8
Pil 6 20,0 0 0 6 10,0
UD/AKDR/Spiral 5 15,0 17 55,6 21 35,3
Suntik/njeksi 6 20,0 5 16,6 11 18,3
Susuk KB/mplant 5 15,0 2 5,6 6 10,3
Kondom/Karet KB 2 5,0 2 5,6 3 5,3
Jumlah 30 100 30 100 100 100
4.1.2. PROFIL KELOMPOK
Pembentukan keIompok UPPKS
Dua pertiga kelompok UPPKS (63 persen) di Gresik dibentuk sebelum tahun
2005. Sedangkan di Malang kelompok UPPKS yang dibentuk pada tahun 2005
tercatat jauh lebih rendah (27 persen). Sebaliknya, kelompok UPPKS yang dibentuk
pada tahun 2006, lebih banyak dijumpai di kabupaten Malang dari pada Gresik (13
persen berbanding 3 persen). Lebih lanjut, 30 persen kelompok UPPKS di Malang
dibentuk pada tahun 2009, sementara pembentukan kelompok pada tahun yang
sama di Gresik hanya 10 persen. Secara umum, kelompok UPPKS yang dibentuk
sejak tahun 2010 hingga 2012 terlihat sangat sedikit (Tabel 7).
Tabel 7. Pembentukan Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pembentukan
Kelompok N Persen n Persen n Persen
Sebelum tahun 2005 19 63,3 8 26,7 27 45,0
Tahun 2006 1 3,3 4 13,3 5 8,3
Tahun 2007 2 6,7 1 3,3 3 5,0
Tahun 2008 2 6,7 3 10,0 5 8,3
Tahun 2009 3 10,0 9 30,0 12 20,0
Tahun 2010 2 6,7 2 6,7 4 6,7
20
Tahun 2011 0 0 2 6,7 2 3,4
Tahun 2012 1 3,3 1 3,3 2 3,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
SK Pembentukan keIompok UPPKS
Untuk memperkuat terbentuknya kelompok UPPKS, diperlukan legalisir berupa
Surat Keputusan yang dikeluarkan dan ditandatangai oleh kepala desa/lurah atau
pejabat yang lebih tinggi setempat yang berwenang. Kepemilikan Surat Keputusan
(SK) pengesahan pembentukan kelompok ini umumnya sangat diperlukan sebagai
bukti dari keberadaan kelompok untuk memperoleh pinjaman modal. Pada saat
dilakukan kunjungan ke responden (pengurus kelompok), sebagian besar
pengurus kelompok UPPKS (63 persen di Gresik dan 73 persen di Malang) ternyata
tidak dapat menunjukkan adanya SK (Surat Keputusan) yang melegalisir
terbentuknya kelompok (Tabel 8).
Pengurus kelompok yang dapat menunjukkan bukti pembentukan kelompok,
berupa Surat Keputusan (SK) pengesahan dari kepala desa/lurah setempat tercatat
lebih banyak di Gresik dibandingkan di Malang (37 persen berbanding 23 persen).
Selain itu, di Malang dijumpai 3 persen kelompok UPPKS yang pembentukannya
dilegalisir oleh bupati setempat.
Tabel 8. Legalitas Pembentukan Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Legalitas Pembentuk
an Kelompok n Persen n Persen n Persen
SK Lurah/Ka. Desa 11 36,7 7 23,3 18 30,0
SK Bupati 0 0 1 3,3 1 1,7
Lainnya 19 63,3 22 73,3 41 68,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Struktur organisasi/Kepengurusan keIompok
Di dalam kelompok UPPKS, tentunya sangat diperlukan adanya struktur
organisasi yang berfungsi untuk mengelola kegiatan kelompok (Tabel 9). Struktur
organisasi yang dibentuk oleh kelompok UPPKS dalam kenyataannya cukup
beragam. Struktur organisasi yang paling banyak dijumpai dalam kelompok UPPKS,
21
umumnya terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara (67 persen di Gresik dan 43
persen di Malang). Struktur organisasi kelompok UPPKS yang hanya terdiri dari
ketua, dan bendahara juga jauh lebih banyak dijumpai di Gresik (27 persen dari
pada di Malang (7 persen). Sebaliknya, struktur organisasi yang lebih lengkap yang
terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara, lebih banyak dijumpai di
Malang (13 persen) dari pada di Gresik (3 persen).
Tabel 9. Struktur Organisasi Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Struktur Organisasi
n Persen n Persen n Persen
Ketua,Wkl Ketua,
Sekretaris,Bendahara,
Seksi2
0 0 7 23,3 7 11,7
Ketua, Wkl Ketua,
Sekretaris, Bendahara
1 3,3 4 13,3 5 8,3
Ketua, Sekretaris,
Bendahara
20 66,7 13 43,3 33 55,0
Ketua, Bendahara 8 26,7 2 6,7 10 16,7
Lainnya 1 3,3 4 13,3 5 8,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Pertemuan keIompok
Umumnya pengurus kelompok UPPKS mengagendakan pertemuan dengan
para anggota kelompok. Pertemuan yang dilakukan pada umumnya terjadwal
secara rutin atau insidentil bila memang diperlukan. Dalam kenyataannya, sebagian
besar Kelompok UPPKS di Malang (87 persen) melakukan pertemuan secara rutin
dengan anggota kelompok. Persentase kelompok UPPKS di Gresik yang melakukan
pertemuan secara rutin nampak jauh lebih rendah (37 persen). Temuan lain
menunjukkan, bahwa sebagian kelompok UPPKS di Gresik (23 persen) ternyata
tidak melakukan kegiatan pertemuan sama sekali dengan para anggota
kelompoknya (Tabel 10).
Bagi kelompok UPPKS yang melakukan pertemuan, jadwal pertemuan yang
dilakukan bervariasi (Tabel 11). Pada umumnya jadwal pertemuan yang terbanyak
dilaksanakan adalah sebulan sekali. Pertemuan yang terjadwal secara rutin sebulan
22
sekali lebih banyak dilakukan oleh kelompok UPPKS Malang dari pada Gresik (73
persen berbanding 46 persen). Sebaliknya, pertemuan kelompok dengan jadwal
yang tidak menentu lebih banyak dilakukan oleh kelompok UPPKS di Gresik (46
persen) dari pada di Malang (7 persen).
Tabel 10. Pertemuan Rutin Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pertemuan Kelompok
n Persen n Persen n Persen
Ya, rutin 11 36,7 26 86,7 37 61,7
Ya, tidak rutin 12 40,0 4 13,3 16 26,7
Tidak ada pertemuan 7 23,3 0 0 7 11,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Tabel 11. Frekuensi Pertemuan Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Frekuensi Pertemuan
Kelompok n Persen n Persen n Persen
Sebulan sekali 14 45,8 22 73,3 36 59,6
Dua bulan sekali 0 0,0 1 3,3 1 1,7
Tiga bulan sekali 3 8,3 5 16,7 8 12,5
Tidak tentu 14 45,8 2 6,7 16 26,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
JumIah anggota keIompok
Pada awal sebelum pembentukan kelompok, umumnya ada persyaratan yang
harus dipenuhi. Salah satu dari syarat pembentukan kelompok adalah jumlah
anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota kelompok
pada awal pembentukan kelompok di dua wilayah penelitian yang terbanyak adalah
kurang dari 10 orang (50 persen di Gresik dan 40 persen di Malang). Persentase
jumlah anggota kelompok 10-20 orang, jauh lebih banyak di Malang (37 persen) dari
pada Gresik (17 persen). Sebaliknya persentase anggota kelompok lebih dari 20
orang lebih banyak dijumpai di Gresik dari pada di Malang (Tabel 12).
23
Perkembangan keanggotaan kelompok pada dua wilayah penelitian pada saat
ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan khususnya pada kelompok
UPPKS yang beranggota 20 orang atau lebih. Jika pada saat awal pembentukan,
kelompok yang memiliki jumlah anggota 20 orang atau lebih di Gresik tercatat 33
persen, maka pada saat ini telah meningkat menjadi 50 persen. Sementara
peningkatan yang terjadi di Malang melebihi tiga kali lipat yaitu dari 23 persen
menjadi 73 persen (Tabel 13).
Secara umum jumlah anggota dalam kelompok UPPKS yang diteliti berbeda
nyata antara di Gresik dan Malang. Jumlah anggota di kelompok UPPKS Malang
lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan di Gresik (1.268 berbanding 552 orang
anggota).
Tabel 12. Keanggotaan Kelompok UPPKS Awal , Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Keanggotaan Kelompok
UPPKS Awal n Persen n Persen n Persen
<10 Orang 15 50,0 12 40,0 27 45,0
10-20 Orang 5 16,7 11 36,7 16 26,7
>20 Orang 10 33,3 7 23,3 17 28,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Tabel 13. Keanggotaan Kelompok UPPKS Saat ini, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Keanggotaan
Kelompok
Saat ini
N Persen n Persen n Persen
<20 Orang 8 26,7 6 20,0 14 23,3
10-20 Orang 7 23,3 2 6,7 9 15,0
>20 Orang 15 50,0 22 73,3 37 61,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Bila dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga anggota di kelompok, terlihat
juga memiliki pola yang berbeda (Tabel 14). Anggota kelompok UPPKS di Gresik,
terbanyak berada pada tahap KS (34 persen), sementara anggota kelompok di
Malang terbanyak pada mereka yang tergolong dalam KS (34 persen). Temuan ini
24
kemungkinan disebabkan karena kegiatan usaha kelompok UPPKS di Gresik sudah
banyak yang lebih berhasil, sehingga sebagian anggota kelompok menjadi lebih
sejahtera. Kemungkinan lain adalah saat awal perekrutan anggota kelompok
UPPKS, anggota tersebut sudah pada tahapan KS . Di lain pihak, kegiatan usaha
kelompok di Malang masih belum begitu maju, sehingga dampaknya belum banyak
berpengaruh kepada peningkatan kesejahteraan anggota kelompok.
Tabel 14. Tahapan KS Anggota Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Tahapan KS
Anggota Kelompok n Persen n Persen n Persen
Pra Sejahtera 86 15,6 250 19,7 336 18,5
KS 116 21,0 432 34,1 548 30,1
KS 149 27,0 402 31,7 551 30,3
KS 189 34,2 148 11,7 337 18,5
KS + 12 2,2 36 2,8 48 2,6
Jumlah 552 100 1.268 100 1.820 100
JumIah anggota keIompok yang tergoIong PUS dan non PUS
Secara umum terlihat pada Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar
anggota kelompok di dua wilayah penelitian masih tergolong pasangan usia subur
(PUS). Persentase anggota yang tergolong masih PUS lebih banyak di Gresik
dibandingkan di Malang (91 persen berbanding 78 persen). Namun bila
dibandingkan dengan kesertaan ber-KB antar anggota kelompok di dua wilayah,
persentase PUS di Gresik yang ber-KB sedikit lebih tinggi dibanding di Malang,
yakni 89 persen di Gresik dan 88 persen di Malang PUS yang menjadi anggota
kelompok UPPKS telah ber-KB (Tabel 16).
Tabel 15. Jumlah PUS dan Non PUS Anggota Kelompok UPPKS,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah PUS dan Non
PUS Anggota
Kelompok UPPKS
n Persen n Persen n Persen
PUS 678 90,6 1.295 77,6 1.973 83,7
25
Non PUS 62 8,4 323 32,4 385 16,3
Jumlah 740 100 1.618 100 2.358 100
Tabel 16. Status ber-KB Anggota Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Status Ber-KB
Anggota Kelompok
n Persen n Persen n Persen
KB 603 88,9 1.139 87,9 1.742 88,3
Tidak KB 65 11,1 156 12,1 231 11,7
Jumlah 678 100 1.295 100 1.973 100
4.1.3. BENTUK DAN JENIS USAHA KELOMPOK
Bentuk usaha keIompok
Usaha ekonomi produktif dapat dilakukan oleh kelompok, oleh masing-masing
anggota kelompok, atau gabungan antara kelompok dengan anggota. Pola kegiatan
ekonomi produktif di dua wilayah penelitian ternyata juga menunjukkan adanya
perbedaan. Di Gresik, usaha ekonomi produktif sebagian besar dilakukan oleh
perorangan (87 persen) selebihnya, merupakan usaha yang dikelola oleh kelompok
dan perorangan (10 persen), dan usaha yang dikelola secara murni oleh kelompok
(3 persen). Di lain pihak, sebagian besar usaha ekonomi produktif di Malang
merupakan usaha gabungan antara kelompok dan perorangan (83 persen). Usaha
yang dikelola oleh anggota kelompok hanya 17 persen, dan sama sekali tidak ada
usaha yang murni dikelola oleh kelompok (Tabel 17).
Tabel 17. Bentuk dan Jenis Usaha Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Bentuk dan jenis
Usaha
Kelompok
n Persen n Persen n Persen
Usaha Kelompok 1 3,3 0 0 1 1,7
Usaha Perorangan/
Anggota
26 86,7 5 16,7 31 51,7
Usaha Kelompok dan
Perorangan
3 10,0 25 83,3 28 46,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
26
Jenis usaha keIompok dan anggota keIompok
Jenis usaha yang dilakukan dan dikelola oleh kelompok pada umumnya adalah
kegiatan simpan pinjam. Usaha berikutnya adalah di sektor perdagangan (Tabel 18).
Delapan puluh delapan persen kelompok UPPKS di Malang memiliki usaha simpan
pinjam, persentase di Gresik sedikit lebih rendah (75 persen). Sementara kelompok
yang memiliki usaha perdagangan, jauh lebih banyak dijumpai di Gresik dari pada
Malang (75 persen berbanding 40 persen). Usaha lain yang relatif banyak dilakukan
oleh kelompok di dua wilayah penelitian adalah makanan olahan dan konfeksi.
Persentase kelompok yang memiliki ke dua usaha ini lebih banyak di Gresik (25
persen) dari pada di Malang (14 persen)
.
Tabel 18. Jenis Usaha Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jenis Usaha Kelompok
n
(4)
Persen n
(25)
Persen n
(29)
Persen
Pertanian 2 50 2 8 4 13,8
Makanan mentah 0 0 4 16 4 13,8
Makanan olahan 2 50 7 28 9 31,0
Konfeksi/jahit 1 25 3 12 4 13,8
Kerajinan 2 50 1 4 3 10,3
ndustri 0 0 2 8 2 6,9
Perdagangan 3 75 10 40 13 44,8
Simpan pinjam 3 75 22 88 25 86,2
Salon 0 0 2 8 2 6,9
Jasa (bengkel, tkg kayu) 0 0 1 4 1 3,4
Lainnya 0 0 1 4 1 3,4
Gambaran mengenai usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh anggota
kelompok terlihat sangat bervariasi. Jenis kegiatan yang relatif banyak dilakukan
oleh anggota kelompok di Gresik secara berturut-turut antara lain meliputi: usaha
perdagangan; makanan olahan; bidang pertanian; dan jasa (bengkel dan tukang
27
kayu). Di lain pihak, jenis usaha yang relatif banyak dilakukan oleh anggota
kelompok di Malang secara berturut-turut terdiri dari: makanan olahan, di sektor
perdagangan, konfeksi/jahit, usaha makanan mentah, pertanian, dan salon (Tabel
19).
Tabel 19. Jenis Usaha Anggota Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jenis Usaha Anggota
Kelompok
N
(26)
Persen N
(5)
Persen N
(31)
Persen
Pertanian 9 34,6 2 40 11 35,5
Makanan mentah 6 23,1 3 60 9 29,0
Makanan olahan 15 57,7 5 100 20 64,5
Konfeksi/jahit 0 0 3 60 3 9,7
Kerajinan 3 0,1 1 20 4 12,9
ndustri 0 0 0 0 0 0,0
Perdagangan 17 65,4 5 100 22 71,0
Simpan pinjam 0 0 1 20 1 3,2
Salon 0 0 1 20 1 3,2
Jasa (bengkel, tkg kayu) 5 19,2 0 0 5 16,1
JumIah/jenis usaha yang dikeIoIa oIeh keIompok maupun anggota keIompok
Sebagian besar kelompok (75 persen di Gresik dan 72 persen di Malang)
memiliki 1 sampai dengan 3 jenis usaha ekonomi produktif. Selebihnya memiliki 4
sampai dengan 5 jenis usaha (Tabel 20). Pola yang terjadi pada jenis usaha anggota
kelompok nampak sedikit berbeda. Sebagian besar anggota kelompok di Malang (73
persen) memiliki 1 sampai dengan 3 jenis usaha, sementara persentase terbanyak
pada anggota kelompok di Malang (60 persen) memiliki 4 hingga 5 jenis usaha
produktif (Tabel 21).
28
Tabel 20. Jumlah Jenis Usaha Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah Jenis Usaha
Kelompok
N Persen N Persen N Persen
1-3 jenis usaha 3 75,0 18 72,0 21 72,4
4-5 jenis usaha 1 25,0 7 28,0 8 27,6
>5 jenis usaha 0 0 0 0 0 0
Jumlah 4 100 25 100 29 100
Tabel 21. Jumlah Jenis Usaha Anggota Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah Jenis Usaha
Anggota Kelompok N Persen N Persen N Persen
1-3 jenis usaha 19 73,1 1 20,0 20 64,5
4-5 jenis usaha 6 23,1 3 60,0 9 29,0
>5 jenis usaha 1 3,8 1 20,0 2 6,5
Jumlah 26 100 5 100 31 100
4.1.4. PERMODALAN
Akses mendapatkan modaI
Dua di antara tiga kelompok UPPKS di Gresik memperoleh pinjaman modal dari
satu sumber, sisanya, 23 persen memperoleh pinjaman modal dari 2 sumber, dan
10 persen mendapatkan dari 3 sumber modal atau lebih. Pola yang berbeda terlihat
di Malang, persentase terbanyak (40 persen) kelompok mendapatkan pinjaman dari
tiga jenis pemberi modal atau lebih. Berikutnya 37 persen mendapat pinjaman dari
satu sumber modal, dan selebihnya (23 persen) mendapat pinjaman dari dua
sumber modal (Tabel 22).
29
Tabel 22. Akses Mendapatkan Modal Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Akses Mendapatkan
Modal
n Persen n Persen n Persen
1 jenis sumber modal 20 66,7 11 36,7 31 51,7
2 jenis sumber modal 7 23,3 7 23,3 14 23,3
>3 jenis sumber modal 3 10,0 12 40,0 15 25,0
Jumlah kelompok 30 100 30 100 60 100
Proses mendapatkan pinjaman modaI
Untuk mendapatkan pinjaman modal, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh kelompok. Tabel 23 menunjukkan bahwa syarat utama yang harus
dipenuhi adalah adanya usaha ekonomi produktif (73 persen di Malang dan 48
persen di Gresik). Hal lain yang dapat memperlancar untuk memperoleh pinjaman
modal adalah adanya instansi yang memfasilitasi (90 persen di Malang dan 33
persen di Gresik). Selain itu ada satu hal lagi yang tak kalah pentingnya yaitu
membuat proposal pengajuan pinjaman modal (60 persen di Malang dan 23 persen
di Gresik). Sementara persentase kelompok yang menyatakan harus ada
keterangan mengenai uji kelayakan nampaknya tidak begitu banyak dikemukakan
oleh pengurus kelompok di Gresik (10 persen), namun di Malang keterangan uji
kelayakan lebih banyak dikemukakan (43 persen).
Tabel 23. Prosedur Mendapatkan Modal Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Prosedur Mendapatkan
Modal
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Ada usaha kelompok 14 46,7 22 73,3 36 60,0
Proposal pengajuan
pinjaman modal
7 23,3 18 60,0 25 41,7
Di fasilitasi instansi 10 33,3 27 90,0 37 61,7
Lolos Uji Kelayakan 3 10 13 43,3 16 26,7
30
Bantuan pendampingan sebeIum dan seteIah memperoIeh modaI
Salah satu kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal adalah adanya
pendampingan saat proses pengajuan pinjaman modal dilakukan. Enam di antara 10
kelompok UPPKS di Gresik, dan sembilan di antara 10 UPPKS di Malang
menyatakan ada pendampingan saat pengajuan pinjaman modal (Tabel 24). Setelah
mendapatkan pinjaman modalpun pendampingan masih dilakukan terhadap
kelompok UPPKS. Hampir separo (47 persen) kelompok UPPKS di Gresik
memperoleh pendampingan setelah mendapatkan kucuran modal, sementara di
Malang, semua kelompok UPPKS menyatakan memperoleh pedampingan (Tabel
25).
Tabel 24. Bantuan Pendamping Sebelum Mendapatkan Modal Kelompok
UPPKS, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Bantuan Pendamping
Sebelum mendapatkan
modal
n Persen n Persen n Persen
Ya 18 60,0 27 90,0 45 75,0
Tidak 12 40,0 3 10,0 15 25,0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Tabel 25. Bantuan Pendamping Setelah Mendapatkan Modal Kelompok
UPPKS, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Bantuan Pendamping
Setelah mendapatkan
modal
n Persen n Persen n Persen
Ya 14 46,7 30 100 44 73,3
Tidak 16 53,3 0 0 16 26,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
nstansi pemberi pendampingan di dua kabupaten nampak berbeda. Kelompok
UPPKS di Gresik terbanyak mendapatkan pendampingan dari UP2K (57 persen),
berikutnya adalah dari BKKBN (29 persen). Sementara kelompok UPPKS di Malang
terbanyak memperoleh pendampingan dari BKKBN (83 persen), berikutnya dari
31
Asosiasi Kelompok UPPKS/AKU (63 persen). Selain itu banyak pula Kelompok
UPPKS di Malang yang memperoleh pendampingan dari Dinas Koperasi (Tabel 60
persen). Persentase kelompok UPPKS yang memperoleh pendampingan dari
instansi lain seperti Gapoktan tercatat hanya 7 persen di Gresik dan dari PNPM
hanya 7 persen di Malang (Tabel 26).
Tabel 26. Pemberi Pendampingan Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
Dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pemberi
Pendampingan
N
(14)
Persen N
(30)
Persen N
(44)
Persen
BKKBN 4 28,6 25 83,3 29 65,9
Perindustrian 0 0 3 10 3 6,8
Bank Daerah 0 0 1 3,3 1 2,3
Krista/Pegadaian 0 0 1 3,3 1 2,3
PNPM 0 0 2 6,7 2 4,6
BN 0 0 1 3,3 1 2,3
UP2K 8 57,1 0 0 8 18,2
AKU 0 0 19 63,3 19 43,2
Gapoktan 1 7,1 0 0 1 2,3
Koperasi 0 0 18 60 18 40,0
Lainnya 1 7,1 3 10 4 9,1
Kelompok UPPKS di Gresik yang memperoleh pendampingan, seluruhnya
berasal dari satu sampai dua instansi (Tabel 27). Persentase kelompok UPPKS di
Malang yang mendapatkan pendampingan dari satu sampai dua instansi tercatat
lebih rendah yaitu 63 persen, berikutnya mendapatkan pendampingan dari tiga
sampai dengan empat instansi (27 persen).
Tabel 27
Jumlah nstansi Pemberi Pendampingan Kelompok UPPKS,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah nstansi
Pemberi
Pendampingan
n Persen n Persen N Persen
1-2 nstansi 14 100 19 63,3 33 75,0
3-4 nstansi 0 0 8 26,7 8 18,2
>5 nstansi 0 0 3 10,0 3 6,8
Jumlah 14 100 30 100 44 100
32
Sasaran pendampingan di kelompok UPPKS Gresik lebih banyak ditujukan
kepada pengurus dan anggota kelompok (64 persen), sedangkan pendampingan
yang khusus diberikan kepada pengurus tercatat lebih rendah yaitu 36 persen (Tabel
28). Di lain pihak, kelompok UPPKS di Malang yang memperoleh pendampingan,
terbanyak ditujukan kepada pengurus (83 persen); pendampingan berikutnya
ditujukan kepada pengurus dan anggota kelompok (47 persen), dan hanya khusus
pada anggota kelompok (30 persen).
Tabel 28. Sasaran Pendampingan Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Sasaran Pendampingan
N
(15)
Persen N
(30)
Persen N
(45)
Persen
Pengurus 5 35,7 25 83,3 30 68,2
Anggota Kelompok 1 7,1 9 30,0 10 22,7
Pengurus dan Anggota 9 64,5 14 46,7 23 52,3
Lainnya 0 0 0 0 0 0,0
PengeIoIaan bantuan modaI keIompok
Sebagian besar modal kelompok yang diperoleh (73 persen di Gresik dan 77
persen di Malang), langsung dibagi habis kepada angggota kelompok. Selebihnya
masing-masing 23 persen, sebagian dibagi habis ke anggota dan sebagian disimpan
sebagai kas di kelompok. Selain itu, meskipun dengan persentase yang relatif kecil
dijumpai 3 persen kelompok UPPKS di Gresik yang menyisihkan modal yang
diperoleh untuk dikelola sebagai usaha kelompok (Tabel 29).
33
Tabel 29. Pengelolaan Bantuan Modal Kelompok UPPKS, Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengelolaan Bantuan
Modal
n Persen n Persen n Persen
Langsung habis dibagi
ke anggota
22 73,3 23 76,7 45 75,0
Sebagian dibagi ke
angggota, sebagian
untuk Kas
7 23,3 7 23,3 14 23,3
Sebagian untuk usaha
kelompok
1 3,3 0 0 1 1,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
PengembaIian modaI pinjaman keIompok
Pada umumnya pinjaman modal yang digunakan untuk usaha ekonomi
produktif, dikembalikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan
atau peraturan yang berlaku. Pengembalian pinjaman modal pada jangka tertentu ini
dilakukan oleh 73 persen kelompok UPPKS di Gresik dan 77 persen kelompok
UPPKS di Malang. Selain itu, peminjam modal juga dikenakan bunga tertentu (73
persen di Gresik dan 70 persen di Malang). Aturan lain yang berlaku bagi peminjam
modal adalah modal dikembalikan ke pemberi modal. Separo kelompok UPPKS di
Gresik diwajibkan mengembalikan pinjaman modal ke pemberi modal, sementara di
Malang, persentase UPPKS yang harus mengembalikan modal ke pemberi modal
nampak lebih rendah 41 persen (Tabel 30).
34
Tabel 30. Pengembalian Pinjaman Modal Kelompok UPPKS,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengembalian pinjaman
modal kelompok ke
pemberi modal
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Dikembalikan dlm
jangka waktu tertentu
22 73,3 23 76,7 45 75,0
Ada bunga tertentu 22 73,3 21 70,0 43 71,7
Dikembalikan ke
pemberi modal
15 50,0 12 41,4 27 45,7
Kembali ke kelompok,
untuk diputar lagi
18 60,0 17 56,7 35 58,4
Lainnya 0 0,0 1 3,3 1 1,7
Lebih lanjut, nampaknya ada kesepakatan lain yang juga berlaku bagi
peminjam modal yaitu bahwa modal dikembalikan ke kelompok, kemudian oleh
kelompok modal tersebut diputar lagi untuk digulirkan kepada peminjam lain.
Persentase kelompok UPPKS yang mengelola dana bergulir ini juga terlihat cukup
banyak yaitu masing-masing 60 persen di Gresik dan 57 persen di Malang.
Perkembangan modaI keIompok pada saat ini
Sebagian besar modal kelompok UPPKS (87 persen di Gresik dan 97 persen di
Malang) telah berkembang menjadi semakin besar. Namun ada pula sebagian kecil
kelompok UPPKS (3 persen di Gresik dan 3 persen di Malang), yang mengalami
modal yang diperoleh tidak dapat berkembang. Selain itu juga dijumpai 10 persen
kelompok UPPKS di Gresik yang kehabisan modal (Tabel 31).
35
Tabel 31. Perkembangan Modal Kelompok UPPKS saat ni, Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Perkembangan Modal
Kelompok Pada Saat ini
n Persen N Persen n Persen
Modal semakin besar 26 86,7 29 96,7 55 91,7
Modal semakin kecil 0 0,0 0 0 0 0,0
Modal tidak berkembang 1 3,3 1 3,3 2 3,3
Modal habis 3 10,0 0 0 3 5,0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Bunga Pinjaman dari pemberi modaI ke keIompok UPPKS
Salah satu persyaratan yang pada umumnya harus dipenuhi oleh kelompok
UPPKS yang mendapatkan kucuran pinjaman modal adalah bunga pinjaman yang
harus dibayar. Hampir separo dari kelompok UPPKS di Gresik (47 persen)
dikenakan bunga pinjaman sebesar 6-10 persen selama setahun yang harus
dibayarkan kepada pemilik modal. Sementara persentase Kelompok UPPKS di
Malang yang harus membayar bunga 6-10 setahun kepada pemilik modal tercatat
jauh lebih rendah yaitu sekitar 20 persen (Tabel 32).
Tabel 32. Bunga Pinjaman Modal Dari Pemberi Modal ke Kelompok UPPKS
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Bunga Pinjaman
Modal dari pemberi
modal ke kelompok
N Persen n Persen n Persen
0 persen 4 13,3 10 33,3 14 23,3
1-5 persen 3 10,0 0 0 3 5,0
6-10 persen 14 46,7 6 20,0 20 33,3
>10 persen 9 30,0 14 46,7 23 38,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Di lain pihak, kelompok UPPKS yang harus membayar bunga sebesar 10
persen atau lebih kepada pemberi modal, tercatat lebih banyak di Malang (47
persen) dari pada di Gresik (30 persen). Namun demikian, ada pula kelompok
UPPKS yang tidak dikenakan bunga sama sekali oleh pemberi modal. Persentasae
36
kelompok UPPKS yang tidak terkena bunga pinjaman modal jauh lebih banyak
dijumpai di Malang dari pada di Gresik (33 persen berbanding 13 persen).
Perkembangan modaI awaI
Modal awal yang didapat oleh kelompok UPPKS untuk menjalankan usaha
ekonomi produktif terlihat beragam. Kelompok UPPKS di Gresik lebih banyak yang
memiliki modal awal kurang dari satu juta rupiah, dan satu sampai 5 juta rupiah
(masing-masing 39 persen). Sementara persentase kelompok UPPKS yang
memperoleh modal awal lebih dari lima juta rupiah adalah 23 persen. Di lain pihak
lebih dari separo (57 persen) kelompok UPPKS di Malang memperoleh modal awal
lebih dari lima juta rupiah. Persentase kelompok UPPKS yang mendapatkan modal
awal kurang dari lima juta rupiah nampak lebih rendah (Tabel 33).
Tabel 33. Perkembangan Modal Awal Kelompok UPPKS, Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Perkembangan Modal
Awal n Persen n Persen n Persen
<1 Juta 9 38,5 4 16,7 13 26,9
1-5 Juta 9 38,5 7 26,7 16 32,2
>5 Juta 5 23,1 15 56,7 20 40,9
Jumlah kelompok 23 100 26 100 49 100
Salah satu dari keberhasilan usaha kelompok UPPKS dapat dilihat dari semakin
besarnya jumlah modal yang dimiliki. Secara umum perkembangan modal usaha
yang dimiliki oleh kelompok UPPKS di Malang (perkembangan modal akhir) jauh
lebih baik dibandingkan dengan kelompok UPPKS di Gresik. Semua kelompok
UPPKS di Malang telah memiliki modal akhir lebih dari 10 juta rupiah. Sementara
kelompok UPPKS di Gresik baru 46 persen yang memiliki modal akhir lebih dari 10
juta rupiah. Sisanya, 31 persen memiliki modal akhir sebesar 5-10 juta rupiah, dan
23 persen yang masih memiliki modal akhir relatif sedikit yaitu 1 sampai 5 juta
rupiah (Tabel 34).
37
Tabel 34. Perkembangan Modal Akhir Kelompok UPPKS, Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Perkembangan Modal
Awal n Persen n Persen n Persen
1-5 Juta 5 23,1 0 0 5 10,8
5-10 Juta 7 30,8 0 0 7 14,4
>10 Juta 11 45,2 26 100 37 74,7
Jumlah Kelompok 23 100 26 100 49 100
Manfaat dengan adanya bantuan modaI
Tersedianya bantuan modal untuk usaha ekonomi produktif, banyak sekali
manfaat yang dirasakan oleh kelompok UPPKS. Salah satu manfaat yang paling
banyak dirasakan oleh kelompok UPPKS di Malang, adalah pendapatan ekonomi
keluarga meningkat. Peningkatan pendapatan ekonomi keluarga ini dirasakan oleh
semua kelompok UPPKS (Tabel 35). Manfaat berikut yang dirasakan adalah usaha
kelompok semakin meningkat dan usaha kelompok berjalan lancar (masing-masing
93 persen). Selain itu, manfaat lain yang dirasakan adalah, kelompok terbebas dari
Bank keliling (70 persen), dan adanya pinjaman modal dapat menambah semangat
(60 persen).
Tabel 35. Manfaat Adanya Bantuan Modal Kelompok UPPKS, Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Manfaat Adanya
Bantuan Modal
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Usaha berjalan 16 53,3 28 93,3 44 73,3
Usaha meningkat 12 40,0 28 93,3 40 66,7
Pendapatan keluarga
meningkat
19 63,3 30 100 49 81,7
Menambah semangat 18 60,0 18 60,0 36 60,0
Terbebas dari Bank
keliling
18 60,0 21 70,0 39 65,0
Lainnya 2 6,67 2 6,7 4 6,7
38
Di lain pihak, manfaat yang terbanyak dirasakan oleh kelompok UPPKS di
Gresik dengan adanya bantuan pinjaman modal adalah penghasilan keluarga
meningkat (63 persen), berikutnya adalah kelompok terbebas dari bank keliling dan
menambah semangat (60 persen), serta usaha kelompok dapat berjalan (53
persen).
Sumber permodaIan yang dirasakan paIing bermanfaat
Berbagai sumber modal telah banyak tersedia dan dapat diakses oleh para
kelompok UPPKS. Tabel 36 menunjukkan di antara berbagai sumber penyedia
modal yang diakses oleh kelompok UPPKS di Gresik, sumber modal yang dirasakan
paling bermanfaat adalah yang berasal dari dana APBD (40 persen), berikutnya
sumber modal yang didapat dari APBN (23 persen), dan dari AKU (17 persen).
Sementara sumber modal yang dirasakan paling bermanfaat oleh UPPKS di Malang
adalah sumber modal yang diperoleh dari AKUdan koperasi (masing-masing
sebesar 38 persen). Sumber modal berikutnya adalah berasal dari APBD (14
persen) dan APBN ( 10 persen).
Tabel 36. Sumber Permodalan Paling Bermanfaat Bagi Kelompok UPPKS,
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Sumber Permodalan
Paling Bermanfaat
n Persen n Persen n Persen
APBN 7 23,3 3 10,3 10 16,8
APBD 12 40,0 4 13,8 16 26,9
UP2K 3 10,0 0 0 3 5,0
BUMN (Telkom, Jasa
Raharja, Petro Kimia)
1 3,3 0 0 1 1,7
AKU 5 16,7 11 37,9 16 27,3
Gapoktan 1 3,3 0 0 1 1,7
Koperasi 0 0 11 37,9 11 19,0
Lainnya 1 3,3 0 0 1 1,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
39
AIasan dari pendapat mengenai sumber modaI yang paIing bermanfaat
Berbagai alasan dikemukakan oleh kelompok mengapa sumber pemberi modal
dirasakan bermanfaat. Alasan utama yang dikemukakan oleh kelompok UPPKS di
Gresik dan malang adalah karena bunga yang dikenakan rendah (83 persen di
Gresik dan 67 persen di Malang).
Alasan berikut adalah proses memperoleh modal mudah (77 persen di Gresik
dan 63 persen di Malang). Beberapa alasan lain seperti pengembalian modal tidak
ketat; ada tenggang waktu angsuran pertama, juga relatif banyak dikemukakan oleh
kelompok, namun persentase yang mengemukakan alasan tersebut lebih banyak
dikemukakan oleh kelompok UPPKS di Gresik dari pada di Malang (Tabel 37).
Tabel 37. Alasan Sumber Permodalan Paling Bermanfaat Bagi Kelompok
UPPKS, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Alasan Sebagai Sumber
Permodalan paling
Bermanfaat
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Bunga Rendah 25 83,3 20 66,7 45 75,0
Pengembalian modal
tidak ketat
16 53,3 9 30,0 25 41,7
Ada tenggang waktu
angsuran pertama
13 43,3 5 16,7 18 30,0
Proses memperoleh
modal mudah
23 76,7 19 63,3 42 70,0
Lainnya 1 3,3 7 23,3 8 13,3
Sumber permodaIan seIain dari Iembaga keuangan
Selain memperoleh pinjaman modal dari lembaga keuangan, ada sebagian kecil
kelompok UPPKS yang juga memperoleh modal dari sumber lain. Sumber modal
yang lain umumnya diperoleh dari simpanan wajib anggota; dari bunga pinjaman
anggota kelompok; dan berasal dari tabungan suka rela dari anggota. Persentase
kelompok yang memperoleh modal dari ke tiga sumber ini relatif lebih banyak
dijumpai di kelompok UPPKS Malang (Tabel 38).
40
Tabel 38. Sumber Permodalan Selain Dari Lembaga Keuangan Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Sumber Permodalan
Selain dari Lembaga
Keuangan
N
(4)
Persen N
(21)
Persen N
(25)
Persen
Simpanan wajib
anggota
4 100 21 100 25 100
Bunga pinjaman
anggota
3 75,0 20 95,2 23 92,0
Tabungan sukarela
anggota
2 50,0 18 85,7 20 80,0
Lainnya 2 50,0 4 19,0 6 24,0
4.1.5. AKSES PERMODALAN DARI KELOMPOK
Kelompok yang telah memperoleh kucuran dana untuk mengembangkan usaha
ekonomi produktif, selanjutnya akan mendistribusikan dana pinjaman yang diperoleh
kepada anggota kelompok. Sebagian besar anggota kelompok UPPKS di Malang
(97 persen) mengaku mendapatkan pinjaman modal dari kelompok. Persentase
anggota kelompok UPPKS di Gresik yang memperoleh pinjaman modal dari
kelompok nampak jauh lebih rendah yaitu hanya 67 persen (Tabel 39).
Tabel 39. Akses Permodalan Anggota Kelompok Dari Kelompok UPPKS
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Akses Permodalan
Dari Kelompok n Persen n Persen n Persen
Ya 20 66,7 29 96,6 49 81,6
Tidak 10 33,3 1 3,4 11 18,4
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Prosedur peminjaman modaI dari anggota keIompok ke keIompok
Salah satu proses yang dilakukan oleh anggota kelompok untuk mendapatkan
pinjaman modal dari kelompok adalah dengan cara pengajuan pinjaman baik secara
lisan maupun tertulis. Hal ini merupakan salah satu cara yang terbanyak dilakukan
41
oleh anggota kelompok (90 persen di Gresik dan 93 persen di Malang). Persyaratan
lain yang harus dipenuhi oleh anggota kelompok untuk mendapatkan pinjaman
modal dari kelompok adalah anggota kelompok harus memiliki usaha ekonomi
produktif ( 97 persen di Malang dan 80 persen di Gresik).
Syarat lain bahwa anggota kelompok harus peserta KB, nampaknya persyaratan
ini tidak begitu mutlak. Hal ini dibuktikan dengan jumlah peserta KB yang terdaftar
sebagai anggota kelompok yang tidak seratus persen melainkan hanya sekitar 63
Gresik dan 50 persen di Malang (Tabel 40).
Tabel 40. Prosedur Peminjaman Modal Dari Kelompok Ke Anggota Kelompok
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Prosedur Peminjaman
Modal Dari Kelompok
Ke Anggota Kelompok
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Anggota punya usaha 24 80,0 29 96,7 53 88,4
Pengajuan pinjaman
secara lisan/tulisan
27 90,0 28 93,3 55 91,7
Anggota ikut KB 19 63,3 15 50,0 34 56,7
Lainnya 0 0 4 13,3 4 6,7
Proses (waktu) peminjaman dari keIompok ke anggota keIompok
Pemberian pinjaman dari kelompok ke anggota tidak seluruhnya dilakukan
secara formil. Sepertiga anggota kelompok di Gresik (33 persen) memperoleh
pinjaman modal pada saat dilakukan rapat bulanan, sedangkan di Malang
persentasae untuk hal yang sama tercatat hampir dua kali lipat (63 persen). Selain
itu pemberian modal pinjaman dari kelompok ke anggota juga dapat dilakukan tanpa
melalui pertemuan atau forum tertentu, tetapi dapat dilakukan kapan saja bila
memang dibutuhkan. Persentase anggota kelompok yang memperoleh pinjaman
dengan cara ini adalah 50 persen di Gresik dan 23 persen di Malang (Tabel 41).
42
Tabel 41. Prosedur Waktu Peminjaman Modal Dari Kelompok Ke Anggota
Kelompok Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Prosedur Waktu
Peminjaman Modal dari
Kelompok ke Anggota
Kelompok
n Persen n Persen n Persen
Rapat mingguan 1 3,3 1 3,3 2 3,3
Rapat bulanan 10 33,3 19 63,3 29 48,3
Rapat 3 bulanan 2 6,7 2 6,7 4 6,7
Tidak tentu, tergantung
kebutuhan
15 50,0 7 23,3 22 36,7
Lainnya 2 6,7 1 3,3 3 5,0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Penentuan besar pinjaman untuk anggota keIompok
Pada umumnya penentuan besar pinjaman yang diberikan kepada anggota
kelompok adalah berdasarkan ketersediaan dana di Kas kelompok (60 persen di
Gresik dan 70 persen di Malang). Berikutnya besar pinjaman juga ditentukan atas
besar kecilnya usaha ekonomi produktif yang dikelola oleh anggota kelompok (50
persen di Gresik dan 63 persen di Malang) (Tabel 42). Selain itu ada juga kelompok
yang memiliki kebijaksanaan dengan mempertimbangkan jenis usaha anggota
kelompok (57 persen di Malang dan 23 persen di Gresik), atau memberlakukan
kebijaksanaan dengan cara membagi rata modal yang tersedia ke semua anggota
(33 persen di Gresik dan 23 persen di Malang).
Tabel 42. Penentuan Besar Pinjaman Modal Dari Kelompok Ke Anggota
Kelompok Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Penentuan besar Pinjaman
Modal N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Tergantung besar/kecil usaha 15 50,0 19 63,3 34 56,7
Tergantung jenis usaha 7 23,3 17 56,7 24 40,0
Modal dibagi rata ke anggota 10 33,3 7 23,3 17 28,3
Tergantung dana di Kas 18 60,0 21 70,0 39 65,0
Lainnya 1 3,3 1 3,3 2 3,3
43
Pinjaman modaI seIain dari keIompok
Modal usaha yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi produktif oleh
anggota kelompok, sebagian besar memang diperoleh dari kelompok (77 persen di
Gresik dan 87 persen di Malang). Namun demikian, ternyata ada pula anggota
kelompok yang memperoleh modal selain dari kelompok, juga mendapatkan
pinjaman dari sumber lain ( 23 persen di Gresik dan 13 persen di Malang).
Tabel 43. Anggota Kelompok Dapat Pinjaman Modal Selain Dari Kelompok
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pinjaman Modal
Selain Dari Kelompok n Persen n Persen n Persen
Ya 7 23,3 4 13,3 11 18,3
Tidak 23 76,7 26 86,7 49 81,7
Jumlah 30 100 30 100 60 100
PengeIoIaan pinjaman modaI
Pada umumnya modal yang diperoleh anggota kelompok dari kelompok,
digunakan untuk berbagai kepentingan (Tabel 44). Persentase terbanyak anggota
kelompok menggunakan modal yang diperoleh untuk pengembangan usaha (100
persen di Malang dan 77 persen di Gresik), berikutnya digunakan untuk
memperlancar usaha (93 persen di Malang dan 73 persen di Gresik). Keperluan lain
adalah digunakan untuk pembelian bahan baku dalam jumlah besar (untuk stock),
persentase yang menggunakan untuk kepentingan ini adalah 73 persen di Malang
dan 28 persen di Gresik. Selain itu ada pula yang memanfaatkan untuk membeli
peralatan (73 persen di Malang dan 17 persen di Gresik). Namun ada pula yang
terpaksa digunakan untuk dikonsumsi (48 persen di Gresik dan 37 persen di
Malang).
44
Tabel 44. Pengelolaan Pinjaman Modal Anggota Kelompok Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengelolaan Pinjaman
Modal Anggota Kelompok N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Untuk pengembangan
usaha
23 76,7 30 100 53 88,4
Untuk memperlancar
usaha
22 73,3 28 93,3 50 83,3
Beli bahan baku dlm
jumlah besar
8 27,6 22 73,3 30 50,5
Sebagian untuk beli
peralatan
5 17,2 22 73,3 27 45,3
Sebagian untuk konsumsi 14 48,3 11 36,7 26 42,5
ModeI pengembaIian pinjaman dari anggota keIompok
Pada umumnya pengembalian modal dari anggota kepada kelompok dilakukan
dengan cara mencicil. Cicilan biasanya dilakukan secara rutin berdasarkan jangka
waktu tertentu sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Temuan menunjukkan
bahwa waktu untuk mencicil yang paling banyak dilakukan oleh anggota kelompok
adalah tiap bulan sekali (97 persen di Malang dan 93 persen di Gresik). Berikutnya,
cicilan dilakukan selama waktu tertentu (87 persen di Malang dan 77 persen di
Gresik).
Ada pula anggota kelompok yang menyatakan dikenakan bunga tertentu (97
persen di Malang dan 70 persen di Gresik). Lebih lanjut, persentase anggota
kelompok yang mencicil secara mingguan, relatif sangat sedikit yaitu hanya 10
persen di Malang dan 3 persen di Gresik (Tabel 45).
45
Tabel 45. Pengembalian Pinjaman dari Anggota Ke Kelompok Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengembalian Pinjaman
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Dicicil selama waktu
tertentu
23 76,7 26 86,7 49 81,7
Dikenakan bunga tertentu 21 70,0 29 96,7 50 83,4
Dicicil setiap bulan 28 93,3 29 96,7 57 95,0
Dicicil setiap minggu 1 3,3 3 10,0 4 6,7
Dicicil setiap hari 0 0 1 3,3 1 1,7
Lainnya 0 0 0 0 0 0,0
Bunga yang dibebankan dari keIompok kepada anggota
Pada umumnya setiap kegiatan pinjam meminjam khususnya yang berupa uang
(modal), yang berlaku di kelompok UPPKS akan dikembalikan kepada pemilik modal
dengan cara diangsur. Angsuran dilakukan secara periodik dan ditambah dengan
bunga untuk setiap kali melakukan angsuran. Temuan menunjukkan bahwa
sebagian besar anggota kelompok di Malang (93 persen) dikenakan bunga 10
persen atau lebih oleh kelompok. Di Gresik persentase anggota kelompok yang
dikenakan bunga sebesar ini jauh lebih rendah yaitu 43 persen.
Tabel 46. Bunga Yang Dibebankan Dari Kelompok ke Anggota Kelompok
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Bunga yang
dibebankan dari
Kelompok ke Anggota
n Persen n Persen n Persen
0 Persen 1 3,3 0 0 1 1,7
1-5 Persen 3 10,0 0 0 3 5,0
6-10 Persen 13 43,3 2 6,7 15 25,0
>10 Persen 13 43,3 28 93,3 41 68,3
Jumlah 30 100 30 100 60 100
46
Di sisi lain, anggota kelompok yang dikenakan bunga 6 sampai 10 persen jauh
lebih banyak dijumpai pada anggota kelompok di Gresik dari pada di Malang (43
persen berbanding 7 persen). Sementara itu, persentase anggota kelompok yang
dibebani bunga pinjaman sebesar lima persen atau kurang tercatat sangat sedikit
(Tabel 46).
PengembaIian pinjaman dari anggota ke keIompok
Dalam kenyataannya tidak semua anggota kelompok dapat mengembalikan
modal pinjaman sesuai waktu yang telah ditetapkan (tepat waktu). Tabel 47
menunjukkan pengembalian pinjaman dari anggota ke kelompok. Anggota kelompok
yang dapat mengembalikan modal pinjaman tepat waktu hanya sepertiga di Gresik
(35 persen) dan kurang dari setengah di Malang (48 persen). Anggota kelompok lain
hanya sebagian yang dapat mengembalikan pinjaman tepat waktu (52 presen di
Gresik dan 45 persen di Malang).
Selain itu dijumpai pula meskipun dengan persentase yang sangat kecil, semua
anggota tidak dapat mengembalikan pinjaman modal tepat waktu (10 persen di
Gresik, dan 3 persen di Malang).
Tabel 47. Pengembalian Pinjaman Anggota Ke Kelompok Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengembalian
Pinjaman Anggota ke
Kelompok
n Persen n Persen n Persen
Semua tepat waktu 10 34,5 14 48,3 25 41,4
Sebagian tepat waktu 16 51,7 13 44,8 29 48,3
Semua tidak tepat
waktu
3 10,3 1 3,4 4 6,9
Lainnya 1 3,4 1 3,4 2 3,4
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Penyebab pengembaIian pinjaman modaI tidak tepat waktu
Dijumpai beberapa masalah yang menyebabkan anggota kelompok tidak dapat
mengembalikan pinjaman modal tepat waktu. Masalah yang terbanyak dihadapi
47
adalah disebabkan usaha macet atau sepi (100 persen di Gresik dan 80 persen di
malang). Masalah berikutnya adalah modal dipakai untuk konsumtif ( 86 persen di
Gresik dan 73 persen di Malang). Lebih lanjut, tidak satupun anggota kelompok yang
tidak tepat waktu mengembalikan pinjaman modal disebabkan karena bunga
pinjaman yang terlalu tinggi (Tabel 48).
Tabel 48. Penyebab Pengembalian Pinjaman Anggota Ke Kelompok Tidak
Tepat Waktu, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Akibat Pengembalian
Pinjaman tdk tepat
waktu
N
(14)
Persen N
(15)
Persen N
(29)
Persen
Usaha macet/sepi 14 100 12 80,0 26 89,7
Bunga terlalu tinggi 0 0 0 0,0 0 0,0
Dipakai untuk konsumtif 12 85,7 11 73,3 23 79,3
Lainnya 1 7,14 1 6,7 2 6,9
Sangsi yang diberikan oIeh keIompok kepada anggota yang tidak tepat waktu
mengembaIikan pinjaman
Dalam mengelola modal di kelompok, diberlakukan sangsi apabila anggota tidak
dapat mengembalikan modal tepat waktu. Sangsi yang diberikan beragam, sangsi
yang paling berat adalah anggota tidak diberi pinjaman lagi. Hal ini dijumpai pada
semua anggota kelompok di Gresik yang tidak tepat waktu mengembalikan
pinjaman. Sementara persentase untuk anggota kelompok di Malang tercatat jauh
lebih rendah yang mendapat sangsi serupa ( 47 persen) karena kasus tidak dapat
mengembalikan pinjaman tepat waktu (Tabel 49).
Sangsi lain yang relatif banyak dijumpai adalah anggota kelompok diperingatkan
(78 persen di Gresik dan 43 persen di Malang). Selain itu, ada pula sangsi berupa
pemberian tenggang waktu untuk pengembalian. Persentase anggota yang
mendapatkan sangsi ini tercatat 30 persen di Malang, dan lebih dari dua kali lipat di
Gresik (67 persen).
48
Tabel 49. Sangsi Bila Pengembalian Pinjaman Anggota Ke Kelompok Tidak
Tepat Waktu Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Sangsi bila pengembalian
pinjaman tidak tepat waktu N
(9)
Persen N
(13)
Persen N
(22)
Persen
Diperingatkan 7 77,7 6 43,3 13 57,4
Dipecat dari kelompok 0 0 0 3,3 0 2,0
Tenggang waktu
pengembalian
6 66,7 4 30,0 10 45,0
Tidak diberi pinjaman lagi 9 100 6 46,7 15 68,5
Lainnya 0 0 1 10,0 1 5,9
Anggota keIompok yang tidak dapat mengangsur/ciciIan macet
Lebih dari separo anggota kelompok di Gresik (53 persen) tidak ada yang
nunggak dalam melakukan angsuran pinjaman kepada kelompok. Sedangkan di
Malang, hanya satu di antara 5 anggota kelompok (22 persen) yang tidak nunggak
mengangsur (Tabel 50). Di sisi lain, bila diamati dari anggota kelompok yang
nunggak atau macet tidak dapat mengangsur, persentase untuk anggota kelompok
dengan jumlah 5 atau lebih terlihat hampir seimbang antara di Gresik maupun di
Malang (27 persen dan 28 persen). Namun untuk anggota kelompok dengan jumlah
5 atau kurang, jauh lebih banyak dijumpai di Malang dari pada di Gresik (50 persen
berbanding 20 persen).
Tabel 50. Jumlah Anggota Kelompok yang Tidak Dapat Membayar/Cicilan
Macet Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah Anggota Yang Tdk
dapat Membayar/ Cicilan
macet
N Persen n Persen n Persen
1-5 Orang 6 20,0 15 50,0 21 35,0
>5 Orang 8 26,7 8 27,8 16 27,2
Tidak ada yang menunggak 16 53,3 7 22,2 23 37,8
Jumlah 30 100 30 100 60 100
49
4.1.6. AKSES INFORMASI PERMODALAN
Akses informasi permodaIan keIompok
Pengetahuan kelompok mengenai akses modal dapat diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu dari media cetak; dari petugas ; maupun melalui pertemuan di
masyarakat. Secara umum, informasi mengenai akses modal lebih banyak
diperoleh melalui beberapa petugas, yaitu PKK (57 persen di Gresik dan 70 persen
di Malang); petugas KB (50 persen di Gresik dan 93 persen di Malang); dan kader
(60 persen di Gresik dan 30 persen di Malang).
Pengetahuan tentang akses modal kelompok yang diperoleh melalui pertemuan,
di antara berbagai pertemuan yang terlihat paling menonjol adalah pertemuan yang
diselenggarakan di kelurahan ataupun kabupaten (40 persen di Gresik dan 64
persen di Malang). Di lain pihak, informasi mengenai akses modal melalui media
terlihat sangat kurang, kelompok yang memperoleh informasi mengenai akses
modal melalui TV tercatat hanya 10 persen di Gresik dan 24 persen di Malang
(Tabel 51).
Tabel 51. Akses nformasi Permodalan Kelompok UPPKS Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Akses nformasi
Permodalan Kelompok N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(30)
Persen
TV 3 10,0 7 24,1 10 17,1
Radio 0 0 2 6,9 2 3,5
Koran/Majalah 0 0 4 13,3 4 6,7
Petugas KB 15 50,0 28 93,3 43 71,7
Petugas Kesehatan 0 0 2 6,7 2 3,4
PKK 17 56,7 21 70,0 38 63,4
Kader 18 60,0 9 30,0 27 45,0
Pamg Desa/Aparat Kel 10 33,3 8 26,7 18 30,0
Teman/tetangga 5 16,7 5 16,7 10 16,7
Pertemuan Kelompok 8 26,7 11 36,7 19 31,7
Pertemuan Dasawisma 5 17,2 2 6,7 7 12,0
Pertemuan di kel/kab 12 40,0 19 63,5 31 51,7
Lainnya 0 0 1 3,3 1 1,7
50
Pengetahuan tentang sumber permodaIan
Bantuan pinjaman modal dapat diperoleh kelompok melalui berbagai sumber,
baik dari instansi pemerintah, perbankan, BUMN maupun dari koperasi, dan AKU.
Temuan menunjukkan bahwa sumber permodalan yang termasuk banyak diketahui
oleh kelompok secara berturut-turut adalah PNPM; berikutnya adalah APBD; BR;
dan AKU. Persentase kelompok yang mengetahui PNPM sebagai sumber modal
adalah 50 persen di Gresik dan 83 persen di Malang (Tabel 52). Sedangkan
persentase yang mengetahui APBD; BR dan AKU sebagai sumber modal adalah:
untuk APBD (57 persen di Gresik dengan 63 persen di Malang; untuk BR adalah 27
persen di Gresik dan 77 persen di Malang; dan untuk AKU adalah 30 persen di
Gresik dan 80 persen di Malang. Persentase kelompok yang mengetahui sumber
modal yang lain seperti APBN; Bank Jatim; Koperasi; BUMN maupun Gapoktan
tercatat lebih rendah.
Tabel 52. Pengetahuan Kelompok UPPKS Tentang Sumber Permodalan
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengetahuan Kelompok
Tentang Sumber Modal N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
APBN 16 51,7 16 53,3 32 52,5
APBD 17 56,7 19 63,3 36 60,0
Bank Daerah 4 13,3 12 40,0 16 26,7
Krista/Pegadaian 4 13,3 19 63,3 23 38,3
PNPM 15 50,0 25 83,3 40 66,7
BR 8 26,7 23 76,7 31 51,7
Mandiri 4 13,3 15 50,0 19 31,7
BN 5 16,7 13 43,3 18 30,0
BTN 3 10,0 12 40,0 15 25,0
Bukopin 3 10,0 11 36,7 14 23,4
Syariah Mandiri 2 6,7 14 46,7 16 26,7
KUBE 0 0 5 16,7 5 8,4
UP2K 20 66,7 9 30,0 29 48,4
BUMN 3 10,0 5 16,7 8 13,4
AKU 9 30,0 24 80,0 33 55,0
Gapoktan 3 10,0 7 23,3 10 16,7
Koperasi 4 13,3 19 63,3 23 38,3
Bank Lainnya 2 6,7 5 16,7 7 11,7
51
Kelompok yang mengetahui tiga sumber modal atau lebih, tercatat sangat tinggi
di Malang, delapan dari sepuluh kelompok mengetahui hal itu. Sementara di Gresik
hanya sepertiga kelompok yang mengetahui hal yang sama (Tabel 53). Terlihat di
sini bahwa pengetahuan tentang sumber modal lebih banyak diketahui oleh
kelompok UPPKS dari Malang dibanding dari Gresik.
Tabel 53. Pengetahuan Tentang Sumber Permodalan Yang Diketahui Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengetahuan Tentang
Sumber Permodalan n Persen n Persen n Persen
1-3 Sumber Modal 19 63,3 6 20,0 25 41,7
>3 Sumber Modal 11 36,7 24 80,0 35 58,3
Jumlah 30 100 30 100,0 60 100
4.1.7. PROSES PRODUKSI
Ketersediaan bahan baku produksi
Dalam menjalankan usaha ekonomi produktif, kelompok maupun anggota
kelompok memerlukan bahan baku yang akan diproduksi. Pada umumnya, sebagian
besar bahan baku yang akan diproduksi oleh kelompok atau anggota telah tersedia
di di wilayah desa (87 persen di Gresik dan 96 persen di Malang). Bahan baku yang
tersedia di wilayah kecamatan, sangat banyak dijumpai di Malang (93 persen),
sementara di Gresik hanya 40 persen (Tabel 54). Lebih lanjut, bahan baku yang
tersedia di wilayah kabupaten tercatat juga jauh lebih tinggi di malang dari pada di
Gresik (47 persen berbanding 13 persen).
Tabel 54. Asal Bahan Baku Produksi Kelompok UPPKS Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Asal Bahan Baku
Produksi
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Wilayah Desa 26 86,7 29 96,4 55 91,6
Wilayah Kecamatan 12 40,0 28 93,3 40 66,7
Wilayah kabupaten 4 13,3 14 46,7 18 30,0
Wilayah provinsi 1 3,3 2 6,7 3 5,0
52
Kemudahan daIam mendapakan bahan baku
Semua kelompok atau anggota kelompok yang memerlukan bahan baku untuk
diproduksi banyak tersedia di Malang, sedangkan di Gresik persentasae kelompok
atau anggota kelompok yang menyatakan bahan baku banyak tersedia tercatat lebih
rendah yaitu sekitar 87 persen (Tabel 55).
Tabel 55. Kemudahan Mendapatkan Bahan Baku Kelompok UPPKS
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Kemudahan Mendapatkan
Bahan Baku N Persen n Persen n Pers
en
Banyak tersedia 26 86,7 30 100 56 93,4
Mahal 1 3,3 0 0 1 1,6
Murah 3 10,0 0 0 3 5,0
Lainnya 0 0 0 0 0 0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Penggunaan peraIatan daIam proses produksi
Di dalam menjalankan usaha ekonomi produktif tercatat hanya sedikit kelompok
yang memiliki peralatan untuk memproduksi, yaitu 41 persen di Malang dan 23
persen di Gresik. Hal dapat dimaklumi, karena sebagian besar kelompok tidak
menjalankan kegiatan ekonomi produktif tetapi hanya menjalankan usaha simpan
pinjam, sehingga tidak memerlukan alat untuk berproduksi. Di sisi lain, sebagian
besar anggota kelompok (70 persen di Gresik dan 83 persen di Malang) memiliki
peralatan untuk berproduksi. Sisanya, 7 persen anggota kelompok di Malang dan 3
persen anggota kelompok di Gresik pinjam alat kepada kelompok (Tabel 56).
53
Tabel 56. Penggunaan Peralatan Dalam Proses Produksi Kelompok UPPKS
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Penggunaan Peralatan Dalam
Proses Produksi N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Kelompok punya alat 7 23,3 12 41,4 19 32,4
Kelompok tidak punya alat 3 10,0 18 60,0 21 35,0
Anggota punya alat 21 70,0 25 83,3 46 76,7
Anggota pinjam alat kelompok 1 3,3 2 6,7 3 5,0
Pinjam alat dr tempat lain 1 3,3 0 0 1 1,7
Pengembangan jenis usaha
Sebagian besar usaha anggota kelompok di Malang (80 persen) pada saat ini
masih sama dengan jenis usaha awal atau saat dirintis. Sedangkan di Gresik
tercatat hanya dua pertiga yang memiliki jenis usaha yang sama dengan jenis
usaha pada saat awal. Selain itu ada pula jenis usaha anggota kelompok yang
bertambah. Persentase anggota kelompok dengan jenis usaha bertambah tercatat
53 persen di Gresik dan 73 persen di Malang. Selain itu, meskipun hanya dengan
persentase yang sedikit (7 persen) ada pula anggota kelompok di Gresik dan
Malang yang mati usaha ekonomi produktifnya (Tabel 57).
Tabel 57. Pengembangan Jenis Usaha Kelompok UPPKS Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pengembangan Jenis
Usaha N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Jenis usaha sama dengan
usaha awal
20 66,7 24 80,0 44 73,4
Jenis usaha berkurang dari
usaha awal
3 10,0 3 10,0 6 10,0
Jenis usaha bertambah 16 53,3 22 73,3 38 63,3
Usaha mati 2 6,7 2 6,7 4 6,7
Jenis usaha beda dengan
usaha awal
5 16,7 4 13,8 9 15,3
Lainnya 0 0 2 6,9 2 3,4
54
BiIa usaha berkembang, cara menentukan jenis usaha untuk pengembangan
Kegiatan ekonomi produktif yang berkembang di kelompok maupun anggota
kelompok, diperlukan suatu upaya untuk lebih mengembangkan usaha yang telah
dikelola. Salah satu kiat yang terbanyak dilakukan oleh anggota kelompok di Gresik
maupun di Malang adalah dengan mengembangkan jenis usaha yang banyak
diperlukan, masing-masing 83 persen (Tabel 58). Upaya berikutnya yang juga
banyak ditempuh adalah mengembangkan produksi yang dapat dijual cepat (57
persen di Gresik dan 73 persen di Malang). Selain itu dijumpai pula anggota
kelompok yang memilih mengembangkan produksi yang menjadi trend pada saat ini
(17 persen di Gresik dan 33 persen di Malang).
Tabel 58. Menentukan Jenis Usaha Yang Berkembang Kelompok UPPKS
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Menentukan Jenis Usaha
yang Berkembang N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Jenis usaha langka
Jenis usaha banyak
diperlukan
25 83,3 25 83,3 50 83,3
Jenis usaha sedang
trend
5 16,7 10 33,3 15 25,0
Usaha yang cepat jual 17 56,7 22 73,3 39 65,0
Usaha terus menerus 5 16,7 6 20,0 11 18,4
Hanya ketrampilan yang
dimiliki
8 26,7 11 36,7 19 31,7
Usaha produk tahan
lama
5 16,7 10 33,3 15 25,0
Upaya yang diIakukan untuk meningkatkan kuaIitas hasiI produksi
Untuk meningkatkan kualitas hasil produksi, dapat dilakukan oleh anggota
kelompok melalui beberapa upaya. Salah satu upaya yang terbanyak dilakukan
adalah dengan cara memperbaiki kemasan produk (Tabel 59). Upaya ini lebih
banyak dilakukan oleh anggota kelompok di Malang dari pada di Gresik (96 persen
berbanding 55 persen). Upaya berikutnya adalah dengan mengupayakan
mencantumkan label produksi (56 persen di malang dan 10 persen di Gresik). Selain
55
itu, lebih dari separo anggota kelompok di Gresik (55 persen) mengupayakan
menggunakan bahan produksi yang berkualitas. Sementara persentase anggota
kelompok di Malang, yang mengupayakan hal ini tercatat sangat sedikit yaitu hanya
4 persen.
Tabel 59. Upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi
Kelompok UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Upaya Meningkatkan
Kualitas N
(20)
Persen N
(27)
Persen N
(47)
Persen
Memperbaiki Kemasan 69 55,0 26 96,3 95 201,6
Memperoleh label
produksi
13 10,0 15 55,6 28 58,5
Ada No. jin POM 0 0 1 3,7 1 2,1
Memakai ATTG 6 5,0 0 0 6 13,3
Sertifikasi halal dari MU 0 0 0 0 0 0,0
Pakai bahan berkualitas 69 55,0 1 3,7 70 148,4
Upaya yang diIakukan untuk meningkatkan kuantitas hasiI produksi
Selain dari segi kualitas, anggota kelompok juga berupaya untuk dapat
meningkatkan kuantitas/jumlah produk yang mereka hasilkan. Delapan di antara
sepuluh anggota kelompok di Malang, dan tujuh di antara sepuluh anggota
kelompok di Gresik berupaya menambah jumlah produksi yang dihasilkan (Tabel
60). Upaya berikutnya adalah dengan cara menambah variasi hasil produksi. Upaya
ini dilakukan oleh 72 persen anggota kelompok di Malang dan 48 persen di Gresik.
Langkah lain yang ditempuh agar dapat meningkatkan hasil produksi adalah dengan
cara memperluas wilayah pemasaran (76 persen di Malang dan 29 persen di
Gresik).
56
Tabel 60. Upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Kuantitas Hasil produksi
Kelompok UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Upaya Meningkatkan
Kuantitas N
(21)
Persen N
(29)
Persen N
(50)
Persen
Menambah variasi produksi 10 47,6 21 72,4 31 62,0
Menambah Jumlah Produksi 15 71,4 25 86,2 40 80,0
Memperluas Wilayah
pemasaran
6 28,6 22 75,9 28 56,0
Menambah Tenaga Kerja 0 0 11 37,9 11 22,0
Lainnya 2 9,5 1 3,4 3 6,0
4.1.8. PEMASARAN PRODUKSI KELOMPOK
Daerah pemasaran hasiI produksi keIompok UPPKS
Semua hasil produksi kelompok UPPKS baik di Gresik maupun di Malang (100
persen) dipasarkan di satu wilayah kabupaten atau satu kota. Meskipun dengan
persentase yang relatif kecil, daerah pemasaran kelompok UPPKS di Malang,
terlihat telah dapat menjangkau provinsi, negara, bahkan sampai ke internasional,
dengan persentase masing-masing 20 persen,17 persen, dan 7 persen (Tabel 61).
Hampir keseluruhan hasil produksi (97 persen di Gresik dan 100 persen di Malang)
dipasarkan ke masyarakat sekitar (Tabel 62). Selain itu, dijumpai pula kelompok
yang memasarkan hasil produksinya di luar masyarakat sekitar. Persentase
kelompok yang melakukan hal ini adalah 73 persen di Malang dan 23 persen di
Gresik.
Tabel 61. Daerah Pemasaran Hasil Produksi Kelompok UPPKS Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Daerah Pemasaran
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Satu Wilayah Kab/Kota 30 100 30 100 60 100
Satu Provinsi 0 0 6 20,0 6 10,0
Satu Negara 0 0 5 16,7 5 8,4
nternasional 0 0 2 6,7 2 3,4
57
Tabel 62. Sasaran Pemasaran Hasil Produksi Kelompok UPPKS Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Sasaran Daerah
Pemasaran N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Masyarakat Sekitar 29 96,7 30 100 59 98,4
Masyarakat di luar wilayah 7 23,3 22 73,3 29 48,3
Lainnya 1 3,3 3 10,0 4 6,7
Cara pemasaran hasiI produksi keIompok UPPKS
Berbagai upaya ditempuh oleh kelompok UPPKS untuk memasarkan hasil
produksi antara lain melalui cara: dijual secara langsung; dititipkan ke warung atau
took, dipasarkan melalui pameran dan lain sebagainya.
Hasil temuan menunjukkan bahwa sebagian besar (97 persen) hasil produksi
kelompok di Gresik dan semua hasil produksi kelompok di Malang dijual langsung
kepada pembeli/konsumen. Selain itu, banyak pula hasil produksi kelompok di
Malang yang dititipkan ke warung atau toko (93 persen), sementara persentase di
Gresik untuk hal yang sama tercatat hanya 27 persen (Tabel 63). Pemasaran hasil
produksi kelompok yang dilakukan melalui pameran juga banyak dilakukan oleh
kelompok di Malang dari pada di Gresik (60 persen berbanding 23 persen).
Tabel 63. Cara Pemasaran Hasil Produksi Kelompok UPPKS Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Cara Pemasaran
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Dijual langsung 29 96,7 30 100 59 98,4
Dititip ke warung/toko 8 26,7 28 93,3 36 60,0
Dijual melalui online 0 0 3 10,0 3 5,0
Melalui pameran 7 23,3 18 60,0 25 41,7
Lainnya 2 6,7 2 6,7 4 6,7
58
Pendampingan pemasaran
Untuk memperlancar pemasaran hasil produksi, diperlukan tenaga/sarana
pendampingan. Diharapkan dengan tersediamya pendampingan, hasil produksi
kelompok dapat dipasarkan dengan baik, karena umumnya pendamping yang
disediakan memiliki wawasan dan jangkaun yang luas serta jalinan kemitran yang
baik dengan berbagai pihak. Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar
kelompok UPPKS D Gresik (77 persen) tidak memiliki pendampingan untuk
memasarkan hasil produksi. Pola ini berkebalikan dengan kelompok UPPKS di
Malang, persentase yang memperoleh pendampingan untuk memasarkan hasil
produksi tercatat 67 persen (Tabel 64).
Tabel 64. Memperoleh Pendampingan Dalam Pemasaran Hasil Produksi Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Pendampingan
Pemasaran n Persen n Persen n Persen
Ya 7 23,3 20 66,7 27 45,0
Tidak 23 76,7 10 33,3 33 55,0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Kelompok UPPKS yang memperoleh pendampingan dalam memasaran hasil
produksi, persentase pendampingan terbanyak berasal dari BKKBN (95 persen di
Malang dan 63 persen di gresik). Selain itu, 55 persen kelompok UPPKS di Malang
juga memperoleh pendampingan dari AKU, dan 40 persen memperoleh
pendampingan dari Dinas Koperasi (Tabel 65). Sementara tak satupun kelompok
UPPKS di Gresik yang memperoleh pendampingan untuk memasarkan hasil
produksi dari AKU maupun Dinas Koperasi.
59
Tabel 65. nstansi Pendamping Dalam Pemasaran Hasil Produksi Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total nstansi Pendamping
Pemasaran N
(7)
Persen N
(20)
Persen N
(27)
Persen
BKKBN 4 62,5 19 95,0 23 86,6
Perindustrian 0 0 5 25,0 5 18,5
Bank Daerah 0 0 1 5,0 1 3,7
Krista/Pegadaian 0 0 1 5,0 1 3,7
PNPM 0 0 3 15,0 3 11,1
BN 0 0 1 5 1 3,7
UP2K 3 37,5 0 0 3 9,7
AKU 0 0 11 55,0 11 40,7
Koperasi 0 0 8 40,0 8 29,6
Lainnya 0 0 2 10,0 2 7,4
Pemberi pendampingan
Bagi kelompok UPPKS yang memperoleh pendampingan dalam memasarkan
hasil produksi, terlihat bahwa mereka yang memperoleh pendampingan dari 1
sampai 2 instansi lebih banyak dijumpai pada kelompok UPPKS Gresik dari pada di
Malang (100 persen berbanding 60 persen). Lebih lanjut, kelompok UPPKS yang
memperoleh pendampingan dari 3-4 instansi dan 5 instansi atau lebih, terlihat hanya
dijumpai di Kelompok UPPKS Malang (Tabel 66).
Tabel 66. Jumlah Pendamping Dalam Pemasaran Hasil Produksi Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah Pendamping
N
(7)
Persen N
(20)
Persen N
27)
Persen
1-2 nstansi 7 100 12 60,0 19 70,4
3-4 nstansi 0 0 5 25,0 5 18,5
> 5 nstansi 0 0 3 15,0 3 11,1
60
Manfaat pemberi pendampingan
Sebagian besar kelompok UPPKS di Gresik (86 persen) dan semua kelompok
UPPKS di Malang (100 persen) menyatakan bahwa pendampingan untuk
memasarkan hasil produksi kelompok dirasakan bermanfaat (Tabel 67).
Tabel 67. Manfaat Pendampingan Dalam Pemasaran Hasil Produksi Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Manfaat Pendampingan
n Persen n Persen n Persen
Bermanfaat 6 85,7 20 100 26 96,3
Tidak bermanfaat 1 14,3 0 0 1 3,7
Jumlah kelompok 7 100 20 100 27 100
Manfaat yang paling dirasakan oleh kelompok UPPKS baik di Gresik maupun di
Malang adalah usaha kelompok menjadi berkembang (100 persen di Gresik dan 90
persen di Malang). Manfaat berikutnya yang juga banyak diperoleh kelompok
adalah menambah pengetahuan. Hal ini dirasakan oleh semua kelompok UPPKS
yang memperoleh pendampingan di Gresik (100 persen) dan 75 persen kelompok
UPPKS di Malang. Selain itu, membantu pemasaran merupakan manfaat yang juga
dirasakan oleh kelompok UPPKS di Malang, sembilan di antara 10 kelompok
UPPKS di Malang merasakan hal ini (Tabel 68).
Tabel 68. Manfaat Pendampingan Yang Dirasakan Dalam Pemasaran Hasil
Produksi Kelompok UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang
Tahun 2012
Gresik Malang Total Manfaat Pendampingan
yang Dirasakan N
(6)
Persen N
(20)
Persen N
(26)
Persen
Usaha Berkembang 6 100 18 90,0 24 92,3
Membantu Pemasaran 0 0 18 90,0 18 69,2
Menambah Pengetahuan 6 100 15 75,0 21 80,8
Lainnya 0 0 1 5,0 1 3,8
61
Upaya keIompok/anggota keIompok meIakukan promosi hasiI produksi
Berbagai cara ditempuh oleh kelompok atau anggota kelompok untuk dapat
memasarkan hasil produksi mereka. Di antara berbagai cara yang ditempuh, teman
atau saudara merupakan upaya yang paling banyak dilakukan untuk memasarkan
hasil produksi kelompok. Persentase kelompok/anggota kelompok yang menempuh
cara ini lebih banyak dilakukan oleh kelompok UPPKS di Malang dari pada di Gresik,
yakni 97 persen berbanding 77 persen (Tabel 69).
Upaya lain yang cukup gencar dilakukan untuk memasarkan hasil produksi
kelompok adalah dengan melalui pertemuan. Delapan dari 10 kelompok UPPKS di
Malang, melakukan hal ini, sementara kelompok UPPKS di Gresik untuk hal yang
sama tercatat jauh lebih rendah yaitu 37 persen.
Lebih lanjut, promosi hasil produksi melalui pameran hanya dilakukan oleh dua
pertiga (67 persen) kelompok UPPKS di Malang. Upaya lain seperti promosi melalui
outlet/toko, jauh lebih banyak dilakukan oleh kelompok UPPKS di Malang dari pada
di Gresik (57 persen berbanding 3 persen). Strategi lain seperti promosi melalui
internet nampaknya masih belum banyak dimanfaatkan oleh kelompok UPPKS
untuk memasarkan hasil produksi mereka, terbukti hanya 13 persen kelompok
UPPKS di Malang yang melakukan hal ini.
Tabel 69. Upaya Kelompok/Anggota Kelompok Melakukan Promosi Produk
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Upaya Kelompok/Anggota
Melakukan Promosi N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Melalui Pameran 0 0 20 66,7 20 33,4
Melalui nternet 0 0 4 13,3 4 6,7
Melalui promosi ke
outlet/toko
1 3,3 17 56,7 18 30,0
Melalui teman/saudara 23 76,7 29 96,7 52 86,7
Melalui Pertemuan 11 36,7 24 80,0 35 58,4
Lainnya 1 3,3 1 3,3 2 3,3
62
Strategi promosi yang paIing mengenai sasaran
Di antara berbagai strategi yang dilakukan oleh kelompok/anggota kelompok
dalam memasarkan hasil produksi mereka, nampaknya promosi melalui
teman/saudara merupakan salah satu cara yang paling mengenai sasaran (Tabel
70). Sebagian besar kelompok/anggota kelompok UPPKS di Gresik yang
mengemukakan hal ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan di Malang (87 persen
berbanding 43 persen). Selain itu, promosi melalui pameran juga dirasakan
mengenai sasaran oleh sebagian (37 persen) kelompok/anggota kelompok di
Malang dan 13 persen kelompok/anggota kelompok di Gresik.
Tabel 70. Strategi Promosi Yang Paling Mengenai sasaran Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Strategi Promosi yg
Paling Mengenai Sasaran n Persen n Persen n Persen
Melalui Pameran 4 13,3 11 36,7 15 25,0
Melalui nternet 0 0 0 0 0 0
Melalui promosi ke
Outlet/toko
0 0 6 20 6 10,0
Melalui Teman/Saudara 26 86,7 13 43,3 39 65,0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
4.1.9. MANAJEMEN KELOMPOK
Jenis peIatihan/pembinaan yang diterima
Di dalam mengelola usaha ekonomi produktif pada umumnya kelompok/anggota
kelompok memperoleh pelatihan atau pembinaan dari berbagai instansi yang
berkepentingan terhadap pengembangakan usaha kelompok UPPKS. Hasil temuan
menunjukkan, bahwa jenis pelatihan maupun pembinaan yang paling banyak
diterima oleh kelompok/anggota kelompok UPPKS baik di Gresik maupun di Malang
adalah pelatihan administrasi atau pembukuan. Pelatihan mengenai administrasi
atau pembukuan ini diterima oleh semua kelompok /anggota kelompok UPPKS di
Malang, sementara kelompok/anggota kelompok di Gresik yang memperoleh
pelatihan serupa tercatat lebih rendah yaitu 83 persen (Tabel 71).
63
Jenis pelatihan atau pembinaan berikutnya, yang cukup banyak diterima oleh
kelompok/anggota kelompok UPPKS adalah mengenai permodalan. Materi
mengenai permodalam ini jauh lebih banyak diterima oleh kelompok/anggota
kelompok UPPKS di Malang dari pada di Gresik (83 persen berbanding 37 persen).
Lebih lanjut, sebagian besar kelompok/anggota kelompok UPPKS di Malang (80
persen), memperoleh pelatihan atau pembinaan yang berkaitan dengan pengelolaan
usaha. Sementara persentase kelompok/anggota kelompok di Gresik yang
memperoleh pelatihan atau pembinaan serupa tercatat hanya seperempatnya (20
persen).
Jenis pelatihan atau pembinaan lain yang diterima oleh kelompok/anggota
kelompok UPPKS adalah peningkatan produksi dan pemasaran. Jenis pelatihan ini
diterima oleh 67 persen kelompok/anggota kelompok UPPKS di Malang. Sedangkan
kelompok/anggota kelompok di Gresik yang menerima pelatihan atau pembinaan
yang sama terlihat jauh lebih rendah yaitu masing-masing hanya sekitar 8 persen
dan 10 persen.
Tabel 71. Jenis Pelatihan/Pembinaan Yang Diterima Kelompok
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jenis Pelatihan/Pembinaan
Yang Diterima kelompok N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Permodalan 11 36,7 25 83,3 36 60,0
Administrasi/Pembukuan 25 83,3 30 100 55 91,7
Pengelolaan Usaha 6 20,0 24 80,0 30 50,0
Peningkatan Produksi 2 6,7 20 66,7 22 36,7
Pemasaran 3 10,0 20 66,7 23 38,4
Lainnya 0 0 1 3,3 1 1,7
Pemberi peIatihan atau pembinaan
nstansi yang terlihat paling banyak memberikan pelatihan atau pembinaan
terhadap kelompok/anggota kelompok UPPKS adalah BKKBN. Sembilan dari 10
kelompok/anggota kelompok di Malang dan empat di antara 10 kelompok/anggota
kelompok di Gresik mendapatkan pelatihan atau pembinaan dari BKKBN.
64
Lembaga lain yang juga mempunyai andil dalam memberikan pelatihan atau
pembinaan terhadap kelompok/anggota kelompok UPPKS adalah AKU (Asosiasi
Kelompok UPPKS). Persentase kelompok/anggota kelompok yang memperoleh
pelatihan atau pembinaan dari AKU jauh lebih banyak dijumpai di Malang dari pada
di Gresik (63 persen berbanding 13 persen). Dinas perindustrian nampaknya juga
berperan dalam pemberian pelatihan atau pembinaan terhadap kelompok/anggota
kelompok UPPKS. Tiga puluh tujuh persen kelompok/anggota kelompok UPPKS di
Malang mendapatkan pelatihan atau pembinaan dari Dinas Perindustrian,
sementara persentase untuk kelompok/anggota kelompok UPPKS di Gresik tercatat
hanya tiga persen (Tabel 72). Di Malang, lebih dari separo (57 persen)
kelompok/anggota kelompok mendapatkan pelatihan atau pembinaan dari Dinas
Koperasi, di lain pihak tak satupun kelompok/anggota kelompok UPPKS di Gresik
yang mendapatkan pelatihan atau pembinaan dari Dinas Koperasi.
nstansi lain seperti PNPM, Bank daerah, atau BUMN, nampaknya sangat
kurang berperan dalam memberikan pelatihan atau pembinaan terhadap
kelompok/anggota kelompok UPPKS. Kelompok/anggota kelompok yang
memperoleh pelatihan atau pembinaan dari ke tiga instansi ini juga hanya dijumpai
di Malang, itupun dengan persentase yang relatif sedikit.
Tabel 72. Pemberi Pelatihan/Pembinaan Yang Diterima Kelompok
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total nstansi Pemberi
Pelatihan/Pembinaan n Persen n Persen n Persen
BKKBN 13 43,3 28 93,3 41 68,3
Perindustrian 1 3,3 11 36,7 12 20,0
Bank Daerah 0 0 2 6,7 2 3,4
PNPM 0 0 4 13,8 4 6,9
Mandiri 0 0 1 3,3 1 1,7
UP2K 14 46,7 0 0 14 23,4
BUMN 0 0 1 3,4 1 1,7
AKU 4 13,3 19 63,3 23 38,3
Gapoktan 1 3,3 0 0 1 1,7
Koperasi 0 0 17 56,7 17 28,4
Lainnya 0 0 2 6,7 2 3,4
65
Sasaran peIatihan
Pelatihan yang pada umumnya diberikan kepada kelompok UPPKS adalah hal-
hal yang berkaitan dengan kewirausahaan yang antara lain mencakup permodalan,
administrasi/pembukuan, pengelolaan usaha, peningkatan produksi, dan
pemasaran. Tabel 73 menunjukkan sasaran pelatihan kelompok UPPKS. Temuan
menggambarkan bahwa sasaran dari pelatihan sebagian besar ditujukan kepada
pengurus kelompok (97 persen di Malang dan 77 persen di Gresik). Sasaran
berikutnya, adalah kepada pengurus kelompok dan anggota kelompok secara
bersamaan (50 persen di Malang dan 30 persen di Gresik).
Di sisi lain, sasaran pelatihan yang khusus ditujukan bagi anggota kelompok
terlihat kurang maksimal, yaitu sekitar 40 persen di Malang dan hanya 7 persen di
Gresik. Selain itu, meskipun dengan persentase yang relatif kecil (7 persen)
nampaknya juga ada masyarakat lain yang menjadi sasaran untuk dilatih, dan hal ini
hanya dijumpai di Malang.
Tabel 73. Sasaran Pelatihan/Pembinaan Kelompok UPPKS
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Sasaran Pelatihan/
Pembinaan N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Pengurus Kelompok 23 76,7 29 96,7 52 86,7
Anngota Kelompok 2 6,7 12 40,0 14 23,4
Pengurus dan Anggota 9 30,0 15 50,0 24 40,0
Masyarakat lainnya 0 0 2 6,7 2 3,4
Lainnya 0 0 0 0 0 0
PeIatihan/pembinaan terakhir
Pola secara umum menunjukkkan bahwa pelatihan atau pembinaan, terbanyak
diterima oleh kelompok/anggota kelompok dalam kurun waktu dua bulan terakhir
bahkan lebih. Persentase kelompok/anggota kelompok yang memperoleh pelatihan
atau pembinaan dalam kurun waktu tersebut masing-masing adalah 70 Gresik dan
57 persen di Malang (Tabel 74).
66
Kelompok/anggota kelompok yang memperoleh pelatihan atau pembinaan dalam
kurun waktu 2 bulan terakhir, di masing-masing wilayah nampak lebih rendah yaitu
20 persen di Malang dan 17 persen di Gresik. Lebih lanjut, pelatihan atau
pembinaan yang dilakukan dalam kurun waktu sebulan terakhir, juga hanya sedikit
yang diterima oleh kelompok/anggota kelompok (17 persen di Malang dan 10
persen di Gresik).
Tabel 74. Waktu Pelatihan/Pembinaan Terakhir yang Diterima Kelompok
UPPKS Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Waktu Pelatihan/
Pembinaan Terakhir n Persen n Persen n Persen
Satu bulan terakhir 3 10,0 5 16,7 8 13,3
Dua bulan terakhir 5 16,7 6 20,0 11 18,3
Lebih dari dua bulan terakhir 21 70,0 17 56,7 38 63,3
Lainnya 1 3,3 2 6,7 3 5,0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Jenis buku yang dimiIiki keIompok
Setiap kegiatan usaha ekonomi produktif yang dikelola oleh kelompok UPPKS
sudah semestinya dicatat secara rinci di dalam buku yang telah dipersiapkan. Pada
umumnya setiap jenis kegiatan yang dilakukan oleh kelompok UPPKS dicatat di
dalam buku yang terpisah (Tabel 75). Dengan demikian jumlah buku catatan
kegiatan di setiap kelompok UPPKS berbeda antara yang satu dengan yang lain
sesuai dengan kebutuhan di masing-masing kelompok. Namun demikian, secara
garis besar buku catatan yang dimiliki oleh kelompok UPPKS dapat dikatagorikan
menjadi 3 jenis kegiatan yang dicatat dalam 3 catatan pembukuan yaitu: pembukuan
yang menyangkut administrasi kelompok; pembukuan yang berisi catatan simpan
pinjam; dan pembukuan yang menyangkut usaha perorangan atau kelompok.
67
Tabel 75. Jenis Buku yang Dimiliki Kelompok UPPKS Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jenis Buku yang Dimiliki
Kelompok UPPKS
N
(30)
Persen N
(30)
Persen N
(60)
Persen
Administrasi KeIompok
Buku nduk Keluarga 13 43,3 26 86,7 39 65,0
Buku Kegiatan 9 30,0 23 76,7 32 53,4
Buku Tamu 7 23,3 24 80,0 31 51,7
Buku Ekspedisi 3 10,0 20 66,7 23 38,4
Pembukuan Simpan Pinjam
Buku Kas Harian 15 50,0 25 83,3 40 66,7
Buku simpan pinjam dan
Sumbangan
15 50,0 22 73,3 37 61,7
Buku pinjaman dan
Angsuran
28 93,3 27 90,0 55 91,7
Buku Kas 12 40,0 22 73,3 34 56,7
Pembukuan Usaha
Perorangan/KeIompok
Buku Kas Harian 10 33,3 24 80,0 34 56,7
Buku nventaris 0 0 19 63,3 19 31,7
Buku Pembelian 2 6,7 9 30,0 11 18,4
Buku Penjualan 3 10,0 6 20,0 9 15,0
Buku Hasil Produksi 1 3,3 5 16,7 6 10,0
Lainnya 1 3,3 3 10,0 4 6,7
Pembukuan yang menyangkut administrasi keIompok
Catatan berupa buku induk keluarga, merupakan salah satu buku yang paling
banyak dimiliki oleh kelompok UPPKS di dalam pembukuan administrasi kelompok.
Sembilan dari 10 kelompok UPPKS (87 persen di Malang) dan 43 persen di Gresik
memiliki buku induk keluarga. Buku catatan berikut yang juga banyak dimiliki oleh
kelompok UPPKS adalah buku yang berisi catatan kegiatan kelompok (77 persen di
Malang dan 30 persen di Gresik). Buku catatan lain yang juga termasuk dalam buku
administrasi kelompok yang dimiliki oleh kelompok UPPKS adalah buku tamu.
Delapan di antara 10 kelompok UPPKS di Malang dan 23 persen di Gresik memiliki
buku tamu.
68
Pembukuan yang berisi catatan simpan pinjam
Di dalam pembukuan simpan pinjam, buku catatan yang terbanyak dimiliki oleh
kelompok UPPKS adalah berupa buku pinjaman dan angsuran. Buku ini dimiliki
oleh 93 persen kelompok UPPKS di Gresik dan 90 persen di Malang. Selain itu,
buku kas harian juga nampak banyak dimiliki oleh kelompok UPPKS. Persentase
kelompok UPPKS di Malang yang memiliki buku kas harian jauh lebih banyak (83
persen) dari pada kelompok UPPKS di Gresik (50 persen). Disamping itu, di
kelompok UPPKS juga dijumpai buku catatan mengenai simpan pinjam dan
sumbangan. Kelompok UPPKS yang memiliki buku ini adalah 73 persen di Malang
dan 50 persen di Gresik.
Pembukuan usaha perorangan atau keIompok
Salah satu buku catatan yang memuat usaha perorangan atau kelompok, yang
terbanyak dimiliki oleh kelompok UPPKS adalah buku kas harian. Persentase
kelompok yang memiliki buku kas harian jauh lebih banyak dijumpai di Malang dari
pada di Gresik (80 persen berbanding 33 persen). Kelompok UPPKS yang memiliki
buku inventaris ternyata hanya dijumpai di Malang. Dua pertiga kelompok UPPKS di
Malang memiliki buku ini. Buku catatan lain seperti buku pembelian, buku penjualan,
dan buku hasil produksi nampak lebih banyak dimiliki oleh kelompok UPPKS di
Malang dari pada di Gresik.
JumIah buku yang dimiIiki keIompok UPPKS
Secara umum jumlah buku catatan kegiatan yang dimiliki oleh masing-masing
kelompok beragam sesuai dengan kegiatan yang mereka lakukan. Tujuh di antara
10 kelompok UPPKS di Gresik memiliki 1-5 buah buku catatan kegiatan, persentase
kelompok UPPKS di Malang yang memiliki buku sejumlah ini tercatat jauh lebih
rendah yaitu 17 persen (Tabel 76). Sebaliknya, persentase kelompok UPPKS yang
memiliki 6-10 buku catatan kegiatan, terlihat lebih banyak dijumpai di Malang dari
pada di Gresik (55 persen berbanding 31 persen). Lebih lanjut, lebih dari
seperempat (28 persen) kelompok UPPKS di Malang memiliki 10 atau lebih buku
catatan kegiatan, sementara tak satupun kelompok UPPKS di Gresik yang memiliki
buku catatan sebanyak itu.
69
Tabel 76. Jumlah Buku yang Dimiliki Kelompok UPPKS Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Jumlah Buku Yang
Dimiliki
N Persen n Persen n Persen
1-5 Buku 21 69,0 5 17,2 26 43,1
6-10 Buku 9 31,0 17 55,2 26 43,1
>10 Buku 0 0 8 27,6 8 13,8
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Perkembangan jumIah anggota keIompok
Salah satu indikator dari keberhasilan usaha ekonomi produktif yang dikelola
oleh kelompok UPPKS adalah semakin bertambahnya jumlah anggota yang
tergabung dalam kelompok, atau terbentuknya kelompok-kelompok UPPKS yang
baru. Temuan memperlihatkan bahwa persentase jumlah anggota kelompok UPPKS
di Malang yang semakin bertambah, terlihat jauh lebih tinggi dari pada di Gresik.
Delapan di antara 10 kelompok UPPKS di Malang mengalami pertambahan jumlah
anggota, sementara jumlah anggota kelompok di Gresik tercatat hanya separo (40
persen) yang mengalami pertambahan (Tabel 77).
Hal yang sebaliknya terlihat, persentase jumlah anggota kelompok UPPKS yang
tidak mengalami pertambahan atau tetap, justru terlihat jauh lebih tinggi di Gresik
dari pada di Malang (43 persen berbanding 17 persen). Selain itu, temuan lain juga
memperlihatkan persentase jumlah anggota kelompok yang semakin berkurang, hal
ini dijumpai di Gresik (17 persen) dan di Malang (3 persen).
Tabel 77. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok UPPKS
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Malang Tahun 2012
Gresik Malang Total Perkembangan Jumlah
Anggota Kelompok n Persen n Persen n Persen
Anggota bertambah 12 40,0 24 80,0 36 60,0
Anggota tetap 13 43,0 5 16,7 18 30,0
Anggota berkurang 5 16,7 1 3,3 6 10,0
Jumlah 30 100 30 100 60 100
70
4.1.10. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSES MODAL
Dengan melakukan analisis tabulasi dapat diketahui beberapa faktor yang
mempengaruhi memperoleh akses modal. Sebagai contoh adalah hubungan antara
karakteristik pengurus kelompok dengan perolehan akses modal. Akses sumber
permodalan diduga berkaitan dengan kompetensi pengurus kelompok. Pengurus
kelompok yang berpendidikan lebih tinggi kemungkinan mendapat akses ke
berbagai sumber permodalan lebih banyak bila dibandingkan dengan pengurus
kelompok yang berpendidikan lebih rendah. Pengurus kelompok yang berpendidikan
tinggi (Tamat SLTA atau lebih), lebih banyak mendapat akses hingga 3 atau lebih
jenis sumber permodalan, dibandingkan dengan pengurus kelompok yang
berpendidikan rendah (tamat SLTP atau kurang), masing-masing 87 persen dan 13
persen. Sementara itu pola berkebalikan terjadi pada kalangan pengurus
berpendidikan rendah (Tamat SLTP atau lebih rendah). Proporsi kelompok dengan
pengurus berpendidikan rendah, akses terhadap beragam jenis modal (>= 3 jenis
sumber modal) relatif lebih rendah dari pada akses kurang dari 3 jenis sumber modal
(Tabel 78).
Tabel 78. Persentase kelompok yang mendapatkan akses modal menurut
pendidikan dan umur pengurus kelompok, Kabupaten Malang dan Gresik, 2012
Jumlah sumber modal yang diakses kelompok Jumlah
1 sumber modal 2 sumber modal >3 sumber modal Variabel
n Persen n Persen n Persen
n Persen
Pendidikan
- Rendah (Tamat SLTP
atau kurang)
- Tinggi (Tamat SLTA+)
8
23
25,8
74,2
4
10
28,6
71,4
2
13
13,3
86,7
14
16
23,3
76,7
Umur
< 40 tahun
> 40 tahun
7
24
22,6
77,4
4
10
28,6
71,4
5
10
33,3
66,7
16
44
26,7
73,3
Jumlah kelompok 31 100,0 14 100,0 15 100,0 60 100,0
Selain itu ada dugaan bahwa semakin tua usia pengurus kelompok, akan
semakin luas wawasan mereka, dan berpengaruh pada lebih beragamnya akses
permodalan. Namun data memberikan gambaran bahwa umur pengurus kelompok
71
tampaknya tidak berkaitan dengan akses permodalan. Pengurus kelompok yang
berusia matang (> 40 tahun) persentasenya semakin besar pada akses terhadap
lebih sedikit jenis sumber modal. Pola ini tergambar baik di Kabupaten Gresik
maupun Kabupaten Malang.
LegaIitas keIompok
Dokumen legalitas kelompok berupa SK berdirinya kelompok dari pejabat
tertentu di wilayahnya diduga berperan dalam mendapatkan akses permodalan.
Kelompok yang didukung dengan dokumen mengenai keberadaan kelompok
menunjukkan relatif lebih banyak akses ke berbagai sumber permodalan (3 jenis
atau lebih) dibandingkan akses kurang dari 3 jenis sumber modal. Kelompok yang
mempunyai SK dari Kepala Desa/Lurah tercatat 47 persen mendapatkan akses
terhadap lebih banyak sumber modal (>= 3 jenis sumber modal), sementara akses
terhadap kurang dari 3 (tiga) jenis permodalan persentasenya lebih rendah (Tabel
79). Gambaran yang sebaliknya, pada kelompok yang tidak didukung dengan
legalitas kelompok, proporsi yang besar pada akses ke 1-2 jenis sumber
permodalan.
Tabel 79. Persentase kelompok yang mendapatkan akses modal menurut adanya
SK kelompok, Kabupaten Malang dan Gresik, 2012
Jumlah sumber modal yang diakses kelompok Jumlah
1 sumber modal 2 sumber modal >3 sumber modal
SK Kelompok
n Persen n Persen n Persen n Persen
SK Ka Desa
SK Bupati
Lainnya (tidak
menunjukkan SK)
8
23
25,8
74,2
3
11
21,4
78,6
7
1
7
46,7
6,7
46,7
18
1
41
30,0
1,7
68,3
Jumlah kelompok 31 100,0 14 100,0 15 100,0 60 100,0
Bentuk usaha keIompok
Bentuk usaha kelompok (kelompok atau anggota kelompok mempunyai usaha
atau tidak) memperlihatkan indikasi adanya keterkaitannya dengan beragamnya
72
sumber permodalan yang dapat diakses oleh kelompok. Kelompok yang mempunyai
usaha dalam bentuk usaha kelompok dan perorangan anggota, cenderung
mendapatkan beragam jenis sumber modal. Data menunjukkan bahwa kelompok
yang mempunyai ke dua jenis bentuk usaha tersebut tampak lebih banyak akses
terhadap beragam jenis sumber modal (3 atau lebih), yakni mencapai 80 persen,
sedangkan kelompok yang akses terhadap 1 jenis sumber modal, tercatat hanya 29
persen (tabel tidak disajikan).
Pengetahuan sumber permodaIan
Terdapat indikasi bahwa pengurus kelompok yang mengetahui berbagai sumber
modal relatif lebih banyak mendapatkan akses dari berbagai sumber permodalan.
Pengurus yang mengetahui 3 atau lebih jenis sumber modal, persentase
mendapatkan akses beragam sumber modal (>3 jenis) tercatat lebih tinggi (93
persen) dibandingkan dengan akses modal kurang dari 3 jenis, yaitu 51,6 persen
untuk akses hanya ke satu jenis dan 35,7 persen untuk akses ke dua jenis sumber
modal (Tabel 80).
Tabel 80. Persentase kelompok yang mendapatkan akses modal menurut
pengetahuan pengurus tentang sumber modal, Kabupaten Malang dan
Gresik, 2012
Jumlah sumber modal yang diakses kelompok Jumlah
1 sumber modal 2 sumber modal >3 sumber modal Pengetahuan
sumber modal
n Persen n Persen n Persen
n
Persen
1-3 jenis sumber
>3 jenis sumber
15
16
48,4
51,6
9
5
64,3
35,7
1
14
6,7
93,3
25
35
41,7
58,3
Jumlah
kelompok
31 100,0 14 100,0 15 100,0 60 100,0
KeberIangsungan keIompok
Berkembangnya suatu kelompok usaha tergantung pada berbagai faktor.
Beberapa faktor yang diduga adalah ketersediaan sumber-sumber permodalan,
besar bunga pinjaman yang dibebankan kepada kelompok, serta ketersediaan
73
sumber modal swadaya. Seperti yang diduga, semakin lama kelompok berusaha,
semakin besar kelompok mendapatkan peluang akses dari beragam jenis sumber
modal. Sebagai gambaran, pada kelompok yang telah berusaha selama lebih dari 5
tahun, persentase mendapatkan akses 3 atau lebih jenis modal tercatat 28,6 persen,
sementara pada kelompok usaha yang relatif baru akses terhadap beragam jenis
modal tersebut hanya 12,5 persen (Tabel 81). Pola yang sebaliknya, kelompok yang
akses terhadap 1 (satu) jenis modal cenderung lebih banyak dialami oleh kelompok
usaha yang relatif baru berkembang (0,5-2 tahun).
Tabel 81. Persentase kelompok menurut lama kelompok beraktifitas dan akses
modal, Kabupaten Malang dan Gresik, 2012
Lama kelompok beraktifitas Jumlah Jumlah sumber
modal yang
diakses kelompok
0,5-2 tahun 3-4 tahun > 5 tahun
n Persen n Persen n Persen n Persen
1 jenis modal
2 jenis modal
>3 jenis modal
6
1
1
75,0
12,5
12,5
8
5
4
47,1
29,4
23,5
17
8
10
48,6
22,9
28,6
31
14
15
51,7
23,3
25
Jumlah kelompok 8 100,0 17 100,0 35 100,0 60 100,0
Bunga pinjaman modal yang dikenakan terhadap kelompok usaha beragam.
Ada dugaan bahwa kelompok yang telah lama berkembang akan mendapatkan
akses permodalan dengan bunga relatif lebih tinggi, dibandingkan dengan kelompok
usaha yang relatif lebih baru. Dugaan di atas ternyata kontradiksi dengan kenyataan
hasil survei (Tabel 82). Kelompok-kelompok yang relatif telah lama berkembang
terlihat lebih banyak akses modal dengan bunga rendah, termasuk berupa
hibah/tanpa bunga (47,1 persen pada kelompok dengan lama usaha 3-4 tahun dan
42,9 persen pada kelompok dengan lama usaha >5 tahun). Kondisi ini banyak terjadi
di Kabupaten Malang, karena sebagian sampel kelompok usaha yang awalnya
berupa kelompok UPPKS, sekarang telah berkembang menjadi Kopwan (koperasi
wanita). Untuk akses modal Kopwan adalah melalui fasilitasi dari Dinas Koperasi
setempat. Dana suntikan modal dari Dinas Koperasi berjumlah cukup besar, yaitu 25
juta per kelompok, berupa hibah, namun diharapkan dapat digulirkan ke anggota
kelompok, dan dikembangkan di antara mereka. Gambaran yang sebaliknya, bunga
74
tinggi (lebih dari 12 persen per tahun) lebih banyak diakses oleh kelompok yang
relatif baru berkembang. Hal ini juga terjadi di Malang, dengan contoh sumber
modalnya melalui AKU (Asosiasi Kelompok Usaha) setempat. Pemanfaatan AKU
dengan bunga cukup tinggi ini tampak diharapkan juga oleh kelompok, mengingat
proses pencairan relatif mudah, cepat dan disertai pendampingan dalam
pengelolaan modal dan pemasaran produk kelompok.
Tabel 82. Persentase kelompok menurut bunga pinjaman dan lama kelompok
beraktifitas, Kabupaten Malang dan Gresik, 2012
Lama kelompok beraktifitas Jumlah
0,5-2 tahun 3-4 tahun > 5 tahun Bunga pinjaman
n Persen n Persen n Persen
n Persen
0-6 persen
7-12 persen
> 12 persen
2
2
4
25,0
25,0
50,0
8
1
8
47,1
5,9
47,1
15
11
9
42,9
31,4
25,7
25
14
21
41,7
23,3
35,0
Jumlah
kelompok
8 100,0 17 100,0 35 100,0 60 100,0
Masih berkaitan dengan bunga pinjaman, bunga rendah lebih banyak diakses
oleh kelompok dengan jumlah anggota yang lebih besar. Semakin tinggi jumlah
anggota kelompok, semakin besar proporsinya mendapatkan pinjaman modal
dengan bunga rendah tersebut (Tabel 83). Sebagai gambaran, bunga rendah <6
persen termasuk hibah, paling banyak diakses oleh kelompok dengan anggota >20
orang (54,1 persen); sedangkan akses terendah oleh kelompok dengan jumlah
anggota lebih sedikit (<10 orang) sebesar 21,4 persen).
75
Tabel 83. Persentase kelompok menurut bunga pinjaman dan jumlah anggota
kelompok, Kabupaten Malang dan Gresik, 2012
Jumlah anggota kelompok Jumlah
Bunga pinjaman < 10 orang 10-20 orang > 20 tahun
n Persen n Persen n Persen n Persen
0-6 persen
7-12 persen
> 12 persen
3
5
6
21,4
35,7
42,9
2
1
6
22,2
11,1
66,7
20
8
9
54,1
21,6
24,3
25
14
21
41,7
23,3
35,0
Jumlah kelompok 14 100,0 9 100,0 37 100,0 60 100,0
ModaI swadaya
Modal swadaya diduga berhubungan dengan keberlangsungan usaha
kelompok. Dengan adanya modal swadaya akan memberikan kontribusi alternative
sumber permodalan lain kelompok, sehingga kelompok bisa lebih banyak
meminjamkan pinjaman kepada para anggotanya. Temuan memperlihatkan bahwa
modal swadaya lebih banyak dijumpai pada kelompok yang relatif telah lama
berusaha (Tabel 84). Persentase kelompok yang memiliki dana swadaya dari
anggota, lebih banyak dijumpai pada kelompok yang telah lama berusaha (58,8
persen pada lama kelompok 3-4 tahun, dan 48,6 persen pada kelompok dengan
lama usaha > 5 tahun).
Modal swadaya cenderung terdapat pada kelompok yang jumlah anggotanya
besar (Tabel 85). Kelompok yang mempunyai modal swadaya paling banyak
terdapat pada kelompok yang mempunyai jumlah anggota (> 20 orang) yaitu 73
persen, sementara pada kelompok dengan jumlah anggota sedikit < 10 orang
tercatat hanya 14,3 persen.
76
Tabel 84. Persentase kelompok menurut bunga pinjaman dan lama kelompok
beraktifitas, Kabupaten Malang dan Gresik, 2012
Lama kelompok beraktifitas Jumlah
0,5-2 tahun 3-4 tahun > 5 tahun Modal swadaya
n Persen n Persen n Persen
n Persen
Ada modal
swadaya
Tidak ada modal
Swadaya
2
6
25,0
75,0
10
7
58,8
41,2
17
18
48,6
51,4
29
31
48,3
51,7
Jumlah kelompok 8 100,0 17 100,0 35 100,0 60 100,0
Tabel 85. Persentase kelompok menurut adanya modal swadaya dan jumlah
anggota kelompok, Kabupaten Malang dan Gresik, 2012
Jumlah anggota kelompok Jumlah
< 10 orang 10-20 orang > 20 tahun Modal swadaya
n Persen n Persen n Persen
n Persen
Ada modal swadaya
Tidak ada modal
swadaya
2
12
14,3
85,7
0
9
0,0
100,0
27
10
73,0
27,0
29
31
48,3
51,7
Jumlah kelompok 14 100,0 9 100,0 37 100,0 60 100,0
4.2. DUKUNGAN INSTITUSI UNTUK KEBERHASILAN KELOMPOK UPPKS
Untuk mengetahui berbagai dukungan institusi yang mendukung keberhasilan
kelompok UPPKS yang menyangkut jaringan teknis dan social dilakukan wawancara
dengan informan (Stakeholder) dari berbagai lembaga, seperti BKKBN Provinsi,
SKPD-KB, Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
Dinas Koperasi dan UMKM, dan Asosiasi Kelompok UPPKS (AKU).
77
4.2.1. PENGELOLA PROGRAM
A. Kebijakan
Berkaitan dengan kebijakan tentang UPPKS, kepada informan dari Bidang
Keluarga Kejahtera Provinsi Jawa Timur yang menangani UPPKS ditanyakan
apakah ada kebijakan untuk kelompok UPPKS. Menurut mereka (Kabid KS provinsi)
sewaktu masih ada bantuan modal yang bersumber dari APBN, ada kebijakan
UPPKS yang terkait dengan pengelolaan bantuan modal tersebut, tetapi karena
sekarang tidak ada lagi modal dari APBN, maka tidak ada kebijakan untuk kelompok
UPPKS. Semua bantuan modal dari APBN sudah dikembalikan ke kas Negara.
Namun demikian kemitraan UPPKS dengan pihak lain masih dilakukan, antara lain
dalam permodalan dengan BR, Pegadaian, BPR, dan PT Semen Gresik (CSR).
Kemitraan yang lain dalam bentuk pelatihan dan pemasaran produk dilakukan
dengan Kadin, sedangkan dengan Fatayat, Muslimat, dan Aisyiah dalam bentuk
pelatihan dan pengembangan kelompok UPPKS.
Kebijakan UPPKS di Kabupaten Malang juga sudah dilakukan dalam upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dan keluarga dalam kegiatan ekonomi
keluarga melalui kelompok UPPKS. Strategi operasional yang diterapkan antara lain:
1. Mendekatkan akses informasi kepada kelompok UPPKS (dalam bentuk
permodalan, pendampingan, sosialisasi pengembangan usaha, dan
peningkatan kualitas data basis UPPKS) serta meningkatkan kemandirian
kelompok.
2. Meningkatkan kompetensi melalui pelatihan, orientasi, pembinaan, dan
magang.
3. Meningkatkan sosialisasi program pemberdayaan ekonomi keluarga (PEK)
pada kelompok UPPKS, melalui pameran, penyebaran brosur dan leaflet.
Misi pemerintah Kabupaten Malang yang berkaitan dengan kelompok UPPKS
adalah mewujudkan SDM yang produktif dan berdaya saing serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah yang berbasis sektor pertanian dan pemberdayaan
masyarakat perdesaan. Untuk itu kemitraan yang dilakukan oleh pengelola program
di Kantor Badan KB Kabupaten Malang sekaitan dengan usaha kelompok UPPKS
yang menjadi binaan dan tanggung jawabnya antara lain dengan:
78
1. Dinas Koperasi dan UMKM, dalam hal: fasilitasi permodalan, pelatihan,
pembinaan teknis administrasi dan pemasaran produk bagi kelompok yang
sudah berkembang menjadi Koperasi Wanita (Kopwan) sebanyak 37
kelompok.
2. Dinas Kesehatan dalam hal: perijinan produk makanan dan minuman (PRT),
sosialisasi tentang kelayakan makanan dan minuman dari unsur kesehatan.
3. PKK dalam hal: penggerakan masyarakat dan keluarga, pembinaan
kader/kelompok UPPKS, fasilitasi bantuan pinjaman modal usaha, dan
pemasaran produk.
4. Dinas Perdagangan dan Perindustrian dalam hal: perijinan usaha (HKT),
pelatihan dan pembinaan tentang kualitas produksi, fasilitasi bantuan ATTG
bagi kelompok yang sudah baik pengelolaannya, fasilitasi pemasaran
produk/pameran bagi kelompok yang sudah mempunyai ijin usaha/ijin
produksi.
5. BPR Jatim/UMKM dalam hal: fasilitasi pinjaman modal usaha bagi kelompok
UPPKS.
6. AKU Kabupaten Malang dalam hal: pemberian pinjaman modal usaha bagi
kelompok UPPKS, fasilitasi pemasaran produk/pameran, pembinaan dan lain-
lain.
Koordinasi kelompok UPPKS dengan mitra (Pegadaian, BR dll) adalah dalam
hal peminjaman modal usaha, namun hanya sebagian saja, tidak semua kelompok
memanfaatkan karena jauh dari lokasi kelompok dan tidak semua kecamatan
terdapat pegadaian. Pinjaman lebih dari lima juta rupiah, dengan bunga 1-1,5 % per
bulan dirasakan masih cukup tinggi , selain itu masa MoU/kerjasama dengan Badan
KB sudah berakhir.
Di Kabupaten Gresik menurut Kasie KS Kantor KB dan PP (bu Yani) kebijakan
untuk UPPKS belum tersentuh, karena masih memikirkan program GENRE baik
untuk PK-Remaja maupun BKR. Menurut Bu Yani: Bukan hanya periode saya
menjabat, akan tetapi periode sebelumnya juga kebijakan terkait UPPKS juga
terbengkalai. Akan tetapi khusus untuk daerah kepulauan, pada tahun 2011 ada
penggarapan khusus untuk daerah kepulauan, yaitu Kepualauan Bawean
Kecamatan Tambak. Terdapat 5 kelompok UPPKS bentukan baru dengan masing
79
masing kelompok memperoleh dana sebesar 1 juta per kelompok. Masing masing
anggota dari setiap kelompok sebanyak 5 10 orang. Adapun kelompok yang
memperoleh bantuan tersebut mempunyai persyaratan:
1. Memiliki usaha
2. Dari keluarga pra S dan KS
3. kut ber KB, jika belum ber KB akan di dorong untuk ikut KB
4. Memiliki SK Kepala desa.
Namun demikian ada kebijakan bahwa setelah dihapusnya bantuan modal
bergulir pada tahun 2008, dana yang belum lunas di serahkan ke kabupaten, dan
digulirkan pada masing masing kelompok UPPKS yang masih aktif dan masih
berputar sampai sekarang, dan provinsi masih melakukan monitoring hingga
sekarang.
Meskipun sudah ada MoU dengan lembaga keuangan pemberi dana, namun
belum dilakukan kemitraan UPPKS. Alasannya untuk memperoleh dana tersebut
sulit, karena dalam melakukan pinjaman harus mempunyai agunan sebesar 30
persen dari jumlah yang diajukan, anggota UPPKS itu kan keluarga Pra S dan KS ,
mana ada di antara mereka yang mempunyai BPKB untuk agunan.
Ada pembinaan bagi kelompok UPPKS, yaitu dari kabupaten melakukan
pembinaan ke PLKB, kemudian dari PLKB melakukan pembinaan ke kelompok-
kelompok UPPKS. Akan tetapi pembinaan yang dirasakan bagus adalah di Gresik
bagian Selatan. Setiap 3 bulan sekali mereka melakukan pembinaan ke kelompok
UPPKS atas inisiatif PLKB sendiri. Terkadang mereka mengundang pihak
kabupaten untuk melakukan pembinaan secara langsung. Dana monitoring
sebanyak Rp. 400.000 untuk sekali jalan, selain itu ada dana untuk entry data dan
pelaporan.
Berkaitan dengan kondisi kelompok UPPKS tersebut di atas, informan dari
Gresik (Kasi KS) memberikan kebijakan dan saran sebagai berikut:
1. Untuk menggairahkan kembali kelompok UPPKS, tahun 2011 membagikan
ATTG . setelah dibagikan dampaknya ada perbaikan kelompok. Kebijakan
tersebut diambil karena alat tersebut sudah ada di gudang, dari pada
80
diendapkan lebih baik dibagikan pada kelompok. ATTG tersebut berupa
mesin jahit dan bordir. Berdasarkan pengalaman yang memberikan dampak
positif pada kelompok, maka disarankan pemberian ATTG kepada kelompok
UPPKS jika sudah tidak bisa memberikan bantuan modal lagi.
2. Melakukan monitoring kepada kelompok-kelompok UPPKS yang sudah
terbentuk.
Untuk menambah informasi berkaitan dengan upaya peningkatan pendapatan
keluarga, peneliti mewawancarai informan dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten Gresik (ndah Shofian, Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat) dan
Kasi Pemberdayaan Masyarakat (Suwono). Menurut mereka kebijakan dan
implementasi program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) sejak
tahun 1992, yaitu melalui program npres bantuan desa. Program UP2K diberikan
kepada setiap kelompok, besarnya dana yang diberikan UP2K 1 sampai 2 juta per
kelompok. Sejak adanya Alokasi Dana Desa (ADD) mulai tahun 2004, UP2K tidak
didanai lagi dan tidak dialokasikan bantuan lagi untuk kelompok PKK. Namun
demikian dalam upaya masih melakukan pembinaan setiap tahun diadakan lomba
untuk UP2K dalam rangka Bulan Bhakti Gotong Royong.
Semula kelompok-kelompok seperti UP2K, UPPKS, KUBE, dll sebagai unit
usaha mikro untuk pemberdayaan masyarakat belum memiliki payung hukum. Oleh
karena itu, dengan adanya Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Gubernur Bank
ndonesia tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro, melalui
Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dibuat payung hukum. Selanjutnya berdasarkan
dasar hukum tersebut diturunkan Peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Gresik
Nomor 7 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDES). Maksud dan tujuan dibentuknya Bumdes sebagai wadah kegiatan
usaha-usaha desa untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan desa dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat desa yang dikelola pemerintah desa
dan masyarakat.
Berdasarkan kebijakan tersebut diharapkan setiap desa dapat dibentuk Bumdes.
Fungsinya untuk mengkolaborasikan dalam satu payung hukum kegiatan holistic
81
integratif usaha pelayanan jasa yang meliputi: lembaga keuangan mikro seperti
UP2K, UPPKS, yang memberikan usaha simpan pinjam, perkreditan, termasuk
usaha reproduksi dan perdagangan umum seperti industri kecil, pemasaran hasil
pertanian, perkebunan dan perikanan dan sebagainya. Bentuk Bundes dapat berupa
Perusahaan Desa (Perusdes), Peserseroan Terbatas, Usaha Bersama dan
Koperasi. Adapun permodalan Bumdes yang dikembangkan dapat berasal dari
modal usaha sendiri yang diusahakan pemerintah desa, tabungan masyarakat,
bantuan pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten, pinjaman,
penyertaan modal masyarakat desa, pihak lain atau kerjasama bagi hasil atas`dasar
saling menguntungkan.
Bertitik tolak dari keberadaan Bumdes, memberikan peluang terhadap lembaga
keuangan mikro yang selama ini dikembangkan seperti halnya UPPKS yang sejak
tahun 2010 sudah tidak memberi kucuran dana lagi dari APBN akan bisa
berkembang dengan baik. Karena dengan adanya Bumdes ini pengajuan modal
untuk pengembangan kelompok menjadi tidak masalah lagi, karena Bumdes
keberadaannya dilindungi payung hukum yang jelas dan mempunyai kekuatan
hukum untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga seperti Lembaga
Keuangan/Perbankan, PMDN, PMA, BUMN dengan jumlah kredit berapapun yang
dibutuhkan oleh kelompok usaha. Bukan hanya itu saja, dalam meningkatkan
pemberdayaan masyarakat lembaga pihak ketiga tersebut juga berkewajiban
memberikan pelatihan dan pembinaan administrasi dan manajemen kepada
Bumdes. Dengan adanya kegiatan yang terintegrasi secara menyeluruh tersebut
harapan adanya Bumdes dapat merangkul unit-unit usaha kelompok usaha mikro
akan berjalan lebih optimal.
Pembentukan Bumdes di Kabupaten Gresik sudah mencapai 52 kelompok,
nantinya disetiap desa diwajibkan membentuk Bumdes. Salah satu alasan mengapa
pemerintah daerah mengarahkan pada pentingnya pembentukan Bumdes,
dikarenakan untuk pengembangannya Bumdes bisa mengusulkan kebutuhan
permodalan dari Pemda melalui mekanisme yang ada. Besarnya dana yang
diberikan kurang lebih 20 juta, peruntukannya adalah untuk penguatan kelembagaan
sebesar 5 juta dan 15 juta untuk pengembangan kelompok.
Upaya pengembangan pemberdayaan masyarakat lainnya, bisa juga dilakukan
melalui kerjasama dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR
82
dilakukan oleh perusahaan yang menyediakan dana social untuk bermitra dengan
kelompok usaha kecil yang memerlukan kemitraan dan pembinaan.Sebagai contoh
yang dilakukan oleh Kepala Kantor Pemberdayaan masyarakat mantan Camat
Gresik. Menurut informasi yang disampaikan seperti berikut ;
.Selama ini anggaran yang diberikan oleh APBD selalu mengakomodir
kepentingan untuk mensukseskan RPJMD. Mekanisme yang dilakukan
melalui musrenbang tingkat desa ke musrenbang tingkat kecamatan dan
selanjutnya ke musrenbang tingkat kabupaten. Namun demikian jika usulan
yang diajukan cukup banyak sedangkan dana terbatas, maka perlu dilakukan
kemitraan dengan pihak ketiga. Yang pernah dilakukan kerjasama dengan
CSR biasanya bukan permintaan dana namun berupa pelatihan, pembinaan
untuk mengembangkan perindustrian dan perdagangan agar produksi yang
dihasilkan memberikan nilai jual yang maksimal.. (Indah, Ka PM)
Dari pernyataan tersebut, timbul kesan bahwa peluang untuk mencari solusi
terhadap permasalahan dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat
juga sangat tergantung antusiame dari semua pihak terutama ketua kelompok
maupun pimpinan wilayah mulai dari tingkat desa/kelurahan atau kecamatan. Di
Kecamatan Gresik terdapat "forum Sinergitas Kecamatan, adalah wadah diskusi
bersama antara pejabat kecamatan, desa dan para tokoh masyarakat serta
perwakilan masyarakat untuk membahas proposal yang telah diajukan. Apabila
proposal yang diajukan pada kenyataannya tidak direalisasikan maka akan
ditindaklanjuti dengan mengembangkan kemitraan dengan pihak ketiga. Misalnya
kerjasama yang dilakukan telah berhasil melatih 180 orang untuk mendapatkan
pelayanan prima. Umpan balik yang diberikan agar merasakan manfaat bersama
pada pelaksanaannya dan follow up kegiatannya dilakukan pendokumentasian
sehingga program yang dilaksanakan bisa dirasakan semua pihak. Oleh karena itu
pendekatan yang dilakukan melalui kebersamaan tersebut akan terus berlangsung
dengan saling mengkomunikasikan program masing-masing.
Ada pertanyaan, mengapa program pemberdayaan masyarakat melalui
pemberian akses modal yang dimiliki oleh beberapa instansi tidak saling integritasi?,
menurut informasi yang disampaikan Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat
salah satunya karena dalam penentuan rumpun jabatan tidak ada tugas Fungsi yang
mengakomodir kegiatan tersebut. Akibatnya egosektor masih muncul. Selain itu
83
dengan adanya pergantian kepala desa tidak ada komunikasi lebih lanjut. Pelatihan
dan pembekalan kepada kepala desa juga tidak ada, sehingga keberadaan program
tidak saling memiliki kecuali yang bersangkutan yang telah diberikan tanggung
jawab. Sehingga apabila program sudah tidak ada dukungan terhadap
kelangsungannya, seperti halnya UPPKS yang pada saat ini sudah tidak ada
'droping' dana lagi menjadi mati atau tidak berjalan.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang berakibat tidak berjalannya
kelompok usaha mikro di pedesaan, maka saran yang diberikan perlu memperkuat
adanya Bumdes. Semua kelompok melalukan afiliasi terhadap kepentingan bersama
dalam upaya mengembangkan kelompok. Semua dana yang disalurkan dari
berbagai sumber dibawah naungan payung hukum sehingga keberadaanya yang
kurang memadai bisa ditopang yang lain. Selain saran untuk Pusat, perlunya
dibentuk Pokjanal Bumdes dibawah koordinasi Dirjen PMD dan seyogjanya dalam
penjabarannya kelompok-kelompok seperti UPPKS, Kelompok Tani, Kube dan
lainnya sudah terakomodir.
B. Sumber ModaI
Menurut Kabid KS provinsi sumber modal yang diterima kelompok UPPKS
berasal dari Pegadaian melalui Kredit Krista (Kredit ndustri Rumah Tangga), BR
Kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat), dan yang terbaru adalah Kredit Pundi Rakyat dari
BPR Jatim. Persyaratan untuk memperoleh bantuan modal usaha kelompok UPPKS
dari setiap lembaga keuangan/perbankan berbeda-beda yang harus dipenuhi calon
kreditur, yaitu dalam bentuk jaminan asset barang tak bergerak atau emas.
Sedangkan bentuk kerjasama antara lembaga keuangan dengan kelompok UPPKS
dapat berupa Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dan dalam bentuk fasilitasi
permodalan dan pelatihan.
Besar pinjaman, bunga, dan angsuran untuk kelompok UPPKS berbeda menurut
sumber modalnya, antara lain dari:
Kredit Krista : besar pinjamannya 100.000 s/d 1.000.000, bunga 1% per bulan
flat atau 12% per tahun flat, dan angsuran disesuaikan dengan besar
pinjaman.
84
Kredit KUR: plafond kredit maksimal 20 juta, suku bunga efektif maksimum
22% per tahun, dan angsuran disesuaikan dengan besar pinjaman.
Kredit Pundi rakyat: plafond kredit maksimal 10 juta per orang dalam
kelompok, suku bunga 6% efektif tahunan, dan angsuran disesuaikan besar
pinjaman.
Di Kabupaten Malang sumber modal UPPKS berasal dari Dinas Koperasi dan
UKM, BPR Jatim, PNPM Mandiri, BPC AKU Kabupaten Malang, dan BPD AKU
Provinsi Jawa Timur. Bentuk kerjasama selain bantuan modal usaha untuk
kelompok UPPKS, juga memberi pelatihan/orientasi, pembinaan dan pemasaran
produk dengan AKU (Asosiasi Kelompok UPPKS). Asosiasi kelompok UPPKS (AKU)
adalah organisasi Non Pemerintah yang bersifat mandiri dan independen dan
bergerak dalam memperjuangkan ekonomi kerakyatan, pengembangan ekonomi
mikro, dan ekonomi keluarga produktif. Program kerjanya antara lain memfasilitasi
kelompok UPPKS untuk akses terhadap sumber permodalan, terutama dari
Lembaga Pengelola Dana Bergilir (LPDB) serta melakukan pendampingan
kelompok, termasuk memfasilitasi dalam pelatihan.
Masing-masing pemberi modal mempunyai persyaratan yang berbeda-beda
untuk kelompok UPPKS yang akan memperoleh bantuan modal. Persyaratan
tersebut antara lain:
Mengajukan pinjaman dengan cara mengisi formulir dan direkomendasi oleh
PKB/PLKB/PPLKB, Kepala Desa/Lurah, dan Ketua AKU atau direkomendasi
oleh Kabid KS dan Kepala Badan KB untuk pengajuan ke BPR Jatim atau ke
AKU.
Fotocopy KTP ketua, kartu KB, dan KK.
Agunan untuk pinjaman di atas 5 juta rupiah per orang berupa BPKB/sertifikat
tanah.
Dilakukan survei untuk mengetahui kelayakan usaha dan keberadaan
kegiatan kelompok usaha.
Jenis pinjaman berupa modal usaha/keuangan, berupa hibah, dan ATTG. Besar
pinjaman antara lain dari:
85
BPR Jatim: 1 orang max Rp.2.000.000, satu kelompok jumlah anggota 5-10
orang. Bunga 1% per bulan. Angsuran 12-24 bulan atau 12 kali/24 kali.
AKU Kabupaten Malang: 1 orang 1-5 juta, jasa pinjaman 15% per tahun,
angsuran 12 bulan (1 tahun).
C. Sumber Akses ModaI
Peran media dan mitra kerja cukup penting dalam memberikan informasi tentang
akses modal. Menurut Kabid KS provinsi, mereka mengetahui akses permodalan
antara lian dari BKKBN Pusat, survei di internet dan dari rekan/mitra kerja yang
pernah memanfaatkan jasa akses permodalan dari lembaga keuangan/perbankan,
khususnya bagi usaha mikro seperti UPPKS. Sedangkan dari Bidang KS Kabupaten
Malang informasi tentang akses permodalan selain diperoleh dari BKKBN Provinsi
Jawa Timur, juga diperoleh dari brosur/leaflet BPR Jatim, BR, Pegadaian, AKU
Kabupaten Malang, sosialisasi keterpaduan program, dan Posdaya.
Dengan mengetahui akses modal tersebut, lebih lanjut sosialisasi yang dilakukan
BKKBN Provinsi Jawa Timur antara lain,
1. Berkoordinasi dengan penyedia layanan permodalan/kredit seperti lembaga
keuangan/perbankan tentang peluang kerjasama yang mungkin dapat
dilakukan serta minta petunjuk tentang mekanisme penyaluran kredit yang
ditawarkan.
2. Jika memang ada peluang dan kredit yang ditawarkan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan kelompok UPPKS, maka perlu ditindak lanjuti
dengan membuat petunjuk teknis dan penandatanganan MoU untuk
memperlancar realisasi kredit.
3. Setelah terbentuk petunjuk teknis dan ada MoU, maka langkah selanjutnya
adalah mengundang kabupaten/kota untuk sosialisasi kredit/bantuan modal
tersebut.
Sementara itu, sosialisasi yang dilakukan di Kabupaten Malang adalah melalui
rapat koordinasi PPLKB tiap bulan, Rakerda, pembinaan langsung ke kelompok
UPPKS dan melalui orientasi/pelatihan/pemantapan kader UPPKS.
Jenis bantuan modal yang diakses oleh kelompok UPPKS untuk usaha produksi
dan simpan pinjam, yang diakses adalah bantuan kredit usaha mikro yang
86
agunannya mudah dan bunga tidak memberatkan kelompok UPPKS. Sebagai
contoh dari Kredit Rumah Tangga (Krista), Kredit Usaha Rakyat (KUR), bantuan
hibah dari koperasi, Bapemas KB dan pinjaman modal dari perusahaan swasta
(CSR). Di Malang jenis modal yang diakses antara lain dari Dinas Koperasi dan
UKM (hibah), BPR Jatim (Pundi Rakyat), BPC AKU, BR (KUR), dan PNPM Mandiri.
D. Mekanisme
Berkaitan dengan mekanisme mendapatkan pinjaman modal yang ada di
lembaga keuangan, di tingkat provinsi yang dilakukan antara lain koordinasi terlebih
dahulu dengan lembaga keuangan yang memberi pinjaman, kemudian membuat
petunjuk teknis dan nota kesepahaman bersama (MoU) serta ke SKPD KB
kabupaten/kota melalui pertemuan di provinsi. Secara umum tidak ditemui kendala
mengenai mekanisme mendapat pinjaman asalkan sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
Persyaratan untuk mendapatkan modal tiap lembaga keuangan/perbankan
berbeda. Di Provinsi Jatim syarat yang biasanya ditetapkan oleh lembaga
keuangan/perbankan antara lain ada KTP, kelayakan usaha, lama usaha berdiri,
identitas usaha, susunan kepengurusan, dan agunan baik yang hanya tercatat
maupun yang harus di sita/dijaminkan di lembaga keuangan. Selain itu yang
terpenting adalah legalitas pembentukan kelompok dan kegiatan kelompok benar-
benar ada. Persyaratan mendapatkan modal di Kabupaten Malang terlihat lebih
banyak, antara lain:
Mengajukan pinjaman dengan mengisi formulir dan rekomendasi oleh
PKB/PLKB/PPLKB, Kepala Desa/Lurah, dan Ketua AKU. Atau direkomendasi
oleh Kabid Keluarga Sejahtera dan Ka. Badan KB untuk pengajuan ke BPR
Jatim
Fotocopy KTP ketua, kartu KB dan KK.
Anggunan untuk pinjaman di atas 5 juta rupiah per orang berupa
BPKB/sertifikat tanah.
Di survei untuk mengetahui kelayakan usaha dan keberadaan kegiatan
kelompok usaha.
Bagaimana dengan angsuran, waktu, dan bunga yang dibebankan pada
peminjam, menurut informan dari Provinsi Jawa Timur untuk angsuran disesuaikan
87
dengan besar pinjaman dan menjadi kesepakatan antara pihak Bank dengan
kelompok/kreditur. Waktu pengembalian sesuai dengan besar pinjaman kelompok
dan ketentuan prosedur yang ditetapkan lembaga keuangan/perbankan. Sedangkan
bunga yang dibebankan menjadi tanggung jawab bersama kelompok dan besarnya
disesuaikan dengan suku bunga yang berlaku. Sebagai contoh di Kabupaten
Malang, angsuran setiap bulan dengan jangka waktu 1 tahun, jasa 15% per tahun
untuk AKU Kabupaten Malang. Sedangkan BPR Jatim, angsuran 12-24 bulan atau
12 kali/24 kali, bunga 1% per bulan. Kelompok UPPKS yang mengakses modal
selama 3 tahun terakhir adalah sebanyak 6 kelompok dari BPR Jatim dengan jumlah
anggota 41 orang. Sementara itu, dari AKU Kabupaten Malang sebanyak 69
kelompok dengan jumlah anggota 668 orang.
Mengenai kelompok UPPKS yang menunggak menunjukkan bahwa untuk kredit
terbaru seperti dari Pundi Rakyat BPR Jatim belum ada yang menunggak karena
masih baru realisasi tahun 2011. Kelompok UPPKS yang menunggak di Kabupaten
Malang terjadi di 29 kelompok dengan anggota 249 orang dan total dana Rp
255.788,053 di 13 kecamatan.
E. FasiIitasi
Setelah diberi bantuan modal, dilakukan pelatihan kelompok UPPKS yang
menerima modal. Dalam hal ini di tingkat provinsi dilakukan pelatihan kepada
pengelola program UPPKS dari kabupaten/kota, kemudian diteruskan dengan
melatih kepada kelompok UPPKS penerima modal. Di Kabupaten Malang diberikan
dalam bentuk motivasi dan pembinaan atau orientasi berupa pemantapan kepada
kelompok misalnya mengenai sistem tanggung renteng. Materi yang diberikan
antara lain:
Manajemen/pengelolaan kelompok UPPKS dan administrasi baku.
Dinamika kelompok dan sistim tanggung renteng.
Pemberdayaan ekonomi keluarga melalui kelompok UPPKS.
Cara pengajuan PRT dan HKT.
Sedangkan pembinaan bagi kelompok UPPKS dapat berupa perorangan
maupun kelompok, diskusi dan simulasi. Sebagai pelaksana pembinaan adalah
PPLKB/PLKB setempat, PKK, Dinas Koperasi dan UKM, Badan KB Kabupaten
88
Malang melalui Kabid KS dan Kasubid PEK. Frekwensi pembinaan yang dilakukan
PPLKB/PLKB setiap bulan, sedangkan Dinas Koperasi dan UKM pembinaan
dilakukan apabila diperlukan dan waktunya disesuaikan dengan program kegiatan
dinas. Di Kabupaten Gresik pembinaan dilakukan PLKB ke kelompok-kelompok
UPPKS. Akan tetapi pembinaan yang dirasakan bagus adalah di Gresik bagian
Selatan. Setiap 3 bulan sekali mereka melakukan pembinaan ke kelompok UPPKS
atas inisiatif PLKB sendiri. Terkadang mereka mengundang pihak kabupaten untuk
melakukan pembinaan secara langsung.
F. Kebutuhan KeIompok UPPKS
Berkaitan dengan kebutuhan kelompok UPPKS, ditanyakan tentang apa yang
dilakukan BKKBN untuk kelompok UPPKS jika sumber modal dari BKKBN sudah
tidak ada lagi. Menurut Bidang KS yang dilakukan antara lain:
a. Mengupayakan alternatif permodalan melalui fasilitas permodalan dengan
lembaga keuangan/perbankan.
b. Memberi bantuan sarana ATTG untuk memperlancar proses produksi.
c. Memberikan pelatihan teknis sebagai upaya pengembangan UPPKS.
Sedangkan di Kabupaten Malang yang dilakukan oleh Badan KB adalah
memberikan motivasi untuk kemandirian melalui simpanan wajib dan simpanan
sukarela serta memfasilitasi akses permodalan kepada lembaga keuangan.
Buku atau pedoman yang dimiliki kelompok UPPKS menurut Bidang KS Provinsi
adalah Buku Pedoman pengelolaan dan pengembangan UPPKS, sedangkan di
Kabupaten Malang terlihat lebih banyak buku atau pedoman yang dimiliki UPPKS,
antara lain:
a. Buku simpan pinjam dan sukarela
b. Pengelolaan kelompok UPPKS
c. Dinamika kelompok
d. Sistim tanggung renteng
e. Adminstrasi keuangan kelompok
Pembukuan di kelompok UPPKS beragam, namun rata-rata bagi kelompok
dasar umumnya masih menggunakan pembukuan sederhana, yaitu berupa
pembukuan umum seperti arus kas masuk dan keluar. Sedangkan sebagian kecil
kelompok UPPKS yang sudah berbentuk koperasi menggunakan sistem pembukuan
lengkap. Bagi kelompok berkembang dan mandiri, pembukuan sangat tertib terlebih
89
kelompok yang telah memiliki Badan Hukum atau menjadi Kopwan, karena
mendapat pembinaan langsung dari Dinas Koperasi.
G. PengeIoIaan KeIompok UPPKS
1. Syarat Pembentukan Kelompok
Syarat pembentukan kelompok UPPKS ternyata berbeda-beda, namun menurut
informan Bidang KS secara umum harus punya usaha produktif serta sebagai
peserta KB terutama dari Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga KS . Di
Kabupaten Malang persyaratannya terlihat lebih khusus, yaitu:
a. Mempunyai kegiatan ekonomi produktif dan dalam satu wilayah.
b. Pembentukan kepengurusan kelompok (ada Ketua, Sekretaris, Bendahara,
anggota 5 sampai 20 orang)
c. SK Kelompok/legalitas yang ditandatangani oleh Ka. Desa/Lurah
2. Syarat Menjadi Anggota Kelompok
a. Diutamakan peserta KB yang mempunyai kegiatan ekonomi produktif
b. Keluarga Pra S dan KS yang belum ber-KB
c. Keluarga KS , KS sebagai fasilitasi dan pendorong kelompok/dukungan
d. Anggota BKB, BKR, BKL dan Pik Remaja yang mempunyai UEP,
Kelompok KB pria, LSOM/LSM.
3. Dana Monitoring Kelompok UPPKS
Dana monitoring kelompok UPPKS menurut Bidang KS Provinsi untuk beberapa
tahun terakhir ini tidak tersedia di DPA BKKBN Provinsi Jawa Timur. Namun di
Kabupaten Malang tersedia dana untuk pendampingan bagi petugas KB dari
BKKBN (Program ikut Kasi PEK). Selain itu ada dana untuk orientasi,
pemantapan dan pembinaan bagi pengurus/kader kelompok UPPKS yang
tersedia dari APBD meskipun namun terbatas. Demikian juga AKU Kabupaten
Malang, tersedia dana khusus yang mempunyai tunggakan.
Lebih lanjut ditanyakan tentang pengelolaan kelompok UPPKS yang kurang
kondusif saat ini. Bidang KS Provinsi memberikan beberapa alternatif yang dapat
90
dilakukan berkenaan dengan kurang kondusifnya kelompok UPPKS saat ini
antara lain:
a. Dengan terbatasnya anggaran untuk pembinaan dan monitoring maka salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan lintas sektoral
atau melalui mitra kerja.
b. Melakukan perbaikan pola pemasaran.
c. Memberikan bantuan sarana produksi ATTG
d. Fasilitasi modal ditingkatkan melalui lembaga Keuangan atau Perbankan
yang menawarkan kredit yang cocok untuk UPPKS.
e. Mengupayakan adanya Bapak Angkat bagi pengembangan kelompok
UPPKS.
Sementara itu, pengelola di Kabupaten Malang dalam hal ini tetap memberikan
semangat kepada para kader kelompok UPPKS, dan selalu komunikatif kepada
kelompok-kelompok UPPKS.
H. Saran-Saran Untuk KeIangsungan KeIompok UPPKS
1. Aspek Pembentukan Kelompok
a. Dalam membentuk kelompok di awal pembentukan hendaknya ada
kesepakatan dan consensus antara anggota kelompok demi kesinambungan
kelompok selanjutnya.
b. Peran dan tanggung jawab harus jelas.
c. Kelompok harus ada harmoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat
mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
d. Anggota kelompok saling mempercayai satu sama lain dan berkeinginan
memberikan kontribusi bagi kemajuan kelompok.
e. Diharapkan pembentukan kelompok baru, diberi rangsangan pinjaman modal
usaha atau dana hibah dari BKKBN Pusat/Provinsi sebagai wahana untuk
mengembangkan semangat keluarga Pra S dan KS untuk menjadi
wirausaha guna peningkatan tahapan yang lebih tinggi.
2. Aspek Modal
a. Selain mencarikan alternative permodalan dari lembaga Keuangan atau
Perbankan, alangkah baiknya jika ada bantuan modal rutin yang bersumber
91
dari DPA BKKBN setiap tahunnya sebagai upaya menumbuhkan kembali
semangat berwira usaha serta pengembangan usaha kelompok UPPKS.
b. Untuk menunjang peningkatan usaha, maka perlu diupayakan dana/modal
yang merupakan salah satu faktor penting yang harus ada di kelompok.
Modal dapat diperoleh dari tabungan sukarela dan wajib dan pinjaman dari
AKU Kabupaten Malang
c. BKKBN Pusat/Provinsi mengupayakan dan memfasilitasi pinjaman, modal
usaha dengan bunga yang sangat ringan (6% per tahun).
3. Aspek Pengembangan
a. Melakukan restrukturisasi manajemen kelompok.
b. Pelatihan dan promosi kelompok UPPKS ditingkatkan.
c. Penjajagan perluasan wilayah pemasaran.
d. Anggaran untuk pembinaan dan monitoring di lapangan ditingkatkan,
sehingga lebih memahami kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
kelompok.
e. Untuk mendukung pengembangan jaringan kelompok, diupayakan menjalin
hubungan antar kelompok dengan lembaga/instansi terkait dan lembaga
keuangan untuk meningkatkan perbaikan kualitas produk, pemasaran,
permodalan, pembinaan, pedampingan dengan tujuan untuk kelanjutan usaha
kelompok.
f. Melalui kegiatan pendampingan diharapkan dapat meningkatkan kemauan
semangat dan kemampuan keluarga dalam berwirausaha untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok.
g. Kelompok berharap ada bantuan/hibah dropping ATTG dari Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur atau BKKBN Pusat, guna peningkatan usaha
dan mendukung kegiatan kelompok UPPKS.
4.2.2. LEMBAGA KEUANGAN (KOPERASI, PERBANKAN, AKU)
Wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan dari Koperasi, Bank
Perkreditan Rakyat, dan AKU dimaksudkan ingin mendapatkan informasi tentang
kebijakan dan implementasi, akses permodalan, dan fasilitasi pada kelompok
UPPKS. nformasi lebih banyak diperoleh dari Kabupaten Malang dibanding
92
Kabupaten Gresik. Penggarapan kelompok UPPKS memang lebih baik di
Kabupaten Malang dibanding Kabupaten Gresik. Kelompok UPPKS di Kabupaten
Gresik belum merupakan prioritas penggarapan, yang lebih di prioritaskan adalah
Program GENRE , PK-Remaja, dan Bina Keluarga Balita (BKR).
A. Kebijakan dan ImpIementasi
Menurut Kepala Bidang Bina Kelembagaan Koperasi, Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Kabupaten Malang (Drs. Mudji,MM), yang
terkait dengan kebijakan permodalan, dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengacu pada program dari pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk pemberian
modal yang bersifat hibah. Program ini ditujukan untuk memaksimalkan
pemberdayaan ekonomi perempuan, dan implementasinya disalurkan melalui
Koperasi Wanita (Kopwan). Untuk Provinsi Jawa Timur, jumlah tersebar di
8.506 desa/kelurahan di seluruh Jatim. Masing-masing Kopwan diberikan
bantuan modal Rp. 25 juta berasal anggaran APBD Jatim, jika pengelolaan
dan administrasinya baik (lancar), modal dapat ditambah Rp. 25 juta lagi.
Program satu desa satu Kopwan dilaksanakan Dinkop dan UMKM Jatim mulai
tahun 2009 dengan pembentukan 3.750 unit Kopwan, yang masing-masing
mendapatkan dana Rp.25 juta per Kopwan. Di antaranya 1.000 Kopwan
berkinerja baik telah dipilih pada tahun 2011 dan diberikan tambahan modal
Rp 25 juta untuk dipinjamkan kepada anggota.
Pada tahun 2010 program tersebut dilanjutkan dengan membentuk 4.250
Kopwan memanfaatkan dana APBD murni serta 506 Kopwan dengan
dukungan dana PAK. Dengan demikian, pada 2010 telah terbentuk 8.506
Kopwan di 8.506 desa yang terdapat di Jatim.
Di Kabupaten Malang sendiri, terdapat 390 Kopwan yang tersebar di 390 desa
di 33 kecamatan. Dari 390 Kopwan yang dibentuk dalam rangka program
pemprov Jatim ini, terdapat 37 kelompok UPPKS yang dibentuk dan dibina
oleh Badan KB Kab Malang yang sudah dapat ditingkatkan menjadi koperasi
wanita (Kopwan), bahkan 15 kelompok di antaranya mendapat prioritas
93
pinjaman hibah. Meskipun modal ini bersifat hibah, tetapi ditekankan pada
kelompok (dalam hal ini kopwan) bahwa modal ini sifatnya bergulir yang
diberikan kepada koperasi untuk selanjutnya dipinjamkan ke anggota
Adapun syarat-syarat untuk mendapatkan pinjaman antara lain :
KTP
Modal awal minimal harus terkumpul 15 juta (dari simpanan suka
rela dan simpanan wajib).
Minimal anggota 20 orang
Proses peningkatan status kelompok usaha ekonomi produktif (salah satunya
adalah UPPKS) diawali dengan adanya sosialisasi ke tingkat kecamatan-
kecamatan (koordinasi dengan camat, dan kepala desa). Dalam sosialisasi
diterangkan bagaimana pembentukan koperasi. Proses ini dapat dikatakan
sebagai pembentukan pra-koperasi, materi yang disampaikan meliputi
bagaimana menyusun rencana kerja, struktur organisasi, akte pendirian
koperasi, pengesahan ke notaris dan lain-lain. Secara khusus sebagai
implementasi surat gubernur untuk membentuk koperasi sekunder (karena
dipandang belum mampu) maka dilakukan penguatan koperasi primer melalui
peningkatan status kelompok-kelompok usaha produktif yang sudah ada, di
antaranya adalah kelompok UPPKS. Sehingga untuk proses pengurusan akte
pendirian dan notaris dapat difasilitasi oleh dinas koperasi tanpa harus
mengeluarkan biaya. Menurut informasi dari Kabid KS, pengurusan akte
sendiri membutuhkan sekitar Rp. 750.000-. Pembiayaan untuk pembentukan
Kopwan sepenuhnya difasilitasi oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur (satu
paket dengan modal yang disediakan). Disamping pembiayaan untuk
pembentukan Kopwan, pemprov Jatim juga menyediakan anggaran untuk
melakukan pelatihan dan bintek kepada Kopwan yang dibina.
Setelah proses pra koperasi, maka selanjutnya adalah dilakukan fasilitasi
untuk pembentukan Kopwan, penyusunan rencana kerja yang akan datang,
penyusunan laporan RAT (rapat anggota tahunan) dan lain-lain. Setelah
Kopwan terbentuk, mediberikan kanisme pencairan dana langsung ke
pengurus Kopwan.
94
b. Disamping program pembentukan Kopwan dari pemprov Jatim, di Kab.
Malang, juga terdapat program untuk akses modal yang lain yaitu dari
Badan Layanan Umum Daerah/BLUD (berasal dari APBD Kab). Untuk tahun
2012 ini tersedia sekitar 3,8 Milyar yang terbagi untuk: (1) UKM kecil (10 juta
ke bawah : dengan syarat tidak perlu NPWP, SUPP, tetapi ada agunan); (2)
UKM menengah (maksimal 50 juta; harus ada SUP, TDP, agunan); (3)
koperasi (maksimal 150 juta; untuk Kopwan, belum ada yang mendapatkan
modal BLUD ini, karena syaratnya adalah minimal sudah melakukan RAT 2
kali. Saat ini sudah ada Kopwan yang diajukan untuk mendapatkan BLUD,
tetapi belum disetujui. Pinjaman modal ke kelompok koperasi ini, masa
berlakunya adalah 2 tahun, tenggang waktu 3 bulan dengan bunga 6 persen
per tahun (merupakan peluang untuk kelompok UPPKS yang sudah
berkembang dan meningkat menjadi koperasi serta sudah memenuhi syarat
RAT 2 kali). Akan tetapi masalah yang dihadapi adalah, untuk pengurusan
menjadi Kopwan, diperlukan biaya administrasi di antaranya biaya untuk
pengurusan ke notaris (akte pendirian) yang membutuhkan biaya tidak
sedikit. Sementara pemkab sendiri tidak memfasilitasi sebagaimana program
Kopwan dari pemprov.
AIokasi anggaran yang terserap
Sejak digulirkannya program Kopwan tahun 2009, penyerapan anggaran di
Kabupaten Malang dilakukan secara bertahap; tahap pertama tahun 2009,
terserap untuk 92 kopwan (tidak bisa semuanya karena waktu pencairan
anggaran sudah mepet). Tahap kedua tahun 2010: terserap 80 Kopwan,
selanjutnya 195 kopwan dan setelah terjadi PAK (perubahan anggaran)
terserap 23 Kopwan, sehingga secara keseluruhan anggaran sudah terserap
390 Kopwan.
Selanjutnya 46 Kopwan yang mendapatkan modal usaha pada tahun 2009,
dan 46 Kopwan yang mendaptakan modal usaha pada tahun 2010, setelah
dievaluasi mendapatkan tambahan modal lagi karena kinerja mereka dinilai
bagus.
Menurut informan, tidak jelas apakah semua Kopwan yang sudah terbentuk
akan mendapatkan tambahan modal atau tidak setelah penyaluran tahap
95
pertama. nforman berharap semua Kopwan akan memperoleh guliran dana
berikutnya.
Komitmen/MoU dengan BKKBN
Secara formal tidak ada MoU antara Dinas Koperasi dengan Badan KB dalam
hal penyaluran modal ke kelompok UPPKS yang sudah meningkat statusnya
menjadi Kopwan. Mekanisme kerjasama di era desentralisasi lebih fleksibel
dibawah kendali koordinasi kepala daerah. Ketika ada surat Gubernur untuk
membentuk Kopwan, maka pemkab mengkoordinir satker terkait untuk melakukan
kerjasama kemitraan.
Komitmen/MOU antara BPR dengan BKKBN di tingkat Kabupaten Malang
dan Gresik tidak ada. MoU untuk pelaksanaan kerjasama, awal kemitraan adalah
tindak lanjut pertemuan di tingkat provinsi yang melakukan sosialisasi tentang
kerjasama Damandiri dengan BPR Jatim. Pada saat sosialisasi tersebut,
dijelaskan bahwa BPR Jatim menyediakan pinjaman modal ke kelompok posdaya
dan UPPKS. Setelah mendapatkan informasi dari provinsi, Bidang KS khususnya
di Kabupaten Malang melakukan pendekatan dengan BPR untuk selanjutnya
mengadakan sosialisasi Kredit Pundit Rakyat di forum pertemuan pengurus
UPPKS se Kabupaten Malang.
Komitmen/MoU antara AKU dengan BKKBN, seperti yang dikemukakan
ketua AKU bahwa AKU (Asosiasi Kelompok UPPKS) merupakan lembaga
swadaya masyarakat yang mendukung program dan kegiatan bidang KS. Salah
satu dari tugas AKU adalah mengelola dana outstanding KUKESRA dan dana
hibah dari Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur kepada masyarakat melalui
kelompok UPPKS, oleh karena itu tidak ada MoU antara AKU dengan BKKBN.
KendaIa yang dihadapi oIeh AKU
Kendala yang paling utama adalah masih banyaknya tunggakan angsuran
pinjaman dari anggota kelompok. Beberapa hal yang menyebabkan tunggakan
terjadi antara lain ;
1). Kelompok bubar (tidak ada lagi)
96
2). Pengurus kelompok beralih profesi menjadi TKW atau terjadi pergantian
pengurus
3). Usaha anggota kelompok mengalami kegagalan . Hal ini disebabkan karena
awal dari pembentukan kelompok UPPKS mayoritas anggota adalah KPS dan
KS yang belum tentu mempunyai usaha produktif
KesuIitan daIam Penanganan Kopwan :
a) Jarak jauh sehingga menyulitkan untuk melakukan monev ke lapangan,
sebagai contoh, jarak dari kantor koperasi dengan Kecamatan Kasembon sampai
pada kelompok Kopwan yang terdapat di desa lebih dari 100 km dengan kondisi
wilayah pegunungan. Hal ini disiasati dengan pembentukan paguyuban Kopwan
di tingkat kecamatan, sehingga memudahkan dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi. Pada saat pembinaan, semua pengurus Kopwan diundang ke tingkat
kecamatan dengan membawa buku-buku administrasi.
b) SDM pengelola Kopwan rendah dilihat dari latar belakang pendidikan para
pengurus, terutama di wilayah pedesaan, usia ibu-ibu pengurus relatif sudah tua
oleh karena itu, dipilih SDM pengelola Kopwan dari unsur pendidik (guru).
c) SDM pengelola di dinas koperasi terbatas.
d) Anggaran di APBD terbatas untuk bintek, pelatihan dan lain-lain.
Kebijakan yang terkait dengan permodalan untuk kelompok UPPKS pada Badan
Perkreditan Rakyat (BPR) Kabupaten Malang yang dikemukakan oleh Kepaka Seksi
Pemasaran (Kusnadi) dan Kabupaten Gresik yang disampaikan oleh Kepala BPR,
hampir sama karena semuanya mengacu pada kebijakan di tingkat provinsi.
Kebijakan tersebut antara lain:
1. Kebijakan terkait dengan permodalan kepada kelompok UPPKS
Bekerjasama dengan BPR Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Malang, Badan KB
menindak lanjuti program di tingkat provinsi yaitu memberikan sosialisasi
kepada kelompok UPPKS yang dibina untuk bisa mengakses pinjaman modal
97
dari BPR Jatim Kab. Malang. Pinjaman modal yang disediakan oleh BPR Jatim
dinamakan Kredit Pundi Rakyat. Pundi Rakyat sendiri merupakan singkatan dari
: PUND : Pembinaan Usaha Kelompok Yang Sejahtera dan Mandiri, RAKYAT :
Rintisan Aneka Ketrampilan Yang Aktif Terbina.
Kredit Pundi Rakyat yang merupakan salah satu produk dari BPR Jatim ini
merupakan hasil kemitraan dengan Yayasan Damandiri. Yayasan ini sangat
memberi perhatian terhadap rakyat kecil, utamanya kaum perempuan di
perdesaan. Oleh karena itu, kredit ini diprioritaskan untuk menunjang usaha-
usaha produktif yang dikelola oleh kaum wanita/ ibu rumah tangga dan anggota
masyarakat lainnya. Melalui kerjasama dengan Damandiri ini, BPR meluncurkan
Tabungan Posdaya. Tabungan ini diperuntukan bagi kaum ibu-ibu, khususnya
yang bekerja sama dalam satu kelompok usaha, diberikan tabungan minimal Rp
10.000 oleh Yayasan Damandiri melalui BPR Jatim. Untuk selanjutnya kelompok
yang mendapatkan tabungan ini bisa mengajukan Kredit Pundi Rakyat.
Kelompok UPPKS binaan Badan KB Kabupaten Malang (6 kelompok) telah
memperoleh fasilitas pinjaman modal dari BPR Jatim.
Prosedur pengusulan pinjaman melibatkan pendamping/fasilitator/pembina
kelompok, kalau kelompok UPPKS maka Badan KB mempunyai peran untuk
menseleksi kelompok yang akan diajukan untuk mendapatkan pinjaman, serta
memberikan rekomendasi kelompok secara tertulis. Sebelum pinjaman disetujui,
maka ada survei kelayakan usaha dari BPR Jatim, survey ini dilakukan kepada
seluruh anggota kelompok.
Sementara itu, kebijakan dan implementasi yang terkait dengan
permodalan untuk kelompok UPPKS pada Asosiasi Kelompok UPPKS (AKU)
Kabupaten Malang yang dikemukakan oleh Ketua AKU (Yoses Tice) sebagai
berikut:
Kebijakan yang berkaitan dengan UPPKS dimulai sejak tahun 1979 melalui
wadah UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor) dalam
rangka mewujudkan NKKBS. Sejak tahun 1994 berkembang menjadi UPPKS
(Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Kelompok
UPPKS tersebut dirintis melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga,
diharapkan keluarga yang mempunyai Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dapat
mengembangkan kegiatan kewirausahaan dan kemitra usahaan untuk
98
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga serta memiliki keuletan
dan ketangguhan ekonomi sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar
keluarga secara mandiri serta mampu menjadi motivator Program KB yang
mandiri. Implementasi di lapangan adalah dengan penyediaan pemberian bantuan
pinjaman modal bagi kelompok UPPKS yang menjadi anggota AKU untuk
mendukung program KS yang dilaksanakan oleh Badan KB Kabupaten Malang.
AKU Kabupaten Malang berdiri sejak tanggal 11 bulan Juni tahun 2003,
dengan modal awal sebesar Rp. 385 juta yang bersumber dari dana outstanding
Takesra-Kukesra yang ditarik dari kelompok. Awal berdiri, AKU beranggotakan
19 orang (periode 2003-2007) sekarang telah berkembang menjadi 20 orang
(periode 2007-2012).
Kepengurusan AKU terdiri dari beberapa karyawan/karyawati yang ada di
kantor Badan KB dan petugas lapangan KB. Pinjaman modal yang bisa
disediakan oleh AKU per kelompok sebesar 10 juta untuk 10 orang anggota
UPPKS (pada tahap awal pengajuan pinjaman), kemudia apabila ada evaluasi
dan dinyatakan bagus, serta dana di AKU tersedia cukup, maka besarnya
pinjaman selanjutnya dinaikkan menjadi Rp. 20 juta untuk setiap kelompok
UPPKS. Pinjaman ini diutamakan pada kelompok UPPKS dengan anggota yang
mempunyai UEP (usaha Ekonomi Produktif) dan sudah menjadi peserta KB.
Sasaran kelompok UPPKS ini adalah PUS
Periode pinjaman dalam jangka waktu satu tahun (12 bulan) dengan jasa
pinjaman sebesar 15 persen setahun. Pada saat realisasi besar pinjaman
dipotong 5 persen dari besar pinjaman sebagai agunan sebagai simpanan, dan
apabila pinjaman sudah lunas, dana 5 persen tersebut langsung dikembalikan.
Pembagian jasa pinjaman yang masuk sebagai berikut :
50% untuk pemupukan modal usaha
10% untuk biaya operasional
20% untuk biaya operasional pengurus AKU Kabupaten Malang
20% untuk biaya operasional Petugas KB yang mempunyai binaan
kelompok UPPKS yang memiliki pinjaman modal usaha dari AKU.
99
Variasi jenis usaha anggota AKU antara lain meliputi: usaha pertanian,
peternakan, perikanan, industri RT, konveksi, makanan dan minuman,
perdagangan, jasa (salon, penjahit, tukang ojek dan lain-lain.
B. Akses PermodaIan
Cara Dinas Koperasi agar masyarakat mengetahui bahwa di lembaga ini
(Dinas Koperasi) menyediakan pinjaman modal untuk usaha dan masyarakat
mengetahui mekanisme/cara untuk mendapatkan pinjaman modal yang ada di
lembaga ini, antara lain dilakukan melalui sosialisasi oleh Dinas Koperasi di
tingkat kecamatan. Selain itu juga peran dari Badan KB Kabupaten Malang yang
menjembatani informasi adanya kelompok UPPKS yang sudah berkembang
yang bisa dinaikkan statusnya menjadi Kopwan, juga saling koordinasi antara
satker (Badan KB yang membina kelompok UPPKS dan Dinas Koperasi yang
memfasilitasi modal).
Cara BPR agar masyarakat mengetahui bahwa di lembaga ini menyediakan
pinjaman modal untuk usaha dan cara masyarakat mengetahui mekanisme untuk
mendapatkan pinjaman modal yang ada di lembaga ini (BPR), dilakukan melalui
sosialisasi yang dilakukan oleh Badan KB serta sosialisasi yang dilakukan oleh
perguruan tinggi (Universitas Brawijaya, Unmer, dan lain-lain). Untuk
pelaksanaan Posdaya di Kabupaten Malang, Damandiri menjalin kemitraan
dengan perguruan tinggi sebagai pendamping/fasilitator kelompok posdaya.
Salah satu kegiatan untuk fasilitasi kelompok posdaya di kab. Malang dilakukan
melalui program KKN perguruan tinggi.
Selanjutnya cara AKU agar masyarakat mengetahui bahwa di lembaga ini
(AKU) menyediakan pinjaman modal untuk usaha dan mekanisme untuk
mendapatkan pinjaman modal yang ada di lembaga ini dilakukan melalui
kemitraan UPPKS dengan AKU, dimulai dari PLKB Pembina desa
mensosialisasikan adanya AKU yang menyediakan pinjaman modal usaha.
Selanjutnya UPPKS yang berminat difasilitasi oleh PLKB untuk pengajuan
pinjaman modal dengan rekomendasi dari PLKB/PKB, Koordinator Lapangan
dan Kepala desa. Untuk selanjutnya dilakukan pengisian formulir peminjaman.
Artinya, lembaga AKU sebagai penyedia modal mempunyai prosedur yang
100
mudah diakses oleh kelompok UPPKS, karena sifatnya yang fleksibel antara lain;
kelompok mempunyai usaha ekonomi produktif, mengisi formulir yang
disediakan, KTP suami istri, KK, dan kartu peserta KB. Untuk kelompok UPPKS
yang baru pertama kali mengajukan pinjaman, dilakukan survei kelayakan usaha
baik oleh PLKB/PKB maupun pengurus AKU.
Akses informasi adanya lembaga yang menyediakan pinjaman modal (dalam
hal ini AKU), adalah melalui PLKB/PKB kepada kelompok-kelompok UPPKS
C. FasiIitasi
Setelah penerimaan modal usaha, Dinas Koperasi melakukan bintek ke
kelompok, pembinaan dilakukan pada tingkat kecamatan (teknisnya : Kopwan
dari desa-desa dikumpulkan ke kecamatan). Materi yang disampaikan antara lain
tentang akuntasi sederhana, bagaimana membuat neraca. Sedangkan pelatihan
yang diselenggarakan meliputi : dinamika kelompok, outbound yang melibatkan
PKK, dewan Pembina koperasi.
Frekuensi bintek terbatas, karena terbatasnya anggaran (kalau tahun 2011,
tersedia anggaran untuk bintek sebanyak 390 kopwan, tahun 2012 hanya
tersedia untuk 50 Kopwan saja), akhirnya prioritas pembinaan lebih diarahkan
pada Kopwan yang belum maju, idealnya bintek dilakukan tiap semester.
Sementara itu ada beberapa Kopwan yang sudah sangat berkembang,
sehingga mempunyai jadwal untuk pertemuan anggota setiap 2 (dua) bulan
sekali seperti di Kecamatan Dampit, Kepanjen, Karangploso, Wagir, Lawang,
Bululawang, Ampelgading, dan Poncokusumo. Kopwan-kopwan yang ada di
kecamatan-kecamatan tersebut mengadakan pertemuan secara rutin, saat
pertemuan sekaligus mengundang dinas koperasi untuk melakukan pembinaan.
Disamping mekanisme tersebut, Dinas Koperasi kabupaten, melalui Kasi
(kepala seksi) Ekonomi Pembangunan di tingkat kecamatan melakukan
identifikasi kebutuhan dan permasalahn Kopwan yang ada desa-desa.
Fasilitasi yang lain yang dilakukan oleh Dinas Koperasi adalah : pelatihan
ketrampilan dan kewirausahaan (jenis pelatihan: membuat kripik, pelatihan pra
koperasi, diklat wirausaha, ketrampilan UKM, dana dari dinas koperasi dan
UMKM provinsi dikhususkan untuk pelatihan, tidak bisa dialokasikan untuk
101
lainnya). Untuk tahun anggaran 2012 ini, bulan depan, setelah hari raya, Dinas
Koperasi Kab. Malang akan mengirim 3 Kopwan (masing-masing 25 orang) untuk
mengikuti pelatihan dengan dana dari Dinas Koperasi Provinsi.
Untuk mendukung kelancaran usaha, Dinas Koperasi juga memberikan
bantuan berupa ATTG (Alat Teknologi Tepat Guna). Misalnya alat-alat untuk
pembuatan kue kering (oven, mixer dan sebagainya).
Bantuan lain dari Dinas Koperasi Kab Malang adalah fasilitasi dibidang
pemasaran, yaitu adanya show room yang menampilkan dan menjual produk-
produk dari Kopwan di Kecamatan Lawang, mengikutkan Kopwan dalam
pameran-pameran (pada event-event provinsi dan nasional misal dalam rangka
hari jadi koperasi, dan hari-hari jadi lainnya), dan pada saat momentum misalnya
pada saat menjelang hari raya dengan penjualan produk Kopwan.
Tidak seperti Dinas Koperasi yang bisa memfasilitasi kelompok UPPKS, di BPR
tidak ada fasilitasi apapun selain penyediaan pinjaman modal.
Sementara itu, bagi kelompok yang telah mengakses modal, AKU
Kabupaten Malang melakukan beberapa fasilitasi antara lain:
a. Pemasaran produk (diikutsertakan pada momentum pameran di tingkat
kabupaten maupun provinsi, misalnya dalam rangka hari jadi kabupaten, 17
agustus, hari kesatuan gerak PKK, harganas dan lain-lain). Disamping itu
juga memberikan peluang untuk memasarkan produk pada saat pertemuan-
pertemuan di tingkat kabupaten (kegiatan orientasi, pembinaan dan lain-lain)
b. Pemberian orientasi, pembinaan dan pemantapan bagi pengurus UPPKS.
Materi orientasi antara lain program PEK melalui UPPKS, dinamika kelompok
dan system tanggung renteng, manajemen pengelolaan kelompok UPPKS,
pengelolaan keuangan dan administrasi dan rencana tindak lanjut.
Sedangkan pembinaan dan pemantapan lebih focus pada peningkatan
pengelolaan usaha.
c. AKU bekerjasama dengan instansi lain (seperti Disperindag, Dinas Koperasi,
Dinas Kesehatan, PKK) untuk memfasilitasi peningkatan ketrampilan teknis,
antara lain; latihan membuat kue, minuman instan/segar, kerajinan, teknis
administrasi pembukuan keuangan, kelayakan kesehatan dan ijin industri RT
(dari Dinas Kesehatan), sedangkan kemitraan dengan PKK adalah dalam hal
102
penggerakan anggota dan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan anggota
d. Melakukan upaya penagihan pada kelompok-kelompok UPPKS yang
mempunyai tunggakan
e. Bekerjasama dengan Kasubid PEK mencari terobosan di bidang permodalan
untuk memperluas akses permodalan, peningkatan ketrampilan dan lain-lain
ke lembaga keuangan atau instansi lain yang terkait
f. Melakukan terobosan penyediaan pinjaman modal ke berbagai elemen
kelompok misalnya, PK Remaja, kelompok KB pria, kelompok bina keluarga,
kelompok pengajian tahlilan. Kelompok-kelompok ini menginduk ke kelompok
UPPKS yang sudah berkembang di lingkungan setempat. Melalui kelompok
induk, kelompok dari berbagai macam elemen masyarakat tersebut bisa lebih
mengembangkan kegiatannya (lebih aktif) dan mempunyai peluang untuk
mendapatkan pinjaman modal dari AKU. Contoh dari implementasi program
ini adalah munculnya keterpaduan program : misalnya BKB-UEP, BKR-UEP
dan lain-lain
g. Memberikan dukungan dana bagi kader/pengurus yang berprestasi di tingkat
provinsi dan nasional (uang saku, tambahan transport, souvenir yang
diberikan pada kelompok lomba di tingkat nasional dan lain-lain); besarnya
sekitar Rp. 2 juta untuk tingkat nasional, dan Rp. 1 juta untuk tingkat provinsi
Pengurus AKU wajib membeli produk anggota (makanan, konveksi dan lain-lain)
terutama apabila tidak terjual habis 'kalau produk dibawa ke kantor harus terjual
habis'.
103
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah mengidentifkasi kegiatan kelompok UPPKS serta
memperoleh pola-pola pada kelompok UPPKS yang meliputi pola pengorganisasian,
kiat dalam aspek permodalan, proses kegiatan usaha kelompok, serta dukungan
institusi. Dilihat dari dua lokasi penelitian menunjukkan bahwa kegiatan kelompok
UPPKS di Kabupaten Malang lebih baik bila dibanding di Kabupaten Gresik. Hal ini
dapat dijelaskan melalui hasil penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Mengenai pola
pengorganisasian yang meliputi adanya SK, susunan organisasi, pembinaan atau
pelatihan yang diterima kelompok, serta pembukuan kelompok yang baik dapat
mempengaruhi dalam upaya memperoleh modal usaha. Sebagai contoh keberadaan
SK merupakan hal penting bagi kelompok dalam memperoleh akses ke beragam
sumber modal. Didukung pula dengan struktur organisasi yang lengkap serta pernah
mendapat pembinaan/pelatihan yang lengkap mempengaruhi keberhasilan
kelompok.
Kelompok di Kabupaten Malang cenderung lebih banyak menerima substansi
pelatihan, seperti permodalan, administrasi, pengelolaan usaha, peningkatan
produksi dan pemasaran, sedangkan kelompok di Gresik umumnya hanya
memperoleh pelatihan tentang administrasi atau pembukuan tentang pengelolaan
modal. Dukungan institusi juga mempengaruhi kemajuan kelompok serta akses
modal. Ada kecenderungan insitusi yang menangani UPPKS di Kabupaten Gresik
kurang peduli dalam menggarap UPPKS. Penggarapan UPPKS belum merupakan
prioritas, pada hal seharusnya semua program dijalankan secara bersama tanpa
membedakan salah satu lebih prioritas dari yang lain.
Beberapa faktor mempengaruhi kelompok dalam memperoleh akses modal,
antara lain:
1. Tingkat pendidikan pengurus kelompok, semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin banyak memperoleh akses modal.
2. Kelompok yang keberadaannya didukung oleh adanya dokumen resmi, yaitu
berupa SK akan mempermudah mengakses ke beberapa sumber modal.
104
3. Bentuk usaha kelompok terlihat ada kaitannya dengan beragam sumber
modal yang dapat di akses oleh kelompok. Kebanyakan kelompok yang
mempunyai usaha dalam bentuk usaha kelompok dan usaha perorangan ada
kecenderungan memperoleh bermacam-macam sumber modal.
4. Terdapat indikasi bahwa pengurus kelompok yang mengetahui berbagai
macam sumber modal, maka ada kecenderungan kelompok tersebut lebih
banyak memperoleh akses ke banyak sumber modal.
5. Berkembangnya suatu kelompok usaha tergantung antara lain pada
ketersediaan sumber-sumber modal, besar bunga pinjaman, serta
ketersediaan sumber modal dari swadaya kelompok. Demikian pula semakin
lama kelompok melakukan kegiatan usaha produktif, semakin besar pula
kelompok tersebut mendapatkan peluang akses dari berbagai macam jenis
sumber modal.
6. Adanya modal swadaya memberikan alternatif mendapatkan sumber modal
lain bagi kelompok. Modal yang berasal dari swadaya kelompok lebih banyak
dijumpai pada kelompok yang telah lama melakukan usaha ekonomi
produktif. Demikian pula sumber modal swadaya dapat diketemukan pada
kelompok yang mempunyai jumlah anggota yang banyak, yaitu lebih dari 20
anggota.
Enam faktor tersebut di atas yang dapat mempengaruhi kemudahan
kelompok dalam memperoleh modal usaha, perlu diantisipasi dari berbagai pihak
untuk mengambil langkah kebijakan dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan kegiatan kelompok UPPKS.
Sebetulnya cukup banyak sumber permodalan yang dapat diakses, seperti
BR (KUR), Pegadaian (Kredit Krista), dan BPR dengan bunga yang relatif
terjangkau, tergantung dari kemampuan kelompok. Bagi kelompok yang sudah
berkembang usahanya dengan bunga rata-rata 12% per tahun kemungkinan
tidak masalah, tapi mungkin bagi kelompok yang baru melakukan usaha
ekonomi produktif dengan bunga 12% memberatkan. Sumber modal lain seperti
PNPM (APBN) kiranya dapat lebih banyak dimanfaatkan untuk dapat membantu
kelompok memperoleh modal, sementara ini PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat) lebih banyak diberikan untuk bantuan fisik (gedung
105
sekolah, jalan, perbaikan lingkungan). Alokasi Dana Desa/ADD (APBD) juga
merupakan peluang yang dapat di akses untuk mendapat bantuan modal.
Peluang lainnya yang cukup potensial adalah dari CSR (dana sosial perusahaan)
yang kelihatannya sampai saat ini belum banyak membantu kelompok, kecuali
P.T Semen Gresik. Padahal perusahaan/industri besar atau menengah cukup
banyak di dua lokasi penelitian. Untuk itu perlu dilakukan penjajagan ke
perusahaan-perusahaan, sekaligus melakukan kerjasama dalam upaya
membantu meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui kelompok UPPKS.
Sumber modal yang dapat diakses kelompok cukup banyak, namun pada
kenyataannya banyak kelompok yang tidak mengetahui, oleh karena itu
dukungan institusi dalam bentuk sosialisasi serta pendampingan, baik dalam
memperoleh modal, proses produksi, pelatihan hingga pemasaran sangat
diperlukan. Pendampingan tersebut diperlukan baik bagi kelompok yang belum
berkembang maupun kelompok yang sudah berkembang agar dapat menjadi
kelompok yang mandiri.
Keberadaan kelompok UPPKS yang harus dibenahi cukup banyak, untuk itu
koordinasi antar sektor terkait, seperti SKPD-KB, Dinas Koperasi, Dinas
Perindustrian, Dinas Pertanian, PKK, Perbankan, ndustri/perusahaan, AKU
(fasilitator) perlu lebih diperkuat. Selain itu peran AKU sebagai fasilitator di
Malang atau peran BUMDES di Gresik perlu diperkuat dan dioptimalkan
fungsinya, dalam upaya menjembatani pertemuan antara kelompok dengan
sumber-sumber permodalan maupun instansi-instansi terkait dalam hal
pendampingan, pembinaan, dan pelatihan.
Suatu hal yang sangat penting dan harus dilakukan adalah adanya komitmen
yang kuat dari pimpinan daerah dan kesepakatan antar sektor tersebut dapat
meningkatkan penghasilan keluarga, sehingga kegiatan usaha ekonomi produktif
pada kelompok UPPKS bisa berkembang.
106
LAPORAN AKHIR
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
AKSESIBILITAS MODAL DI KALANGAN KELOMPOK UPPKS
DALAM MENINGKATKAN USAHA KELOMPOK DI KABUPATEN GRESIK
DAN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
KEMENTERIAN/LEMBAGA: BKKBN
PeneIiti/Perekayasa:
1. Dra. Iswarati, SU
2. Ir. Endah Winarni, MSPH
3. Sri Wahyuni, SH, MA
4. Dra. Iswari Hariastuti, MKES
5. Oktriyanto, S.Si
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
2012
KODE JUDUL: A.
107
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil temuan studi kuantitatif maupun kualitatif, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola pengorganisasian kelompok UPPKS
SK kelompok merupakan bukti legalitas kelompok dan merupakan hal
yang sangat penting dalam upaya mendapatkan akses permodalan.
Kelompok yang dapat menunjukkan SK Pembentukan kelompok relatif
rendah, namun dengan adanya SK tersebut memberikan indikasi bahwa
kelompok relatif lebih banyak akses ke beragam sumber permodalan.
Struktur kepengurusan kelompok pada umumnya berupa kepengurusan
lengkap, yaitu minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara.
Sebagian kelompok lainnya bahkan mempunyai struktur kepengurusan
lebih lengkap, yaitu ada tambahan unsur pengurus wakil ketua atau
berupa seksi-seksi.
Sesuai konsep awal pembentukan kelompok, keanggotaannya mencakup
keluarga dengan tahapan Pra S dan KS1; sebagian besar anggota berupa
pasangan usia subur, dan pada umumnya sebagai peserta KB.
Secara umum kelompok UPPKS pernah mendapatkan
pelatihan/pembinaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan usaha
kelompok. Substansi pelatihan yang diterima sebagian besar adalah
dalam hal administrasi/pembukuan, permodalan, dan pengelolaan usaha
kelompok. Substansi pelatihan tentang peningkatan produksi dan
pemasaran relatif rendah. Kelompok di Kabupaten Malang cenderung
pernah menerima hampir semua substansi pelatihan, sedangkan
108
kelompok di Kabupaten Gresik cenderung hanya mendapatkan pelatihan
tentang administrasi/pembukuan dan tentang permodalan.
Jenis pembukuan yang dipunyai kelompok beragam. Sebagian besar
kelompok (63-90 persen) di Kabupaten Malang memiliki lebih beragam
jenis buku kelompok (10 jenis buku), sementara hanya sebagian kecil
kelompok di Gresik mempunyai lebih sedikit jenis buku kelompok (8 jenis
buku), kecuali buku tentang pinjaman dan angsuran yang dimiliki oleh
hampir semua kelompok.
2. Mengetahui kiat kelompok dalam mendapatkan akses permodalan
Kelompok mendapatkan akses permodalan, umumnya memerlukan
persyaratan mempunyai usaha ekonomi produktif, terdapat instansi yang
memfasilitasi, serta membuat proposal pengajuan pinjaman modal
kelompok. Pada sumber permodalan tertentu (umumnya perbankan)
memerlukan syarat adanya jaminan/agunan berupa aset kelompok yang
tidak bergerak atau berupa emas.
Jenis sumber modal kelompok yang pernah diakses di Gresik adalah
BKKBN dan UP2K (PKK), sementara di Kabupaten Malang bersumber
dari BKKBN, AKU, dan Dinas Koperasi setempat. Kelompok di Kabupaten
Gresik memperoleh akses modal umumnya hanya pada 1 (satu) jenis
sumber modal, sedangkan kelompok di Kabupaten Malang lebih banyak
akses ke lebih dari 3 jenis sumber modal.
Temuan kualitatif menunjukkan bahwa sumber-sumber permodalan yang
dapat diakses lebih beragam, yaitu selain yang pernah diakses kelompok,
terdapat sumber permodalan mikro lainnya yaitu BR (berupa KUR),
instansi Pegadaian (Kredit Krista), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Jawa
Timur, serta peluang dari CSR (dana sosial perusahaan) dari PT Semen
Gresik.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan pengurus kelompok tentang
permodalan berkaitan erat dengan akses permodalan. Pengurus
109
kelompok yang berpendidikan tinggi (tamat SLTA+) menunjukkan lebih
banyak akses ke beragam sumber modal. Hal yang hampir serupa,
pengurus kelompok yang mempunyai pengetahuan tentang berbagai jenis
sumber modal, relatif cenderung akses ke beragam jenis modal (>lebih
dari 3 jenis modal).
Akses informasi tentang sumber-sumber permodalan telah banyak
dilakukan, walaupun belum optimal. Akses informasi tersebut dilakukan
melalui penyediaan brosur/leaflet di BPR Jawa Timur, nstansi Pegadaian,
BR dan AKU. Sosialisasi tentang sumber modal juga dilakukan melalui
rapat koordinasi PPLKB setiap bulan, melalui Rakerda, pembinaan
langsung kepada kelompok UPPKS, serta melalui orientasi/pelatihan
terhadap kader UPPKS.
Koordinasi juga dilakukan dengan penyedia layanan permodalan/kredit
seperti lembaga perbankan atau lembaga keuangan mikro, tentang
peluang kerjasama dalam pemberian pinjaman modal kelompok.
Sebagian besar kelompok mendapatkan pendampingan, sebelum dan
setelah mendapat permodalan.
nstansi pemberi pendampingan, sesuai dengan pemberi pinjaman modal,
di Kabupaten Gresik dilakukan oleh UP2K/PKK dan BKKBN; sementara di
Kabupaten Malang utamanya oleh BKKBN, AKU dan Dinas Koperasi.
Pendampingan dalam permodalan dari jajaran BKKBN, secara rinci
dilakukan oleh Korlap/PPLKB, PLKB, Kabid KS dan Kasubid Peningkatan
Ekonomi Keluarga (PEK).
Sepertiga kelompok mendapatkan akses modal dengan bunga tinggi,
lebih dari 10 persen (38,3 persen), sepertiga kelompok lainnya mendapat
akses modal dengan bunga sedang (33 persen), dan selebihnya akses
bunga rendah kurang dari 5 persen dan berupa hibah. Kelompok di Gresik
terbesar mendapatkan modal dengan bunga sedang (47 persen),
sedangkan kelompok di Malang memperoleh akses modal dengan bunga
110
tinggi (47 persen). Proporsi akses modal kelompok berupa hibah lebih
banyak dijumpai di Kabupaten Malang dari pada di Gresik.
Temuan kualitatif mendukung temuan kuantitatif, bunga yang dikenakan
oleh sumber-sumber permodalan beragam. Sebagai gambaran BPR Jatim
mengenakan bunga 12 persen per tahun, AKU menentukan bunga 15
persen per tahun. Sementara itu kelompok yang telah berkembang
menjadi Kopwan (Koperasi wanita), mendapatkan sumber modal dari
Dinas Koperasi berupa hibah (tanpa bunga).
Pengelolaan modal kelompok beragam. Sebagian besar kelompok
membagi habis modal kelompok ke semua anggotanya. Sebagian
kelompok lainnya membagi habis sebagian modal kelompok ke semua
anggota, dan sisanya untuk kas kelompok. Sebagian lagi kelompok
membagi habis sebagian modal, dan selebihnya untuk usaha kelompok.
3. Mengetahui proses kegiatan usaha kelompok
Dalam hal pengembangan jenis usaha kelompok, sebagian besar jenis
usaha kelompok pada saat survei sama dengan saat awal berusaha, dan
jenis usaha bertambah.
Umumnya kelompok maupun anggota kelompok memilih jenis usaha yang
banyak dibutuhkan konsumen, maupun yang penjualannya cepat.
Dalam upaya meningkatkan kualitas hasil produk, sebagian besar
kelompok mempercantik kemasan, dan membuat label produksi. Dalam
meningkatkan kuantitas produk, kelompok pada umumnya menambah
kuantitas produk, menambah variasi produk, serta menambah variasi
produk dan memperluas wilayah pemasaran.
Bahan baku produksi tidak merupakan masalah, tersedia dalam jumlah
banyak, pada skope wilayah desa dan kecamatan.
Wilayah pemasaran umumnya masih terbatas, yaitu skala kabupaten,
kecuali di Kabupaten Malang, yang mempunyai jangkauan pemasaran
sedikit lebih luas, yaitu menjangkau provinsi dan ndonesia.
111
Cara pemasaran produk memperlihatkan pola pada umumnya, yaitu dijual
dengan cara langsung, dititipkan di warung atau toko, dan melalui
pameran. Khusus di Kabupaten Malang, yang sebagian kecil telah
mengena pemasaran secara online.
Temuan kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa pendampingan
dalam pemasaran dan pelatihan umumnya dilakukan oleh BKKBN, AKU,
Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian, dan PNPM. Pola ini terutama terjadi
di Malang, sedangkan di Gresik pendampingan utamanya dilakukan oleh
BKKBN dan P2K/PKK.
4. Mengetahui berkembangnya kelompok
Berkembangnya suatu kelompok antara lain diindikasikan dengan
bertambahnya modal kelompok, dan berkembangnya jumlah anggota
kelompok. Sebagian besar kelompok berkembang dalam hal
permodalannya, apabila pada saat awal pembentukan kelompok
persentase terbesar kelompok mempunyai modal lebih dari 5 juta (41
persen), dan pada saat survei persentase terbesar pada kelompok
dengan modal lebih dari 10 juta (75 persen). Gambaran ini terutama
terjadi di Kabupaten Malang.
Perkembangan jumlah anggota kelompok juga terjadi dengan menyolok.
Pada awal pembentukan kelompok, persentase terbesar kelompok
mempunyai jumlah anggota kurang dari 10 orang, maka pada saat survei
persentase terbesar kelompok mempunyai anggota lebih dari 20 orang.
Temuan kuantitatif menunjukkan bahwa anggota kelompok yang
berkembang jumlah anggotanya, terkait dengan sebagian sampel
kelompok merupakan kelompok Kopwan yang mempunyai anggota
kelompok minimal 20 orang (Kabupaten Malang).
Faktor-faktor yang diduga berperan dalam berkembangnya kelompok
adalah lama waktu usaha, ketersediaan sumber-sumber permodalan,
bunga pinjaman, dan ketersediaan sumber modal swadaya. Semakin
112
lama kelompok berusaha, ada indikasi semakin banyak kelompok akses
ke beragam sumber modal, sehingga modal kelompok bertambah.
Besar bunga pinjaman modal kelompok berkaitan dengan
berkembangnya jumlah anggota kelompok. Pinjaman modal bunga
rendah atau bersifat hibah lebih banyak diakses kelompok yang
anggotanya lebih banyak (lebih dari 20 orang). Kelompok dengan anggota
lebihdari 20 orang, biasanya terjadi di Kabupaten Malang dalam bentuk
kelompok Kopwan, dengan akses sumber modal dari Dinas Koperasi
sejumlah uang tertentu bersifat hibah. Sementara di Gresik, kelompok
tersebut lebih banyak akses modal dengan bunga sedang.
Modal swadaya relatif lebih banyak dijumpai pada kelompok yang telah
lama berusaha, dan pada kelompok yang mempunyai anggota berjumlah
besar ( lebih dari 20 orang per kelompok).
5. Dukungan institusi untuk keberhasilan kelompok UPPKS
Dukungan institusi yang diperlukan meliputi dukungan dalam peyediaan
sumber sumber permodalan, pendampingan dalam permodalan,
pendampingan dalam proses produksi, pelatihan dan pemasaran.
Dukungan institusi dalam penyediaan sumber modal dan pendampingan
dalam permodalan secara umum adalah BKKBN, AKU, Dinas Koperasi,
PKK, dan lembaga keuangan seperti BPR Jawa Timur. Di Kabupaten
Malang dukungan intitusi terutama berasal dari BKKBN, AKU, Dinas
Koperasi, dan BPR Jatim. Dukungan institusi di Kabupaten Gresik
terutama berasal dari BKKBN, PKK.
Beberapa institusi atau lembaga lain yang dapat dimanfaatkan sebagai
penyedia permodalan dan ada di lokasi survei adalah Bumdes, PNPM
(APBN), ADD (Alokasi Dana Desa- APBN), nstansi Pegadaian (Kredit
Krista), BR (berupa KUR) dan kemungkinan berupa pemanfaatan CSR
(dana sosial) perusahaan.
113
Dukungan institusi terutama dalam aspek pendampingan pemasaran,
proses produksi dan pelatihan umumnya adalah dari Dinas Perindustrian,
PKK, Dinas Pertanian, Dinas Koperasi, dan AKU (sebagai fasilitator).
B. REKOMENDASI
Rekomendasi yang diusulkan agar kelompok bisa lebih berkembang adalah
sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan akses permodalan
Dalam memberikan pinjaman modal kelompok, lembaga keuangan mikro
perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu tentang besar bunga, dan
tentang agunan/jaminan kelompok untuk pinjaman modal. Besar bunga
yang dibebankan kelompok sebaiknya tidak tinggi, yaitu sekitar kurang
dari 10 persen. Lembaga keuangan diharapkan tidak membutuhkan
agunan/jaminan dari kelompok, untuk mendapatkan akses permodalan.
Hal ini berdasarkan sebagian kelompok mempunyai usaha/anggota
kelompok mempunyai usaha berskala kecil, seperti warung sembako
kecil, penjual sayur keliling, jual gorengan.
Sosialisasi tentang berbagai jenis sumber modal perlu diberikan dengan
sejelas-jelasnya kepada pengurus kelompok (termasuk persyaratan,
bunga, jangka waktu pengembalian, dan mekanisme dalam mengajukan
pinjaman permodalan) dalam berbagai forum yang ada di masyarakat,
baik secara formal maupun non formal.
2. Berkaitan dengan kemitraan dengan instansi/institusi terkait
nstansi maupun institusi terkait di lokasi survei, khususnya dalam
penyedia sumber modal, maupun dalam pendampingan permodalan,
pembinaan dan pemasaran perlu dijalin kemitraannya dengan baik, dan
saling berkoordinasi. nstansi tersebut antara lain adalah BKKBN, AKU,
114
Dinas Koperasi, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, PNPM, PKK, BR,
Pegadaian, PT Semen Gresik dan Bumdes.
Pegawai di semua jenjang jabatan pada instansi atau institusi penyedia
layanan modal mikro sebaiknya mengetahui dengan jelas tentang hal-hal
yang berkaitan dengan persyaratan, proses/mekanisme pengajuan
pinjaman kredit mikro. Hal ini dengan maksud apabila pengurus kelompok
mendatangi institusi tersebut, dengan mudah mendapatkan keterangan
dengan sejelas-jelasnya.
Terkait dengan aspek sosialisasi tentang berbagai sumber modal maupun
dalam hal pendampingan, diperlukan fasilitator/penggerak/wadah yang
dapat memfasilitasi/menjembatani pertemuan antara kelompok sasaran
dan penyedia sumber permodalan, sehingga hasilnya lebih optimal.
Berkaitan dengan fasilitator/penggerak/wadah, di Kabupaten Malang
terdapat peluang tentang peran AKU agar lebih dioptimalkan, yaitu
sebagai fasilitator/penggerak yang dapat memfasilitasi/mempertemukan
kelompok sasaran dengan berbagai instansi terkait. Di Gresik peran
Bumdes agar diperkuat dan difungsikan sebagai wadah atau muara dari
berbagai sumber modal sehingga dapat disinergikan dalam hal akses
modal ke kelompok, sosialisasi, pendampingan, pembinaan, dan
kemudahan kelompok dalam memperoleh akses tersebut dengan mudah
dan merata.
Masih berhubungan dengan fasilitator/penggerak/wadah, untuk mencegah
terjadinya ego sektoral dari setiap instansi terkait, diperlukan komitmen
yang kuat dari pimpinan daerah agar instansi-instansi terkait mendukung
dan komit untuk melaksanakannya.
Peran BKKBN maupun SKPD-KB masih diperlukan dalam pembinaan
kelompok UPPKS. Untuk maksud tersebut BKKBN diharapkan
menyediakan dana APBN yang dapat dialokasikan/dipinjamkan untuk
kelompok, sehingga terdapat ikatan antara institusi KB dan kelompok.
115
Apabila tidak ada ikatan yang berkaitan dengan dana pancingan tersebut,
kelompok tidak respon terhadap pembinaan yang diberikan.
Dalam pembinaan terhadap kelompok UPPKS, sekaligus juga dapat
digunakan SKPD-KB untuk mengevaluasi keberadaan dan kinerja
kelompok. Hasil evaluasi pada kelompok yang berhasil, dapat diusulkan
untuk menjadi Kopwan ke Dinas Koperasi setempat dengan fasilitasi dari
SKPD-KB. Kelompok UPPKS yang telah berhasil menjadi Kopwan akan
mendapatkan akses permodalan yang lebih mudah dan lebih besar. Hal
ini dapat dilakukan di Kabupaten Malang.
3. Berkaitan dengan hal-hal umum
Akses informasi dan pelayanan tentang berbagai sumber permodalan
perlu lebih digalakkan khususnya untuk Kabupaten Gresik.
Perlu dicari berbagai alternatif institusi setempat yang potensial dapat
dimanfaatkan untuk kelompok dalam aspek pendampingan, pelatihan,
pembinaan dan pemasaran, sehingga instirusi tersebut dapat difungsikan
dan dioptimalkan untuk berkembangnya kelompok, khususnya untuk
Kabupaten Gresik.
116
117
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2009. Undang-Undang Republik ndonesia Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
(Salinan). Jakarta.
BKKBN. 2006. Pedoman Pengelolaan Bantuan Modal untuk Kelompok UPPKS.
Jakarta.
BKKBN. 2007. Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga melalui Kelompok
UPPKS. Direktoat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga. Jakarta.
BKKBN. 2009. Pengelolaan Usaha Kelompok. Buku Pegangan Pengurus
Kelompok UPPKS. Seri 3. Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
Jakarta.
BKKBN. 2009. Pengelolaan Administrasi dan Keuangan Kelompok. Buku
Pegangan Pengurus Kelompok UPPKS. Seri 2. Jakarta.
BKKBN. 2009. Pengelolaan Kelompok. Buku Pegangan Pengurus Kelompok
UPPKS. Seri 1. Jakarta.
BKKBN. 2010. Pengelolaan dan Pengembangan Kelompok UPPKS. Buku
Pedoman. Jakarta.
----------- 2011. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik ndonesia No. 32
Tahun 2011 tentang Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
ndonesia (MP3E) 2011-2025. Jakarta
BPS. 2010. Penduduk ndonesia menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sensus
Penduduk 2010.
Gianto. 2011. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Perluasan Akses
terhadap Modal. Disampaikan sebagai pengantar diskusi Rapat Kerja
Community Development UI. Jakarta.
118
Pemda. 2007. Profil Pemerintah Kabupaten Gresik. Dinas Kesehatan.
Pemda. 2007. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 7 Tahun 2007
tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa.
Pemda. 2004. Kabupaten Malang dalam Angka 2004.
119
AKSESIBILITAS MODAL DI KALANGAN KELOMPOK UPPKS
DALAM MENINGKATKAN USAHA KELOMPOK
DI PROVINSI 1AWA TIMUR TAHUN 2012
RESPONDEN : PENGURUS KELOMPOK UPPKS
I. PENGENALAN TEMPAT DAN RESPONDEN
1.1 KABUPATEN/KOTA .........................................
1. Gresik
2. Malang
1.2 Nama Responden : .......................................
1.3 Nomor Responden
1.4 Jabatan sebagai Pengurus Kelompok: 1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara
1.5 Umur : ....................... tahun
1.6 Pendidikan terakhir : 1. TTSD
2. Tamat SD
3. Tamat SLTP
4. Tamat SLTA
1.7 Jumlah anak : .......................... orang
1.8 Status ber-KB 1. KB
2. Tidak KB.. Blok II
1.9 Alat/cara KB yang dipakai
1. Steril Wanita/MOW
2. Steril Pria/MOP
3. Pil
4. IUD/AKDR/Spiral
5. Suntikan/injeksi
6. Susuk KB/Implan
7. Kondom/Karet KB
8. MAL
9. Pantang Berkala
10. Sanggama Terputus
11. Lainnya
120
II. PROFIL KELOMPOK
201 Nama kelompok :................................................
202 Pembentukan Kelompok Tgl...... Bln.......... Th........... 1. Sebelum 2005
2. 2006
3. 2007
4. 2008
5. 2009
6. 2010
7. 2011
8. 2012
203 Legalitas pembentukan kelompok : 1. SK Lurah/ Ka Des
2. SK Camat
3. SK Bupati
4. Lainnya .......
204 Struktur Organisasi Kelompok 1. Ketua, Wakil ketua,
Sekretaris, Bendahara, seksi
2. Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, Bendahara
3. Ketua, Sekretaris, Bendahara
4. Ketua, Bendahara
5. Lainnya .........
205 Berapa jumlah Anggota Kelompok (termasuk
pengurus) ?
Awal pembentukan .... orang
Saat ini ...... orang
206 Jumlah Anggota Kelompok:
Pra S :
KS 1 :
KS 2
KS 3
KS 3
Jumlah (orang)
1. Pra Sejahtera ........
2. KS I .................
3. KS II ..................
4. KS III ..................
5. KS III .. .............
207 Jumlah PUS :
Jumlah Non PUS :
............................... orang
............................... orang
208 Jumlah anggota yang ber-KB : ...............................orang
121
209 Apa bentuk usaha kelompok UPPKS?
1 Usaha Kelompok P210
2 Usaha perseorangan/anggota
kelompok P 210a
3 Usaha Kelompok dan
Perseorangan
4 Lainnya...
210 Apa saja jenis usaha kelompok, apakah usaha seperti
berikut:
a. Pertanian (perikanan, peternakan, kehutanan)
b. Makanan mentah (krupuk, rengginang, dll)
c. Makanan olahan (catering, warung makan)
d. KonIeksi (jahit)
e. Kerajinan (ukir, lukis, sulam, kerudung dll)
I. Industri (pengolahan, pengawetan)
g. Perdagangan (eceran, mracang, makanan, dll)
h. Simpan pinjam
i. Salon
j. Jasa (bengkel, tukang kayu dll)
y Lainnya............
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tdk
a. Pertanian 1 2
b. Makanan mentah 1 2
c. Makanan olahan 1 2
d. KonIeksi 1 2
e. Kerajinan 1 2
I. Industri 1 2
g. Perdagangan 1 2
h. Simpan pinjam 1 2
i. Salon 1 2
j. Jasa 1 2
y. Lainnya............ 1 2
210a Apa saja jenis usaha anggota kelompok, apakah
usaha seperti berikut:
a. Pertanian (perikanan, peternakan, kehutanan)
b. Makanan mentah (krupuk, rengginang, dll)
c. Makanan olahan (catering, warung makan)
d. KonIeksi (jahit)
e. Kerajinan (ukir, lukis, sulam, kerudung dll)
I. Industri (pengolahan, pengawetan)
g. Perdagangan (eceran, mracang, makanan, dll)
h. Simpan pinjam
i. Salon
j. Jasa (bengkel, tukang kayu dll)
y Lainnya............
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tdk
a. Pertanian 1 2
b. Makanan mentah 1 2
c. Makanan olahan 1 2
d. KonIeksi 1 2
e. Kerajinan 1 2
I. Industri 1 2
g. Perdagangan 1 2
h. Simpan pinjam 1 2
i. Salon 1 2
j. Jasa 1 2
y. Lainnya............ 1 2
211 Apakah ada pertemuan antar anggota kelompok dan
pengurus ?
1 Ya, rutin
2 Ya, tidak rutin
3 Tidak ada. P. 301
122
212 Bila Ya, kapan pertemuan tersebut dilakukan?
(setahun terakhir)
1 Sebulan sekali
2 Dua bulan sekali
3 Tiga bulan sekali
4 Tidak tentu
5 Lainnya
III. PERMODALAN
MODAL KELOMPOK
301 Sumber modal dari mana saja yang pernah diperoleh,
apakah pernah memperoleh dari:
a. APBN (BKKBN)
b. APBD (Pemda)
c. Bank Daerah
d. Krista/Pegadaian
e. PNPM
I. BRI
g. Mandiri
h. BNI
i. BTN
j. Bukopin
k. Syariah Mandiri
l. KUBE (Kemensos)
m. UP2K (Kemendagri/PKK )
n. BUMN (Telkom, Jasa Raharja, Petro Kimia dll)
o. AKU
p. Gapoktan
q. Koperasi (UEK)
r. Bank Lainnya ...........
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Sumber modal Ya Tdk
a. APBN 1 2
b. APBD 1 2
c. Bank Daerah 1 2
d. Krista/Pegadaian 1 2
e. PNPM 1 2
I. BRI 1 2
g. Mandiri 1 2
h. BNI 1 2
i. BTN 1 2
j. Bukopin 1 2
k. Syariah Mandiri 1 2
l. KUBE 1 2
m. UP2K (Kemendagri) 1 2
n. BUMN ..................... 1 2
o. AKU 1 2
p. Gapoktan 1 2
q. Koperasi (UEK) 1 2
r. Bank Lainnya ........... 1 2
302 Apa saja prosedur (syarat-syarat/cara) mendapat
modal usaha kelompok
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Ada usaha kelompok 1
Buat proposal pengajuan 2
pinjam permodalan
Terdapat instansi yang 4
memIasilitasi.
Lolos uji kelayakan usaha 8
Lainnya ............................ 16
303 Sebelum mendapat modal, apakah ada pendampingan
dalam permodalan ?
Catatan. pendampingan.
menemani/menvertai/membimbing/memberi
solusi fika ada masalah
1. Ya
2. Tidak
123
304 Setelah mendapat modal, apakah ada pendampingan
dalam permodalan ? 1. Ya
2. Tidak . P. 307
305 Jika mendapat pendampingan, apakah mendapat
pendampingan dari:
a. BKKBN
b. Perindustrian
c. Bank Daerah
d. Krista/Pegadaian
e. PNPM
I. BRI
g. Mandiri
h. BNI
i. BTN
j. Bukopin
k. Syariah Mandiri
l. KUBE (Kemensos)
m. UP2K (Kemendagri/PKK )
n. BUMN (Telkom, Jasa Raharja, Petro Kimia dll)
o. AKU
p. Gapoktan (Gabungan kelompok tani)
q. Koperasi (UEK)
r. Bank Lainnya ...........
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tidak
a. BKKBN 1 2
b. Perindustrian 1 2
c. Bank Daerah 1 2
d. Krista/Pegadaian 1 2
e. PNPM 1 2
I. BRI 1 2
g. Mandiri 1 2
h. BNI 1 2
i. BTN 1 2
j. Bukopin 1 2
k. Syariah Mandiri 1 2
l. KUBE 1 2
m. UP2K (Kemdagri) 1 2
n. BUMN 1 2
o. AKU 1 2
p. Gapoktan 1 2
q. Koperasi (UEK) 1 2
r. Bank Lainnya ...........1 2
306 Kepada siapa pendampingan tentang permodalan
ditujukan, apakah :
a. Pengurus kelompok
b. Anggota kelompok
c. Pengurus dan anggota kelompok
d. Lainnya ....
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tidak
a. Pengurus
kelompok 1 2
b. Anggota kelompok 1 2
c. Pengurus dan
anggota kelompok 1 2
d. Lainnya .... 1 2
307 Setelah bantuan/pinjaman permodalan diperoleh,
bagaimana kelompok mengelola modal tersebut?
1. Langsung dibagi habis ke
anggota kelompok
2. Dibagi sebagian ke anggota,
sebagian di kas kelompok
3. Sebagian untuk usaha
kelompok
4. Lainnya ...................
124
308 Bagaimana umumnya pengembalian modal kelompok
ke pemberi modal, apakah dengan cara sebagai
berikut:
a. Dikembalikan dalam jangka waktu tertentu
b. Ada bunga tertentu
c. Dikembalikan ke pemberi modal
d. Kembali ke kelompok, diputar lagi dananya
e. Lainnya ................
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tidak
a. Dikembalikan 1 2
dalam jangka
waktu tertentu
b. Ada bunga 1 2
tertentu
c. Dikembalikan 1 2
ke pemberi modal
d. Kembali ke 1 2
kelompok, diputar
lagi dananya
e. Lainnya ................ 1 2
309 Bagaimana perkembangan permodalan kelompok
sampai saat ini
1. Modal semakin besar
2. Modal semakin kecil
3. Modal tidak berkembang
4. Modal habis
5. Lainnya .........................
P. 310
P. 312
310 Berapa persen bunga yang dibebankan pemberi modal
kepada kelompok?
...................................
311 Bila modal semakin besar, berapa modal awal dan
berapa modal sekarang?
Modal awal
Rp........................
Modal akhir
Rp........................
312 ManIaat apa saja yang dirasakan kelompok dengan
adanya bantuan/pinjaman modal ?
JAWABAN LEBIH DARI SATU
Usaha berjalan 1
Usaha meningkat 2
Pendapatan keluarga 4
meningkat
Menambah semangat usaha 8
Terlepas/terbebas dari
Bank keliling 16
Lainnya.......... 32
313 Di antara berbagai modal yang pernah dipinjam, dari
sumber permodalan mana yang dirasakan paling
bermanIaat bagi kelompok?
HANYA SATU JAWABAN
Sumber modal
1. APBN
2. APBD (Pemda)
3. Bank Daerah
4. Krista/Pegadaian
5. PNPM
6. BRI
7. Mandiri
125
8. BNI
9. BTN
10. Bukopin
11. Syariah Mandiri
12. KUBE (Kemensos)
13. UP2K
(Kemendagri/PKK )
14. BUMN (Telkom, Jasa
Raharja, Petro Kimia
dll)
15. AKU
16. Gapoktan
17. Koperasi (UEK)
18. Bank Lainnya ...........
314 Apa alasannya sumber modal tersebut paling
bermanIaat bagi kelompok?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Bunga rendah 1
Pengembalian modal 2
tidak ketat
Ada tenggang waktu 4
angsuran pertama
Proses memperoleh 8
modal mudah
Lainnya..... 16
315 Selain mendapat modal dari lembaga keuangan,
apakah kelompok juga mendapat tambahan modal dari
swadaya kelompok (internal kelompok)?
1. Ya
2. Tidak P. 317
316 Bila ya, dalam bentuk apa saja modal swadaya
kelompok tersebut?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Simpanan wajib anggota 1
Bunga pinjaman dari
anggota 2
Tabungan sukarela dari
anggota 4
Lainnya ... 8
MODAL ANGGOTA KELOMPOK
317 Apakah anggota kelompok mendapat modal dari
kelompok ?
1 Ya
2 Tidak
318 Prosedur peminjaman dari kelompok ke anggota
kelompok apakah dilakukan sebagai berikut:
a. Anggota punya usaha
b. Pengajuan pinjaman secara lisan/ tulisan
c. Anggota ikut KB
d. Lainnya ...........................
Ya Tidak
a. Anggota punya 1 2
usaha
b. Pengajuan 1 2
pinjaman secara
lisan/tulisan
c. Anggota ikut KB 1 2
d. Lainnya ............ 1 2
126
319 Pada saat apa proses peminjaman modal dari
kelompok ke anggota dilakukan ?
1 Rapat mingguan
2 Rapat bulanan
3 Rapat 3 bulanan
4. Tidak tentu, tergantung
kebutuhan
5 Lainnya ........
320 Dalam penentuan besar pinjaman ke anggota
kelompok, apakah ditentukan atau ditetapkan sbb :
a. Tergantung besar/kecil usaha
b. Tergantung jenis usaha
c. Modal dibagi rata di antara anggota
d. Tergantung ketersediaan dana di kas kelompok
e. Lainnya.
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG
DISEBUT.
Ya tidak
a. Tergantung besar/ 1 2
kecil usaha
b. Tergantung jenis 1 2
usaha
c. Modal dibagi rata 1 2
diantara anggota
d. Tergantung keter 1 2
sediaan dana di kas
e. Lainnya ............... 1 2
321 Selain sumber modal dari kelompok, apakah anggota
mendapat permodalan/pinjaman modal dari sumber
lain?
1 Ya
2 Tidak P. 323
322 Bila Ya, ada sumber pinjaman lain, dari mana ?
.................................................
323 Bagaimana anggota kelompok mengelola pinjaman/
modal yang diperoleh, apakah seperti berikut:
a. Umumnya untuk mengembangkan usahanya
b. Untuk memperlancar usaha
c. Untuk pembelian bahan baku dalam jumlah
besar
d. Sebagian untuk membeli peralatan produksi
e. Sebagian untuk konsumsi
I. Lainnya........
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tidak
a. Umumnya untuk 1 2
mengembangkan
usahanya
b.Untuk memper 1 2
lancar usaha
c. Untuk pembelian 1 2
bahan baku dalam
jumlah besar
d.Sebagian untuk 1 2
membeli peralatan
produksi
e. Sebagian untuk 1 2
konsumsi
I. Lainnya........ 1 2
127
324 Bagaimana umumnya pengembalian pinjaman dari
anggota ke kelompok, apakah dengan cara sbb.:
a. Dicicil selama waktu tertentu
b. Dikenakan bunga tertentu
c. Dicicil setiap bulan
d. Dicicil setiap minggu
e. Dicicil setiap hari
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya tidak
a. Dicicil selama 1 2
waktu tertentu
b. Dikenakan bunga 1 2
tertentu
c. Dicicil setiap bulan 1 2
d. Dicicil setiap minggu 1 2
e. Dicicil setiap hari 1 2
I. Lainnya .................. 1 2
325 Berapa persen bunga yang dibebankan kelompok
kepada anggota kelompok?
...................................
326 Apakah pengembalian pinjaman anggota tepat waktu? 1. Ya, semua tepat waktu
2. Sebagian besar tepat waktu
3. Semua tidak tepat waktu
4. Lainnya .....
BLOK IV
327 Apa saja yang menyebabkan pengembalian tidak tepat
waktu/macet ?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Usaha macet/usaha sepi 1
Bunga terlalu tinggi 2
Dipakai untuk konsumtiI 4
Lainnya.... 8
328 Apakah ada sangsi bila anggota kelompok tidak dapat
membayar cicilan atau tidak tepat pengembalian
cicilan atau cicilan mandek ?
1. Ya
2. Tidak P. 329
328a Jika ada sangsi, dalam bentuk apa saja sangsi
tersebut?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Diperingatkan 1
Dipecat dari keanggotaan 2
Diberi tenggang waktu 4
pengembalian
Jika belum lunas, tidak 8
akan diberi pinjaman
modal
Lainnya.................... 16
128
329 Di antara anggota kelompok, berapa anggota yang
tidak dapat membayar cicilan/tidak lancar/nunggak?
(pinjaman yang terakhir)
Jumlah anggota kelompok :
Jumlah peminjam :
Jumlah anggota nunggak/
tidak lancar :
IV. AKSES INFORMASI PERMODALAN KELOMPOK
401 Dari mana kelompok mendapatkan inIormasi tentang
sumber-sumber bantuan/pinjaman tentang
permodalan, apakah dari media/petugas berikut :
A. Melalui Media
a. TV
b. Radio
c. Koran/Majalah
B. Melalui Petugas
d. Petugas KB
e. Petugas kesehatan
I. Ibu PKK
g. Kader
h.Toga
i. Toma
j. Pamong desa/aparat kelurahan
k.Teman/tetangga
C. Pertemuan:
l. Pertemuan kelompok
m. Pertemuan Dasa Wisma
n. Pertemuan di kelurahan/kecamatan/
kabupaten
o. Lainnya ....................
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tidak
a. TV 1 2
b. Radio 1 2
c. Koran/Majalah 1 2
d. Petugas KB 1 2
e. Petugas kesehatan 1 2
I. Ibu PKK 1 2
g. Kader 1 2
h.Toga 1 2
i. Toma 1 2
j. Pamong desa/aparat 1 2
kelurahan
k.Teman/tetangga 1 2
l. Pertemuan kelompok 1 2
m. Pertemuan Dasa 1 2
Wisma
n. Pertemuan di 1 2
kelurahan/kecamat
an/kabupaten
o. Lainnya .................... 1 2
402 Sumber-sumber permodalan seperti berikut apakah
Saudara ketahui ?
a. APBN
b. APBD (Pemda)
c. Bank Daerah
d. Krista/Pegadaian
e. PNPM
I. BRI
g. Mandiri
h. BNI
i. BTN
j. Bukopin
Sumber modal Ya Tdk
a. APBN 1 2
b. APBD 1 2
c. Bank Daerah 1 2
d. Krista/Pegadaian 1 2
e. PNPM 1 2
I. BRI 1 2
g. Mandiri 1 2
h. BNI 1 2
129
k. Syariah Mandiri
l. KUBE (Kemensos)
m. UP2K (Kemendagri/PKK )
n. BUMN (Telkom, Jasa Raharja, Petro Kimia dll)
o. AKU
p. Gapoktan
q. Koperasi (UEK)
r. Bank Lainnya ...........
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
i. BTN 1 2
j. Bukopin 1 2
k. Syariah Mandiri 1 2
l. KUBE 1 2
m. UP2K (Kemendagri) 1 2
n. BUMN ..................... 1 2
o. AKU 1 2
p. Gapoktan 1 2
q. Koperasi (UEK) 1 2
r. Bank Lainnya ........... 1 2
V. PROSES PRODUKSI
BAHAN BAKU
501 Dari mana saja asal bahan baku untuk produksi?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Wilayah desa 1
Dalam wilayah 2
kecamatan
Dalam wilayah 4
kabupaten
Wilayah provinsi 8
Lainnya ..... 16
502 Bagaimana kemudahan mendapat bahan baku
usaha kelompok (untuk usaha kelompok dan
usaha anggota kelompok) ? 1. Banyak tersedia
2. Jumlah terbatas/sulit diperoleh
3. Mahal
4. Murah
5. Lainnya ...............
503 Bagaimana penggunaan peralatan dalam proses
produksi, apakah :
a. Kelompok mempunyai peralatan untuk
proses produksi
b. Kelompok tidak memiliki peralatan untuk
proses produksi
c. Anggota mempunyai peralatan untuk proses
produksi
Ya Tidak
a. Kelompok mempu 1 2
nyai peralatan untuk
proses produksi
b. Kelompok tidak 1 2
memiliki peralatan
untuk proses produksi
130
d. Anggota meminjam peralatan pada kelompok
e. Anggota meminjam peralatan untuk proses
produksi dari tempat lain
I. Lainnya ...................
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
c. Anggota mempunyai 1 2
peralatan untuk proses
produksi
d. Anggota meminjam 1 2
peralatan pada kelompok
e. Anggota meminjam 1 2
peralatan untuk proses
produksi dari tempat lain
I. Lainnya ................... 1 2
PENGEMBANGAN USAHA
504 Bagaimana perkembangan jenis usaha
sekarang (usaha kelompok maupun usaha
anggota kelompok), apakah:
a. Jenis usaha sama dengan
usaha awal
b. Jenis usaha berkurang
dari jenis usaha awal
c. Jenis usaha bertambah
d. Usaha mati
e. Jenis usaha berbeda dengan usaha awal
I. Lainnya ..
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. Jenis usaha sama 1 2
dengan usaha awal
b. Jenis usaha berkurang 1 2
dari jenis usaha awal
c. Jenis usaha bertambah 1 2
d. Usaha mati 1 2
e. Jenis usaha berbeda
dengan usaha awal
I. Lainnya ....... 1 2
505 Bagaimana menentukan jenis usaha yang
dikelola sekarang ?
(Bila usaha kelompok atau usaha anggota
kelompok berkembang)
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Jenis usaha yang langka 1
Jenis usaha yang banyak 2
diperlukan orang
Jenis usaha yang sedang tren 4
Jenis usaha yang penjualannya 8
cepat
Jenis usaha turun temurun 16
Keterampilan yang dimiliki 32
hanya usaha yang dikerjakan
Jenis usaha yang tahan lama 64
tidak mudah rusak
Lainnya .................................. 128
131
506 Apakah ada upaya meningkatkan kualitas
produksi ?
1. Ya
2 Tidak P. 508
507 Upaya apa saja yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas produksi ?
Memperbaiki kemasan 1
Mempunyai label produksi 2
Ada nomor ijin POM 4
Memakai ATTG 8
Ada sertiIikat halal dari MUI 16
Memilih bahan berkualitas baik 32
Lainnya ............................. 64
508 Apakah ada upaya meningkatkan kuantitas
produksi ? 1. Ya
2. Tidak P. 601
509 Upaya apa saja yang dilakukan untuk
meningkatkan kuantitas produksi ?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Menambah variasi produksi 1
Menambah kuantitas produksi 2
Memperluas wilayah pemasaran 4
produksi
Menambah tenaga kerja 8
Lainnya ............................. 16
VI. PEMASARAN PRODUKSI KELOMPOK
601 Kemana saja daerah pemasaran produksi
kelompok UPPKS, apakah dalam:
a. Satu wilayah kabupaten/
kota
b. Satu provinsi
c. Satu negara
d. Internasional
e. Lainnya ......
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. Satu wilayah kabupaten/ 1 2
kota
b. Satu provinsi 1 2
c. Satu negara 1 2
d. Internasional 1 2
e. Lainnya .......................... 1 2
132
602 Siapa saja sasaran pemasaran produk kelompok
UPPKS, apakah:
a. Masyarakat sekitar
b. Masyarakat di luar
wilayah
c. Lainnya ...............
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. Masyarakat sekitar 1 2
b. Masyarakat di luar 1 2
wilayah
c. Lainnya ............... 1 2
603 Bagaimana cara pemasaran produk kelompok
UPPKS, apakah dengan cara:
a. Dijual langsung
b. Dititipkan kewarung/
toko/supermarket
c. Dijual melalui online
d. Melalui pameran
e. Lainnya ....
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. Dijual langsung 1 2
b. Dititipkan kewarung/ 1 2
toko/supermarket
c. Dijual melalui online 1 2
d. Melalui pameran 1 2
e. Lainnya .... 1 2
604 Apakah ada pendampingan dalam pemasaran
produk ?
1. Ya
2. Tidak P. 608
605 Bila Ya, pendampingan tersebut dilakukan oleh
siapa saja, apakah dari:
a. BKKBN
b. Perindustrian
c. Bank Daerah
d. Krista/Pegadaian
e. PNPM
I. BRI
g. Mandiri
h. BNI
i. BTN
j. Bukopin
k. Syariah Mandiri
l. KUBE (Kemensos)
m. UP2K (Kemendagri/PKK )
n. BUMN (Telkom, Jasa Raharja, Petro Kimia dl)
o. AKU
p. Gapoktan (Gabungan kelompok tani)
Ya Tidak
a. BKKBN 1 2
b. Perindustrian 1 2
c. Bank Daerah 1 2
d. Krista/Pegadaian 1 2
e. PNPM 1 2
I. BRI 1 2
g. Mandiri 1 2
h. BNI 1 2
i. BTN 1 2
j. Bukopin 1 2
k. Syariah Mandiri 1 2
l. KUBE 1 2
m. UP2K (Kemendagri) 1 2
133
q. Koperasi (UEK)
r. Bank Lainnya ...........
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
n. BUMN 1 2
o. AKU 1 2
p. Gapoktan 1 2
q. Koperasi (UEK) 1 2
r. Bank Lainnya ......... .. 1 2
606 Apakah pendampingan tersebut dirasakan
manIaatnya oleh kelompok/anggota ? 1. BermanIaat
2. Tidak bermanIaat P. 608
607 Apa saja manIaatnya kelompok/anggota dengan
adanya pendampingan yang diterima?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Mengembangkan usaha 1
Membantu pemasaran 2
Menambah pengetahuan 4
Lainnya ................... 8
608 Bagaimana kelompok/ anggota kelompok
melakukan promosi produknya, menawarkan
produk usahanya (agar masyarakat lain tertarik
dan membeli produknya), apa dilakukan dengan
cara:
a. Melalui pameran
b. Melalui internet
c. Melalui promosi sampel ke
outlet/toko-toko
d. Melalui teman/saudara
e. Melalui pertemuan atau rapat-rapat
I. Lainnya ...................
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. Melalui pameran 1 2
b. Melalui internet 1 2
c. Melalui promosi 1 2
sampel ke outlet/
toko-toko
d. Melalui teman/saudara 1 2
e. Melalui pertemuan 1 2
d. Lainnya ................... 1 2
609 Strategi promosi mana yang dirasakan paling
mengenai sasaran ? (mendapat konsumen lebih
banyak) 1. Melalui pameran
2. Melalui internet
3. Melalui promosi sampel ke
outlet/toko-toko
4. Melalui teman/saudara
5. Lainnya .........................
134
VII. MANA1EMEN KELOMPOK
701 Apakah pengurus/anggota kelompok UPPKS
pernah mendapatkan pelatihan/pembinaan sebagai
berikut:
a. Permodalan
b. Administrasi/pembukuan
c. Pengelolaan Usaha
d. Peningkatan Produksi
e. Pemasaran
I. Lainnya .......
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. Permodalan 1 2
b. Administrasi/pembu 1 2
kuan
c. Pengelolaan Usaha 1 2
d. Peningkatan Produksi 1 2
e. Pemasaran 1 2
I. Lainnya ........................... 1 2
702 Siapa yang memberi pelatihan, apakah dari:
a. BKKBN
b. Perindustrian
c. Bank Daerah
d. Krista/Pegadaian
e. PNPM
I. BRI
g. Mandiri
h. BNI
i. BTN
j. Bukopin
k. Syariah Mandiri
l. KUBE (Kemensos)
m. UP2K (Kemendagri/PKK )
n. BUMN (Telkom, Jasa Raharja, Petro Kimia dl)
o. AKU
p. Gapoktan (Gabungan kelompok tani)
q. Koperasi (UEK)
r. Bank Lainnya ...........
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. BKKBN 1 2
b. Perindustrian 1 2
c. Bank Daerah 1 2
d. Krista/Pegadaian 1 2
e. PNPM 1 2
I. BRI 1 2
g. Mandiri 1 2
h. BNI 1 2
i. BTN 1 2
j. Bukopin 1 2
k. Syariah Mandiri 1 2
l. KUBE 1 2
m. UP2K (Kemendagri) 1 2
n. BUMN 1 2
o. AKU 1 2
p. Gapoktan 1 2
q. Koperasi (UEK) 1 2
r. Bank Lainnya ........... 1 2
135
703 Siapa yang menjadi sasaran pembinaan/pelatihan,
apakah untuk:
a. Pengurus Kelompok
b. Anggota kelompok
c. Pengurus dan anggota kelompok
d. Masyarakat umum lainnya
e. Lainnya ....................................
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU
PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN
YANG DISEBUT.
Ya Tidak
a. Pengurus Kelompok 1 2
b. Anggota kelompok 1 2
c. Pengurus dan anggota 1 2
kelompok
d. Masyarakat umum 1 2
lainnya
e. Lainnya ....................... 1 2
704 Kapan terakhir kelompok/anggota kelompok
mendapatkan pembinaan ?
1. Satu bulan terakhir
2. Dua bulan terakhir
3. Lebih dari dua bulan terakhir
4. Lainnya ................
705 ManIaat apa saja yang diperoleh dari adanya
pembinaan yang diterima ?
1AWABAN LEBIH DARI SATU
Pengetahuan bertambah 1
Usaha semakin berkembang 2
Pemasaran semakin luas 4
Usaha menjadi lancar 8
Lainnya..... 16
PELAPORAN
706 Jenis buku apa saja yang dipunyai kelompok,
apakah jenis:
A. Buku Administrasi Kelompok:
a. Buku induk anggota
b. Buku kegiatan
c. Buku tamu
d. Buku ekspedisi
B. Pembukuan Simpan Pinjam:
e. Buku kas harian
I. Buku simpan pinjam dan sumbangan
g. Buku pinjaman dan angsuran
h. Bukti kas dan buku kas
C. Pembukuan Usaha Perorangan/Kelompok:
i. Buku kas harian
j. Buku inventaris
k. Buku pembelian
l. Buku penjualan
m. Buku hasil produksi
n. Lainnya .....................
PERTANYAAN DIBACAKAN SATU PERSATU.
LINGKARI SETIAP KODE 1AWABAN YANG
DISEBUT.
Ya Tidak
a. Buku induk anggota 1 2
b. Buku kegiatan 1 2
c. Buku tamu 1 2
d. Buku ekspedisi 1 2
e. Buku kas harian 1 2
I. Buku simpan pinjam 1 2
dan sumbangan
g. Buku pinjaman,angsuran 1 2
h. Bukti kas dan buku kas 1 2
i. Buku kas harian 1 2
j. Buku inventaris 1 2
k. Buku pembelian 1 2
l. Buku penjualan 1 2
m. Buku hasil produksi 1 2
n. Lainnya ..................... 1 2
136
VII. SARAN-SARAN
701 Menurut Saudara saran-saran apa saja dapat diberikan
agar kelompok UPPKS bisa lebih berkembang lagi ?
a. a. Permodalan
b. Proses Produksi
c. Pemasaran
d. Peningkatan SDM Kelompok
e. Aspek Lain
1
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN,
KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA
Sesuai PP: 20/2005 atau
Peraturan Menteri Negara Ristek No: 04/Kp/III/2007
(dibuat untuk setiap juduI peneIitian/kegiatan)
Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Nama Perguruan Tinggi/Lembaga
Penelitian dan Pengembangan
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan
Pengembangan, BKKBN
Pimpinan Dr. Wendy Hartanto, MA
Alamat Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta
Timur 13650. Telp.: 021 8098018. Ext 155
Identitas Kegiatan
Nomor dentitas 01
Judul Aksesibilitas Modal di Kalangan Kelompok UPPKS
dalam Meningkatkan Usaha Kelompok Di Kabupaten
Gresik Dan Malang Provinsi Jawa Timur.
Abstraksi Kelompok UPPKS dalam perkembangannya
mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan
yang sering dijumpai adalah kelangsungan hidup
kelompok. Dalam aspek permodalan, banyak
kelompok yang belum mempunyai informasi lengkap
tentang permodalan dan aksesibilitas mendapatkan
bantuan modal. Permasalahan lainnya adalah
kemampuan anggota dalam mengelola pinjaman,
kemampuan dalam berusaha, dan kemampuan dalam
pemasaran produk. Berdasarkan pengalaman
kelompok UPPKS yang berhasil mengatasi
permasalahan tersebut, khususnya dalam
mendapatkan akses permodalan, maka perlu
dilakukan penelitian dengan lebih mendalam.
2
Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kegiatan
UPPKS, serta mencari pola-pola pada kelompok
UPPKS yang meliputi pola pengorganisasian, kiat
dalam akses permodalan, proses kegiatan usaha
kelompok, dan dukungan institusi. Lokasi penelitian
adalah di Kabupaten Gresik dan Malang. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian kuantitatif diperoleh dari responden
pengurus kelompok UPPKS, sementara data kualitatif
untuk mendukung temuan kuantitatif, digali dari
informan pengelola program UPPKS dan lembaga
keuangan mikro setempat. Jumlah sampel kelompok
UPPKS adalah 30 kelompok di setiap lokasi
kabupaten Malang dan Gresik.
Temuan kuantitatif dan kualitatif menunjukkan
bahwa keberadaan SK merupakan hal penting bagi
kelompok sebagai salah satu persyaratan dalam
upaya memperoleh permodalan.
Kiat kelompok dalam mendapatkan permodalan
beragam. Akses permodalan umumnya memerlukan
persyaratan yaitu mempunyai usaha ekonomi
produktif, terdapat instansi yang memfasilitasi, serta
membuat proposal pengajuan pinjaman modal. Untuk
lembaga perbankan tertentu, adakalanya diperlukan
agunan/jaminan/aset (barang tidak bergerak atau
berupa emas) dari kelompok, selain persyaratan
umum untuk dapat akses modal. Jenis sumber modal
kelompok yang pernah diakses di Gresik terutama dari
BKKBN dan UP2K (PKK), sementara di Kabupaten
Malang umumnya bersumber dari BKKBN, AKU dan
Dinas Koperasi. Sebagian besar kelompok di Gresik
akses terhadap 1(satu) jenis sumber modal;
sebaliknya Kabupaten Malang lebih banyak akses
terhadap lebih dari 3 (tiga) sumber modal. Temuan
kualitatif menunjukkan bahwa sumber-sumber
permodalan yang tersedia sebenarnya lebih beragam
dari pada yang pernah diakses kelompok. Lembaga
keuangan mikro lainnya yang juga menyediakan
pinjaman modal kelompok adalah BR (KUR), PNPM
Mandiri, Pegadaian (Kredit Krista), BPR Jawa Timur,
dan peluang CSR dari PT Semen Gresik.
3
Tim Peneliti
1. Nama Koordinator/Peneliti Utama
2. Alamat Koordinator/PU
3. Nama anggota peneliti
Dra. swarati, SU
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta
Timur 13013./ Telp.: 021 8008557
1. r. Endah Winarni, MSPH
2. Sri Wahyuni, SH, MA
3. Dra. swari Hariastuti, MKES
4. Oktriyanto, S.Si.
Waktu Pelaksanaan Tanggal 12 Maret 12 Oktober 2012
Publikasi (silah dengan nama
publikasi, tahun dan tempat
publikasi dilakukan)
Jurnal lmiah Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera, BKKBN, Tahun 2012-2013
Jakarta, September 2012
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan
Pengembangan, BKKBN
Plt.
Dr. Wendy Hartanto, MA
NP. 19580127 198003 1004
4
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
AKSESIBILITAS MODAL DI KALANGAN KELOMPOK UPPKS DALAM
MENINGKATKAN USAHA KELOMPOK DI KABUPATEN GRESIK DAN
MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
PeneIiti Utama: Dra. Iswarati, SU
Anggota: 1. Ir. Endah Winarni, MSPH
2. Sri Wahyuni , SH, MA
3. Dra. Iswari Hariastuti, MKES
4. Oktriyanto, S.Si
Mengetahui,
PIt. Deputi Bidang PeIatihan, PeneIitian dan Pengembangan, BKKBN
Dr. Wendy Hartanto, MA

PEDOMAN WAWANCARA
RESPONDEN: 1. Bidang KS Provinsi
2. Bidang KS kabupaten/kota
Nama :
Jabatan:
A. KEBI1AKAN
1. Apakah ada kebijakan untuk kelompok UPPKS?
2. Dengan siapa saja kemitraan UPPKS selama ini, dalam hal apa saja?
3. Dalam bentuk apa saja kemitraan tersebut, apakah masih berjalan, kalau tidak berjalan apa
penyebabnya?
4. Bagaimana koordinasi kelompok UPPKS dengan mitra (Pegadaian, BRI, dll) dalam
pemberian modal?
B. SUMBER MODAL
1. Apakah ada persyaratan untuk memperoleh bantuan modal usaha kelompok UPPKS?
2. Lembaga keuangan mana saja yang memberikan bantuan pinjaman modal bagi kelompok
U PPKS?
3. Bagaimana bentuk kerjasama antara lembaga keuangan dengan kelompok UPPKS?
4. Apa saja jenis pinjaman permodalan UPPKS yang ada?
5. Berapa besar pinjaman, bunga, dan angsurannya?
C. SUMBER AKSES PERMODALAN
1. Darimana mengetahui akses permodalan?
2. Dengan mengetahui akses modal tersebut apa yang dilakukan? (sosialisasi)

3. 1enis bantuan modal apa saja yang di akses oleh kelompok UPPKS? (produksi, simpan
pinjam)
D. MEKANISME
1. Bagaimana mendapatkan pinjaman modal yang ada di lembaga keuangan tersebut?
2. Apakah ada persyaratan untuk mendapatkan modal? Jelaskan..
3. Bagaimana dengan angsuran, waktu, dan bunga yang dibebankan? Jelaskan...
4. Berapa banyak kelompok UPPKS yang mengakses modal tersebut?
(perkembangan dalam 3 tahun terakhir).
4. Apakah ada kelompok UPPKS yang menunggak?
E. FASILITASI
1. Setelah diberi bantuan modal apa ada pelatihan bagi kelompok UPPKS yang menerima
modal?
2. Materi apa saja yang diberikan?
3. Apa ada pembinaan bagi kelompok UPPKS ?
Jika ada apa bentuk pembinaan? Jelaskan...
4. Siapa saja yang memberikan pembinaan dan berapa kali dilakukan?
(1 bulan, 6 bulan)
F. KEBUTUHAN KELOMPOK UPPKS
1. Jika sumber modal dari BKKBN sudah tidak ada lagi, apa yang dilakukan BKKBN untuk
kelompok UPPKS?
2. Buku atau pedoman apa saja yang dimiliki kelompok UPPKS?
3. Bagaimana pembukuan yang ada di kelompok UPPKS?
G. PENGELOLAAN KELOMPOK UPPKS
1. Apa saja persyaratan dalam pembentukan kelompok?
2. Apakah ada persyaratan menjadi anggota kelompok UPPKS?

3. Apakah ada dana untuk monitoring kelompok UPPKS?


4. Bagaimana mengelola kelompok UPPKS dengan kondisi yang kurang kondusiI saat ini?
H. Saran-saran untuk kelangsungan kelompok UPPKS
1. Aspek pembentukan kelompok
2. Aspek penyediaan modal
3. Aspek pengembangan.
1udul:
A. PERSIAPAA
1.
ATK penyusunan proposal 1 pkt x 1 keg 1 pkt 2.000.000 2.000.000
honor penyusunan proposal 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 120.000 1.200.000
honor pembahasan proposal 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 120.000 1.200.000
honor penyusunan instrument 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 120.000 1.200.000
honor pembahasan instrument 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 120.000 1.200.000
konsumsi penyusunan proposal 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 48.000 480.000
konsumsi pembahasan proposal 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 48.000 480.000
konsumsi penyusunan instrument 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 48.000 480.000
konsumsi pembahasan instrument 5 org x 2 hr x 1 keg 10 oh 48.000 480.000
2 uji coba dan penyempurnaan instrument (Bandung)
Transport peneliti pusat 4 org x 1 pp 4 pp 300.000 1.200.000
Uang harian 4 org x 4 hr 1 keg 16 oh 415.000 6.640.000
Penginapan (Gol. IV) 3 org x 3 hr 1 keg 9 oh 650.000 5.850.000
Penginapan (gol.III) 1 org x 3 hr 1 keg 3 oh 460.000 1.380.000
Transport peneliti daerah 1 org x 1 pp 1 pp 2.800.700 2.800.700
Uang harian perjadin 1 org x 4 hr 1 keg 4 oh 415.000 1.660.000
Penginapan (Gol. III) 1 org x 3 hr 1 keg 3 oh 460.000 1.380.000
Sewa Mobil Roda 4 (uji coba) 2 unit x 3 hr 6 unit 600.000 3.600.000
Honor Pendamping Lapangan (uji coba) 8 org x 3 hr 24 oh 120.000 2.880.000
ATK 1 pkt x 1 keg 1 pkt 2.000.000 2.000.000
3 Honor Pelaksana Kegiatan Penelitian (Feb.-Maret)
- Honor Pengarah (Es.I) 1 or x x 2 bln 2 oj 550.000 1.100.000
- Honor Pengarah Pnggjwb. (Es.II) 1 or x x 2 bln 2 oj 500.000 1.000.000
- Honor Peneliti Utama (Gol IV/e) 1 or x 2,5 jam 20 hr x 2 bln 100 oj 60.000 6.000.000
- Honor Peneliti Madya (Gol IV/b, IV/c) 2 or x 2 jam 20 hr x 2 bln 160 oj 50.000 8.000.000
- Honor Peneliti Muda (Gol III/d) 1 or x 2 jam 20 hr x 2 bln 80 oj 40.000 3.200.000
- Honor Peneliti Pertama (Gol III/a) 1 or x 2 jam 20 hr x 2 bln 80 oj 35.000 2.800.000
4 Sekretariat (Feb-Maret)
- Honor tenaga administrasi 2 or x x 2 bln 4 ob 300.000 1.200.000
5 Ujicoba kuesioner kwantitatif (Bogor)
Transport 4 org x 1 pp 4 pp 200.000 800.000
Uang harian 4 org x 2 hr 1 keg 8 oh 400.000 3.200.000
Penginapan (Gol. IV) 3 org x 1 hr 1 keg 3 oh 600.000 1.800.000
Penginapan (gol.III) 1 org x 1 hr 1 keg 1 oh 460.000 460.000
Sewa Mobil Roda 4 1 unit x 2 hr 2 unit 600.000 1.200.000
Honor Pendamping lapangan 6 or x 2 hr 1 keg 12 oh 120.000 1.440.000
70.310.700
B. PELAKSAAAAA (Surabaya- 1atim)
1 Honor Pelaksana Kegiatan Penelitian (April-Mei)
- Honor Pengarah (Es.I) 1 or x x 2 bln 2 oj 550.000 1.100.000
- Honor Pengarah Pnggjwb. (Es.II) 1 or x x 2 bln 2 oj 500.000 1.000.000
- Honor Peneliti Utama (IV/e) 1 or x 2,5 jam 20 hr x 2 bln 100 oj 60.000 6.000.000
- Honor Peneliti Madya (IV/b, IV/c) 2 or x 2 jam 20 hr x 2 bln 160 oj 50.000 8.000.000
- Honor Peneliti Muda (III/d) 1 or x 2 jam 20 hr x 2 bln 80 oj 40.000 3.200.000
- Honor Peneliti Pertama (III/a) 1 or x 2 jam 20 hr x 2 bln 80 oj 35.000 2.800.000
2 Sekretariat (April-Mei)
- Honor tenaga administrasi 1 or x x 2 bln 2 ob 300.000 600.000
3 Pengumpulan data
Transport Peneliti Pst: Jkt - Sby 4 or x 1 pp 1 prov 4 pp 2.887.700 11.550.800
Uang harian pst (bu is dan oktri) 2 or x 6 hr 1 prov 12 oh 395.000 4.740.000
Uang harian pst (bu endah dan yuni) 2 or x 7 hr 1 prov 14 oh 395.000 5.530.000
Biaya Penginapan (bu is) 1 or x 5 hr 1 prov 5 oh 590.000 2.950.000
Biaya Penginapan (bu endah) 1 or x 3 hr 1 prov 3 oh 590.000 1.770.000
1 or x 3 hr 1 prov 3 oh 225.000 675.000
Biaya Penginapan (bu yuni) 1 or x 5 hr 1 prov 5 oh 590.000 2.950.000
Biaya Penginapan (OKTRI) 1 or x 2 hr 1 prov 2 oh 390.000 780.000
1 or x 3 hr 1 prov 3 oh 225.000 675.000
Peneliti daerah
Uang harian (BU ISWARI) 1 or x 5 hr 1 prov 5 oh 395.000 1.975.000
Uang harian (BU DYAH) 1 or x 4 hr 1 prov 4 oh 395.000 1.580.000
Biaya Penginapan (BU DYAH) 1 or x 3 hr 1 prov 3 oh 225.000 675.000
Pelaksanaan di Provinsi dan Kabupaten
Honor pelatihan wawancara 10 or x 1 hr 2 kab 20 oh 120.000 2.400.000
Uang harian pewawancara 3 or x 4 hr 2 kab 24 oh 160.000 3.840.000
Transport pewawancara 3 or x 4 hr 2 kab 24 oh 110.000 2.640.000
Honor pendamping kab/kota 2 or x 4 hr 2 kab 16 pp 120.000 1.920.000
Honor pendamping Lokal (Gresik) 1 or x 1 hr 1 kab x # kel 30 oh 120.000 3.600.000
Honor pendamping Lokal (Malang) 1 or x 1 hr 1 kab x # kel 31 oh 120.000 3.720.000
Honor operasional lapangan (indepht) 1 or x 1 hr 2 kab x # kel 66 oh 120.000 7.920.000
4 Biaya operasional lapangan
Biaya sewa kendaraan roda 4 2 unit x 5 hr 1 prov 10 unit 600.000 6.000.000
ATK pengumpulan data 1 pkt x 1 keg 1 pkt 2.000.000 2.000.000
5 Pengolahan Data
honor pengolahan data 2 or x 1 pkt 1 keg 2 or 750.000 1.500.000
6 Penulisan laporan
Transport peneliti pusat 5 org x 1 pp 5 pp 200.000 1.000.000
Uang harian pst (bu Is) 1 org x 2 hr 1 keg 2 oh 415.000 830.000
Uang harian pst (adit) 1 org x 4 hr 1 keg 4 oh 410.000 1.640.000
Uang harian perjadin 3 org x 4 hr 1 keg 12 oh 415.000 4.980.000
Penginapan bu is 1 org x 1 hr 1 keg 1 oh 650.000 650.000
Penginapan (Gol. IV) 2 org x 3 hr 1 keg 6 oh 650.000 3.900.000
Penginapan (gol.III) 1 org x 3 hr 1 keg 3 oh 460.000 1.380.000
Penginapan (Gol II) 1 org x 3 hr 1 keg 3 oh 390.000 1.170.000
ATK 1 pkt x 1 keg 1 pkt 1.692.836 1.692.836
111.333.636
C. DISEMIAASI HASIL
1 Honor Pelaksana Kegiatan Penelitian (1uni)
- Honor Pengarah (Es.I) 1 or x x 1 bln 1 oj 550.000 550.000
- Honor Pengarah Pnggjwb. (Es.II) 1 or x x 1 bln 1 oj 500.000 500.000
- Honor Peneliti Utama (IV/e) 1 or x 2,5 jam 20 hr x 1 bln 50 oj 60.000 3.000.000
- Honor Peneliti Madya (IV b, IV/c) 2 or x 2 jam 20 hr x 1 bln 80 oj 50.000 4.000.000
- Honor Peneliti Muda (III/d) 1 or x 2 jam 20 hr x 1 bln 40 oj 40.000 1.600.000
- Honor Peneliti Pertama (III/a) 1 or x 2 jam 20 hr x 1 bln 40 oj 35.000 1.400.000
2 Sekretariat (1uni)
- Honor tenaga administrasi 2 or x x 1 bln 2 ob 300.000 600.000
B. Eksternal (Kemenristek)
Transport 3 org x 2 pp 6 pp 110.000 660.000
Uang harian 3 org x 2 hr keg 6 oh 120.000 720.000
Pembuatan Poster 1 pkt x 1 kgt 1 pkt 1.735.664 1.735.664
3 Penyajian hasil di Lokus Penelitian:
Transport Peneliti Pst: Jkt - Sby 2 or x 1 pp 1 prov 2 pp 2.800.000 5.600.000
Uang harian pst 2 or x 3 hr 1 prov 6 oh 395.000 2.370.000
Biaya Penginapan Pst 2 or x 2 hr 1 prov 4 oh 640.000 2.560.000
Transport kabupaten 1 or x 1 pp 2 kab 2 pp 300.000 600.000
Uang harian kabupaten 1 or x 2 hr 2 kab 4 oh 350.000 1.400.000
Biaya Penginapan kabupaten 1 or x 1 hr 2 kab 2 oh 390.000 780.000
Honor peserta 20 or x 1 hr 1 keg 20 oh 120.000 2.400.000
Konsumsi 20 or x 1 pkt 1 keg 20 oh 44.000 880.000
Honor Narasumber 1 or x 2 jam 2 oj 800.000 1.600.000
Honor Moderator 1 or x 2 jam 2 oj 600.000 1.200.000
4 Pencetakan laporan 20 bk x 1 pkt 20 pkt 60.000 1.200.000
5 ATK 1 pkt x 1 keg 1 pkt 3.000.000 3.000.000
38.355.664
220.000.000
Jakarta, 28 Maret 2012
Mengetahui :
Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan
BKKBN Pusat,
Dra. Kasmiyati, MSc.
NIP : 195207111979032002
VOLUME
HARGA
SATUAN
TOTAL BIAYA

Termin II
Termin III
TOTAL
Pertemuan Penyusunan proposal, pembahasan proposal, penyusunan
instrument, pembahasan instrumen
RINCIAN ANGGARAN DAN BELAN1A PROGRAM KEGIATAN INSENTIP PENELITI
Aksesibilitas Modal di Kalangan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Provinsi 1awa Timur
KODE URAIAN KEGIATAN
PERHITUNGAN TAHUN 2012
kLkAI1ULASI SI
kLGIA1AN : LNLLI1IAN AkSLSI8ILI1AS MCDAL DI kALANGAN kLLCMCk UkS
DALAM MLNINGkA1kAN USAnA kLLCMCk DI IAWA 1IMUk
M A k UkAIAN SI
321211 A1k engumpulan uata 2.000.000
1 pkt x 1 keg
a.n. kwltansl Cv Amlra 8ahayu
1gl. 27 !ull 2012
A1k enullsan Laporan 1.692.836
1 pkt x 1 keg
a.n. Cv. Multl Cuna ratama
1gl. 8 September 2012
321213 Ponor pengarah 1.100.000
1 or x 2 bulan x 8p.330.000,-
a.n. ura. kasmlyatl, MSc
1gl. 27 !ull 2012
Ponor penanggung [awab 1.000.000
1 or x 2 bulan x 8p.300.000,-
a.n. dr. Comaruddln Sukheml, M.kes
1gl. 27 !ull 2012
Ponor penelltl utama 6.000.000
1 or x 2,3 [am x 20 harl x 2 bulan x 8p.60.000,-
a.n. ura. lswaratl, Su
1gl. 27 !ull 2012
Ponor penelltl madya 8.000.000
2 or x 2 [am x 20 harl x 2 bulan x 8p.30.000,-
a.n. lr. Lndah Wlnarnl, MSP & Srl Wahyunl, SP, MA
1gl. 27 !ull 2012
Ponor penelltl muda 3.200.000
1 or x 2 [am x 20 harl x 2 bulan x 8p.40.000,-
a.n. ura. lswarl Parlastutl, M.kes
1gl. 27 !ull 2012
Ponor penelltl pertama 2.800.000
1 or x 2 [am x 20 harl x 2 bulan x 8p.33.000,-
a.n. Cktrlyanto, S.Sl
1gl. 27 !ull 2012
Ponor sekretarlat 600.000
1 or x 2 bulan x 8p.300.000,-
a.n. Adltya 8ahmadhony, A.Md
1gl. 27 !ull 2012
Ponor pelatlhan wawancara (Creslk) 1.200.000
10 or x 1 hr x 8p. 120.000
a.n. Srl Mulyanl, dkk (10 orang)
tgl. 30 !ull 2012
Ponor pelatlhan wawancara (Malang) 1.200.000
10 or x 1 hr x 8p. 120.000
a.n. Surahman, SL, dkk (10 orang)
tgl. 30 !ull 2012
Ponor endamplng kabupaten (Creslk) 960.000
2 or x 4 hr x 8p. 120.000
a.n. Srl Mulyanl dan ?ettl
tgl. 30 !ull 2012
Ponor endamplng kabupaten (Malang) 960.000
2 or x 4 hr x 8p. 120.000
a.n. lr. amu[l Pandoko, MA &ura. ?oses 1lnce
tgl. 30 !ull 2012
Ponor endamplng Lokal (Creslk) 3.600.000
30 or x 1 hr x 8p. 120.000
a.n. 1ltlek Moektlyanl- dkk (30 org)
tgl. 31 !ull 2012
Ponor endamplng Lokal (Malang) 3.720.000
30 or x 1 hr x 8p. 120.000
a.n. lutlkah- dkk (31 org)
tgl. 31 !ull 2012
Ponor Cperaslonal Lapangan (lndepht) - Creslk 3.960.000
33 or x 1 hr x 8p. 120.000
a.n. unl Pldayatl, S1. MM- dkk (33 org)
tgl. 31 !ull 2012
Ponor Cperaslonal Lapangan (lndepht) - Malang 3.960.000
33 or x 1 hr x 8p. 120.000
a.n. Musllchah- dkk (33 org)
tgl. 31 !ull 2012
Ponor engolah uata 1.300.000
2 or x 1 hr x 8p. 730.000
a.n. Marlo Lkorlano, S.Sl & Cktrlyanto, S.Sl (33 org)
tgl. 28 Agustus 2012
321219 uang Parlan dan 1ransport ewawancara (Creslk)
uang harlan , 3 or x 4 hr x 8p. 160.000 1.920.000
1ransport , 3 or x 4 hr x 8p. 110.000 1.320.000
a.n. Mardllyah - dkk (3 or)
tgl. 31 !ull 2012
uang Parlan dan 1ransport ewawancara (Malang)
uang harlan , 3 or x 4 hr x 8p. 160.000 1.920.000
1ransport , 3 or x 4 hr x 8p. 110.000 1.320.000
a.n. 8lnl Marglatl - dkk (3 or)
tgl. 31 !ull 2012
322141 Sewa Mobll 8oda 4 6.000.000
2 unlt x 3 hr x 8p.600.000
a.n. kwltansl nanda 8ent Car & 1ravel
1gl. 3 Agustus 2012
324119 er[alanan ulnas ualam 8angka engumpulan uata
dl !atlm, tgl 29 !ull - 3 Agustus 2012. an:
1. ura. lswaratl, Su 8.207.700
2. lr. Lndah Wlnarnl, MSP 8.097.700
3. Srl Wahyunl, SP, MA 8.602.700
4. Cktrlyanto, S.Sl 6.712.700
3. ura. lswarl Parlastutl, M.kes 1.973.000
6. ulyah Perowatl, S.Sos, MP8 2.233.000
er[alanan ulnas ualam 8angka enullsan Laporan
dl 8ogor, 1gl. 6 - 9 September 2012, an:
1. ura. lswaratl, Su 1.680.000
2. lr. Lndah Wlnarnl, MSP 3.810.000
3. Srl Wahyunl, SP, MA 3.810.000
4. Srl Lllestlna nasutlon, S.Sl 3.240.000
3. Adltya 8ahmadhony 3.010.000
!umlah 111.333.636
Jakarta, 27 September 2012
Mengetahui:
Penanggung Jawab Pelaksana Pembuat Rekap
Dra. swarati, SU Aditya Rahmadhony

Anda mungkin juga menyukai