CRITICAL REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

Tugas untuk Memenuhi Perkuliahan Manajemen Koperasi dan Usaha Miikro

Kecil Menengah

Dosen Pengampu: Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE., MP.

Oleh:

GEDE MAHAPUTRA CHRISANDITA (1607531095 / 21)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
2019
 Critical Review Jurnal Internasional

Judul The acceleration strategy of small medium enterprises

growth in East Kalimantan Province Indonesia
Jurnal Procedia - Social and Behavioral Sciences
Download https://www.sciencedirect.com/science/article/
pii/S1877042816300854
Volume dan Volume 219, Pages 493-498
Halaman
Tahun 2016
Penulis Indah Martati, Besse Asniwaty, Suminto, La Bima
Reviewer Gede Mahaputra Chrisandita
Tanggal 24 Februari 2019

1. Temuan komprehensif
i. Tujuan penelitian
bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah dan
merancang strategi dalam mengoptimalkan peran Tanggung jawab
Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
mempercepat pertumbuhan UKM
ii. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah
dan unit yang diteliti, sehingga tidak ada hipotesis. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah dan
merancang strategi dalam mengoptimalkan peran CSR dalam
mempercepat pertumbuhan UKM.
iii. Metode
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dengan
melakukan wawancara mendalam, Diskusi kelompok terarah atau
Focus Group Discussion (FGD), dan studi pustaka.
 iv. Metode analisis
Analisa menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh dari
wawancara mendalam kepada orang yang bertanggung jawab di
Badan Perencanaan Daerah, Departemen Daerah Pertambangan dan
Energi, Daerah Departemen Industri dan Perdagangan, Forum CSR,
FGD dan distribusi kuesioner dan studi pustaka serta studi pustaka.
v. Hasil
Terdapat kesenjangan komunikasi timbal balik antar perusahaan,
pemerintah daerah dan masyarakat, program CSR belum berfokus
pada pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian ekonomi,
komitmen penegakan dan pengawasan pemerintah daerah masih
rendah, pemahaman masyarakat terhadap CSR masih terbatas, dan
budaya masyarakat cenderung pragmatis, keterlibatan masyarakat
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam memantau
implementasi program CSR rendah.

2. Critical Review
i. Kepakaran Pengarang
Kepakaran peneliti (Indah Martati, Besse Asniwaty, Suminto, La Bima)
sesuai, keempatnya merupakan doktor dari Departemen Administrasi
Bisnis, Politeknik Negeri Samarinda.
ii. Latar Belakang
Latar belakang dan tujuan penelitian dinyatakan dengan jelas, yakni
ingin meneliti akar penyebab masalah dan merancang strategi dalam
mengoptimalkan peran CSR dalam mempercepat pertumbuhan UKM.
iii. Definisi dan Teori
Definisi dan teori yang digunakan sudah cukup jelas, dan mudah
dipahami oleh pembaca, serta jarang ditemukan istilah langka yang
dapat membingungkan pembaca.
iv. Referensi
Referensi yang digunakan sudah bagus. Pembahasan dikaitkan dengan
literatur yang pernah ada. Dilihat dari kepustakaannya terdapat
 beberapa referensi keluaran tahun-tahun baru sehingga informasi yang
disampaikan tergolong terkini.
v. Metode Penelitian
Peneliti sudah melakukan wawancara mendalam yang berada dalam
radius operasi usaha serta pengamatan fokus penelitian yang terdiri
dari perusahaan pertambangan batubara, pemerintah daerah, dan
persepsi masyarakat terhadap pemberdayaan UKM melalui program
CSR tersebut.
vi. Pembahasan dan Penjelasan Hasil
Pembahasan sudah jelas, fokus pada tujuan yang memang
direncanakan di awal yakni strategi yang perlu diambil untuk
mempercepat pertumbuhan UKM.
vii. Tabel dan Gambar
Pembaca diberi tabel mengenai rata-rata persepsi publik terhadap
peran pemerintah daerah, program CSR, dan kondisi internal UKM
sehingga pembaca dapat dengan jelas mengetahui secara kuantitaif
jumlah nyata dari hasil penelitian ini, serta pembaca diberi gambaran
mengenai pola implementasi CSR.

3. Implikasi hasil penelitian

Implementasi program CSR perusahaan pertambangan batubara di
Kalimantan Timur adalah sebagai berikut: ada kesenjangan komunikasi
timbal balik antara perusahaan, pemerintah daerah dan masyarakat.;
Program CSR belum berfokus pada pemberdayaan masyarakat menuju
kemandirian ekonomi; komitmen penegakan dan pengawasan pemerintah
daerah masih rendah; pemahaman masyarakat terhadap CSR masih
terbatas, dan budaya masyarakat cenderung pragmatis; Keterlibatan
masyarakat dan LSM dalam memantau implementasi program CSR rendah.
Maka strategi yang perlu diambil untuk mengatasi berbagai masalah yang
berkaitan dengan program implementasi CSR adalah mengembangkan
komunikasi internal dan eksternal antara stakeholder; meningkatkan
penegakan hukum; melaksanakan pemantauan dan evaluasi; dan
mempertajam program CSR untuk memberdayakan UKM.
4. Rekomendasi
- Untuk mendukung pertumbuhan UKM di Kalimantan Timur, pemerintah
diharapkan mendorong pertumbuhan UKM secara serius, namun tidak
hanya pemerintah saja tetapi dari pihak masyarakatnya juga demi
menyukseskan UKM tersebut.
- Penelitian di masa selanjutnya harus meneliti apakah sudah ada
perkembangan yang lebih baik bagi UKM di Kalimantan Timur setelah
pengimplentasian program CSR dilaksanakan.
 Available online at www.sciencedirect.com

ScienceDirect

Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498

3rd Global Conference on Business and Social Science-2015,

GCBSS-2015. 16-17 December 2015, Kuala Lumpur, Malaysia

The acceleration strategy of small medium

enterprises growth in East Kalimantan Province
Indonesia
Indah Martatia*, Besse Asniwatyb, Sumintoc, La Bimad
a,b,c,d
Business Administration Department, Politeknik Negeri Samarinda, Jalan Dr.Ciptomangunkusumo,
75131, Samarinda, Indonesia

Abstract

This studys’ aim is to identify the root cause of problem and design
strategies in optimizing the role of CSR in accelerating SMEs growth. The
data collected through in-dept interview, FGD, questionnaires distribution
and literature study and analyzed by using the descriptive qualitative
method. There were four root cause of problems: no communication
networking; the reluctance of companies; lack of government
commitment; less concern in economic empowerment. The solution were
developing communication patterns; increasing the institution role;
increasing the stakeholders capacity; and sharpening the CSR programs.
© 2016 The Authors. Published by Elsevier Ltd. This is an
open access article under the CC BY-NC-ND license
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Peer-review under responsibility of the Organizing Committee of the 3rd
GCBSS-2015

Keywords: Strategy, SMEs, the Role of CSR

 1. Introduction

East Kalimantan is one of the province in Indonesia which is blessed

with abundant natural resources one of which is coal. Based on data
from the Department of Mines and Energy of the Province (2014), there
were 442 Mining Permit abbreviated IUP OP (issued by local
Government) and 22 Coal Mining Agreement often abbreviated PKP2B
(issued by central government). The existence of coal mining company
is expected to become stimulation sources of funding to accelerate the
growth small and medium enterprises or better Known as SMEs
through the implementation of corporate social responsibility program,
hereinafter referred to CSR. Under Indonesian law, the implementation
of CSR programs must be executed by a company in which its business
sector is natural resources as mandated by Article 74 of Law No. 40 of
2007 on Limited Liability Companies.

* Corresponding author. +628125828453

E-mail address: iinBpolsam@yahoo.com

1877-0428 © 2016 The Authors. Published by Elsevier Ltd. This is an open access article
under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Peer-review under responsibility of the Organizing Committee of the 3rd GCBSS-2015
doi:10.1016/j.sbspro.2016.05.025
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 494

Although East Kalimantan is one of the provinces with a big budget

compared to other provinces in Indonesia, the existence and presence of
CSR has a strategic role. In this case the CSR is not only to increase the
power and scope of the handling of poverty around the area of a coal mine,
but the implementation of CSR program is also expected to empower
SMEs and empowering the community at large through the support of CSR
programs in accordance with priority and community need, CSR
programmed by the coal mining companies in East Kalimantan not only to
increase the company's profit financially but also as a medium to develop
the social economic development of the region holistically,
institutionalizedly and sustainably.
The Statistics data of East Kalimantan as of September 2014 showed
that the number of poverty in rural area was 154. 20 thousand people or
10.06 percent, the number was more than the population of the urban
poor as much as 98.48 thousand or 3.98 percent. While it was known that
most of the rural human settlements in the area was around the mine coal.
The facts that there was an economic problem. It must be solved together
among coal mining companies, governments and communities in
accordance with the capacity and the duties and functions of each party.
Based on the above issues, this study is intended to identify the various
problems of implementation of CSR programs that inhibit the growth SMEs
in the region around the coal mine; set a strategy of accelerating growth
of community business centers for the community around the mine area;
look for patterns of effective communication and coordination between
the companies - local government - society; and look for patterns of the
implementation of the CSR program to always oriented towards
community empowerment.

2. Literature Review

2.1. The Concept of CSR Management Strategy

 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 495
Management according to James AF Stonner (1996) is a process of
planning, organizing, leadership, and control the efforts of members of the
organization and the use of all available resources in the organization to
achieve organizational goals that have been set previously.
Understanding of management is strengthened by the Goerge & Leslie
(1992) which define typical management as a process consisting of
actions of planning, organizing, and controlling performed to determine
and achieve the targets that have been determined through the use of
human resources and other resources. Attempt to achieve certain goals
through other people (Koontz & O’Donnel, 2005), Appley (1956) Art and
art achievement of goals is done through the efforts of others.
Relating with the CSR management Friedman (1970) view that the only
one responsibility of business toward society is the maximation of profit to
the share holder the framwork and the ethical custom of the country, while
Donalson (1982) considered the business and society relationship from
the social contract tradition mainly from the philosophical thought of locke.
He assumed that a short of implicit social contract between business and
society exists. Winsor (2001) has stated as a motive of wealth creation
progressively dominated the managerial conception of responsibility.
From those definition it can be said that actually the CSR implementation
is not only benefited to the community around the companies but the
impact is toward the companies. Furthermore, Donati (1991) states that
there are four basic theories of CSR needed to achieve the
implementation of CSR. They are instrumental, integrative, political and
ethical theories.

2.2. Small and Medium Enterprises ( SMEs )

In accordance with Law No. 20 of 2008 on Micro Small and Medium

Enterprises, the Micro businesses is defined as productive businesses
owned by individuals and or entities that meet the criteria of micro
individual businesses as stipulated in this Law. It has a net worth capital
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 496
not more than 50 million rupiah not include land and buildings; or have
annual sales of more than 300 million rupiah. Small business is an
independent productive business, carried out by an individual or business
entity that is not a subsidiary or not branches of companies owned,
controlled, or be a part either directly or indirectly from medium or large
businesses that meet the criteria of small business as defined in this Act.
Medium businesses is a productive economic activities that stand alone,
carried out by individuals or entities that are not subsidiaries or branches
of companies owned, controlled, or be a part either directly or indirectly
with the small business or large enterprise with total net assets or the
annual sales revenue as stipulated in this Law.
Chambers (1995) defines empowerment is a concept that summarizes
the economic development of social values, this concept reflects the new
development paradigm, namely people centered, participatory,
empowering, and sustainable. While Budimanta and Rudito (2008:39)
empowerment is defined as programs relating to expanding
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 497

access and capability of the community to support independence. According

to Sumodiningrat (1999) that empowerment is an effort to build community
through their potential. So the empowerment always involves two interrelated
groups of the society as the party empowered and others put the parties
concerned as empowering. Further according Mubyarto (1999) that the
community empowerment is closely related to the economic empowerment of
the people. In the process of community empowerment directed at developing
human resources (in the countryside), creation of business opportunities in
accordance with the wishes of the people. Society determines the type of
business, the condition of the area which in turn can create institutions and
service system of, by and for the local community.

2.3. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR understanding as set forth in the Limited Liability Company Act No. 40
of 2007 Article 74 defines CSR as the company's commitment to participate in
the sustainable economic development to improve the quality of life and
environment is beneficial both for the company itself and the local
communities. According to Kotler and Nancy (2005) CSR is defined as the
company's commitment to improve the welfare of the community through
good business practices and contributes most of company resources. CSR
understanding with regard to the mechanism of self-regulation integrated
company and is closely linked to all the rules, responsibilities, norms, and
ethics in the neighborhood. According to World Bank study year 2002 showed
the role of government in association with CSR include the development of a
healthy market policy, the participation of the resource; political support for
CSR actors; create incentives and improved organizational capabilities. In
Indonesia, which is a government, means the central government or local
government. Therefore, the implementation of CSR programs require the
support of the role of local government, legal certainty, and social order
guarantee (Fox & Howard, 2002).
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 498
3. Research Method
Descriptive qualitative method was used to analyze the primary and
secondary data. The descriptive qualitative method to describe the data
about facts, the existing condition, and stakeholder perception about the role
of CSR on SMEs growth around the mine of the region. The primary data was
collected by using in-depth interview to the person in charge at Regional
Board Planning Agency, the Regional department of Mining and Energy,
Regional Department of Industrial and Trade, CSR Forum. Other data
collecting were FGD and questionnaire distribution to the 600 communities
around coal mining area. While the secondary data was collected from library
research. The research focus observation consist of the coal mining
company, local government, and communitiesГ perception toward the SMEs
empowerment through CSR programs.

4. Research Result

4.1. CSR Program

From the coal mining companies listed on the Department of Mines in 2014
in East Kalimantan only approximately 100 companies deliver activity plan
budget and Expenditure (RKAB) of CSR program. Not all coal companies plan
CSR program moreover implementation is still low. CSR programs are
generally classified into six (6) pillars namely education, health,
infrastructure, environment, economy, social culture. But there were no
standard among companies PKP2B in determining the proportion or
percentage of the budget of each of the pillars of its CSR activities. The
budget allocation range between 900 Y 1,100 rupiah per metric ton, but in the
realization rarely hit the target as budgeted by the companies. The policy
from the Department of Mines and Energy of East Kalimantan set the CSR
allocation budget is 1.000 rupiah per metric ton of production. The
implementation of CSR was responded differently by the community from the
role aspect.
The Results of the questionnaire of community around coal mine toward the
public perception on the role of local government and CSR programs in order
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 499
to strengthen the internal condition of SMEs as shown in Table 1 below.

Table 1. The average of public perception toward the role of local government, CSR Program,
and the internal condition of SMEs

Score Role of The Role The Average

Local of CSR Internal
Governm Program Conditio
ent n of
SMEs

Scala 2,64 3.06 2.56 2,75

Percemtage 52,84 61,29 51,13 55,08%
The average score
was relatively fair
Source of Data: From the questionnaire

4.2. CSR Implementation Patterns

(Each company has already a strategy and priorities policy of CSR program
annually. The proposing mechanisms such as the people submitted a proposal to the
company through the consultative forum or CSR Forum / Foundation as a mediator to
the company. The proposal will be discussed by the Forum Community in
development planning (Musrembang) which was attended by the company, local
government, and society. Proposals in accordance with the priorities of the
company received. Implementation of CSR in the pattern typically use a combination
approach of bottom-up and top-down, though final decisions tailored to the theme or
priority of CSR owner program. The strength of their bargaining power is still in the
company's CSR program. In general the realization was still not optimal and suitable
with the company’s spirit to create innovation, integrity, care and synergy between
communities, local governments and companies. In general pattern as the
implementation of CSR as illustrated in Figure 1 below.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 500

Figure 1: CSR Implementation Pattern

4.3. The Role of Stakeholders Monitoring

The stakeholders of coal mining company is the local government, communities, and
NGOs. Stakeholders monitoring role has not run as expected. The role of local government
in this case represented by the Department of Mining and Energy in monitoring the
implementation of CSR was limited to documents work plan and budget (RKAB). The
monitoring priority focus on mining operation. CSR monitoring was handled by the Section
of Social and Cultural Department of Development Planning Board (Bappeda) in almost
every regency / city in the locus of research. In addition the enforcement of regional
regulation on CSR was not implemented since it enacted two years ago. The role of leaders
and NGOs in monitoring the implementation of CSR coal mines have not seen their work
and tend to be less of a concern. The involvement of community around the mine in the
supervision is still low due to the limited Knowledge and understanding of CSR.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 501

5. Discussion

The basic concept of CSR programs is community empowerment, but so

far many coal mining companies have not been a major priority. This condition
was caused by the mindset of the people who tend to be pragmatic, so as to
carry out community development programs directly is difficult due to the
complexity of the problems faced in it. Majority of the company's CSR
program classifies to economic, education, health, infrastructure, social,
cultural, religious activities, and the environment were good enough. The
Emphasis and proportion of the program should be oriented to the economic
to accelerate the community empowerment of the society around the mine
area to strengthen the local economy and cultivate community effort that can
ultimately create economic independence society. The existence of coal
mining companies not significantly provide benefit socially, economically for
the community around the mine rather than environmental damage. The next
priorities were the pillars of education and health, they were a long Y term
social investment for the company and aims to improve the quality of human
resources of the physical aspects and mental. The Knowledgeable and skilled
communities as well as good physical and mental health expected to be able
to develop their potential to manage local resources in order to increase their
prosperity.
The form of CSR program were infrastructure, education, donation or
charity, and economy for empowering community but the last pillar was only
had a little portion. The programs was not fully integrated it was still partially
based on the community’s order and the companies’ interest. The CSR
implementation program was not fully synchrony with the government
development program. In addition, lack of coordination and communication
between the company and the local government and society in setting the
program resulting in inaccuracies programs to the priority needs of the
community economic empowerment. Many coal companies were not aware of
CSR, SMEs and cooperation regional regulation issued by the Provincial
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 502
Government of East Kalimantan. They were due to lack of socialization to the
company, the community, NGOs. Ironically, most of the employees in the
Provincial Government of East Kalimantan did not Know the subject. Local
governments were less actively monitor and evaluate the implementation of
CSR mining companies. So far also no reward and punishment against the
companies that run the economic empowerment program well and companies
that do not run. An award from the Ministry of the Environment over the
success of the company to Keep the environment in a sustainable manner.
The strategies that need to be taken to accelerate the growth of SMEs by
optimizing the role of CSR coal are as follows:
 Increasing the intensity of reciprocal communication between the
company and local government and the community to gain agreement
and socialization Regional regulation on CSR, regulations on SMEs and
cooperation , the company's CSR programs, the priority needs for
community economic empowerment.
 Changing the awareness of all stakeholders that the essence of CSR is
the empowerment of the community toward economic independence.
Other CSR pillars such as education, health, social, cultural, religious
and environmental / public utility infrastructure is a populist stimulator
based enterprise creation and local economic potential, which in turn
will lead to the independence economic community.
 Empowering communities around the mine in accordance with the
potential and the local economy. The local existing coal mining
companies involving local communities to meet the needs of
companies, for example providing vegetables, laundry, catering and
others.
 Encouraging and increasing the role and functions of both the
legislative and executive government as well as NGOs. Public
transparency needs to be run in which people gain easy access to
information about the CSR activities undertaken by the companies.
 Designing patterns of monitoring and evaluation of the implementation
of the company's CSR program.
 Initiating the formation of CSR forum
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 503
6. Conclusion

From the data analysis, it can be concluded that the implementation of CSR
programs of coal mining companies in East Kalimantan were as follows: there
was reciprocal communication gap among the companies, local government
and the community; CSR program has not focused on community
empowerment towards economic independence; commitment of local
government enforcement and supervision was still low; understanding of the
community towards the CSR was still limited, and culture of the society tend to
be pragmatic; The involvement of the public and NGOs in monitoring the
implementation of CSR programs was low. Strategies that need to be taken to
overcome the various problems relating with the CSR implementation programs
were: developing internal and external communication among stakeholder;
improving law enforcement; implementing monitoring and evaluation; and
sharpening the CSR programs to empower the SMEs.

Acknowledgements

We express our sincere gratitude to Directorate Research and Community

Service of Higher Education The Ministerial of Research, Technology and Higher
Education of Indonesia as a research grantee of master plan of economic
development acceleration of Indonesia (MP3EI year 2014-2015)

References

Appley, L. (1956). Management in Action: The art of Getting Things done through
People. American Management.

Budimanta, A., & Rudito, B. (2008). Method and Technique of Community

Development Management. Jakarta: Indonesia Center For Sustainable
Development.

Chambers, R. (1995). Poverty and Livelihood: Whose Reality Counts. Discussion

paper (p. 347). Brighton: Institute of of Development Studies.

Donalson, T. (1982). Corporation and Morality. Engewood: Prentice-Hall.

 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 504
Donati, P. (1991). Teorie Relazionale Della Societa. Milano: Prentice-Hall Franco
Agnelli.

Fox, T., & Howard, B. (2002). Public Sector Roles in Strengthening Corporate
Sociall Responsibility: A Baseline Study. Washington DC: Geneva:
The World Bank Group.

Friedman, M. (1970, September 13). The Social Responsibility of the Business is

to increase its profit. Times Magazine, pp. 32Y33, 122, 126.

George, T., & Leslie, R. (1992). Principle of Management (T.G.A Trans). America:
Dow Jones-Irwin.

Government of RI. (2007). Limited Liabilities. Indonesian Act Number 40. Jakarta,
Jakarta, Indonesia: State Secretary.

Government of RI. (2008). Small Medium Enterprise. Indonesian Act Number 20.
Jakarta, Jakarta, Indonesia: State Secretary.

Government of RI. (2009). Mineral and Coal Mining. Indonesian Act Number 4.
Jakarta, Jakarta, Indonesia: State Secretary.

Government of RI. (2012). Corporate Social Responsibility and Environment.

Government Regulation. Jakarta, Jakarta, Indonesia: State Secretary

Governor of East Kalimantan. (2012). Empowerment of small medium enterprises

and corporation. Regional Regulation Number 4. Samarinda, East
Kalimantan, Indonesia: East Kalimantan Provincial Government.

Governor of East Kalimantan. (2013). Corporate Social Responsibility and

Partenership. Regional Regulation Number 3. Samarinda, East Kalimantan,
Indonesia: East Kalimantan Provincial Government.

James, A. S. (1996). Management. Jakarta: Prenhalindo.

Koontz, & OeDonnel, H. (2005). Management (Editionn VII ed). Tokyo: Mc Graw-
Hill Kogakusha Ltd.

Mineral & Energy, Dept East Kalimantan. (2014). The Final report of Coordinating
and Recording of Coal Production. Samarinda: Mineral & Energy
Departement.

Minister of Finance, RI. (1994, June 27). Decree of The Miniter of Fnance Number
361/KMK.016/1994. Jakarta, Jakarta, Indonesia: RI.

Mubyarto. (1999). Economic Reformation System from Capitalism to Democratic

Economy. Jakarta: Aditya Media.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 505
Statistic, Bureau Center East Kalimantan. (2014). The Number of Poverty in Rural
Area. Samarinda: BPS East Kalimantan.

Statistic, Bureau Center East Kalimantan. (2009). Micro Small Medium Business
Criteria. Samarinda: BPS East Kalimantan.

Sumodiningrat, W. (2013). Community Empowerment and Social Safety Net.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Winsor, D. (2001). The Future of Corporate Social Responsibilty. International

Jornal of Organizational Analysis 9 (3), 225-226.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 506
Available online at www.sciencedirect.com

ScienceDirect

Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498

3rd Global Conference on Business and Social Science-2015, GCBSS-2015.

16-17 December 2015, Kuala Lumpur, Malaysia

Strategi percepatan pertumbuhan usaha kecil

menengah di Provinsi Kalimantan Timur Indonesia
Indah Martatia*, Besse Asniwatyb, Sumintoc, La Bimad
a,b,c,d
Business Administration Department, Politeknik Negeri Samarinda, Jalan Dr.Ciptomangunkusumo, 75131,
Samarinda, Indonesia

Abstrak

ini bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah dan merancang

strategi dalam mengoptimalkan peran CSR dalam mempercepat pertumbuhan
UKM. Data yang dikumpulkan melalui interview secara mendalam, FGD,
distribusi kuesioner dan studi pustaka dan dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Ada empat akar penyebab masalah: tidak ada
komunikasi networking; keengganan perusahaan; lacl dari komitmen
pemerintah; kurang peduli dalam pemberdayaan ekonomi. Solusinya adalah
mengembangkan pola komunikasi; meningkatkan peran institusi; meningkatkan
kapasitas pemangku kepentingan; dan mempertajam program CSR.
© 2016 The Authors. Published by Elsevier Ltd. This is an
open access article under the CC BY-NC-ND license
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Peer-review under responsibility of the Organizing Committee of the 3rd
GCBSS-2015

Keywords: Strategi, UKM, Peran CSR

 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 507
1. Pendahuluan

Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang diberkati

dengan sumber daya alam yang melimpah salah satunya adalah batubara.
Berdasarkan data dari Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi (2014),
ada 442 Izin Penambangan disingkat IUP OP (dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah) dan 22 Perjanjian Penambangan Batubara sering disingkat PKP2B
(dikeluarkan oleh pemerintah pusat). Keberadaan perusahaan tambang
batubara diharapkan menjadi sumber rangsangan pendanaan untuk
mempercepat pertumbuhan usaha kecil dan menengah atau dikenal sebagai
UKM melalui pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan,
selanjutnya disebut CSR. Di bawah hukum Indonesia, pelaksanaan program
CSR harus dilaksanakan oleh perusahaan di mana sektor bisnisnya adalah
sumber daya alam sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 74 UU No. 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.

* Corresponding author. +628125828453

E-mail address: iin_polsam@yahoo.com

1877-0428 © 2016 The Authors. Published by Elsevier Ltd. This is an open access article
under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Peer-review under responsibility of the Organizing Committee of the 3rd GCBSS-2015
doi:10.1016/j.sbspro.2016.05.025
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 508

Meskipun Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi dengan anggaran

besar dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, keberadaan dan
keberadaan CSR memiliki peran strategis. Dalam hal ini CSR tidak hanya
untuk meningkatkan kekuatan dan ruang lingkup penanganan kemiskinan
di sekitar area tambang batubara, tetapi implementasi program CSR juga
diharapkan dapat memberdayakan UKM dan memberdayakan masyarakat
secara luas melalui dukungan CSR program sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan masyarakat, CSR diprogramkan oleh perusahaan tambang
batubara di Kalimantan Timur tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan secara finansial tetapi juga sebagai media untuk
mengembangkan pembangunan sosial ekonomi daerah secara holistik,
melembaga dan berkelanjutan.
Data Statistik Kalimantan Timur per September 2014 menunjukkan
bahwa jumlah kemiskinan di perdesaan adalah 154. 20 ribu orang atau
10,06 persen, jumlah tersebut lebih banyak daripada penduduk miskin kota
sebanyak 98,48 ribu atau 3,98 persen. Sementara Diketahui bahwa
sebagian besar pemukiman manusia pedesaan di daerah tersebut berada
di sekitar batubara tambang. Fakta-fakta bahwa ada masalah ekonomi. Ini
harus diselesaikan bersama antara perusahaan pertambangan batubara,
pemerintah dan masyarakat sesuai dengan kapasitas dan tugas dan fungsi
masing-masing pihak.
Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi berbagai masalah implementasi program CSR yang
menghambat pertumbuhan UKM di wilayah sekitar tambang batubara;
menetapkan strategi untuk mempercepat pertumbuhan pusat bisnis
masyarakat bagi masyarakat di sekitar area tambang; mencari pola
komunikasi dan koordinasi yang efektif antara perusahaan - pemerintah
daerah - masyarakat; dan mencari pola pelaksanaan program CSR untuk
selalu berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.

2. Tinjauan Pustaka
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 509

2.1. Konsep Strategi Manajemen CSR Manajemen

menurut James AF Stonner (1996) adalah suatu proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan penggunaan semua sumber daya yang ada dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang memiliki telah
ditetapkan sebelumnya. Pengertian manajemen diperkuat oleh Goerge &
Leslie (1992) yang mendefinisikan manajemen tipikal sebagai proses yang
terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai target yang telah
ditentukan melalui penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya. . Upaya untuk mencapai tujuan tertentu melalui orang lain (Koontz
& O'Donnel, 2005), Appley (1956) Seni dan pencapaian seni tujuan
dilakukan melalui upaya orang lain.
Berkaitan dengan Friedman manajemen CSR (1970) melihat bahwa satu-
satunya tanggung jawab bisnis terhadap masyarakat adalah maximation
keuntungan kepada pemegang saham framwork dan kebiasaan etis dari
negara, sementara Donalson (1982) dianggap sebagai hubungan bisnis
dan masyarakat dari tradisi kontrak sosial terutama dari pemikiran filosofis
locke. Dia berasumsi bahwa ada kontrak sosial tersirat antara bisnis dan
masyarakat. Winsor (2001) telah menyatakan sebagai motif penciptaan
kekayaan yang semakin mendominasi konsepsi tanggung jawab manajerial.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa sebenarnya implementasi
CSR tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat di sekitar perusahaan tetapi
dampaknya terhadap perusahaan. Lebih lanjut, Donati (1991) menyatakan
bahwa ada empat teori dasar CSR yang dibutuhkan untuk mencapai
implementasi CSR. Mereka adalah teori instrumental, integratif, politis dan
etis.

2.2. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, usaha mikro didefinisikan sebagai usaha produktif yang dimiliki
oleh perorangan dan atau entitas yang memenuhi kriteria usaha
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 510

perorangan mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. . Memiliki

modal kekayaan bersih tidak lebih dari 50 juta rupiah tidak termasuk tanah
dan bangunan; atau memiliki penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah.
Usaha kecil adalah usaha produktif independen, yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikendalikan, atau menjadi bagian baik
secara langsung atau tidak langsung dari usaha menengah atau besar
yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana didefinisikan dalam
Undang-Undang ini. Bisnis menengah adalah kegiatan ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, dilakukan oleh individu atau entitas yang bukan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikendalikan, atau
menjadi bagian baik secara langsung atau tidak langsung dengan usaha
kecil atau perusahaan besar dengan total aset bersih atau pendapatan
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Chambers (1995) mendefinisikan pemberdayaan adalah konsep yang

merangkum perkembangan ekonomi dari nilai-nilai sosial, konsep ini
mencerminkan paradigma pembangunan baru, yaitu people centered,
participatory, empowering, and sustainable. Sedangkan Budimanta dan
Rudito (2008: 39) pemberdayaan didefinisikan sebagai program yang
berkaitan dengan perluasan akses dan kemampuan masyarakat untuk
mendukung kemandirian. Menurut Sumodiningrat (1999) bahwa
pemberdayaan adalah upaya membangun masyarakat melalui potensi
mereka. Jadi pemberdayaan selalu melibatkan dua kelompok masyarakat
yang saling terkait sebagai pihak yang diberdayakan dan yang lain
menempatkan pihak yang berkepentingan sebagai pemberdayaan. Lebih
lanjut menurut Mubyarto (1999) bahwa pemberdayaan masyarakat erat
kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam proses
pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumber daya
manusia (di pedesaan), penciptaan peluang bisnis sesuai dengan
keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi
daerah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem
layanan, oleh dan untuk masyarakat setempat.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 511

2.3. Corporate Social Responsibility (CSR)

Pemahaman CSR sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 74 mendefinisikan CSR
sebagai komitmen perusahaan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perusahaan itu
sendiri dan masyarakat setempat. Menurut Kotler dan Nancy (2005)
CSR didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis yang baik dan
berkontribusi sebagian besar sumber daya perusahaan. CSR
memahami berkaitan dengan mekanisme self-peraturan perusahaan
terintegrasi dan erat linked untuk semua aturan, tanggung jawab,
norma, dan etika di lingkungan. Menurut Bank Dunia penelitian tahun
2002 menunjukkan peran pemerintah dalam hubungan dengan CSR
meliputi pengembangan kebijakan pasar yang sehat, partisipasi
sumber daya; dukungan politik untuk aktor CSR; menciptakan insentif
dan peningkatan kemampuan organisasi. Di Indonesia, yang
merupakan pemerintahan, berarti pemerintah pusat atau pemerintah
daerah. Oleh karena itu, implementasi program CSR memerlukan
dukungan peran pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan
ketertiban sosial (Fox & Howard, 2002).

3. Metode Penelitian Metode

kualitatif deskriptif digunakan untuk menganalisis data primer dan
sekunder. Metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan data
tentang fakta-fakta, kondisi yang ada, dan persepsi pemangku
kepentingan tentang peran CSR pada pertumbuhan UKM di sekitar
daerah tambang. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan in-
depth interview kepada orang yang bertanggung jawab di Badan
Badan Perencanaan Daerah, Departemen Daerah Pertambangan dan
Energi, Daerah Departemen Industri dan Perdagangan, Forum CSR.
Pengumpulan data lainnya adalah FGD dan distribusi kuesioner
kepada 600 komunitas di sekitar area penambangan batubara.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 512

Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari penelitian kepustakaan.

Pengamatan fokus penelitian terdiri dari perusahaan pertambangan
batubara, pemerintah daerah, dan persepsi masyarakat terhadap
pemberdayaan UKM melalui program CSR.

4. Research Result

4.1. Program CSR

Dari perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di
Departemen Pertambangan pada tahun 2014 di Kalimantan Timur,
hanya sekitar 100 perusahaan yang memberikan anggaran rencana
kegiatan dan Pengeluaran (RKAB) program CSR. Tidak semua
perusahaan batubara merencanakan program CSR, apalagi
implementasinya masih rendah. Program CSR umumnya
diklasifikasikan ke dalam enam (6) pilar yaitu pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, lingkungan, ekonomi, sosial budaya. Tetapi tidak ada
standar di antara perusahaan PKP2B dalam menentukan proporsi atau
persentase anggaran dari masing-masing pilar kegiatan CSR-nya.
Alokasi anggaran berkisar antara 900 - 1.100 rupiah per metrik ton,
tetapi dalam realisasi jarang mencapai target seperti yang
dianggarkan oleh perusahaan. Kebijakan dari Departemen
Pertambangan dan Energi Kalimantan Timur menetapkan anggaran
alokasi CSR adalah 1.000 rupiah per metrik ton produksi. Implementasi
CSR ditanggapi secara berbeda oleh masyarakat dari aspek peran.
Hasil kuesioner masyarakat sekitar tambang batubara terhadap
persepsi publik tentang peran pemerintah daerah dan program CSR
dalam rangka memperkuat kondisi internal UKM seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini

Table 1. Rata-rata persepsi publik terhadap peran pemerintah daerah, Program CSR,
dan kondisi internal UKM

Skor Peran Peran kondisi Rata-Rata

Pemerint Program internal
ah CSR UKM
Daerah
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 513

Scala 2,64 3.06 2.56 2,75

Persentase 52,84 61,29 51,13 55,08%
Skor rata-rata relatif
adil
Sumber Data: Dari kuesioner

4.2. Pola Implementasi CSR

Setiap perusahaan telah memiliki strategi dan kebijakan prioritas

program CSR setiap tahun. Mekanisme pengusulan seperti orang-
orang mengajukan proposal kepada perusahaan melalui forum
konsultatif atau Forum / Yayasan CSR sebagai mediator bagi
perusahaan. Proposal tersebut akan dibahas oleh Forum Komunitas
dalam perencanaan pembangunan (Musrembang) yang dihadiri oleh
perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat. Proposal sesuai
dengan prioritas perusahaan yang diterima. Implementasi CSR dalam
pola biasanya menggunakan pendekatan kombinasi bottom-up dan
top-down, meskipun keputusan akhir disesuaikan dengan tema atau
prioritas program pemilik CSR. Kekuatan daya tawar mereka masih
ada dalam program CSR perusahaan. Secara umum realisasinya masih
belum optimal dan sesuai dengan semangat perusahaan untuk
menciptakan inovasi, integritas, kepedulian, dan sinergi antara
masyarakat, pemerintah daerah, dan perusahaan. Secara umum pola
implementasi CSR seperti digambarkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Figure 1: Pola Implementasi CSR

 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 514

4.3. Peran Pemantauan Stakeholder

Para pemangku kepentingan perusahaan pertambangan batubara adalah

pemerintah daerah, masyarakat, dan LSM. pengawasan pemangku kepentingan
belum menjalankan seperti yang diharapkan. Peran pemerintah daerah dalam hal
ini diwakili oleh Departemen Pertambangan dan Energi dalam memantau
pelaksanaan CSR terbatas pada dokumen-dokumen rencana dan anggaran
(RKAB). Prioritas pemantauan fokus pada operasi penambangan. Pemantauan CSR
ditangani oleh Bagian Sosial dan Budaya dari Badan Perencanaan Pembangunan
(Bappeda) di hampir setiap kabupaten / kota di lokasi penelitian. Selain itu,
penegakan peraturan daerah tentang CSR tidak dilaksanakan sejak diberlakukan
dua tahun lalu. Peran para pemimpin dan LSM dalam memantau implementasi
tambang batubara CSR belum melihat pekerjaan mereka dan cenderung kurang
memprihatinkan. Keterlibatan masyarakat di sekitar tambang dalam pengawasan
masih rendah dikarenakan terbatas pengetahuan dan pemahaman dari CSR.

5. Diskusi

Konsep dasar program CSR adalah pemberdayaan masyarakat, tetapi

sejauh ini banyak perusahaan pertambangan batubara belum menjadi
prioritas utama. Kondisi ini disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang
cenderung pragmatis, sehingga melaksanakan program pengembangan
masyarakat secara langsung menjadi sulit karena rumitnya masalah yang
dihadapi di dalamnya. Sebagian besar program CSR perusahaan yang
diklasifikasikan dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, sosial, budaya, kegiatan keagamaan, dan lingkungan cukup
baik. Penekanan dan proporsi program harus berorientasi pada ekonomi
untuk mempercepat pemberdayaan masyarakat masyarakat di sekitar
area tambang untuk memperkuat ekonomi lokal dan memupuk upaya
masyarakat yang pada akhirnya dapat menciptakan kemandirian ekonomi
masyarakat. Keberadaan perusahaan tambang batubara tidak
memberikan manfaat signifikan secara sosial, ekonomi bagi masyarakat
di sekitar tambang daripada kerusakan lingkungan. Prioritas berikutnya
adalah pilar pendidikan dan kesehatan, mereka adalah investasi sosial
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 515

jangka panjang untuk perusahaan dan bertujuan untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dari aspek fisik dan mental. The
berpengetahuan dan skilled masyarakat serta kesehatan fisik dan mental
yang baik diharapkan dapat mengembangkan potensi mereka untuk
mengelola sumber daya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Bentuk program CSR adalah infrastruktur, pendidikan, donasi atau
amal, dan ekonomi untuk memberdayakan masyarakat tetapi pilar
terakhir hanya memiliki porsi kecil. Program-program tersebut tidak
sepenuhnya terintegrasi tetapi sebagian masih didasarkan pada
ketertiban masyarakat dan kepentingan perusahaan. Program
implementasi CSR tidak sepenuhnya selaras dengan program
pembangunan pemerintah. Selain itu, lack koordinasi dan komunikasi
antara perusahaan dan pemerintah daerah dan masyarakat dalam
menetapkan program sehingga program ketidakakuratan dengan
kebutuhan prioritas pemberdayaan ekonomi masyarakat. Banyak
perusahaan batubara tidak mengetahui CSR, UKM dan peraturan daerah
kerja sama yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Mereka karena lack sosialisasi kepada perusahaan, masyarakat, LSM.
Ironisnya, sebagian besar pegawai di Pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur tidak mengetahui subjeknya. Pemerintah daerah kurang aktif
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan perusahaan pertambangan
CSR. Sejauh ini juga tidak ada penghargaan dan hukuman terhadap
perusahaan yang menjalankan program pemberdayaan ekonomi dengan
baik dan perusahaan yang tidak berjalan. Penghargaan dari Kementerian
Lingkungan Hidup atas keberhasilan perusahaan menjaga lingkungan
secara berkelanjutan.
Strategi yang perlu diambil untuk mempercepat pertumbuhan UKM
dengan mengoptimalkan peran batubara CSR adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan intensitas komunikasi timbal balik antara perusahaan
dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk memperoleh
kesepakatan dan Peraturan Daerah sosialisasi CSR, peraturan tentang
UKM dan kerjasama, program CSR perusahaan, kebutuhan prioritas
untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 516

 Mengubah kesadaran semua pemangku kepentingan bahwa esensi

dari CSR adalah pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian
ekonomi. Pilar CSR lainnya seperti pendidikan, kesehatan, sosial,
budaya, agama dan infrastruktur lingkungan / utilitas publik adalah
stimulator yang berbasis penciptaan perusahaan dan potensi ekonomi
lokal, yang pada gilirannya akan mengarah pada kemandirian
komunitas ekonomi.
 Memberdayakan masyarakat di sekitar tambang sesuai dengan potensi
dan ekonomi lokal. Perusahaan penambangan batu bara lokal yang ada
melibatkan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan, misalnya menyediakan sayuran, laundry, katering dan
lain-lain.
 Mendorong dan meningkatkan peran dan fungsi pemerintah legislatif
dan eksekutif serta LSM. Transparansi publik perlu dijalankan di mana
orang mendapatkan akses mudah ke informasi tentang kegiatan CSR
undertaken oleh perusahaan.
 Merancang pola pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program CSR
perusahaan.
 Memulai pembentukan forum CSR

6. Kesimpulan

Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa implementasi program

CSR perusahaan pertambangan batubara di Kalimantan Timur adalah
sebagai berikut: ada kesenjangan komunikasi timbal balik antara
perusahaan, pemerintah daerah dan masyarakat. ; Program CSR belum
berfokus pada pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian
ekonomi; komitmen penegakan dan pengawasan pemerintah daerah
masih rendah; pemahaman masyarakat terhadap CSR masih terbatas,
dan budaya masyarakat cenderung pragmatis; Keterlibatan
masyarakat dan LSM dalam memantau implementasi program CSR
rendah. Strategi yang perlu taken untuk mengatasi berbagai masalah
yang berkaitan dengan program implementasi CSR adalah:
mengembangkan komunikasi internal dan eksternal antara stakeholder;
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 517

meningkatkan penegakan hukum; melaksanakan pemantauan dan

evaluasi; dan mempertajam program CSR untuk memberdayakan UKM.

Ucapan Terima Kasih

Kami mengucapkan tulus terima kasih yang kepada Direktorat

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Pendidikan Tinggi
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia sebagai
penerima dana master plan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia
(MP3EI tahun 2014-2015).

References

Appley, L. (1956). Management in Action: The art of Getting Things done

through People. American Management.

Budimanta, A., & Rudito, B. (2008). Method and Technique of Community

Development Management. Jakarta: Indonesia Center For Sustainable
Development.

Chambers, R. (1995). Poverty and Livelihood: Whose Reality Counts.

Discussion paper (p. 347). Brighton: Institute of of Development
Studies.

Donalson, T. (1982). Corporation and Morality. Engewood: Prentice-Hall.

Donati, P. (1991). Teorie Relazionale Della Societa. Milano: Prentice-Hall

Franco Agnelli.

Fox, T., & Howard, B. (2002). Public Sector Roles in Strengthening

Corporate Sociall Responsibility: A Baseline Study. Washington DC:
Geneva:
The World Bank Group.

Friedman, M. (1970, September 13). The Social Responsibility of the

Business is to increase its profit. Times Magazine, pp. 32Y33, 122,
126.

George, T., & Leslie, R. (1992). Principle of Management (T.G.A Trans).

America: Dow Jones-Irwin.

Government of RI. (2007). Limited Liabilities. Indonesian Act Number 40.

Jakarta, Jakarta, Indonesia: State Secretary.
 Indah Martati et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 219 (2016) 493 – 498 518

Government of RI. (2008). Small Medium Enterprise. Indonesian Act

Number 20. Jakarta, Jakarta, Indonesia: State Secretary.

Government of RI. (2009). Mineral and Coal Mining. Indonesian Act Number
4. Jakarta, Jakarta, Indonesia: State Secretary.

Government of RI. (2012). Corporate Social Responsibility and

Environment. Government Regulation. Jakarta, Jakarta, Indonesia:
State Secretary

Governor of East Kalimantan. (2012). Empowerment of small medium

enterprises and corporation. Regional Regulation Number 4.
Samarinda, East Kalimantan, Indonesia: East Kalimantan Provincial
Government.

Governor of East Kalimantan. (2013). Corporate Social Responsibility and

Partenership. Regional Regulation Number 3. Samarinda, East
Kalimantan, Indonesia: East Kalimantan Provincial Government.

James, A. S. (1996). Management. Jakarta: Prenhalindo.

Koontz, & OeDonnel, H. (2005). Management (Editionn VII ed). Tokyo: Mc

Graw-Hill Kogakusha Ltd.

Mineral & Energy, Dept East Kalimantan. (2014). The Final report of
Coordinating and Recording of Coal Production. Samarinda:
Mineral & Energy Departement.

Minister of Finance, RI. (1994, June 27). Decree of The Miniter of Fnance
Number 361/KMK.016/1994. Jakarta, Jakarta, Indonesia: RI.

Mubyarto. (1999). Economic Reformation System from Capitalism to

Democratic Economy. Jakarta: Aditya Media.

Statistic, Bureau Center East Kalimantan. (2014). The Number of Poverty

in Rural Area. Samarinda: BPS East Kalimantan.

Statistic, Bureau Center East Kalimantan. (2009). Micro Small Medium

Business Criteria. Samarinda: BPS East Kalimantan.

Sumodiningrat, W. (2013). Community Empowerment and Social Safety Net.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Winsor, D. (2001). The Future of Corporate Social Responsibilty.

International Jornal of Organizational Analysis 9 (3), 225-226.